Anda di halaman 1dari 39

PERAN AKTUALISASI BELA NEGARA BAGI MAHASISWA DALAM

MENINGKATKAN KETAHANAN NASIONAL

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan Makalah

PPKMB Universitas Bhamada Slawi Tahun 2021

Dengan Tema: Bela Negara Bagi Mahasiswa

Disusun Oleh:

Nama: Devika Nur Oktavia

Fakultas: Kesehatan

Program Studi: D3 Keperawatan

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peran
Aktualisasi Bela Negara Bagi Mahasiswa Dalam Meningkatkan Ketahanan
Nasional” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas pembuatan makalah PPKMB Universitas Bhamada
Slawi tahun 2021 . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bela negara bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada panitia PPKMB Universitas Bhamada


Slawi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tegal, 22 September 2021

Devika Nur Oktavia


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................

2.1 Data, Teori dan Referensi ............................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................


3.2 Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesadaran bela negara merupakan hak dan kewajiban bagi setiap warga
negara. Sesuai dengan Pasal 27 Ayat (3),Pasal 30 Ayat (1) UUD NRI Tahun 1945.
Mencermati Pasal 27 Ayat (3) dan Pasal 30 Ayat (1), mengisyaratkan bahwa usaha
pembelaan negara dalam mempertahankan Negara merupakan hak dan kewajiban
bagi setiap warga negara dengan tidak ada perkecualiaannya. Usaha pembelaan
Negara diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 39 Tahun1999
tentang HAM termuat dalam Pasal 68.

Kesadaran bela negara pada kalangan mahasiswa terbangun melalui cara


pandang yang berhubungan dengan sejarah kebudayaan bangsa Indonesia,serta
falsafah/ideologi Pancasila akan terbentuk wawasan nasional atau wawasan
nusantara. Dengan telah terpolakan melalui cara pandang, sejarah dan kebudayaan
bangsa, falsafah Pancasila akan terwujud pertahanan keamanan negara Indonesia
oleh kesadaran bela negara setiap warga negara atau seluruh komponen bangsa.
Bangsa dan Negara Indonesia hingga saat telah mampu untuk mengelola dan
memanfaatkan sumber daya alam, sumber daya manusia sehingga produksi dalam
negeri meningkat bahkan telah mampu mengeksplor keluar negeri.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana peran aktualisasi bela negara bagi mahasiswa dalam meningkatkan


ketahanan nasional?

1.3 Tujuan

Mendeskripsikan bentuk peran aktualisasi bela negara bagi mahasiswa dalam


meningkatkan ketahanan nasional.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data, Teori dan Pembahasan

Berbagai permasalahan yang telah terjadi dalam kondisi bela negara saat ini
dapat diidentifikasi sebagai berikut. Pertama, Melemahnya Kesadaran Bela
Negara bagi Generasi Muda. Berbagai peristiwa yang terjadi diperankan oleh
generasi muda kita menandakan bahwa, telah terjadi sikap dan perilaku
melemahnya nilai-nilai bela negara yang meliputi kecintaan terhadap tanah air
Indonesia, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia, keyakinan akan
kebenaran Pancasila sebagai dasar negara, sikap rela berkorban untuk bangsa dan
negara Indonesia. Kedua, Kesadaran Bela Negara belum optimal dan membudaya
dalam kehidupan nasional. Sebelum pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla,
kita yakin telah mengupayakan membina seoptimal mungkin untuk
mensosialisasikan nilai-nilai bela negara dalam kehidupan nasional yang meliputi
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Upaya mensosialisasikan, melakukan
pendidikan dan pelatihan, ceramah, diskusi dan lain-lain, bertujuan untuk
membentuk budaya karakter bangsa yang nasionalisme dan berjiwa patriotisme.
Ketiga, Belum optimalnya pada pelaksanaan terhadap kebijakan aktualisasi
kesadaran bela negara. Reformasi yang dilaksanakan pada tahun 1998 sangat
berpengaruh terhadap perkembangan kehidupan nasional.

Pengaruh reformasi itu membuat pemerintah kehilangan arah dan kebijakan


dalam merumuskan bela negara sebagai komponen utama untuk membentuk
kekokohan karakter bangsa. Negara Indonesia dimiliki oleh seluruh warga negara
Indonesia, dengan demikian setiap peraturan perundang-undangan yang dibentuk
dalam rangka untuk mengatur kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat
tentunya mengikutsertakan seluruh partisipasi generasi muda melalui penjaringan
aspirasi yang berkembang di tengah-tengah masyarakat.Menyadari permasalah
tersebut, terdapat sejumlah Kondisi Aktualisasi Kesadaran Bela Negara yang
diharapkan. Generasi muda merupakan tulang punggung negara, berpeluang besar
menjadi pemimpin-pemimpin nasional baik dimasa sekarang maupun masa depan.
Kesadaran bela negara akan tumbuh dan berkembang dalam kehidupan generasi
muda kesehariannya dalam lingkungan tempat tinggal dimulai dari lingkungan
keluarga, lingkungan umum, lingkungan kerja dan lingkungan sekolah.
Pemahaman bela negara terbentuknya karakter bangsa dalam menghadapi serta
mengatasi setiap setiap,ancaman, tantangan,hambatan dan gangguan baik yang
berasal dari dalam negeri ataupun luar negeri yang membahayakan kelangsungan
pertahanan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia.kekuatan rakyat adalah
sumber dari kekuatan negara, kekuatan pertahanan nonmiliter dibangun dari
potensi kekuatan sosial dan politik yang terkandung pada masyarakat. Dengan
suatu ketrampilan, kekuatan tersebut bisa dimanfaatkan dan digunakan tidak
hanya untuk menghancurkan penindasan atau tirani, tetapi juga untuk menangkal
dan mengalahkan agresi dengan efektif dalam rangka pertahanan non militer.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada saat ini masih adanya kelemahan atau menurunnya kesadaran bela
Negara dalam kehidupan nasional yang meliputi bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, sehingga kesadaran bela negara belum dapat dipahami secara benar
yang mengakibatkan generasi muda melaksanakan berbagai tindakan atau prilaku
melanggar norma hokum, social, kesopanan,kesusilaan, agama maupun norma
adat istiadat.

Pembudayaan kesadaran bela Negara generasi muda di dalam kehidupan


bermasyarakat, lingkungan pendidikan, birokrasi maupun swasta belum terwujud
sehingga situasi dan kondisi masih bersifat stagnan.

Sistem Pendidikan Nasional masih mengesampingkan bidang studi


pertahanan keamanan (HANKAM) sehingga generasi muda pelajar dan
mahasiswa belum memahami kesadaran bela negara.

3.2 Saran

Meningkatkannya kesadaran bela negara generasi muda dapat diwujudkan dalam


kebijakan pemerintah. Perkembangan kesadaran bela negara saat ini, untuk
meningkatkan kewaspadaan generasi muda telah menjadi perhatian yang cukup
besar, dikalangan pemerintah dan masyarakat. Partisipasi generasi muda dalam
menentukan kebijakan-kebijakan pemerintah sebagai suatu keikutsertaan dalam
menentukan pemerintahan setiap proses pembuatan berbagai peraturan
perundang-undangan yang akan diterapkan bagi seluruh warga negara Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Zainul Ittihad,2014, Pendidikan Kewarganegaraan, Karunika, Jakarta.


Anonim, Bahaya Narkoba bagi generasi muda dan uapaya pencegahan
https://1d.id.facebook.com/notes/subahoon/bahaya-narkoba-bagi-generasimuda-
upaya-pencegahannya/1515

Anoraga,Wira, Pendidikan Loyo http://indonesianreview.com/wira-


anoraga/pendidikan-kian-loyo.

Hadikusuma, Hilma 1995, Metode Pembuatan Kertas Kerja atau Skripsi Hukum,
Mandar Maju, Bandung

Silalahi TB, 2016, Bela Negara Untuk Aparatus Sipil Negara (PNS), Artikel
Rakyat Merdeka The, Political News Leader, Jakarta.
PENANGKALAN RADIKALISME DAN TERORISME DI LINGKUNGAN
KAMPUS

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan Makalah

PPKMB Universitas Bhamada Slawi Tahun 2021

Dengan Tema: Peran Mahasiswa Dalam Menangkal Radikalisme dan Terorisme

Disusun Oleh:

Nama: Devika Nur Oktavia

Fakultas: Kesehatan

Program Studi: D3 Keperawatan

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul “Penangkalan Radikalisme dan Terorisme di Lingkungan Kampus” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas pembuatan makalah PPKMB Universitas Bhamada Slawi tahun
2021 . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
upaya Penangkalan Radikalisme dan Terorisme di Lingkungan Kampus bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada panitia PPKMB Universitas Bhamada


Slawi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tegal, 22 September 2021

Devika Nur Oktavia


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................

2.1 Data, Teori dan Pembahasan .......................................................

BAB III PENUTUP

1.1 Kesimpulan ...................................................................................


1.2 Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kampus ladang subur dan menjanjikan bagi paham radikalisme. Hal ini
disebabkan semakin rentan terpapar oleh berbagai macam ideologi. Menjadi
kampus-kampus belum membentengi dan membekali mahasiswanya dengan
semangat paham nasionalisme untuk memfiltrasi segala macam ideologi yang
masuk. tidak hanya itu kata radikalisme selalu dikawinkan dengan ekstrimisme,
terorisme dan istilah-istilah lain yang mencirikan paham garis keras. Secara garis
besar gerakan radikalisme disebabkan oleh faktor ideologi dan faktor non-ideologi
seperti ekonomi, dendam, sakit hati, ketidakpercayaan dan lain sebagainya.

Faktor ideologi sangat sulit diberantas dalam jangka pendek dan memerlukan
perencanaan yang matang karena berkaitan dengah keyakinan yang sudah
dipegangi dan emosi keagamaan yang kuat. Faktor ini hanya bisa diberantas
permanen melalui pintu masuk pendidikan (soft treatment) dengan cara
melakukan deradikalisasi secara evolutif yang melibatkan semua elemen.

Masalah radikalisasi merambat dalam beberapa wilayah, termasuk wilayah


perguruan tinggi. Paham radikal telah banyak mengalami kamuflase sesuai tempat
dan kondisinya, paham-paham ini menyusup berganti kulit melalui kegiatan-
kegiatan mahasiswa dengan cara memberikan bantuan dana kegiatan sehingga
mendapat sambutan yang baik dan senyuman lebar di kalangan mahasiswa.
Kondisi ini mengisyaratkan bahwa kalangan mahasiswa rentan terkena paparan
paham-paham ini, dipengaruhi oleh sikap beragama, psikologis, dan sosial politik.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana upaya penangkalan yang akan di lakukan pihak kampus dalam


penangkalan paham radikalisme dan terorisme
2. Bagaimana peran mahasiswa dalam menangkal paham radikalisme dan
terorisme di lingkungan kampus

1.3 Tujuan

Mendeskripsikan tujuan penangkalan paham radikalisme dan terorisme di


lingkungan kampus.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data, Teori dan Pembahasan

Masalah radikalisasi merambat dalam beberapa wilayah, termasuk wilayah


perguruan tinggi. Paham radikal telah banyak mengalami kamuflase sesuai
tempat dan kondisinya, paham-paham ini menyusup berganti kulit melalui
kegiatan-kegiatan mahasiswa dengan cara memberikan bantuan dana kegiatan
sehingga mendapat sambutan yang baik dan senyuman lebar di kalangan
mahasiswa. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa kalangan mahasiswa rentan
terkena paparan paham-paham ini, dipengaruhi oleh sikap beragama, psikologis,
dan sosial politik Salah satu sasaran radikalisme saat ini adalah di lingkungan
kampus Karena kampus memiliki pengaruh yang besar dan signifikan bagi
paham radikal jika tidak dicegah sejak dini. Dapat kita bayangkan bagaimana
pengaruhnya jika seorang yang terpelajar, dianggap sebagai tokoh panutan di
masyarakat namun menyebarkan paham radikal, sudah tentu hal ini bukan tanpa
pengikut, bahkan sebaliknya, bisa saja pengikutnya bisa berpuluh-puluh kali lipat
dibandingkan jika yang menyebarkan paham radikal adalah orang biasa (tanpa
latar belakang pendidikan dan ketokohan dimasyarakat). Oleh karenanya,
kampus berpotensi menjadi ladang yang basah bagi pertumbuhan dan penyebaran
radikalisme. Sekalipun pendidikan bukanlah faktor langsung yang dapat
menyebabkan munculnya gerakan radikal yang berujung pada perilaku teror,
akan tetapi dampak yang dihasilkan dari suatu pendidikan yang keliru juga
sangat berbahaya. Pendidikan agama khususnya yang harus lebih diperhatikan.
Ajaran agama yang mengajarkan toleransi, kesantunan, keramahan, membenci
pengrusakan, dan menganjurkan persatuan tidak sering didengungkan. Retorika
pendidikan yang disuguhkan kepada umat lebih sering bernada mengejek
daripada mengajak, lebih sering memukul daripada merangkul, lebih sering
menghardik daripada mendidik. Maka lahirnya generasi umat yang merasa
dirinya dan kelompoknyalah yang paling benar sementara yang lain salah maka
harus diperangi, adalah akibat dari sistem pendidikan kita yang salah. Sekolah-
sekolah agama dipaksa untuk memasukkan kurikulum-kurikulum umum,
sementara sekolah umum alergi memasukan kurikulum agama, dan tidak sedikit
orang-orang yang terlibat dalam aksi terorisme. Pahaman ini tidak boleh masuk
sedikitpun ke dalam lingkungan kampus yang bersih dari nilai-nilai negatif
perusak keutuhan bangsa, kampus harus menjadi pilar pemersatu bangsa melalui
para lulusan/alumni di berbagai bidang. Salah satu tantangan utama yang
dihadapi bangsa Indonesia berkaitan dengan perkembangan gerakan radikal
tersebut adalah berkembangnya ideologi radikal di dalam lingkungan perguruan
tinggi dengan menjadikan mahasiswa sebagai target.Dalam beberapa media
termasuk CNN Indonesia dijelaskan bahwa paham radikalisme telah berkembang
pesat di dalam dunia kampus. CNN Indonesia menuturkan bahwa radikalisme
memang telah menyentuh mahasiswa diperguruan tinggi melalui proses
perekrutan yang tertutup dan terorganisir, dan hal tersebut dapat berpotensi
memecah belah bangsa.
Untuk mencegah berkembanganya gerakan radikal yang mengusung
kekerasan sebagai bentuk aktivitas pergerakan, pihak kampus ataupun pergurun
tinggi di Indonesia memiliki peran yang sangat penting. Penanaman ideologi
Pancasila serta pendekatan agama menjadi bagian yang sangat penting untuk
mencegah masuknya paham radikalisme di kampus. Pembelajaran kebangsaan
melalui organisasi kemahasiswaan merupakan langkah strategis, inovatif,
terpadu, sistematis, serius, dan komprehensif dalam menanggulangi radikalisme.
Di samping itu, perlu adanya suatu tempat konsultasi bagi mahasiswa di setiap
perguruan tinggi dimana setiap dosen termasuk dosen pembimbing keagamaan
yang memiliki kualifikasi dapat menjalankan peran konsultasi tersebut. Masih
tingginya tingkat intoleransi di kalangan mahasiswa akan menyimpan benih
sekam radikalisme yang masih besar yang jika tidak diatasi dapat menjadi
pukulan berat bagi perguruan tinggi khususnya dan dunia pendidikan secara
umum yang gagal dalam menanamkan nilai-nilai ke-bhinneka-an dan ideologi
Pancasila terhadap mahasiswa.
Peran mahasiswa juga sangat penting sebab masyarakat menilai bahwa
mahasiswa merupakan Agen of change atau agen perubahan, mahasiswa harus
bisa berkontribusi dan mampu memberikan bahan terkait dengan toleransi dan
radikalisme.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Radikalisme dan terorisme yang saat ini menjadi polemik dinilai sebagai
ancaman nyata bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Peran
mahasiswa dinilai sangat penting untuk mencegah penyebaran paham radikalisme
dan terorisme di lingkungan kampus.

Untuk mencegah berkembanganya gerakan radikal yang mengusung kekerasan


sebagai bentuk aktivitas pergerakan, pihak kampus ataupun pergurun tinggi di
Indonesia memiliki peran yang sangat penting.

Penanaman ideologi Pancasila serta pendekatan agama menjadi bagian yang


sangat penting untuk mencegah masuknya paham radikalisme di kampus.
Pembelajaran kebangsaan melalui organisasi kemahasiswaan merupakan langkah
strategis, inovatif, terpadu, sistematis, serius, dan komprehensif dalam
menanggulangi radikalisme.

Di samping itu, perlu adanya suatu tempat konsultasi bagi mahasiswa di setiap
perguruan tinggi dimana setiap dosen termasuk dosen pembimbing keagamaan
yang memiliki kualifikasi dapat menjalankan peran konsultasi tersebut. Masih
tingginya tingkat intoleransi di kalangan mahasiswa akan menyimpan benih
sekam radikalisme yang masih besar yang jika tidak diatasi dapat menjadi pukulan
berat bagi perguruan tinggi khususnya dan dunia pendidikan secara umum yang
gagal dalam menanamkan nilai-nilai ke-bhinneka-an dan ideologi Pancasila
terhadap mahasiswa. Mahasiswa harus bisa memberikan gagasan-gagasan
keilmuan yang merupakan agen perubahan sekaligus generasi penerus bangsa.
Maka, penting bagi mahasiswa untuk mendapatkan pemahaman dan wawasan
yang lebih.
3.2 Saran

Upaya yang dapat dilakukan pihak kampus agar terbebas paham radikalisme dan
terorisme yaitu dengan pemetaan dan pencegahan terhadap birokrat (pejabat
struktural kampus), tenaga pendidik (dosen), dan tenaga kependidikan dari
pandangan ektrem atau berideologi radikal.

Pada tahap ini kampus diperkuat oleh orang-orang yang memiliki wawasan
kebangsaan yang luwes, mementingkan integrasi semua elemen, dan mencegah
potensi-potensi disintegrasi di lingkungan kampus.

pimpinan perguruan tinggi harus melakukan pengawasan terhadap setiap kegiatan


yang dilakukan oleh mahasiswa, baik itu kegiatan internal maupun kegiatan
eksternal, mengefektifkan sanksi yang tegas terhadap mahasiswa yang melanggar
aturan kampus, dan pengurus-pengurus organisasi mahasiswa menjadi
penanggung jawab teknis terhadap Semua kegiatan mahasiswa di luar jam
perkuliahan. Sesuai amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12
Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, salah satunya, yaitu menjadi institusi
yang diandalkan dan ikut berkontribusi aktif dalam menyelesaikan
masalahmasalah persoalan bangsa.

Adapun peran mahasiswa dalam menangkal radikalisme dan terorisme itu sendiri
yakni dengan melakukan beberapa hal berikut:

– Saling menghormati dan menghargai

– Saling membantu dan mengingatkan

– Menghindari giat keagamaan yang eksklusif, tertutup di kalangan mahasiswa

– Introspeksi diri untuk memperbaiki kekurangan terkait intoleransi

– Bijak dalam menggunakan media sosial

– Hindari konten-konten intoleransi yang mengarah ke terorisme

– Mengisi waktu dengan kegiatan positif


DAFTAR PUSTAKA

CNN Indonesia, Selasa, 15/06/2021 20:03 WIB


https://www.cnnindonesia.com/nasional/20210615195226-12-654763/bin-85
persen-milenial-rentan-terpapar-radikalisme/amp

Jurnal Ilmiah
https://www.jurnalilmiah-paxhumana.org/index.php/PH/article/download/4/7

IND Times, Jakarta


https://www.idntimes.com/news/indonesia/vanny-rahman/kerap-dikaitkan-
dengan-aksi-teroris-apa-sih-makna-dari-radikalisme
BAHAYA PENYALAHGUNAAN NAPZA PADA GENERASI MILENIAL

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan Makalah

PPKMB Universitas Bhamada Slawi Tahun 2021

Dengan Tema: Peran Mahasiswa Dalam Menanggulangi Napza

Disusun Oleh:

Nama: Devika Nur Oktavia

Fakultas: Kesehatan

Program Studi: D3 Keperawatan

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Bahaya
Penyalahgunaan NAPZA pada Generasi Milenial” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
pembuatan makalah PPKMB Universitas Bhamada Slawi tahun 2021 . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Bahaya
Penyalahgunaan NAPZA pada Generasi Milenial.

Saya mengucapkan terima kasih kepada panitia PPKMB Universitas Bhamada


Slawi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tegal, 22 September 2021

Devika Nur Oktavia


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .............................................................................


1.2 Rumusan Masalah ........................................................................
1.3 Tujuan...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................

3.3 Data, Teori, dan Pembahasan ......................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................


3.2 Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Zat adiktif dan psikotropika dalam kehidupan sehari-hari dikenal dengan nama
narkoba (narkotika dan obat berbahaya) atau NAPZA (narkotika, psikotropika,
dan zat adiktif). Sebenarnya NAPZA adalah obat kedokteran yang diperlukan
untuk pengobatan. Berbeda dengan obat jenis lainnya, penggunaan NAPZA harus
dilakukan dengan hati-hati dan harus di bawah pengawasan dokter. NAPZA
merupakan obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman (sintetik atau
semisintetik) yang jika dimakan, diminum diisap/dihirup, dimasukkan
(disuntikkan) ke dalam tubuh dapat menurunkan kesadaran atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.
Walaupun demikian, pengolongan zat narkotika, zat adiktif, dan psikotropi belum
jelas. Akhir-akhir ini telah terjadi penyalahgunaan obat jenis NAPZA.

Narkoba (Narkotika dan obat-obatan yang mengandung zat adiktif /berbahaya dan
terlarang) belakangan ini amat porpuler di kalagan remaja dan generasi muda
bangsa Indonesia, sebab penyalahgunaan ini telah merabak ke semua lingkungan,
bukan hanya di kalangan anak-anak nakal dan preman tetapi telah memasuki
lingkungan kampus.
1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana bahaya yang akan ditimbulkan pada generasi milenial jika


menyalahgunakan NAPZA

1.3 Tujuan

Mendeskripsikan bahaya penyalahgunaan NAPZA pada generasi milenial.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Data. Teori dan Pembahasan

Saat ini NAPZA telah menjadi ancaman yang sangat mengerikan bagi generasi
muda yang berarti juga menjadi ancaman bagi bangsa Indonesia.

World Drugs Reports 2018 yang diterbitkan United Nations Office on Drugs and
Crime (UNODC), menyebutkan sebanyak 275 juta penduduk di dunia atau 5,6 %
dari penduduk dunia (usia 15-64 tahun) pernah mengonsumsi narkoba. Sementara
di Indonesia, BNN selaku vocal point di bidang Pencegahan dan Pemberantasan
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) mengantongi angka
penyalahgunaan narkoba tahun 2017 sebanyak 3.376.115 orang pada rentang usia
10-59 tahun.

Sedangkan angka penyalahgunaan Narkoba di kalangan pelajar di tahun 2018


(dari 13 ibukota provinsi di Indonesia ) mencapai angka 2,29 juta orang. Salah
satu kelompok masyarakat yang rawan terpapar penyalahgunaan narkoba adalah
mereka yang berada pada rentang usia 15-35 tahun atau generasi milenial.
Narkoba benar-benar membahayakan nasib bangsa ini di masa depan. Efek
kerusakan akibat minuman keras dan narkoba ini tidak hanya mengenai diri
sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Tak hanya dalam skala kecil seperti
keluarga, tetapi juga dalam skala besar, miras dan narkoba akan menghancurkan
sendi-sendi pembangunan nasional. Secara ekonomi, akan sangat banyak dana
yang dihambur-hamburkan untuk membeli barang-barang haram itu, kemudian
mengobatkan mereka, membiayai berbagai upaya pencegahan bahayanya. Belum
lagi, efeknya bagi pertahanan dan keamanan nasional.
Pemicu para generasi milenial menyalahgunakan NAPZA yakni dari beberapa
faktor diantaranya:

1. Faktor lingkungan
2. Faktor Psikologis
3. Faktor genetic
4. Rasa ingin tahu

Sebagai mahasiswa , calon penerus perjuangan bangsa, sudah seharusnya kita


menyiapkan diri menjadi generasi yang berkualitas. Upaya menghindarkan diri
dari bahaya penyalahgunaan narkoba setidaknya dapat dilakukan melalui tiga
cara. Pertama, dari diri sendiri. Artinya, masing-masing kita membentengi diri
dari kemungkinan menjadi pengonsumsi narkoba. Hal itu dapat kita lakukan
dengan pandai-pandai memilih teman bergaul. Kedua, dengan meningkatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah seraya memohon agar kita terhindar dari
bahaya penyalahgunaan miras dan narkoba. Dengan menjalankan semua perintah
Allah dan menjauhkan diri dari larangan Allah, kita akan terhindar dari perbuatan-
perbuatan tercela. Ketiga, hendaklah kita selalu ingat bahwa apa pun yang kita
lakukan hari ini pada dasarnya adalah tabungan masa depan kita.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

NAPZA adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik
sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

NAPZA dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi) fisik dan psikologis.


Penyalahgunaan NAPZA dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi muda
terlebih kalangan mahasiswa, dewasa ini kian meningkat maraknya penyimpangan
perilaku generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup
bangsa ini di kemudian hari. Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan
menjadi penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif
penghancur syaraf, sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih.
Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal
kenangan.Sasaran dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja.
Kalau dirata-ratakan, usia sasaran narkoba ini adalah usia pelajar. Hal tersebut
mengindikasikan bahwa bahaya narkoba sewaktu-waktu dapat mengincar generasi
muda kapan saja.
3.2 Saran

Upaya pencegahan terhadap penyebaran narkoba di kalangan generasi milenial,


sudah menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam hal ini semua pihak terutama
orang tua, guru dan masyarakat harus turut berperan aktif dalam mewaspadai
ancaman narkoba terhadap generasi penerus bangsa.

Upaya-upaya yang dapat dilakukan adalah melakukan keja sama dengan pihak
yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya NAPZA, atau
mungkin mengadakan razia mendadak secara rutin. Pendampingan orang tua itu
pun sangat penting dengan memberikan kasih sayang dan perhatian.

Mahasiswa sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa, dapat


melakukan penyuluhan kepada para generasi milenial yang semakin hari semakin
rapuh digrogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf. Sehingga hal tersebut tidak bisa
untuk berfikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa yang tangguh dan
cerdas hanya akan tinggal kenangan. Ketergantungan obat dapat diartikan sebagai
keadaan yang mendorong seseorang untuk mengonsumsi obat-obatan terlarang
secara berulang-ulang atau berkesinambungan. Apabila tidak melakukannya dia
akan merasa ketagihan (sakau) yang mengakibatkan perasaan tidak nyaman
bahkan perasaan sakit yang sangat pada tubuh.
DAFTAR PUSTAKA

Kartodirjo, Sartono. Sejarah Indonesia Baru:1500-1900 dari Emporium sampai


Imperium.
Jakarta: Gramedia, 1990.

Libertus Jehani & Antoro dkk (ed.), Mencegah Terjerumus Narkoba,


(Tangerang: Visi
Media, 2006

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Mengenal Penyalahgunaan


Narkoba Buku 2A
Untuk Remaja/Anak Muda, (Jakarta: BNN RI, 2007).

Badan Narkotika Nasional Republik Indonesia, Mengenal Penyalahgunaan


Narkoba: Buku
2B Untuk Orang tua dan Dewasa, (Jakarta: BNN RI, 2007).

Keppres No. 17 tahun 2002 tentang pembentukan BNN sebagai pengganti


Keppres No. 116 tahun 1999 tentang BKNN.
Keppres No. 3 tahun 2002 tentang Minuman Beralkohol.
KONSEP PENDIDIKAN KEPERAWATAN

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Pembuatan Makalah

PPKMB Universitas Bhamada Slawi Tahun 2021

Dengan Tema: Konsep Diri

Disusun Oleh:

Nama: Devika Nur Oktavia

Fakultas: Kesehatan

Program Studi: D3 Keperawatan

PENGENALAN KEHIDUPAN KAMPUS MAHASISWA BARU

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep
Pendidikan Keperawatan” ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan
dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas pembuatan makalah PPKMB
Universitas Bhamada Slawi tahun 2021 . Selain itu, makalah ini juga bertujuan
untuk menambah wawasan tentang Pendidikan Keperaawatan.

Saya mengucapkan terima kasih kepada panitia PPKMB Universitas Bhamada


Slawi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Tegal, 23 September 2021

Devika Nur Oktavia


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................

KATA PENGANTAR ..............................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...........................................................................


1.2 Rumusan Masalah ......................................................................
1.3 Tujuan .........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................

2.1 Data, Teori dan Referensi ............................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ...................................................................................


3.2 Saran .............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


khususnya dalam bidang kesehatan dan keperawatan, dan semakin meningkatnya
kesadaran masyarakat terhadap mutu dan kwalitas pelayanan kesehatan termasuk
pelayanan di bidang keperawatan sebagai bagaian integral daripada pelayanan
kesehatan. Hal ini perlu disikapi secara proaktif dan dukungan para
penyelenggaran pendidikan agar para lulusan yang dihasilkan mampu bekerja
secara profesional di bidang kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

Dalam rangka pengembangan mutu pelayanan keperawatan sesuai dengan


harapan dan tuntutan masyarakat harus ditunjang oleh tenaga keperawatan yang
dapat dibina dan kembangankan secara berkesinambungan profesionalismenya
dalam berbagai cara baik secara formal maupun informal. Salah satunya melalui
pengembangan pendidikan berkelanjutan bagi tenga kesehatan khususnya tenga
keperawatan yang belum menyelesaikan jenjang pendidikan minimal Diploma III
Keperawatan.

Agar mereka dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi


keperawatan terkini sehingga mampu menerapkannya dalam memberikan
pelayanan keperawatan secaraa profesional dan berkualitas kepada masyarakat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana paradigma konsep pendidikan keperawatan
2. Manfaat mempelajari ilmu keperawatan

1.3 Tujuan

Menjelaskan konsep pendidikan keperawatan.


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data, Teori dan Pembahasan

Paradigma keperawatan adalah cara pandangan secara global yang dianut atau
dipakai oleh mayoritas kelompok keperawatan atau menghubungkan berbagai
teori yang membentuk suatu susunan yang mengatur hubungan diantara teori guna
mengembangkan model konseptual dan teori-teori keperawatan sebagai kerangka
kerja keperawatan.

Beberapa ahli di bidang keperawatan mempunyai pendapat sendiri tentang arti


dari paradigma keperawatan. Menurut Gaffar (1997), paradigma keperawatan
adalah cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat, memikirkan, memberi
makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap berbagai fenomena yang ada
dalam keperawatan. Dengan demikian, paradigma keperawatan berfungsi sebagai
acuan atau dasar dalam melaksanakan praktek keperawatan.

Bagaimana paradigma keparawatan dibangun atau disusun atas dasar unsur apa
saja?

Paradigma keperawatan terbentuk atas empat unsur, yaitu: manusia atau klien,
lingkungan, kesehatan dan keperawatan. Kempat unsur/elemen ini saling
berhubungan dan mempengaruhi satu sama lainnya. Unsur-unsur yang
membentuk paradigma keperawatan inilah yang membedakan dengan paradigma
teori lain. Teori keperawatan didasarkan pada

keempat konsep tersebut, yakni:

1. Manusia atau klien sebegai penerimaan asuhan keperawatan (individu,


keluarga, kelompok dan masyarakat).
2. Lingkungan yakni: keadaan internal dan eksternal yang mempengaruhi klien.
Hal ini meliputi lingkungan fisik.

3. Kesehatan; meliputi derajat kesehatan dan kesejahteraan klien.

4. Keperawatan, atribut, karakteristik dan tindakan dari perawat yang memberikan


asuhan bersama-sama dengan klien.

Manfaat mempelajari konsep pendidikan keperawatan di antaranya:

1. Melaksanakan profesi keperawatan secara akuntabel dalam suatu sistem


pelayanan kesehatan sesuai kebijaksanaan umum pemerintah yang berlandaskan
Pancasila, khususnya pelayanan dan/atau asuhan keperawatan dasar sampai
dengan tingkat kerumitan tertentu secara mandiri kepada individu, keluarga dan
komunitas berdasarkan kaidah-kaidah keperawatan.

2.Mengelola pelayanan keperawatan profesional tingkat rendah secara


bertanggung jawab dan menunjukkan sikap kepemimpinan.

3.Mengelola kegiatan penelitian keperawatan dasar dan terapan yang sederhana


dan menggunakan hasil penelitian serta perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan/asuhan
keperawatan.

4.Berperan serta secara aktif dalam mendidik dan melatih calon perawat dan
tenaga keperawatan, serta turut berperan dalam berbagai program pendidikan
tenaga kesehatan lain.

5.Mengembangkan diri secara terus menerus untuk meningkatkan kemampuan


profesional.

6.Memelihara dan mengembangkan kepribadian serta sikap yang sesuai dengan


etika keperawatan dalam melaksanakan profesinya.

7.Berfungsi sebagai anggota masyarakat yang kreatif, produktif, terbuka untuk


menerima perubahan, serta berorientasi ke masa depan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral


pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi aspek
biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifat kompherensip, ditujukan
kepada individu, keluarga dan masyarakat yang sehat maupun yang sakit
mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.

Pendidikan keperawatan di indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun 2003


tentang Sistem Nasional. Program Pendidikan Diploma III (D-III) Keperawatan
ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional
pemula/vokasional (ahli madya keperawatan) yang dikembangkan dengan
landasan keilmuan yang cukup dan landasan keprofesian yang kokoh. Lulusannya
diharapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan professional dengan
berpedoman kepada standar asuhan keperawatan dan dengan etika keperawatan
sebagai tuntunan.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat untuk semua kalangan terutama bagi saya sendiri
sebagai penulis dari makalah ini. Dan diharapkan dengan adanya makalah
inirekan mahasiswa Perawat lebih memahami tentang perkembangan pendidikan
profesikeperawatan serta untuk lebih menambah wawasan mahasiswa sehingga
bermanfaat di masa yang akan datang..
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat , A.Aziz Alimul . 2008. Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: salemba


medika

Simamora, Roymond H. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta : EGC.

Salam dan Salmon, Ferry. 2009. Pendidikan Dalam Keperawatan. Jakarta :


Salemba.

Ali, Zaidin,H.2001.Dasar-dasar keperawatan professional.Jakarta: Widya Medika.

Anda mungkin juga menyukai