Anda di halaman 1dari 9

Siklus Bisnis

A. Siklus Bisnis
Siklus bisnis adalah fluktuasi ekonomi yang melanda produksi nasional, pendapatan,
kesempatan kerja, yang biasanya berlangsung selama 2 sampai 10 tahun, yang di tandai dengan
adanya kontraksi dan ekspansi di seluruh sektor ekonomi. Atau Siklus ekonomi adalah periode
yang terulang secara teratur dalam pengembangan sebuah pasar perekonomian. Keseluruhan
trend dari pertumbuhan ekonomi disertai dengan adanya fluktuasi secara periodik dalam aktivitas
perekonomian, yaitu : kemunduran dan perluasan yang terjadi secara silih berganti pada
produksi, investasi, peningkatan dan penurunan pada level pendapatan, ketenagakerjaan, hargaharga, suku bunga dan rate pada sekuritas.
Siklus aktivitas ekonomi meliputi 4 fase berikut :
1.
Ekspansi : Setelah mencapai titik terendah pada sebuah siklus ada sebuah fase pemulihan,
yang ditandai dengan adanya pertumbuhan lapangan kerja dan produksi. Banyak ekonom yang
mempercayai bahwa tahapan ini memiliki tingkat inflasi yang rendah hingga perekonomian
mulai beroperasi pada kapasitas penuh atau, dengan kata lain hingga perekonomian mencapai
tahapan peak
2.
Peak : Sebuah peak, atau puncak dari siklus bisnis, adalah titik tertinggi pada suatu pemulihan
perekonomian. Pada titik ini, pengangguran mencapai titik terendah atau bahkan tidak ada sama
sekali dan perekonomian berjalan dengan muatan maksimal (atau hampir), dimana seluruh modal
dan sumber daya tenaga kerja pada negara tersebut terlibat dalam produksi. Biasanya, meski
tidak selalu, selama terjadinya tahapan peak, tekanan inflasi meningkat.
3.
Resesi : Resesi adalah suatu periode pengurangan output dan aktivitas bisnis. Sebagai akibat
dari pasar yang mengalami penurunan, yang biasanya ditandai dengan meningkatnya
pengangguran.Kebanyakan ekonom mempercayai bahwa kemerosotan perekonomian atau resesi
hanyalah sebuah penurunan dalam aktivitas bisnis, yang berlangsung setidaknya selama enam
bulan.
4.
Bottom : Bottom pada siklus perekonomian adalah titik terendah pada produksi dan
ketenagakerjaan.Dipercaya bahwa sampainya level/tahapan bottom memprediksikan bahwa akhir
dari resesi pada tahapan pada siklus ini tidaklah lama. Long Cycle adalah siklus perekonomian
dengan jangka waktu lebih dari 10 tahun.
Fluktuasi ekonomi menunjukan masalah yang sedang terjadi bagi para ekonom dan
pembuat kebijakan. Menurut John Bates Clark, 1898 Dunia modern menghargai siklus bisnis
sebagaimana orang Mesir kuno meng-hormati meluapnya sungai Nil. Fenomena tersebut terjadi
dalam interval, yang begitu penting bagi setiap orang, dan sebab-sebab alaminya tidak
diketahui .
Para ekonom menyebutnya fluktuasi jangka pendek dalam output dan kesempatan kerja
(employment) ini sebagai siklus bisnis. Meskipun istilah ini menyatakan bahwa fluktuasi
ekonomi adalah bisa diprediksi, tidak demikian kenyataanya.
Ada empat tahapan dalam siklus perekonomian:

1.

masa depresi (depession), yaitu suatu periode penurunan permintaan agregat yang cepat yang
diikuti dengan rendahnya tingkat output dan tingkat pengangguran yang tinggi yang secara
bertahap mencapai dasar yang paling rendah
2.
tahap pemulihan (recovery), yaitu peningkatan permintaan agregat yang diikuti dengan
peningkatan output dan penurunan tingkat pengangguran
3.
masa kemakmuran (prosperity), yaitu permintaan agregat yang mencapai dan kemudian
melewati taraf output yang terus menerus (PDB potensial) pada saat puncak siklus telah dicapai,
dimana tingkat penggunaan tenaga kerja penuh dicapai dan adanya kelebihan permintaan
mengakibatkan naiknya tingkat harga-harga umum (inflasi)
4.
masa resesi (recession), dimana permintaan agregat menurun, yang mengakibatkan penurunan
yang kecil dari output dan tenaga kerja, seperti yang terjadi pada tahap awal, seiring dengan hal
ini maka akan muncul masa depresi
B. Fluktuasi ekonomi
Fluktuasi ekonomi adalah kenaikan dan penurunan aktivitas ekonomi secara relatif
dibandingkan dengan tren pertumbuhan jangka panjang dari ekonomi.Fluktuasi ini atau business
cycle (siklus bisnis), bervariasi dalam intensitas dan jangka waktunya.Kenaikan dan penurunan
biasanya meliputi Negara dan bahkan dunia, dan mempengaruhi seluruh dimensi dari kegiatan
ekonomi, tidak hanya tingkat pengangguran dan produksi. Dalam perkembangan teori tentang
fluktuasi ekonomi, dunia ekonomi dihadapkan pada dua pandangan yang berbeda dalam
menjelaskan terjadinya fluktuasi output dan kesempatan kerja jangka pendek. Terdapat tiga teori
tentang fluktuasi ekonomi yang paling umum yaitu :.
1. Teori Real Business Cycle
Teori Real Business Cycle memberi kontribusi penting dalam ilmu ekonomi dengan
memberi sudut pandang baru yang berbeda dalam mengkaji fluktuasi jangka pendek dari output
dan kesempatan kerja (employment) yang dijelaskan dengan menggunakan substitusi tenaga
kerja antar waktu. Dalam teori ini, fluktuasi dianggap sebagai perubahan dalam tingkat output
alami atau keseimbangan dengan tetap mempertahankan model klasik sebagai acuan. Teori ini
mengasumsikan bahwa harga dan upah adalah fleksibel, bahkan dalam jangka pendek. Dengan
asumsi complete price flexibility, teori ini menganut classical dichotomy dimana variabelvariabel nominal seperti pergerakan uang dan tingkat harga tidak mempengaruhi variabelvariabel di sektor riil seperti output dan pengangguran (Mankiw, 2000).
Teori ini menyatakan bahwa pergerakan di sektor riil disebabkan oleh faktor alami di
sektor ini sendiri. Seperti terjadinya technological shock yang membuat produktivitas meningkat
yang kemudian berakhir pada perekonomian yang semakin meningkat. Dengan kata lain, semua
fluktuasi di sektor riil seperti pertumbuhan ekonomi, tingkat pengangguran, tingkat konsumsi
dan investasi merupakan hasil reaksi dari individu-individu terhadap perubahan dalam
perekonomian.
Selama resesi/kemunduran teknologi dan output, insentif untuk bekerja menurun karena
teknologi produksi menurun. Asumsi lain yang juga penting dalam teori ini adalah netralitas

uang dalam perekonomian. Hal ini berlaku juga untuk jangka pendek, dimana kebijakan moneter
tidak akan mempengaruhi variabel-variabel riil, seperti output dan kesempatan kerja.
2. Teori Business Cycle Keynesian
Para pengkritik teori Real Business Cycle umumnya berasal dari penganut aliran
Keynesian. Banyak dari mereka percaya bahwa fluktuasi output dan kesempatan kerja dalam
jangka pendek disebabkan oleh terjadinya fluktuasi dalam permintaan agregat akibat lambatnya
upah dan harga menyesuaikan dengan kondisi ekonomi yang sedang berubah. Dengan kata lain
teori ini percaya bahwa upah dan harga bersifat kaku/sulit berubah, sehingga peranan pemerintah
dalam kebijakan fiskal dan moneter sangat diperlukan untuk menstabilkan perekonomian.
Karena teori ini dibangun diatas model permintaan agregat dan penawaran agregat tradisional,
maka dalam teori ini dikatakan bahwa perubahan harga dari biaya sekecil apapun akan memiliki
dampak makroekonomi yang besar karena adanya eksternalitas permintaan agregat. Teori ini
telah memasukkan guncangan pada sisi penawaran, ketidakstabilan moneter dengan guncangan
terhadap permintaan uang dalam modelnya (Mankiw, 2000).
Teori Keynesian menekankan pada pentingnya ketidakstabilan agregat sebagai penyebab
terjadinya fluktuasi makroekonomi.
3. Teori Business Cycle Moneter
Teori business cycle moneter menekankan pada pentingnya guncangan permintaan,
khususnya terhadap fluktuasi ekonomi, tetapi hanya dalam jangka pendek. Dalam business cycle
moneter dan keynesian, uang mempengaruhi output sedangkan teori real business cycle
menyatakan bahwa output mempengaruhi uang.
C. Horison waktu dalam makroekonomi
Perbedaan penting antara jangka pendek dan jangka panjang adalah perilaku harga. Dalam
jangka panjang, harga adalah fleksibel dan bisa menanggapi perubahan dalam penawaran atau
permintaan. Dalam jangka pendek, banyak harga adalah kaku pada tingkat uang bisa ditentukan
sebelumya. Karena harga berperilaku secara berbeda dalam jangka pendek dari pada dalam
jangka panjang, kebijakan ekonomi memiliki dampak yang berbeda pada horison waktu yang
berbeda.
Dalam jangka panjang, pengurangan 5 % dalam penawaran uang mengurangi seluruh harga
(termasuk upah nominal) sampai 5 % sedangkan seluruh variabel riil tetap sama. Jadi, dalam
jangka panjang, perubahan-perubahan dalam penawaran uang tidak menyebabkan fluktuasi
dalam output atau tenaga kerja. Namun dalam jangka pendek, banyak harga tidak menanggapi
perubahan dalam kebijakan moneter. Pengurangan dalam penawaran uang tidak langsung
menyebabkan seluruh perusahaan memotong upah, semua toko mengubah lebel harga
barangnya, seluruh perusahaan mail-order mengeluarkan katalog baru, dan semua restoran
mencetak menu baru. Tetapi, ada sedikit perubahan langsung dalam banyak harga; yaitu, hargaharga adalah kaku/sulit berubah (sticky). Kekakuan harga jangka-pendek ini menunjukkan
bahwa dampak jangka-pendek dari perubahan dalam penawaran uang tidaklah sama
sebagaimana dampak jangka-panjang.

Model fluktuasi ekonomi harus memperhitungkan kekakuan harga jangka pendek ini. Kita
akan melihat bahwa kegagalan harga untuk menyesuaikan dengan cepat dan utuh berarti bahwa,
dalam jangka pendek, output dan kesempatan kerja harus melakukan beberapa penyesuaian.
Dengan kata lain, selama horison waktu ketika harga adalah kaku, dikotomi klasik tidak
berlangsung lama; variabel-variabel nominal bisa mempengaruhi variabel-variabel riil, dan
perekonomian bisa menyimpang dari keseimbangan yang diprediksi oleh model klasik.
D. Model penawaran agregat dan permintaan agregat
Dalam teori makroekonomi klasik, jumlah output bergantung pada penawaran modal dan
tenaga kerja dan pada ketersediaan teknologi produksi. Harga fleksibel adalah asumsi penting
dari teori klasik. Teori klasik menyatakan, kadang-kadang secara implisit, bahwa harga
menyesuaikan untuk menjamin bahwa kuantitas output yang diinginkan sama dengan kuantitas
yang ditawarkan.
Perekonomian bekerja cukup berbeda ketika harga adalah kaku. Dalam hal ini, sebagaimana
kita lihat, output juga bergantung pada permintaan terhadap barang dan jasa. Permintaan,
sebaliknya dipengaruhi oleh kebijakan moneter, kebijakan fiskal, dan berbagai faktor lain.
Kebijakan fiskal dan moneter bisa mempengaruhi output perekonomian atas horison waktu
ketika adalah kaku, kekakuan harga memberi alasan mengapa kebijakan ini berguna dalam
menstabilkan perekonomian dalam jangka pendek. Meskipun model penawaran agregat dan
permintaan agregat menyerupai model penawaran dan permintaan untuk barang tunggal, analogi
ini tidak eksak. Model penawaran dan permintaan untuk barang tunggal memperhatikan hanya
satu barang di dalam perekonomian besar.
Tiga Faktor Utama Mengenai Fluktuasi Ekonomi :
a.
Fluktuasi dalam perekonomian sifatnya tidak teratur dan tidak dapat diramalkan
b. Kebanyakan besaran ekonomi makro berflukturasi bersama-sama
c.
Saat hasil produksi turun, tingkat pengangguran naik
Contoh kasus di Indonesia :
Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Tingkat pertumbuhan ekonomi yang sangat fluktuatif disebabkan perekonomian
Indonesia sangat tergantung pada kondisi eksternal.Misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi
selama periode 1970-an, khususnya 1971-1973 disebabkan membubungnya harga minyak bumi,
yang meningkatkan penerimaan ekspor migas.Minyak inilah yang dimanfaatkan pemerintah
untuk meningkatkan APBN, selama PJP1 merupakan salah satu mesin utama pertumbuhan
ekonomi.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi yang rendah, terutama pada periode 1982, disebabkan
perekonomian dunia mengalami resesi. Melemahnya perekonomian dunia bermakna
melemahnya permintaan terhadap ekspor Indonesia, yang pada gilirannya akan melemahkan
kemampuan Indonesia mengimpor bahan baku dan barang modal guna meningkatkan produksi.

Krisis Ekonomi 1998

Krisis ekonomi Indonesia merupakan konsekuensi dari mekanisme pasar yang ditempuh
pemerintah.Risiko dari mekanisme pasar adalah kegagalan pasar, yang disebabkan
ketidaksempurnaan informasi atau penyimpangan moral para pelaku ekonomi.
E. Permintaan agregat
Permintaan agregat ( aggregate demand, AD) adalah hubungan antara jumlah output yang
diinginkan dan tingkat harga agregat. Dengan kata lain, kurva permintaan agregat menyatakan
jumlah barang dan jasa yang ingin dibeli orang pada tingkat harga tertentu.
Persamaan kuantitas sebagai permintaan agregat
Teori kuantitas menyatakan bahwa :
Keterangan :
M : Penawaran uang P : Tingkat harga
V : Perputaran uang Y : Jumlah output
MV = PY
Jika perputaran uang adalah konstan, maka persamaan ini menyatakan bahwa penawaran
uang menentukan nilai nominal output, yang sebaliknya adalah produk dari tingkat harga dan
jumlah output.
a. Kurva permintaan agregat
Kurva permintaan agregat AD menunjukan hubungan antara tingkat harga P dan jumlah
barang dan jasa yang diminta Y. Kurva itu digambar untuk nilai penawaran uang M tertentu.
Kurva permintaan agregat miring ke bawah : semakin tinggi harga P, semakin rendah tingkat
keseimbangan riil M/F, dan karena itu semakin rendah jumlah barang dan jasa yang diminta Y.
Kita juga bisa menjelaskan kemiringan dari kurva permintaan agregat dengan
memikirkan penawaran dan permintaan untuk keseimbangan uang riil. Jika output lebih tinggi,
orang-orang terlibat dalam lebih banyak transaksi dan membutuhkan keseimbangan riil yang
lebih tinggi. Untuk penawaran uang tetap M, keseimbangan riil lebih tinggi menunjukan tingkat
harga yang lebih rendah. Sebaliknya, jika tingkat harga lebih rendah, keseimbangan uang riil
lebih tinggi; tingkat keseimbangan riil membolehkan volume transaksi yang lebih besar, yang
berarti jumlah output yang diminta lebih besar.
b. Pergeseran dalam kurva permintaan agregat
Kurva permintaan agregat digambar digambar untuk nilai penawaran uang. Dengan kata
lain, kurva tersebut menyatakan kombinasi yang mungkin dari P dan Y untuk nilai M tertentu.
Jika Fed mengubah penawaran uang, maka kombinasi yang mungkin dari P dan Y berubah, yang
berarti kurva permintaan agregat bergeser. Fluktuasi dalam penawaran uang tidak hanya
merupakan sumber fluktuasi dalam permintaan agregat. Bahkan jika penawaran uang tetap
konstan, kurva permintaan bergeser jika beberapa peristiwa menyebabkan perubahan dalam
perputaran uang.
c. Pergeseran ke luar dalam kurva permintaan agregat
Untuk tingkat harga tertentu P, kenaikan dalam penawaran uang M menunjukan bahwa

keseimbangan uang riil M/P adalah lebih tinggi dan dengan output Y lebih tinggi. Karena itu,
kenaikan dalam penawaran uang menggeser kurva permintaan agregat ke dalam dari AD1 ke AD2
Asal Pergeseran Kurva Permintaan Agregat
1. Pergeseran yang berasal dari konsumsi : peristiwa yang membuat konsumen mengeluarkan
uang lebih banyak pada tingkat harga tertentu (pemotongan pajak, meledaknya pasar saham)
menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Peristiwa yang menyebabkan konsumen
mengurangi pengeluarannya pada tingkat harga tertentu (kenaikan pajak, kelesuan pasar saham)
menggeser kurva permintaan agregat ke kiri
2. Pergeseran yang berasal dari investasi: Peristiwa yang menyebabka perusahan melakukan
lebih banyak investasi pada tingkat harga tertentu (optimisme mengenai masa depan, penurunan
suku bunga akibat kenaikan jumlah uang yang beredar) menggeser kurva permintaan agregat ke
kanan. Peristiwa yang menyebkan perusahaan mengurangi investasinya pada tingkat harga
tertentu dan menggeser kurva ke kiri.
3. Pergeseran yang berasal dari pembelanjaan pemerintah : Peningkatan pembelanjaan
pemerintah untuk barang dan jasa (pengeluaran lebih besar untuk pembanguna jalan raya atau
untuk pertahanan) menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Penurunan jumlah
pembelanjaan pemerintah untuk barang dan jasa menggeser kurva ke kiri
4. Pergeseran yang berasal dari ekspor neto : Peristiwa yang meningkatkan pengeluaran atas
ekspor neto pada tingkat harga tertentu (terjadinya ledakan di pasar luar negeri, depresiasi nilai
tukar) menggeser kurva permintaan agregat ke kanan. Peristiwa yang mengurangi pengeluaran
atas ekspor neto pada tingkat harga tertentu menggeser kurva ke kiri.
F. Penawaran Agregat
Penawaran egregat ( aggregate supply, AS) adalah hubungan antara jumlah barang dan jasa
yang di tawarkan dan tingkat harga. Karena perusahaan yang menawarkan barang dan jasa
memiliki harga fleksibel dalam jangka panjang tetapi harga yang kaku dalam jangka pendek,
hubungan penawaran agregat bergantung pada horison waktu.
a. Jangka panjang : Kurva penawran agregat vertikal
Jika kurva penawaran agregat adalah vertikal, maka perubahan dalam permintaan agregat
mempengaruhi harga tetap tetai tidak output. Misalnya, jika penawaran uang turun, kurva
permintaan agregat bergeser ke bawah, seperti pada gambar 1-4. Perekonomian bergerak dari
perpotongan penawaran agregat dan permintaan agregat lama, titik A, ke perpotongan beru, titik
Pergeseran dalam permintaan agregat hanya mempengaruhi harga. Kurva penawaran agregat
vertikal memuaskan dikotomi klasik, karena menunjukan bahwa tingkat output adalah
independen dari penawaran uang. Tingkat output jangka panjang ini , disebut kesempatan
kerja-penuh (full-employment) atau tingkat output alamiah ( natural). Pada tingkat output
tersebut sumber daya perekonomian dikaryakan sepenuhnya atau, yang lebih realistis, di mana
pengangguran berada pada titik wajarnya.

b. Jangka pendek : Kurva penawara agregat horisontal


Keseimbangan jangka-pendek dari perekonomian adalah perpotongan kurva permintaan
agregat dan kurva penawaran agregat jangka-pendek horisontal ini. Jadi, penurunan dalam
permintaan agregat mengurangi output dalam jangka pendek karena harga-harga tidak
menyesuaikan secara instan. Setelah penurunan tiba-tiba dalam permintaan agregat, perusahaan
tertahan dengan harga yang terlalu tinggi. Dengan permintaan rendah dan harga tinggi,
perusahaan menjual lebih sedikit produk, sehingga mengurangi produksi dan memecat pekerja.
Perekonomian mengalami resesi.
Kurva penawaran agregat jangka pendek miring ke atas :
- Teori kekakuan upah : Penurunan tingkat harga yang tidak terduga akan meningkatkan
upah riil, menyebabkan perusahaan mempekerjakan lebih sedikit pekerja dan
memproduksi jumlah barang dan jasa yang lebih sedikit. Penurunan tingkat harga yang
tidak terduga membuat perusahaan mengenakan harga yang lebih tinggi dari yang
dikehendaki, menekan penjualan dan mendorong perusahaan untuk mengurangi produksi
- Teori kesalahan persepsi : penurunan tingkat harga menimbulkan anggapan pada
produsen bahwa harga relatif produk mereka telah menurun, sehingga mendorong mereka
untuk mengurangi produksi
c. Dari jangka pendek ke jangka panjang
Selama periode waktu yang panjang, harga-harga adalah fleksibel, kurva penawaran agregat
adalah vertikal, dan perubahan dalam permintaan agregat mempengaruhi tingkat harga tetapi
tidak output. Selama periode waktu yang pendek, harga-harga adalah kaku, kurva agregat adalah
horisontal, dan perubahan dalam permintaan agregat mempengaruhi output barang dan jasa
perekonomian. Keseimbangan jangka-panjang adalah titik di mana permintaan agregat
memotong kurva penawaran agregat jangka-panjang. Harga-harga telah menyesuaikan untuk
mencapai keseimbangan jangka-panjangnya, kurva penawaran agregat jangka pendek harus
memotong pada titik ini.
Contoh kasus di Indonesia :
Kenaikan harga bahan baku menjelang hari raya
Menjelang hari raya besar khusunya hari raya agama yakni Natal, Idul fitri serta tahun
baru. Harga bahan baku selalu mengalami kenaikan. Hal itu merupakan fenomena berulang
yang seolah tak terhindarkan bagi rakyat Indonesia. Sesuai hukum ekonomi, fenomena ini
sebenarnya wajar, di mana ada peningkatan permintaan, maka harga pun melonjak. Pedagang
pun tak mau kehilangan kesempatan untuk mengambil untung lebih besar. Selain itu kenaikan
harga misalnya Cabe pada hari Natal itu disebabkan oleh cuaca yang membuat banyak petani
cabe gagal panen. Tapi tak urung hal ini meresahkan masyarakat, terutama mereka yang
berpenghasilan minim.
G. Kebijakan stabilisasi
Kebijakan stabilisasi pada dasarnya adalah kebijakan ekonomi makro, yang digunakan oleh
pemerintah untuk mengandung fluktuasi di suatu negara inflasi dan kerja tingkat sementara sisi-

by-side mengoptimalkan pertumbuhan pendapatan Nasional. Kebijakan stabilisasi digunakan


untuk membantu perekonomian pulih dari krisis ekonomi.
Contoh kasus di Indonesia
Kebijakan Pemerintah terhadap kenaikan BBM
Di berbagai daerah di Indonesia saat ini, sudah mengalami kelangkaan bahan bakar
minyak (BBM). Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah yang berencana akan menaikkan
harga BBM dalam waktu yang dekat. Pemerintah menghimbau para aparat keamanan untuk
memperketat pengawasan di setiap area SPBU agar tidak terjadinya kelangkaan BBM yang
akan merugikan rakyat. Sudah banyak kasus yang ditemukan di berbagai daerah, bahwa BBM
dijadikan objek untuk menguras keuntungan oleh berbagai pihak yang "nakal". Contohnya dari
beberapa penjual BBM eceran yang menjual dengan harga tinggi. Ini tentu saja sangat
mencekik rakyat kecil.
Menurut Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan, "Kenaikan BBM harus dilakukan
pemerintah dan tidak ada pilihan lain karena defisit akan mengancam APBN kalau tidak
dilakukan." Gubernur menjelaskan, subsidi BBM yang akan dilakukan pemerintah dengan
prediksi Rp190 triliun, ternyata mengalami kenaikan hingga Rp300 triliun. "Sehingga apabila
kenaikan BBM tidak dilakukan maka defisit akan melanda APBN kita," katanya.
Ia mengatakan masyarakat mesti memahami posisi pemerintah dalam mengambil kebijakan
menaikkan harga BBM. Bila harga BBM tidak dinaikkan, negara dalam kondisi terancam akibat
beban belanja APBN yang berat. "Meski akan ada demo, itu akan dipahami, tetapi
bagaimanapun kenaikan BBM sudah melalui kajian sehingga harus dilaksanakan," katanya. Ia
mengatakan kenaikan harga sembako dan tarif transportasi akan terjadi terkait dengan rencana
kenaikan harga BBM oleh pemerintah. "Namun, demi penyelamatan bangsa, hal itu harus
dilakukan," katanya.
H. Guncangan Pada Permintaan dan Penawaran
Para ekonom menyebut perubahan eksogen dalam kurva ini guncangan (shock) terhadap
perekonomian. Guncangan yang menggeser kurva permintaan agregat disebut guncangan
permintaan (demand shock), dan guncangan yang menggeser kurva penawaran agregat disebut
guncangan penawaran (supply shock). Guncangan ini mengurangi kesejahteraan ekonomi
dengan mendorong output dan kesempatan kerja keluar dari tingkat wajarnya. Satu tujuan dari
model penawaran agregat dan permintaan agregat adalah untuk menunjukkan bagaimana
guncangan menyebabkan fluktuasi ekonomi.
a. Guncangan pada permintaan agregat
Penurunan dalm permintaan uang ini adalah ekuivalen terhadap kenaikan dalam
perputaran uang. Ketika setiap orang memegang lebih sedikit uang, parameter uang turun.
Artinya, setiap dolar beralih dari tangan ke tangan dengan cepat, sehingga perputaran V (=1 / )
meningkat.
b. Guncangan pada penawaran agregat

Guncangan pada penawaran agregat, sebaimana guncangan dalam permintaan agrergat


bisa menyebakan fluktuasi ekonomi. Guncangan penawaran agregat pada perekonomia yang bisa
mengubah produksi barang dan jasa akibatnya, harga yang perusahaan bebankan. Karena
memiliki dampak yang besar terhadap tingkat harga, guncangan penawaran kadang-kadang
disebut guncangan harga. Beberapa contoh :
- Hama yang menghancurkan pertanian. Penurunan dalam penawaran makin mendorong
harga naik.
- Undang-undang perlindungan lingkungan baru yang menuntut perusahaan mengurangi
emisi polusinya. Perusahaan mengeluarkan biaya tambahan pada pelanggan dalam bentuk
harga yang lebih tinggi.
- Kenaikan dalam agresivitas serikat pekerja. Ini mendorong kenaikan uoah dan harga
barang-barang yang diproduksi oleh pekerja.
- Organisai kartel minyak internasional. Dengan mencegah persaingan, produsen minyak
utama bisa meningkatkan harga minyak dunia.
Seluruh peristiwa di atas adalah guncangan penawaran yang memperburuk, yang berarti
meningkatkan biaya dan harga. Guncangan penawaran yang menguntungkan, seperti bubarnya
kartel minyak internasional, mengurangi biaya dan harga.

Anda mungkin juga menyukai