Anda di halaman 1dari 24

PENGANTAR KEPENDUDUKAN

(EKI 301 B2)

“PROYEKSI PENDUDUK”

Dosen Pengampu :
Dr.Dra Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni,S.E, M.S.

Disusun oleh Kelompok 12 :

Ni Wayan Ita Noviani 2007511257


Nyoman Aprilianita Harta Dewi 2007511241
I Dewa Agung Wirayuda 2007511240
Kristian Adiputra Jelamu 2007511249
Uly Artha 2007511040

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN 2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas paper yang
berjudul “Proyeksi Penduduk” ini secara baik dan tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari paper ini adalah untuk memenuhi tugas dari
Ibu dosen Dr.Dra Anak Agung Istri Ngurah Marhaeni,S.E, M.S. pada mata
kuliahPengantar Kependudukan. Selain itu, paper ini juga bertujuan
untukmenambah wawasan tentang Proyeksi Penduduk bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen mata kuliah Pengantar
Kependudukan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan paper ini.
Kami menyadari, paper yang kami tulis masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
paper ini.

Denpasar, 7 November 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................1

1.1 Latar Belakang ..........................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah .....................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................3

2.1 Kegunaan Proyeksi Penduduk ...................................................................3


2.2 Jenis Perkiraan Penduduk ..........................................................................4
2.3 Beberapa Metode Proyeksi Penduduk .......................................................6
2.4 Data Dasar Proyeksi Penduduk ...............................................................11
2.5 Asumsi-Asumsi Dalam Proyeksi Penduduk ............................................12
2.6 Langkah-Langkah Penyusunan Proyeksi Penduduk ...............................16
BAB III PENUTUP .........................................................................................20

3.1 Kesimpulan ..............................................................................................20


DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semua perencanaan pembangunan sangat membutuhkan data pen- duduk


tidak saja pada saat merencanakan pembangunan tetapi juga pada masa-masa
mendatang yang disebut dengan proyeksi penduduk. Proyeksi penduduk bukan
merupakan ramalan jumlah penduduk untuk masa mendatang, tetapi suatu
perhitungan ilmiah yang didasarkan asumsi dari komponen-komponen laju
pertumbuhan penduduk yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi penduduk. Ketiga
komponen inilah yang menentukan besarnya jumlah penduduk dan struktur
penduduk di masa yang akan datang.

Ketajaman proyeksi penduduk sangat tergantung pada ketajaman asumsi


tren komponen pertumbuhan penduduk yang dibuat. Menurut BPS (1998), untuk
menentukan asumsi tingkat kelahiran, kematian, dan perpindahan di masa yang
akan datang diperlukan data yang meng- gambarkan tren di masa lampau hingga
saat ini, faktor-faktor vane mempengaruhi masing-masing komponen, dan
hubungan antara satu komponen dengan yang lain serta target yang akan dicapai
atau diha- rapkan pada masa yang akan datang.

Pemerintah memerlukan hasil proyeksi penduduk untuk merencanakan


pembangunan manusia, khususnya perencanaan dan pengembangan program-
program pendidikan. Dalam hal ini di mana hasil proyeksi penduduk dipakai
sebagai dasar perhitungan, antara lain jumlah penduduk usia sekolah pada jenjang
pendidikan tertentu, jumlah guru yang dibutuhkan dan harus dipersiapkan, serta
jumlah gedung sekolah dan peralatannya. Dalam bidang kesehatan, hasil proyeksi
penduduk dipakai untuk mendapatkan perkiraan jumlah penduduk menurut umur
yang harus disediakan pelayanan kesehatan dasar, serta kebutuhan untuk
penyediaan tenaga kesehatan termasuk dokter, bidan, obat-obatan dan peralatan
yang diperlukan, serta jumlah tempat tidur di puskesmas atau rumah sakit.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa kegunaan dari proyeksi penduduk?
1.2.2 Apa jenis-jenis dari perkiraan penduduk?

1
1.2.3 Apa jenis-jenis dari metode proyeksi penduduk?
1.2.4 Bagaimana data dasar dari proyeksi penduduk?
1.2.5 Bagaimana langkah-langkah dalam penyusunan proyeksi penduduk?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui dan memahami mengenai kegunaan, jenis metode
dari proyeksi penduduk.
1.3.2 Untuk mengetahui dan memahami mengenai jenis-jenis dari proyeksi
penduduk
1.3.3 Untuk mengetahui dan memahami mengenai data dasar dan langkah-
langkah dalam penyusunan proyeksi penduduk.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kegunaan Proyeksi Penduduk
Menurut BPS (2010), berbagai perencanaan pembangunan pada tingkat
lokal maupun nasional sangat membutuhkan informasi dasar penduduk seperti
jumlah penduduk, umur, jenis kelamin, dan karakteristik lainnya. Pemerintah
tertarik pada proyeksi penduduk terutama untuk keperluan pajak atau keperluan
mengetahui besarnya kekuatan negaranya. Pada dekada akhir-akhir ini, pemerintah
memerlukan proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggung jawabnya untuk
memperbaiki kondisi sosiol ekonomi dari rakyatnya melalui pembangunan yang
terencana.

Dengan demikian proyeksi penduduk sangat bermanfaat dan merupakan


kunci aktivitas perencanaan pembangunan, karena selain dapat dijadikan pijakan
dalam menentukan arah dan dasar pengambilan keputusan rencana dimasa yang
akan datang, juga dapat digunakan sebagai evaluasi pencapaian kegiatan
pembangunan baik pada jangka pendek, jangka menengah juga jangka panjang.
Mengingat semua rencana - rencana pembangunan, baik ekonomi maupun sosial,
menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta karekteristik dari pada penduduk
dimasa mendatang, proyeksi mengenai jumlah serta struktur penduduk dianggap
sebagai persyaratan minimum untuk proses perencanaan pembangunan, sebagai
berikut :

1. Di bidang pangan
Dalam bidang pangan proyeksi penduduk dapat menentukan kebutuhan
akan bahan pangan sesuai dengan gizi serta susunan penduduk menurut
umur.
2. Di bidang kesehatan
Dalam bidang medis, proyeksi penduduk menentukan jumlah medis,
dokter, obatobatan tempat tidur di rumah sakit-rumah sakit yang
diperlukan selama periode proyeksi.
3. Di bidang tenaga kerja

3
Dalam bidang tenaga kerja proyeksi penduduk dapat menentukan jumlah
angkatan kerja, penyediaan lapangan kerja yang erat hubunganya dengan
proyeksi tentang kemungkinan perencanaan untuk memperhitungkan
perubahan tingkat pendidikan, skilled dan pengalaman dari tenaga kerja.
4. Di bidang pendidikan
Dalam bidang pendidikan proyeksi penduduk dipakai sebagai dasar untuk
memperkirakan jumlah penduduk usia sekolah, jumlah murid, jumlah guru
gedung-gedung sekolah, pendidikan pada masa yang akan datang.
5. Di bidang produksi barang dan jasa
Dalam bidang produksi barang dan jasa, Dengan proyeksi angkatan kerja
dalam hubunganya dengan data mengenai produktivitas merupakan dasar
estimasi produksi barang-barang dan jasa dimasa mendatang

Perencanaan apapun dapat dibuat seperti: pemenuhan kebutuhan air


bersih, penyediaan infrastruktur di bidang pendidikan, kesehatan, dan kebijakan
lingkungan yang seluruhnya membutuhan data proyeksi penduduk. Proyeksi
penduduk juga menyediakan data dasar untuk memperkirakan masuknya kelompok
umur muda kedalam angkatan kerja dan keluarnya umur tua akibat kematian,
ketidakmampuan, dan pensiun.

2.2 Jenis Perkiraan Penduduk


Jenis perkiraan penduduk dibagi menjadi 3, yaitu Perkiraan antarsensus,
perkiraan pascasensus dan Proyeksi perkiraan pendudukan berdasarkan sensus.

1. Perkiraan Antarsensus (Intercensal Estimate)

Perkiraan antar sensus (Intercensal Estimate) disebut pula interpolasi


adalah suatu perkiraan mengenai keadaan penduduk antara dua sensus penduduk
(SP). Jadi, perkiraan dibuat berdasarkan hasil dua sensus penduduk yang
berurutan. Dalam hal ini, pertumbuhann penduduk dianggap linier, yang berarti
setiap tahun penduduk akan bertambah dengan jumlah yang sama, dengan rumus
sebagai berikut :

𝐏𝐧(𝐏𝐧 − 𝐏𝟎

4
𝐦
𝐏 𝐦 = 𝐏𝟎 +
𝐧
atau
𝐦
𝐏𝐦 = 𝐏𝟎 + (𝐏𝐧 − 𝐏𝟎)
𝐧

Dimana:

P0 = jumlah penduduk pada tahun awal (penduduk dasar)

Pn = jumlah penduduk pada tahun n

Pm = jumlah penduduk pada tahun yang di estimasikan (tahun m)

m = selisih tahun yang dicari dengan tahun awal

n = selisih tahun dari dua sensus yang diketahui

2. Perkiraan Pasca sensus (Postcensal estimate)

Perkiraan pasca sensus adalah perkiraan mengenai penduduk sesudah


sensus. Prinsipnya juga sama dengan perkiraan antar sensus, yaitu pertambahan
penduduk adalah linear. Berikut ini adalah rumus perkiraan pasca sensus :

(𝐧 + 𝐦)
𝐏𝐦 = 𝐏𝟎 + { } (𝐏𝐧 − 𝐏𝟎)
𝐧
atau
𝐦
𝐏𝐦 = 𝐏𝐧 + ( )(𝐏𝐧 − 𝐏𝟎)
𝐧

Keterangan:

P0 = jumlah penduduk pada tahun awal (penduduk dasar)

Pn = jumlah penduduk pada tahun n

Pm = jumlah penduduk pada tahun yang di estimasikan (tahun m)

m = selisih tahun yang dicari dengan tahun awal

n = selisih tahun dari dua sensus yang diketahui

3. Proyeksi perkiraan pendudukan berdasarkan sensus (biasanya sensus


terakhir).
5
Disini perkirakan penduduk tidak hanya beberapa tahun sesudah sensus
tetapi mungkin sampai beberapa puluh tahun sesudah sensus. Proyeksi penduduk
menurut Multilingual Demographic Dictionary adalah perhitungan yang
menunjukan keadaan fertilitas, mortalitas dan migrasi dimasa yang akan datang.
Jadi proyeksi pendudukan menggunakan beberapa asumsi – asumsi sehungga
jumlah penduduk yang akan datang adalah x kalau fertilitas, mortalitas dan
migrasi berapa pada tingkat tertentu. Proyeksi dapat dilakukan:

a) Sesudah sensus disebut forward projection


b) Sebelum sensus disebut backward projection

Selanjutnya perlu dibedakan antara proyeksi, forecast dan estimate.

a) Proyeksi adalah perhitungan yang menunjukan keadaan fertilitas, mortalitas


dan migrasi dimasa yang akan datang.
b) Forecast adalah suatu proyeksi dimana asumsi yang dibuat diusahakan
sedemikian rupa sehingga menghasilkan suatu gambaran yang realistis
mengenai kemungkinan perkembangan pendudukan dimasa mendatang.
c) Estimate adalah suatu perkiraan berdasarkan ketentuan dan rumus-rumus
sederhana.

2.3 Beberapa Metode Proyeksi Penduduk


Metode Proyeksi Penduduk dibagi menjadi 2, yaitu Metode Matematik
dan Metode Komponen.

1. Metode Matematik (Mathematical Method)


Matematical Method digunakan apabila kita tidak mengetahui data tentang
komponen pertumbuhan penduduk, sehingga yang digunakan sebagai data dasar
membuat proyeksi penduduk hanyalah penduduk keseluruhan. Dalam
Mathematical Method kita dapat menggunakan perumusan matematika yang
paling sederhana yaitu linear dengan metode Aritmatik, metode Geometrik, dan
non linear yaitu metode eksponensial.
a. Metode Aritmatik (Arithmetic Rate of Growth)

6
Arithmetic Rrate of Growth adalah perhitungan jumlah penduduk
dengan metode aritmatik yang menganggap bahwa pertumbuhan penduduk
setiap tahun adalah sama. Perkiraan penduduk masa depan dengan metode
aritmatik mengasumsikan bahwa jumlah penduduk pada masa depan akan
bertambah dengan jumlah yang sama setiap tahun. Metode Aritmatik
menggunakan persamaan derajat pertama (First Degree Equation).
Berdasarkan hal tersebut, penduduk diproyeksikan sebagai fungsi dari
waktu, dengan persamaan :
Pn = P0 (1 + rn)
Keterangan :

Pn = jumlah penduduk pada tahun n

Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

r = angka pertumbuhan penduduk

n = periode waktu dalam tahun

b. Metode Geometrik (Geometric Rate of Growth)


Perkiraan penduduk secara geometrik adalah perkiraan penduduk yang
menggunakan dasar perhitungan bunga – berbunga. Jadi pertumbuhan
penduduk di mana angka pertumbuhan adalah sama untuk setiap tahun.
Metode geometrik dalam proyeksi penduduk dapat dihitung dengan
menggunakan rumus :
Pn = P0 (1 + r)n
Keterangan :

Pn = jumlah penduduk pada tahun n

Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

r = angka pertumbuhan penduduk

n = periode waktu dalam tahun

c. Metode Eksponensial (Exponential Rate of Growth)

7
Perhitungan jumlah penduduk dengan metode eksponensial ini
menganggap bahwa terjadi pertumbuhan penduduk konstan dan kontinu
setiap hari. Metode eksponensial dalam proyeksi penduduk dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Pn = P0 . ern
Keterangan :

Pn = jumlah penduduk pada tahun n

Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

r = angka pertumbuhan penduduk

n = periode waktu dalam tahun

e = Bilangan eksponensial : 2,7182818

Sebagai contoh dari ketiga metode matematik di atas, yaitu misalkan


wilayah A berpenduduk 50.000 jiwa pada awal tahun 2020 dan
pertumbuhan penduduknya 2% per tahun. Hitunglah jumlah penduduk
wilayah A setelah 5 tahun kemudian.

Jawaban :

Diketahui, P0 = 50.000

r = 2% = 0,02

n=5

Apabila menggunakan rumus Aritmatika :

Pn = P0 (1 + rn)
Pn = 50.000 (1 + 0,02 . 5)
Pn = 50.000 (1 + 0,1)
Pn = 50.000 (1,1) = 55.000

Apabila menggunakan rumus Geometrik :

Pn = P0 (1 + r)n
Pn = 50.000 (1 + 0,02)5

8
Pn = 50.000 (1,02)5
Pn = 50.000 (1,1) = 55.000

Apabila menggunakan rumus Eksponensial :

Pn = P0 . ern
Pn = 50.000 (2,7182818)0,02 . 5
Pn = 50.000 (2,7182818)0,1
Pn = 50.000 . 1,1 = 55.000
Jadi, jumlah penduduk wilayah A setelah 5 tahun kemudian adalah 55.000
jiwa.
2. Metode Komponen (Component Method)
Metode Komponen berbasis pada pengertian bahwa perubahan penduduk
suatu wilayah pada periode tertentu merupakan akumulasi dari kejadian
kelahiran dan kematian (Natural Increase) serta net migrasi.

Pn = P0 + (L – M) + (MigIn – MigOut)

Keterangan :

Pn = jumlah penduduk pada tahun n

Po = jumlah penduduk pada tahun awal (dasar)

L = jumlah kelahiran

M = jumlah kematian

MigIn = jumlah migrasi masuk

MigOut = jumlah migrasi keluar

Bila proyeksi penduduk dihitung untuk jangka waktu yang pendek (kurang
dari lima tahun) baik dengan metode matematik ataupun metode komponen akan
didapati hasil jumlah penduduk yang hampir tidak ada perbedaan. Untuk jangka
waktu pendek hasil proyeksi penduduk dengan metode matematik relatif masih
cukup baik, karena kelahiran, kematian dan perpindahan tidak berubah secara
signifikan. Namun bila memproyeksikan penduduk dalam jangka lebih panjang
hasil metode matematik akan semakin bias seiring dengan panjangnya periode

9
proyeksi, karena pada periode yang panjang kelahiran, kematian dan perpindahan
telah banyak berubah baik pola maupun tingkatnya. Dengan demikian proyeksi
penduduk dengan metode komponen yang mempertimbangkan determinan
(komponen) yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk (kelahiran, kematian,
perpindahan) menghasilkan perkiraan yang relatif lebih baik, khususnya untuk
periode waktu yang panjang.

Menurut Adioetomo dan Samosir (2010), proyeksi penduduk dengan


metode komponen dapat dilakukan dengan menggunakan dua teknik, yaitu
demografi uni regional dan demografi multi regional. Metode demografi uni
regional menggunakan angka migrasi bersih total tanpa memperhatikan kemana
arus migrasi keluar dan darimana arus migrasi masuk di suatu daerah. Sementara
metode demografi multi regional memperlakukan migrasi masuk ke suatu daerah
sebagai migrasi keluar dari daerah asal tertentu dan migrasi keluar dari suatu daerah
sebagai migrasi masuk di daerah tertentu.

Metode komponen yang dilakukan disini menggunakan metode demografi


uni regional dan merupakan metode yang banyak digunakan dalam
memproyeksikan jumlah penduduk. Metode ini memungkinkan penggunaan
informasi statistik dari komponen perubahan penduduk dan memungkinkan
melakukan proyeksi menurut umur dan jenis kelamin dengan memperhitungkan
tingkat kelahiran, kematian, dan perpindahan pada setiap kohor sehingga populasi
setiap kohor dimasa depan dapat diperkirakan. Data dasar yang dibutuhkan sebagai
berikut:

1. Distribusi penduduk menurut umur dan jenis kelamin yang telah dilakukan
perapihan (smoothing)
2. Pola mortalitas
3. Pola fertilitas menurut umur
4. Rasio jenis kelamin saat lahir
5. Proporsi migrasi menurut umur

10
2.4 Data Dasar Proyeksi Penduduk
Data dasar yang diperlukan untuk pembuatan proyeksi penduduk adalah
sebagai berikut :

1. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai data
dasar pembuatan proyeksi penduduk.
2. Besar dan perkembangan angka kelahiran, kematian, dan migrasi
penduduk.
3. Tabel kematian yang sesuai dengan perkembangan komponen demografi
pada periode proyeksi tersebut.
Berikut penjelasan mengenai data dasar yang digunakan untuk membuat
proyeksi penduduk.

1. Data Dasar penduduk


Data dasar penduduk berupa jumlah penduduk menurut kelompok umur
dan jenis kelamin sebagai basis untuk membuat proyeksi penduduk. Oleh
karena itu, untuk keperluan proyeksi ini data dasar yang mengandung
beberapa kesalahan perlu dievaluasi secara cermat, kemudian dilakukan
perapihan (adjustment) dengan tujuan untuk menghapus atau memperkecil
berbagai kesalahan yang ditemukan. Sebagai contoh, proyeksi penduduk
untuk periode 2000 – 2005 akan dilakukan dengan menggunakan data
dasar jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin dari
hasil Sensus Penduduk (SP) 2000.
2. Data Dasar Fertilitas
Data dasar fertilitas yang dibutuhkan dalam membuat proyeksi penduduk
adalah angka fertilitas total (TFR) dan angka kelahiran menurut umur
(ASFR). Kedua angka ini digunakan untuk memperkirakan jumlah
kelahiran yang akan menjadi jumlah penduduk usia 0 – 4 tahun pada
periode proyeksi. Misalnya, ASFR dan TFR pada periode 1980 – 2000
digunakan untuk memproyeksi ASFR dan TFR pada periode 2000 – 2005.
Dalam hal ini diasumsikan tentang kecenderungan fertilitas pada periode
2000 – 2005 dan hasil proyeksinya digunakan untuk menghitung jumlah
penduduk usia 0 – 4 tahun pada tahun 2005.
3. Data Dasar Mortalitas

11
Data mortalitas yang dibutuhkan untuk proyeksi penduduk adalah angka
kematian bayi (AKB) dan angka harapan hidup saat lahir (AHH), baik
untuk laki – laki maupun perempuan. Kedua angka ini digunakan untuk
mendapatkan rasio kelangsungan hidup (survival ratio) untuk setiap
kelompok umur sehingga dapat diketahui jumlah orang yang bertahan
hidup pada periode lima tahun berikutnya.
4. Data Dasar Migrasi
Data dasar migrasi yang dibutuhkan dalam proyeksi penduduk adalah
angka migrasi bersih menurut umur (Age Spesific Net Migration Rate -
ASNMR). ASNMR memberikan informasi tentang pola migrasi menurut
umur pada masa lalu. Untuk keperluan dalam proyeksi ini data imigran
yang dipakai adalah migran risen yaitu migran yang dihitung berdasarkan
tempat tinggal sekarang. Unit migrasi yang dipakai adalah pindah antar
provinsi, sehingga pindah antar kabupaten tetapi masih dalam satu
provinsi dikategorikan bukan migran.

2.5 Asumsi - Asumsi Dalam Proyeksi Penduduk


Data-data yang diperlukan untuk menyusun proyeksi penduduk adalah data
dasar penduduk menurut jenis kelamin dan kelompok umur hasil sensus, tingkat
fertilitas, tingkat mortalitas dan angka migrasi. Data fertilitas dan mortalitas yang
digunakan dalam menyusun proyeksi penduduk adalah fertilitas dan mortalitas
masa lampau, masa kini (berdasarkan hasil SP, SDKI atau survei-survei
kependudukan lainnya termasuk hasil registrasi kependudukan dari kantor catatan
sipil) serta data masa akan datang yang ditargetkan. Data masa lampau sudah
tersedia berdasarkan sensus atau survei yang telah dilakukan, data sekarang dapat
diperoleh dari penghitungan berdasarkan sensus sekarang (dengan menggunakan
salah satu metode). Sementara untuk memperoleh data fertilitas dan mortalitas dan
migrasi yang ditargetkan diperoleh dengan menentukan asumsi.

Menentukan asumsi merupakan kunci penghitungan proyeksi penduduk.


Biasanya asumsi mengenai kecenderungan tiga komponen laju pertumbuhan
penduduk yaitu, tingkat kelahiran, kematian, serta perpindahan penduduk

12
ditentukan oleh kecenderungan yang terjadi di masa lalu dengan memperhatikan
berbagai faktor yang mempengaruhi ketiga komponen itu. Namun begitu, informasi
ini belum cukup, karena harus dilengkapi dengan kecenderungan yang mungkin
terjadi di masa yang akan datang akibat pelaksanaan kebijakan pembangunan sektor
yang terkait dengan masalah kependudukan. Hal ini diwakili oleh pandangan dan
kesepakatan para pakar, para penyusun kebijakan dan para pengambil keputusan.
Selain itu penentuan asumsi fertilitas dan mortalitas juga mempertimbangkan angka
target MDGs. Masukan tersebut di atas menjadi pegangan tim teknis BPS dalam
menentukan asumsi proyeksi.

Setelah mendapatkan masukan dari para pakar, mempertimbangkan target


MDGs dan melihat tren fertilitas dan mortalitas, maka perlu dibuat fitting curve
untuk menentukan target dimasa mendatang baik tingkat provinsi maupun nasional.
Sebagai contoh penentuan asumsi untuk penghitungan proyeksi penduduk tahun
2000-2015 berdasarkan SP2000 untuk Provinsi DI Yogyakarta adalah sebagai
berikut:

1. Asumsi Fertilitas
Penentuan asumsi fertilitas mengikuti pola angka kelahiran total (TFR)
masa lampau. TFR Indonesia secara nyata terus mengalami penurunan, sehingga
diproyeksikan akan mencapai Net Reproduction Rate (NRR) = 1 atau setara TFR =
2,1 pada tahun 2015.
Suatu wilayah mencapai NRR = 1, atau mencapai tingkat replacement level,
yaitu saat dimana satu ibu diganti secara tepat oleh satu bayi perempuan. Pada saat
itu bukan berarti laju pertumbuhan penduduk sama dengan nol, atau penduduk
tanpa pertumbuhan, tetapi penduduk akan tetap bertambah dengan laju
pertumbuhan yang relatif stabil. Angka perkiraan TFR diperoleh dengan
menggunakan rumus fungsi logistik:

𝐤
𝒀= 𝐋+
𝟏 + 𝒃𝒆𝐚𝐭

Dimana :

Y = perkiraan TFR

13
L = perkiraan asymtot bawah TFR pada saat NRR=1

k = suatu besaran (konstanta), untuk menentukan asymptot atas

a dan b = koefisien kurva logistik

t = waktu sebagai variabel bebas

e = konstanta eksponensial

TFR di setiap provinsi diasumsikan menurun dengan kecepatan yang


berbeda sesuai dengan tren di masa lampau masing-masing provinsi dan
diproyeksikan dengan menggunakan rumus fungsi logistik seperti proyeksi TFR
Indonesia. Selain menggunakan kecenderungan tingkat fertilitas di masa lampau,
juga digunakan target pencapaian tingkat fertilitas di masa yang akan datang yang
didapat dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).
Seperti halnya pada tingkat nasional, apabila provinsi telah mencapai situasi NRR
= 1 atau setara TFR = 2,1, maka kecenderungan TFR akan ditahan/dipagu pada
angka 2,1 tersebut. Untuk provinsi-provinsi yang telah mencapai NRR = 1 atau
setara TFR = 2,1 dan bahkan telah berada di bawah nilai “replacement level”
tersebut, TFR akan dibuat konstan atau tidak dilanjutkan penurunannya sampai
level fertilitas paling rendah 1,2 anak per wanita sebagaimana pengalaman level
fertilitas pada negara maju.

Sebagai contoh penghitungan proyeksi, TFR DI Yogyakarta berdasarkan SP


2000 sebesar 1,435. Angka ini sudah dibawah target yang harus dicapai pada tahun
2015 untuk tingkat nasional. Oleh karena itu angka ini tetap dilanjutkan
penurunannya, tetapi tidak sampai level terendah 1,2 anak per wanita sebagaimana
pengalaman fertilitas pada negara maju.

2. Asumsi Mortalitas

Sebagaimana pola TFR, pola Angka Kematian Bayi (IMR) Indonesia juga
terus menurun dari tahun ketahun. Penentuan asumsi angka kematian disesuaikan
dengan Tujuan Pembangunan Millenium (Millenium Development Goals/MDGs),
dengan menggunakan rumus fungsi logistik.

14
𝐤
𝒀= 𝐋+
𝟏 + 𝒃𝒆𝐚𝐭

Dimana :

Y = perkiraan IMR

L = perkiraan asymtot bawah

k = suatu besaran, dimana k+L=180 adalah asymtot atas

a dan b = koefisien kurva logistik

t = waktu sebagai variabel bebas

e = konstanta eksponensial

IMR di setiap provinsi menurun dengan kecepatan yang berbeda sesuai


dengan tren di masa lampau masing-masing provinsi dan diproyeksikan dengan
menggunakan rumus fungsi logistik seperti proyeksi TFR Indonesia. Selain
menggunakan data kecenderungan tingkat mortalitas di masa lampau, juga
digunakan informasi mengenai target pencapaian tingkat mortalitas di masa yang
akan datang yang didapat dari Kementerian Kesehatan.

Contoh penghitungan proyeksi penduduk tahun 2000-2010 Provinsi DI


Yogyakarta menggunakan asumsi pada tahun 2015 akan mencapai IMR = 10, sesuai
dengan target MDGs.

3. Asumsi Migrasi

Migrasi internasional neto dapat diabaikan (diasumsikan sama dengan nol),


karena orang yang keluar-masuk Indonesia diperkirakan seimbang dan relatifsangat
kecil dibandingkan dengan jumlah penduduk Indonesia.

Sedangkan asumsi pola migrasi provinsi dianggap sama dengan pola


migrasi data dasar yaitu pola migrasi berdasarkan data SP2000. Pola migrasi yang
dipakai adalah pola migrasi risen tahun 1995-2000 dan dihitung dengan metode Age
Specific Net Migration Rate (ASNMR) menurut umur dan jenis kelamin,

ASNMR untuk penduduk 5 tahun ke atas baik laki-laki maupun perempuan


dihitung dengan rumus:

15
ASNMRi = Ini – Outi / (5 x Pi mid 95-00) x 1000

dimana :

Ini = Migrasi masuk di provinsi i

Outi = Migrasi keluar di provinsi i

Pi mid 95-00 = Penduduk pertengahan tahun 1995-2000

Sedangkan ASNMR untuk penduduk 0-4 tahun dihitung dengan rumus:

dimana :

ASNMR 0-4P = ASNMR untuk penduduk perempuan umur 0-4 tahun

L
ASNMR 0-4 = ASNMR untuk penduduk laki-laki umur 0-4 tahun

M15-49P = jumlah migran perempuan umur 15-49 tahun

P0-4P = jumlah penduduk perempuan umur 0-4 tahun

P0-4L = jumlah penduduk laki-laki umur 0-4 tahun.

2.6 Langkah-Langkah Penyusunan Proyeksi Penduduk


Setelah bahan-bahan untuk pembuatan proyeksi penduduk terkumpul
semua, maka urut-urutan pengerjaan selanjutnya adalah sebagai berikut (Baldwin,
KDS. 1975):

1. Langkah Pertama
Dari data dasar penduduk perempuan menurut umur di Propinsi Jawa
Tengah, masing-masing dikalikan dengan Survival Ratio (SR), lalu didapat

16
jumlah penduduk perempuan pada tahun 1995 tetapi pada kelas yang lebih
tinggi. Sebagai contoh penduduk perempuan kelompok umur (0 – 4) tahun
sebesar 1.572.492 orang dikalikan dergan Survival Ratio yang besarnya
0,97441 menghasilkan penduduk kelompok umur (5 – 9) tahun 1995 yang
besarnya 1.532.252. (Tabel 2.6.1).
Perlu dijelaskan bahwa proyeksi penduduk perempuan kelompok umur (0 –
4) tahun pada tahun 1995 belum dapat dikerjakan karena harus dihitung lebih
dahulu jumlah kelahiran bayi perempuan tahun 1990/1995.
Sebenarnya ada baiknya terlebih dahulu membuat proyeksi penduduk
perempuan menurut kelompok umur karena akan didapat proyeksi penduduk
perempuan usia reproduksi. Data ini akan dipergunakan untuk mencari proyeksi
angka kelahiran.
Dalam kasus ini diasumsikan bahwa tidak ada migrasi masuk dan migrasi
keluar dan kalau ada, jumlahnya hanya sedikit dan secara statistik tidak penting
(significance), tingkat kelahiran dan tingkat kematian turun dengan moderat
setelah tahun 1990.

Tabel 2.6.1 Proyeksi Penduduk Perempuan Jawa Tengah 1990 – 2005


Menurut Umur, Desa dan Kota

Sumber: Demografi Umum; Mantra, 2003.

17
2. Langkah Kedua
Untuk mendapatkan angka jumlah kelahiran pada masa-masa mendatang,
maka angka ASBR, yang sudah dipersiapkan dikalikan dengan proyeksi jumlah
penduduk perempuan menurut kelompok umur pada usia reproduksi.
Digunakannya angka ASBRi yang sama untuk seluruh proyeksi penduduk
dengan asumsi bahwa sifat kelahiran dan kematian stabil pada periode waktu-
waktu tertentu (dalam kasus Provinsi Jawa Tengah periode 1990-2005).
Perhitungan proyeksi kelahiran pada periode proyeksi dapat dilihat dalam Tabel
2.6.2 berikut:

Tabel 2.6.2 Proyeksi Jumlah Kelahiran di Provinsi Jawa Tengah pada Tahun
1990 dan 1995

Sumber: Demografi Umum; Mantra, 2003

3. Langkah ketiga
Dalam Tabel 2.6.2 telah dihitung jumlah kelahiran total tahun 1990 sebesar
647634 kelahiran dan pada tahun 1995 diproyeksikan sebesar 735739 kelahiran.
Pada periode tahun 1990-1995 jumlah kelahiran total (L + P) sebesar :

(647.634+735.739) × 5 = 3.458.432,5 (dibulatkan = 3.458.433 orang)

4. Langkah keempat
Setelah memproyeksikan jumlah kelahiran total (lk + pr), pada periode 1990
-1995 perlu dihitung jumlah kelahiran bayi perempuan saja. Untuk itu perlu
diperhatikan rasio jenis kelamin kelahiran, yang besarnya 107. Jadi jumlah
18
kelahiran bayi perempuan pada periode 1990-1995 sebesar:

100
x 3.458.433 kelahiran = 1.670.741 kelahiran bayi perempuan
207

Letakkan angka ini pada kolom 2 (Tabel 2.6.1) pada kelahiran (umur 0
tahun). Kerjakam hal yang sama untuk kelahiran bayi perempuan periode 1995-
2000 dan 2000-2005 tahun.

5. Langkah kelima
Angka kelahiran pada kolom 2 (Tabel 2.6.1) lalu dikalikan dengan Survival
Ratio di kolom 3 yang besarnya 0,91708 didapatkan proyeksi penduduk
perempuan umur 0-4 tahun sebesar 1.532.203 orang tahun 1995.

6. Langkah keenam
Proyeksi penduduk pada kelompok terakhir (75+) digunakan rumus:
(P70-74) x (SR70-74) + (P75+) x (SR75+)

Contoh : penduduk perempuan umur 75+ pada tahun 1995


(165.885 x 0,69691) + (165.943 x 0,44309)
115.607 + 73.528
= 189.135

19
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Proyeksi penduduk dapat digunakan untuk pembuatan perencanaan


pembangunan di suatu wilayah di masa depan. Proyeksi mengenai jumlah serta
struktur penduduk dianggap sebagai persyaratan minimum untuk proses
perencanaan pembangunan di bidang pangan, bidang kesehatan, bidang tenaga
kerja, bidang pendidikan, dan bidang produksi barang dan jasa. Terdapat tiga jenis
perkiraan penduduk yaitu perkiraan penduduk antarsensus, perkiraan penduduk
pascasensus dan perkiraan penduduk berdasarkan sensus. Terdapat dua metode
dalam proyeksi penduduk yaitu metode matematik dan metode komponen. Metode
matematik terdiri dari cara aritmatik, geometrik, dan eksponensial.

Data dasar yang diperlukan untuk pembuatan proyeksi penduduk adalah


jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin sebagai data dasar
pembuatan proyeksi penduduk, besar dan perkembangan angka kelahiran,
kematian, dan migrasi penduduk, dan tabel kematian yang sesuai dengan
perkembangan komponen demografi pada periode proyeksi tersebut. Asumsi-
asumsi dari proyeksi penduduk terdiri dari asumsi kondisi fertilitas, mortalitas, dan
migrasi. Terdapat enam langkah dalam penyusunan proyeksi penduduk, namun
sebelum menyusun proyeksi penduduk diperlukan melengkapi data dasar
pembuatan proyeksi penduduk.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bagoes Mantra, Ida. 2003. Demografi Umum Edisi Kedua. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Handiyatmo, Dendi, dkk. 2010. Pedoman Penghitungan Proyeksi Penduduk dan


Angkatan Kerja. Jakarta: Badan Pusat Statistik. (Diakses pada 28
November 2021, dari: https://media.neliti.com/media/publications/50042-
ID-pedoman-penghitungan-proyeksi-penduduk-dan-angkatan-kerja.pdf

21

Anda mungkin juga menyukai