Anda di halaman 1dari 8

PEMBAGIAN MATERI

CATATAN : BACA YANG DI BOLT SAJA (JIKA ADA BOLTNYA)

JIKA TIDAK ADA (BOLT) BERARTI DI BACA SEMUA

KELOMPOK 3 :

Materi 1 : (Nurlis)

APA ITU KEBIJAKAN MONETER ?

Kebijakan Moneter adalah suatu kebijakan yang bertujuan untuk mencapai keseimbangan
internal, (pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan) dan keseimbangan
eksternal (keseimbangan neraca pembayaran) serta tercapainya tujuan ekonomi makro, yakni menjaga
stabilitas ekonomi yang dapat diukur dengan kesempatan kerja, kestabilan harga, serta neraca
pembayaran internasional yang seimbang.

A. Tujuan kebijakan moneter


Tujuan kebijakan moneter diantaranya:
1. Stabilitas Ekonomi

Stabilitas ekonomi adalah suatu keadaan di mana pertumbuhan ekonomi berlangsung secara
terkendali dan berkelanjutan. Artinya, pertumbuhan arus barang/jasa dan arus uang berjalan
seimbang.

2. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja akan meningkat bila produksi meningkat. Peningkatan produksi biasanya
diikuti dengan perbaikan nasib para karyawan ditinjau dari segi upah maupun keselamatan kerja.
Perbaikan upah dan keselamatan kerja akan meningkatkan taraf hidup karyawan dan pada akhirnya
kemakmuran dapat tercapai.

3. Kestabilan Harga

Kestabilan harga ditandai dengan stabilitas harga barang dari waktu ke waktu. Harga yang
stabil menyebabkan masyarakat percaya bahwa membeli barang pada tingkat harga sekarang sama
dengan tingkat harga yang akan datang, atau daya beli uang dari waktu ke waktu adalah sama.

4. Neraca Pembayaran Internasional


Neraca pembayaran dapat dikatakan dalam keadaan seimbang apabila jumlah nilai barang
yang diekspor sama dengan nilai barang yang diimpor. Untuk mendapatkan neraca pembayaran yang
seimbang, pemerintah sering menjalankan kebijakan moneter. Contohnya adalah dengan cara
melakukan devaluasi.

5. Menjaga stabilitas dan pertumbuhan ekonomi

Menjaga stabilitas harga dari banyaknya jumlah uang yang beredar, Meningkatkan
kesempatan kerja, Memperbaiki posisi neraca perdagangan dan neraca pembayaran, jika negara
mendevaluasi mata uang rupiah ke mata uang asing.

B. Jenis-jenis Kebijakan Moneter

1. Kebijakan Moneter Ekspansif

Kebijakan Moneter Ekspansif sering disebut kebijakan uang Longgar (easy money
policy) ialah kebijakan yang mengatur jumlah uang yang dipasok dalam perekonomian.
Caranya dengan menurunkan suku bunga, membeli sekuritas pemerintah oleh bank sentral, dan
menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Kebijakan ekspansif juga akan menurunkan tingkat
pengangguran dan merangsang aktivitas bisnis atau kegiatan belanja konsumen. Secara keseluruhan
di seluruh negara, tujuan kebijakan moneter ekspansif adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi dengan risiko inflasi akan semakin tinggi.

Contoh dari kebijakan ini adalah peningkatan pembelian sekuritas pemerintah oleh bank Indonesia,
penurunan suku bunga, serta menurunkan persyaratan cadangan untuk bank. Salah satunya adalah
menurunkan cadangan untuk bank. Dimana bank sentral akan menurunkan besaran cadangan
minimum, hal ini dimaskudkan untuk memompa uang sehingga perekonomian bank kembali
membaik. Nilai cadangan wajib minimum yang tepat dapat member keuntungan bagi regulator
keuangan.

2. Kebijakan Moneter Kontraktif

Kebijakan Moneter Kontraktif adalah suatu kebijakan dalam rangka mengurangi jumlah uang
yang beredar. Kebijakan ini dilakukan pada saat perekonomian mengalami inflasi. Disebut juga
dengan kebijakan uang ketat (tight money policy). Kebijakan moneter kontraktif (monetary
contractive policy) yang disebut kebijakan uang ketat (tight money policy) ialah kebijakan
mengurangi jumlah uang yang beredar. Tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat
inflasi.

Contohnya bank Indonesia yang melakukan lelang sertifikat, hal ini dilakukan sebagai pengakuan
utang berjangka waktu pendek (1-3) bulan dengan sistem diskonto atau bunga dengan tujuan untuk
mengontrol jumlah uang beredar dalam masyarakat yang secara tidak langsung bisa mengendalikan
laju inflasi dan Juga nilai tukar rupiah atau bisa Juga melalui pembelian surat berharga di pasar modal.
Dimana tujuan utama dari kebijakan ini adalah menurunkan tingkat inflasi, maka dengan menjual SBI
(sertifikat bank Indonesia), bank indonesia dapat menyerap kelebihan uang primer yang beredar.

2.1 Instrumen Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter dapat dilakukan dengan menjalankan instrumen kebijakan moneter,


tujuannya mengatur jumlah uang yang beredar demi terjaganya stabilitas harga, baik instrumen
langsung maupun tidak langsung. Beberapa instrumen utamanya, diantaranya:

1. Fasilitas Diskonto (Discount Rate) : Fasilitas Diskonto adalah tingkat bunga yang ditetapkan
pemerintah pada bank-bank umum yang meminjam uang kepada bank sentral. Ketika bank-
bank umum mengalami kondisi yang mengharuskan mereka untuk meminjam uang ke bank
sentral, pemerintah dapat menggunakan kesempatan ini untuk mengatur jumlah uang yang
beredar.
2. Operasi Pasar Terbuka : Operasi Pasar Terbuka (OPT) merupakan salah satu instrumen
kebijakan moneter tidak langsung yang sangat penting karena sifatnya yang sangat fleksibel
dibanding dengan instrumen lain. Dengan OPT, bank sentral dapat mentargetkan suku
bunganya atau jumlah/kuantitasnya dan dapat bervariasi jangka waktunya. OPT dilakukan
oleh pemerintah untuk mengendalikan jumlah uang yang beredar dengan menjual (open
market selling) atau membeli (open market buying) surat-surat berharga milik pemerintah.

a. Open Market Selling dilakukan ketika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang yang
beredar dengan menjual surat-surat berharga yang beredar. Ketika pemerintah
menjual surat-surat tersebut ke masyarakat, maka uang yang digunakan masyarakat
untuk membeli surat tersebut akan masuk ke otoritas moneter
b. Open Market Buying dilakukan ketika pemerintah ingin menambah jumlah uang yang
beredar dengan cara membeli surat-surat berharga yang beredar. Ketika pemerintah
membeli surat berharga dari masyarakat, maka uang yang beredar di masyarakat akan
bertambah. (JANGAN DI BACA INI U/ JAWABAN SOAL)

3. Rasio Cadangan Wajib (Reserve Requirement Ratio) : Ketika minimum cadangan wajib
tersebut berkurang, maka bank memiliki lebih banyak uang yang dapat diedarkan di
masyarakat melalui pinjaman. Sebaliknya jika pemerintah ingin mengurangi jumlah uang
yang beredar, maka pemerintah dapat menambah jumlah minimum cadangan wajib bank
sehingga bank memiliki uang yang lebih sedikit untuk diedarkan.
4. Imbauan Moral (Moral Persuasion) : imbauan moral dilakukan oleh bank sentral untuk
mengontrol jumlah uang yang beredar melalui berbagai hal. Bank sentral dapat mengimbau
bank-bank umum untuk menurunkan atau menaikan suku bunga pinjamannya. Bank
Indonesia memiliki beberapa instrumen kebijakan moneter lainnya seperti:
 Kredit Langsung
 Penetapan Uang Muka Impor
 Fasilitas Overdraft (Overdraft Window)
 Intervensi Rupiah
 Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI)

MATERI KE 2 (Indry Arnesya)

2.2 Kerangka Strategi Kebijakan Moneter


1. Exchange Rate Targetting ; strategi kebijakan dengan menetapkan nilai mata uang
domestic terhadap harga komoditi tertentu yang diakui secara internasional ( seperti
emas ) atau mata uang negara-negara besar yang memiliki laju inflasi rendah.
2. Moneteary Targetting ; strategi kebijakan dengan menetapkan pertumbuhan jumlah
uang beredar dengan harapan masyarakat dapat mengetahui arah kebijakan moneter.
3. Inflation Targetting ; strategi kebijakan dengan mengumumkan kepada public
mengenai target inflasi jangka menengah dan komitmen bank sentral untuk mencapai
stabilitas harga
4. Implicit Target ; Implicit target adalah strategi kebijakan tanpa penargetan secara
tegas, namun tetap memberikan perhatian dan komitmen untuk mencapai tujuan akhir
kebijakan moneter.

APA ITU KURS ?

Menurut Samuelson (2004) nilai tukar valuta asing adalah harga satu satuan mata uang dalam satuan
mata uang lain. Pertukaran mata uang antar negara dalam bentuk kurs mata uang dapat terjadi akibat
adanya perdagangan antar negara. Semakin tinggi nilai tukar mata uang sebuah negara terhadap
negara lain menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki perekonomian yang lebih baik dari pada
negara lainnya.

3.1 Faktor yang Mempengaruhi Perubahan Kurs

Kurs adalah nilai tukar suatu mata uang dengan mata uang lainnya, kurs atau nilai tukar biasanya
di gunakan dalam transaksi yang melibatkan dua negara atau lebih. Beberapa faktor yang
mempengaruhi perubahan kurs antara lain :
a. Tingkat Inflasi

Inflasi adalah gejala kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terus menerus, jika inflasi
meningkat maka harga barang-barang di dalam negeri mengalami kenaikan. Naiknya harga barang
sama artinya dengan turunnya nilai mata uang. Mata uang dari negara yang relatif mengalami inflasi
tinggi cenderung mengalami depresiasi. Sedangkan sebaliknya mata uang dari negara yang relatif
mengalami inflasi rendah cenderung mengalami apresiasi.

b. Pendapatan Nasional

Pendapatan nasional adalah hasil yang diterima. Seperti halnya tingkat bunga, tingkat pendapatan
nasional hanya akan mempengaruhi nilai tukar melalui tingkat permintaan dolar atau valas lainnya.
Kenaikan pendapatan nasional (yang identik dengan meningkatnya kegiatan transaksi ekonomi)
melalui kenaikan impor akan menigkatkan permintaan terhadap dollar atau valas lainnya sehingga
menyebabkan nilai rupiah terdepresiasi dibandingkan dengan valas lainnya.

c. Arus Modal/ Investasi

Arus modal masuk adalah aliran dana atau uang yang masuk ke suatu negara dari luar negeri,
misalnya dalam bentuk penanaman modal asing. Sedangkan arus modal keluar merupakan keluarnya
dana atau modal dari dalam negeri ke luar negeri baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Bila terjadi arus modal keluar, maka permintaan mata uang asing meningkat, dengan demikian nilai
tukar rupiah mengalami depresiasi (Hamdani, 2003). Hal ini berarti arus modal mengakibatkan
perubahan terhadap nilai tukar riil.

d. Indeks Harga Konsumen (IHK)

Indeks harga konsumen yakni indeks yang menghitung rata-rata perubahan harga dalam suatu
periode, dari suatu kumpulan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh penduduk atau rumah
tangga dalam kurun waktu tertentu. IHK adalah hal yang paling sering dikaitkan dengan inflasi.
Semakin tinggi nilai IHK suatu negara makan akan berpengaruh kepada kenaikan laju inflasi. Mata
uang dari negara yang relatif mengalami inflasi tinggi cenderung mengalami depresiasi. Sedangkan
sebaliknya mata uang dari negara yang relatif mengalami inflasi rendah cenderung mengalami
apresiasi.

e. Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan negatif dengan kurs. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi
oleh PDB yang juga dipengaruhi oleh output. Salah satu bidang yang dapat menghasilkan output
negara adalah ekspor. Dalam perekonomian terbuka, kinerja ekspor yang negatif cenderung akan
mempengaruhi inflasi (impor) dan kurs. Penurunan kurs juga berdampak terhadap penurunan output
dan akan mempengaruhi PDB dan ini sejalan dengan teori Mundell-Fleming.

MATERI KE 3 (Ales)

3.2.1. Efek Perubahan Kurs terhadap Inflasi


Inflasi adalah suatu kejadian yang menunjukkan kenaikan tingkat harga secara umum dan
berlangsung secara terus menerus. Menurut Teori Keynes, inflasi bisa terjadi ketika suatu
golongan masyarakat ingin hidup melebihi batas kemampuan ekonominya dengan membeli
barang dan jasa secara berlebihan. Sesuai hukum ekonomi, semakin banyak permintaan
sedangkan penawaran tetap, maka harga-harga akan naik.
Kurs merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang berhubungan erat dengan inflasi.
Permintaan dan penawaran yang sedikit terhadap suatu mata uang menyebabkan nilai tukar mata uang
suatu negara mengalami depresiasi. Saat terjadi depresiasi, maka harga barang-barang dalam
negeri mengalami kenaikan sehingga akan menyebabkan naiknya tingkat inflasi. Sedangkan
sebaliknya, ketika mata uang suatu negara menguat/ mengalami apresiasi, maka harga barang-
barang dalam negeri mengalami penurunan dan tingkat inflasi juga akan menurun.

3.2.2. Efek Perubahan Kurs terhadap Pendapatan Nasional


Pendapatan nasional adalah suatu bentuk tolak ukur yang dipakai untuk memperhitungkan suatu
perekonomian negara untuk memperolah gambaran tentang perekonomian yang sudah dicapai dan
nilai pengeluaran yang diproduksi. Perubahan pendapatan nasional dapat dipengaruhi oleh
perubahan ekspor dan neraca pembayaran. Hal ini akan mempengaruhi nilai tukar
perdagangan yang akhirnya akan merubah pendapatan riil suatu negara. Nilai tukar mata
uang asing mengacu pada nilai dimana suatu mata uang ditukar dengan mata uang lainnya.
Saat mata uang domestik terdepresiasi, barang-barang domestik menjadi lebih murah dalam
mata uang asing dan karenanya permintaan untuk ekspor meningkat. Dengan meningkatnya
ekspor, akan ada peningkatan pertumbuhan lapangan kerja, permintaan agregat yang
menyebabkan pertumbuhan ekonomi lebih tinggi. Hal ini turut meningkatkan pendapatan
nasional.

MATERI KE 4 (Salman Maula )

3.2.1. Efek Perubahan Kurs terhadap Arus Modal/ Investasi

Kurs dapat mempengaruhi investasi suatu negara. Saat terjadinya depresiasi nilai tukar terhadap
mata uang domestik, maka depresiasi nilai tukar merangsang (meredam) investasi dengan mengubah
permintaan pasar domestik dan ekspor. Akan tetapi hal ini mengurangi investasi karena meningkatnya
biaya barang setengah jadi yang diimpor dan biaya modal. Saat terjadi apresiasi nilai tukar, maka
apresiasi nilai tukar akan meredam investasi.
3.2.2. Efek Perubahan Kurs terhadap Perdagangan Internasional
Perubahan nilai tukar dapat mempengaruhi harga barang impor dan ekspor. Perdagangan
internasional tidak hanya melibatkan barang dan jasa, tetapi juga beberapa mata uang sebagai
alat pembayaran. Jadi, ketika harga mata uang domestik terhadap mata uang negara-negara
mitra berubah, itu juga mempengaruhi harga barang dan jasa.
Dampaknya bahkan lebih signifikan ketika ekonomi suatu negara bergantung pada
perdagangan internasional. Ketika mata uang domestik terdepresiasi terhadap mata uang
negara mitra, itu berarti harga barang impor menjadi lebih mahal. Bisnis domestik membayar
lebih banyak untuk mendapatkan jumlah barang yang sama. Karena itu, mereka cenderung
mengurangi impor. Harga yang lebih tinggi juga berkontribusi terhadap inflasi domestik.
Beberapa barang, seperti bahan baku dan barang modal, berasal dari luar negeri. Ketika harga
mereka naik, itu juga meningkatkan biaya produksi industri dalam negeri. Untuk
mempertahankan laba, produsen mengeluarkan biaya yang meningkat pada harga jual.
Akibatnya, tekanan inflasi meningkat. Kami menyebut fenomena ini sebagai imported inflation. Di
sisi lain, depresiasi membuat barang-barang domestik lebih murah bagi pembeli di luar negeri.
Mereka harus membayar lebih sedikit untuk mendapatkan jumlah yang sama. Akibatnya, ekspor
cenderung meningkat. Karena impor cenderung menurun dan ekspor cenderung naik ketika
terdepresiasi, itu akan meningkatkan neraca perdagangan. Peningkatan neraca perdagangan pada
akhirnya akan mengarah pada pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi karena meningkatnya
permintaan agregat. Kondisi sebaliknya juga berlaku ketika nilai tukar domestik menghargai mata
uang negara mitra. Ekspor cenderung tertekan, sedangkan impor cenderung meningkat. Ini
berkontribusi terhadap melemahnya pertumbuhan ekonomi domestik. pengaruh perubahan nilai tukar
dengan mengasumsikan faktor-faktor lain konstan. Faktanya, perdagangan internasional tidak hanya
bergantung pada nilai tukar, tetapi juga inflasi, daya saing barang, dan elastisitas permintaan. Semakin
eratnya keterkaitan pasar keuangan Indonesia dengan pasar keuangan internasional seiring dengan
diterapkannya sistem nilai tukar mengambang bebas sejak tanggal 14 Agustus 1997, menyebabkan
perekonomian nasional rentan terhadap gangguan eksternal, termasuk juga arus modal dalam jumlah
besar maupun jumlah ekspor dan impor (BI, 2000). Salah satu isu sentral dalam perekonomian
internasional saat ini adalah exchange rate pass-through (ERPT) yang didefinisikan sebagai presentase
perubahan harga (domestik, impor maupun ekspor) sebagai akibat perubahan kurs sebesar satu persen.
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) sendiri didefinisikan sebagai harga satuan mata.
MATERI KE 5 (Rindy Alvia Ningsih)

3.2.3. Efek Perubahan Kurs terhadap Indeks Harga Konsumen


Indeks harga konsumen (IHK) merupakan salah satu indikator ekonomi penting yang dapat
memberikan informasi mengenai perkembangan harga barang dan jasa yang dibeli oleh konsumen
secara umum dari waktu ke waktu.
Nilai tukar berpengaruh penting dalam perekonomian setaip Negara termasuk Indonesia karena
dampaknya yang luas terhadap makro ekonomi agregat. Perubahan nilai tukar akan menyebabkan
perubahan pada harga impor sehingga akan mempengaruhi harga barang dan jasa domestik yang akan
di konsumsi masyarakat. perubahan harga tersebut dapat di lihat dari Indeks Harga Konsumen (IHK)
salah satunya kelompok bahan makanan impor.

3.2.4. Efek Perubahan Kurs terhadap Pertumbuhan Ekonomi


Kurs merupakan tingkat harga yang disepakati antara kedua Negara dalam melakukan
perdagangan (Mankiw, 2007). Kurs adalah jumlah uang domestik yang dibutuhkan yaitu banyaknya
rupiah yang dibutuhkan untuk meperoleh 1 unit mata uang asing. Kurs sebagai salah satu variabel
penting pada perekonomian terbuka. Kurs memberi pengaruh terhadap variabel lain, seperti:
tingkat harga, suku bunga, neraca pembayaran, dan transaksi berjalan. Teori Mundell-Fleming
menyebutkan kurs memiliki hubungan negatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Jika kurs naik,
maka akan mengakibatkan ekspor semakin rendah. Penurunan berdampak terhadap
penurunan output dan akan mempengaruhi PDB. Kondisi ini menunjukkan pertumbuhan
ekonomi mengalami penurun. Kurs dipengaruhi oleh perubahan permintaan dan penawaran
terhadap barang/jasa yang diperdagangkan dan aliran investasi. Berdasarkan hasil penelitian Erni
Wiriani & Mukarramah diketahui bahwa kurs berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut karena semakin tinggi nilai tukar dan melemahnya rupiah
memberikan dampak terhadap harga barang terutama barang-barang impor dan barang-barang bahan
baku produk impor untuk produk dalam negeri, yang akhirnya memberikan pengaruh kenaikan harga
barang dan akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai