Anda di halaman 1dari 52

SUMBER DATA KEPENDUDUKAN

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Dra. Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni, M.S

Kelompok 2:

Ni Putu Mas Sintyawati : 2207511002


Ni Kadek Intan Bintang Manik Manik Mas : 2207511005
Komang Sayu Hartayu : 2207511006

PROGRAM STUDI SARJANA EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
JIMBARAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
hanya atas Rahmat-Nya-lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Sumber Data Kependudukan” dengan baik dan tepat waktu.
Dalam kesempatan ini juga kami ingin mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Prof. Dr. Dra. Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni, M.S. selaku dosen
pengampu mata kuliah Manajemen yang telah membimbing kami dalam penulisan
makalah ini. Selain itu, kami juga ingin mengucapkan terima kasih kepada seluruh
pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini.
Kami berharap makalah ini dapat memberikan manfaat yang
sebesarbesarnya kepada seluruh pembaca mengenai topik yang dibahas yaitu
pentingnya sumber data kependudukan, jenis sumber data secara umum dan
bagaimana sumber data kependudukan tersebut. Dalam penyusunannya, kami
menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan, baik dalam struktur
maupun bahasa, oleh karenanya kami memohon saran dan kritik yang membangun
dari para pembaca sehingga kedepannya kami dapat menulis makalah lebih baik
pada kesempatan berikutnya.

Jimbaran, 15 September 2023

Kelompok 2

Sumber Data Kependudukan | i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iii

DAFTAR TABEL................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 1

1.3 Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 3

2.1 Pentingnya Sumber Data ..................................................................... 3

2.2 Sumber Data Secara Umum ................................................................ 4

2.3 Sumber Data Kependudukan/Demografi ............................................ 6

BAB III PENUTUP............................................................................................... 46

3.1 Simpulan ........................................................................................... 46

3.2 Saran .................................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 47

Sumber Data Kependudukan | ii


DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 1961-2020 .... 17
Gambar 2. 2 Komposisi Penduduk menurut Generasi, 2020 ................................ 17
Gambar 2. 3 Komposisi Penduduk menurut Umur, 1971-2020 ............................ 18
Gambar 2. 4 Persentase Penduduk Lansia, 1971-2020 ......................................... 19
Gambar 2. 5 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok Umur, 2020..................... 20
Gambar 2. 6 Rasio Jenis Kelamin menurut Provinsi, 2020 .................................. 21
Gambar 2. 7 Penduduk Indonesia Tahun 2000-2015 ............................................ 31
Gambar 2. 8 Tiga Provinsi dengan Jumlah Penduduk Tervesar Berdasarkan Hasil
SUPAS 2015 .......................................................................................................... 31
Gambar 2. 9 Tiga Provinsi dengan Jumlah Penduduk Terkecil Berdasarkan Hasil
SUPAS 2015 .......................................................................................................... 32
Gambar 2. 10 Piramida Penduduk Indonesia, 2015 .............................................. 32
Gambar 2. 11 Piramida Penduduk Indonesia, 1971 .............................................. 33
Gambar 2. 12 Distribusi Penduduk menurut Wilayah Tahun 2015....................... 34
Gambar 2. 13 Angka Kematian Bayi (IMR), Indonesia........................................ 35
Gambar 2. 14 Estimasi Angka Kelahiran Total (TFR) Indonesia ......................... 35
Gambar 2. 15 10 Provinsi dengan Pengeluaran per Kapita Tertinggi (2020) ....... 37
Gambar 2. 16 10 Provinsi dengan Persentase Terbesar Penduduk Berobat Jalan
Ketika Mempunyai Keluhan Kesehatan (2021) .................................................... 39
Gambar 2. 17 Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah Tempat Tinggal
(2010-2021) ........................................................................................................... 40
Gambar 2. 18 10 Provinsi dengan Persentase Kepemilikan Jaminan Kesehatan
Tertinggi (2021) .................................................................................................... 41
Gambar 2. 19 Tingkat Pengangguran Terbuka di Bali Menurut Kabupaten/Kota
(Agustus 2020 & Agustus 2021) ........................................................................... 43
Gambar 2. 20 Rata-Rata Upah Buruh Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan (Agustus 2021) .................................................................................. 44
Gambar 2. 21 Peserta Kartu Prakerja Berdasarkan Jenis Kegiatan Utama ........... 45

Sumber Data Kependudukan | iii


DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Data Registrasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota
Administrasi DKI Jakarta ...................................................................................... 25
Tabel 2. 2 Perbandingan Survei dan Sensus.......................................................... 27

Sumber Data Kependudukan | iv


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sumber data kependudukan memegang peranan penting dalam
kehidupan bermasyarakat terutama dalam pengambilan data yang tiap tahun
kian berubah - ubah seperti lahir mati , kawin cerai, migrasi imigrasi dan
lainnya. Meskipundalam pengambilan data memerlukan dana yang cukup
namun ada beberapa metode untuk pengambilan data beberapa metodenya
adalah sensus, survei, registrasi penduduk. Metode - metode tersebut
mempunyai plus minusnya sendiri. Perkembangan penduduk tanpa disertai
dengan kontrol untuk mengukur jumlah penduduk yang diinginkan, hanya akan
menumbuhkan masalah social ekonomi dengan segala akibatnya. Pengetahuan
tentang kependudukan adalah penting untuk diketahui oleh masyarakat luas
yang mana dapat merangsang timbulnya kesadaran dan membina tingkah laku
yang bertanggung jawab terhadap masalah kependudukan, sehingga masalah-
masalah yang ada dapat diatasi bersama dengan penuh perhatian dan
memungkinkan setiap timbulnya masalah dapat dicegah atau dihindari. Untuk
mendapatkan data jumlah penduduk suatu negara atau daerah dibuat sistem
pengumpulan data penduduk, yaitu Sensus Penduduk, survei penduduk, dan
registrasi penduduk. Adapun tujuan dari adanya pendataan penduduk ini adalah
untuk mengetaui jumlah dan perkembangan penduduk dalam periode waktu
tertentu yang diperlukan untuk menilai kinerja pembangunan bangsa di masa
lalu serta menyusun perencanaan pembangunan kependudukan, sosial,
ekonomi, dan kesejahteraan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas maka rumusan
masalah yang didapat yaitu sebagai berikut:
1.2.1 Mengapa sumber data kependudukan penting?
1.2.2 Apa saja sumber data secara umum?
1.2.3 Bagaimana sumber data kependudukan?

Sumber Data Kependudukan | 1


1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas, ditemukan beberapa tujuan dalam
penyusunan makalah ini, diantaranya:
1.3.1 Untuk mengetahui pentingnya sumber data kepedendudukan.
1.3.2 Untuk mengetahui sumber data secara umum.
1.3.3 Untuk mengetahui sumber data kependudukan .

Sumber Data Kependudukan | 2


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pentingnya Sumber Data
Pengertian Penduduk berdasarkan Undang-Undang Kependudukan
adalah Warga Negara Indonesia dan Orang Asing yang bertempat tinggal di
Indonesia, dimana Warga Negara Indonesia adalah orang-orang bangsa
Indonesia dan orang-orang bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang
sebagai Warga Negara Indonesia. Dalam pengelolaan dan penyelenggaraan
administrasi kependudukan dilakukan oleh Instansi Pelaksana sebagai
perangkat pemerintah yang bertanggung jawab dan berwenang melaksanakan
pelayanan dalam urusan administrasi Kependudukan, sehingga dengan
kewenangan itulah instansi pelaksana dalam hal ini Dinas Kependudukan dan
Pencatatan sipil melaksanakan perannya untuk memberikan dokumen
kependudukan sebagai pengakuan pemerintah kepada penduduk dari mulai
lahir hingga akhir hayatnya. Dengan demikian begitu pentingnya administrasi
kependudukan bagi penduduk dan semua lapisan masyarakat, sebagaimana
amanat UUD 1945 bahwa negara berkewajiban memberikan perlindungan dan
pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status hukum atas setiap
peristiwa kependudukan, sehingga wajib bagi instansi pelaksana untuk
memberikan dokumen kependudukan kepada masyarakat melalui stelsel
aktifnya, agar pemerintah berperan aktif untuk memberikan pelayanan secara
langsung melaui jemput bola pelayanan.
Diharapkan dengan jemput bola pelayanan tersebut dapat
memberikan kontribusi untuk meningkatkan cakupan kepemilikan dokumen
kependudukan, Karena jumlah penduduk yang benar, valid, dan akurat
membawa dampak kepada tepatnya perencanaan pembangunan pemerintah,
sebagaimana pemanfaatan data penduduk tersebut yang termaktub pada pasal
58 ayat (4) undang-undang No.24 Tahun 2013 bahwa Data Kependudukan dari
Kementerian yang bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam
negeri, antara lain untuk pemanfaatan; pelayanan publik, perencanaan
pembangunan, alokasi anggaran, pembangunan demokrasi, dan penegakan
hukum dan pencegahan kriminal.

Sumber Data Kependudukan | 3


Dari pada itu keberadaan jumlah penduduk yang benar, valid, dan akurat
yang telah dikonsilidasikan dan dibersihkan oleh Kementerian yang
bertanggung jawab dalam urusan pemerintahan dalam negeri menjadi
pembilang dan pembagi pada setiap pembuatan perencanaan pembangunan.
Sehingga dengan demikian menjadi penting halnya untuk setiap peristiwa
kependudukan terlaporkan dan terekam oleh Instansi Pelaksana ke server
database kependudukan, terutama pada 3 (tiga) hal penting yang
mempengaruhi jumlah penduduk diantaranya:
1. Setiap peristiwa kelahiran terlaporkan dan tercatat
2. Setiap peristiwa kematian terlaporkan dan tercatat
3. Setiap migrasi (pindah, dan pindah datang) penduduk terlaporkan dan
tercatat.
Jika 3 (tiga) hal tersebut diatas rutin setiap peristiwa kependudukan
terlaporkan dan tercatat oleh instansi pemerintah/Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil, maka harapan pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah dapat terwujud untuk mendapatkan data penduduk yang
sebenarnya (Dedi Sunardi, 2017).

2.2 Sumber Data Secara Umum


Sumber data terbagi menjadi dua yaitu data primer dan data
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti secara langsung (dari
tangan pertama), sementara data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti
dari sumber yang sudah ada.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang dikumpulkan oleh peneliti pertama kali
baik melalui bukti pribadi, daftar pertanyaan yang diajukan maupun
kuesioner. Data primer diibaratkan layaknya data mentah. Alasan ini
muncul karena informasi pertama berhasil dikumpulkan peneliti dari
responden penelitian yang telah direncanakan sebelumnya. Bagi peneliti,
pengumpulan data primer terbilang mahal baik kualitas data maupun waktu
pengambilannya. Pengumpulan data dilakukan secara langsung oleh

Sumber Data Kependudukan | 4


peneliti melalui durasi penelitian. Biasanya penentuan durasi penelitian
dijangkau antara satu hingga tiga bulan berjalannya pengumpulan data.
Selain itu, kualitas data juga terjaga kerahasiaannya karena komunikasi
yang berlangsung antara kedua belah pihak antara responden dengan
peneliti. Mereka mendapatkan datanya dari berbagai teknik antara lain
kuesioner, focus group discussion, in depth interview, phone interview,
case study dan lain-lain.
2. Data Sekunder
Jika pada data primer diibaratkan sebagai tangan pertama, maka data
sekunder adalah tangan kedua. Kenapa disebut tangan kedua? Hal ini
dikarenakan bahwa pengumpulan data sekunder sebelumnya diperoleh dari
peneliti atau pengguna data dengan data yang sama. Dari data-data yang
telah disediakan, peneliti bisa mengakses dengan bebas terkait data apa
yang ingin diinginkan. Bentuk data sekunder tersedia dalam berbagai
sumber seperti publikasi statistik, sensus penduduk, artikel ilmiah, situs
web, laporan dan lain-lain. Data sekunder menawarkan beberapa
keuntungan karena mudah diperoleh, menghemat waktu dan biaya dari si
peneliti. Tetapi ada beberapa kelemahan yang terkait dengan pengumpulan
data sekunder, karena data dikumpulkan untuk tujuan selain dari masalah
yang ada dalam penelitian yang diangkat, sehingga kegunaan data mungkin
terbatas dalam beberapa cara seperti relevansi dan akurasi. Tidak semua
data sekunder yang dikumpulkan bisa menyelesaikan permasalahan
penelitian (Maulid, 2022).
Dikutip dari buku “Pengantar Kependudukan” (Dr. Dra.Anak Agung
Istri Ngurah Marhaeni, 2018) berdasarkan tipenya sumber data penduduk dapat
dibagi menjadi dua (2). Cooper dan Emory (1997), menggolongkan sumber
informasi ada 2 yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri oleh pengguna data
untuk keperluan yang spesifik. Pengumpulan data primer umumnya mahal
dan menggunakan banyak waktu. Data primer yang dikumpulkan oleh
seseorang atau peneliti untuk tujuan penelitian mereka, akan lebih kecil
kemungkinannya untuk digunakan oleh pihak lain. Sumber Data Primer

Sumber Data Kependudukan | 5


ialah segala catatan asli atau data yang diperoleh dari responden secara
langsung. Contohnya, tabel-tabel penduduk yang diterbitkan Badan Pusat
Statistik.
2. Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh pihak lain dan
digunakan oleh pengguna data diluar pihak yang mengumpulkan data. Jadi
studi yang dilakukan oleh pihak lain untuk sasaran mereka sendiri
merupakan sumber data sekunder bagi pihak lainnya. Data ini dapat
berbentuk tabel, grafik, gambar atau data mentah (rawdata). Sumber Data
Primer ialah data yang diolah dan disajikan baik dalam buku teks, laporan,
penelitiann, maupun karya tulis terbitan-terbitan periodik atau buku
tahunan.
Secara umum Sumber Data Kependudukan dibagi menjadi 3 sumber
data kependudukan yaitu dari data sekunder yang dapat dimanfaatkan oleh
peneliti atau oleh ahli kependudukan yang diantaranya Sensus Penduduk (SP),
Survey, dan Registrasi Penduduk. Selain itu ada juga data dari sumber lainnya
seperti data/catatan-catatan di sekolah-sekolah, kantor polisi, data di KPU, data
yang berasal dari berbagai instansi dan sebagainya. Namun demikian sumber
data yang paling banyak digunakan dalam analisis demografi atau
kependudukan adalah dari ketiga sumber data tersebut.

2.3 Sumber Data Kependudukan/Demografi


2.3.1 Sensus Penduduk (SP)
Sensus Penduduk sering disebut dengan cacah jiwa yang mungkin
mempunyai sejarah setua sejarah peradaban manusia. Adanya tanda-tanda
pencacahan penduduk telah dilaksanakan di zaman Babylonia sekitar tahun
3800 SM. Selain itu di Cina juga telah dilaksanakan Sensus Penduduk
sekitar sekitar 3000-2500 SM, dan di Mesir sekitar 2500 SM.
Sensus Penduduk dalam artian modern telah dilaksanakan di
Quebec pada tahun 1666, dan di Swedia pada tahun 1749 (Pollard,et
al.1974). Di negara Amerika Serikat, Sensus Penduduk mulai dilaksanakan
pada tahun 1790, dan di Inggris pada tahun 1801. Pelaksanaan sensus
penduduk di Inggris diikuti oleh negara-negara jajahannya. Di Indonesia

Sumber Data Kependudukan | 6


Raffles dalam masa pemerintahannya yang singkat pada tahun 1815
melakukan perhitungan jumlah penduduk di Jawa dan di India dilaksanakan
pada tahun 1881 (Said Rusli, 1963). Sehingga pada permulaan abad ke 20,
sekitar 20 persen dari penduduk dunia telah dihitung lewat Sensus
Penduduk (Mantra, 1985).
1. Ruang Lingkup Sensus Penduduk
Ruang lingkup Sensus Penduduk mencakup seluruh wilayah
geografis suatu negara dan seluruh penduduknya, dimana
pelaksanaannya cukup kompleks dan menelan biaya yang tidak sedikit.
Sebelum Sensus Penduduk dilaksanakan terlebih dahulu harus
dilaksanakan perencanaan secara matang dan hati-hati yang
membutuhkan waktu beberapa tahun sebelum Sensus Penduduk
dilaksanakan. Waktu pelaksanaan Sensus Penduduk hendaknya
diselenggarakan pada saat perpindahan penduduk berada pada tingkat
yang minimal atau rendah.
Sensus Penduduk merupakan suatu proses keseluruhan dari
pengumpulan, pengolahan, penyajian, dan penilaian data penduduk
yang menyangkut antara lain; ciri-ciri demografi, sosial ekonomi, dan
lingkungan hidup. Apabila dibandingkan dengan metode penelitian
yang lain, sensus penduduk mempunyai ciri-ciri yang khas dalam
pelaksanaannya. Adapun ciri-ciri sensus penduduk itu sendiri yakni:
a. Bersifat Individu (Individual) yang berarti informasi demografi dan
sosial ekonomi yang dikumpulkan bersumber dari individu baik
sebagai anggota rumah tangga maupun sebagai anggota masyarakat.
b. Bersifat Universal yang berarti pencacahan bersifat menyeluruh.
c. Pencacahan dilaksanakan serentak di seluruh negara.
d. Sensus Penduduk dilaksanakan secara periodik yaitu setiap tahun
yang berakhiran dengan angka kosong (0).
Sensus Penduduk (SP) menurut UN tahun 1958 didefinisikan
sebagai keseluruhan proses pencacahan (collecting), pengumpulan
(compiling), penyusunan (tabulation), dan penerbitan (publishing) data
demografi, ekonomi dan sosial yang menyangkut semua orang pada

Sumber Data Kependudukan | 7


waktu tertentu di suatu negara atau suatu wilayah tertentu (Yasin dan
Adioetomo, 2010). Berdasarkan konsep tersebut, maka SP menyangkut
4 hal yaitu:
a. Pencatatan yang menyeluruh terhadap semua orang, artinya semua
orang yang tinggal di suatu wilayah atau negara wajib dicatat,
bahkan termasuk mereka yang bekerja/tinggal di luar negeri.
b. Dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu, SP ini dilaksanakan
dalam jangka waktu tertentu yaitu 10 tahun sekali, pada tahun yang
berakhiran dengan nol. Pencacahan dilakukan secara serentak untuk
menghindari pencacahan ganda.
c. Mencakup wilayah tertentu, artinya ruang lingkup SP harus
meliputi seluruh wilayah yang digunakan adalah wilayah
administratif.
d. Bersifat individual, yang berarti informasi demografi dan sosial
ekonomi yang dikumpulkan berasal dari individu, baik sebagai
anggota rumah tangga maupun anggota masyarakat.
2. Konsep Sensus Penduduk
Konsep De facto dan De jure dalam Sensus Penduduk
Pencatatan dalam SP dapat menggunakan konsep de facto dan de jure.
Berikut disampaikan kedua konsep tersebut dan hal-hal lainnya yang
berkaitan dengan pengertian tentang SP.
a. De facto adalah mencatat penduduk yang ditemukan pada saat
sensus dilakukan.
b. De jure adalah mencatat penduduk berdasarkan tempat dimana dia
biasa tinggal (penduduk yang resmi berdomisili di daerah tersebut),
dan dalam SP dapat menggabungkan kedua konsep tersebut.
c. Dalam SP data yang dikumpulkan pada umumnya berupa data dasar
kependudukan seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, dan kegiatan
ekonomi.
d. Di negara sedang berkembang seperti Indonesia, data SP sangat
penting dan dianggap paling lengkap dan akurat dibandingkan
dengan sumber data yang lainnya. Hal ini disebabkan cakupannya

Sumber Data Kependudukan | 8


yang menyeluruh sehingga kesalahan karena penarikan sampel
(sampling error) dapat dihindari.
Agar data hasil sensus penduduk dari beberapa negara dapat
diperbandingkan PBB menetapkan bahwa informasi kependudukan
minimal yang harus ada dalam tiap sensus penduduk adalah sebagai
berikut :
a. Geografi dan Migrasi Penduduk.
Informasi geografi meliputi lokasi daerah pencacahan, jumlah
penduduk yang bertempat tinggal di daerah tersebut. Berapa jumlah
penduduk de jure dan berapa pula jumlah penduduk de facto.
Disamping itu dapat pula dihitung jumlah penduduk yang bertempat
tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan. Informasi migrasi
penduduk masing-masing penduduk didapat melalui pertanyaan:
tempat lahir, lamanya tinggal di daerah sekarang, tempat tinggal
terakhir di daerah sekarang, dan tempat tinggal beberapa tahun yang
lalu (umunya 5 tahun lalu).
b. Rumah Tangga
Data mengenai rumah tangga pada saat pencacahan meliputi
hubungan masing-masing anggota rumah tangga dengan kepala
keluarga, komposisi anggota rumah tangga dan jenis kelamin kepala
rumah tangga.
c. Karakteristik Sosial dan Demografi
Informasi tentang karakteristik sosial, demografi, pendidikan, dan
karakteristik ekonomi dapat dilihat dari komposisi penduduk
menurut variabel tertentu.
d. Kelahiran dan Kematian
Informasi tentang kelahiran dan kematian, umumnya ditanyakan
tentang jumlah anak yang dilahirkan pada masa yang lalu
(restrospektive question), dan juga ditanyakan tentang jumlah
anggota keluarga yang meninggal, juga ditanyakan tentang umur
kawin pertamapertama (bagi yang pernah kawin), dan juga kematian
bayi. SP mencatat seluruh penduduk yang ada di suatu negara, yang

Sumber Data Kependudukan | 9


berarti pada saat pelaksanaan sensus, petugas akan datang kerumah
tangga-rumah tangga untuk mencacah seluruh anggota rumah tangga
yang ada.
e. Karakteristik Pendidikan
f. Karakteristik Ekonomi
Mengingat demikian luasnya daerah pencacahan, dan sensus hanya
dilakukan satu hari, maka pertanyaan yang ditanyakan secara lengkap
hanyalah pertanyaan yang bersifat umum seperti jumlah anggota
keluarga, jenis kelamin dan umur, sedangkan pertanyaan-pertanyaan
yang bersifat spesifik seperti data ketenagakerjaan yang antara lain
meliputi jenis pekerjaan, lapangan pekerjaan, status pekerjaan),
pendidikan, dan kesehatan masyarakat, serta migrasi penduduk
ditanyakan melalui sensus sampel.
3. Kualitas Data Dari Hasil Sensus Penduduk
Kualitas data dari hasil sensus penduduk sangat ditentukan
oleh beberapa hal seperti berikut.
a. Kerjasama Atau Partisipasi Dari Masyarakat.
Masyarakat perlu diyakinkan agar mereka berpartisipasi dalam SP
yang hasilnya berguna dalam perencanaan pembangunan.
b. Kondisi Geografis Dan Topografis.
Hal ini mempengaruhi kualitas data terutama cakupan seperti pada
daerah yang terisolir.
c. Kualitas Petugas.
Hasil SP yang berkualitas membutuhkan petugas yang berkualitas
pula, dan memiliki dedikasi yang tinggi terhadap pekerjaan.
d. Kualitas Penduduk Sebagai Responden Dalam Sensus.
Responden sangat penting untuk mengetahui maksud dan tujuan
dari pertanyaan yang diajukan, dan juga sangat penting responden
menjawab secara jujur untuk dapat menjamin kualitas data hasil
sensus penduduk.
e. Perencanaan dan Pelaksanaan.

Sumber Data Kependudukan | 10


Pelaksanaan di lapangan dapat berjalan dengan baik jika rencana
dapat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada, dan
juga harus ditunjang dengan peralatan-peralatan yang sesuai dengan
kebutuhan.
4. Keunggulan dari Sensus Penduduk
a. Coverage error yang rendah, jadi kesalahan karena kurangnya
cakupan dapat diminimalisir atau bahkan mungkin tidak ada.
b. Sampling error, menjadi sangat rendah atau bahkan mungkin tidak
ada, karena tidak ada pengambilan sampel (semua orang
dicacah/schingga sering disebut cacah jiwa). 3. Hasilnya dapat
dibandingkan dengan negara-negara lainnya
5. Kelemahan dari Sensus Penduduk
a. Membutuhkan waktu yang lama dan dana yang sangat besar, hal ini
disebabkan dalam SP meliputi seluruh penduduk, atau coverage
atau cakupannya lengkap, sehingga membutuhkan dana yang jauh
lebih banyak dibandingkan dengan pelaksanaan survai.
b. Hanya menyajikan data dasarnya saja, dalam SP data yang
diperoleh berupa data dasar saja seperti umur penduduk, jenis
kelamin, daerah tempat tinggal, pendidikan. Data lainnya seperti
data ketenagakerjaan, kondisi fertilitas, mortalitas, maupun migrasi
penduduk akan dikumpulkan melalui survai sampel.
c. Ada beberapa kesalahan dalam pelaksanaan sensus seperti:
• Kesalahan cakupan (error of coverage)
Kesalahan karena tidak seluruh penduduk dicacah, dan ada
kemungkinan mereka dicacah dua kali, hal ini terjadi jika ada
mobilitas yang tinggi pada penduduknya, misalnya dicacah dimana
mereka ditemui dan di tempat asalnya dia juga dicacah. Ada juga i
daerah yang tidak dapat dikunjungi karena perang misalnya atau
sulit dijangkau sehingga menggunakan potret udara yang kemudian
diperkirakan jumlah penduduknya. Beberapa hambatan yang
mungkin terjadi dalam pelaksanaan SP tersebut dapat
mempengaruhi kualitas data hasil SP yang pada akhirnya

Sumber Data Kependudukan | 11


menentukan kualitas kebijakan yang dibuat berdasarkan hasil SP
tersebut.
• Kesalahan isi pelaporan (error of content)
Kesalahan ini meliputi kesalahan pelaporan dari responden,
misalnya kesalahan pelaporan tentang umur. Dengan pendidikan
yang relatif rendah, sebagian mereka tidak mengetahui umumnya,
dan ada juga kemungkinan responden tidak jujur. Seperti jumlah
anak (tidak mengetahui konsep lahir hidup), dan lupa (memory laps)
Sering petugas dilengkapi dengan kalender untuk memperkirakan
umur responden dengan menghubungkannya dengan kejadian-
kejadian penting tertentu. Cara yang dilakukan dalam
memperkirakan berapa umur penduduk dengan menggunakan
perkiraan tersebut juga dapat mempengaruhi kualitas data yang
diperoleh melalui SP tersebut. Kesalahan pelaporan umur untuk
negara-negara sedang berkembang banyak terjadi mengingat
kualitas penduduk atau pendidikannya yang masih rendah.
Kebijakan untuk meningkatkan derajat pendidikan penduduk
menjadi program yang sangat strategis dalam rangka meningkatkan
kualitas data penduduk.
• Kesalahan ketepatan pelaporan (estimating error)
Hal ini dapat terjadi baik karena petugas ataupun responden. Dapat
terjadi karena kesalahan editing ataupun coding. Sebagai contoh ada
data yang tidak konsisten, misalnya laki-laki tetapi memiliki anak
yang dilahirkan. Tidak bekerja tetapi ada data pendapatannya. Data
yang seperti ini harus dibersihkan (cleaning) terlebih dahulu
sebelum dipublikasikan. Proses untuk membersihkan data
memerlukan waktu yang sangat panjang, sehingga dari sensus
dilaksanakan sampai data tersebut terbit sampai membutuhkan
waktu 2 tahunan. Proses pengolahan data yang dilakukan juga dapat
menjadi sumber kesalahan jika dilakukan dengan tidak hati-hati dan
sesuai dengan kaidah keilmuan yang berlaku. Jika tidak hati-hati,

Sumber Data Kependudukan | 12


maka kesalahan dalam pengolahan termasuk entry data
mempengaruhi kualitas data yang dihasilkan.
6. Pelaksanaan Sensus Penduduk di Indonesia
a. Pelaksanaan SP sebelum kemerdakaan
Sebelum Perang Dunia II sudah pernah dilaksanakan sensus di
Indonesia, yaitu tahun 1815. Hingga tahun 1920 telah dilaksanakan
SP sebanyak 10 kali, tetapi SP yang dilaksanakan tahun 1905, tahun
1920 dan 1930 yang dapat dipandang sebagai Sensus, namun
pencacahan yang lainnya belum dapat dikatakan sebagai SP. Dari
ketiga pencacahan tersebut hanya SP tahun 1930 yang penting dan
datanya dapat dipercaya. Jadi data yang paling lengkap adalah hasil
SP 1930. Umumnya perhitungan penduduk di luar pulau Jawa hanya
didasarkan atas estimasi saja.
b. Pelaksanaan SP Setelah kemerdekaan
Setelah kemerdekaan SP dilaksanakan pertama kali tahun 1961,
dilanjutkan tahun 1971,1980, 1990, 2000, dan 2010. SP tahun 1961
merupakan sensus pertama setelah kemerdekaan bangsa Indonesia,
dan dasar hukum dari pelaksanaan sensus tersebut adalah UU No. 6
tahun 1960 tentang sensus. Konsep penduduk dalam sensus tahun
1961 adalah semua orang yang sampai tanggal 31 Oktober 1961
sudah 3 bulan tinggal di Indonesia. Pengolahan. dilakukan secara
bertahap yakni dimulai dengan menyusun rekapitulasi dari kartul
perseorangan untuk setiap lingkungan. Kemudian berturut-turut
dibuat rekapitulasi untuk setiap desa, setiap kecamatan, kabupaten,
dan provinsi. Sensus Penduduk tahun 1971 diselenggarakan oleh
Biro Pusat Statistik (BPS) yang merupakan salah satu proyek
pembangunan statistik 5 tahun yang pertama (1969-1973).
Penjelasan berikut disarikan dari penjelasan dalam Buku Sensus
Penduduk 1971 untuk Penduduk Bali, SP tahun 1971 ini merupakan
SP kedua setelah kemerdekaan. Dasar hukum penyelenggaraan SP
1971 ini adalah UU no. 10 tahun 1960 tentang sensus dan Peraturan
Pemerintah RI No. 29 tahun 1970. Sistem yang digunakan dalam SP

Sumber Data Kependudukan | 13


1971 ini adalah kombinasi antara de jure dan de facto. Bagi mereka
yang bertempat tinggal tetap digunakan sistem de jure, sedang bagi
penduduk yang tidak bertempat tinggal tetap maka digunakan
system de facto. Keterangan-keterangan yang dikumpulkan dalam
SP tahun 1971 ini adalah keteranganketerangan geografis,
perseorangan, ekonomi, dan perumahan. Tahap-tahap kegiatan
dalam SP ini dibagi 2 yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan.
Tahap persiapan menyangkut beberapa hal seperti penyusunan
rencana anggaran, pendaftaran rumah tangga dan pembentukan blok
sensus. Tahap pelaksanaan ada 2 yaitu pertama, pencacahan secara
lengkap yang ditujukan kepada seluruh penduduk yang berdomisili
di wilayah geografis Indonesia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
keterangan dasar dari penduduk mengenai umur, dan jenis kelamin.
Kedua, pencacahan secara sampel dilakukan untuk memperoleh
keterangan yang lebih lengkap dan ditujukan kepada penduduk yang
tinggal di dalam wilayah blok sensus yang terpilih atau terkena
sampel. Pengolahan data untuk 1971 ini dilakukan dengan 2 cara,
yaitu pertama, untuk pencacahan lengkap dilakukan secara
bertingkat seperti dijelaskan sebelumnya, kemudian pengecekan
juga dilakukan i pusat dengan melakukan pengolahan data dari
semua blok sensus yang ada, sedangkan untuk pencacahan dengan
sampel seluruhnya dilakukan oleh pusat (BPS, 1974).
Sensus Penduduk tahun 1980 merupakan SP yang ketiga
setelah kemerdekaan RI. Dasar hukum pelaksanaan sensus ini
adalah UU No. 6 tahun 1960 tentang sensus, Peraturan Pemerintah
RI No. 21 tahun 1979 tentang pelaksanaan sensus serta instruksi
presiden RI No. 16 tahun 1979 kepada kepala BPS untuk
menyelenggarakan SP tahun 1980. Sistem pencacahan yang
digunakan dalam SP ini sama dengan tahun 1971 yaitu dengan
sistem de jure dan de facto, demikian pula tentang keterangan-
keterangan yang dikumpulkan. Pengolahannya juga dilakukan
dengan 2 cara yaitu pencacahan lengkap diolah didaerah secara

Sumber Data Kependudukan | 14


bertingkat, sedangkan hasil pencacahan secara sampel seluruhnya
diolah dengan bantuan komputer. Konsep tentang penduduk dalam
sensus tahun 1980 ini berbeda dengan konsep penduduk pada sensus
1961. Konsep umur dalam sensus ini maupun sensus tahun 1971
adalah sama yaitu dibulatkan ke bawah atau umur dihitung
berdasarkan ulang tahun terakhir pelaksanaan sensus sebelumnya
tahapan kegiatannya adalah pertama tahap persiapan, yang antara
lain pemetaan dan pembentukan wilayah pencacahan (wilcah)
kemudian tahap pelaksanaan, tahap pengolahan, dan terakhir tahap
penyajian. Sensus Penduduk tahun 2000 merupakan SP yang kelima
setelah kemerdekaan RI. Konsep-konsep atau definisi yang
digunakan dalam SP 2000 ini sama dengan SP tahun. 1990. Seperti
konsep penduduk yang dicacah dalam SP 2000 sama persis dengan
SP 1990. seperti disebutkan di atas pada penjelasan SP 1990. Cara
pencacahan dalam 2000 adalah kombinasi antara de jure dan de facto.
Penduduk yang bertempat tinggal tetap dipakai cara de jure,
sedangkan mereka yang tidak bertempat tinggal tetap dicacah
dengan dengan cara de facto yaitu dicacahditempat mereka
ditemukan oleh petugas lapangan (BPS, 2001).
Sensus penduduk yang terakhir dilaksanakan tahun 2010
yang merupakan SP ke enam setelah kemerdekaan RI, juga
dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Secara umum konsep-
konsep yang digunakan dalam SP 2010 sama dengan konsep atau
definisi dalam SP tahun 2000. Konsep tentang penduduk adalah
mereka yang berdomosili di Wilayah Indonesia paling sedikit 6
bulan atau berniat untuk menetap jika kurang daripada 6 bulan.
Demikian pula system pencacahannya menggunakan kombinasi de
jure bagi yang bertempat tinggal tetap dan de facto bagi mereka yang
tidak bertempat tinggal tetap (BPS, 2010). Tahapan dalam
pengumpulan data juga diawali dari tahapan persiapan, setelah
persiapan selesai yang membutuhkan waktu yang cukup lama,
dilanjutkan dengan tahap pelaksanaan yang dimulai secara serentak

Sumber Data Kependudukan | 15


di seluruh wilayah RI. Selesai tahap pelaksanaan dilanjutkan dengan
tahap pengolahan data, yang menggunakan 2 cara, yaitu untuk
sensus lengkap pengolahannya dilakukan secara bertingkat dan
untuk sensus sampel pengolahannya dilakukan di pusat
7. Tahap-tahap Pelaksanaan SP di Indonesia
Adapun tahap-tahap pelaksanaan Sensus Penduduk di Indonesia
dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
a. Tahap persiapan yang dilakukan oleh BPS sebagai badan yang
ditunjuk oleh pemerintah untuk melaksanakan SP tersebut.
b. Melatih petugas sensus atau pewawancara.
c. Membagi wilayah dalam wilayah-wilayah pencacahan (Wileah).
Wilayah pe ini dibagi kedalam Blok Sensus-Blok sensus, dimana
satu wilcah dapat satu blok sensus atau ada juga lebih dari satu blok
sensus.
d. Wilayah pencacahan dibagi kedalam wilcah perkotaan dan wilcah
perdesaan.
e. Pencacahan dilaksanakan dengan sistem aktif, yang berarti petugas
yang datang ke setiap rumah tangga untuk menanyakan kuesioner
yang telah disiapkan sebelumnya, seperti data demografi, sosial,
ekonomi.
f. Melakukan pencatatan potensi desa (podes) bersamaan dengan
pemetaan.
g. Pengolahan data hasil sensus penduduk oleh BPS, kemudian
sebagian datanya diterbitkan. Ini berarti tidak semua data dari SP
diterbitkan, ada yang dalam bentuk soft copy dimana masyarakat
dapat menggunakannya dengan jalan mengajukan permohonan ke
BPS.
h. Diantara 2 sensus penduduk tersebut, pemerintah melakukan
survey tersebut yang dikenal dengan nama SUPAS (Survey
Penduduk Antar Sensus).
8. Contoh Hasil Data Sensus Penduduk 2020
a. Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk

Sumber Data Kependudukan | 16


Gambar 2. 1 Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia, 1961-2020

SP2020 mencatat penduduk Indonesia pada September 2020


sebanyak 270,20 juta jiwa. Sejak Indonesia menyelenggarakan
Sensus Penduduk yang pertama pada tahun 1961, Jumlah penduduk
terus mengalami peningkatan. Hasil SP2020 dibandingkan dengan
SP2010 memperlihatkan penambahan jumlah penduduk sebanyak
32,56 juta jiwa atau rata-rata sebanyak 3,26 juta setiap tahun. Dalam
kurun waktu sepuluh tahun terakhir (2010–2020), laju pertumbuhan
penduduk Indonesia sebesar 1,25 persen per tahun. Terdapat
perlambatan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,24 persen poin
jika dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pada periode
2000–2010 yang sebesar 1,49 persen.
b. Komposisi Penduduk Menurut Generasi
Gambar 2. 2 Komposisi Penduduk menurut Generasi, 2020

Sumber Data Kependudukan | 17


Struktur penduduk dapat menjadi salah satu modal pembangunan
ketika jumlah penduduk usia produktif sangat besar. Hasil SP2020
mencatat mayoritas penduduk Indonesia didominasi oleh Generasi
Z dan Generasi Milenial. Proporsi Generasi Z sebanyak 27,94 persen
dari total populasi dan Generasi Milenial sebanyak 25,87 persen dari
total populasi Indonesia. Kedua generasi ini termasuk dalam usia
produktif yang dapat menjadi peluang untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi. Dari sisi demografi, seluruh Generasi X dan
Generasi Milenial merupakan penduduk yang berada pada
kelompok usia produktif pada 2020. Sedangkan Generasi Z
terdiridari penduduk usia belumproduktif dan produktif. Sekitar
tujuh tahun lagi, seluruh Generasi Z akan berada pada kelompok
penduduk usia produktif. Hal ini merupakan peluang dan tantangan
bagi Indonesia, baik di masa sekarang maupun masa depan, karena
generasi inilah yang berpotensi menjadi aktor dalam pembangunan
yang akan menentukan masa depan Indonesia.
c. Komposisi Penduduk Menurut Kelompok Umur
Gambar 2. 3 Komposisi Penduduk menurut Umur, 1971-2020

Persentase penduduk usia produktif (15–64 tahun) terus meningkat


sejak 1971. Pada 1971 proporsi penduduk usia produktif adalah

Sumber Data Kependudukan | 18


sebesar 53,39 persen dari total populasi dan meningkat menjadi
70,72 persen di 2020. Perbedaan antara persentasependuduk usia
produktif dan nonproduktif (0–14 tahun dan 65 tahunke atas) terlihat
lebih tajam di 2020. Persentase penduduk usia produktif yanglebih
besar dibandingkan penduduk usia nonproduktif tersebut
menunjukkanbahwa Indonesia masih berada pada era bonus
demografi.
Gambar 2. 4 Persentase Penduduk Lansia, 1971-2020

Pembangunan yang telah dicapai oleh Indonesia selama ini


memberikan dampakpositif dalam peningkatan kualitas hidup
masyarakat, salah satunya tercermindari peningkatan usia harapan
hidup penduduk Indonesia. Konsekuensi dari meningkatnya usia
harapan hidup penduduk Indonesia adalah terjadinya peningkatan
persentase penduduk lanjut usia atau lansia (60 tahun ke atas).
Persentase penduduk lansia Indonesiameningkat menjadi 9,78
persen di tahun 2020dari 7,59 persen pada 2010 berdasarkan hasil
SP2010. Kondisi ini menunjukkanbahwa pada 2020 Indonesia
berada dalam masa transisi menuju era ageing population yaitu
ketika persentase penduduk usia 60 tahun ke atas mencapai lebih
dari 10 persen.

Sumber Data Kependudukan | 19


d. Rasio Jenis Kelamin
Gambar 2. 5 Rasio Jenis Kelamin menurut Kelompok Umur, 2020

Dikutip dari (Jakarta, 2010 - 2014) SP2020 mencatat jumlah


penduduk laki-laki di Indonesia sebanyak 136,66 juta orang, atau
50,58 persen dari penduduk Indonesia. Sementara, jumlah penduduk
perempuan di Indonesia sebanyak 133,54 juta orang, atau 49,42
persen dari penduduk Indonesia. Dari kedua informasi tersebut,
rasio jenis kelamin penduduk Indonesia sebesar 102, yang artinya
terdapat 102 laki-laki untuk setiap 100 perempuan di Indonesia pada
2020. Rasio jenis kelamin bervariasi menurut kelompok umur.
Secara umum, rasio jenis kelamin di Indonesia 2020 menunjukkan
pola yang semakin menurun dengan bertambahnya umur. Rasio jenis
kelamin tertinggi pada kelompok umur 0–9 tahun sebesar 107 dan
terendah pada kelompok umur 75 tahun ke atas yaitu sebesar 79.
Rasio jenis kelamin pada umur 75 tahun ke atas yang sebesar 79
mengindikasikan bahwa jumlah penduduk lansia perempuan lebih
banyak daripada jumlah penduduk lansia laki-laki. Hasil SP2020
menunjukkan rasio jenis kelamin di level provinsi secara umum
selaras dengan rasio jenis kelamin di level nasional, yaitu penduduk
laki-laki lebih banyak daripada perempuan. Namun demikian,
terdapat dua provinsi yang penduduk perempuannya lebih banyak
daripada laki-laki. Provinsi tersebut adalah DI Yogyakarta dan

Sumber Data Kependudukan | 20


Sulawesi Selatan. Provinsi dengan rasio jenis kelamin tertinggi
adalah Papua diikuti Kalimantan Utara dan Papua Barat, sedangkan
provinsi dengan rasio jenis kelamin terendah adalah DI Yogyakarta.
Gambar 2. 6 Rasio Jenis Kelamin menurut Provinsi, 2020

(sumber: (Statistik, Hasil Sensus Penduduk (SP2020) pada


September 2020 mencatat jumlah penduduk sebesar 270,20 juta
jiwa., 2021)

Sumber Data Kependudukan | 21


2.3.2 Regristasi Penduduk
Komponen penduduk dinamis seperti: kelahiran, kematian,
mobilitas penduduk, perkawinan, perceraian, perubahan pekerjaan, yang
dapat terjadi setiap saat tidak dapat terjaring di dalam sensus penduduk.
Untuk menjaring data ini maka diadakan cara pengumpulan data baru yang
disebut dengan registrasi penduduk. Kantor pencatatan registrasi penduduk
terbuka setiap selama 24 jam. Registrasi penduduk ini dilaksanakan oleh
kantor pemerintahan dalam negeri. Ketua pelaksanaannya adalah kepala
desa dan pegawai desa. Registrasi penduduk dilakukan dengan sistem pasif.
Contohnya jika seorang ibu yang baru saja melahirkan maka suaminya atau
salah seorang anggota keluarganya akan melaporkan peristiwa-peristiwa
kelahiran itu di kantor desa, begitu pula untuk peristiwa yang lain tetapi
dengan system pelaporan seperti itu akan menimbulkan beberapa
permasalahan, terutama ketidak lengkapan data pelaporan. Penduduk yang
boleh mencatatkan peristiwa- peristiwa demografi di atas adalah penduduk
de jure saja. Itulah sebabnya jumlah penduduk di suatu wilayah yang
didapatkan dari hasil sensus penduduk jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan jumlah penduduk dari hasil registrasi.
a. Sejarah Singkat Registrasi Penduduk
Registrasi penduduk mulai dilaksanakan di beberapa negara didunia
pada abad ke-16. Pencatatan ini terutama dilaksanakan oleh gereja-
gereja kristen di Inggris, dan negara-negara lain di Eropa. Di samping
itu registrasi penduduk juga telah dilaksanakan di Finlandia pada tahun
1628, Denmark 1646, Norwegia 1685, dan Swedia 1686. Penerbitan
data registrasi yang teratur dimulai di Inggris pada tahun 1839 di bawah
pimpinan Dr. William Far (Syryock et al, 1971). Di luar Eropa registrasi
penduduk dilaksanakan di Cina, dari sini merambat Jepang pada abad
ke-17. Sistem registrasi penduduk ini menjalar juga ke negara-negara
Asia dan Afrika, diperkenalkan oleh negara-negara yang menjajah.
b. Registrasi Penduduk di Indonesia

Sumber Data Kependudukan | 22


Sistem registrasi penduduk di Indonesia telah dimulai sejak abad ke-
19. Pada tahun 1815 Raffles melaksanakan pendaftaran penduduk dalam
rangka penetapan sistem pajak tanah. Setelah Inggris meninggalkan
Indonesia, Belanda meneruskan pelaksanaan registrasi penduduk
tersebut, namun perhatian ke arah ini hingga pertengahan abad ke-19
sangat kurang sehingga hanya sedikit sekali data hasil registrasi yang
diterbitkan. Menjelang tahun 1850 Gubernur Jenderal Merkus
menugaskan P. Bleeker (seorang dokter militer) untuk meninjau semua
keresidenan di Jawa termasuk Yogyakarta dan Surakarta untuk
mengecek pelaksanaan hasil registrasi penduduk tersebut. Setelah tahun
1850 Pemerintah Belanda mulai memberikan perhatian yang lebih baik
terhadap sistem registrasi penduduk. Pada tahun 1851 diterbitkan angka-
angka mengenai jumlah penduduk menurut keresidenan di Jawa dan
Madura dan beberapa daerah di luar Jawa. Mulai tahun 1880 Pemerintah
Kolonial Belanda melakukan pencatat dan pelaporan penduduk dengan
sistem kartu mingguan (Gardiner, 1981). Pencatatan penduduk yang
mereka lakukan masih belum baik dan kalau data ini di analisis akan
menghasilkan kesimpulan yang tidak tepat.
Pada waktu balatentara Jepang menduduki Indonesia (1942-1945)
sistem registrasi penduduk model ini dihapus dan diganti dengan sistem
registrasi vital, yaitu registrasi yang menyangkut kelahiran, kematian,
kematian janin, abortus, perkawinan, dan perceraian (Said Rusli, 1983).
Menurut Battha (1961) sistem registrasi ini memiliki ketepatan yang
cukup. Sangat disayangkan bahwa hasil registrasi ini telah hilang,
kecuali untuk Pulau Kalimantan dan Pulau Lombok. Setelah Indonesia
merdeka, sistem registrasi penduduk diteruskan sistem kartu mingguan
yang dulu diterapkan diubah menjadi laporan mingguan tingkat
kecamatan.
Pencatatan peristiwa-peristiwa vital di Indonesia tidak dilaksanakan
oleh satu depertemen, tetapi oleh beberapa departemen tergantung dari
jenis datanya. Hingga kini data hasil registrasi tersebut masih
mempunyai kelemahan-kelemahan (tidak lengkap dan reliabilitasnya

Sumber Data Kependudukan | 23


rendah). Hal ini antara lain disebabkan oleh kurangnya pengetahuan
penduduk tentang manfaat data tersebut. Memperhatikan betapa
pentingnya data hasil registrasi tersebut, perlu dicari cara-cara yang
efisien sehingga kelengkapan data yang dikumpulkan terjamin dengan
kesalahan yang minimum. Biro Pusat Statistik yang bekerja sama
dengan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional, Departemen
Dalam Negeri dan Departemen Kesehatan, mensponsori suatu proyek
penelitian guna mencari sistem registrasi penduduk yang dapat
diterapkan di seluruh Indonesia. Proyek ini disebut proyek sampel
registrasi penduduk indonesia (SRPI).
Pada tahun 2003 diadakan penataan administrasi kependudukan
yang ditugaskan kepada Dirjen Administrasi Kependudukan
Departemen Dalam Negeri dengan kegiatan pemberian identitas pada
setiap penduduk dan pelaksanaannya sebagai berikut.
• Menghimpun biodata penduduk sebagai data basis kependudukan.
• Pembuatan KTP dan KK didasarkan pada data basis yang disimpan
di komputer. Setiap individu punya NIK, dan KK ada nomor khusus.
Pemberian NIK diberikan sejak lahir dan berlaku sampai meninggal
dunia dan tidak tergantikan oleh orang lain.
• Data basis dimutakhirkan dengan registrasi kejadian vital dan
kependudukan (lahir/mati, pindah/datang, kawin/cerai dan
perubahan lainnya).
• Pendataan penduduk rentan dan bermasalah dalam administrasi
Sebagai upaya khusus Perubahan domisili wajib dilaporkan. Proses
perpindahan ini diawali dengan mengurus surat pindah di tempat
lama dan diserahkan di tempat yang baru. Status pindah resmi
diterima apabila yang bersangkutan telah diberi KTP/surat ijin
tinggal sementara. Contoh Registrasi Penduduk Menurut Jenis
Kelamin dan kabupaten atau kota administrasi 2014 Dataset ini
berisi mengenai Registrasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan
Kabupaten/Kota Administrasi DKI Jakarta.
Penjelasan mengenai variabel pada Dataset ini:

Sumber Data Kependudukan | 24


• Tahun: tahun pendataan
• Kabupaten/kota administrasi: nama kabupaten/kota administrasi di
Provinsi DKI Jakarta
• Jenis kelamin: jenis kelamin laki-laki dan perempuan 4. Jumlah:
jumlah penduduk Provinsi DKI Jakarta

Tabel 2. 1 Data Registrasi Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan


Kabupaten/Kota Administrasi DKI Jakarta

TAHUN KABUPATEN/KOTA JENIS JUMLAH

KELAMIN
2014 Kepulauan Seribu Laki-Laki 12757
2014 Kepulauan Seribu Perempuan 12344
2014 Jakarta Selatan Laki-Laki 555181
2014 Jakarta Selatan Perempuan 536992
2014 Jakarta Timur Laki-Laki 848428
2014 Jakarta Timur Perempuan 810418
2014 Jakarta Pusat Laki-Laki 1161837
2014 Jakarta Pusat Perempuan 1112289
2014 Jakarta Barat Laki-Laki 1071846
2014 Jakarta Barat Perempuan 1039824
2014 Jakarta Utara Laki-Laki 1453565
2014 Jakarta Utara Perempuan 1396790

2.3.3 Survei Penduduk


Hasil sensus penduduk dan registrasi penduduk mempunyai
keterbatasan. Data itu hanya menyediakan data kependudukan dan kurang
memberikan informasi tentang sifat dan perilaku penduduk setempat.
Selain itu data yang tersedia dari hasil SP jangka waktunya sangat panjang
umumnya 10 tahun sekali. Untuk mengatasi hal tersebut dilaksanakanlah
survei penduduk yang sifatnya lebih terbatas dan informasi yang
dikumpulkan lebih luas dan mendalam. Survei ini dilaksanakan dengan

Sumber Data Kependudukan | 25


mengambil sampel, dengan penekanan atau topik yang berbeda-beda sesuai
dengan keperluannya. Hal inilah yang membedakan sensus dengan survei.
Sesungguhnya jika dipahami dengan lebih mendalam sensus dan
survei merupakan 2 kegiatan yang saling melengkapi satu dengan yang
lainnya, atau dapat dikatakan survei dapat berfungsi untuk melengkapi
sensus. Misalnya sesudah SP dapat dilaksanakan survei untuk memeriksa
atau mengecek hasil sensus tersebut. Selain itu survei dapat dilakukan
sebelum sensus atau SP sehingga hasil survei itu dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan atau input bagi sensus yang akan dilaksanakan
berikutnya. Memperhatikan hal tersebut memang agaknya lebih
menguntungkan mengadakan survei antar 2 sensus yang dilaksanakan 10
tahun sekali daripada mengadakan sensus 5 tahun sekali mengingat biaya
sensus yang jauh banyak dibandingkan dengan biaya untuk melaksanakan
survei.
1. Kelebihan dan Kelemahan Survei Penduduk
a. Berikut beberapa keuntungan dari sumber data Survei Penduduk,
yaitu :
• Menghemat biaya
• Pertanyaan dalam survei dapat lebih mendetail dan spesifik
• Dilaksanakan pada saat diperlukan
• Hasil lebih cepat didapat dan lebih intensif
b. Berikut beberapa kelemahan dari sumber data Survei Penduduk, yaitu :
• Memiliki sampling error
• Data umumnya sangat khusus, sehingga datanya tidak dapat
dipakai untuk keperluan lain
• Daerah/cakupan wilayahnya terbatas
Di dalam praktik sehari-hari, untuk mengetahui suatu keadaan, kita
sering menggunakan sampel untuk bisa mengambil suatu kesimpulan. Ibu
rumah tangga yang sedang memasak, akan mencicipi sebagian kecil dari
masakannya. Apabila masakan yang dicicipi rasanya kurang asin, maka ia
menyimpulkan bahwa masakan tersebut secara keseluruhan kurang asin,
sehingga perlu ditambah garam. Contoh lain suatu bank memberikan

Sumber Data Kependudukan | 26


kuesioner pada 500 nasabah, untuk mengetahui respon nasabah terhadap
sistem layanan baru apakah mendapat respon yang baik dari seluruh
nasabah atau sebaliknya.
Dari uraian di atas jelas bahwa di dalam metode survei, kita hanya
mengambil sebagian kecil dari unit-unit di dalam populasi untuk diteliti.
Selanjutnya dari penelitian sampel tersebut kita gunakan untuk menduga
(estimasi) nilai karakteristik populasi yang diteliti. Akibat hanya sebagian
unit dalam populasi yang diteliti, maka jelas bahwa survei akan lebih
menghemat tenaga, waktu dan biaya dibandingkan dengan sensus.
2. Perbandingan Survei dan Sensus
Perbandingan survei sampel dengan sensus dapat dilihat dari
beberapa segi yaitu antara lain segi tenaga yang dipergunakan, waktu, biaya,
kedalaman dan kualitas data yang dikumpulkan serta penyajian datanya.

Tabel 2. 2 Perbandingan Survei dan Sensus

3. Proses Sampling
Dalam melakukan proses sampling perlu dilakukan tahapan-
tahapan sebagai berikut:
a. Defining population

Sumber Data Kependudukan | 27


Mendefinisikan populasi merupakan proses awal yang sangat penting
dari suatu pengumpulan data. Dalam tahapan ini, perlu dipahami apa
yang menjadi tujuan penelitian sehingga dapat menentukan apa atau
siapa yang menjadi target populasi.
b. Developing sampling frame
Ketersediaan kerangka sampel merupakan hal yang harus dipenuhi
ketika menggunakan propbability sampling, baik diperoleh melalui
hasil listing sendiri maupun dari informasi yang telah ada. Apabila
kerangka sampel sulit diperoleh maka dapat menggunakan non-
probability sampling.
c. Specifying Sampling Method
Menentukan metode sampling yang akan digunakan harus didasari oleh
pengetahuan peneliti mengenai karakteristik dari populasi yang ingin
ditelitinya.
Determining Sample Size
Setelah mengetahui metode sampling yang akan digunakan, maka
tahapan selanjutnya adalah menentukan berapa besar sampel yang
harus diambil. Yang harus diingat adalah dalam menentukan ukuran
sampel perlu diperhatikan faktor karakteristik, waktu, tenaga dan biaya
serta keakuratan yang diinginkan.
d. Selecting Sample
Yang terakhir adalah bagaimana memilih sampelnya. Apakah
menggunakan with replacement atau without replacement.
4. Contoh Survei Penduduk
Beberapa contoh survei penduduk seperti SUPAS, SUSENAS,
SAKERNAS, secara umum dilaksanakan beberapa kali secara periodik
dengan topik sesuai dengan kebutuhan pada saat tertentu. Berikut beberapa
contoh survei yang telah dilaksanakan di Indonesia :
a. SUPAS (Survei Penduduk Antar Sensus)
Dikutip dari (Statistik, Profil Penduduk Indonesia Hasil Supas 2015,
2016) SUPAS merupakan salah satu sumber utama data kependudukan
di Indonesia dan dilaksanakan di antara dua waktu sensus penduduk.

Sumber Data Kependudukan | 28


Survey ini mengumpulkan informasi yang lebih luas daripada
informasi yang dikumpulkan dari sensus penduduk, adapun tujuan dari
SUPAS adalah :
• Memperoleh keterangan sosial ekonomi penduduk untuk
perbandingan antar daerah
• Memperkirakan keadaan angkatan kerja dan penggunaannya
• Membantu memperkirakan garis perkembangan penduduk beserta
ciri-cirinya
• Memperkirakan tingkat fertilitas dan mortalitas
• Mengukur tingkat penggunaan cara-cara ber KB
• Ikut serta dalam usaha World fertility survey untuk memperkirakan
garis perkembangan fertilitas dunia
Supas telah dilaksanakan berkali-kali di Indonesia, dengan Supas yang
terakhir adalah tahun 2015. Supas pertama dilaksanakan pada tahun
1976 yang dilaksanakan oleh BPS yang merupakan pertengahan antara
SP 1971 dengan SP 1980 untuk menyediakan data sebagai penghubung
antara kedua sensus tersebut. Supas tahun 1976 ini dimaksudkan
sebagai salah satu usaha untuk memperbaiki dan melengkapi statistik
kependudukan di Indonesia.
Supas berikutnya adalah Supas tahun 1985, yang merupakan
pengumpulan data di antara dua sensus yaitu SP tahun 1990 dan SP
1980, dengan tujuan utamanya adalah sebagai angka pembanding,
maka daftar pertanyaan yang digunakan hampir sepenuhnya sama
dengan daftar pertanyaan yang digunakan dalam SP 1980. Dengan
pertanyaan yang hampir sama tersebut, maka perkembangan kondisi
kependudukan selama kurun waktu tahun 1980-1985 dapat diketahui
dengan baik. Data/kondisi tersebut antara lain menyangkut aspek
demografi, sosial ekonomi, dan bahan perumahan, kesehatan, dan
sanitasi.
Supas selanjutnya adalah Supas tahun 1995, yang merupakan survai
dan dilakukan untuk mengatasi data di antara 2 sensus yaitu SP tahun
1990 dan SP tahun 2000. Supas 1995 dirancang khusus untuk

Sumber Data Kependudukan | 29


mendapatkan data statistik kependudukan yang terbandingkan dengan
data hasil sensus penduduk tahun 1990. Data yang dikumpulkan dalam
Supas 1995 meliputi bidang ketenagakerjaan, demografi, dan sosial
budaya (BPS, 1996). Beberapa hal yang dikumpulkan untuk bidang
demografi antara lain berkaitan dengan data migrasi, fertilitas, dan
mortalitas. Untuk data ketenagakerjaan antara lain yang dikumpulkan
dalam Supas 1995 antara lain berkaitan dengan angkatan kerja,
lapangan pekerjaan, jenis pekerjaan dan sebagainya. Berkaitan dengan
sosial budaya beberapa hal yang ditanyakan seperti tingkat pendidikan
penduduk, dan juga partisipasi sekolah.
Supas selanjutnya adalah Supas tahun 2005, untuk mengumpulkan
data kependudukan antara SP 2000 dan SP 2010. Supas tahun 2005
ditujukan untuk mendapatkan data statistic kependudukan yang dapat
dibandingkan dengan hasil data dari SP tahun 2000. Seperti Supas
tahun 1995, Supas tahun 2005 juga mengumpulkan data yang berkaitan
dengan bidang demografi seperti data yang menyangkut kelahiran,
kematian, dan juga migrasi penduduk. Selain itu di bidang demografi
juga dikumpulkan data tentang riwayat fertilitas dari perempuan (BPS,
2006). Sama seperti data dari sensus tahun 2000 dan Supas 1995,
dibidang ketenagakerjaan beberapa data yang dikumpulkan antara lain
status ketenagakerjaan, angkatan kerja, TPAK, lapangan pekerjaan,
jenis pekerjaan, status pekerjaan utama, jam kerja dan sebagainya. Di
bidang sosial budaya beberapa data yang dikumpulkan antara berkaitan
dengan pendidikan tertinggi dari penduduk, kondisi tempat tinggal,
serta kegiatan penduduk usia lanjut. Data hasil Supas 2005 diolah di
BPS Pusat Jakarta.
Supas terakhir yang dilaksanakan di Indonesia adalah tahun 2015
yang ditujukan untuk menjembatani data antar 2 sensus yaitu SP 2010
dan SP 2020. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan adalah hampir
sama dengan pertanyaan pada SP tahun 2010 dan Supas 2005. Supas
tahun 2015 ini untuk memperoleh data perkembangan data dari tahun
2010 sampai tahun 2015. Secara umum data yang dikumpulkan

Sumber Data Kependudukan | 30


berkaitan dengan bidang demografi, ketenagakerjaan, dan data sosial
budaya (BPS, 2016).

● Data hasil SUPAS 2015


• Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk Indonesia
berdasarkan hasil SUPAS 2015
adalah sebanyak 255,18 juta jiwa.
Dibandingkan dengan sensus
maupun survei penduduk
sebelumnya, dapat dilihat
bahwa jumlah penduduk
Indonesia terus mengalami
peningkatan. Dalam jangka
waktu lima belas tahun yaitu
tahun 2000 hingga 2015, jumlah
Gambar 2. 7 Penduduk Indonesia Tahun
2000-2015 penduduk Indonesia mengalami
penambahan sekitar 50,06 juta
jiwa atau rata-rata 3,33 juta
setiap tahun.
Gambar 2. 8 Tiga Provinsi dengan Jumlah Penduduk Tervesar Berdasarkan Hasil
SUPAS 2015

Sumber Data Kependudukan | 31


Berdasarkan hasil SUPAS 2015, tiga provinsi dengan jumlah penduduk
terbanyak adalah Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Di antara tiga provinsi
tersebut yang mengalami penambahan jumlah penduduk terbesar adalah
Provinsi Jawa Barat, sedangkan penambahan terkecil terjadi di Provinsi Jawa Timur.

Gambar 2. 9 Tiga Provinsi dengan Jumlah Penduduk Terkecil Berdasarkan Hasil


SUPAS 2015

Tiga provinsi dengan jumlah penduduk terkecil adalah Kalimantan Utara, diikuti
Papua Barat dan Gorontalo. Penambahan jumlah penduduk terbanyak adalah
Kalimantan Utara kemudian Gorontalo dan Papua Barat.

Ø Komposisi Penduduk

Gambar 2. 10 Piramida Penduduk Indonesia, 2015

Sumber Data Kependudukan | 32


Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin suatu wilayah dapat
diketahui melalui gambar piramida penduduk. Sumbu horizontal (dari kiri ke
kanan) menunjukkan jumlah penduduk. Jumlah penduduk laki-laki ditampilkan di
sebelah kiri. Sedangkan jumlah penduduk perempuan di sebelah kanan. Sumbu
vertikal menunjukkan kelompok umur 5 tahunan, ditampilkan dari yang termuda
di bawah berurutan hingga yang lebih tua di atasnya.
Dilihat dari bentuknya piramida penduduk Indonesia tahun 2015 termasuk
ke dalam tipe ekspansif, dimana sebagian besar penduduk berada pada kelompok
umur muda. Bagian tengah piramida cembung dan bagian atas cenderung
meruncing. Keadaan ini menggambarkan bahwa angka kematian menurun.
Dibandingkan dengan piramida penduduk sebelumnya, dari tahun 19712015
penduduk Indonesia telah mengalami perubahan struktur umur. Pada tahun 1971
bentuk piramida melebar di bagian bawah dan lebih runcing di bagian atas. Seiring
dengan bertambahnya waktu bentuk piramida semakin cembung di tengah yang
berarti proporsi penduduk muda semakin berkurang, sedangkan proporsi penduduk
dewasa semakin meningkat. Bagian atas piramida yang sedikit melebar
menunjukkan semakin banyaknya proporsi penduduk lanjut usia (umur 60 tahun
ke atas).
Gambar 2. 11 Piramida Penduduk Indonesia, 1971

Sumber Data Kependudukan | 33


Perubahan struktur umur penduduk sangat terkait dengan tingkat kelahiran,
kematian dan migrasi penduduk. Bentuk piramida yang melebar di bagian bawah
menunjukkan tingginya tingkat kelahiran, sedangkan bagian atas yang lebih
runcing menunjukkan tingginya tingkat kematian. Bentuk piramida yang semakin
cembung di bagian tengah dan melebar di bagian atas menunjukkan tingkat
kelahiran dan tingkat kematian yang semakin menurun.

Ø Distribusi Penduduk
Gambar 2. 12 Distribusi Penduduk menurut Wilayah Tahun 2015

Persebaran penduduk menurut wilayah geografis dipakai untuk mengetahui


tingkat pemerataan, kepadatan dan daya dukung penduduk terhadap suatu wilayah.
Pemerataan persebaran penduduk diperlukan tidak hanya dari sisi ketahanan suatu
negara, tetapi juga berguna untuk mendukung seluruh kegiatan ekonomi yang
berlaku di negara tersebut, tidak terkecuali Indonesia. Fenomena persebaran
penduduk yang tidak merata masih menjadi ciri demografis Indonesia. Di Pulau
Jawa yang luas geografisnya 7 persen terdapat penduduk 57 persen. Di pulau
Sumatera yang luasnya 25 persen terdapat penduduk 22 persen. Di pulau
Kalimantan yang luasnya 28 persen terdapat penduduk hanya 6 persen. Di pulau
Sulawesi yang luasnya 10 persen terdapat penduduk 7 persen. Di pulau lainnya

Sumber Data Kependudukan | 34


(Bali, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua) yang luasnya 30 persen hanya terdapat
9 persen penduduk.
Ø Angka Kematian Bayi
Gambar 2. 13 Angka Kematian Bayi (IMR), Indonesia

Kematian bayi adalah kematian yang terjadi pada penduduk yang berumur
011 bulan (kurang dari 1 tahun). Angka kematian bayi Indonesia menurun tajam,
dari 47 per 1000 kelahiran hidup pada Sensus Penduduk 2000 menjadi 32 per 1000
kelahiran hidup pada SUPAS 2005, 26 per 1000 kelahiran hidup pada SP 2000 dan
22 per 1000 kelahiran hidup pada SUPAS 2015. Perbaikan sarana dan prasarana
kesehatan serta meningkatnya kualitas hidup wanita Indonesia membuat anak yang
baru lahirsemakin mampu bertahan hidup.
Ø Angka Kelahiran Total (TFR)
Gambar 2. 14 Estimasi Angka Kelahiran Total (TFR) Indonesia

Sumber Data Kependudukan | 35


TFR adalah jumlah dari angka kelahiran menurut kelompok umur dan
merupakan ringkasan ukuran dari tingkat fertilitas. Angka ini menggambarkan
rata-rata jumlah anak yang akan dilahirkan oleh seorang wanita pada akhir masa
reproduksinya. Tingkat fertilitas Indonesia hasil Sensus Penduduk 19712010
maupun SUPAS 2015 dapat dilihat pada Gambar 4.1 yang menyajikan hasil
estimasi penghitungan TFR dengan metode Anak Kandung (Own Children Method).
Estimasi TFR yang dihitung menggambarkan keadaan tiga tahun sebelum tahun
sensus/survei yaitu tahun 1968, 1977, 1987, 1997, 2007, dan 2012. TFR secara
nasional menunjukkan tren yang terus menurun, dari angka 5,61 anak pada tahun
1971 menjadi 2,41 anak pada tahun 2010, dan menurun lagi menjadi 2,28 anak pada
tahun 2015.

B. SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional)

Dikutip dari data BPS (Statistik, 2013) Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) adalah survei yang bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi
sosial ekonomi penduduk. Dari data Susenas bisa diperoleh indikator
kependudukan dan kesejahteraan rakyat, diantaranya tingkat kemiskinan,
pendidikan, kesehatan, perumahan, konsumsi dan pengeluaran, dan lain-lain.
Sistem pengumpulan data SUSENAS terdiri dari kor dan modul. Sistem
pengumpulan ko mengumpulkan data yang bersifat umum dan dilakukan tiap tahun,
sedangkan modul mengumpulkan data yang bersifat khusus/rinci dan dilakukan
berulang tiap 3 tahun.

Adapun tujuan data yang diambil melalui kor :


a. Memperoleh keterangan umum anggota rumah tangga (ART)
b. Memperoleh keterangan suku bangsa kepala rumah tangga
c. Memperoleh keterangan terkait kematian
d. Memperoleh keterangan terkait kesehatan
e. Memperoleh keterangan terkait pendidikan
f. Memperoleh keterangan tentang kegiatan ketenagakerjaan
g. Memperoleh keterangan terkait fertilitas
h. Memperoleh keterangan tentang perumahan
i. Memperoleh keterangan tentang teknologi dan informasi

Sumber Data Kependudukan | 36


j. Memperoleh keterangan tentang rata-rata konsumsi rumah tangga dan
sumber penghasilan utama rumah tangga
k. Memperoleh keterangan tentang soal ekonomi lainnya
l. Memperoleh keterangan tentang luas lahan pertanian
Data yang diambil melalui modul :
1. Modul konsumsi dan pendapatan rumah tangga
2. Modul sosial budaya dan pendidikan
3. Modul kesehatan dan perumahan
Susenas pertama kali dilaksanakan pada tahun 1963. Dalam dua dekade
terakhir, sampai dengan tahun 2010, Susenas dilaksanakan setiap tahun.
Pengumpulan data Susenas dibagi menjadi Kor (dilaksanakan tiap tahun) dan
Modul (3 tahun sekali). Susenas Modul terdiri dari tiga jenis modul, yaitu (Modul
Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga; Modul Sosial, Budaya dan Pendidikan;
serta Modul Perumahan dan Kesehatan) yang pelaksanaannya dilakukan secara
bergantian. Mulai tahun 2011 pengumpulan data Susenas Kor dan Modul
Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga dilakukan secara triwulanan, pada bulan
Maret, Juni, September, dan Desember. Oleh karena itu, Susenas Modul terdiri dari
Modul Pendidikan dan Sosial Budaya, Modul Kesehatan dan Perumahan, dan
Modul Ketahanan Sosial yang pelaksanaannya dilakukan secera bergantian. Mulai
tahun 2015, Susenas dilaksanakan 2 (dua) kali dalam setahun, yaitu pada bulan
Maret dan September.

● Beberapa data hasil SUSENAS


v 10 Provinsi dengan Pengeluaran per Kapita Tertinggi (2020)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar 2. 15 10 Provinsi dengan Pengeluaran per Kapita Tertinggi (2020)

Sumber Data Kependudukan | 37


Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Maret 2021,
rata-rata pengeluaran per kapita Indonesia sebesar Rp 1, 26 juta/bulan. Rinciannya,
rata-rata pengeluaran untuk makanan Rp 622.846/bulan dan pengeluaran bukan
makanan Rp 641.744/ bulan. Berdasarkan provinsi, pengeluaran per kapita
tertinggi berada di DKI Jakarta dengan rata-rata Rp 2,37 juta per bulan. Kepulauan
Riau menempati posisi kedua dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebesar Rp
1,86 juta/bulan.Rata-rata pengeluaran per kapita di Kalimantan Timur dan
Kalimantan Utara masing-masing sebesar Rp 1,72 juta/bulan dan Rp 1,55
juta/bulan. Rata-rata pengeluaran per kapita di Bangka Belitung sebesar Rp 1,53
juta/bulan.Provinsi dengan pengeluaran per kapita terbesar berikutnya adalah
Banten dengan rata-rata Rp 1,51 juta/bulan. Kemudian, rata-rata pengeluaran per
kapita Bali sebesar Rp 1,47 juta/bulan, Papua Barat Rp 1,45 juta/bulan, Yogyakarta
Rp 1,42 juta/bulan, Kalimantan Tengah Rp 1,39 juta/bulan.Adapun, pengeluaran
per kapita Indonesia paling besar di kelompok makanan untuk makanan dan
minuman jadi, yakni Rp 197.682/bulan. Pengeluaran terbesar berikutnya untuk
pembelian rokok, yaitu Rp 76.583/bulan.Sedangkan, pengeluaran per kapita pada
kelompok bukan makanan yang terbesar untuk perumahan dan fasilitas rumah
tangga, yakni Rp 332.975/bulan. Diikuti pengeluaran untuk aneka barang dan jasa
sebesar Rp 153.941/bulan (Statistik, Profil Penduduk Indonesia Hasil Susenas
2010-2021, 2013).

Sumber Data Kependudukan | 38


v 10 Provinsi dengan Persentase Terbesar Penduduk Berobat Jalan
Ketika Mempunyai Keluhan Kesehatan (2021)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar 2. 16 10 Provinsi dengan Persentase Terbesar Penduduk Berobat
Jalan Ketika Mempunyai Keluhan Kesehatan (2021)

Tidak semua penduduk Indonesia yang mempunyai keluhan kesehatan


akan melakukan berobat jalan. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas) 2021, hanya 40,47% penduduk yang berobat jalan ketika mengalami
keluhahan kesehatan. Penduduk yang berobat jalan ketika mengalami keluhan
paling banyak berasal dari Sumatera Barat. Jumlahnya mencapai 55,12% dan
bahkan angka tersebut lebih besar dibandingkan dengan rerata nasional.
Selain Sumatera Barat, penduduk di Bali juga banyak yang berobat jalan
ketika mengalami mengalami keluhan kesehatan. Angkanya sebanyak 53,31%
berada di urutan kedua. Diikuti penduduk Aceh sebanyak 52,34% di posisi ketiga,
Daerah Istimewa Yogyakarta 44,29% di urutan keempat, dan DKI Jakarta 44,12%
di posisi kelima. Berikutnya, di urutan kelima ada Jawa Barat dengan 43%
penduduknya melakukan berobat jalan ketika mengalami keluhan kesehatan.
Provinsi lainnya yang masuk daftar ini, yaitu Nusa Tenggara Barat 43,32%,
Gorontalo 43,12%, Sumatera Selatan 42,88%, dan Sulawesi Utara 41,52%.
Sayangnya, sebagian penduduk tidak berobat jalan meskipun mempunyai keluhan

Sumber Data Kependudukan | 39


kesehatan. Alasannya, antara lain bisa mengobati sendiri, takut terpapar covid-19,
serta tidak punya biaya.
Ø Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah Tempat Tinggal (2010-
2021)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar 2. 17 Indeks Keparahan Kemiskinan Menurut Daerah Tempat Tinggal
(2010-2021)

Hasil Survei Sosial Ekonomi (Susenas) 2020 Badan Pusat Statistik


(BPS) menunjukkan indeks keparahan kemiskinan berada di level 0,42 pada
September 2021. Angka tersebut tidak berubah dibandingkan dengan posisi
Maret 2021. Hal ini mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran antar
penduduk miskin tidak mengalami perubahan. Jika dibandingkan dengan
posisi September 2020 sebesar 0,47, indeks keparahan kemiskinan lebih
rendah 0,05. Hal tersebut mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran
penduduk miskin mengalami penurunan dalam setahun terakhir.Menurut
daerah tempat tinggal, indeks keparahan kemiskinan penduduk perdesaan
meningkat 0,02 poin menjadi 0,59 pada September 2021 dari posisi Maret
2021 sebesar 0,57. Jika dibandingkan dengan posisi September 2020, indeks
keparahan kemiskinan perdesaan mengalami penurunan 0,09 poin.Sementara
indeks keparahan kemiskinan penduduk perkotaan turun 0,02 poin menjadi
0,29 pada September 2021 dari posisi Maret 2021. Jika dibandingkan dengan
posisi September 2020, indeks kedalaman kemiskinan perkotaan tidak

Sumber Data Kependudukan | 40


mengalami perubahan. Kehadiran pandemi Covid-19 menyebabkan indeks
keparahan kemiskinan mengalami kenaikan pada periode Maret 2020 dan
September 2020. Semakin besar indeks keparahan kemiskinan
mengindikasikan bahwa ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin
semakin melebar. Sebaliknya, semakin kecil angka indeks maka semakin kecil
ketimpangan pengeluaran antar penduduk miskin.
Ø 10 Provinsi dengan Persentase Kepemilikan Jaminan Kesehatan Tertinggi
(2021)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar 2. 18 10 Provinsi dengan Persentase Kepemilikan Jaminan
Kesehatan Tertinggi (2021)

Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi (Susenas) 2021 yang dilakukan


Badan Pusat Statistik (BPS), penduduk yang memiliki jaminan kesehatan baru
mencapai 68,36% pada 2021. Angka tersebut bahkan turun dari tahun sebelumnya
sebesar 69,29%. Aceh tercatat sebagai provinsi dengan persentase kepemilikan
jaminan kesehatan tertinggi secara nasional, yakni mencapai 96,62%. Diikuti DKI
Jakarta sebesar 90,1%, kemudian Papua sebesar 85,21%, Sulawesi Barat sebesar
83,61%, dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 80,98%. Provinsi dengan
persentase kepemilikan jaminan kesehatan tertinggi berikutnya adalah Bali, yakni
mencapai 80,6%. Setelahnya ada Kalimantan Utara sebesar 79,71%, kemudian
Gorontalo sebesar 79,36%, serta Sulawesi Selatan dan Sulawesi Utara masing-

Sumber Data Kependudukan | 41


masing sebesar 77,62% dan 77,18%. Berdasarkan tipe wilayah, kepemilikan
jaminan kesehatan penduduk Indonesia di daerah perkotaan mencapai 72,8%.
Angka tersebut lebih tinggi dibanding penduduk di daerah perdesaan yang hanya
mencapai 62,52%. Berdasarkan jenis kelamin, kepemilikan jaminan kesehatan
penduduk laki-laki mencapai 67,93%. Angka tersebut lebih rendah dibanding
dengan penduduk perempuan yang mencapai 68,8%.

C. SAKERNAS (Survei Angkatan Kerja Nasional)

Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) adalah survei yang bertujuan


untuk mendapatkan data pokok ketenagakerjaan. Dari survei ini dapat diperoleh
data dan informasi ketenagakerjaan seperti jumlah angkatan kerja, tingkat
pengangguran, jumlah tenaga kerja menurut lapangan usaha dan lain-lain. Kegiatan
pengumpulan data ketenagakerjaan pertama kali dilaksanakan tahun 1976. Sampai
dengan saat ini, Sakernas mengalami berbagai perubahan baik dalam periode
pencacahan maupun cakupan sampel wilayah dan rumah tangga. Secara umum,
tujuan pengumpulan data melalui Sakernas Agustus 2019 adalah menyediakan data
pokok ketenagakerjaan yang berkesinambungan. Secara khusus, untuk memperoleh
estimasi data jumlah penduduk bekerja, jumlah pengangguran, dan indikator
ketenagakerjaan lainnya serta perkembangannya di tingkat nasional, provinsi, dan
kabupaten/kota.

Dari setiap rumah tangga terpilih, dikumpul keterangan mengenai keadaan


umum setiap anggota rumah tangga (nama, hubungan dengan kepala rumah tangga,
Nomor Induk Kependudukan (NIK), jenis kelamin, bulan dan tahun lahir serta
umur). Untuk anggota rumah tangga yang berumur 5 tahun ke atas, ditanyakan
partisipasi sekolah, pendidikan, tempat tinggal 5 tahun yang lalu, disabilitas,
kegiatan seminggu yang lalu, pertanyaan tambahan terkait konsep baru
ketenagakerjaan, kegiatan mencari pekerjaan/mempersiapkan usaha baru,
pekerjaan utama dan tambahan, jam kerja seluruh pekerjaan, serta pengalaman
kerja. Sementara untuk anggota rumah tangga berumur 10 tahun ke atas,
ditanyakan juga keterangan status perkawinan.

Sumber Data Kependudukan | 42


● Beberapa data hasil SAKERNAS

v Tingkat Pengangguran Terbuka di Bali Menurut Kabupaten/Kota


(Agustus 2020 & Agustus 2021)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 5 November 2021
Gambar 2. 19 Tingkat Pengangguran Terbuka di Bali Menurut
Kabupaten/Kota (Agustus 2020 & Agustus 2021)

Kota Denpasar memiliki Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) tertinggi di


Bali pada Agustus 2021. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, TPT per
Agustus 2021 di kota tersebut mencapai 7,02%.Kota Denpasar juga memiliki
TPT tertinggi di Bali pada periode Agustus 2020, yakni mencapai 7,62%. Dari
angka itu, TPT Kota Denpasar pada Agustus 2021 turun 0,6 poin. Selain
Denpasar, Kabupaten Badung juga mempunyai TPT yang tinggi, yakni
mencapai 6,93% pada Agustus 2021. Disusul oleh Kabupaten Gianyar dan
Buleleng dengan TPT masingmasing sebesar 6,90% dan 5,38%. Sementara,
TPT terendah terdapat pada Kabupaten Bangli sebesar 1,80%. Di atasnya ada
Kabupaten Karangasem sebesar 2,32%, dan Kabupaten Tabanan sebesar 3,94%.
Jika dibandingkan Agustus 2020, terdapat penurunan TPT hampir di semua
Kabupaten/Kota di Bali pada Agustus 2021. Pengecualian terjadi di Kabupaten
Badung dan Buleleng dengan TPT yang meningkat masing-masing sebesar 0,01
poin dan 0,19 poin. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan indikator
yang digunakan untuk mengukur tenaga kerja yang tidak terserap oleh pasar

Sumber Data Kependudukan | 43


kerja dan menggambarkan kurang termanfaatkannya pasokan tenaga kerja.
Adapun, TPT hasil Sakernas Agustus 2021 di Bali sebesar 5,37%, turun 0,25
poin dibandingkan dengan Agustus 2020 yang mencapai 5,63%. Artinya dari
100 orang angkatan kerja di Bali, terdapat sekitar lima orang yang menganggur.

v Rata-Rata Upah Buruh Menurut Pendidikan Tertinggi yang


Ditamatkan (Agustus 2021)
Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS)
Gambar 2. 20 Rata-Rata Upah Buruh Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan (Agustus 2021)

Menurut hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2021,
buruh yang menamatkan pendidikan hingga universitas mendapatkan rata-rata
upah tertinggi, yaitu sebesar Rp 4,11 juta. Sementara, buruh yang menamatkan
pendidikan SD ke bawah mendapatkan rata-rata upah terendah, yakni Rp 1,65 juta.
Hal tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi jenjang pendidikan yang
ditamatkan buruh, maka semakin tinggi pula upah yang diperoleh. Buruh yang
berpendidikan hingga tingkat universitas menerima upah 2,5 kali lipat lebih tinggi
dibandingkan buruh berpendidikan SD ke bawah. Berdasarkan kelompok umur,
upah terendah terdapat pada kelompok umur 15 19 tahun, yaitu Rp 1,55 juta.
Kemudian, upah buruh naik seiring bertambahnya umur hingga puncaknya pada
kelompok umur 55 59 tahun sebesar Rp 3,6 juta. Kemudian, rata-rata upah buruh
terbesar terdapat pada lapangan pekerjaan pertambangan dan penggalian, yaitu Rp

Sumber Data Kependudukan | 44


4,33 juta pada Agustus 2021. Disusul lapangan pekerjaan jasa keuangan dan
asuransi sebesar Rp 4,14 juta. Sementara, lapangan pekerjaan yang memiliki rata-
rata upah buruh terendah adalah akomodasi dan makan minum, yakni Rp 1,87 juta.
Rata-rata upah buruh terendah berikutnya adalah pertanian, kehutanan, dan
perikanan sebesar Rp 1,97 juta.

v Peserta Kartu Prakerja Berdasarkan Jenis Kegiatan Utama


Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS), 23 November 2020
Gambar 2. 21 Peserta Kartu Prakerja Berdasarkan Jenis Kegiatan Utama

Survei Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, 66,47% peserta program


Kartu Prakerja ternyata berstatus sudah bekerja. Hanya 22,24% peserta program
tersebut yang berstatus pengangguran. Sementara, 11,29% peserta Kartu Prakerja
berstatus bukan angkatan kerja. Meski mayoritas berstatus sudah bekerja, tidak
semuanya memiliki pendapatan yang cukup. Pasalnya, 36% dari peserta yang
berstatus sudah bekerja tersebut memiliki waktu kerja kurang dari 35 jam. Dengan
demikian, mereka tergolong dalam pekerja paruh waktu atau setengah
pengangguran. Hasil survei ini termasuk dalam Survei Angkatan Kerja Nasional
(Sakernas) yang dilakukan BPS pada Agustus 2020. Jumlah sampel mencapai 300
ribu rumah tangga yang tersebar secara proporsional hingga level kabupaten/kota
(Statistik, Profil Penduduk Indonesia Hasil Sakernas 2020, 2021, 2013).

Sumber Data Kependudukan | 45


BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dalam menganalisis kondisipenduduk pada masa tertentu diperlukan sumber
data kependudukan. Pada umumnya sumber datayang digunakan ada 3 yaitu
sensus penduduk, survey penduduk, dan registrasi penduduk. Sensus
penduduk adalah sumber data yang mencakup seluruh wilayah geografis suatu
negara dan seluruh penduduknya, dimana pelaksanaannya cukup kompleks
dan menelan biaya yang tidak sedikit. Sedangkan Survey penduduk adalah
sumber data yang sifatnya lebih terbatas dan informasi yang dikumpulkan
lebih luas dan mendalam. Survey juga dilaksanakan dengan mengambil
sampel ataustudi kasus, dengan penekanan yang berbeda-beda sesuai dengan
keperluannya. Terakhir adalah Registrasi penduduk yang cakupannya lebih
luas dibanding sensus penduduk namun dilakukan dengan sistem pasif.
Masing-masing sumber data memiliki kelebihan dan kekurangan, pemakaian
sumber data dapat disesuaikan dengan kebutuhan kondisi apa yang ingin
dianalisis.

3.2 Saran

Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam


penyusunan makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata
sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber
dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

Sumber Data Kependudukan | 46


DAFTAR PUSTAKA

Dedi Sunardi, S. (2017, Oktober 17). Pentingnya Data Penduduk Yang Benar, Valid,
Dan Akurat. Retrieved September 2023, from Website Resmi Pemerintah
Kota Sukabumi: https://portal.sukabumikota.go.id/2907/pentingnya-data-
penduduk-yang-benar-valid-dan-akurat/
Dr. Dra.Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni, S. M. (2018). Pengantar
Kependudukan. Denpasar, Bali, Badung: CV. Sastra Utama.
Jakarta, B. P. (2010 - 2014). Jenis Kelamin dan Kabupaten/Kota Administrasi.
Provinsi DKI Jakarta.
Maulid, R. (2022, April 12). Pahami Kata Kunci Perbedaan Data Sekunder dan
Data Primer. Retrieved September 2023, from DQLab.id:
https://dqlab.id/pahami-kata-kunci-perbedaan-data-sekunder-dan-data-
primer
Statistik, B. P. (2013). Survei Sosial Ekonomi Nasional. Jakarta.
Statistik, B. P. (2021). Hasil Sensus Penduduk (SP2020) pada September 2020
mencatat jumlah penduduk sebesar 270,20 juta jiwa. DKI Jakarta.
Statistik, B. P. (2016). Profil Penduduk Indonesia Hasil Supas 2015. DKI Jakarta.
Statistik, B. P. (2013). Profil Penduduk Indonesia Hasil Susenas 2010-2021. DKI
Jakarta.
Statistik, B. P. (2013). Profil Penduduk Indonesia Hasil Sakernas 2020, 2021. DKI
Jakarta.

Sumber Data Kependudukan | 47

Anda mungkin juga menyukai