Nim :2020211068
Mata Kuliah : Ekonomi Moneter
Menurut Keynes, karena upah bergerak lamban, maka sistem kapitalisme tidak akan
secara otomatis menuju kepada keseimbangan penggunaan tenaga kerja secara penuh
(full-employment equilibrium). Akibat yang ditimbulkan justru sebaliknya (equilibrium
underemployment) yang dapat diperbaiki melalui kebijakan fiskal atau moneter untuk
meningkatkan permintaan agregat. Aliran Pasca Keynes memperluas Teori Keynes
menjadi teori ouput dan kesempatan kerja dalam jangka panjang, yang menganalisis
fluktuasi jangka pendek untuk mengetahui adanya perkembangan jangka panjang.
Apabila jumlah penduduk bertambah, maka pendapatan perkapita akan berkurang,
kecuali bila pendapatan riil juga bertambah.
Selanjutnya bila angkatan kerja berkembang, maka output harus bertambah juga untuk
mempertahankan kesempatan kerja penuh. Bila terjadi investasi, maka pendapatan riil
juga harus bertambah pula untuk mencegah terjadinya kapasitas yang menganggur
(idle capacity) Adisasmita (dalam Tapparan, 2020:69).
Tiang utama dari teori moneter klasik adalah J.B. Say, Irving Fisher dan A. Marshall. J.B.
Say terkenal karena hukum yang dikemukakannya, bahwa penawaran akan selalu
menciptakan permintaan (supply creates its own demand). Artinya, bahwa suatu
perekonomian tidak akan mengalami underemployment atau apa yang oleh Malthus
dinamakan underconsumption. Pengeluaran total masyarakat akan selalu dapat
mencukupi untuk menunjang produksi pada keadaan kesempatan kerja penuh (full
employment).
Keynes dalam bukunya yang berjudul “The General Theory of Employment, Interest and
Money”, 1936 melakukan kritik terhadap teori Klasik. Menurut keynes, mekanisme pasar
tidak secara otomatis menciptakan Full Employment dalam perekonomian. Oleh karena
itu membutuhkan campur tangan pemerintah (investasi yang besar) sebagaimana
disampaikan dalam kumpulan kuliahnya di Oxford University yang diterbikan tahun 1926
dengan judul ”The End of Laissez Faire”.
Oleh karena itu diperlukan kebijaksanaan tentang Stabilitas Harga oleh pemerintah,
karena stabilisasi tidak dapat dilakukan dalam sistim moneter saat itu (standar emas).
4. Pendapat Klasik bahwa jumlah tabungan akan selalu sama dengan jumlah investasi,
sedangkan Keynes membantah pernyataan tersebut dengan alasan bahwa motif orang
untuk menabung tidak sama dengan motif pengusaha untuk menginvestasi. Pengusaha
melakukan investasi didorong oleh keinginan untuk mendapatkan laba sebesar-
besarnya. Sedangkan sektor rumah tangga melakukan penabungan didorong oleh motif
berjaga-jaga.
Teori Moneter Modern atau Teori Uang Modern (MMT) atau Teori dan Praktek Moneter
Modern (MMTP) adalah teori dan praktik ekonomi makro yang menggambarkan
penggunaan praktis mata uang fiat dalam monopoli publik dari otoritas penerbit,
biasanya bank sentral pemerintah. Efek pada pekerjaan digunakan sebagai bukti bahwa
perusahaan monopoli mata uang terlalu membatasi pasokan aset keuangan yang
diperlukan untuk membayar pajak dan memenuhi keinginan menabung.
Prinsip utama MMT adalah pemerintah yang mengeluarkan uang fiatnya sendiri:
1. Dapat membayar barang, jasa, dan aset keuangan tanpa perlu mengumpulkan uang
dalam bentuk pajak atau penerbitan utang sebelum pembelian tersebut;
2. Tidak dapat dipaksa untuk default pada utang dalam mata uangnya sendiri;
3. Hanya terbatas dalam penciptaan dan pembelian uang oleh inflasi , yang
mempercepat begitu sumber daya nyata (tenaga kerja, modal dan sumber daya alam)
ekonomi digunakan pada pekerjaan penuh ;
5. Tidak perlu bersaing dengan sektor swasta untuk penghematan yang langka
dengan menerbitkan obligasi.
Teori permintaan uang menurut Keynes dikenal dengan teori Liquidity of Preference
yang menjelaskan perilaku masyarakat dalam memegang uang.
Menurut Keynes, permintaan uang untuk transaksi yang dipengaruhi oleh besarnya
pendapatan nasional merupakan hal yang tidak bisa dibantah. Semakin tinggi kegiatan
transaksi ekonomi, maka akan semakin tinggi permintaan uang untuk kebutuhan
transaksi.
Dalam buku Ekonomi Moneter (2008) karya Imamudin Yuliadi, dijelaskan bahwa
menurut Keynes, kebutuhan uang tidak hanya untuk sesuatu yang sifatnya normal dan
reguler seperti halnya kebutuhan uang untuk transaksi.
Tetapi, kebutuhan uang juga untuk sesuatu di luar perencanaan sebelumnya, seperti
kebutuhan untuk membeli obat ketika sakit, kebutuhan membeli peralatan produksi
ketika mengalami kerusakan, dan lain-lain.
Motif permintaan uang untuk kebutuhan transaksi dan untuk berjaga-jaga sebenarnya
masih sejalan dengan pemikiran kaum klasik.
Namun, ada satu hal yang membedakan motif permintaan uang menurut Keynes
dengan pemikiran klasik, yaitu motif spekulasi. Motif spekulasi berhubungan dengan
fungsi uang sebagai penyimpan nilai.
Selain motif spekulasi, perbedaan lain antara pemikiran Keynes dengan pemikiran kaum
klasik terletak pada penekanan analisis ekonominya.