Dosen Pengampu:
Teguh Heriawan
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah Yang Maha kuasa, atas berkat dan rahmat-
Nya Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hoaks sebagai Masalah
Baru di Negara Kita”, sebagai syarat untuk memperoleh nilai ujian akhir semester
pada mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
Seperti peribahasa “Tak Ada Gading yang Tak Retak” begitu pula Penulis
yakin bahwa makalah ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca yang bijak, untuk memperbaiki
makalah yang akan datang. Semoga isi dalam makalah ini, dapat bermanfaat dan
bisa menjadi pelajaran yang sangat berharga bagi yang membaca. Aamiin
Penulis
ii
ABSTRAK
ABSTRACT
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 16
5.1 KESIMPULAN ............................................................................. 16
5.2 SARAN ......................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam etnis, suku,
dan agama. Dengan keberagaman tersebut, tentunya diharapkan terjadinya sebuah
integrasi nasional dan mencapai ketahanan nasional, sehingga dapat menjadi
sebuah negara yang kuat, berdaulat, dan berdikari. Saat negara kita mampu untuk
menjadi negara yang kuat, tentunya ada sebagian pihak yang tidak menginginkan
hal tersebut, dengan cara mengganggu integrasi nasional kita, sehingga diharapkan
oleh pihak-pihak tersebut dapat terjadi disintegrasi sehingga stabilitas nasional kita
terganggu dan ketahanan nasional tidak tercapai.
Ada upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hal-hal tersebut. Salah
satunya adalah dengan adanya pengajaran pendidikan kewarganegaraan, baik di
tingkat sekolah maupun di tingkat pendidikan tinggi seperti universitas. Di dalam
pendidikan kewarganegaraan sendiri terdapat materi-materi yang berisi tentang
masalah kebangsaan, seperti wawasan nusantara, bela negara, dan ketahanan
nasional. Pendidikan Kewarganegaraan hadir di tingkat universitas, ditujukan untuk
membentuk mahasiswa yang memiliki rasa kebangsaan, rasa cinta tanah air, dan
cinta akan keberagaman yang terdapat di dalam bangsa ini.
Selain itu, masa depan bangsa Indonesia ada di tangan para pemuda,
khususnya mahasiswa. Sehingga, pendidikan kewarganegaraan ini penting untuk
dipelajari sebagai bekal untuk para pemimpin masa depan bangsa Indonesia. Para
calon pemimpin bangsa di masa depan kelak diharapkan dapat
mengimplementasikan pengajaran yang ada di dalam pendidikan kewarganegaraan
ini ke dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Terlebih lagi, di masa depan,
tantangan-tantangan yang akan menghampiri kita akan semakin banyak dan
kompleks. Sehingga, dengan mempelajari pendidikan kewarganegaraan ini pula,
diharapkan para pemimpin masa depan ini tidak melenceng dari tujuan dan cita-cita
nasional kita.
1
2
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PEMBAHASAN
IDENTIFIKASI MASALAH
Berbagai masalah muncul, baik dalam segi ideologi, politik, sosial dan
budaya, pertahanan, dan keamanan. Saat sudah banyak masalah yang harus
dihadapi oleh negara kita, muncul lagi masalah baru yang merebak di kalangan
masyarakat negara kita, yaitu hoaks dan ujaran kebencian. Hoaks merupakan
kabar bohong atau tidak benar
3
4
TINJAUAN PUSTAKA
Secara umum, hoaks dapat muncul dan tersebar karena beberapa faktor yang
menyertai, di antaranya adalah:
5
6
Ada banyak macam topik atau konten berita hoaks yang biasa
disebarluaskan kepada masyarakat. Berdasarkan survei yang dilakukan
Masyarakat Telematika pada 2017, Hoaks yang biasanya tersebar berisi topik
mengenai sosial politik, dengan persentase sebesar 91,80%, lalu disusul
dengan isu SARA sebesar 88,60%, kesehatan sebesar 41,20%, makanan dan
minuman dengan 32,60%, penipuan keuangan sebesar 24,50%, IPTEK
23,70%, Berita Duka 18,60%, Candaan 17,60%, Bencana Alam 10,30%, dan
terakhir hoaks mengenai lalu lintas sebesar 4%. Survei yang dilakukan pada
2017 lalu, menurut penulis masih sangat relevan dengan keadaan yang
berlangsung pada 2019. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Kementerian
Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), hoaks yang terjadi sejak
Agustus 2018 sampai dengan April 2019, terdapat 1731 hoaks, dengan rincian
hoaks terkait politik (620 hoaks), pemerintahan (210 hoaks), kesehatan (200
hoaks), fitnah (159 hoaks), dan kejahatan (113 hoaks).
Hoaks sendiri biasanya dapat menyebar dengan berbagai bentuk dan cara.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Masyarakat Telematika pada 2017,
Hoaks biasanya tersebar dengan bentuk tulisan (62,10%), gambar (37,50%),
dan video (0,40%). Sedangkan saluran penyebaran berita hoaks sendiri terdiri
dari media sosial seperti Facebook, Twitter, dan Instagram (92,40%),
Aplikasi chatting seperti Whatsapp, Line, dan Telegram (62,80%), Situs Web
(34,90%), Televisi (8,40%), Media Cetak (5%), E-Mail (3,10%), dan terakhir
yaitu Radio (1,20%). Hal ini membuktikan bahwa, dengan perkembangan
teknologi yang semakin pesat, semakin mudah hoaks itu tersebar.
a. Ideologi
b. Politik
c. Ekonomi
d. Sosial dan budaya
e. Pertahanan dan Keamanan
PEMBAHASAN
10
11
negeri, melaksanakan pemilu lebih awal, yaitu sejak 8 April 2019 – 14 April
2019 (bervariasi, tergantung hari libur di negara tersebut). Saat pemilihan
tersebut beredar hasil quick count pemilu 2019 di luar negeri yang
memenangkan salah satu paslon. Mendapatkan kabar tersebut, lantas KPU
melalui akun resmi di media sosialnya langsung membantah dengan
mengatakan bahwa penghitungan suara di luar negeri berlangsung serentak
dengan di tanah air, yaitu pada 17 April 2019.
3. Hoaks dapat merugikan suatu pihak. Dengan hoaks, suatu pihak tentu bisa
merasakan kerugian, seperti turunnya reputasi atau nama baik suatu pihak di
mata masyarakat.
Hoaks tentunya dapat dicegah jika kita mau melakukan beberapa upaya.
Adapun upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah hoaks semakin berkembang
di masyarakat adalah:
b. Verifikasi judul dan isi berita, biasanya berita hoaks memiliki judul
berita yang bersifat provokatif dan tendensius. Isinya juga bisa dikutip
dari berita yang berasal dari web berita yang terpercaya, namun
diubah sesuai keinginan penulis berita atau pembuat hoaks.
14
Sebaiknya, cari berita yang berasal dari situs resmi sebagai referensi
dan pembanding dengan berita yang dicurigai sebagai hoaks.
c. Verifikasi gambar atau foto yang terdapat dalam berita. Saat ini kita
bisa mengecek foto tersebut lewat google images. Karena, teknologi
yang sudah canggih memungkinkan sebuah foto dapat di-edit sesuai
keinginan penulis berita atau pembuat hoaks itu sendiri.
Selain upaya preventif, hoaks dapat dilawan dengan hukum. Kita sebagai
masyarakat dapat melakukan aduan kepada pihak berwenang, baik POLRI
maupun Kemkominfo. Pada Kemkominfo, kita dapat mengadukan konten
negatif ke Kementerian Komunikasi dan Informatika dengan melayangkan e-
mail ke alamat aduankonten@mail.kominfo.go.id. Selain itu, kita juga dapat
melaporkan pada pihak media sosial terkait, seperti facebook, twitter, dan
instagram. Masyarakat Indonesia Anti Hoax juga menyediakan laman
data.turnbackhoax.id untuk menampung aduan hoax dari netizen.
TurnBackHoax sekaligus berfungsi sebagai database berisi referensi berita
hoax.
Saat ini, di Indonesia terdapat hukum yang mengatur mengenai hoaks, yaitu
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), tepatnya
dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 pasal 28 ayat (1) yang berbunyi “Setiap
orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan
15
5.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa didapatkan ialah hoaks merupakan kabar bohong atau
palsu. Beberapa faktor dapat memengaruhi tersebarnya hoaks, seperti keisengan,
ekonomi, mencari sensasi, sampai untuk menyudutkan seseorang. Hoaks paling
banyak disebarkan melalui media sosial dan aplikasi chatting. Selain itu, beberapa
topik yang biasanya digunakan untuk hoaks di antaranya politik, pemerintahan, dan
kesehatan.
5.2 SARAN
16
DAFTAR PUSTAKA
I.R., Jeko. (2017). “Asli atau Hoax? Cek Keaslian Berita dengan 4 cara ini”. dalam
https://www.liputan6.com/tekno/read/3090446/asli-atau-hoax-cek-keaslian-
berita-dengan-4-cara-ini; diakses pada 4 November 2019; 20.05 WIB.
Kusrahmadi, Sigit Dwi. (2006). “Ketahanan Nasional” dalam
http://staffnew.uny.ac.id/upload/131655977/pendidikan/KETAHANAN+NASI
ONAL+UPT+MKU+Penting+Sekali+A1+04-02-06_0.pdf; diunduh pada 30
Oktober 2019; 20.04 WIB.
Maharani, Tsarina. (2019). “Kominfo Identifikasi 486 Hoax Sepanjang April 2019,
209 Terkait Politik” dalam https://news.detik.com/berita/d-4532182/kominfo-
identifikasi-486-hoax-sepanjang-april-2019-209-terkait-politik; diakses pada 4
November 2019; 20.00 WIB.
Mahardikengrat, Laksa. (2017). “Hoax dan Ujaran Kebencian jadi Bisnis, ini 5
dampak paling mengerikan” dalam https://www.brilio.net/serius/hoax-dan-
ujaran-kebencian-jadi-bisnis-ini-5-dampak-paling-mengerikan-170825g.html#;
diakses pada 4 November 2019; 20.08 WIB.
Marwan, M. Ravii. (2016). “Analisis Penyebaran Berita Hoax di Indonesia” dalam
http://ravii.staff.gunadarma.ac.id/Publications/files/3552/ANALISIS+PENYE
BARAN+BERITA+HOAX++DI+INDONESIA.pdf; diunduh pada 26 Oktober
2019; 20.28 WIB.
Rahadi, Dedi Rianto. (2017). “Perilaku Pengguna dan Informasi Hoax di Media
Sosial” dalam
http://jurnal.unmer.ac.id/index.php/jmdk/article/download/1342/933; diunduh
pada 26 Oktober 2019; 18.27 WIB.
Ridhuan, Syamsu dan Aliaras Wahid. (2019). Pendidikan Kewarganegaraan.
Jakarta : Universitas Esa Unggul.
Septanto, Henri. (2018). “Pengaruh Hoax dan Ujaran Kebencian Sebuah Cyber
Crime Dengan Teknologi Sederhana di Kehidupan Sosial Masyarakat” dalam
http://research.kalbis.ac.id/Research/Files/Article/Full/LCSCVZI11HG7VOR
WMAFRW7GH3.pdf; diunduh pada 24 Oktober 2019; 20.46 WIB.