Anda di halaman 1dari 30

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN

HUKUM UNTUK SEKOLAH DASAR

Mata Kuliah : Pengembangan Pembelajaran Pendidikan PKn SD

Dosen Pengampu : Ibu Fauzatul Ma’rufah Rohmanurmeta, M.Pd

Disusun oleh :

1. Erikadika Silfia (2002101143)


2. Dita Ayu Kinasih (2002101155)
3. Feslyn Yoga Nuviandani (2002101166)
4. Sahira Dina Nurfitria (2002101167)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PGRI MADIUN

1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia –Nyalah
kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul “PENGEMBANGAN
PEMBELAJARAN PKN SEBAGAI PENDIDIKAN HUKUM UNTUK SEKOLAH
DASAR”

Penulisan makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN PKN SD” di samping itu makalah
ini diharapkan dapat menjadi sarana pembelajaran serta menambah wawasan dan
pengetahuan.

Di samping itu penulisan ini juga menyadari akan segala kekurangan dan
ketidaksempurnaan, baik dari segi penulisan maupun dari cara penyajiannya. Oleh karena itu
kami dengan senang hati menerima kritik dan saran demi perbaikan makalah ini dimasa yang
akan datang.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Madiun, 10 Oktober 2022

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover......................................................................................................................................1
Kata Pengantar.......................................................................................................................2
Daftar Isi................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................4
1.1 Latar Belakang Penulisan................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................7
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................................7
BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................8
2.1 Konsep Pengembangan Pembelajaran PKn SD...............................................................8
2.2 Konsep Pendidikan Hukum Untuk Anak SD...................................................................11
2.3 Pengembangan, Pendekatan, Strategi, Media, Evaluasi dan Assessment PKn di SD.....12
BAB III PENUTUP..............................................................................................................28
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................28
3.2 Saran................................................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................30

3
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Generasi muda mempunyai peranan penting dalam menentukan baik buruknya


peradaban di kemudian hari. Jika tatanan kehidupan saat ini dianggap baik, maka tugas
generasi muda adalah bagaimana cara mempertahankan atau meningkatkan kualitas tatanan
kehidupan tersebut. Sebaliknya jika tatanan kehidupan saat ini dianggap gagal, maka tugas
generasi muda juga untuk memperbaiki atau merancang ulang sebuah tatanan kehidupan
yang lebih memberikan arti dalam kehidupan masyarakat di kemudian hari. Tak bisa
dipungkiri bahwa salah satu sarana untuk membangun suatu tatanan kehidupan yang
berkualitas adalah melalui pendidikan. Suryadi (2012:1) berpendapat bahwa “Semakin tinggi
pendidikan seseorang, semakin tinggi tingkat produktivitasnya; dan semakin terdidik
seseorang semakin tinggi pula pemahamannya akan pentingnya kesehatan, partisipasi politik,
toleransi, dan kehidupan yang harmonis”. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan
komprehensif yang tidak menonjolkan ketercapaian tujuan pengajaran di satu bidang saja,
karena pada akhirnya nanti mereka akan terjun dan hidup di tengah-tengah masyarakat yang
di dalamnya banyak permasalahan-permasalahan yang begitu kompleks. Seperti yang
diamanatkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar
Isi untuk Satuan Pendidikan Menengah dan Dasar, untuk kelompok mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan dan Kepribadian memiliki cakupan sebagai berikut: Kelompok
mata pelajaran kewarga negaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran
dan wawasan peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan ber negara, serta peningkatan kualitas diri nya sebagai
manusia. Kesadaran dan wawasan termasuk wawasan ke bang saan, jiwa dan patriotisme bela
negara, penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian
lingkungan hidup, kesetaraan gender, demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada
hukum, ke taatan membayar pajak, dan sikap ser ta perilaku anti korupsi, kolusi, dan
nepotisme.

Fungsi dan tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ialah membuka peluang seluas-


luasnya bagi para warga negara, menyatakan komitmennya dan menjalankan perannya yang
aktif, untuk belajar mendewasakan diri, khususnya mengenai hubungan hukum, moral dan

4
fungsional antara para warga negara dengan satuan-satuan organisasi negara dan lembaga-
lembaga publik lainnya. Sosok warga negara yang baik yang ingin dihasilkan oleh
Pendidikan Kewarganegaraan adalah warga negara yang merdeka yang tidak jadi beban bagi
siapapun, yang melibatkan diri dalam kegiatan belajar, memahami garis besar sejarah, cita-
cita dan tujuan bernegara, dan produktif dengan turut memajukan ketertiban, keamanan,
perekonomian, dan kesejahteraan umum. Jika disederhanakan maka fungsi dan tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan adalah untuk membentuk atau mempersiapkan peserta didik
menjadi warga negara yang baik.

Warga negara yang baik adalah warga negara yang mengetahui dan memahami hak-
hak dan kewajiban-kewajibannya sebagai warga negara. Hak-hak dan kewajiban-kewajiban
warga negara biasanya terumuskan dalam berbagai peraturan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh negara. Jadi logikanya, warga negara tersebut pertama-tama harus
mengetahui peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam suatu masyarakat, setiap
orang perlu menyadari adanya hukum-hukum yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
Untuk mewujudkan proses internalisasi hukum dalam masyarakat, adanya Pendidikan
Hukum adalah suatu keharusan. Dengan adanya pengetahuan mengenai hukum di
masyarakat, maka keadilan dapat dikembangkan secara efektif, karena hukum adalah sesuatu
yang bisa membuat seseorang sadar tentang kebaikan dan keadilan. Kegagalan penegakan
berbagai hukum yang ada juga merupakan indikasi rendahnya pemahaman masyarakat
tentang hukum-hukum tersebut. Meracik berbagai standar dalam Pendidikan Hukum bagi
para penegak dan praktisi hukum adalah penting, karena guru, pelajar, penegak hukum, dan
praktisi hukum memiliki peran besar untuk bermain dalam menentukan nasib negara ini,
khususnya dalam bidang hukum namun hal utama yang akan dibahas dalam penelitian ini
adalah peran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam mengupayakan proses internalisasi
hukum kepada warga negara Indonesia. Seperti yang dikemukakan Sapriya (2007 : 28)
bahwa “PKn berperan dalam membangkitkan kesadaran hukum, karena itu di beberapa
negara nama yang dimaksud bukan civic education, tetapi law education, bahkan street law
education”. Dalam jenjang pendidikan formal PKn bisa menjadi sarana sosialisasi hukum-
hukum yang ditetapkan oleh negara, para pelajar yang notabene adalah generasi penerus
diharapkan memahami hukum-hukum yang berlaku di Indonesia. Kemudian, diharapkan
mereka mampu menularkan pemahaman hukum mereka kepada masyarakat sekitarnya,
karena mereka langsung terhubung langsung dalam masyarakat, sehingga mereka disiapkan

5
untuk mampu menghadapi masalah-masalah, khususnya masalah-masalah yang berkaitan
dengan hukum yang ada dalam kehidupan sehari-hari.

Kehidupan yang tertib, aman dan damai merupakan bentuk kehidupan universal yang
dicita-citakan oleh umat manusia. Untuk mewujudkannya, disusunlah norma-norma perilaku
kehidupan yang disepakati bersama sebagai panduan kolektif, baik dalam perspektif
bermasyarakat, berbangsa, maupun bernegara. Salah satu norma yang disusun dalam rangka
mengatur perilaku individu dalam kehidupan bermasyarakat adalah norma hukum, yakni
yang lazimnya disebut hukum negara. Di samping itu, terdapat pula sejumlah norma lain
yang berfungsi sama, yang antara lain berupa norma kesopanan, adat istiadat, kebiasaan,
kesusilaan dan norma agama.

Kesadaran tcrhadap adanya norma yang mengatur dan mengarahkan perilaku individu
dalam kehidupan bermasyarakat sangat penting untuk ditanamkan kepada setiap individu
sejak usia dini. Oleh sebab itu, pendidikan hukum sebagai salah satu bentuk upaya
penanaman kesadaran akan norma tingkah laku dalam masyarakat, dipandang strategis untuk
diberikan pada seluruh jenis dan jenjang pendidikan persekolahan. Kesadaran dan kepatuhan
hukum setiap individu warga negara tidak mungkin tumbuh dengan baik tanpa upaya sadar
dan terencana. Dalam kaitan ini, pendidikan sebagai proses pembudayaan dapat diposisikan
secara strategis, baik pendidikan sekolah maupun pendidikan luar sekolah. Dinyatakan
demikian karena penanaman nilai-nilai dan norma-norma sosial kemasyarakatan merupakan
salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses sosialisasi anak menuju realitas kehidupan
yang sesungguhnya di masyarakat.

Mayarakat Di jenjang pendidikan sckolah dasar, mata pelajaran yang erat kaitannya
dcngan hukum dan kcmasyarakatan adalah mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
(PKn). Pelajaran PKn di sekolah dasar diharapkan bisa membantu siswa untuk "melek
hukum" dan konstitusi. Siswa diharapkan riengetahui bahwa kehidupan baik sebagai pribadi,
sebagai warga masyarakat maupun sebagai warga negara atau bahkan warga dunia diatur oleh
hukum dan peraturan. Melalui p~mahaman dan kesadaran terhadap hukum secara baik, siswa
diharapkan juga menyadari peran hukum dalam kehidupan yang ditempuh dan dihayatinya,
bahwa kehidupan itu diberi kebebasan sekaligus pembatasan. Dengan demikian, pada
gilirannya mereka akan mampu mencapai kepribadian yang utuh sebagai individu berdaulat
(sovereign individual).

6
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Pengembangan Pembelajaran PKn SD ?


2. Bagaimana Konsep Pendidikan Hukum Untuk Anak SD ?
3. Bagaimana Pengembangan, Pendekatan, Strategi, Media, Evaluasi dan
Assessment Pada PKn di SD ?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Untuk Mengetahui Konsep Pengembangan Pembelajaran PKn SD


2. Untuk Mengetahui Konsep Pendidikan Hukum Untuk Anak SD
3. Untuk Mengetahui Pengembangan, Pendekatan, Strategi, Media, Evaluasi dan
Assessment Pada PKn di SD

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengembangan Pembelajaran PKn SD

Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang


pemerintahan, kionstitusi, lembaga demokratis, HAM, dan masih banyak lagi. Yang
mempunyai tujuan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menjadi rakyat yang dapat
bersikap demokratis (dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat). Pada hakekatnya
pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang
yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan,
atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara
orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya
dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian
perguruan tinggi, universitas atau magang. Pendidikan juga merupakan upaya sadar dari
suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan
kehidupan generasi penerusnya agar dapat membentuk kepribadian masyarakat yang cinta
tanah air dan bangga terhadap negaranya.

Perjalanan panjang sejarah Bangsa Indonesia sejak era sebelum dan selama
penjajahan ,dilanjutkan era merebut dan mempertahankan kemerdekaan sampai dengan
mengisi kemerdekaan,menimbulkan kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda sesuai dengan
zamannya. Kondisi dan tuntutan yang berbeda-beda diharap bangsa Indonesia berdasarkan
kesamaan nilai-nulai kejuangan bangsa yang dilandasi jiwa,tekad dan semangat kebangsaan.
Semangat perjuangan bangsa yang tidak mengenal menyerah harus dimiliki oleh setiap warga
negara Republik Indonesia. Semangat perjuangan bangsa mengalami pasang surut sesuai
dinamika perjalanan kehidupan yang disebabkan antara lain pengaruh globalisasi yang
ditandai dengan pesatnya perkembangan IPTEK, khususnya dibidang informasi, Komunikasi
dan Transportasi, sehingga dunia menjadi transparan yang seolah-olah menjadi kampung
sedunia tanpa mengenal batas negara.

Kondisi yang demikian menciptakan struktur kehidupan bermasyarakat, berbangsa


dan bernegara Indonesia serta mempengaruhi pola pikir, sikap dan tindakan masyarakat

8
Indonesia. Semangat perjuangan bangsa indonesia dalam mengisi kemerdekaan dan
menghadapi globalisasi. Warga negara Indonesia perlu memiliki wawasan dan kesadaran
bernegara,sikap dan perilaku, cinta tanah air serta mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa dalam rangka bela negara demi utuh dan tegaknya NKRI.

1) Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan


a. Agar para siswa SD memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajibannya
secara santun, jujur dan demokratis serta ikhlas.
b. Memupuk sikap dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai kejuangan,
patriotisme, cinta tanah air dan rela berkorban bagi bangsa dan negara.
c. Menguasai pengetahuan dan memahami aneka ragam masalah dasar kehidupan
masyarakat, bangsa dan negara yang akan diatasi dengan pemikiran berdasarkan
Pancasila, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional secara kritis dan
betanggung jawab.
d. Secara umum. Tujuan PKn harus disiplin dalam mendukung keberhasilan
pencapaian Pendidikan Nasional, yaitu “Mencerdaskan kehidupan bangsa yang
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Yaitu manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti yang luhur, memiliki
kemampuan pengetahuann dan keterampilan, kesehatan jasmani, dan rohani,
kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan. Serta mewujudkan Kepribadian masyarakat yang demokratis”.
e. Secara khusus. Tujuan PKn yaitu membina moral yang diharapkan diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari yaitu perilaku yang memancarkan iman dan takwa
terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai
golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab,
perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama
di atas kepentingan perseorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran
pendapat ataupun kepentingan diatasi melalui musyawarah mufakat, serta perilaku
yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial seluruh rakyat
Indonesia.
2) Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan
a. Menjadi warga negara yang memiliki wawasan berbangsa dan bernegara.
b. Menjadi warga negara yang komit terhadap nilai-nilai Hak Asasi manusia
dan demokrasi, berpikir kritis terhadap permasalahannya.

9
c. Berpartisipasi dalam:
a) Upaya menghentikan budaya kekerasan dengan damai dan menghormati
supremasi hukum.
b) Menyelesaikan konflik dalam masyarakat dilandasi sistem nilai Pancasila dan
universal.
c) Berkontribusi terhadap berbagai persoalan dalampublic policy.
d) Memiliki pengertian internasional tentang civil society dan menjadi warga negara
yang kosmopolit.
3) Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang masih terus harus
dikembangkan baik secara ilmiah maupun Pedagogis sesuai dengan tujuan
pendidikan nasional
a. PKn merupakan bagian atau salah satu tujuan Pendidikan IPS, yaitu bahan
pendidikannya diorganisasikan secara terpadu (integrated) dari berbagai disiplin
ilmu sosial, humaniora, dokumen Negara, terutama pancasila, UUD1945, GBHN,
dan perundangan Negara, dengan tekanan bahan pendidikan yang berkenaan
dengan bela Negara.
b. PKn adalah seleksi dan adaptasi dari berbagai disiplin ilmu sosial, humaniora,
Pancasila, UUD 1945 dan dokumen Negara lainnya yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan psikologis untuk tujuan pendidikan.
c. PKn dikembangkan secara ilmiah dan pedagogis untuk tingkat pendidikan dasar 
dan menengah serta perguruan tinggi.
d. Dalam mengembangkan dan melaksanakan PKn, kita harus berfikir secara
integratif, yaitu kesatuan yang utuh dari hubungan antara
pengetahuan ekstraseptif (ilmu), kebudayaan Indonesia, tujuan pendidikan
nasional, Pancasila, UUD 1945, Filsafat pendidikan, Psikologi Pendidikan,
pengembangan kurikulum disiplin ilmu social dan humaniora, kemudian dibuat
program pendidikannya yang terdiri atas unsure : (1) tujuan Pendidikan, (2) bahan
Pendidikan, (3) metode pendidikan, (4) evaluasi.
e. PKn menitikberatkan kepada kemampuan dan keterampilan berpikir aktif warga
negara, terutama generasi muda, dalam menginternalisasikan nilai-nilai warga
negara  yang baik (good citizen) dalam suasana demokratis dalam berbagai
masalah kemasyarakatan (civic affairs,)

10
f. Dalam kepustakaan asing PKn sering disebut civic education yang salah satu
batasannya ialah “seluruh kegiatan sekolah, rumah, dan masyarakat yang dapat
menumbuhkan demokrasi”.

2.2 Konsep Pendidikan Hukum Untuk Anak SD


PKn sebagai pendidikan hukum dimaksudkan adalah pendidikan hukum dalam negara
demokrasi yang berdasarkan hukum. Atau negara demokrasi konstitusional (UUD 1945 Pasal
1 Ayat (2) dan (3) ). Internasional Commission of Jurist yang merupakan organisasi ahli
hukum internasional dalam konferensinya di Bangkok 1965 memposisikan PKn sebagai salah
satu syarat-syarat dasar bagi terselenggaranya pemerintah yang demokratis di bawah rule of
law. PKn mempelajari sebuah Negara dan Negara juga pasti terbentuk dengan bermodalkan
aturan-aturan yang berbentuk hukum sebagai landasan negaranya. Oleh karena itu, PKn
berhubungan dengan ilmu hukum yang mana PKn sebagai bentuk negaranya dan ilmu hukum
sebagai aturannya.
Dalam UU Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 37
dinyatakan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah mata pelajaran wajib untuk
jenjang sekolah dasar. Dengan   pernyataan ini PKn memiliki dasar hukum yang sangat kuat
dan wajib tidak saja untuk diselenggarakan tetapi juga dikembangkan sesuai dengan tuntutan
perubahan jaman. Implementasi dari UU Sisdiknas ini adalah dikeluarkannya Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Peraturan
Pemerintah tentang SNP ini kemudian dijabarkan lagi dalam peraturan yang berada satu
tingkat di bawahnya dengan adanya Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi
yang dirumuskan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
PKn sebagai pendidikan hukum, juga berarti bahwa program pendidikan ini diarahkan
untuk membina siswa SD sebagai warga negara yang memiliki kesadaran hukum yang tinggi,
menyadari akan hak dan kewajibannya, dan memiliki kepatuhan terhadap hukum. Untuk
pengembangan pendidikan karakter di persekolahan mata pelajaran PKn dan mata pelajaran
agama merupakan ujung tombak. Dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan pasal 6 ayat (1) antara lain ada ketentuan bahwa ”Kelompok mata pelajaran
kewarganegaraan dan kepribadian dimaksudkan untuk peningkatan kesadaran dan wawasan
peserta didik akan status, hak, dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia. Kesadaran dan wawasan
termasuk wawasan kebangsaan, jiwa dan patriotisme bela negara, penghargaan terhadap hak-
hak asasi manusia, kemajemukan bangsa, pelestarian lingkungan hidup, kesetaraan gender,
11
demokrasi, tanggung jawab sosial, ketaatan pada hukum, ketaatan membayar pajak, dan sikap
serta perilaku anti korupsi, kolusi, dan nepotisme”.
Dalam perkembangan terakhir sebagai upaya agar pendidikan karakter mudah
dilaksanakan telah diidentifikasi nilai-nilai karakter untuk Mata Pelajaran PKn meliputi nilai
karakter pokok dan nilai karakter utama. Nilai karakter pokok Mata Pelajaran PKn yaitu :
Kereligiusan, , Kejujuran, Kecerdasan , Ketangguhan, Kedemokratisan, dan Kepedulian.
Sedangkan nilai karakter utama Mata Pelajaran PKn yaitu : Nasionalis, Kepatuhan pada
aturan sosial, Menghargai keberagaman, Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang
lain, Bertanggung jawab, Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, dan Kemandirian.Nilai-
nilai karakter utama ini dapat dikembangkan lebih luas, untuk upaya memperkokoh fungsi
PKn sebagai pendidikan karakter. (Draf Panduan Pendidikan Karakter Untuk Guru Mapel
PKn, Direktorat P-SMP, Dirjen Dikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional, 2010). Nilai
karakter di atas, sebenarnya telah cukup memadai. Bung Hatta salah seorang bapak pendiri
Negara tercinta mengajukan nilai karakter dalam jumlah tidak begitu banyak tetapi sangat
esensial. Menurut Bung Hatta, pendidikan karakter rakyatadalah: mandiri, tahu 7 hak dan
kewajiban, mau mengambil tanggung jawab ( Rikard Bagun.2002, halaman xix). Apabila
nilai-nilai karakter telah menjadi watak bangsa Indonesia, maka bangsa kita akan menjadi
bangsa yang maju dan sejahtera.
1.  Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan
a. UUD 1945
b. Pembukaan UUD 1945, alinea kedua dan keempat (cita-cita, tujuan dan aspirasi
Bangsa Indonesia tentang kemerdekaanya).
c. Pasal 27 (1), kesamaan kedudukan Warganegara di dalam hukum dan
pemerintahan.
d. Pasal 27 (3), hak dan kewajiban Warganegara dalam upaya bela negara.
e. Pasal 30 (1), hak dan kewajiban Warganegara dalam usaha pertahanan dan
keamanan negara.
f. Pasal 31 (1), hak Warganegara mendapatkan pendidikan.
g. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
h. Surat Keputusan Dirjen Dikti Nomor 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu
Pelaksanaan Kelompok Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.
2. Dasar Hukum dan Tujuan Pebelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di
Sekolah Dasar

12
Tujuan pembelajaran PKN dalam Depdiknas adalah untuk memberikan kompetensi
sebagai berikut:
a. Berfikir kritis rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersam dengan
bangsa-bangsa lain.
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secra langsung
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Berdasarkan hal tersebut, maka tujuan pembelajran PKn secara umum
mempersiapkan generasi bangsa yang unggul dan berkepribadian, baik dalam lingkungan
lokal, regional, maupun global. Berakhlak baik berdasarkan sila Ketuhanan yang Maha Esa
untuk meningkatkan sikap religius agar seimbang dengan kepribadian yang baik. Dapat
mengembangan ilmunya berdasarkan sikap yang ilmiah. Juga dapat menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi secara baik dan sesuai dengan kebutuhan sekarang. Serta dapat
mempertanggungjawabkan segala sesuatu yang telah diperbuatanya kepada negara.
Tujuan negara mengembangkan Pendidikan Kewarganegaraan agar setiap warga
negara yang baik (to be god citizens) yakni warga negara yang memiliki kecerdasan (civics
responsibility) dan mampu berpartisipasidalam kehidupan bermasyarakat(Bunyamin M dan
Sapriya,2005:30). Berdasarkan pendapat diatas dapat analisa bahwa PKn sebagai program
pembelajaran yang tidak hanya sosok programan pola KBM yang mengacu pada aspek
kognitif saja, melainkan secara utuh dan menyeluruh yakni mencakup aspek afektif dan
psikomotor. Selain aspek-aspek tersebut PKn juga mengembangkan pendidikan nilai dan
moral. Dimana pendidikan moral yang saat ini terjadi pada siswa SD sudah mulai agak
melenceng dari UUD 1945 dan mencengangkan lagi. Dalam konteks kehidupan berbangsa
dan bernegara sekolah dijadikanasebagai wahana pengembangan potensi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab, yang secara kulikuler pendidikan kewarganegaraan yang
harus menjadi wahana psikologis pedagogis yang utama, secara yuridis ada beberapa
ketentuan perundang-undangan yang mengandung amanat tersebut, diantaranya yaitu:
1) Pembukaan undang-undang dasar negara republik indonesia dan
perubahannya (UUD 1945 dan perubahannya), khususnya alinea ke 4 yang
menyatakan bahwa pembentukan pemerintah negara Indonesia dimaksudkan

13
untuk: “...melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah
indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan Indonesia.
2) Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU
RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas) khususnya:
a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan keadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang yang sistemik
dengan sistem terbuka dan multimakna.
c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran.
e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,
menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.
f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua kompenen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelengaraan dan pengendalian
mutu layanan pendidikan.
3) Pasal 37 ayat (1) yang menyatakan bahwa “kurikulum pendidikan dasar dan
menengah wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan,
bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni
dan budaya, pendidikan jasmani dan olahraga, keterampilan/kejuruan dan
muatan lokal dan ayat (2) yang menyatakan bahwa kurikulum pendidikan
tinggi wajib memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, dan
bahasa.
4) Pasal 38 ayat yang menyatakan bahwa “Kurikulum pendidikan dasar dan
menengah dikembangkan sesuai relevasinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah di bawah koordinasi dan supervisi

14
dinas pendidikan atau kantor Departemen Agama Kabupaten/Kota untuk
pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan menengah.
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, sekolah sebaiknya dikembangkan
sebagai peranata atau tatanan sosial pedagogis yang kondusif atau memberi suasana bagi
tumbuh kembangnya berbagai kualitas individu peserta didik. Kualitas individu ini sangat
penting guna untuk dijadikan bekal dalam masa depannya nanti. Diharapkan untuk peserta
didik dapat berperan sebagai warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Selain
itu peserta didik juga diajarkan untuk berpikir kritis guna menghadi suatu masalah, agar tidak
tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.
Oleh karena itu, sekolah sebagai bagian integral dari masyarakat perlu dikembangkan
sebagai pusat pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, yang mampu
memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kretifitas peserta didik
dalam proses pembelajaran demokratis dengan demikian secara tertahap sekolah akan
menjadi komunitas yang memiliki budaya yang berintikan pengakuan dan penghormatan
terhadap hak dan kewajiban serta keharmonisan dalam menjalani kehidupan bermasyarakat
yang tertib, adil dan berkeradaban. Dalam kerangka semua itu maka pelajaran PKN harus
berfungsi sebagai wahana kurikuler pengembangan karakter warga negara indonesia yang
demokratis dan bertanggungjawab.
Menyadari betapa pentingnya peran Pendidikan Kewarganegaraan dalam proses
pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sepanjang hayat, pendidikan persekolahan
sebaiknya dikembangkan sebagai wahana sosial. Melalui pemberian keteladan, pembangunan
kemauan, dan pengembangan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran maka
dengan adanya Pendidikan Kewarganegaraan sekolah perlu dikembangan sebagai pusat
pengembangan wawasan sikap, keterampilan hidup dan berkehidupan yang demokratis untuk
membangun kehidupan demokrasi.Karena karakter utama negara yang cerdas adalah
dimilikinya komitmen untuk secara konsisten atau ajek, mau dan mampu memelihara, dan
mengembangkan cita-cita dan nilai demokrasi sesuai perkembangan zaman dan secara efektif
dan langgeng menangani serta mengelola krisis yang selalu muncul untuk kemaslahatan
masyarakat indonesia guna mencapai kesejahteraan dalam berbangsa dan bernegara.
Apabila ditampilkan dalam wujud program pendidikan, proses belajar mengajar guru
diharapkan dapat memberikan perhatian yang cermat dan usaha yang sungguh-sungguh pada
peserta didiknya, dengan begitu peserta didiknya tidak akan bosan dengan mata pelajaran
tersebut. Untuk itu sekolah perlu meningkatkan kualitas sumber daya gurunya guna dapat
mengembangakan kurikulum dan pembelajaransepatutnya di rancang untuk memfasilitasi
15
peserta didik agar mampu mengoksploitasi bagaimana cita-cita demokrasi sesungguhnya.
Dengan tersedianya sumber belajar dan sarana prasarana yang memungkinkan peserta didik
mampu mengeksplorasi sejarah demokrasi di negaranya sejak dahulu. Dengan demikian kita
sebagai calon guru juga harus meningkatkan kualitas kita agar mampu membentuk peserta
didik yang memiliki jiwa nasionalisme serta mempunyai sikap demokratis.

2.3 Pengembangan, Pendekatan, Strategi, Media, Evaluasi dan Assessment PKn


di SD
1. Pengembangan PKn di SD
Mata pelajaran Pendidikan kewarganegaraan (PKn) mempunyai fungsi sebagai sarana
untuk membentuk peserta didik menjadi warga negara yang memahami dan mampu
melaksanakan hak-hak dan kewajibannya, berkomitmen setia kepada bangsa dan negara
Indonesia dengan merefleksikan diri sebagai warga negara yang cerdas, terampil dan
berkharakter sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945. Suplemen pengembangan PKn
SD ini dimaksudkan untuk melengkapi bahan ajar cetak yang sudah ada. Di dalam suplemen
ini dikembangkan model-model, strategi, metode-metode dan pendekatan-pendekatan dalam
rangka pembelajaran PKn SD yang akan membantu guru dalam menuangkan kreativitasnya
di depan kelas sebagai fasilitator. Pengembangan suplemen PKn SD ini didasarkan atas
prinsip-prinsip Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM).
Prinsip-prinsip ini diharapkan dapat mempermudah daya serap materi mata pelajaran PKn
terutama dalam penilaian ranah afektif, kognitif dan psikomotor secara simultan, terutama
peserta didik pada kelas rendah yang baru belajar membaca dan menulis. Pada kelas tinggi
kreativitas dalam pembelajaran lebih ditingkatkan lagi. Namun konsekuensinya guru sebagai
motivator dan fasilitator harus kreatif, inisiatif, dan konsen terhadap peserta didik. Tanpa hal
ini pembelajaran PKn yang kita inginkan tidak akan tercapai secara optimal.
2. Pendekatan PKn di SD
Beberapa pendekatan nilai dan moral yang digunakan dalam pembelajaran PKn
adalah sebagai berikut :
1) Evokasi
Pendekatan ini menekankan pada inisiatif siswa untuk mengekspresikan dirinya
secara spontan yang didasarkan pada kekebasan dan kesempatan. Pendekatan seperti ini baik
sekali namun dilihat dari budaya masyarakat ini terumata yang jauh dari kehidupan kota
melaksanakan pendekatan tersebut tentulah menghadapi kendala-kendala cultural dan
psikologikal. Untuk dapat mengimplementasikan pendekatan ini, pernana guru amat
16
diperlukan dalam apa yang disebut dengan “breaking the ice” agar setiap anak merasakan
adanya suasana terbuka, bersahabat dan kondusif untuk dapat “menyatakan dirinya”
menyatakan apa yang menjadi pemikirannya dan mengungkapkan perasaannya.
Melatih siswa dengan cara seperti itu pada dasarnya merupakan salah satu bentuk
pendewasaan agar terbiasa dalam merasakan manfaat situasi seperti itu, sehingga untuk
masamasa yang akan datang mereka pun dapat berbuat yang sama atau bahkan melebihinya.
Keberhasilan pendekatan tersebut juga amat bergantung pada dorongan dan rangsangan yang
diberikan guru dengan mengandalkan pada stimulus-stimulus tertentu. Selain peranan guru,
peranan keluarga dan masyarakat juga amat penting oleh karena apa yang dibicarakan dalam
kelas yang dibatasi oleh empat dinding kelas dapat memberi makna dalam belajar siswa.
2) Inkulkasi(Menanamkan)
Pendekatan ini didasarkan pada sejumlah pertanyaan nilai yang telah disusun terlebuh
dahulu oleh guru. Tujuannya adalah agar pertanyaan-pertanyaan yang menyangkut masalah
nilai tersebut dapat digunakan untuk mempengaruhi dan sekaligus mengarahkan siswa
kepada suatu kesimpulan nilai yang sudah direncanakan. Peranan guru dalam hal ini amat
menentukan oleh karena gurulah yang menentuka kearah mana siswa akan dibawa atau
diarahkan atau dikondisikan secara halus dan hati-hati. Gurulah dengan pertanyaan dan arah
kesimpulan atau pendapat yang menentukan dalam pendekatan ini adalah Teknik Inkuiri
Nilai (Value Inquiri Question Technique) di mana target nilai yang diharapkan dapat dicapai
dengan memanipulasi kedalam sejumlah pertanyaan.
3) Pendekatan
Kesadaran Dalam hal ini yang menjadi sasaran adalah bagaimana mengungkap dan
membina kesadaran siswa tentang nilai-nilai tertentu yang ada pada dirinya atau pada orang
lain. Tentu saja kesadaran itu akan tumbuh menjadi sesuatu yang menumbuhkan
kesadarannya tentang nilai atau seperangkat nilai-nilai tertentu. Hanya dengan kesadaran
tertentu itu melalui kegiatan-kegiatan tertentu yang direncanakan oleh guru anak dapat
mengungkapkan nilai-nilai dirinya atau nilai-nilai orang lain. Jendela Johary (Johary
Window) kiranya dapat membantu menumbuhkan kesadaran siswa tentang dirinya atau diri
orang lain.
4) Penalaran Moral
Salah satu pendekatan dalam pendidikan moral adalah penalaran moral dimana anak
dilibatkan dalam suatu dilema moral sehingga keputusan yang diambil terhadap dilema moral
harus dapat diberikan alasan-alasan moralnya yang masuk akal. Dilema moral adalah satu
bentuk teknik mengajar nilai dan moral yang dianggap tepat terutama bagi kelas-kelas yang
17
tinggi, misalnya kelas IV, V dan VI. Patut disadari bahwa dalam pendidikan nilai dan moral
berbagai cara dapat digunakan sebagai stimulus dalam melibatkan nalar dan afeksi siswa
adalah melalui pertanyaan, pernyataan, gambar, cerita, dan gambar keadaan yang bersifat
dilematis.
5) Pendekatan Analisis Nilai
Melalui pendekatan ini siswa diajak untuk mengaji atau menganalisis nilai yang ada
dalam suatu media atau stimulus yang memang disiapkan oleh guru dalam mengajarkan
pendidikan nilai dan moral. Dalam melakukan pengkajian tentu saja para siswa sudah
dibekali dengan kemampuan analisisnya. Melakukan analisis sebagaimana diketahui adalah
merupakan salah satu tahapan dalam tingkat pengetahuan atau ingatan dan analisis adalah
satu tahapan dalam keterampilan berpikir sebelum sampai pada sintesis dan evaluasi.
6) Pengungkapan Nilai
Pengungkapan Nilai melihat pendidikan moral lebih pada upaya meningkatkan
kesadaran diri (self-awareness) dan memperhatikan diri sendiri (self-caring) dan bukannya
pemecahan masalah. Pendekatan ini juga membantu siswa menemukan dan memeriksa nilai
mereka untuk menemukan keberartian dan rasa aman diri. Oleh sebab itu maka pertimbangan
(judging) adalah merupakan faktor kunci dalam model tersebut, namun pertimbangan yang
dimaksud adalah pertimbangan tentang yang disenangi dan yang tidak disenangi, dan bukan
sesuatu yang diyakini seorang sebagai hal yang benar atau salah.
7) Pendekatan Komitmen
Pendekatan komitmen dalam pendidikan nilai dan moral mengarahkan dan
menekankan pada seperangkat nilai yang akan mendasari pola pikir setiap guru yang
bertanggung jawab terjadap pendidikan nilai dan moral. Dalam PKn sudah barang tentu yang
menjadi komitmen dasarnya adalah nilai-nilai moral Pancasila serta Undang-Undang Dasar
RI 1945. Nilai moral tersebut telah menjadi komitmen bangsa dan negara Indonesia untuk
terus dilestarikan sebagai nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
8) Pendekatan Memadukan (Union Approach)
Pedekatan ke delapan adalah menyatukan diri siswa dengan pengalaman dalam
kehidupan “riil” yang dirancang oleh guru dalam proses belajar-mengajar. Proses penyatuan
tersebut tidak lain adalah dimaksud agar siswa benar-benar mengalami secara langsung
pengalamanpengalaman yang direncanakan guru melalui berbagai metode mengajar yang
dipilih guru untuk tujuan tersebut. Untuk mencapai tujuan pengajaran seperti yang
diharapkan itu, guru dapat menggunakan berbagai metode diantaranya Partisipatori, Simulasi,
Sosio Drama, dan Studi Proyek. Siswa SD sesuai dengan tingkat kemampuan dan
18
perkembangan berpikirnya memang lebih menyenangi contoh-contoh konkrit. Contoh konkrit
tersebut adalah contoh-contoh perilaku yang dapat dilaksanakan dlaam kehidupan siswa.
Penerapannya mungkin dalam kelompok diskusi di kelas, dalam kelompok bermain di
sekolah atau dalam kehidupan di tengah-tengah keluarga. Karena itu dalam prinsip
pengajaran dianjurkan agar guru PKn SD dalam mengajarnya memulai dari hal-hal konkrit
kepada yang abstrak apalagi materi pendidikan moral pada dasarnya bersifat abstrak. Salah
satu permasalahan pokok yang dihadapi guru adalah bagaimana mencari contoh-contoh
konkrit yang memang secara langsung menyentuh aspek kehidupan anak. Apa yang secara
langsung menyentuh kebutuhan seorang akan lebih mudah dihayati dan dilaksanakan.

3. Strategi PKn di SD
Dick dan Carey mengatakan, “Strategi pembelajaran adalah komponen umum dari
suatu set materi dan prosedur pembelajaran yang akan digunakan secara bersama-sama.”
(Dick Walter dkk, 1990: 106). Menurut Seels dan Richey (1994: 31), strategi pembelajaran
adalah spesifikasi untuk memilih dan mengurutkan kejadian dan aktifitas dalam
pembelajaran. Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi
pembelajaran adalah pendekatan menyeluruh dalam suatu sistem pembelajaran yang berupa
pedoman umum dan kerangka kegiatan untuk mencapai tujuan umum pembelajaran yang
melukiskan prosedur sistematis dalam membantu usaha belajar peserta didik,
mengorganisasikan pengalaman belajar, mengatur dan merencanakan bahan ajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
Sedangkan strategi pembelajaran Pendidikan  Kewarganegaraan (PKn) yaitu suatu
siasat  atau kiat yang digunakan untuk memilih dan mengimplementasikan segala teori,
pendekatan, teknik, metode, model, media, materi dan sumber-sumber belajar dalam proses
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk mencapai tujuan  pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan yang telah ditetapkan.
Macam-Macam Strategi Pembelajaran PKn
Pada dasarnya tidak ada strategi pembelajaran yang dipandang paling baik, karena
setiap strategi pembelajaran saling memiliki keunggulan masing-masing. Strategi
pembelajaran yang dinyatakan baik dan tepat untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
belum tentu baik dan tepat digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran yang lain. ltulah
sebabnya, seorang pendidik diharapkan memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam
memilih dan menerapkan berbagai strategi pembelajaran, agar dalam melaksanakan tugasnya
dapat memilih alternatif strategi yang dirasakan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang
19
telah dirumuskan. Berikut ini dikemukakan berbagai strategi pembelajaran yang dapat
digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SD.
a. Jigsaw
Strategi ini digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa
bagian. Materi tersebut tidak harus disampaikan secara berurutan. Strategi ini dapat
melibatkan seluruh peserta didik dalam pembelajaran dan sekaligus dapat melatih peserta
didik mengajarkan sesuatu kepada orang lain. Jigsaw adalah salah satu teknik pembelajaran
kooperatif.
b. Strategi Reading Guide (Membaca Buku Ajar)
Strategi ini diterapkan jika waktu yang tersedia untuk membahas suatu materi sangat
terbatas. Para peserta didik untuk membaca materi yang akan dibahas dengan memberikan
dan membuat kisi-kisi panduan.
c. Information Search (Mencari Informasi)
Strategi ini dapat diterapkan pada materi yang padat, monoton dan membosankan.
Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti koran, majalah, tabloid dan sebagainya.
d. Critical Incident (Pengalaman Penting)
Strategi ini pada umumnya digunakan untuk memulai pembelajaran. Tujuan
penggunaan strategi ini adalah untuk melibatkan peserta didik sejak awal dengan meminta
peserta didik mengungkapkan pengalaman-pengalamannya. Strategi ini juga cocok
digunakan bila tujuan pembelajarannya mengajarkan peserta didik untuk berempati
(merasakan apa yang dirasakan orang lain).
e. Seeing How It Is (Melihat Kejadian Sebenarnya)
Strategi ini dimaksudkan untuk memahami suatu kondisi tidak lazim yang terjadi atau
dihadapi seseorang. Dengan strategi ini, peserta didik diminta membayangkan bagaimana dan
apa yang dilakukan oleh orang yang mengalami kondisi tersebut.
f. Brainstorming (Curah Gagasan)
Strategi ini merupakan langkah inventarisasi ide melalui curah pendapat tentang topik
tertentu dengan bebas tanpa seleksi.
g. Small Group Discussion (Diskusi Kelompok Kecil)
Strategi ini dimaksudkan untuk membangun kerja sama individu dan kelompok,
kecakapan analitis, dan kepekaan sosial, serta tanggung jawab individu dalam kelompok.
h. Point Counterpoint (Adu Argumen)
Strategi ini dimaksudkan untuk merangsang diskusi, membangun argumentasi dan
memiliki pemahaman yang Iebih mendalam tentang berbagai isu yang kompleks.
20
i. Active Debate (Debat Aktif)
Active debate merupakan strategi yang dapat mendorong peserta didik untuk berpikir
kritis, argumentatif dan reflektif. Strategi ini secara aktif melibatkan semua peserta didik di
dalam kelas, bukan hanya para pelaku debatnya (presenter) saja.
j. Role Playing (Bermain Peran)
Tujuan utama dari penerapan strategi ini adalah untuk mengajarkan peserta didik
bagaimana berempati. Strategi ini dapat menstimulasi peserta didik untuk mengasosiasikan
dirinya dalam suatu peran tertentu sehingga peserta didik lebih dapat memahami, mendalami,
dan mengerti tindakan sosial yang dilakukan oleh orang lain di lingkungan sosial.
k. Poster Comment (Mengomentari Poster atau Gambar)
Strategi ini bertujuan untuk memberikan stimulus dan meningkatkan kreativitas dan
mendorong penghayatan peserta didik terhadap suatu permasalahan. Dalam strategi ini
peserta didik didorong untuk bisa mengungkapkan pendapatnya secara lisan tentang suatu
poster atau gambar.
l. Concept Map/Maping (Peta Konsep)
Strategi ini menuntut daya kreativitas dan kemampuan tingkat analisa tinggi. Dalam
pelaksanaan strategi ini peserta didik diminta membuat sintesis atau diagram dari konsep-
konsep utama yang sating berkaitan dengan memberikan tanda panah atau garis yang
memiliki arti hubungan antarkonsep tersebut. Strategi ini berasal dari psikologi kognitif,
dimana pemeroleh pemahaman yang lebih baik dan mudah dengan cara mengaitkan atau
menghubungkan satu konsep dengan konsep lainnya.

4. Media PKn di SD
1) Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,
‘perantara’ atau ‘pengantar’. Media dapat diartikan sebagai sumber belajar yang
dikategorikan menjadi sumber dalam bentuk manusia (guru atau dosen) dan sumber bukan
manusia, yakni materi atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat para peserta
didik mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Namun, dalam pembahasan
ini dapat difokuskan pada media sebagai sumber belajar bukan manusia.
Menurut Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of Education
and Communication Technology/AECT) di Amerika, membatasi media sebagai segala
bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi. Gagne
(1970) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta
21
didik yang dapat merangsangnya untuk belajar. Sementara itu, Briggs (1970) berpendapat
bahwa media adalah segala alat fisik yang menyajikan pesan serta merangsang peserta didik
untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai adalah contoh-contohnya. Menurut Asosiasi
Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) mengartikan media sebagai
bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audiovisual serta peralatannya. Dalam
pengertian teknologi pendidikan, media atau bahan sebagai sumber belajar merupakan
komponen dari sistem instruksional disamping pesan, orang, teknik latar dan peralatan.
Media atau bahan adalah perangkat lunak (software) yang berisi pesan atau informasi
pendidikan yang biasanya disajikan dengan mempergunakan peralatan.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan, dapat diambil kesimpulan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian
peserta didik sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. Media pembelajaran dapat
diartikan sebagai media yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu
pendidik dalam mengajar serta sarana pembawa pesan dari sumber belajar ke penerima pesan
belajar (peserta didik).
2) Fungsi Media Pembelajaran PKn di SD
Berikut ini merupakan beberapa fungsi dari adanya media pembelajaran PKn di SD :
A. Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran.
Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak
ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu, tetapi di lain pihak ada materi ajar yang
sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran.
B. Media pembelajaran sebagai sumber belajar.
Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan
pembelajaran untuk belajar peserta didik tersebut berasal. Sumber belajar dapat
dikelompokkan menjadi lima kaeagori, yaitu manusia, buku perpustakaan, media massa, alam
lingkungan, dan media pendidikan.
C. Macam-Macam Media dalam Pembelajaran PKn
Berikut ini merupakan berbagai macam media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran PKn, diantaranya :
Berikut ini merupakan berbagai macam media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran PKn, diantaranya :

22
a. Media Grafis.
Media grafis termasuk media visual. Media grafis berfungsi untuk menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan atau menghiasi fakta yang mungkin akan cepat
dilupakan atau diabaikan bila tidak digrafiskan. Saluran yang digunakan menyangkut indera
penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam simbol-simbol komunikasi
visual. Berikut merupakan yang termasuk ke dalam kelompok media grafis :
a) Gambar atau Foto, harus sesuai dengan tujuan pembelajaran. Selain
itu, ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar atau foto
yang baik sehingga dapat dijadikan sebagai media pembelajaran,
antara lain:
 Autentik. Gambar atau foto tersebut harus secara jujur
melukiskan situasi.
 Sederhana. Komposisi gambar hendaknya cukup jelas
menunjukkan point-point pokok dalam gambar.
 Ukuran relatif. Gambar atau foto dapat membesarkan atau
memperkecil objek atau benda sebenarnya. Apabila gambar
atau foto tersebut tentang benda atau obyek yang belum
dikenal anak, hendaknya dalam foto atau gambar tersebut
terdapat sesuatu yang telah dikenal.
b) Sketsa, yaitu gambar yang sederhana atau draft kasar yang
melukiskan bagian-bagian pokoknya tanpa detail. Sketsa selain
menarik perhatian murid, menghindari verbalisme dan dapat
memperjelas penyampaian pesan.
c) Diagram, yaitu suatu gambar sederhana yang menggunakan garis-
garis dan simbol-simbol. Diagram atau sketsa menggambarkan
struktur dari objek secara garis besar. Diagram yang baik sebagai
media pendidikan adalah :
 Benar, digambar rapi, diberi titel, label, dan penjelasan-
penjelasan yang perlu.
 Cukup besar dan ditempatkan secara strategis.
 Penyusunannya disesuaikan dengan pola membaca yang
umum, yaitu dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.

23
d) Bagan/Chart. Fungsi utamanya adalah menyajikan ide-ide atau
konsep-konsep yang sulit bila hanya disampaikan secara tertulis
atau lisan secara verbal. Pesan yang disampaikan berupa ringkasan
visual suatu proses, perkembangan atau hubungan-hubungan
penting. Sebagai media yang baik, bagan haruslah :
  Dapat dimengerti peserta didik.
 Sederhana dan lugas, tidak rumit atau berbelir-belit.
 Diganti pada waktu-waktu tertentu agar selain tetap up to
date  juga tidak kehilangan daya tarik.
e) Grafik, yaitu gambar sederhana yang menggunakan garis, titik,
simbol verbal atau bentuk tertentu yang menggambarkan data
kuantitatif. Grafik digunakan untuk menjelaskan perkembangan
atau perbandingan suatu objek yang saling berhubungan. Sebagai
media pendidikan, grafik dapat dikatakan baik apabila memenuhi
ketentuan sebagai berikut :
  Jelas untuk dilihat dan dibaca peserta didik.
 Setiap grafik sebaiknya hanya menyajikan satu ide atau
pokok masalah.
 Menggunakan warna-warna kontras dan harmonis.
 Dibuat secara ringkas dan diberikan judul.
 Sederhana, menarik, teliti dan mampu “berbicara sendiri”
(begitu peserta didik membaca, langsung mengerti
maksudnya).
f) Kartun, yaitu suatu gambar inspiratif yang menggunakan simbol-
simbol untuk menyampaikan sesuatu pesan secara tepat dan ringkas
atau sesuatu sikap terhadap orang, situasi, atau kejadian-kejadian
tertentu. Kartun biasanya hanya menangkap esensi pesan yang harus
disampaikan dan menuangkannya ke dalam gambar sederhana.
g) Poster, tidak hanya digunakan untuk menyampaikan kesan-kesan
tertentu, tetapi juga mampu mempengaruhi dan memotivasi tingkah
laku orang yang menyelidikinya.  Secara umum, poster yang baik
hendaklah :
 Sederhana.

24
 Menyajikan satu ide dan untuk mencapai satu tujuan pokok.
 Berwarna.
 Slogannya ringkas dan jitu.
 Tulisannya jelas.
 Motif dan desain bervariasi.
h) Papan Flanel, yaitu media grafis yang efektif untuk menyajikan
pesan-pesan tertentu kepada sasaran tertentu pula. Papan berlapis
kain flanel ini dapat dilipat sehingga praktis. Gambar-gambar yang
akan disajikan dapat dipasang dan dicopot dengan mudah sehingga
dapat dipakai berkali-kali.
i) Papan Buletin, papan ini tidak dilapisi kein flanel tetapi langsung
ditempeli gambar-gambar atau tulisan-tulisan. Fungsinya selain
untuk menerangkan sesuatu, juga untuk memberitahukan kejadian
dalam waktu tertentu. Papan buletin dibuat dari pesan-pesan verbal
tertulis seperti karangan (anak-anak), berita, dan sebagainya.
b. Media Audio.
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera
penglihatan. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam lambang-
lambang auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata atau bahasa lisan) maupun
non verbal. Ada beberapa jenis media  yang dapat dikelompokkan ke dalam
media audio, diantaranya :
a) Radio, media ini dapat merangsang partisipasi aktif dari pendengar.
Siaran radio sangat cocok untuk mengajarkan musik dan bahasa.
Bahkan radio juga dapat digunakan sebagai pemberi petunjuk
mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik atau peserta didik
dalam pembelajaran.
b)  Alat Perekam Pita Magnetik (tape recorder), adalah salah satu
media yang memiliki peranan yang sangat penting dalam
penyampaian keakuratan sebuah informasi. Media ini dapat
merekam audio, mengulangnya dan menghapusnya. Selain itu pita
rekaman dapat diputar berulang-ulang tanpa mempengaruhi volume,
sehingga dapat menimbulkan berbagai kegiatan diskusi atau
dramatisasi.

25
c. Media Proyeksi Diam, beberapa media yang termasuk kedalam media
proyeksi diam diantaranya adalah :
a) Film Bingkai, adalah suatu film positif baik hitam putih ataupun
berwarna yang berukuran 35 mm, dan umumnya dibingkai dengan
ukuran 2x2 inchi. Untuk melihatnya perlu ditayangkan dengan
proyektor slide.
b)  Film Rangkai, hampir sama dengan film bingkai, bedanya pada
film rangkai frame atau gambar tidak memerlukan bingkai dan
merupakan rangkaian berurutan dari sebuah film atau gambar
tertentu.
c) OHT (Over Head Transparancy) adalah media visual proyeksi,
dibuat di atas bahan transparan, biasanya film acetate atau plastik
berukuran 8,5x11 inchi. Media ini memerlukan alat khusus untuk
memproyeksikannya yang dikenal dengan sebutan Over Head
Projector (OHP).
d. Media Proyeksi Gerak dan Audio Visual, beberapa jenis media yang
termasuk dalam kelompok ini adalah:
a) Film gerak, merupakan sebuah media pembelajaran yang sangat
menarik karena mampu mengungkapkan keindahan dan fakta
bergerak dengan efek suara, gambar dan gerak, film juga dapat
diputar berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan.
b) Televisi, merupakan media menarik dan modern karena merupakan
bagian dari kebutuhan hidupnya. Televisi dapat menjadi sebuah
media pembelajaran yang menarik dalam menyampaikan pesan-
pesan pembelajaran secara audio visual dengan disertai unsur gerak.
c) Video, pesan yang disajikan dalam media video dapat berupa fakta
maupun fiktif, dapat bersifat informatif, edukatif maupun
instruksional.
d) Multimedia, adalah sembarang kombinasi yang terdiri atas teks,
seni grafik, bunyi, animasi dan video yang diterima oleh pengguna
melalui komputer. Multimedia merupakan penggabungan atau
pengintegrasian dua atau lebih format media yang berpadu seperti
teks, grafik, animasi, dan video untuk membentuk aturan informasi
ke dalam sistem komputer.
26
e) Benda, benda-benda yang ada di sekitar dapat digunakan pula
sebagai media pembelajaran, baik benda asli maupun benda tiruan
atau miniatur. Benda-benda ini dapat membantu proses
pembelajaran dengan baik terutama jika metode yang digunakan
adalah metode demonstrasi atau praktek lapangan.

5. Evaluasi dan Assessment PKn di SD


Penilaian assessment dan Penialaian/evaluation memiliki persamaan dan
perbedaan.Persmaananya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan
nilai sesuatu.Perbedaan, Penialain (assessment) digunakan dalam konteks yang lebih sempit
dan biasanya dilaksanakan secara internal contohnya seperti guru menilai hasil belajar
muridnya. Sedangkan Penilaian (evaluation) digunakan dalam konteks yang lebih luasdan
biasanya dilaksanakan secara eksternal, seperti konsultan yang disewa untuk menilai suatu
programbaik pada level terbatas maupun pada level yang luas. Dalam penilaian ada empat
unsur pokok, yaitu (1) Objek yang akan dinilai ( menentukan objek yang akan dinilai) (2)
Kriteria sebagai tolak ukur (membuat/menentukan kriteria ukuran) (3) Data tentang objek
yang dinilai (mengumpulkan data baik melalui tes maupun non-tes (4) Pertimbangan
keputusan ( membuat keputusan/judgment).
Tujuan penilaian adalah untuk memberikan : 1. Informasi tentang kemajuan hasil
belajar siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar
yang dilakukannya 2. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih
lanjut, baik terhadap masing-masing siswa maupun terhadap siswa seluruh kelas. 3. Informasi
yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa,
menetapkan tingkat kesulitan/kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remedial,
pendalaman atau pengayaan. 4. Motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi
tentang kemajuannya dan merangsangnya untuk melakukan usaha pemantapan atau
perbaikan.

27
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang


pemerintahan, kionstitusi, lembaga demokratis, HAM, dan masih banyak lagi. Yang
mempunyai tujuan untuk mempersiapkan masyarakat Indonesia menjadi rakyat yang dapat
bersikap demokratis (dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat). PKn sebagai pendidikan
hukum, juga berarti bahwa program pendidikan ini diarahkan untuk membina siswa SD
sebagai warga negara yang memiliki kesadaran hukum yang tinggi, menyadari akan hak dan
kewajibannya, dan memiliki kepatuhan terhadap hukum.

Strategi pembelajaran Pendidikan  Kewarganegaraan (PKn) yaitu suatu siasat  atau


kiat yang digunakan untuk memilih dan mengimplementasikan segala teori, pendekatan,
teknik, metode, model, media, materi dan sumber-sumber belajar dalam proses pembelajaran
pendidikan kewarganegaraan (PKn) untuk mencapai tujuan  pembelajaran pendidikan
kewarganegaraan yang telah ditetapkan.  Berbagai strategi yang ada,
diantaranya Jigsaw, Strategi Reading Guide (Membaca Buku Ajar), Information
Search (Mencari Informasi), Critical Incident (Pengalaman Penting), Seeing How It
Is (Melihat Kejadian Sebenarnya), Brainstorming (Curah Gagasan), Small Group
Discussion (Diskusi Kelompok Kecil), Point Counterpoint (Adu Argumen), Active
Debate (Debat Aktif), Role Playing (Bermain Peran), Poster Comment (Mengomentari Poster
atau Gambar), Concept Map/Maping (Peta Konsep).

Media pembelajaran dapat diartikan sebagai media yang digunakan dalam


pembelajaran, yaitu meliputi alat bantu pendidik dalam mengajar serta sarana pembawa pesan
dari sumber belajar ke penerima pesan belajar (peserta didik).

3.2 Saran

Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa dalam pembahasan masih
terdapat kekurangan baik dari substansi materi maupun contoh dari setiap materi yang
dibahas. Penulis menyarankan kepada guru maupun calon guru untuk menerapkan model
pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, dan sesuai dengan kadaan
siswa.

28
Dalam penulisan makalah ini juga masih terdapat kekurangan lain, oleh karena itu
saran dan kritik sangat penulis butuhkan dalam memperbaiki makalah berikutnya. Semoga
makalah ini bermanfaat khususnya untuk penulis dan umumnya untuk pembaca.

29
DAFTAR PUSTAKA

Solihatin, Etin. 2013. Strategi Pembelajaran PPKN. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hasjmy Maridjo, Abdul. 2009. Pendidikan Kewarganegaraan. Pontianak: TP.

Senjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan.


Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Murtadho, Moh. dkk. 2009. Pembelajaran PKn MI, Surabaya: LAPIS-PGMI.

Eko Purwana, Agung, dkk. 2009. Pembelajaran IPS MI. Surabaya: LAPIS-PGMI.

S. Sadiman, Arief. 2012. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan


Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Suryani, Nunuk. 2012. Starategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Ombak.

Eko Purwana, Agung, dkk. 2009. Pembelajaran IPS MI. Surabaya: LAPIS-PGMI.

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : PT Rineka Cipta.

30

Anda mungkin juga menyukai