Anda di halaman 1dari 20

PERMINTAAN DAN PENAWARAN UANG

1. Permintaan Uang

Permintaan uang menunjukkan keseluruhan uang yang diminta oleh sebuah


perekonomian pada periode tertentu.
Permintaan uang diartikan sebagai kebutuhan masyarakat akan uang tunai. Menurut John
Maynard Keynes ada 3 motif yang mempengaruhi permintaan uang tunai oleh masyarakat.
1. Motif transaksi (transactional motive). Permintaan uang untuk motif ini dapat disebut
dengan MDt.
2. Motif berjaga-jaga (precautionary motive). Permintaan uang untuk motif ini dapat disebut
MDp.
3. Motif spekulasi (speculation motive), atau MDs.
Permintaan uang untuk motif transaksi dan berjaga-jaga sangat dipengaruhi oleh pendapatan.
Sedangkan permintaan uang untuk spekulasi sangat dipengaruhi oleh suku bunga.
Ada beberapa hal yang mempengaruhi permintaan uang, diantaranya :
Pendapatan riil. Semakin tinggi pendapatan, permintaan akan uang akan semakin besar.
Ini karena konsumsi dan tabungan akan bertambah seiring dengan meningkatnya pendapatan.
Tingkat suku bunga. Semakin tinggi suku bunga, permintan uang untuk motif spekulasi
akan berkurang. Tingginya suku bunga akan membuat biaya pinjaman uang untuk berspekulasi
bertambah mahal. Selain itu, jika tingkat suku bunga tinggi, orang akan lebih baik menabung di
bank dengan jaminan suku bunga yang ada daripada berspekulasi.
Tingkat harga umum. Semakin tinggi tingkat harga umum, permintaan akan uang akan
semakin bertambah. Ini karena harga barang/jasa bertambah mahal, sehingga dibutuhkan lebih
banyak uang untuk membelinya.
Pengeluaran konsumen. Misalnya saja pengeluaran konsumen pada bulan-bulan
menjelang Natal, puasa, atau Hari Raya lainnya akan bertambah. Akibatnya, permintaan uang
juga akan bertambah.

1
Untuk dapat memahami secara lebih mudah tentang ketiga motif tersebut berikut ini akan
diuraikan satu persatu.
1. Permintaan uang untuk transaksi (transaction demand)
Terkait dengan fungsi uang sebagai alat tukar, kita menggunakan uang untuk membeli barang
dan jasa atau untuk membayar tagihan. Permintaan uang untuk transaksi memiliki hubungan
positif dengan pendapatan. Jika pendapatan naik, maka permintaan uang untuk keperluan
bertransaksi juga meningkat.

2. Permintaan uang untuk berjaga-jaga (precautionary demand)


Permintaan terhadap uang bisa saja karena orang ingin berjaga-jaga terhadap suatu peristiwa
yang tidak dikehendaki seperti sakit, kecelakaan, kebanjiran dan kebakaran. Permintaan uang
untuk berjaga-jaga juga memiliki hubungan positif dengan pendapatan.

3. Permintaan uang untuk spekulasi (speculative demand)


Spekulasi berarti melakukan sesuatu tindakan atas dasar ramalan perubahan nilai harta di masa
depan. Jika seorang spekulan meramalkan bahwa harga rumah, nilai saham, atau harga emas
akan meningkat dimasa depan, mereka akan membeli rumah, saham, atau emas, dan bukan
menyimpan uang. Jadi, dalam hal ini spekulan berharap bahwa mereka akan mendapatkan
keuntungan dari peningkatan harga rumah, saham, atau emas di masa depan. Ini tentu dengan
sendirinya mengurangi permintaan uang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang adalah sebagai berikut ::


1. Besar-kecilnya pembelanjaan negara yang berkaitan dengan pendapatan nasional.
2. Cepat atau lambatnya laju peredaran uang. Kecepatan peredaran uang dipengaruhi oleh
faktor berikut.
a. kebiasaan pembayaran konsumen, apakah tunai atau angsuran, sebab ini
akan berpengaruh terhadap jumlah uang yang diminta pada saat ini atau saat mendatang.
b. Frekuensi pembayaran pendapatan
c. Praktik-praktik bank, hal ini berkaitan dengan keluar masuknya uang melalui
bank.
d. Keadaan psikologi masyarakat dalam menggunakan uangnya.

2
2.Teori Permintaan Uang.

Pada umunya pandangan teori permintaan uang dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu teori-teori
yang didasarkan pada ; (1) pandangan klasik, (2) teori permintaan uang Keynes, dan (3) teori
kuantitas modern.

Pendekatan teori klasik oleh para ekonom beraliran klasik yang beranggapan bahwa permintaan
uang murni didasarkan pada kebutuhan untuk melakukan transaksi (transaction view of money
demand). Dari teori ini melahirkan kesimpulan bahwa permintaan uang untuk kebutuhan
transaksi sangat tergantung pada tingkat pendapatan.

Dan kemudian oleh John Maynard Keynes domodifikasi dengan mengatakan bahwa terdapat
biaya yang ditanggung oleh masyarakat dalam memegang uang. Biaya yang dimaksud dapat
berupa biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak langsung (undirect cost).

Dijelaskan didalamnya bahwa biaya langsung dari memegang uang adalah pembayaran dengan
nominal atau persentase tertentu dari nilai durable deposits yang dimiliki oleh seseorang
sedangkan biaya tidak langsung merupakan opportunity cost dari memegang uang. Opportunity
cost itu sendiri adalah biaya yang timbul dari berbagai alternatif pengalokasian aset, atau dengan
kata lain terdapat potensi kehilangan pendapatan bunga jika seseorang menetapkan salah satu
bentuk kekeyaan (Asset). Fakta diatas yang kemudian mendasari pandangan Keynes bahwa
semakin tinggi tingkat bunga maka semakin rendah permintaan uang.

Pendekatan yang ketiga adalah modern quantity theory of money yang dipopulerkan oleh Milton
Friedmen. Teori kuantitas modern menggabungkan antara pandangan klasik (Calssical view)
dengan pandangan Keynes (Keyness view) dari permintaan uang.

3
Ketiga pendekatan di atas akan dijelaskan secara lebih rinci sebagai berikut :
Teori Kuantitas Sederhana (The Simple Quantity Theory)

Teori kuantitas sederhana beranggapan bahwa motivasi utama masyarakat dalam memegang
uang yaitu untuk keperluan transaksi. Teori ini didasarkan pada equation of exchange, identitas
yang menghubungkan antara pengeluaran agregat dengan persediaan uang (Jansen : 2002).

Fisher berpendapat bahwa permintaan uang akan timbul dari penggunaan uang dalam proses
transaksi, dimana setiap perekonomian ketika sesuai tahap pertumbuhannya akan memiliki
sistem kelembagaan tersendiri yang menentukan sifat proses transaksi tersebut. Sistem ini
mencakup beberapa faktor misalnya tingkat dari sektor-sektor ekonomi, keredit perdagangan,
perbaikan dalam komunikasi, dan sistem jaringan perbankan.

Seperti yang dijelaskan di atas besar kecilnya perputaran uang transaksi ditentukan dari proses
transaksi yang berlaku di masyarakat. Faktor kelembagaan, utamanya mekanisme pembayaran
yang digunakan (tunai atau cek) akan mengalami perubahan secraa gradual dalam jangka
panjang, sedangakan dalam jangka pendek kebutuhan akan uang relatif terhadap volume
transaksi bisa dianggap konstan. Demikian pula volume transaksi relatif terhadap output
masyarakat bisa dianggap mempunyai proporsi yang konstan dalam jangka pendek.

Teori Cambridge (Marshall-Pigou)

Teori Cambridge befokus pada fungsi uang sebagai alat tukar umum. Oleh karena itu, teori-teori
klasik ini melihat permintaan uang dari masyarakat sebagai kebutuhan akan alat likuid untuk
tujuan transaksi.

Ketika Fisher mengatakan permintaan uang semata-mata merupakan proporsi konstan dari
volume transaksi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor kelembagaan yang konstan. Cambridge
justru berpendepat faktor-faktor perilaku (pertimbangan untung rugi) yang menghubungkan

4
antara permintaan uang seseorang dengan volume transaksi yang direncanakannya. Atau dengan
kata lain, Fisher memandang velocity uang konstan sedangakan Cambridge tidak.

Menurut teori Cambridge, permintaan uang selain dipengaruhi oleh volume transaksi dan faktor-
faktor kelembagaan, juga dipengaruhi oleh bunga, dan ekspektasi masyarakat terhadap kondisi
yang akan datang. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan uang seseorang dengan
demikian juga akan mempengaruhi permintaan uang masyarakat secara keseluruhan. Kemudian
Pigou melakukan berbagai penyederhanaan dimana variabel-variabel yang mempengaruhi
permintaan uang dalam jangaka pendek dianggap konstan.

Teori Cambridge menganggap bahwa permintaan uang adalah proporsional dengan tingkat
pendapatan nasional (ceteris paribus). Dalam hal ini dia tidak menutup kemungkinan bahwa
faktor-faktor seperti tingkat suku bunga dan ekspektasi berubah walaupun dalam jangka pendek.

Teori Uang dari Keynes

Ketika ekonomi klasik cenderung menekankan penggunaan uang dalam melakukan transaksi,
Keynes mengidentifikasikan tiga motif memegang uang yaitu : motif bertransaksi, motif berjaga-
jaga, dan motif berspekulasi. Seperti ekonom klasik, Keynes memandang memegang uang untuk
transaksi proporsional dengan pendapatan.

Keynes juga sependapat dengan pemikiran Cambridge, dimana orang memegang uang untuk
melancarkan proses transaksi yang dilakukan, dan permintaan uang masyarakat untuk tujuan ini
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan nasional, semakin besar tingkat transaksi, maka semain
besar pula jumlah uang yang diminta masyarakat untuk transaksi.

Selain itu, Keynes juga berpendapat bahwa permintaan uang untuk transaksi ini pun bukan
merupakan suatu proporsi yang konstan, tapi juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya tingkat
bunga. Hanya saja faktor bunga dalam permintaan uang untuk transaksi ini tidak terlalu
ditekankan, salah satu sebabnya adalah karena dia ingin menekankan permintaan uang untuk

5
tujuan lain, yaitu tujuan spekulasi. Motif memegang uang untuk tujuan spekulasi terutama
ditujukan untuk mendapatkan keuntungan.

Keynes membatasi keadaan dimana pemilik kekayaan bisa memilih memegang kekayaanya
dalam bentuk tunai atau obligasi. Uang tunai dianggap tidak memberikan penghasilan, sedang
obligasi dianggap memberikan penghasilan berupa sejumlah uang tertentu setiap periodenya.

Teori Transaksi dari Permintaan Uang

Teori permintaan uang yang menekankan peran uang sebagai media pertukaran disebut teori
transaksi (transaction theories). Teori ini menyatakan bahwa uang adalah aset yang didominasi
dan menekankan bahwa orang memegang uang tidak seperti aset-aset lainnya, tapi untuk
melakukan pembelian. Teori ini menjelaskan mengapa orang memegang uang dalam arti sempit
(M1), seperti mata uang dan rekening cek, sebagai lawan dari memegang aset yang
mendominasinya, seperti rekening tabungan dan Treasury bills.

Teori dari transaksi permintaan uang bermacam-macam, bergantung bagaimana orang


memodelkan proses menghasilkan uang untuk melakukan transaksi. Seluruh teori ini
mengasumsikan bahwa uang mempunyai biaya dari menerima tingkat pengambilan yang rendah
dan manfaat yang membuat transaksi lebih aman. Orang-orang memutuskan berapa banyak uang
yang akan dipegang dalam men-trade-off-kan biaya dan manfaat ini.

Pengembangan lebih lanjut dari teori transaksi dari permintaan uang adalah model menejemen
kas Baumol-Tobin (the inventory approach to money demand), teori portofolio dari permintaan
uang dari James Tobin (the portfolio approach to money demand) dan teori kuantitas modern dari
Friedman.

Model Manajemen Kas Baumol-Tobin

6
Seperti teori kuantitas dan teori Cambridge, model ini juga menekankan pentingnya penggunaan
uang untuk keperluan transaksi. Teori model ini juga memandang adanya direct dan inderect cost
(biaya langsung dan biaya tidak langsung) memegang uang untuk tujuan transaksi dan
bagaimana perubahan kedua biaya ini akan mempengaruhi permintaan uang (Jansen : 2002).
Biaya langsung yaitu biaya perjalanan atau biaya mentransfer aset non moneter menjadi aset
moneter sedangkan biaya tidak langsung yaitu jumlah bunga yang hilang.

Baumol dan Tobin mencapai kesimpulan yang serupa mengenai permintaan uang untuk
transaksi. Baumol melihat bahwa kebutuhan akan uang untuk transaksi pada hakekatnya adalah
sama dengan kebutuhan stok uang yang akan dipegang dengan pertimbangan biaya dengan
memilih jumlah dan pola waktu untuk stok yang tepat agar biaya yang membebaninya minimal.

Model Baumol-Tobin menganalisa biaya dan manfaat dari memegang uang. Manfaatnya adalah
kenyamanan; orang memegang uang agar mereka tidak perlu lagi ke bank setiap kali ingin
membeli sesuatu. Biaya kenyamanan ini adalah hilangnya bunga yang akan mereka terima jika
uang tersebut mereka simpan di bank.

Model ini bertitik tolak dari anggapan bahwa seseorang menerima pendapatan tertentu secara
reguler setiap waktu, dan untuk penyederhanaan orang tersebut selalu membelanjakan sejumlah
tertentu (tetap) setiap harinya. Dengan kata lain kebutuhuan uang tunai setiap per satuan waktu
adalah konstan. Pemilik pendapatan tersebut juga dapat memilih memegang hasil pendapatannya
dalam bentuk uang tunai atau obligasi.

Uang tunai dianggap tidak menghasilkan apapun, tapi dipegang karena bisa digunakan untuk
transaksi. Sedangkan obligasi menghasilkan tingkat bunga, tapi bila ingin digunakan untuk
transaksi harus terlebih dahulu ditukarkan kedalam bentuk uang tunai. Selanjutnya dianggap
bahwa setiap kali menjual obligasi, ada biaya (tetap) yang dibebankan. Karena uang tunai tidak
menghasilkan apapun, maka orang akan cenderung memegang pendapatan totalnya sebanyak
mungkin dalam bentuk obligasi. Keputusan ini dilakukan dengan mempertimbangkan biaya yang
paling menguntungkan. Biaya yang paling menguntungkan ini adalah dengan memilih

7
nilai/jumlah obligasi yang akan dijual dengan tujuan memenuhi kebutuhan uang tunai untuk
transaksi dalam jangka waktu tertentu yang akan menimbulkan biaya total dari pemegangan stok.

Teori Portofolio dari Permintaan Uang

Teori portofolio menekankan peran uang sebagai penyimpan nilai. Menurut teori ini, orang-orang
memegang uang sebagai aset portofolio mereka. Teori portofolio memperdiksi bahwa permintaan
uang seharusnya tergantung pada resiko dan hasil yang diberikan oleh uang dan oleh berbagai
aset selain uang. Selain itu, permintaan uang seharusnya bergantung pada kekayaan total, karena
kekayaan mengukur besarnya portofolio yang dialokasikan diantara uang dan aset alternatif.
Fungsi permintaan uang dalam teori portofolio mengasumsikan permintaan uang bergantung
pada pengembalian saham riil, pengembalian obligasi riil yang diharapkan, tingkat inflasi yang
diharapkan, dan kekayaan riil.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa, kenaikan dalam pengembalian saham riil dan
pengembalian obligasi riil yang diharapakan menurunkan permintaan uang, kerena uang menjadi
kurang menarik. Kenaikan dalam kekayaan riil meningkatkan permintaan uang, karena kekayaan
yang lebih tinggi berarti portofolio yang lebih besar.

Teori portofolio bermanfaat untuk mempelajari permintaan uang bergantung pada ukuran uang
manakah yang kita gunakan. Ukuran uang yang paling sempit (M1) adalah aset yang didominasi
(dominated assets); sebagai penyimpan nilai, uang eksis sepanjang aset-aset lain dalam kondisi
lebih baik. Jadi, tidak optimal bagi orang-orang untuk memegang uang sebagai bagian dari
portofolio mereka, dan teori portofolio tidak dapat menjelaskan permintaan terhadap bentuk uang
yang didominasi ini. Ukuran uang yang lebih luas mencakup banyak aset yang mendominasi
mata uang dan rekening cek, sehingga pendekatan portofolio terhadap permintaan uang
merupakan teori yang baik untuk menjelaskan permintaan terhadap M2 atau M3 (Mankiw :
2000).

Teori Kuantitas Modern dari Friedman

8
Teori kuantitas modern dari permintaan uang di bangun berdasarkan teori kuantitas uang dengan
menekankan kekhasan kepemilikan uang sebagai media pertukaran. Kekhasan ini karena
memandang permintaan uang mirip permintaan akan suatu barang yang dipengaruhi oleh tiga hal
yaitu; total kekayaan yang merupakan kendala anggaran (budget constraint) dalam perilaku
konsumen, harga dari masing-masing bentuk kekayaan, serta selera dan preferensi (taste and
preference) pemilik kekayaan (Jansen : 2002).

Teori kuantitas modern menekankan permintaan uang dari keuntungan dari proses subtitusi antar
bentuk kekayaan seperti uang, obigasi, saham, surat berharga, dan bentuk kekayaan yang lain
baik manusiawi maupun nonmanusiawi. Permintaan uang terhadap bentuk kekayaan di atas
sangat dipengaruhi oleh hasil (return) yang akan diterima oleh pemilik kekayaan di masa yang
akan datang.

Dalam teori permintaan uangnya, Friedman menganggap bahwa pemilik kekayaan memutuskan
aktiva-aktiva apa yang akan dipegang atas dasar perbandingan manfaat, selera dan jumlah
kekayaanya. Pengertian kekayaan dari Friedman tidak hanya berbentuk uang atau bisa diubah
atau dijual menjadi uang, tetapi juga termasuk nilai dari aliran penghasilan ditahun-tahun
mendatang dari tenaga kerjanya. Kekayaan tidak lain adalah nalai sekarang dari aliran
penghasilan yang diharapakan dari aktiva-aktiva yang dipegang. Pengertian kedua yang penting
adalah manfaat. Manfaat (returns) dari setiap bentuk aktiva merupakan faktor pertimbangan
untuk memutuskan berapa jumlah dari masing-masing bantuk aktiva yang akan dipegang
tersebut.

Dalam melakukan perumusan fungsi permintaan uang (permintaan total uang, Friedman tidak
menganal pembagian motif memegang uang seperti Keynes), Friedman melakukan beberapa
penyederhanaan. Ia menganggap pemilik kekayaan bisa memilih lima bentuk kekayaan untuk
dipegang, yaitu: uang tunai, obligasi, saham atau equities, barang-barang fisik bukan manusia,
dan kekayaan manusiawi / human capital.

a) Produk Domestik Regional Bruto

9
Produk Domestik Regiona Bruto (PDRB) merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi
satu wilayah. Pertumbuhan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya
infrastruktur ekonomi. PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit
usaha dalam wilayah tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh seluruh unit ekonomi.

PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung
dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada suatu tahun
tertentu sebagai tahun dasar hitungannya. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk
melihat pergeseran struktur ekonomi, sedangkan harga konstan dapat digunkana untuk
mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Produk Domistik Regional Bruto
(PDRB) dihitung oleh Badan Pusat Statistik (BPS) oleh masing-masing wilayah. BPS
menghitung PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan yaitu :
Pendekatan Produksi (Pruduction Approach) yaitu PDRB merupakan jumlah nilai produk
barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi dalam suatu wilayah / region
pada suatu jangka waktu tertentu, biasanya setahun.

Pendekatan Pendapatan (Income Approach) yaitu PDRB merupakan jumlah balas jasa
yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang ikut di dalam proses produksi di suatu wilayah
pada jangka waktu tertentu (setahun). Balas jasa faktor produksi tersebut adalah upah dan gaji,
sewa tanah, bunga modal dan keuntungan.

Pendapatan Pengeluaran (Expenditure Approach) yaitu PDRB merupakan jumlah semua


pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung,
perubahan stok dan ekspor neto di suatu wilayah pada suatu periode (biasanya setahun). Ekspor
neto disini adalah ekspor dikurangi impor.

Kuantitas uang dalam perekonomian sangat erat kaitannya dengan jumlah mata uang yang
diperlukan dalam transakasi. Dalam penulisan skripsi ini, karena jumlah transaksi sulit diukur,
maka jumlah transaksi diganti dengan output total dari perekonomian suatu wilayah atau daerah
(PDRB). Transaksi dan output sangat berkaitan, karena semakin banyak perekonomian

10
berproduksi, semakin banyak barang yang dibeli dan dijual. Namun demikian menurut Mankiw
(2000) keduanya tidak sama. Ketika seseorang menjual mobil bekas untuk orang lain, misalnya,
mereka melakukan transaksi dengan menggunakan uang, meskipun mobil bekas bukan bagian
dari output sekarang.

b) Suku Bunga

Menurut Keynes (1936) suku bunga merupakan harga dari penggunaan uang. Sedangkan
menurut Hubbard (1997), bunga adalah biaya yang harus dibayar atas pinjaman yang diterima
dan imbalan atas investasinya. Suku bunga mempengaruhi keputusan individu terhadap pilahan
membelanjakan uang lebih banyak atau menabung (Laksomono : 2001).

Para ekonom membagi tingkat suku bunga atas dua yaitu, tingkat bunga nominal (nominal
interest rate) dan tingkat bunga riil (real interest rate). Para ekonom menyebutkan tingkat bunga
yang dibayar bank sebagai tingkat bunga nominal dan kenaikan dalam daya beli Anda dengan
tingkat bunga riil. Tingkat bunga nominal biasa juga disebut biaya peluang (opportunity cost)
dari memegang uang: biaya yang timbul karena Anda lebih memilih suka memegang uang
ketimbang obligasi.

Dapat juga di katakan bahwa tingkat bunga riil adalah perbedaan di antara tingkat bunga nominal
dan tingkat inflasi. Kalau diatur kembali persamaan ini, dapat dilihat bahwa tingkat bunga
nominal adalah jumlah tingkat bunga riil dan tingkat inflasi.

Menurut Fisher (Fisher Equation). Hal ini menunjukkan tingkat bunga bisa berubah karena dua
alasan : karena tingkat bunga riil berubah atau karena tingkat inflasi berubah. Menurut
persamaan Fisher di atas, kenaikan 1 persen dalam tingkat inflasi sebaliknya menyebabkan
kenaikan 1 persen dalam tingkat bunga nominal. Hubungan satu-untuk-satu antara tingkat inflasi
dan tingkat bunga nominal disebut efek Fisher (Fisher Effect) (Mankiw : 2003).

c) Inflasi

11
Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan
terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai
faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang
memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidak lancaran
distribusi barang. Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang
secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga.
Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah
indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga
berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga
digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadang kala dilihat sebagai
penyebab meningkatnya harga. Ada banyak cara untuk mengukur tingkat inflasi, dua yang paling
sering digunakan adalah IHK (Indeks Harga Konsumen) dan PDB/PDRB.

Inflasi dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu inflasi ringan, sedang, berat, dan
hiperinflasi. Inflasi ringan terjadi apabila kenaikan harga berada di bawah angka 10% setahun;
inflasi sedang antara 10%30% setahun; berat antara 30%100% setahun; dan hiperinflasi
atau inflasi tak terkendali terjadi apabila kenaikan harga berada di atas 100% setahun.

Bank sentral umumnya mengandalkan jumlah uang beredar dan/atau tingkat suku bunga sebagai
instrumen dalam mengendalikan harga. Selain itu, bank sentral juga berkewajiban
mengendalikan tingkat nilai tukar mata uang domestik. Hal ini disebabkan karena nilai sebuah
mata uang dapat bersifat internal (dicerminkan oleh tingkat inflasi) maupun eksternal (kurs). Saat
ini pola inflation targeting banyak diterapkan oleh bank sentral di seluruh dunia, termasuk oleh
Bank Indonesia.

3. Hubungan antara Pendapatan, Suku Bunga Deposito dan Inflasi Terhadap Permintaan
Uang

a. Pengaruh Pendapatan Regional (PDRB) Terhadap Permintaan Uang

12
Pada dasarnya pendapatan mencerminkan seberapa besar tingkat konsumsi seseorang.
Biasanya semakin tinggi pendapatan seseorang, maka keinginannya untuk mengkonsumsi satu
atau beberapa jenis barang juga akan semakin ikut meningkat.

Faktor yang paling mempengaruhi pertumbuhan uang dalam suatu wilayah antara lain
pendapatan, nilai tukar, dan tingkat suku bunga (Boediono:1985). Pendapatan dan permintaan
uang sangat berhubungan erat serta mempunyai sifat yang positif dan signifikan. Yang artinya
ketika pendapatan mengalami kenaikan, maka permintaan akan uang juga akan mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan karena meningkatnya permintaan untuk konsumsi di kalangan
masyarakat.

Sama halnya dengan apa yang dikemukakan oleh para ekonom klasik dalam teori permintaan
uang yang beranggapan bahwa permintaan uang murni didasarkan untuk memenuhi kebutuhan
dalam transaksi. Anggapan ini memberikan kesimpulan bahwa permintaan uang untuk kebutuhan
transaksi sangat tergantung pada tingkat pendapatan.

b. Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito Terhadap Permintaan Uang


Pada umunya orang-orang yang mempunyai pendapatan yang berlebih akan menyimpan
uangnya pada pihak perbankan dalam bentuk deposito. Alasan tersebut dikarenakan adanya
pendapatan yang akan diterima dari uang tersebut yaitu berupa bunga.

Bunga merupakan salah satu varibel makro dalam moneter yang selalu diamati oleh para pelaku
ekonomi. Tinggi rendahnya suku bunga yang ditawarkan suatu pihak perbankan, maka akan
mempengaruhi sifat para pelaku ekonomi. Sebagai salah satu contohnya ketika suku bunga
mengalami kenaikan, orang-orang akan lebih memilih menyimpan uangnya di bank
dibandingkan untuk menggunakannya sebagai konsumsi dan begitu pula sebaliknya. Akan ada
yang dikorbankan seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang lebih dari yang mereka miliki.

Menurut Keynes faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan uang dengan motif spekulasi
adalah besarnya suku bunga, dividen surat-surat berharga, ataupun capital gain. Karena ketika
seseorang memilih memegang uang, maka mereka akan mendapatkan oppurtunity cost dari

13
memegang uang atau dengan kata lain terdapat potensi kehilangan pendapatan bunga jika
seseorang menetapkan salah satu bentuk kekayaan (asset).

Dalam hubungannya dengan permintaan uang, suku bunga berpengaruh negatif. Hal ini
dikarenakan ketika suku bunga meningkat, jumlah dari uang tunai yang dipegang untuk transaksi
juga akan mengalami penurunan, karena orang akan lebih memilih melakukan saving untuk
mendapatkan pendapatan lebih yaitu bunga.

c. Pengaruh Tingkat Inflasi Terhadap Permintaan Uang


Dalam perekonomian inflasi merupakan sesuatu yang harus selalu dipantau dan
diwaspadai oleh semua pelaku ekonomi terutama Bank Indonesia. Besarnya kontribusi Inflasi
dalam perekonomian menjadikannnya salah satu pilar dari pertumbuhan ekonomi suatu wilayah.
Kenaikan dari angka inflasi akan manjadikan perekonomian berada dalam posisi yang genting
apabila tidak ditopang dengan output atau pendatan dari wilayah tersebut.

Kaitan antara inflasi dan permintaan uang mempunyai hubungan yang sangat erat. Seseorang
akan menjadikan inflasi sebagai motif spekulasi dari permintaan uang, yang artinya ketika
seseorang memprediksikan angka inflasi akan mengalami kenaikan maka permintaan uangnya
pun juga akan ikut naik. Hal ini di sebabkan kerena akan meningkatnya jumlah harga kebutuhan
sehari-hari di pasaran.
Seperti yang dikatakan oleh Friedman dalam teori permintaan uangnya yaitu kecepatan
permintaan dan peredaran uang di masyarakat tergantung dari faktor ekonomi yaitu suku bunga
dan inflasi. Dimana hal tersebut dapat diartikan bahwa inflasi merupakan salah satu komponen
moneter yang sangat erat hubungannya dengan permintaan uang, saat terjadi inflasi permintaan
uang akan semakin meningkat, ini disebabkan karena kurangnya output produksi dari produsen
yang mengakibatkan harga barang/jasa juga ikut naik. Oleh karena itu Bank Sentral selalu
berusaha mempertahankan tingkat inflasi dalam tingkat yang normal agar tidak berdampak buruk
juga pada veribel ekonomi makro lainnya.

Tinjauan Empiris

14
Spencer (1985) melakukan penelitian tentang stabilitas parameter permintaan uang di
Indonesia menggunakan data kuartalan tahun 1967-1981. Kajian tersebut menggunakan data
uang dalam arti sempit (M1) dan luas (M2), pendapatan (PDB), tingkat bunga dan jumlah kantor
bank. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa koefisien parameter permintaan uang M1
tidak stabil karena penambahan jumlah kantor telah menyebabkan kanaikan elastisitas
permintaan uang sedangkan elastisitas tingkat bunga mengalami penurunan.

Effendi dan Aliasuddin (1998) juga telah melakukan penelitian empiris tentang stabilitas
permintaan uang di Indonesia dengan menggunakan data tahunan dari 1971 hingga 1996.
Hasilnya, parameter permintaan uang pada periode tersebut stabil. Namun kajian tersebut kurang
konsisten dengan nilai elastisitas yang saling berbeda-beda untuk masing-masing periode
penelitian. Hal tersebut disebabkan oleh pelanggaran asumsi klasik dalam model estimasi yang
digunakan. Ada dua pelanggaran yang dijumpai dalam model tersebut yaitu multikolinearitas dan
heteroskedastisitas.

Astiyah (2002) mengkaji perilaku permintaan uang dan implikasinya bagi kebijakan
moneter di Indonesia. Dari berbgai definisi uang beredar, Astiyah menemukan bahwa hubungan
antara uang beredar (M1 dan M2) dengan sasaran akhir inflasi semakin tidak stabil. Bahkan
untuk uang primer telah menjadi variabel yang endogen, dalam arti dipengaruhi oleh
perkembangan ekonomi dan infalsi, dan karenaya sulit dikendalikan. Hanya permintaan uang
kartal (kertas dan logam) secara riil yang relatif stabil.

15
I. Penawaran Uang

Penawaran uang (money supply) (Asfia Murni, 2006: 158) merupakan jumlah yang
tersedia dalam kegiatan ekonomi suatu negara atau disebut juga dalam jumlah uang beredar.
Jumlah uang beredar adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat.

Penawaran uang adalah penawaran sejumlah dana yang akan disalurkan dalam bentuk
pinjaman atau kredit. Dalam sistem perekonomian makro, pengaturan jumlah penawaran uang
peranannya dilakukan oleh pemerintah dan sistem bank. Keputusan pemerintah yang
menentukan seberapa banyak uang harus disediakan, penting artinya dalam menentukan
banyaknya jumlah uang beredar. Disamping itu penawaran uang ditentukan pula oleh sistem
bank dalam membentuk uang. giral, sebagai deposito pemiliknya ataupun dalam mewujudkan
pinjaman.

Uang beredar merupakan salah satu indicator penting dalam proses pengambil kebijakan
ekonomi. Hal ini disebabkan segala kegiatan ekonomi seperti produksi, konsumsi, dan investasi
selalu meliabtkan uang. Perkembangan dan pergerakan uang beredar harus benar-benar
diperhatikan karena sering dikaitkan dengan pergerakan tingakat suku bunga, perubahan harga,
dan tingkat pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu uang berperan penting dalam perekonomian
dan jumlah uang beredar harus diatur supaya sesuai dengan kapasitas ekonomi, yaitu supaya
tidak berlebihan dan tidak kekurangan.

Berdasarkan pasal 1 ayat 10 Undang-Undang RI No. 23 Tahun 1999 tentang Bank


Indonesia menyatakan bahwa: Kebijakan moneter adalah kebijakan yang ditetapkan dan
dilaksanakan oleh Bank Indonesia untuk mencapai dan memelihara kestabilan stabilitas nilai
rupiah, yang dilakukan antara lain melalui pengendalian jumlah uang beredar dan atau suku
bunga.

16
Pertumbuhan penawaran uang secara konstan akan menimbulkan inflasi tingkat harga
secara terus menerus akan sama besarnya, namun perubahan-perubahan dalam tingkat inflasi
dalam jangka panjang tidak mempengaruhi tingkat output employment maupun harga-harga
relatif dari berbagai barang dan jasa. Ditinjau dari faktor-faktor yang menimbulkan inflasi dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu: inflasi tarikan permintaan (demand pull inflation) dan inflasi
desakan biaya (cost push inflation).

Teori likuiditas atas bunga menjelaskan bahwa, bunga adalah harga uang, dan harga uang
(bunga) ditentukan oleh jumlah uang (money supply). Dengan demikian, jika uang yang tersedia
(money supply) rendah maka tingkat bunga akan naik dan tinggi. Sebaliknya, jika jumlah uang
yang tersedia (money supply) amat rendah, maka akan terjadi kesulitan likuiditas yang pada
akhirnya membuat perekonomian macet alias kriris.

II. Jenis Uang Beredar


Menurut Solikin dan Suseno (2002), uang yang beredar merupakan kewajiban sistem
moneter terhadap sektor swasta domestik atau masyarakat, yang terdiri dari uang kartal
(currency), uang giral (demand deposit), dan uang kuasi (quasi money). Sistem moneter adalah
otoritas moneter (bank sentral) dan bank umum, dimana Bank Indonesia sebagain bank sentral
merupakan lembaga yang mengeluarkan dan mengedarkan uang kartal, sedangkan bank umum
mengeluarkan dan mengedarkan uang giral serta uang kuasi.
Uang kartal dan uang giral dapat digunakan secara langsung oleh masyarakat untuk
melakukan pembayaran tunai, sendangkan uang kuasi adalah yang disimpang dalam rekening
tabungan dan deposito berjangka atau bank simpan yang tidak bisa ditarik sewaktu-waktu.
Masyarakat pada umumnya lebih mengenal masalah uang kartal sebagai uang tunai yang
terdiri dari uang kertas dan uang logam. Sementara contoh uang giral adalah cek dan bilyet giro.
Sedangkan uang kuasi meliputi (Dhani Agung Darmawan, 2005: 5):
Tabungan (saving deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan
menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat
yang dapat dipersamakan dengan itu. (Uang sepenuhnya tidak likuid).
Deposito berjangka (time deposit) adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian. (Uang yang kehilangan untuk
sementara fungsinya sebagai alat tukar).

17
Rekening valuta asing milik swasta domestik (Aktiva yang hanya dapat memenuhi fungsi
uang sebagai penyimpanan daya beli).

Secara lebih ringkas, penawaran uang yang ada di Indonesia saat ini (Asfiam Murni,
2006: 158) adalah:

a) Penawaran uang dalam arti sempit (narrow money), diberi simbol M1, merupakan jumlah
uang beredar yang sering digunakan untuk keperluan transaksi, yang terdiri dari:
1) Uang Koin/logam dan uang kertas yang biasa disebut uang kartal.
2) Uang giral atau uang bank, yaitu deposito yang terdapat di bank bank umum dan
dapat dikeluarkan dengan menggunakan cek.

M 1=C+ D M1
Dimana: = uang dalam arti sempit
C = currency, uang kartal
DD = demand deposit, uang giral.
b) Penawaran uang dalam arti luas (broad money), diberi simbol M2, terdiri dari M1 (uang
logam, uang kertas, dan uang giral/cek) ditambah dengan uang kuasi/near money. Near
money adalah rekening tabungan dan kekayaan lain yang ditukarkan/dicairkan dalam
waktu dekat. Contohnya deposito yang ditukar menjadi uang kontan atau liquid, tanpa
kehilangan nilainya.
Total penawaran uang atau jumlah uang beredar
M2 = M1 + Near Money
M 2=M 1+TD + SD

M2
Dimana: = uang dalam arti luas

M1
= uang dalam arti sempit

TD = time deposits (deposito berjangka)

SD = saving deposits (saldo tabungan)

Semua uang yang beredar dipandang sebagai liquiditas perekonomian, yaitu alat yang
dapat memperlancar kegiatan ekonomi.

18
Perbankan dengan Cadangan 100 Persen

Deposito yang diterima bank tapi belum dipinjamkan disebut cadangan(reserves). Misalkan
semua deposito disimpan sebagai cadangan : bank menerima deposito, menempatkan uang dalam
cadangan, dan meninggalkan uang sampai deposan melakukan penarikan atau menulis cek.
Dalam sistem perbankan cadangan-100-persen, semua deposito disimpan dalam cadangan;
sehingga sistem perbankan tidak mempengaruhi jumlah uang beredar.

Perbankan Cadangan-Fraksional

Sepanjang jumlah deposito baru hampir sama dengan jumlah penarikan, bank tidak perlu
menyimpan semua depositonya dalam cadangan. Catatan : rasio deposito-cadangan (reserve-
deposit ratio) adalah bagian deposito yang bank cadangkan. Cadangan berlebih (excess
reserves) adalah cadangan di atas cadangan yang disyaratkan.
Perbankan cadangan-fraksional (Fractional-reserve banking), sistem di mana bank hanya
menyimpan sebagian depositonya dalam cadangan. Pada sistem ini, bank menciptakan uang.
Lebih dekat dengan penciptaan uang.
Asumsikan tiap bank menjaga rasio deposit-cadangan, reserve-deposit ratio
(rr)pada 20 Persen dan bahwa deposito awal sebesar $1.000.

Model Jumlah Uang Beredar

Tiga variabel eksogen :

Basis moneter (monetary base) B adalah jumlah dolar yang dipegang oleh publik sebagai mata
uang C dan oleh bank sebagai cadangan R. Rasio deposito-cadangan (reserve-deposit
ratio) rr adalah bagian deposito D yang bank simpan dalam cadangan R. Rasio deposito-uang
kartal (currency-deposit ratio) cr adalah jumlah Uang kartal C yang orang pegang dalam bentuk
rekening giro D.

Pengganda Uang

Karena memiliki dampak pengganda terhadap jumlah uang beredar, basis moneter kadang
disebut uang berdaya-tinggi (high-powered money). Mari kita kembali ke tiga variabel eksogen
kita untuk melihat bagaimana perubahannya menyebabkan jumlah uang beredar berubah:
Jumlah uang beredar M adalah proporsional terhadap basis moneter B. Jadi, kenaikan basis
moneter meningkatkan jumlah uang beredar dalam persentase yang sama.

Semakin kecil rasio deposito-cadangan rr (R/D), semakin banyak pinjaman yang bank buat, dan
semakin banyak uang yang bank ciptakan dari setiap dolar cadangan.
Semakin kecil rasio deposito-uang kartal cr (C/D) , semakin sedikit dolar pada basis moneter
yang dipegang publik, semakin besar cadangan, dan semakin banyak uang yang bank ciptakan.

19
Jadi, penurunan rasio deposito-uang kartal meningkatkan pengganda uang dan jumlah uang
beredar.

Bagaimana Fed mengendalikan jumlah uang beredar

Operasi pasar-terbuka (open-market operations), pembelian dan penjualan obligasi


pemerintah).
D Persyaratan cadangan (Reserve requirements), instrumen yang paling jarang
digunakan).
D Tingkat diskonto (Discount rate) di mana bank-bank anggotatidak memenuhi
persyaratan cadanganbisa meminjam dari the Fed.

20

Anda mungkin juga menyukai