“PROYEKSI PENDUDUK”
Dosen Pengampu :
Dr.Dra Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni,S.E, M.S.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen mata kuliah Pengantar
Kependudukan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini.
Kami menyadari, paper yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
paper ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2.3 Apa jenis-jenis dari metode proyeksi penduduk?
1.2.4 Bagaimana data dasar dari proyeksi penduduk?
1.2.5 Bagaimana langkah-langkah dalam penyusunan proyeksi penduduk?
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kegunaan Proyeksi Penduduk
Menurut BPS (2010), berbagai perencanaan pembangunan pada tingkat
lokal maupun nasional sangat membutuhkan informasi dasar penduduk seperti
jumlah penduduk, umur, jenis kelamin, dan karakteristik lainnya. Pemerintah
tertarik pada proyeksi penduduk terutama untuk keperluan pajak atau keperluan
mengetahui besarnya kekuatan negaranya. Pada dekada akhir-akhir ini, pemerintah
memerlukan proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggung jawabnya untuk
memperbaiki kondisi sosiol ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan yang
terencana.
1. Di bidang pangan
Dalam bidang pangan proyeksi penduduk dapat menentukan kebutuhan
akan bahan pangan sesuai dengan gizi serta susunan penduduk menurut
umur.
2. Di bidang kesehatan
Dalam bidang medis, proyeksi penduduk menentukan jumlah medis,
dokter, obatobatan tempat tidur di rumah sakit-rumah sakit yang
diperlukan selama periode proyeksi.
3. Di bidang tenaga kerja
3
Dalam bidang tenaga kerja proyeksi penduduk dapat menentukan jumlah
angkatan kerja, penyediaan lapangan kerja yang erat hubunganya dengan
proyeksi tentang kemungkinan perencanaan untuk memperhitungkan
perubahan tingkat pendidikan, skilled dan pengalaman dari tenaga kerja.
4. Di bidang pendidikan
Dalam bidang pendidikan proyeksi penduduk dipakai sebagai dasar untuk
memperkirakan jumlah penduduk usia sekolah, jumlah murid, jumlah guru
gedung-gedung sekolah, pendidikan pada masa yang akan datang.
5. Di bidang produksi barang dan jasa
Dalam bidang produksi barang dan jasa, Dengan proyeksi angkatan kerja
dalam hubunganya dengan data mengenai produktivitas merupakan dasar
estimasi produksi barang-barang dan jasa dimasa mendatang
𝐏𝐧(𝐏𝐧 − 𝐏𝟎
4
𝐦
𝐏 𝐦 = 𝐏𝟎 +
𝐧
atau
𝐦
𝐏𝐦 = 𝐏𝟎 + (𝐏𝐧 − 𝐏𝟎)
𝐧
Dimana:
(𝐧 + 𝐦)
𝐏𝐦 = 𝐏𝟎 + { } (𝐏𝐧 − 𝐏𝟎)
𝐧
atau
𝐦
𝐏𝐦 = 𝐏𝐧 + ( )(𝐏𝐧 − 𝐏𝟎)
𝐧
Keterangan:
6
Arithmetic Rrate of Growth adalah perhitungan jumlah penduduk
dengan metode aritmatik yang menganggap bahwa pertumbuhan penduduk
setiap tahun adalah sama. Perkiraan penduduk masa depan dengan metode
aritmatik mengasumsikan bahwa jumlah penduduk pada masa depan akan
bertambah dengan jumlah yang sama setiap tahun. Metode Aritmatik
menggunakan persamaan derajat pertama (First Degree Equation).
Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari
waktu, dengan persamaan :
Pn = P0 (1 + rn)
Keterangan :
7
Perhitungan jumlah penduduk dengan metode eksponensial ini
menganggap bahwa terjadi pertumbuhan penduduk konstan dan kontinu
setiap hari. Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Pn = P0 . ern
Keterangan :
Jawaban :
Diketahui, P0 = 50.000
r = 2% = 0,02
n=5
Pn = P0 (1 + rn)
Pn = 50.000 (1 + 0,02 . 5)
Pn = 50.000 (1 + 0,1)
Pn = 50.000 (1,1) = 55.000
Pn = P0 (1 + r)n
Pn = 50.000 (1 + 0,02)5
8
Pn = 50.000 (1,02)5
Pn = 50.000 (1,1) = 55.000
Pn = P0 . ern
Pn = 50.000 (2,7182818)0,02 . 5
Pn = 50.000 (2,7182818)0,1
Pn = 50.000 . 1,1 = 55.000
Jadi, jumlah penduduk wilayah A setelah 5 tahun kemudian adalah 55.000
jiwa.
2. Metode Komponen (Component Method)
Metode Komponen berbasis pada pengertian bahwa perubahan penduduk
suatu wilayah pada periode tertentu merupakan akumulasi dari kejadian
kelahiran dan kematian (Natural Increase) serta net migrasi.
Pn = P0 + (L – M) + (MigIn – MigOut)
Keterangan :
L = jumlah kelahiran
M = jumlah kematian
Bila proyeksi penduduk dihitung untuk jangka waktu yang pendek (kurang
dari lima tahun) baik dengan metode matematik ataupun metode komponen akan
didapati hasil jumlah penduduk yang hampir tidak ada perbedaan. Untuk jangka
waktu pendek hasil proyeksi penduduk dengan metode matematik relatif masih
cukup baik, karena kelahiran, kematian dan perpindahan tidak berubah secara
signifikan. Namun bila memproyeksikan penduduk dalam jangka lebih panjang
hasil metode matematik akan semakin bias seiring dengan panjangnya periode
9
proyeksi, karena pada periode yang panjang kelahiran, kematian dan perpindahan
telah banyak berubah baik pola maupun tingkatnya. Dengan demikian proyeksi
penduduk dengan metode komponen yang mempertimbangkan determinan
(komponen) yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk (kelahiran, kematian,
perpindahan) menghasilkan perkiraan yang relatif lebih baik, khususnya untuk
periode waktu yang panjang.
1. Distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang telah dilakukan
perapihan (smoothing)
2. Pola mortalitas
3. Pola fertilitas menurut umur
4. Rasio jenis kelamin saat lahir
5. Proporsi migrasi menurut umur
10
2.4 Data Dasar Proyeksi Penduduk
Data dasar yang diperlukan untuk pembuatan proyeksi penduduk adalah
sebagai berikut :
1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai data
dasar pembuatan proyeksi penduduk.
2. Besar dan perkembangan angka kelahiran, kematian, dan migrasi
penduduk.
3. Tabel kematian yang sesuai dengan perkembangan komponen demografi
pada periode proyeksi tersebut.
Berikut penjelasan mengenai data dasar yang digunakan untuk membuat
proyeksi penduduk.
11
Data mortalitas yang dibutuhkan untuk proyeksi penduduk adalah angka
kematian bayi (AKB) dan angka harapan hidup saat lahir (AHH), baik
untuk laki – laki maupun perempuan. Kedua angka ini digunakan untuk
mendapatkan rasio kelangsungan hidup (survival ratio) untuk setiap
kelompok umur sehingga dapat diketahui jumlah orang yang bertahan
hidup pada periode lima tahun berikutnya.
4. Data Dasar Migrasi
Data dasar migrasi yang dibutuhkan dalam proyeksi penduduk adalah
angka migrasi bersih menurut umur (Age Spesific Net Migration Rate -
ASNMR). ASNMR memberikan informasi tentang pola migrasi menurut
umur pada masa lalu. Untuk keperluan dalam proyeksi ini data imigran
yang dipakai adalah migran risen yaitu migran yang dihitung berdasarkan
tempat tinggal sekarang. Unit migrasi yang dipakai adalah pindah antar
provinsi, sehingga pindah antar kabupaten tetapi masih dalam satu
provinsi dikategorikan bukan migran.
12
ditentukan oleh kecenderungan yang terjadi di masa lalu dengan memperhatikan
berbagai faktor yang mempengaruhi ketiga komponen itu. Namun begitu, informasi
ini belum cukup, karena harus dilengkapi dengan kecenderungan yang mungkin
terjadi di masa yang akan datang akibat pelaksanaan kebijakan pembangunan sektor
yang terkait dengan masalah kependudukan. Hal ini diwakili oleh pandangan dan
kesepakatan para pakar, para penyusun kebijakan dan para pengambil keputusan.
Selain itu penentuan asumsi fertilitas dan mortalitas juga mempertimbangkan angka
target MDGs. Masukan tersebut di atas menjadi pegangan tim teknis BPS dalam
menentukan asumsi proyeksi.
1. Asumsi Fertilitas
Penentuan asumsi fertilitas mengikuti pola angka kelahiran total (TFR)
masa lampau. TFR Indonesia secara nyata terus mengalami penurunan, sehingga
diproyeksikan akan mencapai Net Reproduction Rate (NRR) = 1 atau setara TFR =
2,1 pada tahun 2015.
Suatu wilayah mencapai NRR = 1, atau mencapai tingkat replacement level,
yaitu saat dimana satu ibu diganti secara tepat oleh satu bayi perempuan. Pada saat
itu bukan berarti laju pertumbuhan penduduk sama dengan nol, atau penduduk
tanpa pertumbuhan, tetapi penduduk akan tetap bertambah dengan laju
pertumbuhan yang relatif stabil. Angka perkiraan TFR diperoleh dengan
menggunakan rumus fungsi logistik:
𝐤
𝒀= 𝐋+
𝟏 + 𝒃𝒆𝐚𝐭
Dimana :
Y = perkiraan TFR
13
L = perkiraan asymtot bawah TFR pada saat NRR=1
e = konstanta eksponensial
2. Asumsi Mortalitas
Sebagaimana pola TFR, pola Angka Kematian Bayi (IMR) Indonesia juga
terus menurun dari tahun ketahun. Penentuan asumsi angka kematian disesuaikan
dengan Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs),
dengan menggunakan rumus fungsi logistik.
14
𝐤
𝒀= 𝐋+
𝟏 + 𝒃𝒆𝐚𝐭
Dimana :
Y = perkiraan IMR
e = konstanta eksponensial
3. Asumsi Migrasi
15
ASNMRi = Ini – Outi / (5 x Pi mid 95-00) x 1000
dimana :
dimana :
L
ASNMR 0-4 = ASNMR untuk penduduk laki-laki umur 0-4 tahun
1. Langkah Pertama
Dari data dasar penduduk perempuan menurut umur di Propinsi Jawa
Tengah, masing-masing dikalikan dengan Survival Ratio (SR), lalu didapat
16
jumlah penduduk perempuan pada tahun 1995 tetapi pada kelas yang lebih
tinggi. Sebagai contoh penduduk perempuan kelompok umur (0 – 4) tahun
sebesar 1.572.492 orang dikalikan dergan Survival Ratio yang besarnya
0,97441 menghasilkan penduduk kelompok umur (5 – 9) tahun 1995 yang
besarnya 1.532.252. (Tabel 2.6.1).
Perlu dijelaskan bahwa proyeksi penduduk perempuan kelompok umur (0 –
4) tahun pada tahun 1995 belum dapat dikerjakan karena harus dihitung lebih
dahulu jumlah kelahiran bayi perempuan tahun 1990/1995.
Sebenarnya ada baiknya terlebih dahulu membuat proyeksi penduduk
perempuan menurut kelompok umur karena akan didapat proyeksi penduduk
perempuan usia reproduksi. Data ini akan dipergunakan untuk mencari proyeksi
angka kelahiran.
Dalam kasus ini diasumsikan bahwa tidak ada migrasi masuk dan migrasi
keluar dan kalau ada, jumlahnya hanya sedikit dan secara statistik tidak penting
(significance), tingkat kelahiran dan tingkat kematian turun dengan moderat
setelah tahun 1990.
17
2. Langkah Kedua
Untuk mendapatkan angka jumlah kelahiran pada masa-masa mendatang,
maka angka ASBR, yang sudah dipersiapkan dikalikan dengan proyeksi jumlah
penduduk perempuan menurut kelompok umur pada usia reproduksi.
Digunakannya angka ASBRi yang sama untuk seluruh proyeksi penduduk
dengan asumsi bahwa sifat kelahiran dan kematian stabil pada periode waktu-
waktu tertentu (dalam kasus Provinsi Jawa Tengah periode 1990-2005).
Perhitungan proyeksi kelahiran pada periode proyeksi dapat dilihat dalam Tabel
2.6.2 berikut:
Tabel 2.6.2 Proyeksi Jumlah Kelahiran di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun
1990 dan 1995
3. Langkah ketiga
Dalam Tabel 2.6.2 telah dihitung jumlah kelahiran total tahun 1990 sebesar
647634 kelahiran dan pada tahun 1995 diproyeksikan sebesar 735739 kelahiran.
Pada periode tahun 1990-1995 jumlah kelahiran total (L + P) sebesar :
4. Langkah keempat
Setelah memproyeksikan jumlah kelahiran total (lk + pr), pada periode 1990
-1995 perlu dihitung jumlah kelahiran bayi perempuan saja. Untuk itu perlu
diperhatikan rasio jenis kelamin kelahiran, yang besarnya 107. Jadi jumlah
18
kelahiran bayi perempuan pada periode 1990-1995 sebesar:
100
x 3.458.433 kelahiran = 1.670.741 kelahiran bayi perempuan
207
Letakkan angka ini pada kolom 2 (Tabel 2.6.1) pada kelahiran (umur 0
tahun). Kerjakam hal yang sama untuk kelahiran bayi perempuan periode 1995-
2000 dan 2000-2005 tahun.
5. Langkah kelima
Angka kelahiran pada kolom 2 (Tabel 2.6.1) lalu dikalikan dengan Survival
Ratio di kolom 3 yang besarnya 0,91708 didapatkan proyeksi penduduk
perempuan umur 0-4 tahun sebesar 1.532.203 orang tahun 1995.
6. Langkah keenam
Proyeksi penduduk pada kelompok terakhir (75+) digunakan rumus:
(P70-74) x (SR70-74) + (P75+) x (SR75+)
19
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
20
DAFTAR PUSTAKA
Bagoes Mantra, Ida. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar
21