Anda di halaman 1dari 34

EVALUASI PROJECT

Perencanaan Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Pemegang Kebijakan


Sebagai Upaya Meningkatkan Kunjungan Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Gondosari

Oleh:
dr. Luthfi Maullana

Pembimbing:
dr. Setiti Marganing Rahayu
dr.Rosmardyana Lestari

PROGRAM INTERNSIP DOKTER INDONESIA


PUSKESMAS GONDOSARI KABUPATEN KUDUS
JAWA TENGAH
2021
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PROJECT

Perencanaan Strategi Pemberdayaan Masyarakat dan Pemegang Kebijakan


Sebagai Upaya Meningkatkan Kunjungan Posyandu Lansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Gondosari
Laporan Evaluasi Project ini diajukan dalam rangka
memenuhi tugas internsip di Puskesmas

Kudus, 21 Desember 2021


Dokter Pendamping Internsip Dokter Pendamping Internsip

dr.Rosmardyana Lestari dr. Setiti Marganing Rahayu


KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga laporan evaluasi project
dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Laporan evaluasi project yang berjudul “Perencanaan Strategi
Pemberdayaan Masyarakat dan Pemegang Kebijakan Sebagai Upaya
Meningkatkan Kunjungan Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas
Gondosari” berguna untuk meningkatkan angka kepatuhan penderita hipertensi
untuk berobat teratur. Sehingga dari hasil yang diperoleh upaya promosi
kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan lebih baik lagi.
Tidak lupa ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan evaluasi project. Ucapan terimakasih terutama kepada:
1. dr. Setiti Marganing Rahayu sebagai pembimbing, yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu menyelesaikan evaluasi project ini.
2. dr. Rosmardyana Lestari sebagai pembimbing, yang telah meluangkan
waktunya untuk membantu menyelesaikan evaluasi project ini.
3. Pihak Puskesmas Gondosari yang telah membantu memberikan gambaran
masalah kesehatan yang ada.
4. Masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Gondosari.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka untuk menerima kritik dan
saran sehingga dapat menjadi bahan perbaikan laporan evaluasi project ini
kedepannya.

Kudus, 20 Desember 2021

PENULIS
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN........................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................2
1.1. Latar Belakang....................................................................................................2
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................4
1.3. Tujuan Penelitian................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................5
BAB III METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA....................................................11
3.1 Metode Pengambilan Data Primer...................................................................11
3.2 Metode Pengambilan Data Sekunder...............................................................11
3.3 Rencana Analisis Data......................................................................................11
BAB IV HASIL ANALISIS DATA...........................................................................................12
4.1. Data Primer......................................................................................................12
4.2. Data Sekunder..................................................................................................12
BAB V PENENTUAN PRIORITAS MASALAH DAN ANALISIS DATA.......................................15
5.1. Rencana Intervensi Masalah.............................................................................15
5.2. Identifikasi Masalah Menggunakan Fishbone Analysis.....................................15
5.3. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah......................................................18
5.4. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah........................................................20
BAB VI PLAN OF ACTION..................................................................................................25
6.1 Health Problem and Goal.......................................................................................25
6.2 Kelompok Sasaran............................................................................................25
6.3 Metode.............................................................................................................26
6.4 Rencana Evaluasi..............................................................................................26
6.5 Hasil dan Pembahasan.....................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Populasi dunia saat ini berada pada era penduduk menua (ageing
population) dengan jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas melebihi
7 persen populasi berdasarkan Badan Pusat Statistik (2018). Seiring dengan
pertumbuhan tersebut, jumlah penduduk lanjut usia (lansia) semakin lama juga
semakin meningkat dan berkontribusi cukup tinggi terhadap pertumbuhan
penduduk secara keseluruhan. Populasi lansia mencapai 962 juta orang pada
tahun 2017, lebih dari dua kali lipat dibandingkan tahun 1980 yaitu hanya 382
juta lansia di seluruh dunia. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat pada
tahun 2050 yang prediksinya akan mencapai sekitar 2,1 miliar lansia di
seluruh dunia. Struktur penduduk yang menua tersebut, selain merupakan
salah satu indikator keberhasilan pencapaian pembangunan manusia secara
nasional, sekaligus juga merupakan tantangan dalam pembangunan
(Kemenkes RI, 2016).

Pada tahun 2004 UHH (Umur Harapan Hidup) saat lahir yaitu 68,6
tahun dan mengalami kenaikan menjadi 69,8 tahun di tahun 2010 (Badan
Pusat Statistik 2005), dan meningkat kembali menjadi 70,8 tahun pada tahun
2015 (Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035, Badan Pusat Statistik 2013)
dan selanjutnya diproyeksikan terus bertambah, mengakibatkan peningkatan
jumlah penduduk lanjut usia secara signifikan di masa yang akan datang
(Permenkes RI No. 25, 2016).

Persentase penduduk lansia Jawa Tengah meningkat menjadi 12,15


persen dari 10,34 persen berdasarkan hasil SP2010. Pada tahun 2020, Jawa
Tengah telah memasuki era aging population yaitu ketika persentase penduduk
usia 60 tahun ke atas mencapai 10 persen ke atas. Kabupaten Kudus masih
tergolong jenis penduduk muda (usia produktif) dimana jumlah penduduk
umur antara 15-64 tahun mencapai 496.222 jiwa (62,26 %) yaitu lebih dari 50
% dari jumlah penduduk seluruhnya. Sedang kelompok usia 0 -14 Tahun
berjumlah 270.858, dan kelompok usia 65 sampai lebih dari 70 Tahun
berjumlah 29.924. Usia Produktif dibanding dengan non produktif : 300.782:
496.222= 0,61. Di Kabupaten Kudus pada tahun 2014 angka beban
ketergantungan sebesar 61 %, hal ini berarti bahwa setiap 100 orang produktif
harus menanggung 61 orang yang tidak produktif atau setiap satu orang
produktif harus menanggung 2 orang yang tidak produktif. 15 Makin besar
ratio ketergantungan (dependency ratio) berarti makin besar tanggungan bagi
kelompok usia produktif. Tinggi rendahnya angka ketergantungan dapat
digolongkan menjadi 3 : Rendah ( < 30), sedang (30-40) dan tinggi (>40).
Kabupaten Kudus termasuk mempunyai Dependency ratio yang tinggi.

Pertambahan usia memiliki dampak pada fungsi fisiologis tubuh dan


kesehatan pada penduduk lanjut usia (lansia) dikarenakan terjadinya proses
degeneratif (penuaan). Selain itu proses degeneratif juga bisa menyebabkan
tubuh rentan terkena infeksi penyakit menular dimana daya tahan tubuh
mengalami penurunan. Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), pada
2020 Kecenderungan lansia yang enggan mengobati keluhan kesehatannya
terjadi pada lansia tua (80+) sebesar 5,67% dan lansia penyandang disabilitas
sebesar 6,13%. Kemungkinan penyebabnya adalah sudah merasa putus asa
atas keluhan yang dirasa.

Meningkatnya populasi lansia ini membuat pemerintah perlu


merumuskan kebijakan dan program yang ditujukan kepada kelompok
penduduk lansia sehingga dapat berperan dalam pembangunan dan tidak
menjadi beban bagi masyarakat. Salah satu kegiatan adalah dengan adanya
posyandu lansia untuk pemeliharaan dan pengembangan status kesehatan
lansia. Pembinaan lanjut usia telah dilakukan melalui Puskesmas meliputi
kegiatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, namun sampai saat ini
belum didapatkan hasil yang memadai.

Maka dari itu fokus pemerintah cukup besar dalam meningkatkan


pelayanan kesehatan lanjut usia mengingat makin besarnya jumlah lansia di
Indonesia. Program Kesehatan Lansia di lingkup wilayah kerja setiap
Puskesmas di Indonesia sangat penting diselenggarakan dengan optimal, salah
satunya adalah Posyandu Lansia dengan tujuan mendapatkan pelayanan
kesehatan yang baik dan bisa menikmati masa tua menjadi berkualitas.

Dari uraian di atas, peneliti bermaksud memperoleh informasi mengenai


faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya kunjungan lansia pada
wilayah binaan Puskesmas Gondosari.

1.2. Rumusan Masalah


Apa saja faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya kunjungan
posyandu lansia pada wilayah binaan Puskesmas Gondosari?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya
kunjungan posyandu lansia pada wilayah binaan Puskesmas Gondosari.?
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada di Desa Gondosari.
b. Menentukan prioritas masalah yang ditemukan.
c. Mencari penyebab masalah melalui analisa fishbone.
d. Menyusun alternatif pemecahan masalah dengan skala prioritas
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan
kesehatan dan keluarga berencana. Kegiatan posyandu adalah perwujudan dari
peran serta masyarakat dalam menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan
mereka. Merupakan suatu forum komunikasi, alih teknologi dan pelayanan
kesehatan oleh masyarakat dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategis untuk pengembangan sumber daya manusia khususnya lanjut usia
(Depkes, 2012).
Lansia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang
untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis.1
Seseorang yang telah berusia >60 tahun dan tidak berdaya mencari nafkah
sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.2 Kedua pengertian
tersebut dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah berusia >
60 tahun, mengalami penurunan kemampuan beradaptasi, dan tidak berdaya
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari seorang diri.

2.2 Klasifikasi Lansia


Klasifikasi lansia menurut Burnside dalam Nugroho (2012) :
1. Young old (usia 60-69 tahun)
2. Middle age old (usia 70-79 tahun)
3. Old-old (usia 80-89 tahun)
4. Very old-old (usia 90 tahun ke atas)

2.3 Karakteristik Lansia


Seseorang yang sudah lanjut usia dikarakterkan sebagai berikut, menurut
Ratnawati (2017) yaitu :
1. Usia
Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan
lanjut usia, lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia diatas
60 tahun.2
2. Jenis kelamin
Kemenkes RI (2015), lansia didominasi oleh jenis kelamin
perempuan. Artinya, ini menunjukkan bahwa harapan hidup yang
paling tinggi adalah perempuan.2
3. Status pernikahan
Menurut Badan Pusat Statistik sebagian besar lansia masih
mempunyai pasangan, sekitar 60,37 persen lansia berstatus kawin
pada tahun 2019, sedangkan sisanya tidak memiliki pasangan, baik
karena belum kawin, cerai hidup, maupun cerai mati. Status kawin
lansia di perkotaan relatif sama dengan di perdesaan. Persentase
lansia yang kawin di perkotaan sekitar 60,25 persen, sedangkan di
perdesaan sekitar 61,28 persen.
Berdasarkan jenis kelamin, persentase lansia laki-laki yang
kawin (82,05 persen) banyaknya dua kali lipat dari lansia
perempuan yang kawin (41,33 persen). Hal ini dapat dikarenakan
umumnya lansia laki-laki tidak dapat mengurusi kebutuhannya
sendiri sehingga memerlukan pasangan untuk membantunya, atau
dengan kata lain adanya kecenderungan lansia laki-laki untuk
menikah lagi ketika menduda.
4. Pekerjaan
Mengacu pada konsep active ageing WHO, lanjut usia
sehat berkualitas adalah proses penuaan yang tetap sehat secara
fisik, sosial dan mental sehingga dapat tetap sejahtera sepanjang
hidup dan tetap berpartisipasi dalam rangka meningkatkan kualitas
hidup sebagai anggota masyarakat. Pada tahun 2019, persentase
lansia bekerja mencapai 49,39 persen. Persentase tersebut
cenderung stagnan dibandingkan tahun sebelumnya (49,79 persen).
Dengan kata lain, 1 dari 2 lansia masih bekerja di usia tuanya.
Sebesar 32,66 persen lansia mengurus rumah tangga, 17,62 persen
lansia melakukan kegiatan lainnya, dan sisanya sebesar 0,33 persen
merupakan lansia pengangguran atau mencari pekerjaan.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak sedikit penduduk usia
lanjut yang tetap ingin produktif untuk mengisi hari-hari tuanya.
5. Pendidikan Terakhir
Pekerjaan lansia terbanyak umumnya adalah sebagai tenaga
terlatih dan sangat sedikit yang bekerja sebagai tenaga
professional. Dengan kemajuan pendidikan diharapkan akan
menjadi lebih baik.3
6. Kondisi Kesehatan
Angka kesakitan, menurut Pusat Data dan Informasi
Kemenkes RI (2016) merupakan salah satu indikator yang
digunakan untuk mengukur derajat kesehatan penduduk. Semakin
rendah angka kesakitan menunjukkan derajat kesehatan penduduk
yang semakin baik. Angka kesehatan penduduk lansia tahun 2014
sebesar 25,05%, artinya bahwa dari setiap 100 orang lansia
terdapat 25 orang di antaranya mengalami sakit. Penyakit
terbanyak adalah penyakit tidak menular (PTM) antara lain
hipertensi, artritis, strok, diabetes mellitus dll.2

2.4 Perubahan pada Lanjut Usia


Menurut Potter & Perry (2009) proses menua mengakibatkan terjadinya banyak
perubahan pada lansia yang meliputi :

1. Perubahan Fisiologis
Pemahaman kesehatan pada lansia umumnya bergantung
pada persepsi pribadi atas kemampuan fungsi tubuhnya. Lansia
yang memiliki kegiatan harian atau rutin biasanya menganggap
dirinya sehat, sedangkan lansia yang memiliki gangguan fisik,
emosi, atau sosial yang menghambat kegiatan akan menganggap
dirinya sakit. Perubahan fisiologis pada lansia bebrapa diantaranya,
kulit kering, penipisan rambut, penurunan pendengaran, penurunan
refleks batuk, pengeluaran lender, penurunan curah jantung dan
sebagainya. Perubahan tersebut tidak bersifat patologis, tetapi
dapat membuat lansia lebih rentan terhadap beberapa penyakit.
Perubahan tubuh terus menerus terjadi seiring bertambahnya usia
dan dipengaruhi kondisi kesehatan, gaya hidup, stressor, dan
lingkungan.
2. Perubahan Fungsional
Fungsi pada lansia meliputi bidang fisik, psikososial,
kognitif, dan sosial. Penurunan fungsi yang terjadi pada lansia
biasanya berhubungan dengan penyakit dan tingkat keparahannya
yang akan memengaruhi kemampuan fungsional dan kesejahteraan
seorang lansia. Status fungsional lansia merujuk pada kemampuan
dan perilaku aman dalam aktivitas harian (ADL). ADL sangat
penting untuk menentukan kemandirian lansia. Perubahan yang
mendadak dalam ADL merupakan tanda penyakit akut atau
perburukan masalah kesehatan.
3. Perubahan Kognitif
Perubahan struktur dan fisiologis otak yang dihubungkan
dengan gangguan kognitif (penurunan jumlah sel dan perubahan
kadar neurotransmiter) terjadi pada lansia yang mengalami
gangguan kognitif maupun tidak mengalami gangguan kognitif.
Gejala gangguan kognitif seperti disorientasi, kehilangan
keterampilan berbahasa dan berhitung, serta penilaian yang buruk
bukan merupakan proses penuaan yang normal.
4. Perubahan Psikososial
Perubahan psikososial selama proses penuaan akan
melibatkan proses transisi kehidupan dan kehilangan. Semakin 15
panjang usia seseorang, maka akan semakin banyak pula transisi
dan kehilangan yang harus dihadapi. Transisi hidup, yang
mayoritas disusun oleh pengalaman kehilangan, meliputi masa
pensiun dan perubahan keadaan finansial, perubahan peran dan
hubungan, perubahan kesehatan, kemampuan fungsional dan
perubahan jaringan sosial. Perubahan psikososial erat kaitannya
dengan keterbatasan produktivitas kerjanya.
2.5 Permasalahan Lanjut Usia
Menurut Suardiman (2011), Kuntjoro (2007), dan Kartinah (2008) usia
lanjut rentan terhadap berbagai masalah kehidupan. Masalah umum yang
dihadapi oleh lansia diantaranya:
1. Masalah ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan penurunan produktivitas kerja,
memasuki masa pensiun atau berhentinya pekerjaan utama. Disisi lain,
usia lanjut dihadapkan pada berbagai kebutuhan yang semakin
meningkat seperti kebutuhan akan makanan yang bergizi seimbang,
pemeriksaan kesehatan secara rutin, kebutuhan sosial dan rekreasi.
Lansia yang memiliki pensiun kondisi ekonominya lebih baik
karena memiliki penghasilan tetap setiap bulannya. Lansia yang tidak
memiliki pensiun, 17 akan membawa kelompok lansia pada kondisi
tergantung atau menjadi tanggungan anggota keluarga.3
2. Masalah Sosial
Memasuki masa lanjut usia ditandai dengan berkurangnya kontak
sosial, baik dengan anggota keluarga atau dengan masyarakat.
kurangnya kontak sosial dapat menimbulkan perasaan kesepian,
terkadang muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung
diri, serta merengek-rengek jika bertemu dengan orang lain sehingga
perilakunya kembali seperti anak kecil.4
3. Masalah Kesehatan
Peningkatan usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya masalah
kesehatan. Usia lanjut ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan
rentan terhadap penyakit.3 Penurunan fungsi dan potensi seksual pada
lanjut usia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik
seperti:
 Gangguan jantung.
 Gangguan metabolisme : seperti diabetes mellitus karena kadar
gula dara yang tinggi, asam urat tinggi, kadar kolestrol tinggi.
 Pasca operasi
 Kekurangan gizi, karena fungsi pencernaan menurun atau nafsu
makan yang berkurang.
 Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antihipertensi atau
golongan steroid.
4. Masalah Psikososial
Masalah psikososial adalah hal-hal yang dapat menimbulkan
gangguan keseimbangan sehingga membawa lansia kearah kerusakan
atau kemrosotan yang progresif terutama aspek psikologis yang
mendadak, misalnya, bingung, panik, depresif, dan apatis. Hal itu
biasanya bersumber dari munculnya stressor psikososial yang paling
berat seperti, kematian pasangan hidup, kematian sanak saudara dekat,
atau trauma psikis.5
2.6 Kerangka Teori
BAB III
METODE PENGUMPULAN DAN ANALISIS DATA

3.1 Metode Pengambilan Data Primer


Untuk data primer didapatkan melalui wawancara tidak terstruktur
terhadap Dokter Pembimbing, Pemegang Program Promosi Kesehatan, serta
Pemegang program Lanjut Usia.

3.2 Metode Pengambilan Data Sekunder


Data sekunder gambaran statistik data kesehatan diperoleh dari Laporan
Kesehatan Puskesmas Gondosari tahun 2020.

3.3 Rencana Analisis Data


Baik data primer maupun sekunder akan diolah menggunakan metode
statistik analitik deskriptif.
BAB IV
HASIL ANALISIS DATA

4.1. Data Primer


Hasil Data Kualitatif
Dari hasil wawancara dengan pembimbing internsip dan pemegang
program Kesehatan Promosi Kesehatan Lansia di Puskesmas Gondosari,
didapatkan data kunjungan lansia dan beberapa penyakit yang diderita dari bulan
ke bulan pada tahun 2020 di wilayah kerja Puskesmas Gondosari.

4.2. Data Sekunder


Data sekunder didapatkan melalui penelusuran arsip di Puskesmas
Gondosari. Data kesehatan berupa laporan tahunan Puskesmas Gondosari, profil
penduduk serta data kunjungan dan beberapa penyakit yang diderita lansia di
wilayah cakupan Puskesmas Gondosari. Berdasarkan data terlapor di wilayah
kerja Puskesmas Gondosari tahun 20120 didapatkan sebagai berikut.

Tabel 4.1 Data Sasaran Lansia


Sasaran Lansia
No Bulan 45- 59 60- 69 >70
L P L P L P
Januari 133 221 89
1 1363 2273 907
5 8 1
Februari 133 221 89
2 1363 2273 907
5 8 1
Maret 133 221 89
3 1363 2273 907
5 8 1
April 133 221 89
4 1363 2273 907
5 8 1
Mei 133 221 89
5 1363 2273 907
5 8 1
Juni 133 221 89
6 1363 2273 907
5 8 1
Juli 133 221 89
7 1363 2273 907
5 8 1
Agustus 133 221 89
8 1363 2273 907
5 8 1
September 133 221 89
9 1363 2273 907
5 8 1
Oktober 133 221 89
10 1363 2273 907
5 8 1
November 133 221 89
11 1363 2273 907
5 8 1
Desember 133 221 89
12 1363 2273 907
5 8 1
  Jumlah 2698 4491 1798

Tabel 4.2 Data Kunjungan Lansia

Kunjungan Lansia Tahun 2020


45- 59 60- 69 >70
N
Bulan
O
L P L P L P

1 Januari 103 107 158 170 61 66


2 Februari 99 109 154 170 62 70
3 Maret 30 41 48 53 16 23
4 April 1 1 2 4 0 0
5 Mei 63 137 65 164 19 21
6 Juni 93 118 157 178 65 74
7 Juli 119 131 166 184 37 38
8 Agustus 126 136 173 197 147 167
9 September 124 133 167 190 132 151
10 Oktober 122 134 167 195 136 150
11 November 119 133 170 187 138 152
12 Desember 120 135 172 190 43 49
Rata-Rata 93 110 133 157 71 80
Jumlah
  1119 1315 1599 1882 856 961
Kunjungan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah sasaran dan target
kunjungan terdapat selisih yang berbeda jauh pada setiap bulan, dimana hal ini
menandakan terdapat banyak lansia yang tidak mengikuti jadwal kunjungan
posyandu, menyebabkan tidak terpantaunya kondisi para lansia baik sisi kesehatan
fisik maupun mental

Tabel 4.3 Data penyakit yang diderita


No. Daftar Penyakit L P

1. Hipertensi 33 79

2. Anemia 0 0

3. Kolestrol tinggi 14 43

4. Diabetes Mellitus 8 43

5. Asam urat tinggi 20 43

6. Gagal ginjal 1 0

7. Gg. Kognitif 0 0

8. Gg. Penglihatan 1 5

9. Gg. Pendengeran 0 3

Capaian tersebut menunjukkan pemeriksaan kesehatan pada lansia dengan


penyakit tersering adalah hipertensi, lalu disusul dengan kadar asam urat tinggi,
untuk angka paling rendah yakni gangguan kognitif. Disisi lain kunjungan
posyandu lansia belum cukup baik target dan sasarannya karena belum tercapai di
wilayah kerja puskesmas Gondosari, sehingga dikhawatirkan kondisi lansia yang
tidak sejahtera, ataupun menambah tumpuan dari angka beban ketergantungan.
Maka dari itu perlu adanya peningkatan dalam upaya promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif. Hal yang paling ditekankah adalah upaya promotif dan
preventif, dengan harapan dapat mengurangi angka kesakitan lansia.

BAB V
PENENTUAN PRIORITAS MASALAH DAN ANALISIS DATA

5.1. Rencana Intervensi Masalah


Rencana intervensi masalah berupa upaya peningkatan kunjungan
posyandu lansia dan penyebab menurunnya kunjungan posyandu lansia di
wilayah kerja puskesmas Gondosari.

5.2. Identifikasi Masalah Menggunakan Fishbone Analysis


Setelah dilakukan penetapan prioritas masalah, maka didapatkan
permasalahan yang akan diidentifikasi adalah rendahnya kunjungan posyandu
lansia. Identifikasi masalah penyebab dan alternatif jalan keluar dilakukan
dengan fishbone dan brainstorming (CARL).
5.2.1. MAN
a. Kurangnya pengetahuan lansia terkait pentingnya kunjungan
posyandu.
b. Kader kurang aktif dalam penggalakan kunjungan posyandu.
c. Kurangnya pengetahuan masyarakat pentingnya posyandu
lansia.
d. Ketakutan/kekhawatiran masyarakat tentang kemungkinan
buruk yang akan dihadapi.
e. Tidak adanya pengantar lansia menuju ke lokasi posyandu.
5.2.2. MONEY
a. Biaya transport ke lokasi posyandu.
5.2.3. METHOD
a. Belum adanya metode sosialisasi/penyuluhan yang efektif.
b. Tidak adanya akses transport ke puskesmas.
c. Tidak adanya kegiatan pengganti bagi lansia yang absen
kunjungan posyandu.
5.2.4. MATERIAL
a. Kurangnya media informasi tentang hidup sehat di hari tua.
b. Tidak adanya penggalakkan khusus kepada keluarga untuk
pendampingan posyandu.
5.2.5. ENVIRONTMENT
a. Pandemi Covid-19.
b. Bulan puasa yang memungkinkan kunjungan menurun.
c. Cuaca yang tidak menentu sehingga menghambat menuju akses
lokasi posyandu.
Diagram 5.1. Analisa Fishbone
5.3. Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah
Setelah menganalisis beberapa penyebab masalah, langkah
selanjutnya yaitu menyusun jalan keluar dari setiap penyebab masalah
yang ada. Adapun alternatif jalan keluar tersebut tersaji dalam tabel
berikut:
Tabel 5.2 Alternatif Pemecahan Masalah
No. Masalah Penyebab Alternatif Pemecahan Masalah

A MAN

1. Kurangnya pengetahuan - Penyuluhan kepada lansia


lansia terkait terkait pentingnya kunjungan
pentingnya kunjungan posyandu.
posyandu.

2. Kader kurang aktif - Membuat grup wa/line bagi


dalam penggalakan keluarga lansia untuk
kunjungan posyandu memberikan dan
mengingatkan jadwal
kunjungan lansia serta dapat
dijadikan sebagai ranah
konsultasi kesehatan lansia.
3. Kurangnya pengetahuan - Penyuluhan kepada
masyarakat umum masyarakat terkait
pentingnya kunjungan
pentingnya posyandu
posyandu.
lansia.

4. Ketakutan/kekhawatiran - Edukasi kepada lansia


masyarakat tentang dengan pendekatan yang
kemungkinan buruk lebih personal dan
yang akan dihadapi. menyeluruh mengenai
kesadaran lansia hidup sehat.

5. Tidak adanya pengantar - Bekerja sama dengan ketua


lansia menuju ke lokasi RT/RW setempat untuk
menyediakan tenaga
posyandu.
penjemput menuju lokasi
posyandu.
- Menambah lokasi tempat
diadakannya posyandu lansia

B MONEY

1. Biaya transport ke - Bekerja sama dengan ketua


lokasi posyandu. RT/RW setempat untuk
menyediakan kendaraan
akses menuju lokasi
posyandu.
C METHOD

1. Belum adanya metode - Membuat metode edukasi


sosialisasi/penyuluhan yang lebih menarik dan
yang efektif inovatif termasuk apa yang
harus dilakukan oleh lansia,
contohnya dengan
menggunakan media video
dengan bahasa yang mudah
dipahami.
2 Tidak adanya kesadaran - Edukasi kepada lansia serta
lansia untuk melakukan keluarga dengan pendekatan
yang lebih personal dan
kunjungan posyandu.
menyeluruh mengenai
kesadaran lansia hidup sehat

3 Tidak adanya akses - Bekerja sama dengan ketua


transport ke puskesmas. RT ataupun kepala desa
setempat untuk menyediakan
kendaraan akses menuju
lokasi posyandu.
4 Tidak adanya kegiatan - Menyarankan lansia untuk
pengganti bagi lansia datang ke puskesmas atau
melakukan kunjungan ke
yang absen kunjungan
rumah terutama untuk lansia
posyandu. beresiko.

D MATERIAL

1. Kurangnya media - Membuat media informasi


informasi tentang masa seperti leaflet, video pendek
atau poster.
tua hidup sehat.

2. Tidak adanya - Membuat grup wa/line bagi


penggalakkan khusus keluarga lansia untuk
memberikan dan
kepada keluarga untuk
mengingatkan jadwal
pendampingan kunjungan lansia serta dapat
posyandu. dijadikan sebagai ranah
konsultasi kesehatan lansia.

E ENVIROMENT

1. Pandemi Covid-19 - Edukasi tentang penerapan


protokol Kesehatan yang
diterapkan sehingga
masyarakat merasa aman.
2. Bulan puasa yang - Mempersingkat kegiatan
memungkinkan posyandu agar lansia tidak
kunjungan menurun. terlalu lelah.

3. Cuaca yang tidak - Bekerja sama dengan ketua


menentu sehingga RT ataupun kepala desa
menghambat menuju setempat untuk menyediakan
akses lokasi posyandu. kendaraan akses menuju
lokasi posyandu.

5.4. Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Dengan permasalahan rendahnya kujungan posyandu lansia sebagai
prioritas utama, terdapat beberapa alternatif pemecahan masalah yang
dapat dilakukan. Namun, beberapa pilihan tersebut saling kontradiktif satu
sama lain sehingga perlu dilakukan pertimbangan matang dalam memilih
prioritas pemecahan masalah yang paling sesuai untuk puskesmas dan
masyarakat wilayah puskesmas gondosari agar pemecahan masalah dapat
dilakukan dengan jauh lebih optimal dan dilakukan untuk kepentingan
bersama. Pemilihan alternatif pemecahan masalah tersebut dapat dilakukan
dengan menggunakan teknik analisis pilihan prioritas pemecahan masalah,
yaitu untuk memilih satu dari beberapa penyebab masalah atau memilih
satu dari beberapa alternatif pemecahan masalah.teknik analisis pilihan
yang lazim digunakan adalah metode CARL.
Pemilihan prioritas ini dilakukan dengan menggunankan skala
penilaian dari 1-5 yang didasarkan pada:
 C : Capability (kemampuan), seberapa banyak kekuatan yang
dimiliki oleh sumber daya untuk mengatasi masalah.
 A : Accessibility (kemudahan), seberapa mudah masalah atau
penyebab masalah untuk diatasi dilihat dari ketersediaan
metode, cara, teknologi, dan penunjang pelaksanaannya.
 R : Readyness (kesiapan), seberapa siap tenaga pelaksana
untuk mengatasi masalah.
 L : Leverage (daya ungkit), besarnya pengaruh antar metode
penyelesaian masalah yang satu dengan yang lain secara
langsung maupun tidak langsung.

Tabel 5.3 Pemilihan Prioritas Jalan Keluar dengan Teknik CARL

No Aspek C A R L Kumulatif Ranking


.

1. Kurangnya pengetahuan 5 5 5 5 20 1
lansia terkait pentingnya
kunjungan posyandu.

2. Kader kurang aktif dalam 5 5 4 4 18 3


penggalakan kunjungan
posyandu.

3. Kurangnya pengetahuan 5 5 5 5 20 1
masyarakat umum
pentingnya posyandu
lansia.

4. Ketakutan/kekhawatiran 4 4 4 5 17 4
masyarakat tentang
kemungkinan buruk yang
akan dihadapi.
5. Tidak adanya pengantar 3 4 5 4 16 5
lansia menuju ke lokasi
posyandu.

6. Biaya transport ke lokasi 5 4 3 4 16 5


posyandu.

7. Belum adanya metode 5 5 4 5 19 2


sosialisasi/penyuluhan
yang efektif.

8. Tidak adanya akses 5 4 3 4 16 5


transport ke puskesmas.

9. Tidak adanya kegiatan 4 3 4 4 15 6


pengganti bagi lansia yang
absen kunjungan
posyandu.

10. Kurangnya media 5 5 4 5 19 2


informasi tentang masa tua
hidup sehat.

11. Tidak adanya 5 4 4 5 18 3


penggalakkan khusus
kepada keluarga untuk
pendampingan posyandu.

12. Pandemi Covid-19. 4 5 3 4 16 5

13. Bulan puasa yang 5 4 3 5 17 4


memungkinkan kunjungan
menurun.

14. Cuaca yang tidak menentu 4 3 5 4 16 5


sehingga menghambat
menuju akses lokasi
posyandu.

Berdasarkan teknik CARL di atas, maka urutan prioritas pemecahan


masalah sebagai berikut:

1. Kurangnya pengetahuan lansia dan masyarakat terkait pentingnya


kunjungan posyandu.
2. Belum adanya metode sosialisasi/penyuluhan yang efektif, serta
kurangnya media informasi tentang masa tua hidup sehat.
3. Tidak adanya kesadaran lansia dan penggalakkan khusus kepada
keluarga untuk pendampingan posyandu, serta kader kurang aktif
dalam penggalakan kunjungan posyandu.
Dari prioritas Pemecahan masalah yang, disusunlah program intervensi sebagai
berikut:

Tabel 5.4 Penyusunan Intervensi dan Prioritas Pemecahan Masalah

No Intervensi Prioritas Pemecahan Nama Intervensi


. Masalah

1. Intervensi 1 Kurangnya pengetahuan Melakukan penyuluhan


lansia dan masyarakat kepada lansia dan
terkait pentingnya masyarakat terkait
kunjungan posyandu. pentingnya kunjungan
posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Gondosari.

2. Intervensi 2 Belum adanya metode Membuat metode edukasi


sosialisasi/penyuluhan yang yang lebih menarik dan
efektif, serta kurangnya inovatif termasuk apa yang
media informasi tentang harus dilakukan oleh lansia,
contohnya dengan
hidup sehat di hari tua. menggunakan media video
dengan bahasa yang mudah
dipahami.

3. Tidak adanya kesadaran Membuat grup wa bagi


lansia dan penggalakkan keluarga lansia untuk
khusus kepada keluarga memberikan dan
untuk pendampingan mengingatkan jadwal
posyandu, serta kader kunjungan lansia serta dapat
kurang aktif dalam dijadikan sebagai ranah
penggalakan kunjungan konsultasi kesehatan lansia..
posyandu.
BAB VI
PLAN OF ACTION

6.1 Health Problem and Goal


Permasalahan utama di wilayah kerja Puskesmas ditentukan untuk
membuat rancangan kegiatan yang sesuai dengan goal yang akan dicapai.
Secara lebih dalam, progam kerja yang dilaksanakan bertujuan untuk
meningkatkan angka deteksi kasus kehamilan dengan resiko tinggi di wilayah
kerja puskesmas Gondosari
Tabel 6.1 Masalah Kesehatan dan Tujuan yang Diharapkan
Health Problem Goals

Kurangnya pengetahuan lansia dan  Lansia dan masyarakat tmemiliki


masyarakat terkait pentingnya pengetahuan dan wawasan terkait
kunjungan posyandu, serta sadar
kunjungan posyandu. akan pentingnya lansia hidup sehat.

Belum adanya metode  Lansia dapat memahami dengan


sosialisasi/penyuluhan yang efektif, mudah edukasi yang dijelaskan,
paham akan Bahasa serta
serta kurangnya media informasi memaknai isi edukasi.
tentang masa tua hidup sehat.  Wawasan serta pengetahuan lansia
bertambah dengan harapan dijaga
gaya hidup sehari-hari pada masa
tua.
Tidak adanya kesadaran lansia  Jadwal kunjungan lansia
dan penggalakkan khusus tersampaikan jauh-jauh hari dan
kepada keluarga untuk tidak dadakan, sehingga keluarga
pendampingan posyandu, serta dapat mempersiapkan atau
melungkan waktu untuk mengantar
kader kurang aktif dalam
ataupun mendampingi.
penggalakan kunjungan  Terpantaunya keadaan lansia
posyandu. karena digunakan juga sebagai
ranah konsultasi kesehatan lansia.

6.2 Kelompok Sasaran


a. Primer: Lansia di wilayah kerja Puskesmas Gondosari

b. Sekunder: Keluarga lansia di wilayah kerja Puskesmas Gondosari


c. Tersier: Seluruh masyarakat dan pegawai Puskesmas Gondosari

6.3 Metode
Metode diharapkan dapat meningkatkan kunjungan lansia ke posyandu di
wilayah kerja puskesmas Gondosari, yaitu dengan cara melakukan
penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya mengikuti posyandu,
melakukan sosialisasi mengenai lansia hidup sehat, menyarankan keluarga
untuk pendampingan posyandu, serta membuat kader lebih aktif dalam
penggalakkan kunjungan posyandu.

6.4 Rencana Evaluasi


Rencana evaluasi dari program kerja tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 6.2 Rencana Evaluasi
No Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Evaluasi
.

1. Melakukan penyuluhan kepada Penyuluhan kepada lansia Terlaksana


lansia dan masyarakat terkait dan keluarga mengenai
(Masih perlu
pentingnya kunjungan posyandu di lansia hidup sehat serta
ditingkatkan)
wilayah kerja Puskesmas menyadarkan pentingnya
Gondosari. datang ke posyandu, seperti
dapat pemeriksaan gratis
untuk gula darah sewaktu,
kadar asam urat, dan kadar
kolestrol, sehingga dapat
terpantau.

2. Membuat metode edukasi yang Menampilkan edukasi Belum


lebih menarik dan inovatif interaktif yang tidak Terlaksana
termasuk apa yang harus monoton dengan cara
dilakukan oleh lansia dalam berdiskusi ataupun
kehidupan sehari-hari yang baik. menggunakan media video
dengan bahasa yang mudah
dipahami.

3. Membuat grup whatsapp/line bagi Membentuk grup social Belum


keluarga lansia untuk memberikan media yang berisi keluarga terlaksana
dan mengingatkan jadwal lansia atau bahkan lansia
kunjungan lansia serta dapat jika mengerti sosial media,
dijadikan sebagai ranah konsultasi kader posyandu, serta bidan
kesehatan lansia. desa.

6.5 Hasil dan Pembahasan


Rencana evaluasi yang diusulkan yakni perbaikan penyuluhan terkait
posyandu lansia dan lansia hidup sehat, serta menyadarkan pentingnya
datang ke posyandu, seperti dapat pemeriksaan gratis untuk gula darah
sewaktu, kadar asam urat, dan kadar kolestrol, sehingga dapat terpantau.
Sebelumnya kurang maksimal untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat dan lansia itu sendiri. Evaluasi perbaikan penyeluhan meliputi
cara menyampaikan penyuluhan, menggunakan bahasa yang mudah
dipahami orang awam serta jelas maknanya, menggunakan media yang
inovatif seperti video atau pemaparan power point yang lebih menarik dan
berkesan, menentukan timing yang tepat selama masa paparan agar tidak
terlalu lama sehingga audien justru tidak tertarik dalam penyuluhan terkait,
menyuguhkan hal menarik di sela-sela presentasi seperti dorprize atau kuis
berhadiah.
Permasalahan terakhir yakni tidak adanya kesadaran lansia dan
penggalakkan khusus kepada keluarga untuk pendampingan posyandu,
serta kader kurang aktif dalam penggalakan kunjungan posyandu, maka
membuat grup whatsapp/line yang berisi keluarga lansia atau bahkan
lansia jika mengerti sosial media, kader posyandu, serta bidan desa. untuk
memberikan dan mengingatkan jadwal kunjungan lansia, sehingga
keluarga dapat mempersiapkan atau melungkan waktu untuk mengantar
ataupun mendampingi, serta dapat dijadikan sebagai ranah konsultasi
kesehatan lansia agar dapat terpantaunya keadaan lansia.
Hal-hal tersebut diatas diupayakan dapat meningkatkan kesadaran
lansia untuk melakukan kunjungan posyandu dan dapat mencapai lansia
untuk hidup sehat serta sejahtera.
BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

7.1.1 Masalah utama yang berhubungan yang menjadi prioritas

kesehatan lansia di Puskesmas Gondosari adalah kurangnya

pengetahuan lansia dan masyarakat terkait pentingnya kunjungan

posyandu.

7.1.2 Rendahnya pengetahuan lansia dapat disebabkan karena kurangnya

informasi masyarakat tentang kesehatan lansia, serta metode

sosialisasi yang kurang personal.

7.1.3 Kunjungan posyandu lansia yang masih kurang juga di sebabkan

karena tidak adanya kesadaran lansia dan penggalakkan khusus

kepada keluarga untuk pendampingan posyandu, serta kader

kurang aktif dalam penggalakan kunjungan posyandu.

7.1.4 Strategi untuk mengatasi masalah yang berhubungan dengan

pengetahuan lansia di wilayah Puskesmas Gondosari ini adalah

dengan cara melakukan penyuluhan kepada lansia dan masyarakat

terkait pentingnya kunjungan posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Gondosari.

7.1.5 Permasalahan terkait bentuk penyuluhan dapat diatasi dengan

membuat metode edukasi yang lebih menarik dan inovatif

termasuk apa yang harus dilakukan oleh lansia dalam kehidupan

sehari-hari yang baik.


7.1.6 Penggalakan kunjungan dapat dilakukan dengan membuat grup

whatsapp/line bagi keluarga lansia untuk memberikan dan

mengingatkan jadwal kunjungan lansia serta dapat dijadikan

sebagai ranah konsultasi kesehatan lansia.

7.2. Saran

7.2.1. Perlu dilakukan pengukuran secara objektif dari hasil penyuluhan

yang diberikan, yaitu dengan cara melakukan pretest dan post test

ketika penyuluhan, dimana pertanyaannya dapat berupa

pertanyaan terbuka sehingga mempermudah peserta penyuluhan.

7.2.2. Perlu dilakukan pemantauan berkala hasil penyuluhan yang

diberikan, yang dapat ditunjukkan dengan meningkatnya

kiunjungan posyandu lansia.

7.2.3. Perlu dilakukan pengukuran secara objektif dari grup social media

yang telah dibuat beserta kefektifannya.


DAFTAR PUSTAKA

1. Priyana, Dadan Mardian dan Widyatuti. 2014. Pengetahuan Lansia tentang

dengan Motivasi Lansia Mengunjungi Posbindu. Depok: Universitas

Indonesia.

2. Syahrim, Wahdaniyah Eka P. 2017. Analisis Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia. Makassar: Universitas

Islam Negeri Alauddin. Rochyati p. Skrining Antenatal pada Ibu Hamil:

Pengenalan Faktor Risiko; 2003.

3. Yuliana, Anis. 2018. Implementasi Kebijakan Pos Pembinaan Terpadu

Usia Lanjut (Posyandu Usila) di Wilayah Kerja Puskesmas Singandaru

Kota Serang. Serang: Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Maryam, R. Siti, et al. 2019. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.

Jakarta: Salemba Medika.

5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Lansia Sehat: Lansia

Aktif, Mandiri dan Profuktif. Jakarta: Kemenkes RI.

6. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2016. Pedoman Pengelolaan

Kegiatan Kesehatan di Kelompok Lanjut Usia. Jakarta: Kemenkes RI.

7. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2019. Pedoman Untuk

Puskesmas Dalam Pemberdayaan Lanjut Usia. Jakarta: Kemenkes RI.

8. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat

(Puskesmas). Jakarta: Kemenkes RI. Kementerian Kesehatan Republik I.

Anda mungkin juga menyukai