Disusun oleh :
Hidayatul Khasanah (181201217)
Rizal Agung Rifandhi (181201216)
Dimas Arya (181201215)
Semester : III
Page i
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Karena atas
rahmat-Nyalah penulis akhirnya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Membangun
Generasi Muda yang Memiliki Semangat Nasionalisme Guna Mewujudkan Cita-cita
dan Tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan Pendidikan Berkarakter” ini.
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas yang diberikan untuk
menyelesaikan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada bab pertama.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis
penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang dimiliki oleh penulis. Untuk itu
kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan
makalah ini. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak-pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Dan penulis juga berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan dapat
menambah pengetahuan kita serta membangkitkan rasa Nasionalisme dan Patriotisme sebagai
warga negara Indonesia terutama generasi muda yang baik dalam menghadapi era globalisasi
saat ini. Terima kasih.
Page ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................. i
KATAPENGANTAR………………………………………………………................ ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….................. iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............………………………………......................... 1
B. Rumusan Masalah…………………………………..………................ 2
C. Tujuan Penulisan.................................................................................... 2
BAB II PERMASALAHAN
A. Nasionalisme di Kalangan Generasi Muda di
Indonesia…………………………………............................................. 3
B. Patriotisme di Indonesia……………………………………................. 4
BAB IV KESIMPULAN………………………………………………....…............. 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 15
Page
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rasa nasionalisme di kalangan generasi muda pada saat ini hanya muncul bila ada
suatu faktor pendorong, seperti kasus pengklaiman beberapa kebudayan Indonesia oleh
Malaysia beberapa waktu yang lalu. Namun seiring dengan hilangnya berita tersebut, rasa
nasionalisme para generasi muda pun kembali memudar.
Padahal, sudah jelas tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat tentang tujuan
dan cita-cita Negara Kesatuan Republik Indonesia. Yang berbunyi, “…melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan keteriban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social…”. Tapi bagaimana cara
kita untuk dapat mencapai tujuan tersebut apabila rasa nasionalisme di kalangan generasi
muda Indonesia semakin memudar?
Kondisi seperti ini sangat memprihatikan. Karena itulah, penulis termotivasi untuk
menyusun makalah ini, sebagai upaya menumbuhkan kembali wujud dari sikap Nasionalisme
dan Patrotisme dan mengapa hal ini menjadi sangat penting dalam mewujudkan Bangsa
Indonesia yang sedang mengalami krisis Nasionalisme dan Patriotisme khususnya di
kalangan remaja Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Strategi apa saja yang dapat dilakukan untuk menguatkan rasa Nasionalisme dan
Patriotisme di Era Globalisasi ?
2. Apa saja kajian teoritis Nasionalisme dan Patriotisme ?
3. Bagaimana menumbuhkan jiwa nasionalisme terhadap generasi muda melalui pendidikan
berkarakter ?
4. Apa pengaruh globalisasi terhadap nilai-nilai Indonesia ?
5. Apa manfaat sikap Patriotisme dalam Pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memberikan gambaran
mengenai pengertian nasionalisme dan patriotisme, pendidikan karakter, pengaruh globalisasi
terhadap nilai-nilai Indonesia serta bagaimana menumbuhkan jiwa nasionalisme dan
patriotisme terhadap generasi muda di era Globalisasi melalui pendidikan berkarakter.
BAB II
PERMASALAHAN
Indonesia saat ini memerlukan genre baru untuk mereinterpretasikan ide nasionalisme
yang secara fundamental telah dibangun oleh founding father seperti Soekarno. Soekarno kita
akui sebagai individu yang mampu membentuk nasionalisme Indonesia dengan membangun
satu sistem berantai melalui penyatuan kepentingan. Hal tersebut tentu sangat relevan jika
kita bandingkan dengan generasi muda saat ini. Lunturnya semangat nasionalisme dan
kepedulian generasi muda terhadap visi negara di masa yang akan datang menjadi tantangan
di era globalisasi pada jaman yang semakin maju ini. Hal ini dapat ditinjau dengan gaya
hidup westernisme yang menimbulkan sikap apatis, hedonisme, dan konsumtivme yang
tinggi yang begitu merekat dalam kehidupan keseharian para generasi muda.
Tantangan berikutnya adalah paham liberalis yang dianut oleh negara-negara barat
yang memberikan dampak terhadap kehidupan bangsa. Generasi muda meniru paham
liberalis, yang cenderung menimbulkan sifat individualis dan pragmatis, yang hanya
memikirkan dirinya sendiri tanpa memerhatikan keadaan di sekitarnya. Mereka pun juga
hanya berorientasi pada keuntungan diri sendiri dengan sikap acuh tak acuh mau itu dengan
cara yang baik atau buruk.
Mengenai masalah tersebut memang tidak mudah. Namun dengan keoptimisan dan
kesadaran akan semangat nasionalisme dan bertekad membangun bangsa, harapan akan
perubahan generasi muda masih ada. Dengan keyakinan dan tekad yang kuat sebagai modal
dasar dan berilmu sebagai pilar utama, maka tidak diragukan bahwa generasi muda masih
diunggulkan sebagai agen pengubah Indonesia ke arah yang lebih baik.
Bangsa Indonesia terkenal akan budayanya yang beraneka ragam dan memiliki
kekayaan yang melimpah ruah yang tidak dimiliki bangsa lain. Indonesia juga terkenal
dengan penduduknya yang ramah - ramah dan menerima pendapat serta perbedaan -
perbedaan di lingkungan Bangsa Indonesia. Indonesia telah mulai belajar menerima dan
memahami perbedaan sesungguhnya dengan lebih terbuka. Patriotisme konstruktif juga
membutuhkan keterlibatan politik dalam arti luas. Tidak berarti harus tergabung dalam politik
praktis, melainkan adanya aktivitas untuk mendapatkan informasi politik atau hal-hal yang
berkaitan dengan kelompoknya. Dengan lebih mengenal kelompoknya baik karakteristik
maupun permasalahannya, akan memudahkan seseorang untuk bisa lebih pedulli atau terlibat,
termasuk mengkritisi untuk menghasilkan perubahan positif.
BAB III
PEMBAHASAN
1. KAJIAN TEORITIS
a. Nasionalisme
Secara sederhana, nasionalisme dapat diartikan sebagai suatu paham yang
menganggap kesetiaan tertinggi atas setiap pribadi harus disertakan kepada Negara
kebangsaan (nation state) atau sebagai sikap mental dan tingkah laku individu maupun
masyarakat yang menunjukkan adanya loyalitas dan pengabdian yang tinggi terhadap
bangsa dan negaranya. Nasionalisme dapat difenisikan dalam dua pengertian:
1. Nasionalisme dalam arti sempit (Nasionalistis) è perasaan kebangsaan atau cinta
terhadap bangsanya yang sangat tinggi dan berlebihan serta memandang rendah
bangsa lain. Hal ini sering disamakan dengan Jingoisme dan Chauvinisme seperti
yang dianut oleh bangsa Jerman pada masa pemerintahan Adolf Hitler (1934-1945),
yaitu Deutscland Uber Alles in der Wetf (Jerman di atas segala-galanya di dunia).
2. Nasionalisme dalam arti luar è perasaan cinta atau bangga terhadap tanah air dan
bangsanya, namun tanpa memandang rendah bangsa/ Negara lainnya. Dalam
mengadakan hubungan dengan bangsa lain selalu mengutamakan persatuan dan
kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsanya, serta menempatkan bangsa lain
sederajat dengan bangsanya. Nasionalisme dalam arti luas inilah yang diapakai oleh
bangsa Indonesia dalam memaknai nasionalisme.
Beberapa suku atau ras dapat menjadi pembentuk sebuah bangsa dengan syarat ada
kehendak untuk bersatu yang diwujudkan dalam pembentukan pemerintahan yang ditaati
bersama. Kata bangsa mempunyai dua pengertian: pengertian antropologis-sosiologis dan
pengertian politis. Menurut pengertian antropologis-sosiologis, bangsa adalah suatu
masyarakat yang merupakan persekutuan-hidup yang berdiri sendiri dan masing-masing
anggota masyarakat tersebut merasa satu kesatuan suku, bahasa, agama, sejarah, dan adat
istiadat. Pengertian ini memungkinkan adanya beberapa bangsa dalam sebuah negara dan
sebaliknya satu bangsa tersebar pada lebih dari satu negara.
Dengan demikian, nasionalisme berarti menyatakan keunggulan suatu afinitas
kelompok yang didasarkan atas kesamaan bahasa, budaya, dan wilayah. Istilah nasionalis
dan nasional, yang berasal dari bahasa Latin yang berarti “lahir di”, kadangkala tumpang
tindih dengan istilah yang berasal dari bahasa Yunani, etnik. Namun istilah yang disebut
terakhir ini biasanya digunakan untuk menunjuk kepada kultur, bahasa, dan keturunan di
luar konteks politik (Riff, 1995: 193—194).
Dalam zaman modern ini, nasionalisme merujuk kepada
amalan politik dan ketentaraan yang berlandaskan nasionalisme secara etnik serta
keagamaan, seperti yang dinyatakan di bawah. Para ilmuwan politik biasanya
menumpukan penyelidikan mereka kepada nasionalisme yang ekstrem seperti nasional
sosialisme, pengasingan dan sebagainya. Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai
sebagian paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan
pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi. Kategori tersebut lazimnya
berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebahagian atau semua
elemen tersebut.
a. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya,
"kehendak rakyat"; "perwakilan politik".
b. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat. Dibangun oleh Johann Gottfried
von Herder, yang memperkenalkan konsep Volk (bahasa Jerman untuk "rakyat").
c. Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik
secara semulajadi ("organik") hasil dari bangsa atau ras; menurut
semangat romantisme.
d. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya "sifat keturunan" seperti warna
kulit, ras dan sebagainya.
e. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu
digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga
diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan.
f. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
b. Patriotisme
Patriotisme berasal dari kata Patriot, yang artinya adalah pecinta dan pembela tanah
air. Sedangkan Patriotisme maksudnya adalah semangat cinta tanah air. Pengertian
Patriotisme adalah sikap untuk selalu mencintai atau membela tanah air, seorang pejuang
sejati, pejuang bangsa yang mempunyai semangat, sikap dan perilaku cinta tanah air,
dimana ia rela mengorbankan segala-galanya termasuk jiwanya demi kemajuan,
kejayaan, dan kemakmuran tanah air. Mangunhardjana (1985:33) menyebutkan beberapa
ciri patriotisme yang sejati, yaitu:
1. Membuat kita mampu mencintai bangsa dan negara sendiri, tanpa menjadikannya
sebagai tujuan untuk dirinya sendiri melainkan menciptakannya menjadi suatu
bentuk solidaritas untuk mencapai kesejahteraan masing-masing dan bersama
seluruh warga bangsa dan 18 negara. Patriotisme sejati adalah solider secara
bertanggung jawab atas seluruh bangsa.
2. Berani melihat diri sendiri seperti apa adanya dengan segala plus-minusnya, unsur
positif negatifnya, dan menerimanya dengan lapang hati.
3. Memandang bangsa dalam perspektif historis, masa lampau masa kini, dan masa
depan. Patriotisme sejati adalah bermodalkan nilai-nilai dan budaya rohani bangsa,
berjuang dulu masa kini, menuju cita-cita yang ditetapkan.
4. Melihat, menerima, dan mengembangkan watak kepribadian bangsa sendiri.
Patriotisme sejati adalah rasa memiliki identitas diri.
5. Melihat bangsanya dalam konteks hidup dunia, mau terlibat didalamnya dan
bersedia belajar dari bangsa-bangsa lain.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Patriotisme
adalah sikap yang bersumber dari perasaan cinta pada tanah air sehingga menimbulkan
kerelaan berkorban untuk bangsa dan negaranya.
Pada intinya, cara-cara perjuangan dan kebaktiannya itu ialah secara
revolusioner, secara dinamis, secara heroik dan patriotik, dan terutama secara jujur dan
ikhlas, dengan selalu beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. ANALISIS KASUS
Faktor Eksternal
1. Cepatnya arus globalisasi yg berimbas pd moral pemuda. Mrka lebih memilih
kebudayaan negara lain, dibandingkan dgn kebudayaanya sendiri, sbg contohnya
para pemuda lbh memilih memakai pakaian minim yg mencerminkan budaya barat
dibandingkan memakai batik atau baju yg sopan yg mencerminkan budaya bangsa
Indonesia. Para pemuda kini dikuasai olh narkoba & minum2 keras, sehingga sgt
merusak martabat bangsa Indonesia
2. Paham liberalisme yg dianut olh Negara2 barat yg memberikan dampak pd
kehidupan bangsa. Anak cenderung meniru paham libelarisme, seperti sikap
individualisme yg hanya memikirkan dirinya sendiri tanpa memperhatikan keadaan
sekitar & sikap acuh tak acuh pd pemerintahan.