Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH EKONOMIKA PENGANTAR

PERTUMBUHAN UANG DAN INFLASI

DISUSUN OLEH:

Aghe Leopanda Sugito (19752002)

Akuntansi 1A

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

JURUSAN EKONOMI DAN BISNIS

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020


KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah Swt. Yang senantiasa


melimpahkan kenikmatan-kenikmatan kepada hambanya dan telah memberikan
saya kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini. Untuk memenuhi tugas yang
diberikan dosen mata kuliah “Ekonomika Pengantar”. Tanpa adanya pertolongan
dari Allah mungkin tugas saya ini tidak akan terselesaikan dengan baik. Tak lupa
pula sholawat dan salam kepada Nabiyullah yakni Muhammad Saw.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat lebih memahami dan memperluas
pengetahuannya mengenai “Pertumbuhan Uang dan Inflasi” yang saya buat
berdasarkan sumber. Penyusun menyadari bahwasanya masih banyak kekurangan,
maka saya dengan rendah hati dan ikhlas menerima kritikan maupun saran dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan terima kasih.

Natar, 10 Desember 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………….....i

Daftar Isi………………………………………………………………………......ii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………1
B. RUMUSAN MASALAH……………………………………...2
C. TUJUAN MASALAH………………………………………...2

BAB II PEMBAHASAN

A. TEORI KLASIK INFLASI……………………………………3


B. BIAYA INFLASI…………………………………………….10

BAB III PENUTUP

A. SIMPULAN………………………………………………….12
B. SARAN………………………………………………………12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam perekonomian kita, sebagian besar harga cenderung naik seiring


berjalannya waktu. Kenaikan tingkat harga secara keseluruhan ini dinamakan
dengan inflasi. Inflasi mungkin terlihat alamin dan tidak terhindarkan bagi
orang-orang yang tumbuh selama paruh kedua abad ke-20, tetapi sebenarnya
inflasi sama sekali bukan hal yang tak terhindarkan. Terdapat periode-periode
panjang pada abad ke-19 di mana sebagian besar harga-harga turun, sebuah
fenomena yang dinamakan dengan deflasi.

Walaupun inflasi telah menjadi hal yang biasa dalam sejarah terkini,
terdapat variasi yang substansial dalam tingkat kenaikan harga. Antara tahun
1997 dan 2006, harga-harga naik dengan tingkat rata-rata 2 persen per tahun,
dan 3,4 persen di wilayah Asia secara keseluruhan. Sebagai pembanding, pada
dekade 1970-an, harga-harga naik hingga hamper 9 persen per tahun di
negara-negara industry dan 9 persen di Asia, yang berarti tingkat harga naik
lebih dari dua kali lipat selama dekade itu sebagai masalah ekonomi yang
penting.

Harga-harga naik atau meningkat ketika pemerintah mencetak terlalu


banyak uang. Wawasan ini memiliki banyak tradisi yang panjang dan lama di
antara para ekonom. Teori jumlah telah dibahas oleh filsuf terkenal David
Hume pada abad ke-18 dan kini telah didukung oleh ekonom terkemuka,
Milton Friedman, dari Amerika. Teori tentang inflasi ini dapat menjelaskan
inflasi sedang dan hiperinflasi, seperti yang telah dialami Jerman pada masa
antarperang dan baru-baru ini di beberapa negara Amerika Latin.

1
B. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah dari makalah ini sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan teori klasik inflasi?


2. Apa saja yang terdapat dalam teori klasik inflasi?
3. Apa salah satu yang termasuk dalam biaya inflasi?

C. TUJUAN MASALAH

1. Agar mengetahui pengertian teori klasik inflasi.


2. Agar mengetahui apa saja yang terdapat dalam teori klasik inflasi.
3. Agar mengetahui salah satu yang termasuk biaya inflasi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TEORI KLASIK INFLASI

Pembelajaran tentang inflasi dengan mengembangkan teori jumlah uang,


teori ini sering kali disebut dengan “klasik” karena dikembangkan oleh para
pemikir paling awal tentang permasalahan ekonomi. Sebagian besar ekonom
mengandalkan teori ini untuk menjelaskan determinan jangka panjang pada
tingkat harga dan tingkat inflasi.

1. Tingkat harga dan nilai uang

Ketika indeks harga konsumen dan pengukur tingkat harga lain naik, para
komentator sering kali tergoda untuk melihat harga-harga individual yang
menyusun indeks-indeks harga ini: “IHK naik sebesar 3 persen bulan lalu,
disebabkan oleh kenaikan 20 persen pada harga beras dan kenaikan 30 persen
pada harga minyak goreng”. Walaupun pendekatan ini memang memiliki
beberapa informasi yang menarik tentang apa yang terjadi pada
perekonomian, pendekatan ini juga melewatkan sebuah pokok penting: inflasi
adalah fenomena dalam perekonomian yang berkaitan dengan, pertama dan
terpenting, nilai alat tukar dalam perekonomian.

Tingkat harga keseluruhan dalam perekonomian dapat dilihat dengan dua


cara. Sejauh ini, kita telah melihat tingkat harga sebagai harga sekumpulan
barang atau jasa. Ketika tingkat harga naik, orang-orang harus membayar
lebih untuk barang-barang dan jasa yang mereka beli. Sebagai alternatif, kita
dapat melihat tingkat harga sebagai pengukur nilai uang. Kenaikan pada
tingkat harga berarti nilai uang lebih rendah karena setiap lembar mata uang

3
lokal didalam dompet anda sekarang hanya dapat membeli barang dan jasa
dengan jumlah yang lebih sedikit.

2. Jumlah uang beredar, permintaan uang, dan keseimbangan moneter

Ketika bank sentral menjual surat obligasi dalam operasi pasar terbuka,
bank sentral menerima uang dan mengurangi jumlah uang yang beredar.
Ketika bank sentral membeli surat obligasi pemerintah, bank sentral
membayar dengan uang tunai dan memperbanyak jumlah uang yang beredar.
Selain itu, jika uang disimpan di bank yang kemudian menjadikannya
cadangan, penggandaan uang mulai beraksi, dan operasi pasar terbuka ini
memberi efek yang besar terhadap jumlah uang yang beredar.

Pada dasarnya, permintaan uang mencerminkan berapa banyak kekayaan


yang ingin dimiliki oleh orang-orang dalam bentuk likuid. Banyak faktor yang
mempengaruhi jumlah permintaan uang. Jumlah mata uang yang dimiliki
orang di dalam dompet mereka misalnya, tergantung pada berapa banyak
mereka menggunakan kartu kredit dan apakah ATM mudah ditemukan.
Meskipun banyak variable yang mempengaruhi permintaan uang, terdapat satu
variable yang penting: tingkat harga rata-rata dalam perekonomian. Berapa
banyak uang yang ingin orang-orang miliki untuk tujuan ini bergantung pada
harga barang dan jasa tersebut. Semakin tinggi harganya, semakin banyak
uang yang dibutuhkan untuk transaksi pada umumnya, dan semakin banyak
uang yang ingin dimiliki di dalam dompet dan rekening cek mereka. Artinya,
tingkat harga yang tinggi (berarti nilai uang rendah) meningkatkan jumlah
permintaan uang.

Yang dapat memastikan bahwa jumlah uang yang beredar di bank sentral
dapat seimbang dengan jumlah uang yang diminta masyarakat ialah ternyata
bergantung pada horizon waktu. Dalam jangka pendek suku bunga
memainkan peran penting. Dalam jangka panjang, tingkat harga keseluruhan
menyesuaikan dir dengan tingkat keseimbangan penawaran dan permintaan.

4
Jika tingkat harga di atas titik kesimbangan, masyarakat ingin menyimpan
uang lebih banyak daripada yang telah dicetak oleh bank sentral. Jadi, tingkat
harga harus turun untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Jika
tingkat harga di bawah titik keseimbangan, orang-orang akan ingin memiliki
uang lebih sedikit daripada yang telah dicetak oleh bank sentral, dan tingkat
harga harus naik untuk menyeimbangkan penawaran dan permintaan. Pada
tingkat harga keseimbangan, jumlah uang yang ingin dimiliki oleh orang-
orang seimbang dengan jumlah uang yang disediakan oleh bank sentral.

3. Pengaruh atau dampak injeksi moneter

Jika injeksi moneter menggeser kurva penawaran ke kanan maka dengan


kata lain, ketika terjadi peningkatan jumlah uang yang beredar menyebabkan
uang menjadi lebih banyak, hasilnya adalah peningkatan pada tingkat harga
yang menyebabkan nilai uang turun. Dampak langsung dari injeksi moneter
adalah berlebihnya jumlah uang yang beredar.

4. Proses penyesuaian barang dan jasa

Orang-orang mencoba untuk menyingkirkan kelebihan uang dengan cara.


Mereka mungkin membeli barang dan jasa dengan kelebihan uang mereka
atau mereka mungkin menggunakan kelebihan uang tersebut untuk
memberikan pinjaman kepada orang lain dengan membeli surat obligasi atau
dengan memasukkan tabungan ke dalam rekening di bank. Pemberian
pinjaman ini memungkinkan orang lain untuk membeli barang dan jasa.
Dalam hal ini permintaan uang meningkatkan permintaan barang dan jasa.

Namun, kemampuan perekonomian untuk menyediakan barang dan jasa


tidak berubah. Dengan demikian, semakin besar permintaan barang dan jasa
menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. Kenaikan tingkat harga, pada
gilirannya meningkatkan jumlah permintaan uang karena orang-orang

5
menggunakan lebih banyak uang untuk setiap transaksi. Dan tingkat harga
barang dan jasa keseluruhan disesuaikan agar penawaran dan permintaan
menjadi seimbang.

5. Dikotomi klasik dan netralitas/kenetralan moneter

Hume dan para filsuf yang sezaman dengannya berpendapat bahwa semua
variabel ekonomi harus dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
terdiri atas variabel-variabel nominal (nominal variables) ialah variabel-
variabel yang diukur dengan unit moneter. Kelompok kedua terdiri atas
variabel-variabel riil (real variables) ialah variabel-variabel yang diukur
dengan unit fisik. Sebagai contoh, pendapatan para petani padi adalah variabel
nominal karena diukur dengan uang, sedangakan jumlah padi yang mereka
hasilkan adalah variabel riil karena diukur dengan kilogram.

Hal serupa, PDB nominal adalah variabel nominal karena mengukur nilai
moneter keluaran barang dan jasa pada ekonomi; PDB riil adalah variabel riil
karena mengukur jumlah total barang dan jasa yang diproduksi dan tidak
dipengaruhi oleh harga barang dan jasa tersebut. Pemisahan variabel meenjadi
dua kelompok ini sekarang disebut dengan dikotomi klasik (classical
dichotomy). Dikotomi adalah pembagian menjadi dua kelompok, sedangkan
klasik merujuk pada para pemikir ekonomi awal.

Mengapa harus memisahkan variabel-variabel ini menjadi dua kelompok?


Hume berpendapat bahwa dikotomi klasik berguna untuk menganalisis
perekonomian karena berbagai kekuatan mempengaruhi variabel-variabel riil
dan nominal. Ia berpendapat secara khusus, variabel-variabel nominal sangat
dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan pada sistem moneter dalam
perekonomian, sedangkan sistem moneter sangat tidak relevan dalam
pemahaman tentang determinan variabel-variabel riil yang penting.

6
Perubahan jumlah uang yang beredar menurut Hume, memengaruhi
variabel-variabel nominal, tetapi tidak memengaruhi variabel-variabel riil.
Ketika bank sentral menggandakan jumlah uang yang beredar, tingkat harga
menjadi dua kali lipat, upah uang menjadi dua kali lipat, dan semua nilai uang
lain menjadi dua kali lipat. Variabel riil seperti produksi, tenaga kerja, upah
riil, dan suku bunga riil tidak berubah. Tidak relevannya perubahan-perubahan
meoneter terhadap variabel-variabel riil dinamakan dengan kenetralan moneter
(monetary neutrality).

6. Kecepataan perputaran uang dan persamaan kuantitas/jumlah

Kita dapat mengambil perspektif lain tentang teori jumlah uang dengan
memperhatikan pertanyaan berikut: Berapa kali dalam setahun uang kartal
untuk membayar barang dan jasa yang baru diproduksi? Jawaban atas
pertanyaan ini diberikan dengan sebuah variabel yang dinamakan vesolitas
uang (velocity of money). Dalam ilmu fisika istilah velositas merujuk pada
kecepatan gerakan sebuah benda. Dalam ilmu ekonomi, velositas uang
merujuk pada kecepatan sebuah mata uang bergerak di dalam ekonomi dari
dompet ke dompet.

Untuk menghitung velositas uang, kita membagi nilai nominal keluaran


(PDB nominal) dengan jumlah uang. Jika P adalah tingkat harga (deflator
PDB), Y adalah jumlah keluaran (PDB riil), dan M adalah jumlah uang
sehinggang kecepatan adalah

V = (P x Y) / M

Untuk menjelaskan rumus ini, bayangkan sebuah perekonomian sederhana


yang hanya memproduksi pizza. Anggaplah bahwa perekonomian tersebut
memproduksi 100 pizza dalam satu tahun, pizza tersebu dijual dengan harga
sebesar $10 per pizza, dan jumlah uang dalam perekonomian adalah $50.
Dengan demikian, velositas uang adalah

7
V = ($10 x 100) $50

= 20

Dalam perekonomian ini, orang menghabiskan total $1.000 per tahun


untuk pizza. Karena pengeluaran sebesar $1.000 ini hanya menggunakan
uang $50, setiap matta uang local (pada contoh ini, dolar AS) harus berpindah
tangan rata-rata 20 kali per tahun.

Dengan sedikit punyusunan ulang dengan aljabar, persamaan ini menjadi

MxV=PxY

Persamaan ini menyatakan bahwa jumlah (M) dikalikan dengan velositas


uang (V) sama dengan harga keluaran (P) dikalikan dengan jumlah keluaran
(Y). persamaan ini dinamakan persamaan jumlah (quantity equation) karena
menghubungkan jumlah (M) dengan nilai nominal keluaran (P x Y).
Persamaan jumlah memperlihatkan bahwa peningkatan pada jumlah uang di
dalam sebuah perekonomian pasti dicerminkan dalam salah satu dari tiga
variabel lain: Tingkat harga pasti naik, jumlah keluaran pasti naik, atau
kecepatan yang pasti turun.

Unsur-unsur yang diperlukan untuk menjelaskan tingkat harga


keseimbangan dan tingkat inflasi. Unsur-unsur itu adalah sebagai berikut.

1. Velositas yang relatif seiring berjalannya waktu.


2. Karena velositas stabil, ketika bank sentral mengubah jumlah (M), hal
ini menyebabkan perubahan-perubahan yang sebanding pada nilai
nominal keluaran (P x Y).
3. Keluaran barang dan jasa pada perekonomian (Y) ditentukan oleh
persediaan faktor (tenaga kerja, modal fisik, modal manusia dan
sumber daya alam)dan teknologi produksi yang tersedia.
4. Dengan keluaran (Y) ditentukan oleh persediaan faktor dan teknologi,
saat bank sentral mengubah jumlah uang yang beredarI (M) dan dan
menyebabkan perubahan yang proporsional pada nila nominal keluaran

8
(P x Y), perubahan-perubahan ini dicerminkan dalam perubahan-
perubahan tingkat harga (P).
5. Oleh karena itu, saat bank sentral meningkatkan jumlah uang yang
beredar dengan sangat cepat, hasilnya adalah tingkat inflasi yang
tinggi.

7. Pajak inflasi

Ketika pemerintah menambah penghasilan dengan mencetak uang,


pemerintah dikatakan memungut pajak inflasi (inflation tax). Namun, pajak
inflasi tidak sama seperti pajak lainnya karena tidak ada yang menerima
tagihan dari pemerintah untuk pajak ini. Ketika pemerintah mencetak uang,
tingkat harga naik, dan nilai uang di dalam dompet anda menjadi turun. Jadi,
pajak inflasi seperti pajak yang dikenakan kepada semua orang yang
memegang uang.

Hampir semua hiperinflasi memiliki npola yang sama, pemerintah


memiliki pengeluaran yang tinggi, penerimaan pajak tidak cukup, dan
keterbatasan kemampuan untuk meminjam. Akibatnya, pemerintah beralih
pada pencetakan uang untuk membiayai pengeluaran. Peningkatan besar
dalam jumlah uang menyebabkan inflasi besar. Inflasi berakhir ketika
pemerintah melakukan perbaikan fiskal, seperti pemotongan pengeluaran
pemerintah yang mengurangi perlunya pajak inflasi.

8. Efek fisher

Untuk memahami hubungan antara uang, inflasi, dan suku bunga, ingat
perbedaan antara suku bunga nominal dan suku bunga riil. Suku bunga
nominal adalah suku bunga yang anda ketahui dari bank anda. Jika anda
memiliki rekening tabungan misalnya, suku bunga nominal menunjukan
berapa banyak uang yang dihasilkan oleh rekening bank anda seiring

9
berjalannya waktu. Suku bunga riil adalah suku bunga nominal dikurangi
dengan tingkat inflasi.

Suku bunga riil = Suku bunga nominal – Tingkat inflasi

Kita dapat menuliskan kembali persamaan ini untuk menunjukan bahwa


suku bunga nominal adalah jumlah dari suku bunga riil dan tingkat inflasi.

Suku bunga nominal = Suku bunga riil + Tingkat inflasi

Dalam jangka panjang ketika uang netral, sebuah perubahan pada


pertumbuhan uang seharusnya tidak memengaruhi suku bunga riil. Suku
bunga riil merupakan variabel riil. Agar suku bunga riil tidak dipengaruhi,
suku bunga nominal disesuaikan seiring dengan perubahan pada tingkat
inflasi. Jadi, ketika bank sentral menaikkan tingkat pertumbuhan uang,
hasilnya tingkat inflasi lebih tinggi dan suku bunga nominal tinggi.
Penyesuaian suku bunga nominak dengan tingkat inflasi dinamakan dengan
efek fisher (fisher effect), yang diberi nama dari ekonom Irving Fisher (1867-
1974) yang pertama kali menelitinya.

B. BIAYA INFLASI

1. Turunnya daya beli akibat inflasi

Ketika harga naik, para pembeli barang dan jasa membayar lebih banyak
untuk barang dan jasa yang mereka beli. Namun, pada saat yang sama para
penjual barang dan jasa memperoleh lebih banyak uang untuk barang dan jasa
yang mereka jual. Karena sebagian besar orang memperoleh penghasilan
dengan menjual jasa mereka seperti tanaga mereka, inflasi pada pendapatan
berjalan seiring dengan inflasi harga. Jadi, inflasi sendiri tidak mengurangi
daya beli riil masyarakat.

10
Orang tidak percaya pada kekeliruan ini karena mereka tidak mengakui
prinsip kenetralan moneter. Seorang pekerja yang menerima kenaikan upah
sebesar 10 persen cenderung memandang bahwa kenaikan tersebut sebagai
imbalan dari kemampuan dan usahanya. Ketika tingkat inflasi sebesar 6 persen
mengurangi nilai riil dari kenaikan upah itu menjadi hanya 4 persen, pekerja
tersebut mungkin merasa dicurangi haknya. Pendapatan nominal ditentukan
oleh faktor-faktor misalnya tentang produksi dan pertumbuhan, pendapatan riil
ditentukan oleh variabel-variabel riil, seperti modal fisik, modal sumber daya
alam, dan teknologi produksi yang tersedia dan juga oleh tingkat harga
keseluruhan. Jika bank sentral ingin menurunkan tingkat inflasi dari 6 persen
menjadi nol, kenaikan upah tahunan pekerja tesebut akan berkurang dari 10
persen menjadi 4 persen. Ia mungkin tidak terlalu merasa dirampok oleh
inflasi, tetapi pendapatan nyata pekerja ini tidak akan naik dengan cepat.

Jika pendapatan nominal cenderung sama dengan kenaikan harga, lalu


kenapa inflasi menjadi masalah? Para ekonom telah mengidentifikasi
beberapa kerugian akibat inflasi. Setiap kerugian ini menunjukan bagaimana
pertumbuhan yang tetap pada jumlah uang yang beredar sebenarnya
memengaruhi variabel riil.

11
BAB III

PENUTUP

A. SIMPULAN

Penyebab utama inflasi adalah hanya pertumbuhan dalam jumlah uang.


Ketika bank sentral mencetak uang dalam jumlah besar, nilai uang
menurun dengan cepat. Untuk mempertahankan kestabilan harga, bank
sentral harus mempertahankan kendali yang ketat pada jumlah uang yang
beredar. Ketika bank sentral menurunkan tingkat pertumbuhan uang,
kenaikan harga-harga tidak cepat, seperti dinyatakan oleh teori jumlah.
Namun saat ekonomi mengalami transisi ke tingkat inflasi yang lebih
rendah, perubahan pada kebijakan moneter akan berdampak merugikan
produksi dan ketenagakerjaan. Maksudnya, walaupun kebijakan moneter
bersifat netral dalam jangka panjang, kebijakan moneter memiliki dampak
yang besar pada variabel-variabel riil dalam jangka pendek.

B. SARAN

Demikianlah makalah sederhana ini saya buat, semoga makalah ini


dapat bermanfaat bagi kita semua dalam memahami konsep pertumbuhan
uang dan inflasi. Jika ada salah dalam makalah ini, harap dimaklumi.
Mohon saran yang membangun yang sangat diharapkan untuk
memperbaiki makalah selanjutnya.

12
DAFTAR PUSTAKA

Mankiw, Quah, dan Wilson. 2014. pengantar ekonomi makro. Jakarta: Salemba
Empat

Anda mungkin juga menyukai