Anda di halaman 1dari 201

LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

MAHASISWA PENDIDIKAN PROFESI NERS


DI 13 DESA TEMPAT TINGGAL MAHASISWA
TANGGAL 12 OKTOBER-22 NOPEMBER 2020

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9
Ni Luh Awitya Pratiwi (2014901197)

Aditya Yudistira Kilip (2014901189) Ni Made Ayu Armiyanti (2014901198)

Ni Putu Anggi Adelina (2014901190) Ayu Darmayanti (2014901199)

Ni Luh Anik Saraswati (2014901191) KM Ayu Meyani Pradani A (2014901201)

Kadek Ari Nita Krisnawan (2014901192) Ni Putu Deviyanti (2014901204)

Putu Ari Sasmita (2014901193) Ni Putu Diah Putri P W (2014901205)

Ni Made Arik Pusparani (2014901194) Putu Dian Satria Udayani (2014901206)

Kade Asmela Twomarhensa (2014901195)

IGA. Astari Adikarapatni (2014901196)

FAKULTAS KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberi karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas proposal MMD
(Musyawarah Masyarakat Desa). Proposal ini bertujuan untuk memenuhi tugas
PKL Profesi Ners stase komunitas.
Kami ucapkan terimakasih kepada Bapak dan Ibu pembimbing akademik
sehingga proposal ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Kami menyadari
proposal ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik
dan saran yang membangun guna kesempurnaan dan perbaikan laporan analisa
kegiatan ini.

Om Santih, Santih, Santih Om

Denpasar, 12 Oktober 2020

Hormat Kami,

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… ii


DAFTAR ISI …………………………………………………………………... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1
B. Tujuan ………………………………………………………………….. 4
C. Metode Penulisan ……………………………………………………… 5
D. Sistematika Penulisan ………………………………………………….. 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Konsep Keperawatan Komunitas ……………………………………… 7
B. Remaja ……………………………………………………………….... 11
C. Konsep Dasar Keluarga ……………………………………………….. 14
D. Masalah Kesehatan Remaja …………………………………………… 19
E. Asuhan Keperawatan Komunitas ……………………………………… 36
BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Persiapan ………………………………………………………………. 44
B. Pelaksanaan ……………………………………………………………. 45
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian …………………………………………………………….. 96
B. Perencanaan …………………………………………………………… 97
C. Pelaksanaan …………………………………………………………… 98
D. Evaluasi ……………………………………………………………….. 99
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan …………………………………………………………… 101
B. Saran ………………………………………………………………….. 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kualitas sumber daya manusia sangat berperan dalam mendukung
keberhasilan pembangunan kesehatan di Era Globalisasi saat ini. Kementerian
Kesehatan RI telah menetapkan visi dan misi pembangunan kesehatan
terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan
(RPJP-K) 2005-2025 adalah rencana pembangunan nasional di bidang
kesehatan, yang merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN). Keadaan masyarakat Indosensia di masa depan
atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan dirumuskan
sebagai “Indonesia Sehat 2025”. Dalam Indonesia Sehat 2025, lingkungan
strategis pembangunan kesehatan yang diharapkan adalah lingkungan yang
kondusif bagi terwujudnya keadan sehat jasmani, rohani maupun sosial, yaitu
lingkungan yang bebas dari kerawanan sosial budaya dan polusi, tersedianya
air minum dan sarana sanitasi lingkungan yang memadai, perumahan dan
pemukiman yang sehat, perencanaan kawasan yang berwawasan kesehatan,
serta terwujudnya kehidupan masyarakat yang memiliki solidaritas ssosial
dengan memelihara nilai-nilai budaya bangsa. Diharapkan dengan
terwujudnya lingkungan dan perilaku hidup sehat, serta meningkatnya
kemampuan masyarakat dan memperoleh pelayanan kesehata yang bermutu,
maka akan dapat tercapai derajat kesehatan individu, keluarga, dan
masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam upaya mencapai visi dan misi
tersebut, Kementerian Kesehatan menetapkan beberapa strategi. Pelaksanaan
strategi dimaksud akan dilaksanakan berbeda di masing-masing provinsi
sesuai dengan kemampuan masing-masing daerah. Upaya tersebut bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi
setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal yang
di tandai dengan perilaku sehat, lingkungan sehat dan memiliki kemampuan
untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata.
2

Untuk mewujudkan Visi secara nasional, maka pemerintah Provinsi


Bali juga mengembangkan Visi pembangunan kesehatan, yaitu “Bali sehat
menuju Bali yang maju, aman, damai dan sejahtera”. Dalam mencapai Visi
pembangunan kesehatan Provinsi Bali tersebut, maka pemerintah Provinsi
Bali mengupayakan program-program untuk memelihara, meningkatkan dan
mengembangkan upaya kesehatan yang merata, bermutu dan terjangkau bagi
seluruh masyarakat Bali, meningkatkan peran serta masyarakat untuk hidup
bersih dan sehat serta meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang
kesehatan. Untuk mencapai semua program-program kesehatan yang telah
dicanangkan pemerintah Provinsi Bali gunamenunjang terwujudnya visi
kesehatan Provinsi Bali maka segala perencanaan diatas diperlukan sumber
daya manusia (SDM) kesehatan yang berkualitas, agar bersama-sama
masyarakat dan komponen-komponen yang lainnya dapat secara bersama-
sama mewujudkan cita–cita yang luhur tersebut.
Sebagai dasar yang paling menentukan dalam pencapaian tujuan Bali
Sehat dan masyarakat sehat yang mandiri adalah peningkatan peran serta
masyarakat melalui Desa Siaga. Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan kesehatan adalah suatu proses dimana individu, keluarga dan
masyarakat termasuk swasta mampu untuk:
1. Mengambil tanggung jawab atas kesehatan diri, keluarga dan masyarakat
2. Mengembangkan kemampuan untuk kesehatan diri, keluarga dan
masyarakat
3. Menjadi pelaku/perintis kesehatan dan pemimpin yang menggerakkan
kegiatan masyarakat di bidang kesehatan berdasarkan azas kemandirian
dan kebersamaan
Dengan demikian, masyarakat dapat berperan serta dalam
menyumbangkan tenaga, pikiran, pengetahuan, sarana, dana yang dimiliki
untuk upaya kesehatan. Peran serta masyarakat merupakan salah satu strategi
yang digunakan dalam pelayanan kesehatan dan perawatan. Salah satu
pelayanan keperawatan ditujukan kepada komunitas atau masyarakat. Peran
serta masyarakat tersebut merupakan suatu proses dimana individu, keluarga,
kelompok maupun masyarakat bertanggungjawab atas kesehatan sendiri,
3

dengan berperan sebagai pelaku kegiatan untuk upaya peningkatan kesehatan


berdasarkan asas kebersamaan dan kemandirian. Bantuan kesehatan diberikan
karena ketidakmampuan, ketidaktahuan, dan ketidakmauan. Upaya tersebut
dilaksanakan dengan menggunakan potensi lingkungan untuk memandirikan
masyarakat, sehingga pengembangan wilayah setempat (local development)
merupakan bentuk pengorganisasian yang tepat untuk digunakan.
Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan
perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual.
Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun,
menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI nomor 2005 tahun 2014, remaja
adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan menurut Badan
Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja
adalah 10-24 tahun dan belum menikah (KEMENKES RI, 2014).
Pada masa remaja seorang anak mengalami kematangan biologis, dan sifat
khas remaja yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang begitu besar,
menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung
resiko tanpa didahului pemikiran yang matang. Kondisi ini dapat
menempatkan remaja pada kondisi yang rawan bila remaja tidak dibekali
dengan informasi yang benar mengenai proses perkembangan mental dan
kesehatan remaja. Berbagai masalah kesehatan remaja banyak terjadi seperti
kekerasan, malnutrisi, obesitas, napza, trauma, penyalahgunaan alkohol,
merokok, disminore, SADARI, IMS, perilaku seksual pra nikah, serta
penanganan COVID-19 (Sarwono,2010).
Berkaitan dengan hal tersebut, Institut Teknologi dan Kesehatan Bali yang
menyediakan tenaga kesehatan khususnya keperawatan yang berkualitas
dalam memberi pengalaman belajar kepada mahasiswa tidak bisa dilepaskan
dari masyarakat sebagai tatanan nyata, yang secara bersama-sama dengan
masyarakat untuk memecahkan masalah kesehatan yang ada di masyarakat
tersebut. Hal ini akan terwujud melalui Praktek Kerja Lapangan (PKL) yang
dapat membantu pemerintah mewujudkan program “Indonesia Sehat 2025”
dan “Bali sehat menuju Bali yang maju, aman, damai dan sejahtera”.
4

Sehubungan dengan hal tersebut dalam rangka menyiapkan tenaga


keperawatan yang profesional dalam bidang keperawatan komunitas maka
institusi ITEKES Bali melaksanakan praktek keperawatan komunitas yang
merupakan implementasi mata ajar keperawatan komunitas. Hal ini
dimaksudkan agar mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan baik
kepada individu, keluarga dan masyarakat agar dapat meningkatkan
kesehatan, pencegahan penyakit, dan pemeliharaan kesehatan sesuai dengan
kondisinya. Karena saat ini adanya wabah pandemicCovid-19, maka atas
kebijakan institusi segala hal yang berkaitan dengan PKL diadakan secara
online. Namun untuk mengimplementasikan teori keperawatan komunitas
tersebut maka mahasiswa ITEKES Bali melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan (PKL) di 15 Wilayah tempat tinggal masing-masing mahasiswa
dengan memanfaatkan media online yang ada dan dimulai dari tanggal 12
Oktober s/d 22 November 2020.
Praktek Kerja Lapangan (PKL) berlangsung selama 6 minggu yang
disesuaikan dengan kalender akademik ITEKES Bali guna mempraktekkan
teori yang telah diperoleh selama mengikuti perkuliahan,agar mampu
menerapkan konsep pemecahan masalah yang ditemukan di masyarakat
secara bersama-sama antara mahasiswa dengan masyarakat dengan
menggunakan metode Asuhan Keperawatan.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran umum tentang asuhan keperawatan komunitas
(remaja) secara online di 15 wilayah tempat tinggal mahasiswa.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu :
a. Mengkaji masalah kesehatan yang ada di 15 wilayah tempat tinggal
mahasiswa
b. Menganalisa data masalah kesehatan masyarakat khususnya remaja
yang ada di 15 wilayah tempat tinggal mahasiswa.
5

c. Menentukan masalah kesehatan dan masalah keperawatan masyarakat


khususnya remaja yang ada di 15 wilayah tempat tinggal mahasiswa.
d. Menyusun rencana tindakan bersama masyarakat khusunya remaja
untuk mengatasi masalah kesehatan pada remaja yang ada di 15
wilayah tempat tinggal mahasiswa.
e. Melaksanakan rencana tindakan yang sudah disepakati masyakat
khususnya remaja di 15 wilayah tempat tinggal mahaiswa.
f. Melakukan evaluasi dari tindakan yang sudah diberikan kepada
masyarakat khususnya remaja di 15 wilayah tempat tinggal
mahasiswa.

C. METODE PENULISAN
Dalam penyusunan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif
yaitu metode yang menggambarkan upaya memecahkan masalah atau
menjawabpermasalahan yang sedang dihadapi masyarakat khususnya remaja
dengan mengumpulkan data dan menganalisa serta memecahkannya
bersamadengan masyarakat khususnya remaja. Tehnik pengumpulan data
yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Wawancara
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan cara melakukan komunikasi
melalui online kepada masyarakat khususnya remaja.
2. Survei Online
Merupakan tehnik survei online dengan alat pengumpulan data berupa
kuesioner terhadap sejumlah responden sesuai dengan besarnya sampel
yang sudah ditentukanoleh kelompok.
3. Observasi
Merupakan tehnik pengumpulan data dengan melihat atau mengamati
melalui onlineperilaku remaja dan lingkungan khususnya yang berkaitan
dengan masalah kesehatan.
6

D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika dari laporan hasil kegiatan PKL ini adalah sebagai
berikut :
1. BAB I Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan, metode
penulisan, dan sistematika penulisan.

2. BAB II Konsep dasar yang menguraikan teori-teori terkait sehubungan


dengan keperawatan komunitas.
3. BAB III Menguraikan tentang aplikasi asuhan keperawatan komunitas
pada 15 wilayah tempat tinggal mahasiswa.
4. BAB IV Menguraikan tentang pembahasan mengenai masalah terkait
dengan keperawatan komunitas.
5. BAB V Menguraikan evaluasi sehubungan dengan asuhan keperawatan
komunitas pada 15 wilayah tempat tinggal mahasiswa.
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS


1. Pengertian Keperawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan keperawatan
professional yang ditujukan pada masyarakat dengan penekanan kelompok
risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat kesehatan optimal melalui
peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan dan
rehabilitasi dalam menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan keperawatan. (CHS dalam Achjar,
2013)
Keperawatan kesehatan masyarakat pada pada dasarnya adalah
perantara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang
ditujukan untuk seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok
risiko tinggi (Departemen Kesehatan 2003 dalam Achjar, 2013).
2. Level dan Bentuk Intervensi Keperawatan Komunitas
Layanan keperawatan komunitas berfokus pada tiga level pencegahan
(Achjar, 2013). Leavell and Clark mengidentifikasithree levels of
prevention (primary prevention, secondary prevention and tertiary
prevention) (Swarjana, 2014) seperti uraian berikut.
a. Level 1 : Primary prevention activities
Aktivitas pencegahan primer ini ditujukan sebelum masalah
kesehatan atau penyakit terjadi. Artinya, aktivitas ini dilakukan bagi
orang–orang yang selalu sehat untuk mempertahankan kesehatannya
atau untuk mencegah masalah kesehatan atau penyakit terjadi.
Kegiatan ini misalnya imunisasi, yang sangat bermanfaat untuk
mencegah penyakit tertentu. Imunisasi dapat diberikan pada bayi, anak
sekolah, termasuk imunisasi untuk orang dewasa.
8

b. Level 2 : Secondary prevention activities


Pada level ini pencegahan ditujukan untuk mendeteksi secara lebih
awal adanya masalah kesehatan atau penyakit yang dialami oleh
seseorang. Jadi level dilakukan pada orang yang sakit , tetapi belum
diketahui apa penyakitnya, sehingga perlu dideteksi atau didiagnosa.
Selanjutnya apabila ditemukan adanya masalah kesehatan maka
langkah selanjutnya adalah memberikan treatment atau tindakan atau
terapi untuk mengatasi masalah kesehatan atau penyakit yang telah
teridentifikasi tersebut. Kegiatan ini dikenal dengan early detection and
intervention. Misalnya :screening for sexually transmitted disease.
c. Level 3 : Tertiary prevention activities
Pencegahan ini merupakan pencegahan yang dilakukan saat
masalah kesehatan telah selesai, dengan tujuan mencegah komplikasi
serta meminimalkan ketunadayaan (disability limitation) dan
memaksimalkan fungsi melalui rehabilitasi (rehabilitation) seperti
melakukan rujukan kesehatan, melakukan konseling kesehatan bagi
individu yang memiliki masalah kesehatan, memfasilitasi
ketidakmampuan dan mencegah kematian.
Bentuk intervensi kegiatan keperawatan komunitas dapat dilakukan
melalui kegiatan observasi, pemberian terapi modalitas (modality
therapies), dan terapi pelengkap (complementary therapies). Terapi
pelengkap juga dapat digunakan untuk promosi kesehatan dan
pencegahan penyakit, yang dapat dilakukan oleh perawat komunitas di
berbagai tatanan, misalnya saat kunjungan rumah untuk mengatasi
masalah kesehatan. Penggunaan terapi modalitas dan terapi pelengkap
dilakukan berdasarkan peran dan fungsi perawat komunitas terutama
saat memberi layanan langsung kepada keluarga, kelompok dan
masyarakat.
3. Paradigma Keperawatan Komunitas
Paradigma atau falsafah keperawatan komuntasi meliputi (Achjar, 2013):
9

a. Manusia
Manusia merupakan klien (individu, keluarga, kelompok,
komunitas) pada wilayah tertentu yang memiliki nilai, keyakinan
dan minat yang relatif sama dan berinteraksi untuk mencapai
tujuan. Manusia merupakan klien dengan perhatian khusus pada
kasus risiko tinggi dan daerah terpencil, konflik, rawan, serta
kumuh.
b. Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor internal dan eksternal yang
memengaruhi klien, termasuk biopsikososiokultural-spiritual.
c. Keperawatan
Paradigma keperawatan adalah tindakan keperawatan yang
bertujuan menekan stressor atau meningkatkan kemampuan
komunitas untuk mengatasi stressor melalui pencegahan primer,
pencegahan sekunder dan pencegahan tersier.
d. Kesehatan
Sehat merupakan kondisi terbebas dari masalah pemenuhan
kebutuhan dasar komunitas atau merupakan keseimbangan yang
dinamis sebagai dampak keberhasilan mengatasi stressor.
4. Tujuan Keperawatan Komunitas
Adapun tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan
peningkatan kesehatan masyarakat melalui :
a. Pelayanan kesehatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga
dan kelompok dalam konteks komunitas.
b. Pelatihan langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat dan
mempertimbangkan masalah dan isu kesehatan masyarakat yang
mempengaruhi individu, keluarga dan masyarakat.
5. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan komunitas adalah seluruh masyarakat
termasuk individu, keluarga dan kelompok resiko tinggi (Keluarga dan
penduduk didaerah kumuh, daerah terisolasi, dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan bumil).
10

Menurut Anderson (1988), sasaran keperawatan komunitas terdiri dari


tiga tingkatan yaitu :
a. Tingkat Individu
Perawatan memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang
mempunyai masalah kesehatan tertentu misalnya DM, ibu hamil,
menyusui dan lain – lain yang dijumpai dipoliklinik, puskesmas,
dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah kesehatan dan
pemecahan masalah kesehatan individu.
b. Tingkat Keluarga
Sasaran kegiatan adalah keluarga, dimana anggota keluarga yang
bermasalah dalam hal kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana telah terpenuhinya tugas kesehatan
keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan, memberikan keperawatan
kepada anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat,
memanfaatkan sumber daya dalam masyarakat untuk meningkatkan
upaya kesehatan keluarga.
c. Tingkat Komunitas
Pelayanan asuhan keperawatan berorientasi pada individu,
keluarga, dilihat sebagai suatu keperawtan komunitas. Asuhan ini
diberikan untuk kelompok berisiko atau masyarakat wilayah binaan
dengan memandang komunitas sebagai klien.
Untuk memahami konsep keperawatan komunitas perlu dipahami
juga mengenai model konseptual keperawatan komunitas. Model
konseptual adalah sintesa beberapa konsep dan teori yang terintegrasi
dalam satu kesatuan yang menjadi lingkup keperawatan (Anderson,
Farley, 1988).
Model keperawatan komunitas disusun mengacu pada model atau
teori yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat. Selanjutnya salah
satu teori keperawatan yang dapat mengacu untuk mengembangkan
model keperawatan adalah teori dari Betty Newman ( 1992 ) yang
menekankan pendekatan total untuk mengatasi masalah kesehatan.
Model dari Newman pada dasarnya mengandung esensi utama yaitu
11

pengaruh lingkungan, masalah kesehatan yang timbul tergantung pada


besarnya stressor dan derajat reaksi, pencegahan primer, sekunder, dan
tersier.
Model Health Care Sistem Neuman memandang klien sebagai
sistem terbuka yaitu klien dari lingkungannya berada dalam interaksi
yang dinamis. Model ini dapat digunakan sebagai acuan untuk
menjelaskan perilaku individu, keluarga, kelompok dan komunitas
dengan penekanan pada bagaimana interaksi masing – masing
komponen yang ada di komunitas memengaruhi keseluruhan
komunitas atau sebaliknya (Achjar, 2013).
Sistem Newman didasari oleh sistim dimana terdiri dari individu,
keluarga, kelompok dan komunitas yang merupakan derajat pelayanan
kesehatan dimana lingkungan internal dan eksternal sangat
mempengaruhi derajat kesehatan komunitas. Pengaruh lingkungan
tersbut tergantung besarnya stressor dan derajat kesehatan masyarakat.
Keshatan masyarakat ditentukan oleh hasil interaksi dinamis antara
lingkungan dan komunitas serta tenaga kesehatan untuk melakukan
tindakan pencegahan baik primer, sekunder dan tersier.
Untuk lebih jelasnya, fokus keperawatan komunitas adalah upaya
promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif. Upaya preventif keperawatan komunitas ditujukan pada
tiga level pencegahan yaitu pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Mengacu pada upaya pencapaian tujuan pembangunan kesehatan
yang menggunakan pelayanan kesehatan utama dengan penekanan
pada peran serta masyarakat, maka ilmu keperawatan komunitas sangat
relevan dengan upaya untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan
nasional.

B. REMAJA
1. Pengertian
Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat
pertama kali menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia
mencapai kematangan sosial (Sarwono, 2013).
12

2. Batasan Remaja
a. Menurut WHO rentang usia remaja antara 10-19 tahun.
b. Menurut Mentri Kesehatan RI No 2005 tahun 2014 rentang usia
remaja antara 10-18 tahun.
c. Menurut Kemenkes RI (2014) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun
dan belum menikah.
3. Fase Pertumbuhan Remaja
a) Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari
kanak-kanak ke remaja.Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat
dibandingkan dengan anak laki-laki.Pada masa ini, terjadi perubahan
yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan
mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ
reproduksi remaja.Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang
sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini
cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya),
yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun
pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang
dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya.
Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh
pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan
kebiasaan hidup pujaan tersebut.Selain itu, pada masa ini remaja juga
cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan
pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh
orang tua sebagai pembangkangan.Remaja tidak ingin diperlakukan
sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok
yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga
semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno
dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut
mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain
selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan
13

minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan


cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya,
mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada
bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara. Tapi, pada saat yang
sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap
sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan
keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak
mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang
terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua
harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi
orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah
masalah yang sangat-sangat berat.
b) Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan
fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan
perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan
bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja
menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon
seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat
muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya
menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pria ditandai dengan
datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung
dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta
memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika
hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka
khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan
terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya
perkembangan remaja pada tahap ini. Di samping itu, remaja mulai
mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena
kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh
perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya.
Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka
14

melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di


masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang
disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya
sendiri.
c) Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya
dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki
maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka
dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat
singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada
remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat
dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan
seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan
psikologis belum tercapai sepenuhnya.
d) Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan
yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka
akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai
memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka.
Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada
menjalaninya.Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas,
seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah
kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada
fase ini.
C. Konsep Dasar Keluarga
1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup
bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu
mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari
keluarga (Friedman, 1998). Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan
anaknya atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. (UU No. 10
15

Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga Sejahtera dalam Suprajitno, 2004).
Sedangkan menurut Bailon dan Maglaya (dalam Nasrul Effendy
1998) keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang
bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup satu rumah tangga, berinteraksi satu
sama lain, dan didalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
2. Fungsi keluarga
Menurut Friedman (1998) terdap at lima fungsi keluarga, yaitu:
1) Fungsi afektif (the affective function)
Adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala
sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan
dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and
social placement function)
Adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk
berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk
berhubungan dengan orang lain.
3) Fungsi reproduksi (the reproductive function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga
kelangsungan keluarga.
4) Fungsi ekonomi (the economic function)
Adalah keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga
secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan
individu meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
5) Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (the health care
function)
Adalah fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan
anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.
16

3. Tipe keluarga.
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
1) Keluarga inti (nuclear family)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi.
2) Keluarga besar (extended family)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek - nenek, paman - bibi).
Namun dengan berkembangnya peran individu dan
meningkatnya rasa indivualisme, pengelompokan tipe keluarga selain
kedua di atas berkembang menjadi :
1) Keluarga bentukan kembali (dyadic family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah
cerai, atau kehilangan pasangannya.
2) Orang tua tunggal (single parent family)
Adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan
anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
3) Ibu dengan anak tanpa perkawinan (the unmarried teenage
mother)
4) The single adult living alone
Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal tanpa
pernah menikah.
5) The non marital heterosexual cohabiting family
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya.
6) Gay and Lesbian family. (Suprajitno, 2004, hal. 2 )
4. Tingkat perkembangan keluarga
Delapan tahap siklus kehidupan keluarga (Duvall, 1985 dalam
Suprajitno, 2004, hal.2) yaitu ;
1) Tahap I Keluarga Baru Menikah dengan tugas:
a) Membina hubungan intim yang memuaskan.
b) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman,
kelompok sosial.
17

c) Mendiskusikan rencana memiliki anak.


2) Tahap II Keluarga dengan Anak Baru Lahir (Usia Anak
Tertua sampai 30 bulan) dengan tugas:
a) Mempersiapkan menjadi orang tua
b) Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga
baru, interaksi keluarga, hubungan seksual dan kegiatan.
c) Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan
pasangannya.
3) Tahap III Keluarga dengan Anak Usia Pra-Sekolah (Usia anak
tertua berumur 2/4-5 tahun) dengan tugas:
a) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, misalnya kebutuhan
tempat tinggal, privasi, dan rasa aman.
b) Membantu anak untuk bersosialisasi.
c) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara
kebutuhan anak yang lain (tua) juga harus terpenuhi.
d) Mempertahankan hubungan yang sehat, baik didalam atau
di luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e) Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak.
f) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g) Merencanakan kegiatan dan waktu untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan.
4) Tahap IV Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (Anak tertua
berumur 6-12 tahun) dengan tugas:
a) Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar
rumah, sekolah, dan lingkungan lebih luas.
b) Mempertahankan keintiman pasangan.
c) Memenuhi kebutuhan yang meningkat, termasuk biaya
kehidupan dan kesehatan anggota keluarga.
5) Tahap V Keluarga dengan Anak Remaja (Anak Tertua berumur
13-20 tahun) dengan tugas:
a) Memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung
jawab mengingat remaja adalah seorang dewasa muda dan
18

mulai memiliki otonomi.


b) Mempertahankan hubungan intim dalam keluarga.
c) Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan
orang tua.
d) Mempersiapkan perubahan stem peran dan peraturan keluarga
untuk memenuhi Kebutuhan tumbuh kembang anggota
keluarga.
6) Tahap VI Keluarga Mulai Melepas Anak sebagai Dewasa
(Mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang
meninggalkan rumah) dengan tugas :
a) Memperluas jaringan keluarga dari keluarga inti menjadi
keluarga besar.
b) Mempertahankan keintiman hubungan.
c) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di
masyarakat.
d) Penataan kembali peran orang tua dan kegiatan di rumah.
7) Tahap VII Keluarga Usia Pertengahan dengan tugas :
a) Mempertahankan kesehatan individu dan pasangan usia
pertengahan.
b) Mempertahankan hubungan yang serasi dan memuaskan
dengan anak-anaknya dan sebaya.
c) Meningkatkan keakraban pasangan.
8) Tahap VIII Keluarga Usia Tua (juga menunjuk kepada
anggota keluarga yang berusia lanjut, usia pensiun hingga
pasangan yang sudah meninggal dunia) dengan tugas:
a) Mempertahankan suasana kehidupan rumah tangga yang
saling menyenangkan pasangannya.
b) Adaptasi dengan perubahan yang akan terjadi, kehilangan
pasangan, kekuatan fisik dan penghasilan keluarga.
c) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.
d) Melakukan life review masa lalu.
5. Lima tugas keluarga di bidang kesehatan:
19

Tugas keluarga dalam bidang kesehatan, yaitu :


1) Mengenal masalah kesehatan keluarga.
2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga.
3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.
4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan
keluarga.
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi
keluarga.

D. Masalah Kesehatan Remaja


1. Sadari
a. Pengertian
Sadari (Periksa Payudara Sendiri) merupakan usaha untuk
mendapatkan kanker payudara pada stadium yang lebih dini (down
staging). Diperlukan pelatihan yang baik dan evaluasi yang
reguler.SADARI direkomendasikan dilakukan setiap bulan, 7 hari
setelah menstruasi bersih (Manuaba, 2010).
b. Waktu Sadari
1) Haid teratur: waktu terbaik adalah hari terakhir masa haid.
2) Haid tidak teratur: setiap 6 bulan sekali, saat baru
selesaimenstruasi.
3) Waktu: 10 menit setiap bulan periksa payudara
c. Cara melakukan sadari
1) Semasa mandi angkat sebelah tangan. Dengan menggunakan
satu jari, gerakkan secara mendatar perlahan-lahan ke serata
tempat bagi setiap payudara. Gunakan tangan kanan untuk
memeriksa payudara sebelah kiri dan tangan kiri untuk payudara
kanan. Periksa dan cari bila terdapat gumpalan / kebetulan
keras, menebal dipayudara.
2) Berdiri di hadapan cerminDengan mengangkat kedua tangan
keatas kepala, putar-putar tubuh perlahan-lahan dari sisi kanan
ke sisi kiri. Cekak pinggang anda, tekan turun perlahan-lahan ke
20

bawah untuk menegangkan otot dada dan menolak payudara


anda kehadapan. Perhatikan dengan teliti segala perubahan
seperti besar, bentuk dan kontur setiap payudara. Lihta pula jika
terdapat kekauan, lekukan atau puting tersorot kedalam. Dengan
perlahan-lahan, picit kedua puting dan perhatikan jika terdapat
cairan keluar. Periksa lanjut apa cairan itu kelihatan jernih atau
mengandung darah.
3) Berbaring untuk memeriksakan payudara sebelah kanan,
letakkan bantal di bawah bahu kanan dan tangan kanan
diletakkan dibelakang kepala. Tekan jari anda mendatar dan
bergerak perlahan-lahan dalam bentuk bulatan kecil, bermula
dari bagian pangkal payudara. Selepas satu putaran, jari
degerakkan 1 inci (2,5cm) kearah putting. Lakukan putaran
untuk memriksa setiap bagian payudara termasuk puting. Ulangi
hal yang sama pada payudara sebelah kiri dengan meletakkan
bantal dibawah bahu kiri dan tangan kiri diletakkan dibelakang
kepala. Coba rasakan sama ada terdapat sebarang gumpalan
dibawah dan dibawah dan disepanjang atas tulang selangka.
2. IMS (Infeksi menular seksual)
a. Pengertian
Infeksi menular Seksual( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak
seksual.Semua teknik hubungan seksual baik lewat
vagina,dubur,atau mulut baik berlawanan jenis kelamin maupun
dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penularan
penyakit kelamin.Sehingga kelainan ditimbulkan tidakhanya
terbatas pada daerah genital saja,tetapi dapat juga di daerah ekstra
genital. Kelompok umur yang memiliki risiko paling tinggi untuk
tertular IMS adalah kelompok remaja sampai dewasa muda sekitar
usia (15-24 tahun).
b. Tanda dan Gejala
1) Perempuan
21

a) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat


kelamin,anus,mulut atau bagian tubuh ang lain,tonjolan kecil
–kecil,diikuti luka yang sangat sakit disekitar alat kelamin.
b) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,
kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir.
c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita
biasanya tidak menyebabkan sakit atau burning urination.
d) Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitaralat
kelamin.
e) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang
muncul dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi
tanda infeksi saluran reproduksi(infeksi yang telah
berpindah kebagian dalam sistemik reproduksi,termasuk
tuba fallopi danovarium).
f) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.
2) Laki-laki
a) Laki –lakia.Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat
kelamin,anus , mulut atau bagian tubuh yang lain,tonjolan
kecil –kecil ,diikuti luka yang sangat sakit di sekitar alat
kelamin.
b) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna
berasal dari pembukaan kepala penis atau anus.
c) Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa
sakit selama atau setelah urination.d.Kemerahan pada sekitar
alat kelamin,kemerahan dan sakit di kantong zakar
c. Macam –macam penyakit menular seksual
Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan
menjadi empat kelompok yaitu:
1) IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non
spesifik, Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma
Venerum,Vaginosis bakterial.
22

2) IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma


Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus
Kontagiosum.
3) IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis.
4) IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu:
Trikomoniasis,Pedikulosis Pubis,Skabies.
3. Merokok
a. Pengertian
Rokok adalah salah satu hasil olahan tembakau dengan
menggunakan bahan ataupun tanpa bahan tambahan. Rokok
berbentuk silinder dari kertas berukuran sekitar 120 milimeter
dengan diameter sekitar 10 milimeter yang berisi daun-daun
tembakau yang telah dicacah (Nururahman, 2014).
b. Jenis rokok menurut Sugito (2007):
1) Rokok klobot
Rokok ini terbuat dari campuran tembakau dan cengkeh.Disebut
rokok klobot karena pembungkusnya terbuat dari bahan daun
jagung kering.
2) Rokok kawung
Rokok kawung hampir sama dengan rokok klobot. Bahan rokok
ini adalah tembakau cengkeh dan pembungkusnya terbuat dari
daun kawung.
3) Rokok kretek
Disebut sebagai rokok kretek karena suara rokok ini saat disulut
api berbunyi kretek-kretek, suara ini berasal dari cengkeh yang
terbakar api, awalnya rokok ini dibungkus dengan daun jagung
kering, namun sekerang bahan pembungkusnya sudah diganti
kertas.

4) Rokok filter
Bahan pembuat rokok filter hamper sama dengan rokok kretek
yang membedakan yaitu ditambahkanya saringan yang terbuat
23

dari gabus berserat lembut yang digunakan untuk menyaring


asap rokok.
5) Rokok mild
Rokok mild termasuk rokok filter. Bedanya pada kardar nikotin
dan tar yang lebih rendah dari rokok filter pada umumnya.
6) Rokok cerutu
Cerutu berbeda dengan rokok lain dalam hal ukuan dan
pembungkusnya. Ukuran cerutu lebih besar daripada rokok pada
umumya.Pembungkusnya tembakau, bukan daun kering maupun
kertas.
c. Jenis-jenis perokok menurut Sedangkan menurut Roszkwiski,
Neubaver and Zelykowskin (2014) dapat dibedakan menjadi:
1. Perokok aktif ialah individu yang benar-benar memiliki
kebiasaan merokok. Merokok sudah menjadi kebiasaan
sehingga rasanya tidak enak apibila sehari tidak merokok.
2. Perokok pasif yaitu individu yang tidak memiliki kebiasaan
merokok, namun terpaksa menghirup asp rokok yang
dihembuskan orng lain yang ada di dekatnya. Tipe perokok ini
banyak ditemui di halte bus, didalam kereta atau ditempat
pertemuan yang didekat mereka ada yang merokok. Perokok
pasif disebut juga korban dai perokok aktif
d. Bahaya rokok
1. Diabetes
Pasien yang mempunyai kebiasaan merokok membutuhkan
tetesan insulin yang lebih banyak dibandingkan pasien yang
tidak merokok.Hal ini disebabkan karena rokok telah
memperlambat kerja aliran darah darah dalam kulit dan
menyebabkan lambat dalam menyerap insulin kedalam
darah.Serta menjadikan efektifitas kerja insulin dalam darah itu
sendiri menjadi berkurang.Berbagai penelitian dan uji coba pada
diri pasien diabetes tipe 2 yang umumnya terbiasa merokok
membuktikan bahwa presentase kemungkinan mereka untuk
24

bisa terkena penyakit jantung coroner, penyakit pada pembuluh


darah.Infeksi pada otot dan sejenisnya, lebih tinggi
dibandingkan mereka yang tidak merokok. Demikian pula
kemungkinan 17 menderita diabetes bagi mereka yang merokok
umunya lebih tinggi disbanding mereka yang tidak merokok.
2. Penyakit jantung dan stroke
Satu dari tiga kematian di dunia berhubungan dengan penyakit
jantung dan stroke. Kedua penyakit tersebutdapat
menyebabkansudden death( kematian mendadak).
3. Kanker paru
Satu dari sepuluh perokok berat akan menderita penyakit kanker
paru. Pada beberapa kasus dapat berakibat fatal dan
menyebabkan kematian, karena sulit dideteksi secara dini.
Penyebaran dapat terjadi dengan cepat ke hepar, tulang dan
otak.
4. Kanker mulut
Merokok dapat menyebabkan kanker mulut, kerusakan gigi dan
penyakit gusi.
5. Osteoporosis
Karbonmonoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya
angkut oksigen darah perokok sebesar 15%, mengakibatkan
kerapuhan tulang sehinggalebih mudah patah dan membutuhkan
waktu 80% lebih lama untuk penyembuhan. Perokok juga lebih
mudah menderita sakit tulang belakang
6. Katarak
Merokok dapat menyebabkan gangguan pada mata. Perokok
mempunyai risiko 50% lebih tinggi terkena katarak, bahkan bisa
menyebabkan kebutaan.
25

7. Psoriasis
Perokok 2-3 kali lebih sering terkena psoriasis yaitu proses
inflamasi kulit tidak menular yang terasa gatal, dan
meninggalkan guratan merah pada seluruh tubuh.
8. Kerontokan rambut
Merokok menurunkan sistem kekebalan, tubuh lebih mudah
terserang penyakit seperti lupus erimatosus yang menyebabkan
kerontokan rambut, ulserasi pada mulut, kemerahan pada wajah,
kulit kepala dan tangan.
9. Dampak merokok pada kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin
lambat dan dapat meningkatkan risiko Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR). Risiko 19 keguguran pada wanita perokok 2-3
kali lebih sering karena Karbon Monoksida dalam asap rokok
dapat menurunkan kadar oksigen.
10. Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran
darah ke penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
11. Gangguan pola tidur
Menurut merokok juga dapat menggangu frequensi tidur
seseorang karena nikotin yang terkandung dalam merokok dapat
menyebabkan susah tidur.
4. Alkohol
a. Pengertian alcohol
Minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol.
Minuman beralkohol adalah minuman yang mengandung etanol
yang diproses dari bahan hasil pertanian yang mengandung
karbohidrat dengan cara fermentasi dan destilasi atau fermentasi
tanpa destilasi, baik dengan cara memberi perlakuan terlebih
dahulu atau tidak, menambahkan bahan lain atau tidak, maupun
yang diproses dengan cara mencampur konsentrat dengan alkohol
atau dengan cara pengenceran minuman yang mengandung
26

ethanol. minuman keras terdiri dari 3 golongan yaitu minuman


keras golongan A (kadar etanol 1-5%), minuman keras golongan B
(kadar etanol 5-20%), dan minuman keras golongan C (kadar
etanol 20-50%), menurut (Permendag, 2009).
b. Pengaruh alkohol terhadap otak
Susunan saraf rentan terhadap berbagai jenis toksikan.
Kerentanannya sebagian dapat dikaitkan dengan fakta bahwa
neuron memiliki suatu laju metabolisme yang tinggi, dengan
sedikit kapasitas untuk metabolisme anaerobik. Karena dapat
dirangsang oleh listrik, neuron cenderung lebih mudah kehilangan
integritas membran sel. Panjangnya akson merupakan alasan lain
mengapa susunan saraf terutama rentan terhadap efek toksik,
karena badan sel memasok aksonnya secara struktural maupun
secara metabolisme.
Sistem saraf pusat sangat dipengaruhi oleh alkohol
dibandingkan sistem lain dalam tubuh. Pada otak, alkohol
mengakibatkan depresi yang menyerupai depresi akibat narkotik,
kemungkinan melalui gangguan pada transmisi sinaptik, dimana
impuls saraf akan mengalami inhibisi. Terjadi pembebasan 26
pusat otak yang lebih rendah dari kontrol pusat yang lebih tinggi
dan inhibisi (Dewi, 2008). Pada dosis sedang, alkohol cenderung
menghambat keterampilan yang memerlukan perhatian dan proses
informasi, juga kerterampilan motorik yang diperlukan untuk
menjalankan kendaraan bermotor.
Seorang peminum alkohol kronik menunjukkan kerusakan
otak yang mirip dengan pasien defisiensi tiamin, Sindrom Wernike
Korsakof. Ensefalopati Wernike ditandai dengan kebingungan,
paralisis otot ekstra okular (terutama rektus lateral), dan ataksia
yang timbul secara cukup mendadak. Sindrom dapat berkembang
menjadi koma dan kematian jika tidak diobati tetapi berespon baik
terhadap tiamin pada stadium awal. Perubahan morfologik pada
ensefalopati Wernicke paling jelas ditemukan di korpus mamilaris
27

hipotalamus, daerah di medial dorsal talamus, dan substansia grisea


di sekitar akuaduktus serebri. Pada substansia grisea, ensefelopati
Wernike berkorelasi dengan kelainan gerakan mata yang tampak
secara klinis. Perubahan paling dini adalah proliferasi endotel
kapiler disertai gangguan permeabilitas vaskular. Perdarahan
terjadi akibat kebocoran sel darah merah dari kapiler abnormal ini.
Jika ensefalopati Wernike tidak segera ditangani, dapat terjadi
defisit daya ingat permanen yang dikenal sebagai psikosis
Korsakof (Burns et al., 2007).
Psikosa alkoholik timbul dalam berbagai bentuk.
Intoksikasi alkohol akut ialah psikosa karena sindroma otak
organik berhubungan dengan alkohol secara akut. Deteriorasi
alkoholik ialah sindroma otak organik kronik dengan gangguan
ingatan dan penilaian, serta disorientasi dengan amnesia total yang
timbul pada individu dengan alkoholisme kronik. Intoksikasi
patologik mulai secara tiba-tiba, kesadaran menurun, penderita
bingung dan gelisah serta terdapat disorientasi ilusi halusinasi optik
dan waham. Delirium tremens terjadi sesudah periode minum yang
lama dan berlebihan lalu dihentikan (jarang di bawah umur 30
tahun dan biasanya sesudah 3-5 tahun alkoholisme yang berat).
Terdapat kegelisahan, tremor, gangguan tidur, ilusi, halusinasi
visual, taktik dan penciuman (halusinasi akustik tidak didapatkan),
disorientasi, nadi cepat, suhu badan meninggi, kulit basah serta
bicara tidak jelas. Pada halusinasi alkoholik terdapat halusinasi
akustik yang mengancam dengan kesadaran yang menurun.
c. Penggunaan alcohol
Alkohol yang sering digunakan sebagai pelarut adalah jenis
metanol, etanol dan isopropanol. Metanol digunakan sebagai
pelarut dalam cat, bahan anti beku dan senyawa kimia lainnya.
Sedangkan etanol banyak digunakan sebagai pelarut, antiseptic,
campuran obat batuk, anggur obat, bahan minuman keras dan
minuman lain yang mengandung alkohol.
28

d. Bahaya alcohol
Selama ini, stigma yang berkembang di masyarakat adalah
alkohol dapat merusak tubuh. Agaknya, pandangan seperti ini perlu
diluruskan. Pasalnya, pada dosis yang rendah (tidak memabukkan),
alkohol justru menguntungkan bagi tubuh. Beberapa hasil studi
melaporkan studi menyatakan bahwa konsumsi alkohol mampu
menurunkan serangan jantung, stroke, dan mencegah kemungkinan
munculnya serangan alzheimer. Kendati alkohol dalam dosis yang
rendah bermanfaat bagi tubuh, namun alkohol juga bersifat racun.
Ada dua jenis alkohol yang bersifat racun yaitu etil alkohol
atau etanol dan metil alkohol atau metanol. Etil alkohol terdapat
dalam minuman alkohol dan obat yang diolah (larutan alkohol),
keracunan ini ditandai dengan mabuk, perubahan emosi yang
mendadak, mual, muntah, tidak sadarkan diri bahkan meninggal
akibat lumpuhnya alat pernapasan. Metil alkohol biasanya
digunakan sebagai campuran cat, bahan pengencer, penghancur,
dan pemberi panas pada makanan yang dikalengkan. Gejala yang
ditimbulkan pada keracunan alkohol etil hampir sama dengan
keracunan etil alkohol. Hanya saja penderita biasanya mengalami
kebutaan akibat adanya pengrusakan saraf mata.
Pada umumnya, konsumsi alkohol merusak semua organ
tubuh secara berangsur-angsur akibat penggunaannya, dapat
menyebabkan peradangan hati (liver chirrhosis), menyebabkan
pendarahan dalam perut (mag), penyakit jantung
(cardiomyopathy), hormon seks, dan sistem kekebalan tubuh.
Pengaruhnya terhadap otak dapat secara akut (intoksisasi, delirium)
atau kronis (ataxia, pelupa, koordinasi motorik).
e. Alkohol dalam campuran
Berdasarkan ketentuan Standar Industri Indonesia (SII) dari
departemen perindustrian RI, minuman berkadar alkohol dibawah
20 % tidak tergolong minuman keras tapi juga bukan minuman
ringan. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.
29

86/Men.Kes/Per/IV/1977 tanggal 29 April 1977 yang mengatur


produksi dan peredaran minuman keras, yang dimaksud dengan
minuman keras adalah semua jenis minuman beralkohol, tetapi
bukan obat yang meliputi 3 golongan sebagai berikut:
1) Golongan A (Bir), dengan kadar etanol 1% sampai dengan 5%.
Golongan ini dapat menyebabkan mabuk emosional dan bicara
tidak jelas.
2) Golongan B (Champagne, Wine), dengan kadar etanol 5%
sampai dengan 20%. Golongan ini dapat menyebabkan
gangguan penglihatan, kehilangan sesorik, ataksia, dan waktu
reaksi yang lambat.
3) Golongan C (Wiski), dengan kadar atanol lebih dari 20 sampai
50%. Golongan ini dapat menyebabkan gejala ataksia parah,
penglihatan ganda atau kabur, pingsan dan kadang terjadi
konvulsi.
Alkohol banyak digunakan sebagai campuran, untuk
makanan, minuman, dan obat-obatan ada yang berpendapat bahwa
alkohol boleh digunakan selama kadarnya kurang dari satu persen.
Anton Apriyantono dan Nurbowo berpendapat,26 “Suatu bahan
yang mengandung alkohol (kurang dari satu persen) dapat
digunakan dalam pembuatan produk pangan asalkan dalam produk
pangan yang dibuat, alkohol sudah tidak terdeteksi lagi.
5. Nyeri haid
a. Pengertian nyeri haid
Nyeri haid yang dialami setiap siklus menstruasi
merupakan pertanda adanya gangguan di dalam tubuh seseorang.
Sari, Indrawati, & Harjanto (2012) mengatakan bahwa nyeri haid
dapat berasal dari kram rahim saat proses menstruasi, nyeri haid
dapat timbul akibat gangguan pada organ reproduksi, faktor
hormonal maupun faktor psikologis dan dapat menimbulkan
tergganggunya aktivitas sehari-hari. Adanya gejala nyeri yang
dirasakan belum tentu timbul karena adanya suatu penyakit.
30

b. Patofisiologi nyeri haid


Pada setiap bulannya wanita selalu mengalami menstruasi.
Menstruasi terjadi akibat adanya interaksi hormon di dalam tubuh
manusia. Menurut Anurogo (2011) interaksi hormon yang
dikeluarkan oleh hipotalamus, dan indung telur menyebabkan
lapisan sel rahim mulai berkembang dan menebal. Hormon-hormon
tersebut kemudian akan mememberikan sinyal pada telur di dalam
indung telur untuk berkembang. Telur akan dilepaskan dari indung
telur menuju tuba falopi dan menuju uterus. Telur yang tidak
dibuahi oleh sperma akan menyebabkan terjadinya peluruhan pada
endometrium, luruhnya endometrium menyebabkan perdarahan
pada vagina yang disebut dengan menstruasi.
Pada saat masa subur terjadi peningkatan dan penurunan
hormon. Peningkatan dan penurunan hormon terjadi pada fase
folikuler (pertumbuhan folikel sel telur). Pada masa pertengahan
fase folikuler, kadar FSH (Follicle Stimulating Hormone) akan
meningkat dan merangsang sel telur untuk memproduksi hormon
estrogen. Pada saat estrogen meningkat maka kadar progesteron
akan menurun. Penurunan kadar progesteron ini diikuti dengan
adanya peningkatan kadar prostaglandin pada endometrium
(Anurogo, 2011). Prostaglandin yang telah disintesis akibat adanya
peluruhan endometrium merangsang terjadinya peningkatan
kontraksi pembuluhpembuluh darah pada miometrium. Kontraksi
yang meningkat menyebabkan terjadinya penurunan aliran darah
dan mengakibatkan terjadinya proses iskemia serta nekrosis pada
sel-sel dan jaringan (Andira, 2010). Iskemia dan nekrosis pada sel
dan jaringan dapat menyebabkan timbulnya nyeri saat menstruasi.
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri haid
1) Indeks Massa Tubuh
Seorang wanita dengan tubuh tidak ideal memiliki resiko lebih
besar terhadap kejadian dismenore. Tubuh yang ideal bukanlah
tubuh yang terlalu kurus ataupun yang terlalu gemuk. Seorang
31

wanita dengan tubuh terlalu kurus ataupun terlalu gemuk sangat


berpotensi mengalami dismenore, karena semakin rendah Indeks
massa tubuh maka tingkat dismenore akan semakin berat dan
sebaliknya, karena saat wanita semakin gemuk, timbunan lemak
memicu pembuatan hormon terutama estrogen.
2) Tingkat Stres
Stres seringkali terjadi secara tiba-tiba karena persoalan yang
harus dihadapi dalam kehidupan. Peningkatan tingkat stres
menyebabkan pengaruh negative pada kesehatan tubuh. Stres
merupakan penyebab timbulnya dismenore. Semakin tinggi
tingkat stres maka akan semakin tinggi pula tingkat dismenore.
3) Aktifitas Fisik
Dalam kehidupan sehari-hari sangat dianjurkan untuk
melakukan aktivitas fisik untuk kepentingan kesehatan. Aktifitas
fisik jika dilakukan dengan benar akan memberikan manfaat
bagi tubuh. Semakin rendah aktifitas fisik maka tingkat
dismenore akan semakin berat dan sebaliknya.
4) Riwayat keluarga
Riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat
meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenore primeR.
5) Wanita yang belum menikah
Wanita yang sudah menikah mempunyai resiko lebih kecil
untuk mengalami nyeri saat menstruasi, karena keberadaan
sperma suami dalam organ reproduksi yang memiliki manfaat
alami untuk mengurangi produksi prostaglandin atau zat seperti
hormon yang menyebabkan otot rahim berkontraksi dan
merangsang nyeri saat menstruasi. Selain itu pada saat wanita
18 melakukan hubungan seksual otot rahim mengalami
kontraksi yang mengakibatkan leher rahim menjadi lebar.
d. Komplikasi nyeri haid
Nyeri haid primer bukanlah persoalan yang mengancam nyawa
penderitanya.Nyeri haid apabila dibiarkan, maka akan menimbulkan
32

terganggunya aktivitas seharihari. Menurut Martini, Mulyati, &


Fratidhina (2014) dismenore primer dapat menimbulkan beberapa
gejala seperti : (1) Nyeri pada perut bagian bawah; (2) Mual; (3)
Muntah; (4) Diare; (5) Cemas; (6) Depresi; (7) Pusing dan nyeri
kepala; (8) letihlesu, bahkan sampai pingsan. Meskipun dismenore
primer tidak mengancam nyawa tetapi bukan berarti dibiarkan
begitu saja. Dismenore primer yang dibiarkan tanpa penanganan
akan menimbulkan gejala yang merugikan bagi penderitanya.
Dismenore primer tanpa penanganan dapat menyebabkan : (1)
Depresi; (2) Infertilitas; (3) Gangguan fungsi seksual (4) Penurunan
kualitas hidup akibat tidak bisa menjalankan aktivitas seperti
biasanya; (5) Dapat memicu kenaikan angka kematian (Titilayo et
al. 2009). Dismenore primer akan menurunkan kualitas hidup
penderitanya dan akan sangat merugikan penderita dismenore
tersebut apabila dibiarkan.
e. Penatalaksanaan nyeri haid
Menurut Anurogo (2011) penatalaksanaan dismenore primer
meliputi penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi, yaitu :
1) Terapi Farmakologi
Penanganan dismenore yang dialami oleh individu dapat melalui
intervensi farmakologi. Terapi farmakologi, penanganan
dismenore meliputi beberapa upaya. Upaya farmakologi
pertama yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan obat
analgetik yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit. Obat- 20
obatan paten yang beredar dipasaran antara lain novalgin,
ponstan, acetaminophen dan sebagainya. Upaya farmakologi
kedua yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian terapi
hormonal. Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi,
bersifat sementara untuk membuktikan bahwa gangguan yang
terjadi benar-benar dismenore primer. Tujuan ini dapat dicapai
dengan memberikan salah satu jenis pil kombinasi kontrasepsi.
33

2) Terapi Non Farmakologi Selain terapi farmakologi, upaya untuk


menangani dismenore adalah terapi non farmakologi. Terapi
nonfarmakologi merupakan terapi alternative komplementer
yang dapat dilakukan sebagai upaya menangani dismenore tanpa
menggunakan obat-obatan kimia. Tujuan dari terapi non
farmakologi adalah untuk meminimalisir efek dari zat kimia
yang terkandung dalam obat. Penanganan nyeri secara
nonfarmakologi terdiri dari:
a) Terapi es dan panas
Terapi es dan terapi panas adalah dua terapi yang berbeda.
Terapi es dan terapi panas dapat dilakukan menggunakan air
hangat atau es batu yang dimasukkan ke dalam wadah
kemudian dikompreskan pada bagian yang terasa nyeri.
Terapi es dapat menurunkan prostaglandin yang
memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain
pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi.
Terapi panas mempunyai keuntungan meningkatkan aliran
darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
b) Penjelasan dan Nasehat
Penjelasan dan nasehat merupakan upaya penambahan
wawasan untuk penderita dismenore. Memberikan edukasi
kepada klien merupakan 21 tugas seorang perawat. Menurut
Judha (2012) pemberian edukasi mengenai dismenore,
meliputi apa saja yang dapat menyebabkan bertambahnya
nyeri, teknik apa saja yang dapat dilakukan untuk
mengurangi rasa nyeri. Selain itu dapat dilakukan dengan
cara berdiskusi mengenai pola makan yang benar dan
makanan yang sehat, istirahat yang cukup, serta menentukan
olahraga yang sesuai.
c) Pengobatan Herbal
34

Pengobatan herbal tergolong pengobatan yang paling


diminati oleh masyarakat. Disamping biaya yang murah,
pengobatan herbal bisa dilakukan dengan mudah. Menurut
Anurogo (2011) pengobatan herbal dapat dilakukan dengan
membuat minuman dari tumbuhtumbuhan seperti kayu
manis (mengandung asam sinemik untuk meredakan nyeri),
kedelai (mengandung phytoestrogens untuk
menyeimbangkan hormon), cengkeh, ketumbar, kunyit,
bubuk pala, jahe. d. Relaksasi Sama seperti pengobatan
herbal, saat ini relaksasi merupakan cara yang banyak dipilih
untuk digunakan. Relaksasi cukup mudah untuk dilakukan
kapan saja dan dimana saja. Relaksasi merupakan teknik
pengendoran atau pelepasan ketegangan. Teknik relaksasi
yang sederhana terdiri atas nafas abdomen dengan frekuensi
lambat, berirama, teknik relaksasi nafas dalam (contoh:
bernafas dalam-dalam dan pelan). Berbagai cara untuk
relaksasi diantaranya adalah dengan meditasi, yoga,
mendengarkan musik, dan hipnotherapy. Relaksasi juga
dapat dilakukan untuk mengontrol sistem saraf (Anurogo,
2011).

6. Vulva Hygiene
a. Pengertian
Vulva hygiene adalah perilaku memelihara alat kelamin bagian luar
(vulva) guna mempertahankan kebersihan dan kesehatan alat
kelamin, serta untuk mencegah terjadinya infeksi. Perilaku tersebut
seperti melakukan cebok dari arah vagina ke arah anus
menggunakan air bersih, tanpa memakai antiseptik,
mengeringkannya dengan handuk kering atau tisu kering, mencuci
tangan sebelum membersihkan daerah kewanitaan (Darma, 2017).
b. Manfaat Vulva Hygiene
35

Menurut Andira (2012), perawatan vagina mempunyai beberapa


manfaat diantaranya :
1) Menjadikan vagina tetap dalam keadaan bersih dan nyaman.
2) Dapat mencegah munculnya keputihan, gatal-gatal, dan bau tak
sedap.
3) Dapat menjaga pH vagina dalam kondisi normal (3,5 –4,5).
c. Cara Melakukan Vulva Hygiene
Menurut Wijayanti (2017) menyatakan bahwa memelihara
kebersihan alat kelamin dapat dilakukan dengan cara :
1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina. Tujuannya untuk
mencegah alat kelamin terkontaminasi oleh bakteri yang ada
pada tangan.
2) Melakukan cara cebok dari arah depan (vagina) ke belakang
(anus). Supaya bibit penyakit yang bersarang di sekitar anus
tidak terbawa ke dalam vagina, karena hal tersebut dapat
menimbulkan infeksi, peradangan, dan rangsangan gatal.
3) Selalu mengusahakan agar vagina tetap kering dan tidak
lembab, karena keadaan basah akan mempermudah
berkembangnya bakteri pathogen.
4) Tidak menggunakan bedak pada vagina karena bedak akan
menyebabkan jamur dan bakteri tumbuh di sekitar vagina.
5) Tidak sembarangan menggunakan cairan pembersih organ
kewanitaan karena dapat merusak keasaman vagina.
6) Pada saat menstruasi diwajibkan mengganti pembalut 2-3 kali
dalamsehari atau setiap 4 jam sekali secara teratur.
7) Tidak sering memakai pantyliner. Pantyliner adalah salah satu
jenis pembalut wanita yang digunakan diluar periode
menstruasi, dan ukurannya lebih kecil. Pantyliner jika
digunakan terlalu lama dapat menyebabkan peningkatan jumlah
bakteri pathogen dan membunuh lactobacillus dalam vagina,
pantyliner juga dapat mentransfer flora intestinal seperti
Eschericia Colike dalam vagina. Sebaiknya gunakan pantyliner
36

saat perlu saja dan jangan terlalu lama, paling tidak 3-6 jam
sehari.
8) Mengganti pakaian dalam dua kali sehari saat mandi.
9) Memakai pakaian dalam dari bahan yang mudah menyerap
keringat misalnya katun. Bahan lain yang tidak menyerap
keringat seperti nylon atau polyester menyebabkan alat kelamin
terasa gerah dan panas, sehingga vagina menjadi lembab dan
menjadi tempat berkembangbiaknya bakteri dan jamur.
10) Memakai celana dalam yang tidak ketat. Celana dalam yang
terlalu ketat menyebabkan tidak adanya sirkulasi udara di sekitar
alat kelamin sehingga daerah sekitar vagina menjadi lembab.

E. ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS


Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah lapangan khusus yang
merupakan gabungan keterampilan ilmu keperawatan, ilmu kesehatan
masyarakat dan bantuan sosial, sebagai bagian program kesehatan masyarakat
secara keseluruhan guna meningkatkan kesehatan, penyempurnaan kondisi
sosial, perbaikan kondisi fisik, rehabilitasi, pencegahan penyakit dan bahaya
yang lebih besar, ditujukan kepada keluarga yang sehat, individu yang sakit
dan dirawat di rumah sakit beserta keluarganya, kelompok masyarakat khusus
yang mempunyai masalah kesehatan dimana hal tersebut akan mempengaruhi
masyarakat secara keseluruhan(Word Health Organization, 1959).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah sebagai suatu lapangan khusus
dibidang keperawatan, dimana teknik keperawatan, keterampilan hubungan
antar manusia dan keterampilan berorganisasi diterapkan dalam hubungan
yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada
tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat(Freeman, 1961).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu sintesa dari praktek
kesehatan dan praktek kesehatan masyarakat yang diterapkan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan penduduk (American Nurses
Association, 1973).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah selain mencakup perawatan
kesehatan keluarga juga meliputi / memperhatikan kesehatan dan
37

kesejahteraan masyarakat luas, membantu masyarakat mengidentifikasi


masalah kesehatan sendiri serta memecahkan masalah kesehatan tersebut
sesuai dengan kemampuan yang ada pada mereka sebelum mereka meminta
bantuan kepada orang lain (Word Health Organization, 1974).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah kesatuan yang unik dari
praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada
pengembangan peningkatan kemampuan kesehatan baik sendiri sebagai
perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau
masyarakat, pelayanan ini mencakup spectrum pelayanan kesehatan untuk
masyarakat (Freeman, 1981).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah generalis, mampu berfungsi
sebagai team dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat, mampu
berkomunikasi dan memotivasi masyarakat untuk memecahkan masalah
kesehatan pada masyarakat tersebut(Chang, 1982).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah bagian dari usaha kesehatan
pokok yang menjadi beban kesehatan puskesmas, yang melaksanakan
perawatan penderita, keluarga dan masyarakat, uhntuk menyembuhkan dan
meningkatkan kesehatan penderita, keluarga dan masyarakat sekitar melalui
peningkatan kapasitas masing – masing sehingga dapat mengatasi pelbagai
masalah kesehatan yang kesehatan yang dihadapi(Azwar, 1983).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah upaya pelayanan keperawatan
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang dilaksanakan
oleh perawat, dengan mengikutserrtakan team kesehatan lainnya dan
masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari
individu, keluarga dan masyarakat (Departemen Kesehatan R.I, 1986).
Perawatan Kesehatan Masyarakat adalah suatu bidang keperawatan
yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan
pelyanan promotif dan preventif secara berkesimnambungan tanpa
mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan
terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga,kelompok dan masyarakat
sebagai kesatuan yang utuh,melalui proses keperawatan untuk meningkatkan
38

fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya


kesehatan(Rapat Kerja Keperawatan Kesehatan Masyarakat ,1990).
Adapun konsep model asuhan kesehatan komunitas antara lain menurut
ANA (American Nursing Association, 1980) yaitu Perkesmas adalah suatu
sintesa dari praktek kesehatan masyarakat dan perawatan yang diterapkan
untuk meningkatkan memelihara kesehatan populasi. Sedangkan menurut
APHA (American Public Health Association) yaitu Perkesmas mensintesa
body of knowledgenya dari ilmu kesehatan masyarakat dan teori-teori
perawatan untuk meningkatkan kesehatan seluruh masyarakat.
Perawatan komunitas merupakan suatu bentuk merupakan suatu bentuk
pelayanan professional yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang
ditujukan pada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi
(keluarga dengan resiko tinggi ,daerah tertinggal,miskin dan tidak
terjangkau). Dalam upaya pencapaian upaya kesehatan yang optimal melalui
peningkatan kesehatan,pencegahan penyakit serta tidak mengabaikan
perawatan dan rehabilitasi. Pelayanan yang diberikan dapat dijangkau oleh
masyarakat sebagai mitra dalam pemberian pelayanan keperawatan
Peran serta masyarakat dalam PKU mengandung pengertian masyarakat
sebagai penerima pelayanan kesehatan dan aktif didalam seluruh proses,sejak
pengenalan masalah kesehatan sampai dengan
penanggulangannya.Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas ditujukan
kepada masyarakat dan keluarga yang merupakan subsistem komunitas
dengan memperhatikan juga masalah individu sebagai anggota keluarga.
Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan komunitas meliputi :
1. Pengkajian
Pada tahap ini, menurut Anderson dan Mc. Forlance (1985) meliputi :
demografi,populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang
dipengaruhi oleh subsistem komunitas yang terdiri dari fisik, lingkungan
perumahan dan pendidikan, keselamatan dan transportasi, pelayanan
social,komunikasi, ekonomi dan rekreasi. Semua aspek ini dikaji melalui
pengamatan langsung, penggunaan data statistik, angket wawancara
39

dengan tokoh masyarakat, tokoh agama dan aparat pemerintah setempat.


Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari,
maka kemudian dikelompokkan dan dianalisa seberapa berat reaksi yang
timbul pada masyarakat tersebut.Berdasarkan hal tersebut diatas dapat
disusun diagnosa keperawatan komunitas menurut Mueke (1987) dimana
terdiri dari: masalah kesehatan, karakteristik populasi dan karakteristik
lingkungan.
Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis diagnosis
sebagai berikut (Achjar, 2013).
a. Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladaptif. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari
komponen problem (P) saja, tanpa komponen etiologi.
b. Diagnosis ancaman (risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptif yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis
keperawatan komunitas risiko terdiri atas problem (P), etiologi (E) dan
symptom/sign (S).
c. Diagnosis aktual/gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/masalah
kesehatan di komunitas, yand didukung oleh beberapa data
maladaptif. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual terdiri
atas problem (P), etiologi (E) dan symptom/sign (S).
Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas ditetapkan,
prioritas masalah kesehatan komunitas yang ada perlu ditetapkan bersama
masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa (MMD) atau lokakarya
mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat berdasarkan kategori dapat
diatasi, kemudahan dan kekhususan, mengingat banyaknya masalah yang
dihadapi oleh masyarakat. (Achjar, 2013).
40

Penentuan prioritas masalah masalah keperawatan komunitas dapat


dilakukan melalui metode berikut.

a. Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)


Pentingnya Kemungkinan Peningkatan
masalah perubahan terhadap
untuk positif jika kualitas
dipecahkan: diatasi : hidup bila

Masalah diatasi: Total


1 Rendah 0 Tidak ada
0 Tidak ada
2 Sedang 1 Rendah
1 Rendah
3 Tinggi 2 Sedang
2 Sedang
3 Tinggi
Risiko 3 3 3 9
meningkatnya
kejadian
intertilitas
pada agregat
remaja.
Kurangnya 3 2 2 7
kebiasaan
hygiene
personal

Tabel 2.1. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas dengan


metode paper and pencil tool

b. Skoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes, 2003)


MASALAH
A B C D E F G H TOTAL
KEPERAWATAN
Risiko meningkatnya 2 3 2 5 2 3 2 2 21
kejadian infertilitas pada
41

agregat remaja
Kurangnya kebiasaan
3 4 3 3 3 3 3 3 25
hygiene personal

Tabel 2.2. Contoh prioritas masalah keperawatan komunitas menurut


Depkes RI.

2. Perencanaan
Tahap selanjutnya setelah merumuskan diagnosis keperawatan
komunitas adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan
merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk
mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau
meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat
pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan
fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan
normal, dan pencegahna tersier untuk memperkuat garis pertahanan
resistan (Anderson & McFarlane, 2000 dalam Achjar, 2013).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek.
Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM) mengacu pada
bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di komunitas, sedangkan
penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus/TUK) mengacu pada
bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pendek harus SMART
(S=spesifik, M=measurable/dapat diukur, A=achievable/dapat dicapai,
R=reality, T=time limited/punya limit waktu).
Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat
dijabarkan secara operasional dalam planning of action (POA) yang
disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya
mini masyarakat. (Achjar, 2013).
3. Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah
perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah masyarakat. Implementasi keperawatan dilakukan untuk
42

mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses


kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan (partnership) dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment).
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan
perubahan masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di
masyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal seperti adanya undang-
undang, situasi politik dan kejadian kritis eksternal masyarakat (Achjar,
2013).
Setiap akan melakukan kegiatan di masyarakat/implementasi
program, sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP) kegiatan
asuhan keperawatan komunitas, yang meliputi :
a. Latar belakang yang berisi komunitas, data yang perlu dikaji lebih
lanjut terkait implementasi yang akan dilakukan dan masalah
keperawatan komunitas yang terkait dengan implementasi saat ini.
b. Proses keperawatan komunitas yang berisi diagnosis keperawatan
komunitas, tujuan umum, dan tujuan khusus.
c. Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik kegiatan target
kegiatan, metode, strategi kegiatan, media dan alat bantu yang
dipergunakan, waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan,
pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas, susunan acara,
setting tempat acara.
d. Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi proses, dan
evaluasi hasil dengan menyebutkan target presentasi pencapaian hasil
yang diinginkan.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistematik berkenaan dengan
program kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang digunakan
masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik dan hasil yang dicapai
(Patton, 1986 dalam Helvie, 1998) dalam Achjar (2013).
43

Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan informasi


untuk umpan balik selama program berlangsung. Sementara itu, evaluasi
sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi
tentang efektivitas pengambil keputusan. Pengukuran efektivitas program
dapat dilakukan dengan cara mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan
program. Pengukuran efektivitas program di komunitas dapat dlihat
berdasarkan :
a. Pengukuran komunitas sebagai klien. Pengukuran ini dilakukan
dengan cara mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur kesehatan
komunitas.
b. Pengukuran komunitas sebagai pengalaman membina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran sosial dan
determinan kesehatan.
c. Pengukuran komunitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan
mengukur tingkat keberhasilan keluarga dan masyarakat sebagai
sumber informasi dan sumber intervensi kegiatan.
BAB III

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan oleh mahasiswa Program


Studi Profesi Ners ITIKES Bali angkatan Tahun 2020 secara Online di 13 wilayah
tempat tinggal mahasiswa dari tanggal 12 Oktober - 22 November 2020
menggunakan proses keperawatan komunitas yang dibagi menjadi dua tahap yaitu
tahap persiapan dan tahap pelaksanaan. Dalam tahap persiapan dilakukan
penjajakan tempat wilayah masing-masing mahasiswa dan persiapan teknis
lainnya serta tahap pelaksanaan yang terdiri dari pengkajian, perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi. Pendekatan keperawatan komunitas yang digunakan
dalam prakteknya melibatkan responden remaja dari 13 wilayah tempat tinggal
mahasiswa.

A. PERSIAPAN
1. Penjajakan Tempat dan Persiapan Masyarakat
Kegiatan meliputi upaya mengenal secara langsung karakteristik
wilayah binaan dengan cara mencari informasi dari berbagai pihak terkait
wilayah yang akan menjadi sasaran.
2. Persiapan Teknis
Persiapan teknis dimulai dengan mencari responden, yang
manasetiap mahasiswa mencari 5 responden remaja dengan usia 15-18
tahun setelah itu dibuatkanlah grup remaja binaan melalui aplikasi
whatsapp dan Selanjutnya melalui grup tersebut dilakukan sosialisasi dan
penyebaran kuisioner yang dilakukan mulai tanggal 17 -18Oktober 2020
melalui online di 13 wilayah tempat tinggal mahasiswa yang selanjutnya
pada tanggal 25Oktober 2020 dilakukan pertemuan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD I).
45

B. PELAKSANAAN
1. Pengkajian
Penyebaran kuisioner kesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan
COVID-19 dilaksanakan melalui online pada tanggal 17 – 18 Oktober
2020 dengan menggunakan metode Total Sampling yangmana seluruh
responden remaja pada masing-masing wilayah tempat tinggal mahasiswa
sebanyak 75 responden dijadikan sample penelitian.

Setelah data-data terkumpul, dilakukan pengecekan terhadap


validitas kuisioner yang memenuhi syarat untuk diolah, selanjutnya
dilakukan tabulasi data dan analisa data dari tanggal 19 – 21 Oktober 2020.
Berdasarkan hasil analisa data diperoleh 3 masalah utama yaitu: (1)
Kurangnya Pengetahuan Remaja tentang SADARI dan Hand Hygine, (2)
Gangguan Kesehatan Pada Remaja Perempuan, (3) Perilaku Kesehatan
Cenderung Berisiko.

Pada tanggal 21 Oktober 2020 data-data tersebut disosialisasikan


kepada Dosen Pembimbing. Kemudian tanggal 22 Oktober 2020
dilaksanakan pertemuan untuk menganalisa masalah keperawatan dan
menentukan rencana kegiatan yang selanjutkan didiskusikan pada waktu
Musyawarah Masyarakat Desa I tanggal 25 Oktober 2020, pelaksanaan
yang dilakukan sebelumnya penyebaran undangan online, mekanisme
diskusi menggunakan kolabolarsi media zoom dan group WA.

Pada kegiatan MMD I dipresentasikan tentang 3 masalah yang telah


ditemukan berdasarkan tingginya persentase dari masalah tersebut.

a. Profil wilayah
13 Desa wilayah tempat tinggal masing – masing tempat tinggal
mahasiswa yaitu :
1) Desa Ubud, Gianyar
2) Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar
3) Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan
4) Desa Sesetan, Denpasar Selatan
5) Desa Kayubihi, Bangli
46

6) Desa Sibanggede, Badung


7) Desa Adat Semarapura
8) Denpasar Utara
9) Denpasar Selatan
10) Samarinda Kalimantan Timur
11) Nusa Penida
12) Mengwi, Badung
13) Singaraja

b. Data Demografi
Wilayah yang kami pergunakan ada 13 desa antara lain Desa
Ubud, Gianyar, Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar, Desa
Candikuning, Baturiti, Tabanan, Desa Sesetan, Denpasar Selatan,
Desa Kayubihi, Bangli, Desa Sibanggede, Badung, Desa Adat
Semarapura, Denpasar Utara, Denpasar selatan, Samarinda
Kalimantan Timur, Nusa Penida, Mengwi,
BadungdanSingarajadengan jumlah responden yang terkaji yaitu 75
responden remaja.Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu
dengan cara total sampling dimana pelaksanaan pengambilan data
dilaksanakan oleh mahasiswa secara online dengan metode kuesioner
online pada keseluruhan jumlah sampel responden.

c. Data Survey
Pengumpulan data dilakukan secara online dimana mahasiswa
dan responden tetap berdiam diri dirumah masing-masing dan hanya
berkomunikasi melalui media sosial. Kuesioner online yang berisikan
pertanyaan tentang kesehatan masyarakat, kesehatan remaja dan
COVID-19 disebarkan di group whatsapp kelompok remaja binaan
mahasiswa dari tanggal 17 – 18 Oktober 2020. Pengumpulan data
dilakukan menggunakan kuesioner online dengan metode total
sampling. Hasil survey di analisa secara deskriptif kuantitatif dengan
47

penyajian data berupa distribusi frekuensi menggunakan diagram


pie.Berikut merupakan penyajian data berdasarkan hasil diagram pie :
1) Data Demografi
a) Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada tanggal
12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 1 : Persentase Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin di 13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi :

Dari 75 responden, Mayoritas responden berjenis kelamin


perempuan sebanyak 68 orang (90,7%) dan responden laki-laki
sebanyak 7 orang (9,3%)

b) Distribusi Responden Berdasarkan Usia pada tanggal 12


Oktober – 22 November 2020

Gambar 2 :Persentase Responden Berdasarkan Usia di 13


Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi : Dari 75 responden, Mayoritas responden berusia 15-


16 tahun sebanyak 26 orang (34,7%) dan responden usia 17-18
tahun sebanyak 49 orang (65,3%).
48

2) Kesehatan Remaja
a) Distribusi Responden Berdasarkan Sudah Menstruasipada
tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 1 :Persentase Responden Berdasarkan Sudah


Menstruasi di 13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi :Dari 75 responden, terdapat responden berjenis


kelamin perempuan sebanyak 68 orang (90,7%). Mayoritas
responden perempuan yang sudah menstruasi sebanyak 68
orang (90.7%) dan responden laki-laki sebanyak 7 orang
(99.3%) tidak menjawab.

b) Distribusi Responden Berdasarkan Usia Menstruasipada


tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 2 :Persentase Responden Berdasarkan Usia


Menstruasi di 13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi :Dari 75 responden, terdapat responden berjenis


kelamin perempuan sebanyak 68 orang (90,7%). Mayoritas
responden perempuan yang sudah menstruasi pada usia kurang
dari 12 tahun sebanyak 11 orang (14.7%), responden yang
mentruasi pada usia lebih dari 12 tahun sebanyak 57 orang
49

(76.0%) dan responden laki-laki sebanyak 7 orang (9,3%) tidak


menjawab.

c) Distribusi Responden Berdasarkan Mengalami Nyeri Perut saat


Menstruasi pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 3 :Persentase Responden Berdasarkan Mengalami


Nyeri Perut Saat Menstruasi di 13 Wilayah tempat tinggal
mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden mengalami nyeri perut saat menstruasi sebanyak 55
orang (73.3%), tidak nyeri perut sebanyak 13 orang (17.3%)
dan responden laki-laki sebanyak 7 orang (9.3%) tidak
menjawab

d) Distribusi Responden Berdaskan Mengkonsumsi Obat Nyeri


Haidpada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 4 :Persentase Responden Berdasarkan Mengalami


Nyeri Perut Saat Menstruasi di 13 Wilayah tempat tinggal
mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden mengalami nyeri perut saat menstruasi sebanyak 55
50

orang (73.3%), tidak nyeri perut sebanyak 13 orang (17.3%)


dan responden laki-laki sebanyak 7 orang (9.3%) tidak
menjawab

e) Distribusi Responden Berdaskan Mengganti Pembalut Saat


Menstruasi pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 5 :Persentase Responden Berdasarkan Mengganti


Pembalut Saat Menstruasi di 13 Wilayah tempat tinggal
mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden mengganti pembalut lebih dari 3 kali sebanyak 32
orang (42.7%), mengganti pembalut kurang dari 3 kali
sebanyak 36 orang (48.0%) dan responden laki-laki sebanyak 7
orang (9.3%) tidak menjawab

f) Distribusi Responden Berdasarkan Konsumsi Obat Penambah


Darah pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 6 :Persentase Responden Berdasarkan Konsumsi


Obat Penambah Darah Saat Menstruasi di 13 Wilayah tempat
tinggal mahasiswa
51

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden mengkonsumsi obat penambah darah saat
menstruasi sebanyak 3 orang (4.0%), responden yang tidak
mengkonsumsi obat penambah darah sebanyak 65 orang
(86.7%) dan responden laki-laki sebanyak 7 orang (9.3%) tidak
menjawab

g) Distribusi Responden Berdasarkan Sudah Membersihkan Area


Kemaluan Saat BAK pada tanggal 12 Oktober – 22 November
2020

Gambar 7 :Persentase Responden Berdasarkan Sudah


Membersihkan Area Kemaluan Saat BAK di 13 Wilayah
tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden membersihkan area kemaluan saat BAK sebanyak
66 orang (88.0%), responden yang tidak membersihkan area
kemaluan saat BAK sebanyak 2 orang (2.7%) dan responden
laki-laki sebanyak 7 orang (9.3%) tidak menjawab

h) Distribusi Responden Berdasarkan Cara Membersihkan


Kemaluan pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020
52

Gambar 8 :Persentase Responden Berdasarkan Cara


Membersihkan Area Kemaluan Saat BAK di 13 Wilayah
tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi :Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden membersihkan area kemaluan dengan cara dari
kemaluan ke pantat sebanyak 55 orang (73.3%), responden
membersihkan area kemaluan dengan cara dari pantat ke area
kemaluan sebanyak 13 orang (17.3%) dan responden laki-laki
sebanyak 7 orang (9.3%) tidak menjawab

i) Distribusi Responden Berdasarkan Media Membersihkan


Kemaluan pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 9 :Persentase Responden Berdasarkan Media


Membersihkan Kemaluan di 13 Wilayah tempat tinggal
mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden membersihkan area kemaluan dengan menggunakan
air sebanyak 48 orang (64.0%), responden membersihkan area
kemaluan dengan sabun 13 orang (17.3%), responden
membersihkan area kemaluan dengan sabun khusus
kewanitaan 7 orang (9.3%), dan responden laki-laki sebanyak
7 orang (9.3%) tidak menjawab

j) Distribusi Responden Berdasarkan Mengeringkan Area


Kemaluan Setelah Dibersihkan pada tanggal 12 Oktober – 22
November 2020
53

Gambar 10 :Persentase Responden Berdasarkan Megeringkan


Area Kemaluan Setelah Dibersihkan di 13 Wilayah tempat
tinggal mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden mengeringkan area kemaluan sebanyak 64 orang
(85.3%), responden yang tidak mengeringkan area kemaluan
sebanyak 4 orang (5.3%) dan responden laki-laki sebanyak 7
orang (9.3%) tidak menjawab

k) Distribusi Responden Berdaskan Mengetahui Sadari pada


tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 11 :Persentase Responden Berdasarkan Mengetahui


SADARI di 13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden yang tidak mengetahui tentang sadari sebanyak 42
orang (56.0%), responden yang mengetahui tentang sadari
sebanyak 26 orang (34.7%), dan responden laki-laki sebanyak
7 orang (9.3%) tidak menjawab
54

l) Distribusi Responden Berdasarkan Pernah Melakukan Sadari


pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 12 :Persentase Responden Berdasarkan Pernah


Melakukan SADARI di 13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden yang tidak pernah melakukan sadari sebanyak 46
orang (61.3%), responden yang pernah melakukan sadari
sebanyak 22 orang (29.3%), dan responden laki-laki sebanyak
7 orang (9.3%) tidak menjawab

m) Distribusi Responden Berdaskan Pernah Mengalami Keputihan


pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 13 :Persentase Responden Berdasarkan Pernah


Mengalami Keputihan di 13 Wilayah tempat tinggal
mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden pernah mengalami keputihan sebanyak 53 orang
(70.7%), responden yang tidak pernah mengalami keputihan
55

sebanyak 15 orang (20.0%), dan responden laki-laki sebanyak


7 orang (9.3%) tidak menjawab

n) Distribusi Responden Berdasarkan Masalah Keputihan pada


tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 14 :Persentase Responden Berdasarkan Masalah


Keputihan di 13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi : Dari 68 orang responden perempuan, Mayoritas


responden tidak mengalami masalah keputihan seperti berbau,
gatal, dan berwarna sebanyak 52 orang (69.3%), responden
yang pernah mengalami masalah keputihan seperti berbau,
gatal, dan berwarna sebanyak 16 orang (21.3%), dan
responden laki-laki sebanyak 7 orang (9.3%) tidak menjawab

o) Distribusi Responden Berdasarkan Merokok pada tanggal 12


Oktober – 22 November 2020

Gambar 15 :Persentase Responden Berdasarkan Merokok di


13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa
56

Intepretasi :Dari 75 orang responden. Mayoritas responden


tidak merokok sebanyak 73 orang (97.3%), responden yang
merokok sebanyak 2 orang (2.7%).

p) Distribusi Responden Berdaskan Alasan Merokok pada tanggal


12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 16 :Persentase Responden Berdasarkan Alasan


Merokok di 13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi :Dari 75 orang responden. Mayoritas responden


tidak mejawab sebanyak 71 orang (94.7%), responden yang
merokok karena alasan mengikuti teman sebanyak 3 orang
(4.0%). Dan respon yang merokok dengan alasan keinginan
sendiri sebanyak 1 orang (1.3%)

q) Distribusi Responden Berdaskan Mengkonsumsi Alkohol pada


tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 17 :Persentase Responden Berdasarkan


Mengkonsumsi Alkohol di 13 Wilayah tempat tinggal
mahasiswa
57

Intepretasi :Dari 75 orang responden. Mayoritas responden


tidak memgkonsums alkohol sebanyak 64 orang (85.3%),
responden yang mengkonsumsi alkohol sebanyak 11 orang
(14.7%).

r) Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang IMS


pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 18 :Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuan


Tentang IMS di 13 Wilayah tempat tinggal mahasiswa

Intepretasi :Dari 75 orang responden. Mayoritas responden


mengetahui tentang IMS (Infeksi menular Seksual) sebanyak
60 orang (80.0%), responden yang tidak mengetahui tentang
IMS (Infeksi menular Seksual) sebanyak 15 orang (20.0%).

s) Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang


Pencegahan IMS & HIV pada tanggal 12 Oktober – 22
November 2020

Gambar 19 :Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuan


Tentang Pencegahan IMS & HIV di 13 Wilayah tempat tinggal
mahasiswa
58

Intepretasi :Dari 75 orang responden. Mayoritas responden


mengetahui tentang pencegahan tentang IMS (Infeksi menular
Seksual) dan HIVsebanyak 62 orang (82.7%), responden yang
tidak mengetahui tentang pencegahan IMS (Infeksi menular
Seksual) dan HIVsebanyak 13 orang (17.3%).

3) Covid – 19
a) Survey Pengetahuan Remaja Tentang Covid-19
(1) Distribusi Responden Berdasarkan PertanyaanPengertian
Covid-19 pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 1 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Pengertian Covid-19

Intepretasi :
Dari 75 responden.Mayoritas responden menjawab bahwa
penyakit covid-19 disebabkan oleh virus sebanyak 50
orang (66.7%), responden mejawab bahwa penyakit covid-
19 disebabkan oleh virus dan bakteri sebanyak 23 orang
(30.7%) dan responden menjawab bahwa penyakit covid-
19 disebabkan oleh konsumsi daging hewan yang sakit
sebanyak 2 orang (2.7%)

(2) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Yang


Bukan Cara Penularan Covid-19 pada tanggal 12 Oktober
– 22 November 2020
59

Gambar 2 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Yang Bukan Cara Penularan Covid-19

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab bahwa
penyakit covid-19 bukan ditularkan melalui udara
sebanyak 51 orang (68.0%), responden menjawab bahwa
penyakit covid-19 ditularkan bukan melalui berjabat
tangan, menyentuh benda sebanyak 11 orang (14.7%) dan
responden menjawab bahwa penyakit covid-19 ditularkan
bukan melalui udara dan dorplet sebanyak 7 orang (9.3%)
dan responden mejawab bahwa penyakit covid-19
ditularkan bukan melalui droplet (percikan batuk atau
bersin) sebanyak 6 orang (8.0%)

(3) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tanda dan


Gejala Covid-19 pada tanggal 12 Oktober – 22 November
2020

Gambar 3 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tanda dan Gejala Covid-19
60

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab bahwa
tanda dan gejala penyakit covid-19 yaitu demam, batuk,
lu, sesak nafas sebanyak 70 orang (93.3%), responden
menjawab bahwa tanda dan gejala penyakit covid-19 yaitu
lemas, sesak nafas, flu, batuk, tekanan darah tinggi
sebanyak 4 orang (5.3%) dan responden menjawab bahwa
tanda dan gejala penyakit covid-19 yaitu susah tidur,
demam, mata berkunang, lemas, sesak nafas sebanyak 1
orang (1.3%)

(4) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Yang


Paling Rentan Terinfeksi virus Covid-19 pada tanggal 12
Oktober – 22 November 2020

Gambar 4 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Yang Paling Rentan Terinfeksi virus Covid-19

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab bahwa
yang paling rentan terinfeksi covid-19 adalah orang usia
lanjut dengan penyakit penyerta sebanyak 65 orang
(86.7%), responden menjawab bahwa yang paling rentan
terinfeksi covid-19 adalah orang yang memiliki riwayat
asma sebanyak 10 orang (13.3%)
61

(5) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang


Perasaan Ketika Semakin Maraknya Isu Terkait Wabah
Covid-19 pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 5 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Perasaan Ketika Semakin Maraknya
Isu Terkait Wabah Covid-19
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
berusaha tenang tentang perasaan ketika semakin
maraknya isu terkait wabah Covid-19 sebanyak 59 orang
(78.7%), responden menjawab khawatir tentang perasaan
ketika semakin maraknya isu terkait wabah Covid-19
sebanyak 10 orang (13.3%) dan responden menjawab
biasa saja tentang perasaan ketika semakin maraknya isu
terkait wabah Covid-19 sebanyak 6 orang (8.0%)

(6) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Masa


Inkubasi virus Covid-19 pada tanggal 12 Oktober – 22
November 2020

Gambar 5 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Masa Inkubasi virus Covid-19
62

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab 7-14
hari sebanyak 74 orang (98.7%) dan responden menjawab
7-12 hari sebanyak 1 orang (1.3%)

b) Survey Perilaku Remaja Tentang Covid-19


(1) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Cara
Melepas Masker Yang Benar pada tanggal 12 Oktober –
22 November 2020

Gambar 1 : Persentase Responden Berdasarkan Cara


Melepaskan Masker Yang Benar
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
memegang bagian luar sebanyak 59 orang (78.7%) dan
responden menjawab memegang bagian dalam sebanyak
16 orang (21.3%)
(2) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Yang
Dapat Beresiko Menyebarkan Virus Covid-19 pada
tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 2 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Yang Dapat Beresiko Menyebarkan Virus
Covid-19
63

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
kontak erat dengan benda yang terkontaminasi covid-19
sebanyak 69 orang (92.0%) dan responden menjawab
tidak menggunakan masker saat bepergian sebanyak 2
orang (2.7%) dan dan responden menjawab tidak
menggunakan sarung tangan steril saat bepergian
sebanyak 4 orang (5.3%)
(3) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Yang
Bukan Cara Mencegah Virus Covid-19 pada tanggal 12
Oktober – 22 November 2020

Gambar 3 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Yang Bukan Cara Mencegah Virus Covid-19
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
olahraga dengan teman dilapangan sebanyak 68 orang
(90.7%) dan responden menjawab tinggal dirumah hindari
keramaian sebanyak 3 orang (4.0%), responden menjawab
menggunakan masker saat bepergian sebanyak 2 orang
(2.7%), responden menjawab hindari menyentuh wajah
sebanyak 1 orang (1.3%) dan responden menjawab
menjaga jarak 1-2 meter sebanyak 1 orang (1.3%)
64

(4) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Yang


Dilakukan Ketika Ingin Batuk Atau Bersin pada tanggal
12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 4 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Yang Dilakukan Ketika Ingin Batuk Atau
Bersin
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
menutup mulut dan hidung dengan baju sebanyak 62
orang (82.7%) dan responden menjawab menutup mulut
dan hidung dengan tangan sebanyak 13 orang (17.3%)

(5) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai


Langkah Mencuci Tangan Dengan Benar pada tanggal 12
Oktober – 22 November 2020

Gambar 5 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Langkah Mencuci Tangan Dengan
Benar
65

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab 6
langkah sebanyak 73 orang (97.3%) dan responden
menjawab 2 langkah sebanyak 2 orang (2.7%)
(6) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai
Sikap Dalam Upaya Mencegah Penularan Infeksi Covid-
19 pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 6 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Sikap Dalam Upaya Mencegah
Penularan Infeksi Covid-19
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
melakukan sosial distancing sebanyak 74 orang (98.7%)
dan responden menjawab tetap bepergian sebanyak 1
orang (1.3%)
(7) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai
Kegiatan Yang Dilakukan Ketika Pulang Kerumah Setelah
Bepergian pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 7 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Kegiatan Yang Dilakukan Ketika
Pulang Kerumah Setelah Bepergian
66

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab rutin
mandi sebanyak 70 orang (93.3%) dan responden
menjawab langsung masuk kamar sebanyak 5 orang
(6.7%)
(8) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang
Diminta Keluar Rumah Namun Sedang Tidak Dalam
Kondisi Sehat pada tanggal 12 Oktober – 22 November
2020

Gambar 8 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Diminta Keluar Rumah Namun
Sedang Tidak Dalam Kondisi Sehat
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab tetap
diam dirumah (tidak bepergian) sebanyak 44 orang
(58.7%), responden menjawab tetap bepergian
menggunakan masker sebanyak 21 orang (28.0%) dan
responden menjawab minum vitamin sebelum keluar
rumah sebanyak 10 orang (13.3%)
67

(9) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai


Penerapan Protokol Kesehatan Ketika Berada Di Luar
Rumah pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 9 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Penerapan Protokol Kesehatan
Ketika Berada Di Luar Rumah
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
yasebanyak 72 orang (96.0%) dan responden menjawab
tidak sebanyak 3 orang (4.0%)
(10) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai
Pentingkah Untuk Tetap Menggunakan Masker Di Era
New Normal pada tanggal 12 Oktober – 22 November
2020

Gambar 9 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Pentingkah Untuk Tetap
Menggunakan Masker Di Era New Normal
Intepretasi :
Dari 75 responden. Keseluruhan responden menjawab ya
(100%)
68

c) Survey Sikap Remaja Tentang Covid-19


(1) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Terkait
Sikap Apabila Terdapat Masyarakat Yang Meninggal
Akibat Virus Covid-19 pada tanggal 12 Oktober – 22
November 2020

Gambar 1 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Terkait Sikap Apabila Terdapat Masyarakat
Yang Meninggal Akibat Virus Covid-19
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab tidak
perlu khawatir sebanyak 73 orang (97.3%) dan responden
menjawab menolak jenazah sebanyak 2 orang (2.7%)
(2) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai
Cara Menyikapi Diri Seandainya Terdapat Riwayat Pergi
Keluar Kota Pada Saat Wabah Covid-19pada tanggal 12
Oktober – 22 November 2020

Gambar 2 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Cara Menyikapi Diri Seandainya
69

Terdapat Riwayat Pergi Keluar Kota Pada Saat Wabah


Covid-19
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
megisolasi diri secara mandiri selama 14 hari sebanyak 54
orang (72.0%), responden menjawab memerikasakan diri
ke rumah sakit sebanyak 17 orang (22.7%) dan responden
menjawab melapor ke RT sebanyak 4 orang (5.3%)
(3) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang
Sikap Remaja Dalam Menghadapi Situasi Salah satu
Keluarganya Yang Masih Melakukan Kegiatan Di Luar
Rumah pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 3 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Sikap Remaja Dalam Menghadapi
Situasi Salah satu Keluarganya Yang Masih Melakukan
Kegiatan Di Luar Rumah
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab tetap
memberikan informasi terkait langkah-lagkah pencegahan
covid-19 sebanyak 55 orang (73.3%), responden
menjawab melapor ke polisi sebanyak 19 orang (25.3%)
dan responden menjawab tidak peduli sebanyak 1 orang
(1.3%)
70

(4) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang


Sikap Jika Diundang Ke Acara Keluarga Pada Kondisi
Wabah Covid-19 pada tanggal 12 Oktober – 22 November
2020

Gambar 4 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Sikap Jika Diundang Ke Acara
Keluarga Pada Kondisi Wabah Covid-19
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab tetap
datang dan selalu menggunakan maskersebanyak 55 orang
(73.3%), responden menjawab cukup mengabari secara
online melalui video call atau telfon sebanyak 19 orang
(25.3%) dan responden menjawab tetap datang karena
merasa tidak enak sebanyak 1 orang (1.3%)
(5) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Sikap
Dalam Upaya Pencegahan Penularan Covid-19 Di
Lingkungan Rumah pada tanggal 12 Oktober – 22
November 2020

Gambar 5 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Sikap Dalam Upaya Pencegahan Penularan
Covid-19 Di Lingkungan Rumah
71

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
membersihkan benda dengan cairan desinfektan sebanyak
64 orang (85.3%), responden menjawab selalu
menggunakan sarung tangan ketika beraktivitas sebanyak
8 orang (10.7%) dan responden menjawab membersihkan
benda dengan air biasa sebanyak 3 orang (4.0%)

(6) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang


Langkah Yang Dilakukan Apabila Memiliki Gejala
Terinfeksi Covid-19 pada tanggal 12 Oktober – 22
November 2020

Gambar 6 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Langkah Yang Dilakukan Apabila
Memiliki Gejala Terinfeksi Covid-19
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab
memeriksakan diri ke pelayanan kesehatan sebanyak 61
orang (81.3%), responden menjawab melakukan sosial
distancing sebanyak 11 orang (14.7%) dan responden
menjawab menggunakan masker sebanyak 3 orang (4.0%)
72

d) Survey Dampak Covid-19 Terhadap Psikososial, Sosial


Ekonomi dan Spiritual Remaja
(1) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang
Setelah Bepergian Sudah Mencuci Tangan Atau Mandi
pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 1 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Setelah Bepergian Sudah Mencuci
Tangan Atau Mandi
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 74 orang (98.7%), responden menjawab
tidaksebanyak 1 orang (1.3%)

(2) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai


Perasaan Terbebani dan Kesulitan Memahami Penjelasan
Guru Saat Pembelajaran Daring/Online pada tanggal 12
Oktober – 22 November 2020

Gambar 2 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Perasaan Terbebani dan Kesulitan
Memahami Penjelasan Guru Saat Pembelajaran
Daring/Online
73

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 62 orang (82.7%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 13 orang (17.3%)

(3) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Akibat


Covid-19 Remaja Menjadi Lebih Dekat Dengan Keluarga
pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 3 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Akibat Covid-19 Remaja Menjadi Lebih
Dekat Dengan Keluarga
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 70 orang (93.3%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 5 orang (6.7%)
(4) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Akibat
Covid-19 Menyebabkan Kekurangan Interaksi Remaja
Dengan Teman pada tanggal 12 Oktober – 22 November
2020

Gambar 4 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Akibat Covid-19 Menyebabkan Kekurangan
Interaksi Remaja Dengan Teman
74

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 61 orang (81.3%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 14 orang (18.7%)

(5) Distribusi Responden Berdasarkan PertanyaanMengenai


Perasaan Terbebani Dengan Pembelajaran Daring/Online
Karena Biaya Kuota Yang Mahal Atau Meminta Uang
Kepada Orang Tua pada tanggal 12 Oktober – 22
November 2020

Gambar 5 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Perasaan Terbebani Dengan
Pembelajaran Daring/Online Karena Biaya Kuota Yang
Mahal Atau Meminta Uang Kepada Orang Tua

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 64 orang (85.3%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 11 orang (14.7%)
75

(6) Distribusi Responden Berdasarkan PertanyaanMengenai


Pengeluaran Kuota Dalam Sistem Pembelajaran
Daring/Online Menjadi Meningkat pada tanggal 12
Oktober – 22 November 2020

Gambar 6 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Pengeluaran Kuota Dalam Sistem
Pembelajaran Daring/Online Menjadi Meningkat
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 71 orang (94.7%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 4 orang (5.3%)

(7) Distribusi Responden Berdasarkan PertanyaanTentang


Pandemi Covid-19 Berdampak Pada Keuangan Di
Keluarga pada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 7 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Pandemi Covid-19 Berdampak Pada
Keuangan Di Keluarga
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 71 orang (94.7%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 4 orang (5.3%)
76

(8) Distribusi Responden Berdasarkan PertanyaanTentang


Uang Saku Yang Diberikan Oleh Orang Tua Menjadi
Berkurang Sejak Pandemi Covid-19 pada tanggal 12
Oktober – 22 November 2020

Gambar 8 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Uang Saku Yang Diberikan Oleh
Orang Tua Menjadi Berkurang Sejak Pandemi Covid-19

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 71 orang (94.7%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 4 orang (5.3%)

(9) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai


Membantu Perekonomian Keluarga Dengan Berjualan
Onlinepada tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 9 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Membantu Perekonomian
Keluarga Dengan Berjualan Online
77

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab tidak
sebanyak 47 orang (62.7%) dan responden menjawab
yasebanyak 28 orang (37.3%)

(10) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Tentang


Pembatasan Dalam Persembahyangan pada tanggal 12
Oktober – 22 November 2020

Gambar 10 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Tentang Pembatasan Dalam
Persembahyangan
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 44 orang (58.7%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 31 orang (41.3%)

(11) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai


Daerah Tempat Tinggal Remaja Mengalami Pembatasan
Kegiatan Adat Seperti Ngaben, Acara Pernikahan dan
Acara Adat Lainnya pada tanggal 12 Oktober – 22
November 2020

Gambar 11 : Persentase Responden Berdasarkan


78

Pertanyaan Mengenai Daerah Tempat Tinggal Remaja


Mengalami Pembatasan Kegiatan Adat Seperti Ngaben,
Acara Pernikahan dan Acara Adat Lainnya

Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab ya
sebanyak 65 orang (86.7%) dan responden menjawab
tidaksebanyak 10 orang (13.3%)

(12) Distribusi Responden Berdasarkan Pertanyaan Mengenai


Sikap Remaja Jika Menemukan Tetangga Atau Orang
Disekitar Lingkungan Melaksanakan Kegiatan Adat pada
tanggal 12 Oktober – 22 November 2020

Gambar 12 : Persentase Responden Berdasarkan


Pertanyaan Mengenai Sikap Remaja Jika Menemukan
Tetangga Atau Orang Disekitar Lingkungan
Melaksanakan Kegiatan Adat
Intepretasi :
Dari 75 responden. Mayoritas responden menjawab datag
dengan menerapka protokol kesehatan sebanyak 74 orang
(98.7%) dan responden menjawab tidaksebanyak 1 orang
menjawab tidak datang (1.3%)
79

d. Analisa Data

Analisa Data Keperawatan Komunitas

DATA MASALAH KESEHATAN


REMAJA Gangguang Kesehatan Pada Remaja
Perempuan.
1. Total jumlah remaja perempuan
yang disurvey adalah 68 orang
(93%).
2. Dari 68 orang remaja
perempuan terdapat masalah
kesehatan yaitu:
a. Sebanyak 55 orang (73,3%)
remaja perempuan
mengalami nyeri perut saat
menstruasi.
b. Sebanyak 13 orang (17,3)
remaja perempuan tidak
mengalami nyeri perut saat
menstruasi.
REMAJA Kurangnya Pengetahuan Remaja Tentang
SADARI dan Personal Hygine
1. Terdapat 68 remaja yang
tersurvey.
2. Sebanyak 68 orang (93%) remaja
perempuan dan sebanyak 7
orang (9.3%) remaja laki-laki.
3. Sebanyak 36 orang (48.0%)
remaja perempuan tidak
mengganti pembalut lebih dari 3
kali dalam 1 hari.
80

4. Sebanyak 42 orang (56.0%)


remaja perempuan tidak sadari.
5. Sebanyak 46 orang (61.3%)
remaja perempuan tidak
melakukan sadari.
6. Sebanyak 53 orang (70.7%)
orang remaja perempuan
mengalami keputihan.

COVID

1. Terdapat 75 orang remaja yang


tersurvey.
2. Sebanyak 6 orang (8.0%) remaja
mengatakan COVID-19
penularannya melalui droplet,
sebanyak 7 orang (9.3%) remaja
mengatakan COVID-19
penularannya melalui udara dan
droplet, sebanyak 11 orang
(14.7%) remaja mengatakan
COVID-19 penularannya melalui
bersentuhan dengan benda, dan
sebanyak 51 orang (68.0%)
remaja mengatakan COVID-19
penularannya melalui udara.
3. Sebanyak 62 orang (82.7%)
remaja mengatakan masalah
pada psikososial selama COVID-
19 ini.
4. Sebanyak 70 orang (93.3%)
81

remaja mengatakan terdapat


masalah dengan kedekatan
keluarga selama COVID-19.
5. Sebanyak 61 orang (81.3%)
remaja mengatakan terdapat
keterbatasan hubungan social.
6. Sebanyak 64 orang (85.3%)
mengatakan terdapat masalah
dengan biaya kuota.
7. Sebanyak 71 orang (71%) remaja
mengatakan terdapat kesulitan
dengan pengeluaran biaya
kuota.
8. Sebanyak 71 orang (94.7%)
remaja mengatakan ada
permasalahan dengan keuangan
keluarganya.
9. Sebanyak 71 orang (94.7%)
remaja mengatakan terdapat
masalah pada uang sakunya.
10. Sebanyak 44 orang (58.7%)
remaja mengatakan masalah
pada saat melakukan
persembahya.
REMAJA Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

1. Sebanyak 2 orang (2.7%) remaja


merokok.
2. Sebanyak 1 orang (1.3%) remaja
keinginan sendiri dan 3 orang
(4.0%) remaja karena mengikuti
82

temannya.
3. Sebanyak 11 orang (14.7%)
remaja mengkonsumsi alcohol.

Setelah semua masalah di 15 wilayah tempat tinggal mahasiswa teridentifikasi,


maka dilakukan perhitungan prioritas masalah berdasarkan metode modifikasi Paper dan
Pencil Tool dari 3 masalah utama atau yang ditemukan. Prioritas ini dinilai oleh
perwakilan remaja pada MMD I dengan difasilitasi oleh mahasiswa untuk melakukan
scoring dengan perincian sebagai berikut:

Prioritas Masalah Keperawatan Komunitas

Masalah Pentingnya Kemungkinan Peningkatan Total


masalah untuk perubahan positif terhadap kualitas
dipecahkan: jika diatasi: hidup bila diatasi:

1 : Rendah 0 : Tidak Ada 0 : Tidak Ada

2 : Sedang 1 : Rendah 1 : Rendah

3 : Tinggi 2 : Sedang 2 : Sedang

3 : Tinggi 3 : Tinggi
Gangguan 2 3 3 8
Kesehatan Pada
Remaja
Perempuan
Kurangnya 3 3 3 9
Pengetahuan
Remaja Tentang
SADARI dan
Personal Hygine
Perilaku 3 2 2 7
Kesehatan
Cenderung
83

Beresiko

Berdasarkan hasil musyawarah masyaakat desa (MMD I) maka 3 masalah utama


yang diperoleh kemudian diprioritaskan yaitu:

Prioritas (1) : Kurangnya Pengetahuan Remaja Tentang SADARI dan Hand Hygine

Prioritas (2) : Gangguan Kesehatan Pada Remaja Perempuan

Prioritas (3) : Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko


84

2. Perencanaan Keperawatan

RENCANA KEGIATAN

PENANGGULANGAN MASALAH KESEHATAN REMAJA

TANGGAL 04 – 13 November 2020

MASALAH PENANGGUNG
NO RENCANA KEGIATAN WAKTU TEMPAT SASARAN
KESEHATAN JAWAB
1 Kurang 1. Penyuluhan kesehatan tentang Rabu, 04 Rumah Remaja Pembimbing
pengetahuan COVID - 19 November masing- Perempuan Akademik dan
Remaja tentang 2. Penyuluhan kesehatan tentang Etika 2020 masing
Batuk Anggota
SADARI, responden Binaan
Etika Batuk, melalui media Kelompok 9
Mahasiswa
Dampak online aplikasi
Psikososial dan 3. Penyuluhan kesehatan tentang Senin, 09 zoom meeting Remaja laki-laki
COVID-19 Dampak Psikososial Novmber dan Perempuan
Mei 2020
Binaan
4. Penyuluhan kesehatan tentang
Mahasiswa
SADARI Rabu, 11
November
85

2020
2 Gangguan 1. Penyuluhan kesehatan tentang Jumat, 13 Rumah Remaja Pembimbing
Kesehatan Pada Reproduksi November masing- Perempuan Akademik dan
Remaja 2020 masing
2. Penyuluhan kesehatan tentang Anggota
Perempuan responden Binaan
Personal Hygiene melalui media Kelompok 9
Mahasiswa
online aplikasi
zoom
3 Perilaku 1. Penyuluhan kesehatan tentang Jumat, 6 Rumah Remaja laki-laki Pembimbing
Kesehatan bahaya merokok November masing- dan Perempuan Akademik dan
Cenderung 2020 masing
2. Penyuluhan kesehatan tentang Anggota
Berisiko responden Binaan
bahaya minum minuman keras melalui media Kelompok 9
Mahasiswa
(alkohol) online aplikasi
zoom
86

Keterangan Rencana Kegiatan :


Rabu, 04 November 2020 pukul 17.00 wita :
1. Penyuluhan kesehatan tentang pengetahuan COVID - 19.
2. Penyuluhan kesehatan tentang Etika Batuk
Jum’at, 06 November 2020 pukul 17.00 wita :
1. Penyuluhan kesehatan tentang mengenai perilaku menyimpang merokok
2. Penyuluhan kesehatan tentang bahaya minum minuman keras (alkohol)
Senin, 09 November 2020 pukul 17.00 wita :
1. Penyuluhan kesehatan tentang dampak psikososial (Manajemen Stress)
Rabu, 11 November 2020 pukul 17.00 wita :
1. Penyuluhan kesehatan tentang perilaku SADARI
Jum’at, 13 November 2020 pukul 17.00 wita :
1. Penyuluhan kesehatan tentang Reproduksi
2. Penyuluhan ksehatan tentang Personal Hygiene
87

3. Implementasi Keperawatan Komunitas

Implementasi keperawatan merupakan rangkaian pelaksanaan yang


dilakukan oleh mahasiswa bersama responden remaja yang berjumlah 75
orang di 13 desa binaan mahasiswa. Implementasi yang dimaksud mencakup
Kegiatan Penyuluhan kesehatan yang dilakukan melalui media online dengan
aplikasi zoom dan dilaksanakan dari tanggal 4 November s/d 13 November
2020. Penyuluhan kesehatan dilaksanakan sebanyak 5 kali dimana
penyuluhan pertama dilaksanakan Rabu, 04 November 2020 dengan materi
penyuluhan mengenai covid – 19 dan etika yang diikuti oleh responden
remaja, mahasiswa ners kelompok 9 serta pembimbing komunitas.
Penyuluhan ke dua dilaksanakan Jum’at, 06 November 2020 dengan materi
penyuluhan tentang mengenai perilaku penyimpangan merokok dan minuman
keras (Alkohol) yang diikuti oleh responden remaja, mahasiswa ners
kelompok 9 serta pembimbing komunitas. Penyuluhan ke tiga dilaksanakan
Senin, 09 November 2020 dengan materi penyuluhan tentang dampak
psikososial (Manajemen Stress) yang diikuti oleh responden remaja,
mahasiswa ners kelompok 9 serta pembimbing komunitas. Penyuluhan ke
empat dilaksanakan Rabu, 11 November 2020 dengan materi penyuluhan
tentang perilaku SADARI yang diikuti oleh responden remaja, mahasiswa
ners kelompok 9 serta pembimbing komunitas. Penyuluhan ke lima
dilaksanakan Jum’at, 13 November 2020 dengan materi penyuluhan tentang
reproduksi dan personal hygiene yang diikuti oleh responden remaja,
mahasiswa ners kelompok 9 serta pembimbing komunitas.
88

4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan komunitas mencakup evaluasi kegiatan yang
dilakukan selama implementasi keperawatan komunitas berupa pemberian
penyuluhan kesehatan pada responden remaja pada tanggal 04 November
2020 sampai 13 November 2020. Materi penyuluhan berisikan tentang,
maslah mengenai pengetahuan COVID-19 dan etika batuk, perilaku
penyimpangan (merokok dan alcohol), dampak psikososial (manajemen
stress), perilaku SADARI, Reproduksi dan personal Hygine. Dari evaluasi
keseluruhan kegiatan dengan pemberian penyuluhan kesehatan didapatkan
hasil masalah yang terjadi pada komunitas remaja dapat teratasi dengan
evaluasi sebagai berikut :
a. Evaluasi pada kegiatan untuk masalah: pengetahuan COVID-19 dan etika
batuk
1) Penyuluhan mengenai pengetahuan COVID-19
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh remaja yang berjumlah 75
orang di 13 desa binaan mahasiswa yang dilaksanakan pada rabu,
04 november 2020 kegiatan penyuluhan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Responden remaja yang
hadir tampak cukup antusias untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
dengan materi COVID-19 melalui media online aplikasi zoom.
Responden remaja aktif dalam berdiskusi dan tanya jawab.
Sebagian besar remaja yang mengikuti penyuluhan mengatakan
sudah memahami tentang materi yang diberikan.hal tersebut juga
dapat dilihat dari hasil evaluasi akhir melalui media penyebaran
quesioner post test setelah penyuluhan dilaksanankan yaitu sebagai
berikut:
89

Gambar 1 : persentase pretest pengetahuan Covid-19

Intepretasi :
Hasil questioner pre test sebelum diberikannya penyuluhan
kesehatan tentang COVID-19 yaitu dari 75 responden, sebanyak 13
orang dengan katagori rendah tentang pengetahuan covid -19
(17,3%) dan sebanyak 62 orang (82,7%) memiliki pengetahuan
Covid-19 dengan katagori baik. dan setelah diberikannya
penyuluhan kesehatan tentang COVID-19 didapatkan persentase
dari hasil questioner post test yaitu dari 75 responden dengan
katagori baik (100%) sehingga didapatkan evaluasi hasil terjadinya
peningkatan pengetahuan responden remaja tentang penyebab
COVID-19.

gambar 2 : persentase posttest pengetahuan Covid-19

b. Evaluasi pada kegiatan untuk masalah : perilaku penyimpangan (merokok


dan alcohol)
90

1) Penyuluhan mengenai perilaku menyimpang (merokok dan


alcohol)
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh remaja yang berjumlah 75
orang di 13 desa binaan mahasiswa yang dilaksanakan pada Jumat,
06 November 2020 kegiatan penyuluhan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Responden remaja yang
hadir tampak cukup antusias untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
dengan materi merokok dan alcohol melalui media online aplikasi
zoom. Responden remaja aktif dalam berdiskusi dan tanya jawab.
Sebagian besar remaja yang mengikuti penyuluhan mengatakan
sudah memahami tentang materi yang diberikan.Sebagian besar
remaja yang mengikuti penyuluhan mengatakan sudah memahami
tentang materi yang diberikan, hal tersebut juga dapat dilihat dari
hasil evaluasi akhir melalui media penyebaran quesioner post test
setelah penyuluhan dilaksanankan yaitu sebagai berikut:

Gambar 3 : persentase pretest merokok dan alcohol

Intepretasi :
Hasil questioner pre test sebelum diberikannya penyuluhan
kesehatan tentang merokok dan alcohol yaitu dari 75 responden
remaja, Sebanyak 9 orang dengan katagori rendah (9,3%) dan
sebanyak 68 orang memiliki pengetahuan tentang merokok dan
alcohol dengan katagori baik (90,7%) begitu pula setelah diberikan
penyuluhan kesehatan tentang merokok dan alcohol didapatkan
persentase dari hasil questioner post test yaitu hasilnya sebanyak
91

75 remaja memiliki pengetahuan tentang merokok dan alcohol


dengan katagori baik (100%).

Gambar 4 : persentase posttest merokok dan alcohol

c. Evaluasi pada kegiatan untuk masalah : dampak psikososial (manajemen


stress)
1) Penyuluhan mengenai dampak psikososial (manajemen stress)
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh remaja yang berjumlah 75
orang di 13 desa binaan mahasiswa yang dilaksanakan pada Jumat,
09 November 2020 kegiatan penyuluhan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Responden remaja yang
hadir tampak cukup antusias untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
dengan materi dampak psikososial (manajemen stress) melalui
media online aplikasi zoom. Responden remaja aktif dalam
berdiskusi dan tanya jawab. Sebagian besar remaja yang mengikuti
penyuluhan mengatakan sudah memahami tentang materi yang
diberikan.Sebagian besar remaja yang mengikuti penyuluhan
mengatakan sudah memahami tentang materi yang diberikan, hal
tersebut juga dapat dilihat dari hasil evaluasi akhir melalui media
penyebaran quesioner post test setelah penyuluhan dilaksanankan
yaitu sebagai berikut:
92

Gambar 5 : persentase pretest manajemen stress

Intepretasi :
Hasil questioner pre test sebelum diberikannya penyuluhan
kesehatan tentang dampak psikososial (manajemen stress) yaitu
dari 75 responden remaja, Sebanyak 15 orang dengan katagori
cukup (28,0%) dan sebanyak 54 orang memiliki pengetahuan
tentang dampak psikososial (manajemen stress) dengan katagori
baik (72,0%) begitu pula setelah diberikan penyuluhan kesehatan
tentang dampak psikososial (manajemen stress) didapatkan
persentase dari hasil questioner post test yaitu hasilnya sebanyak
75 remaja memiliki pengetahuan tentang dampak psikososial
(manajemen stress) dengan katagori baik (100%).

gambar 6 : persentase posttest manajemen stress


93

d. Evaluasi pada kegiatan untuk masalah : penyuluhan mengenai perilaku


SADARI
1) Penyuluhan mengenai perilaku SADARI
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh remaja perempuan yang
berjumlah 68 orang di 13 desa binaan mahasiswa yang
dilaksanakan pada Rabu, 11 November 2020 kegiatan penyuluhan
tersebut dapat dilaksanakan dengan baik dan lancar. Responden
remaja perempuan yang hadir tampak cukup antusias untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan dengan materi perilaku SADARI
melalui media online aplikasi zoom. Responden remaja aktif dalam
berdiskusi dan tanya jawab. Sebagian besar remaja yang mengikuti
penyuluhan mengatakan sudah memahami tentang materi yang
diberikan.Sebagian besar remaja yang mengikuti penyuluhan
mengatakan sudah memahami tentang materi yang diberikan, hal
tersebut juga dapat dilihat dari hasil evaluasi akhir melalui media
penyebaran quesioner post test setelah penyuluhan dilaksanankan
yaitu sebagai berikut:

Gambar 7 : persentase pretest SADARI

Intepretasi :
Hasil questioner pre test sebelum diberikannya penyuluhan
kesehatan tentang perilaku SADARI yaitu dari 68 responden
remaja perempuan, Sebanyak 15 orang dengan katagori rendah
(22,1%) dan sebanyak 53 orang memiliki pengetahuan tentang
94

perilaku SADARI dengan katagori baik (77,9%) begitu pula


setelah diberikan penyuluhan kesehatan tentang perilaku SADARI
didapatkan persentase dari hasil questioner post test yaitu hasilnya
sebanyak 68 remaja perempuan memiliki pengetahuan tentang
perilaku SADARI dengan katagori baik (100%).

Gambar 8 : persentase posttest SADARI

e. Evaluasi pada kegiatan untuk masalah : penyuluhan mengenai Reproduksi


dan Personal Hygiene
2) Penyuluhan mengenai Reproduksi dan Personal Hygiene
Sasaran kegiatan ini adalah seluruh remaja yang berjumlah 75
orang di 13 desa binaan mahasiswa yang dilaksanakan pada Jumat,
13 November 2020 kegiatan penyuluhan tersebut dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Responden remaja yang
hadir tampak cukup antusias untuk mengikuti kegiatan penyuluhan
dengan materi Reproduksi dan Personal Hygiene melalui media
online aplikasi zoom. Responden remaja aktif dalam berdiskusi
dan tanya jawab. Sebagian besar remaja yang mengikuti
penyuluhan mengatakan sudah memahami tentang materi yang
diberikan.hal tersebut juga dapat dilihat dari hasil evaluasi akhir
melalui media penyebaran quesioner post test setelah penyuluhan
dilaksanankan yaitu sebagai berikut:
95

Gambar 9 : persentase pretest kesehatan reproduksi

Intepretasi :
Hasil questioner pre test sebelum diberikannya penyuluhan
kesehatan tentang Reproduksi dan Personal Hygiene yaitu dari 68
responden remaja perempuan, Sebanyak 14 orang dengan katagori
rendah (20,6%) dan sebanyak 54 orang memiliki pengetahuan
tentang Reproduksi dan Personal Hygiene dengan katagori baik
(79,4%) begitu pula setelah diberikan penyuluhan kesehatan
tentang Reproduksi dan Personal Hygiene didapatkan persentase
dari hasil questioner post test yaitu hasilnya sebanyak 68 remaja
prempuan memiliki pengetahuan tentang Reproduksi dan Personal
Hygiene dengan katagori baik (100%).

Gambar 10 : persentase post test kesehatan reproduksi


BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pelaksanaan kegiatan praktek kerja lapangan ini mahasiswa program


studi Profesi Ners ITIKES Bali bersama-sama dengan masyarakat di masing –
masing wilayah tempat tinggal mahasiswa, didapat faktor-faktor kekuatan,
kelemahan, kesempatan, dan acaman ( Strength, Weakness, Oppurtunity, Threat ).

A. PENGKAJIAN
Pada tahap pengkajian, mahasiswa melakukan penyebaran kuesioner
kepada beberapa remaja yang telah ditunjuk sebagai sampel pada tiap-tiap
lingkungan yang ada di masing – masing wilayah tempat tinggal mahasiswa.
Pengkajian dilakukan dengan mengobservasi langsung melalui survey mawas
diri dan dapat diidentifikasi adanya beberapa hal yang dapat mempengaruhi
pengkajian tersebut yaitu :
1. Faktor Kekuatan
Faktor yang mendukung dan memungkinkan tahap ini terlaksana antara
lain potensi remaja sebagai sumber daya manusia sangat tinggi, dimana
kegiatan nantinya dapat dilakukan lebih cepat dan dapat dilakukan dimana
saja. Dalam situasi saat ini yang mana tidak memungkinkan untuk
melakukan kegiatan melalui petemuan langsung, sehingga kegiatan harus
dilakukan secara online dengan memanfaatkan teknologi yang ada seperti
melalui zoom, yang mana dalam hal tersebut tentunya remaja lebih fasih
dan sering dalam penggunaannya mengingat kondisi mereka yang juga
masih sekolah sehingga setiap hari tentunya memanfaaatkan zoom sebagai
media untuk belajar.
2. Faktor Kelemahan
Faktor kelemahan dalam hal ini yang dirasakan adalah keterbatasan dalam
pelaksanaan musyawarah yang dilakukan secara online, dimana ada yang
mengalami kesulitan sinyal, paket data, waktu responden yang bersamaan
dengan mengerjakan tugas sekolah dan durasi kegiatan yang cukup lama.
3. Faktor Kesempatan
97

Faktor kesempatan yaitu adanya kesempatan bagi para remaja dalam


menambah wawasan dan ilmu pengetahuan terkait materi penyuluhan
yang sudah disampaikan.

4. Faktor Ancaman
Tidak ada faktor ancaman yang mempengaruhi proses kegiatan ini,
mengingat kegiatan ini didukung oleh pembimbing dan responden.

B. PERENCANAAN
Pada tahap ini diidentifikasi adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
penyusunan kegiatan perencanaan yang dilakukan untuk menanggulangi
masalah-masalah yang ditemukan.
1. Faktor Kekuatan
Faktor kekuatan yang dirasakan sebagai pendukung perencanaan
keperawatan adalah adanya dukungan dari pembimbing dalam
pelaksanaannya
2. Faktor Kelemahan
Faktor kelemahan yang dirasakan pada proses perencanaan adalah
penyesuaikan waktu antara mahasiswa sebagai penyelenggara kegiatan
selama proses implementasi keperawatan dengan kesibukan remaja untuk
berpartisipasi dalam kegiatan bersama mahasiswa seperti penyuluhan dan
sosialisasi yang dilakukan secara online sehingga pemahaman remaja tidak
selamanya sama dengan mahasiswa.
3. Faktor Kesempatan
Faktor kesempatan pada tahap ini dirasakan adanya kesediaan remaja ikut
terlibat dalam penyusunan perencanaan untuk mengatasi masalah
kesehatan yang ditemukan di masing-masing wilayah tempat tinggal
mahasiswa.
4. Faktor Ancaman
Tidak dirasakan adanya faktor ancaman pada kegiatan perencanaan ini.
98

C. PELAKSANAAN
Tahap ini dilakukan sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan
yang telah ditemukan. Terlebih dahulu dilakukan perencanaan kemudian
diidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi suatu keberhasilan program
yang telah dibuat sesuai dengan perencanaan.
1. Faktor Kekuatan
Faktor kekuatan yang dirasakan sebagai pendukung pelaksanaan adalah
dari pembimbing yang sangat membantu untuk mengatasi permasalahan
yang disesuaikan dengan perencanaan MMD I, yang mana pembimbing
selalu dapat memberikan masukan dan saran. Dalam pelaksanaan
penyuluhan yang dilakukan pada waktu sore hari ketika remaja memiliki
waktu senggang membuat pelaksanaan ini dilakukan dengan sangat baik
untuk meningkatkan pengetahuan remaja dan wawasan remaja terkait
masalah kesehatan yang dialami.
2. Faktor Kelemahan
Faktor kelemahan yang dirasakan pada proses pelaksanaan adalah
kesibukan remaja di masing-masing wilayah karena tugas sekolah, ada
juga faktor kelemahan lainnya yang mana walaupun kegiatan
dilaksanakan sudah sesuai dengan POA. Namun ada beberapa remaja
dalam mengikuti penyuluhan via zoom terhambat karena sinyal, akses
internet di wilayah tempat tinggalnya dan masih adanya kegiatan sekolah
yang tidak bisa ditinggalkan oleh remaja.
3. Faktor Kesempatan
Faktor kesempatan pada tahap ini adalah adanya kesediaan remaja untuk
ikut terlibat dalam hal menyusun rencana dalam mengatasi masalah yang
ditemukan pada wilayah masing-masing tempat tinggal, memiiki
kesempatan untuk rneningkatkan pengetahaun masing-masing remaja dan
dapat memperbaiki atau merubah masalah kesehatan yang dialami untuk
menjadi lebih baik dan sehat
99

4. Faktor Ancaman
Faktor ancaman yang dirasakan adalah kegiatan cenderung dinomor
duakan mengingat masyarakat lebih fokus pada kegiatan rutin yaitu
mengerjakan tugas sekolah dan ada beberapa dari mereka yang juga
bekerja.

D. EVALUASI
Tahap evaluasi adalah tahap penilaian terhadap keberhasilan program yang
telah dilaksanakan yang disesuaikan dengan kriteria yang telah dibuat pada
tahap perencanaan.
1. Faktor Kekuatan
Faktor kekuatan yang dirasakan sebagai pendukung evaluasi adalah
adanya dukungan dari pembimbing yang sangat membantu untuk
mengatasi suatu permasalahan yang disesuaikan dengan perencanaan
MMD I yang mana pembimbing selalu dapat memberikan masukan dan
saran. Evaluasi juga dilakukan secara online melalui kuesioner online yang
disebarkan melalui group whatsapp sehingga waktu menjadi lebih efisien.
Hasil evaluasi dari penyuluhan yang dilakukan pengetahuan COVID-19
dan etika batuk, perilaku penyimpangan (merokok dan alcohol), dampak
psikososial (manajemen stress), perilaku SADARI, Reproduksi dan
personal Hygine dianggap efektif untuk mengatasi masalah kesehatan
komunitas pada remaja dengan evaluasi keseluruhan hasil yaitu terjadinya
peningkatan pengetahuan remaja tentang materi yang diberikan dan
perbaikan sikap dan perilaku responden remaja menjadi lebih baik setelah
diberikannya penyuluhan kesehatan dimana hal tersebut dapat dilihat dari
hasil kuesioner post test. Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan guna
untuk meningkatkan derajat kesehatan remaja dan mempertahankan hasil
yang telah didapat yaitu: mengajurkan remaja untuk mencari informasi
yang tepat melalui link resmi pemerintah, mengajurkan remaja untuk tetap
mengaplikasikan cara batuk yang baik dan benar di lingkungan sosialnya,
mengajurkan remaja untuk dapat merubah perilaku mengenai cara batuk,
mengajurkan remaja perempuan untuk melakukan SADARI secara rutin
100

minimal seminggu dua kali, mengajurkan remaja perempuan apabila saat


melakukan sadari dan menemukan masalah dapat melakukan konsultasi
atau pemeriksaan ke dokter spesialis bedah, mengajurkan remaja menjaga
kesehatan reproduksi dan personal hygiene, mengajurkan remaja apabila
mendapatkan masalah mengenai kesehatan reproduksi dan personal
hygiene dapat melakukan konsultasi atau pemeriksaan ke dokter spesialis
obygn atau puskesmas terdekat disekitar remaja, mengajurkan remaja
mengubah perilaku merokok dan alkohol agar dapat menjaga
kesehatannya, mengajurkan remaja untuk memberikan informasi yang
didapat dalam penyuluhan ke masyarakat atau remaja di lingkungan
remajan tinggal, mengajurkan remaja apabila mendapatkan masalah
merokok dan alkohol dapat melakukan pemeriksaan ke puskesmas
terdekat disekitar temat tinggal remaja, bila remaja mengalami stress
dalam melakukan manajemen stress sesuai dengan materi penyuluhan
yang diberikan, mengajurkan remaja untuk menceritakan masalah yang
dialami dengan orang tua dan teman terdekat, mencari informasi di
youtube atau platform lain mengenai pencegahan dan pengedalian stress
yang bisa dilakukan di rumah selama pandemic, mengajurkan remaja
untuk melakukan konsultasi dengan psikolog apabila tidak bisa
menghadapi masalah psikososial secara mandiri.
2. Faktor Kelemahan
Faktor kelemahan yang dirasakan belum terlibatnya remaja secara optimal.
3. Faktor Kesempatan
Faktor kesempatan pada tahap ini dirasakan adanya kesediaan remaja ikut
terlibat dan meningkatkan derajat kesehatan remaja di wilayah masing-
masing tempat tinggal melalui kebijakan pemerintah dalam bidang
kesehatan.
4. Faktor Ancaman
Tidak ada faktor ancaman yang dirasakan.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Data yang terkumpul didapat dari penyebaran kuesioner melalui
survey mawas diri. Ada 5 masalah kesehatan yang muncul di masing-
masing wilayah tempat tinggal mahasiswa yaitu : Kurang Pengetahuan
remaja tentang SADARI, Etika Batuk, Dampak Psikososial dan COVID-
19, Gangguan Kesehatan pada Remaja Perempuan tentang Kesehatan
Reproduksi dan Personal Hyginie, Perilaku Kesehatan Cenderung Berisiko
tentang Bahaya Merokok dan Bahaya Minum minuman Keras (alcohol).
Kegiatan yang dilaksanakan bersama-sama dengan 75 responden remaja
13 Desa binaan antara lain :
1. Untuk mengatasai masalah Kurang Pengetahuan Remaja tentang
SADARI, Etika Batuk, Dampak Psikososial dan COVID-19
a. Penyuluhan kesehatan tentang COVID-19
b. Penyuluhan kesehatan tentang Etika Batuk
c. Penyuluhan kesehatan tentang Dampak Psikososial
d. Penyuluhan kesehatan tentang SADARI
2. Untuk mengatasi Kesehatan Pada Remaja Perempuan
a. Penyuluhan kesehatan tentang Reproduksi
b. Penyuluhan kesehatan tentang Personal Hygiene
3. Untuk mengatasi Kesehatan Cenderung Berisiko
a. Penyuluhan kesehatan tentang Bahaya Merokok
b. Penyuluhan kesehatan tentang Bahaya Minum-Minuman Keras
(alcohol).
Hasil setelah dilakukan evaluasi melalui penyebaran kembali kuesioner
online (post test) didapat hasil, penyuluhan kesehatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah kesehatan komunitas remaja dapat dianggap
efektif dengan adanya peningkatan pengetahuan, perbaikan sikap dan
perilaku responden remaja menjadi lebih baik setelah diberikannya
penyuluhan kesehatan. Sedangkan untuk rencana tindak lanjut yang akan
dilakukan guna untuk meningkatkan derajat kesehatan komunitas remaja
dan mempertahankan hasil yang telah didapat yaitu menganjurkan remaja
binaan untuk mencari informasi yang tepat melalui link resmi pemerintah
terkait covid-19, Menganjurkan remaja untuk tetap mengaplikasikan
mengenai cara batuk yang baik dan benar di lingkungan sosialnya,
Menganjurkan remaja untuk dapat merubah perilaku mengenai cara batuk
agar dapat terhindar dari virus covid-19, Menganjurkan remaja perempuan
untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) secara rutin
minimal seminggu dua kali, Menganjurkan remaja perempuan apabila saat
melakukan SADARI dan menemukan masalah pada payudara seperti
benjolan maka dapat melakukan konsultasi atau pemeriksaan lebih lanjut
ke dokter spesalis bedah, Menganjurkan remaja untuk dapat menjaga
kesehatan reproduksi dan personal hygiene setelah diberikan penyuluhan,
Menganjurkan remaja untuk dapat merubah perilaku dalam menjaga
kesehatan reproduksi dan personal hygiene menjadi lebih baik,
Menganjurkan remaja apabila medapatkan masalah mengenai kesehatan
reproduksi dan personal hygiene agar dapat mengkonsultasikan dan
melakaukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter spesialis obgyn atau
puskesmas terdekat di sekitar lingkungan remaja, Menganjurkan remaja
untuk dapat merubah perilaku mengenai merokok dan alkohol agar dapat
menjaga kesehatan menjadi lebih baik, Menganjurkan remaja untuk
memberikan informasi yang didapat dalam penyuluhan kepada masyarakat
atau remaja lain di ligkungan setempat remaja binaan tinggal,
Menganjurkan remaja apabila mengalami masalah yang diakibatkan oleh
merokok dan mengkonsumsi alkohol agar dapat secepatnya memeriksakan
kesehatan ke dokter atau puskesmas terdekat yang berada di lingkungan
tempat tinggal remaja, Melakukan manajemen stres seperti materi
penyuluhan yang telah diberikan, Meganjurkan remaja untuk menceritakan
masalah yang dialami dengan orang tua dan teman terdekat, Mencari
informasi tambahan di youtube maupun platform lain mengenai
pencegahan dan pengendalian stress yang dapat dilakukan dirumah selama
masa pandemic, Menganjurka remaja untuk melakukan konsultasi dengan
psikolog/psikiater yang dikenal apabila tidak dapat menangani masalah
psikososial secara mandiri.

B. SARAN
1. Institusi ITEKES Bali
a. Diharapkan dapat meningkatkan penyedian kebutuhan literature
yang berhubungan dengan kesehatan masyarakat
b. Perlu persiapan yang lebih efektif dari segi waktu dan kelengkapan
PKL
2. Desa Binaan Mahasiswa
a. Agar masyarakat Desa binaan mempertahankan dan memperbaiki
status kesehatan yang telah dicapai.
DAFTAR PUSTAKA

Achjar, K.A.H. (2013). Teori &praktik: asuhan keperawatan komunitas. Jakarta:


EGC.
Andira D. 2010. Seluk Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita. Yogyakarta: A Plus
Books.
Anurogo, D., & Wulandari, A. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri
Haid.Yogyakarta: ANDI.
Darma, M. (2017). Hubungan Pengetahuan, Vulva Hygiene, Stres, Dan Pola
Makan Dengan Kejadian Infeksi Flour Albus (Keputihan) Pada Remaja
Siswi Sma Negeri 6 Kendari 2017. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Kesehatan
Masyarakat. Vol. 2/No.6/ Mei 2017
Dewi, N. 2008. Perioperatif Pada Pasien Dalam Pengaruh Alkohol
http://butterflystillfly.wordpress.com/2009/02/05/perioperatif-pada-
pasiendalam-pengaruh-alkohol/.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat Edisi 2.
EGC: Jakarta
Friedman, M. 2010. Buku Ajar Keperawatan keluarga : Riset, Teori, dan Praktek.
Edisi ke-5. Jakarta: EGC
Judha, Mohamad (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan. Solo :
Rahma Surakarta
Kemenkes RI.(2014). Pedoman Pelaksanaan Program Pelayanan Kesehatan
Remaja. Jakarta: Kemenkes RI
Manuaba TK. 2010. Panduan Penatalaksanaan Kanker Soloid Peraboi. Jakarta:
Sagung Seto.
Nurrahmah. Pengaruh Rokok terhadap Kesehatan dan Pembentukan Karakter
Manusia. Jurnal Prosiding Seminar Nasional Universitas Cokroaminoto
Palopo. 2014; 1(1):77-84.
Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor: 43/M-DAG/PER/9/2009 tentang
Pengadaan, Pengedaran, Penjualan, Pengawasan dan Pengendalian
Minuman
Roszkowski,M,J. Neubaver,L,B. Zelykowskin (2014) Perceived Benefits a
Designated Smoking Area Policy On a Collage Campus. New York
Journal of Student Affair. 14(1). 19-26
Sari, W., Indrawati, L. & Harjanto, B. D. (2012). Panduan lengkap kesehatan
wanita. Jakarta: Penebar Swadaya Grup.
Sarwano, Sarlito W. (2010). Psikologi Remaja Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali
Pers

Swarjana I Ketut, 2016, Keperawatan Kesehatan Komunitas, Yogyakarta: CV.


Andi Offset.
Sugito, J. 2007. Stop merokok. Jakarta: Penebar Swadaya pp. 28-37

Wijayanti. 2009. Fakta Penting Seputar Kesehatan Reproduksi Wanita.


Yogyakarta: Diglossia Printik.
LAMPIRAN 1
PLAN OF ACTION PRAKTEK PROFESI NERS DEPARTEMEN KOMUNITAS KELOMPOK 9
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI
TAHUN 2020

No Kegiatan Tanggal Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V Minggu VI


(12 Oktober – 18 (19 Oktober – 25 (26 Oktober – 1 (2 Nopember – 8 (9 Nopember – 15 (16 Nopember – 22
Nopember 2020) Oktober 2020) Nopember 2020) Nopember 2020) Nopember 2020) Nopember 2020)

1. Melakukan Absensi 12 Okt – 2


Online Nop 2020

2. Menentukan Kelompok 12 Oktober


Populasi 2020

3. Membuat Instrument 13 – 16
Pengkajian Oktober
2020

4. Melakukan Survey 17 – 18
Pengkajian Oktober
2020

5. Menganalisa Data Hasil 19 – 21


Survey Saat Pengkajian Oktober
2020

6. Menjelaskan Masalah 22 Oktober


yang didapat Kepada 2020
Kelompok Sampel
7. Menyepakati Prioritas 22 Oktober
Masalah dengan 2020
Kelompok Sampel
8. Menyusun Proposal MMD 22 – 24
I Oktober
2020

9. Melakukan MMD I 25 Oktober


2020

No Kegiatan Tanggal Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V Minggu VI


(12 Oktober – 18 (19 Oktober – 25 (26 Oktober – 1 (2 Nopember – 8 (9 Nopember – 15 (16 Nopember – 22
Nopember 2020) Oktober 2020) Nopember 2020) Nopember 2020) Nopember 2020) Nopember 2020)

10. Melakukan Tindakan 26 Oktober –


Sesuai dengan (POA) 8 Nopember
Rencana yang Telah 2020
disepakati Pada Saat
MMD I (Vidio/poster)
11. Membuat Proposal MMD 9 – 11
II Nopember
2020

12. Melakukan MMD II 12 – 13


Nopember
2020
13. Menyusun Rencana 14 – 15
Tindak Lanjut Nopember
2020

14. Membuat Laporan Asuhan 16 – 22


Keperawatan Komunitas Nopember
2020
PLAN OF ACTION PEMBERIAN INTERVENSI

No Kegiatan Tanggal Minggu I Minggu II Minggu III Minggu IV Minggu V Minggu VI


(12 Oktober – 18 (19 Oktober – 25 (26 Oktober – 1 (2 Nopember – 8 (9 Nopember – 15 (16 Nopember – 22
Nopember 2020) Oktober 2020) Nopember 2020) Nopember 2020) Nopember 2020) Nopember 2020)

1. Menyusun SAP, Leaflat, 27 – 28


PPT Oktober
2020

2. Menyusun Proposal 29 Oktober


kegiatan 2020

3. Melakukan penyuluhan 4 Nopember


tentang pengetahuan covid 2020
& batu efektif, Penyebaran
kuesioner (pre dan post
test)
4. Membuat Laporan 5 Nopember
kegiatan dan menginput 2020
hasil kuesioner
5. Melakukan penyuluhan 6 Nopember
tentang perilaku 2020
menyimpang (merokok &
alkhohol), Psikososial.
Penyebaran kuesioner (pre
dan post test)
6. Membuat Laporan 7 Nopember
kegiatan dan menginput 2020
hasil kuesioner
7. Melakukan penyuluhan 9 Nopember
tentang Psikososial. 2020

Penyebaran kuesioner (pre


dan post test)
8. Membuat Laporan 10
kegiatan dan menginput Nopember
hasil kuesioner 2020

9. Melakukan penyuluhan 11
tentang sadari Penyebaran Nopember
kuesioner (pre dan post 2020
test)
10. Membuat Laporan 12
kegiatan dan menginput Nopember
hasil kuesioner 2020

11 Melakukan penyuluhan 13
tentang personal hygiene Nopember
dan reproduksi Penyebaran 2020
kuesioner (pre dan post
test)
12 Membuat Laporan 14
kegiatan dan menginput Nopember
hasil kuesioner 2020
Lampiran 2
PROPOSAL KEGIATAN

MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) II

DI 13 WILAYAH TEMPAT TINGGAL MAHASISWA


TANGGAL : 19 NOPEMBER 2020

OLEH :

KELOMPOK 9

MAHASISWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KESEHATAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI

2020
PROPOSAL KEGIATAN

MUSYAWARAH MASYARAKAT DESA (MMD) II

PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)

MAHASISWA PROGRAM STUDI PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI

DI 13 WILAYAH TEMPAT TINGGAL MAHASISWA

TANGGAL : 19 NOPEMBER 2020

A. LATAR BELAKANG
Dari hasil MMD I yang dilaksanakan pada tanggal 26 Oktober
2020 dibuat rencana kegiatan untuk menangani masalah – masalah
kesehatan yang ada, rencana kegiatan, rencana kegiatan tersebut
dilaksanakan pada tanggal 04 November – 13 November 2020 dan akan di
evaluasi kembalioleh remaja untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari
pelaksanaan rencana tersebut.
Berdasarkan hal tersebut kami mahasiswa Program Studi Profesi
Ners ITEKES BALI akan mengadakan MMD II yang bertujuan untuk
membehas masalah tersebut.
Keperawatan kesehatan komunitas merupakan pelayanan
keperawatan profesional yang ditujukan kepada kelompok resiko tinggi
dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui
pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan dengan menjamin
keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan melibatkan
klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pelayanan keperawatan. Dengan demikian, peran serta dari remaja sangat
dibutuhkan dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan remaja secara
swadaya, sadar, dan mandiri. Dalam rangka peningkatan peran serta
remaja, perawat komunitas perlu mengadakan pndekatan pada remaja,di
daerah binaan untuk menunjang keberhasilan keperawatan komunitas.
Salah satu bentuk pendekatan kesehatan yaitu dengan memebrdayakan
kesehatan remaja.
Dalam hal ini, mahasiswa melaksanakan kegiatan yang telah
diprogramkan dari tanggal 4 November – 13 November 2020. Dengan
telah dilaksakannya PKL oleh mahasiwa Profesi Ners ITEKES BALI di 13
wilayah tempat tinggal mahasiswa selama 6 minggu, hingga tiba saatnya
mahasiswa Profesi Ners ITEKES BALI untuk mengadakan penutupan.
Semoga apa yang kami laksanakan Bersama dengan remaja di 13 wilayah
tempat tinggal mahasiswa bia bermanfaat bagi remaja dan kita semua.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran secara umum mengenai hasil kegiatan yang
telh dilaksanakan
2. Tujuan Khusus
Acara MMD II :
a. Mengevaluasi hasil kegiatan yang telah dilaksanakan
b. Membuat rencana tindak lanjut

C. KEGIATAN
Kegiatan ini adalah “Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) II, dengan
membahas dan mengevaluasi kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya
dalam mengatasi masalah kesehatan yang dialami remaja.

D. WAKTU dan TEMPAT


1. Waktu
Kegiatan MMD II akan dilaksanakan pada Rabu, 18 November 2020,
pukul 17.00 WITA
2. Tempat
Pelaksanaan akan dilakukan secara online dari rumah masing – masing
peserta melalui aplikasi Zoom
E. PELAKSANAAN
Pelaksanaan MMD II dilakukan oleh Kelompon IX, Mahasiswa
Program Studi Pendidikan Profesi Ners ITEKES BALI yang
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) secara online di tempat
tinggal masing – masing.

F. PESERTA
1. Undangan – undangan
2. Perwakilan remaja dari 8 wilayah tempat tinggal mahasiswa
3. Mahasiswa Profesi Ners ITEKES BALI

G. ANGGARAN KEGIATAN

H. SUSUNAN KEPANTIAAN
Terlampir

I. SUSUNAN ACARA
Terlampir
Demikianlah proposal kegiatan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) II
dan penutupan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini akan kami ajukan untuk
dapat menjadi pertimbangan bagi pihak yang terkait. Atas perhatiannya
dan kerjasamanya kami ucapkan terimakasih

Denpasar, 16 November 2020

Ketua Pelaksana MMD I Sekretaris MMD I

Ni Luh Awitya Pratiwi Ni Luh Anik Saraswati

NIM. 2014901197 NIM. 2014901191

Mengetahui,

Pembimbing Pembimbing

Ns. I Nyoman Arya Mahaputra,S.Kep.,M.Kep.Sp.KMB Ns. I Gst Ayu Rai Rahayuni, S.Kep.,MNS

NIDN. NIDN.
Lampiran 1

DAFTAR UNDANGAN MMD II

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN (ITEKES) BALI

NO INSTITUSI JUMLAH KETERANGAN

Pembimbing Akademik ITEKES


1 2
Bali
Mahasiswa Program Studi
2 Pendidikan Profesi Ners ITEKES 15
Bali
Remaja binaan di 8 wilayah
3 75
tempat tinggal Mahasiswa

Total 92
Lampiran 2

SUSUNAN KEPANITIAAN MMD I

Pelindung : I Gede Putu Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D

Penanggung Jawab : Ns. I Kadek Nuryanto, S.Kep., MNS

Pembimbing : Ns. I Nyoman Arya Mahaputra, S.Kep.,M.Kep.Sp.KMB

: Ns. I Gst Ayu Rai Rahayuni, S.Kep.,MNS

Ketua : Ni Luh Awitya Pratiwi

Wakil Ketua : Ni Made Ayu Armiyanti

Sekretaris : Ni Luh Anik Saraswati

Bendahara : Ni Made Arik Pusparani

SEKSI – SEKSI

1. Sie Kegiatan
Koordinator : Ni Putu Anggi Adelina
I Gusti Agung Astari Adikarapatni
Komang Ayu Meyani Pradani Andisuari
Ni Putu Devi Yanti
2. Sie Administrasi
Koordinator : Ayu Darmayanti
Ni Putu Diah Putri Pradnyani Wati
Putu Dian Satria Udayani
3. Sie Dokumentasi
Koordinator : Putu Ari Sasmita
Kade Asmela Twomarhensa
4. Sie Perlengkapan
Koordinator : Aditya Yudistira Kilip
Kadek Ari Nita Krisnawan
Lampiran 3
SUSUNAN ACARA MMD II

DI 13 WILAYAH TEMPAT TINGGAL MAHASISWA

1. Pembukaan
2. Doa
3. Sambutan ketua panitia
4. Penyajian materi evaluasi
5. Diskusi
6. Penyajian hasil diskusi
7. Masukan-masukan hasil diskusi Musyawarah Masyarakat Desa II dari
masyarakat dan pembimbing akademik/penanggung jawab
8. Pengesahan hasil MMD II
9. Penutupan acara MMD II
LAMPIRAN 2
SATUAN ACARA PENYULUHAN
PERSONAL HYGIENE DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Pokok bahasan : Personal Hygiene Dan Kesehatan Reproduksi


Waktu : 30 menit
Hari tanggal : jumat, 13 Nopember 2020
Tempat : -
Sasaran : Remaja umur 15-18 tahun

I. Latar belakang
Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental
dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam
segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi,fungsi serta
prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan
seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara
sehat dan aman (Rejeki, 2008).
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikis. (WHO, 2009). Dalam kehidupan sehari-hari
kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena
kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan
itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan. Hal-hal yang
sangat berpengaruh itu di antaranya kebudayaan,sosial, keluarga, pendidikan,
persepsi seseorang terhadap kesehatan, serta tingkat perkembangan. (Efendy,
2006).
Sudah seharusnya setiap orang selalu berusaha untuk meningkatkan
personal hygiennya terutama pada area genetalia. Kebersihan pada area
genetalia seringkali dianggap sebagai masalah sepele, padahal jika hal
tersebut dibiarkan secara terus menerus maka dapat mempengaruhi kesehatan
reproduksi secara umum.
II. Tujuan penyuluhan khusus
Setelah diberikan penyuluhan, dapat menjelaskan :
1. Pengertian kesehatan reproduksi
2. Pengertian personal hygiene
3. Tujuan personal hygiene
4. Macam-macam Personal Hygiene
5. Cara melakukan personal hygiene terkait kesehatan reproduksi

III. Metode
Ceramah dan Tanya jawab

IV. Media dan alat


Leaflet

V. Kegiatan belajar mengajar


No Waktu Kegiatan
Penyuluh Peserta
1. 5 menit Pembukaan
 Salam pembukaan  Menjawab salam
 Apersepsi  Berpartisipasi aktif
 Mengkomuniasikan  Memperhatikan
tujuan

2 20 menit Kegiatan initi penyuluhan  Memperhatikan dan


 Menjelaskan dan mencatat penjelasan
menguraikan materi penyuuhan dengan cermat
tentang  Menanyakan hal-hal yang
a. Pengertian belum jelas
kesehatan  Memperhatikan jawaban
reproduksi dari penyuluhan.
b. Pengertian personal
hygiene
c. Tujuan personal
hygiene
d. Macam-macam
Personal Hygiene
e. Cara melakukan
personal hygiene
terkait kesehatan
reproduksi

3 15 menit  Memberikan  Memperhatikan keterangan


kesempatan kepada kesimpulan darimateri
klien untuk bertanya penyuluhan yang telah
 Menjawab pertanyaan disampaikan
klien yang berkaitan  Menjawab pertanyaan
dengan materi yang yang telah diajukan oleh
belum jelas penyuluh
 Menjawab salam.
Penutup
 Menyimpulkan materi
yang telah disampaikan
 Melakukan evaluasi
penyuluhan dengan
pertanyaan secara lisan
 Mengakhiri kegiatan
penyuluhan

VI. Evaluasi
Pertanyaan :
1. Apa pengertian kesehatan reproduksi?
2. Apa pengertian personal hygiene?
3. Apa tujuan personal hygiene?
4. Apa Macam-macam Personal Hygiene?
5. Bagaimana cara melakukan personal hygiene terkait kesehatan reproduksi?

VII.Lampiran materi
1. Pengertian kesehatan reproduksi
Menurut WHO, kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan
sistem reproduksi, fungsi dan prosesnya. Sedangkan menurut Depkes RI
(2000), kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sehat secara
menyeluruh mencakup fisik, mental dan kehidupan sosial yang berkaitan
dengan alat, fungsi serta proses reproduksi yang pemikiran kesehatan
reproduksi bukannya kondisi yang bebas dari penyakit melainkan
bagaimana seseorang dapat memiliki kehidupan seksual yang aman dan
memuaskan sebelum dan sesudah menikah.

2. Pengertian Personal Hygiene


Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk
memelihara kesehatan mereka secara fisik dan psikisnya. Dalam
kehidupan sehari-hari kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan
harus diperhatikan karena kebersihan akan mempengaruhi kesehatan dan
psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri sangat dipengaruhi oleh nilai
individu dan kebiasaan. Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan
kurang diperhatikan, hal ini terjadi karena kita menganggap masalah
kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus
dapat mempengaruhi kesehatan secara umum (Hidayat, 2008).

3. Tujuan Personal Hygiene


Tujuan dilakukannya perawatan rambut adalah peningkatan derajat
kesehatan, memlihara kesehatan diri, memperbaiki personal hygiene,
mencegah penyakit, meningkatkan kepercayaan diri dan menciptakan
keindahan (Ambarawati & Sunarsih, 2011).
4. Macam-macam Personal Hygiene
Menurut Potter dan Perry (2006) macam-macam personal hygiene
yaitu sebagai berikut :
1) Perawatan kulit
Kulit merupakan organ aktif yang berfungsi pelindung,
sekresi,ekskresi, pengatur temperatur, dan sensasi. Kulit memilki tiga
lapisan utama yaitu epidermis, dermis dan subkutan. Kulit berfungsi
sebagai pertukaran oksigen, nutrisi, dan cairan denganpembuluh darah
yang berada dibawahnya, mensintesa sel baru, dan mengeliminasi sel
mati, sel yang tidak berfungsi. Sirkulasi yang adekuat penting untuk
memelihara kehidupan sel. Kulit sering kali merefleksikan perubahan
pada kondisi fisik dengan perubahan padawarna, ketebalan, tekstur,
turgor, temperatur. Selama kulit masih utuh dan sehat, fungsi
fisiologisnya masih optimal.
2) Mandi
Mandi adalah bagian perawatan hygiene total. Keluasan mandi
individu dan metode yang digunakan untuk mandi berdasarkan pada
kemampuan fisik individu dan kebutuhan tingkat hygiene yang
diperlukan. Individu yang bergantung dalam kebutuhan hygienenya
sebagian atau individu yang terbaring di tempat tidur dengan
kecukupan diri yang tidak mampu mencapai semua bagian badan
memperoleh mandi sebagian di tempat tidur. Pada lansia, mandi
biasanya dilakukan dua kali sehari atau lebih sesuai selera dengan air
dingin atau air hangat.
3) Perawatan Mulut
Hygiene mulut membantu mempertahankan status kesehatan
mulut, gigi, gusi, dan bibir. Menggosok gigi dapat membersihkan gigi
dari partikel-partikel makanan, plak, dan bakteri, memasase gusi, dan
mengurangi ketidaknyamanan yang dihasilkan dari bau dan rasa yang
tidak nyaman. Beberapa penyakit yang muncul akibat perawatan gigi
dan mulut yang buruk adalah karies, radang gusi, dan sariawan.
Hygiene mulut yang baik memberikan rasa sehat dan selanjutnya
menstimulasi nafsu makan. Maka penting untuk menggosok gigi
sekurang-kurangnya dua kalisehari dan sangatlah dianjurkan untuk
berkumur-kumur atau menggosok gigi setiap kali selepas makan
(Setiabudhi, 2002).
4) Perawatan mata, hidung dan telinga
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk
membersihkan mata, hidung, dan telinga selama individu mandi.
Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan untuk mata
karena secara terus-menerus dibersihkan oleh air mata, kelopak mata
dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing kedalam mata.
Normalnya, telinga tidak terlalu memerlukan pembersihan. Namun,
telinga yang serumen terlalu banyak telinga perlu dibersihkan baik
mandiri atau dibantu oleh keluarga. Hygiene telinga mempunyai
implikasi untuk ketajaman pendengaran. Bila benda asing berkumpul
pada kanal telinga luar, maka akan mengganggu konduksi suara.
Hidung berfungsi sebagai indera penciuman, memantau temperatur
dan kelembapan udara yang dihirup, serta mencegah masuknya
partikel asing ke dalam system pernapasan.
5) Perawatan rambut
Penampilan dan kesejahteraan seseorang sering kali tergantung
dari cara penampilan dan perasaan mengenai rambutnya. Menyikat,
menyisir dan bershampo adalah cara-cara dasar higienis perawatan
rambut, distribusi pola rambut dapat menjadi indikator status
kesehatan umum, perubahan hormonal, stress emosional maupun fisik,
penuaan, infeksi dan penyakit tertentu atau obat obatan dapat
mempengaruhi karakteristik rambut. Rambut merupakan bagian dari
tubuh yang memiliki fungsi sebagai proteksi serta pengatur suhu,
melalui rambut perubahan status kesehatan diri dapat diidentifikasi.
6) Perawatan kaki dan kuku
Kaki dan kuku seringkali memerlukan perhatian khusus untuk
mencegah infeksi, bau, dan cedera pada jaringan. Tetapi seringkali
orang tidak sadar akan masalah kaki dan kuku sampai terjadi nyeri atau
ketidaknyamanan. Menjaga kebersihan kuku penting dalam
mempertahankan personal hygiene karena berbagai kuman dapat
masuk kedalam tubuh melalui kuku. Oleh sebab itu, kuku seharusnya
tetap dalam keadaan sehat dan bersih. Perawatan dapat digabungkan
selama mandi atau pada waktu yang terpisah.
7) Perawatan genetalia
Perawatan genitalia merupakan bagian dari mandi lengkap.
Seseorang yang paling butuh perawatan genitalia yang teliti adalah
yang beresiko terbesar memperoleh infeksi. Seseorang yang tidak
mampu melakukan perawatan diri dapat dibantu keluarga untuk
melakukan personal hygiene.

5. Cara melakukan personal hygiene terkait kesehatan reproduksi


a. Pemeliharaan organ reproduksi pada remaja perempuan (vulva
hygiene)
1) Mencuci tangan sebelum menyentuh vagina. Tujuannya untuk
mencegah alat kelamin terkontaminasi oleh bakteri yang ada pada
tangan.
2) Melakukan cara cebok dari arah depan (vagina) ke belakang
(anus). Supaya bibit penyakit yang bersarang di sekitar anus tidak
terbawa ke dalam vagina, karena hal tersebut dapat menimbulkan
infeksi, peradangan, dan rangsangan gatal.
3) Selalu mengusahakan agar vagina tetap kering dan tidak lembab,
karena keadaan basah akan mempermudah berkembangnya bakteri
pathogen.
4) Tidak menggunakan bedak pada vagina karena bedak akan
menyebabkan jamur dan bakteri tumbuh di sekitar vagina.
5) Tidak sembarangan menggunakan cairan pembersih organ
kewanitaan karena dapat merusak keasaman vagina.
6) Pada saat menstruasi diwajibkan mengganti pembalut 2-3 kali
dalamsehari atau setiap 4 jam sekali secara teratur.
7) Tidak sering memakai pantyliner. Pantyliner adalah salah satu jenis
pembalut wanita yang digunakan diluar periode menstruasi, dan
ukurannya lebih kecil. Pantyliner jika digunakan terlalu lama dapat
menyebabkan peningkatan jumlah bakteri pathogen dan
membunuh lactobacillus dalam vagina, pantyliner juga dapat
mentransfer flora intestinal seperti Eschericia Colike dalam vagina.
Sebaiknya gunakan pantyliner saat perlu saja dan jangan terlalu
lama, paling tidak 3-6 jam sehari.
8) Mengganti pakaian dalam dua kali sehari saat mandi.
9) Memakai pakaian dalam dari bahan yang mudah menyerap
keringat misalnya katun. Bahan lain yang tidak menyerap keringat
seperti nylon atau polyester menyebabkan alat kelamin terasa gerah
dan panas, sehingga vagina menjadi lembab dan menjadi tempat
berkembangbiaknya bakteri dan jamur.
10) Memakai celana dalam yang tidak ketat. Celana dalam yang terlalu
ketat menyebabkan tidak adanya sirkulasi udara di sekitar alat
kelamin sehingga daerah sekitar vagina menjadi lembab.

Daftar Pustaka
Aisyaroh, N., Kebidanan, S. P. P. D. I., & Unissula, F. I. K. (2010). Kesehatan
Reproduksi Remaja. Jurnal Majalah Ilmiah Sultan Agung.
Universitas Sultan Agung.
Kristiana, D., & Karjiyem, E. K. (2012). Hubungan Persepsi Tentang Kesehatan
Reproduksi dengan Personal Hygiene pada Siswi Sekolah
Menengah Pertama.Jurnal Kebidanan dan Keperawatan, 8(1), 1-
11.
Maolinda, N. (2012). Hubungan pengetahuan dengan sikap siswa terhadap
pendidikankesehatan reproduksi remaja di SMAN 1 Margahayu.
Students e-Journal, 1(1),28.
Nurlita, W. (2014). Gambaran tingkat pengetahuan dan perilaku menjaga
kebersihan organ genetalia eksterna pada siswi MI Pembangunan.
Sulistyawati, E. I. (2012). Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Remaja
PutriTentang Personal Hygiene Organ Reproduksi Di Smp Negeri
1 Gesi Sragen.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) PENGETAHUAN COVID-19
DAN ETIKA BATUK

Pokok bahasan : Pengetahuan Remaja Tentang Covid-19 dan Etika Batuk

Sub Bahasan :
1. Pengertian Covid-19
2. Tanda dan gejala Covid-19
3. Penyebab atau Penyebaran Covid-19
4. Pencegahan covid-19
5. Etika batuk

Penyuluh : Mahasiswa ITEKES BALI

Tempat : Desa Ubud, Gianyar, Desa Keramas, Blahbatuh, Gianyar,


Desa Candikuning, Baturiti, Tabanan, Desa Sesetan,
Denpasar Selatan, Desa Kayubihi, Bangli, Desa
Sibanggede, Badung, Desa Adat Semarapura, Denpasar
Utara, Denpasar selatan, Samarinda Kalimantan Timur,
Nusa Penida, Mengwi, Badung dan Singarajadengan

Sasaran : Remaja

Waktu : 15 menit

A. Latar Belakang.
Virus corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2
(SARA-CoV-2) adalah virus yang menyerang system pernapasan. Penyakit
karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus corona bisa menyebabkan
gangguan ringan pada system pernapasan, infeksi paru-paru, hingga kematian.
Infeksi virus Corona atau COVID-19 disebabkan oleh coronavirus, yaitu
kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan. Pada sebagian besar
kasus, coronavirus hanya menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai
sedang, seperti flu. Akan tetapi, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi
pernapasan berat, seperti pneumonia, Middle-East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). ada
3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang terinfeksi virus Corona, yaitu
Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius), Batuk kering, Sesak napas
Covid dinyatakan sebagia pandemi didunia oleh WHO dan ditetapkan
pemerintah sebagai bencana non alam berupa wabah penyakit yang
perludilakukan langkah-langkah penanggulan terpadu termasuk keterlibatan
seluruh komponen masyarakat (KEMENKES RI, 2020)
Tragedi pada akhir 2019 tersebut terus berlanjut hingga penyebaran virus
Corona mewabah ke seluruh dunia. Metode penyebaran virus ini sangat cepat
dan telah menyebar ke hampir semua negara, termasuk Indonesia, hanya
dalam waktu beberapa bulan. Jika dibiarkan saja maka akan sangat berdampak
pada penurunan fungsi paru-paru bahkan berakibat kematian. Oleh karena itu
perlunya pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan COVID-19. Pemberian
informasi dengan mengedukasi supaya masyarakat mampu berperan serta
dalam melakukan pencegahan terhadap penularan COVID-19.

B. Tujuan penyuluhan khusus


Setelah mengikuti proses penyuluhan tentang Covid-19 dan Etika
Batuk selama 15 menit, remaja diharapkan:
1. Mampu memahami dan menjelaskan tentang pengertian Covid-19
2. Mampu mengetahui dan menyebutkan tanda dan gejala Covid-19
3. Mengetahui apa penyebab atau penyebaran dari Covid-19
4. Mengetahui pencegahan Covid-19.
5. Mengetahui cara etika batuk yang baik dan benar
C. Mertode
a. Ceramah
b. Tanya jawab
D. Media dan Alat
1. Leaflet 
2. Power point
E. Kegiatan

No Kegiatan Waktu Kegitan Penyuluhan Peserta


.
1. Pembukaan 2 menit 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam.
dengan mengucap salam. 2. Mendengarkan.
2. Memperkenalkan diri. 3. Memperhatikan.
3. Menjelaskan tujuan dari
penyuluhan.
4. Menyebutkan materi yang
akan diberikan.

2. Isi 10menit Penyajian materi tentang: 1. Memperhatikan


1. Menjelaskan pengertian dan mencatat
Covid-19 penjelasan
2. Tanda dan Gejala Covid- penyuluhan
19 dengan cermat.
3. Penyebaran Covid-19 2. Menyatakan hal-
4. Pencegahan hal yang belum
a. Menerapkan PHBS jelas.
seperti mencuci tangan 3. Memperhatikan
sesuai standard an jawaban dari
mengkonsumsi penyuluhan
makanan yang sehat
dan bergizi dan
penambah vitamin
untuk kekebalan
tubuh.
b. Menerapkan physical
distancing (menjaga
jarak minimal 1
meter).
c. Penggunaan masker
saat melakukan
kegiatan diluar rumah
atau saat bertemu
banyak orang,
terutama pada saat
terkena penyakit
saluran pernafasan
seperti batuk/flu.
5. Etika batuk yang baik
dan benar
3. Evaluasi 3menit 1. Memberikan kesempatan  Memperhatikan
kepada remaja untuk keterangan
bertanya. kesimpulan
2. Menjawab pertanyaan darimateri
remaja yang berkaitan penyuluhan yang
dengan materi yang belum telah
jelas. disampaikan
 Menjawab
Penutup pertanyaan yang
1. Menyimpulkan materi telah diajukan
yang telah oleh penyuluh
disampaikan.  Menjawab
2. Melakukan evaluasi salam.
penyuluhan dengan
pertanyaan secara
lisan.
3. Mengakhiri kegiatan
penyuluhan
F. Pengorganisasian dan Penugasan
1. Pengorganisasian
a) Ketua :
b) Moderator :
c) Penyaji :
d) Observer :
e) Fasilitator :
2. Penugasan
a) Ketua
Mengontrol penyuluhan
b) Penyaji
Mengapresiasikan materi sebelum mulai menyajikan dan
menyajikan materi penyuluhan
c) Moderator
1) membuka jalannya penyuluhan
2) memberi salam
3) memperkenalkan remaja penyuluhan
4) menyampaikan tujuan
5) mengontrak waktu untuk penyuluhan
6) menanyakan ke remaja, apakah ada yg kurang jelas tentang apa
yang telah di bawakan penyaji
7) memperjelas pertanyaan dan jawaban yang telah ditanyakan
remaja dan yg di jawab penyuluh
8) menutup jalannya penyuluhan
d) Observer
Mengobservasi jalannya penyuluhan dan menyimpulkan hasil
kegiatan penyuluhan
e) Fasilitator
Memfasilitasi jalannya penyuluhan

G. Materi
1. Pengertian Covid-19
Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem
pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19. Virus
Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan,
infeksi paruparu yang berat, hingga kematian. Severe acute respiratory
syndrome coronavirus 2 (SARSCoV-2) yang lebih dikenal dengan
nama virus Corona adalah jenis baru dari corona virus yang menular
ke manusia. Virus ini bisa menyerang siapa saja, baik bayi, anak-anak,
orang dewasa, lansia, ibu hamil, maupun ibu menyusui.
Corona virus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi
sistem pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan
infeksi pernapasan ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa
menyebabkan infeksi pernapasan berat, seperti infeksi paru-paru
(pneumonia). Selain virus SARS-CoV-2 atau virus Corona, virus yang
juga termasuk dalam kelompok ini adalah virus penyebab Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan virus penyebab MiddleEast
Respiratory Syndrome (MERS). Meski disebabkan oleh virus dari
kelompok yang sama, yaitu coronavirus, COVID-19 memiliki
beberapa perbedaan dengan SARS dan MERS, antara lain dalam hal
kecepatan penyebaran dan keparahan gejala.
Indonesia masih bergelut melawan virus Corona hingga saat ini,
sama dengan negara lain di dunia. Jumlah kasus virus Corona terus
bertambah dengan beberapa melaporkan kesembuhan, tapi tak sedikit
yang meninggal. Usaha penanganan dan pencegahan terus dilakukan
demi melawan COVID-19 dengan gejala mirip flu. Kasus virus Corona
diketahui lewat penyakit misterius yang melumpuhkan Kota Wuhan,
China. Tragedi pada akhir 2019 tersebut terus berlanjut hingga
penyebaran virus Corona mewabah ke seluruh dunia. Metode
penyebaran virus ini sangat cepat dan telah menyebar ke hampir semua
negara, termasuk Indonesia, hanya dalam waktu beberapa bulan.
2. Gejala
Secara umum, ada 3 gejala umum yang bisa menandakan seseorang
terinfeksi virus Corona, yaitu:
a. Demam (suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius)
b. Batuk
c. Sesak napas. Kelelahan.
d. Tubuh terasa sakit.
e. Sakit kepala.
f. Kehilangan rasa atau bau.
g. Sakit tenggorokan.
h. Pilek/hidung tersumbat.
i. Mual.
j. Diare

3. Penyebab atau Penyebaran virus corona


Seseorang dapat tertular COVID-19 melalui berbagai cara, yaitu:
a. Tidak sengaja menghirup percikan ludah (droplet) yang keluar saat
penderita COVID-19 batuk atau bersin
b. Memegang mulut atau hidung tanpa mencuci tangan terlebih dulu
setelah menyentuh benda yang terkena cipratan ludah penderita
COVID-19
c. Kontak jarak dekat dengan penderita COVID-19
4. Diagnosis virus corona
Diagnosis atas virsus corona dapat dilakukan dengan cara, yaitu:
a. Rapid test sebagai penyaring
b. Tes usap (swab) tenggorokan untuk meneliti sampel dahak (tes
PCR)
c. CT scan atau Rontgen dada untuk mendeteksi infiltrat atau cairan
di paru-paru
5. Pengobatan virus corona
Pengobatan atas virus corona dapat dilakukan dengan jalan, yaitu:
a. Merujuk penderita COVID-19 yang berat untuk menjalani
perawatan dan karatina di rumah sakit rujukan
b. Memberikan obat pereda demam dan nyeri yang aman dan sesuai
kondisi penderita
c. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk melakukan isolasi
mandiri dan istirahat yang cukup
d. Menganjurkan penderita COVID-19 untuk banyak minum air putih
untuk menjaga kadar cairan tubuh
6. Pencegahan virus corona
Sampai saat ini, belum ada vaksin untuk mencegah infeksi virus
Corona atau COVID-19. Oleh sebab itu, cara pencegahan yang terbaik
adalah dengan menghindari faktor-faktor yang bisa menyebabkan
Anda terinfeksi virus ini, yaitu:
a. Terapkan physical distancing, yaitu menjaga jarak minimal 1 meter
dari orang lain, dan jangan dulu ke luar rumah kecuali ada
keperluan mendesak.
b. Gunakan masker saat beraktivitas di tempat umum atau keramaian.
c. Rutin mencuci tangan dengan air dan sabun atau hand sanitizer
yang mengandung alkohol minimal 60%, terutama setelah
beraktivitas di luar rumah atau di tempat umum.
d. Jangan menyentuh mata, mulut, dan hidung sebelum mencuci
tangan.
e. Tingkatkan daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat
f. Hindari kontak dengan penderita COVID-19, orang yang dicurigai
positif terinfeksi virus Corona, atau orang yang sedang sakit
demam, batuk, atau pilek.
g. Tutup mulut dan hidung dengan tisu saat batuk atau bersin,
kemudian buang tisu ke tempat sampah.
h. Jaga kebersihan benda yang sering disentuh dan kebersihan
lingkungan, termasuk kebersihan rumah.
Untuk orang yang diduga terkena COVID-19 atau termasuk
kategori ODP (orang dalam pemantauan) maupun PDP (pasien dalam
pengawasan), ada beberapa langkah yang bisa dilakukan agar virus
Corona tidak menular ke orang lain, yaitu:
a. Lakukan isolasi mandiri dengan cara tinggal terpisah dari orang
lain untuk sementara waktu, bila tidak memungkinkan, gunakan
kamar tidurdan kamar mandi yag berbeda dengan yang digunakan
orang lain.
b. Jangan keluar rumah, kecuali untuk mendapatkan pengobatan.
c. Bila ingin ke rumah sakit saat gejala bertambah berat, sebaiknya
hubungi dulu pihak rumah sakit untuk menjemput.
d. Larang dan cegah orang lain untuk mengunjungi atau menjenguk
Anda sampai Anda benar-benar sembuh.
e. Sebisa mungkin jangan melakukan pertemuan dengan orang yang
sedang sedang sakit.
f. Hindari berbagi penggunaan alat makan dan minum, alat mandi,
serta perlengkapan tidur dengan orang lain.
g. Pakai masker dan sarung tangan bila sedang berada di tempat
umum atau sedang bersama orang lain.
h. Gunakan tisu untuk menutup mulut dan hidung bila batuk atau
bersin, lalu segera buang tisu ke tempat sampah.
7. Etika Batuk
Penyakit bisa dengan mudah menginfeksi melalui udara. Tanpa
sadar, bersin dan batuklah yang bias menyebarkan virus penyakit. Oleh
karena itu, jangan asal batuk maupun bersih, kenali beberapa etika
yang harus dilakukan. Hal ini dapat menjadi bentuk pencegahan
penularan virus Covid-19. Berikut etika batuk yang baik dan benar.
a. Gunakan masker.
b. Tutup mulut da hidung dengan lengan atas bagian dalam.
c. Tutup mulut dan hidung dengan tisu.
d. Jangan lupa membuang bekas tisu di tempat sampah.
e. Setelah batuk cucilah tangan dengan menggunakan sabun
dan air mengalir
DAFTAR PSUTAKA

Alodokter. (2020) Diakses pada tanggal 24 Oktober 2020 dari


https://www.alodokter.com/virus-corona

Fadli Ari (2020).Mengenal covid-19 dan cegah pengebaran dengan “peduli


lindungi” aplikasi berbasis android. Diakses pada tanggal 24 Oktober
2020.https://www.researchgate.net/publication/340790225_Mengenal_Co
vid19_Dan_Cegah_Penyebarannya_Dengan_Peduli_Lindungi_Aplikasi_B
erbasis_Andorid.

KEMETRIAN KESEHATAN RI. (2020). Situasi COVID-19 Informasi lain.


Diakses pada tanggal 24 Oktober 2020.
https://covid19.kemkes.go.id/situasiinfeksi-emerging/info-corona
virus/situasi-terkini-perkembangan-coronavirus-disease-covid-19-16-
maret2020/#.XsDirWgzbIU

KEMETRIAN KESEHATAN RI. (2020). Etika Batuk. Diakses pada tanggal 25


Oktober 2020. https://promkes.kemkes.go.id/jangan-asal-bersin-dan-
batuk-kenali-etika-bersin-dan-batuk-agar-tidak-menularkan-penyaki
SATUAN ACARA PENYULUHAN MEROKOK DAN ALKOHOL

Pokok Bahasan : Merokok dan alkohol

Sub Bahasan : Bahaya Rokok Dan Alkohol Terhadap Kesehatan

Penyuluhan : Bahaya Rokok Dan Alkohol Terhadap Kesehatan

Tempat : di Rumah

Sasaran : Remaja

Waktu : 1x30 menit

A. Latar Belakang
Masa remaja merupakan masa yang sangat kompleks dimana
individu baik laki-laki maupun perempuan mengalami berbagai masalah
seperti perubahan fisik, perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan
terhadap diri sendiri (penghargaan diri), mengalami krisis identitas,
mengalami konflik otonomi dan ragu-ragu dalam menyelesaikan masalah.
Dari beberapa perubahan yang terjadi pada remaja terdapat kemungkinan-
kemungkinan yang akan mengundang keinginan perilaku beresiko dan
berdampak negatif pada remaja, timbulnya keinginan berperilaku yang
beresiko dikarenakan adanya rasa takut dianggap tidak cakap, perlu untuk
menegaskan identitas dan dinamika kelompok seperti adanya tekanan dari
teman sebaya.

Perilaku beresiko pada remaja seperti penggunaan alkohol, tembakau


dan zat lainnya, fenomena merokok sekarang ini sudah menjadi trendi
kalangan pelajar baik siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) maupun
Sekolah menengah Atas (SMA), hasil riset kesehatan dasar tahun 2013 ada
beberapa siswa yang nekad melakukan merokok di sekolah sekalipun larangan
merokok di sekolah sudah dilakukan secara ketat (Asep sukoha,dkk 2017).
Prevalensi merokok di Indonesia sangat tinggi diberbagai lapisan
masyarakat, terutama pada laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan
dewasa. Kecendrungan merokok terus meningkat dari tahun ke tahun baik
pada laki-laki dan perempuan, hal ini tentu saja sangat mengkhawatirkan kita
semua. Data RISKESDAS RI 2013-2018 menyatakan terdapat peningkatan
jumlah pengkonsumsi rokok di Provinsi Bali pada tahun 2013 (19,00%)
kemudian menjadi (23,5%) pada tahun 2018. (Dinas Kesehatan Provinsi Bali,
2019). Kemudian data dari Badan Kesehatan Dunia WHO (World Health
Organization), menyebutkan 1 dari 10 kematian pada orang dewasa
disebabkan karena merokok dimana rokok ini membunuh hampir lima juta
orang setiap tahunnya jika hal ini berlanjut, maka bisa dipastikan bahwa 10
juta orang akan meninggal karena rokok pertahunnya pada tahun 2020,
dengan 70% kasus terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Pada tahun
2005 terdapat 5,4 juta kematian akibat merokok atau rata-rata satu kematian
setiap 6 detik. Bahkan pada tahun 2030 diperkirakan jumlah kematian
mencapai angka 8 juta . Merokok tidak hanya merugikan dari segi kesehatan,
akan tetapi juga merugikan dari segi ekonomi karena mereka harus
mengeluarkan uang untuk membeli rokok. Komalasari dan Helmi (2011)
menyatakan bahwa merokok sama saja dengan membakar uang, jika yang
merokok adalah remaja mereka terpaksa harus menyisihkan uang saku bahkan
yang lebih parahnya mereka harus berbohong dengan orang tua agar
mendapatkan uang atau dengan memeras teman mereka di sekolah demi
tercapainya keinginan untuk merokok, di era ini tidak sulit mencari perokok
remaja dikarenkan dapat kita jumpai di tempat-tempat nongkrong sehabis
pulang sekolah, halte bus,bus umum, warung makan bahkan tempat-tempat
olahraga.
Selain rokok perilaku mengkomsumsi alkohol juga menjadi masalah
bagi remaja yang mana remaja sering melakukan kegiatan berkumpul
Kegiatan berkumpul ini sering dilakukan oleh remaja yang cenderung belum
memiliki tanggung jawab yang mengikat di rumah sehingga waktunya masih
dapat digunakan untuk bersantai dan bermain. Perkumpulan remaja tersebut
sering kali dibarengi dengan perilaku mengkonsumsi minuman keras/alcohol
jika untuk kegiatan berkumpul dan bermain saja mungkin bukan merupakan
masalah, namun jika berkumpul yang dibarengi dengan kebiasaan
mengkonsumsi minuman keras maka hal tersebut telah menjadi persoalan.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007 yang dikeluarkan
pada tahun 2009 menunjukkan bahwa prevalensi konsumsi alkohol di
Provinsi Bali 12 bulan terakhir adalah 17,8% dan prevalensi konsumsi
alkohol satu bulan terakhir adalah 13,9%. (Triadi Adnyani, 2018). Perilaku
remaja yang merokok dan mengkomsumsi alcohol menurut Brigham
(dalam Komalasari dan Helmi,2011) mengungkapkan bahwa merupakan
simbol dari kematangan, kekuatan, kepemimpinan, dan daya tarik terhadap
lawan jenis
B. Tujuan intruksional umum :
Setelah diberikan penyuluhan, remaja diharapkan mengetahui dan mengerti
dampak negatif kebiasaan merokok dan minum alkohol bagi kesehatan serta
cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi kecanduan merokok dan
alkohol.
C. Tujuan intuksional khusus
Setelah dilakukan penyuluhan, remaja diharapkan dapat:
1) Mengetahui pengertian rokok dan alkohol
2) Mengetahui penyebab/alasan orang merokok dan minum alkohol
3) Memahami bahaya rokok dan alkohol bagi tubuh.
4) Mengetahui kandungan atau racun yang terdapat dalam rokok.
5) Mengetahui cara mengatasi kebiasaan merokok dan minum alkohol
D. Strategi :
1. Penyuluhan
2. Tanya jawab

E. Media
Media yang digunakan: Leaflet

Kegiatan :
NO WAKTU KEGIATAN PENYULUHAN METODE
1 5 menit Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan
mengucap salam. Ceramah
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
2 20 menit Pelaksanaan:
1. Menjelaskan pengertian tentang
rokok dan alkohol
2. Menjelaskan tipe-tipe perokok Ceramah
3. Menjelaskaan penyebab/alasan
orang merokok dan minum
alkohol
4. Menjelaskan bahaya rokok dan
alkohol
5. Menjelaskan kandungan rokok
6. Cara atau langkah berhenti
merokok dan minum alkohol

3 15 menit Evaluasi: Diskus,Tanya


1. Memberi kesempatan remaja jawab dan
untuk bertanya ceramah
2. Mengucapkan terima kasih atas
peran serta remaja
3. Mengucapkan salam penutup

F. Materi :
a. Pengertian Rokok
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rokok adalah
gulungan tembakau yang dibungkus kertas. Rokok adalah salah satu
produk tembakau yang dimaksudkan untuk dibakar, dihisap dan atau
dihirup termasuk rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya
yang dihasilkan dari tanaman nicotiana tabacum, nicotiana rustica, yang
asapnya mengandung nikotin dan tar, dengan atau tanpa bahan tambahan
(Peraturan Menkes,2013).

Rokok merupakan zat adiktif yang berdampak negative bagi


kesehatan anak. Karena, rokok dapat menyebabkan adikasi (ketagihan)
dan depensiasi (ketergantungan) bagi penghisap dan orang sekitar dari
paparan asap rokok.. (Dr.Susanto, M.A , 2017)

Minuman keras adalah minuman yang mengandung etanol. Etanol


adalah bahan psikoaktif dan konsumsinya menyebabkan penurunan
kesadaran. Di berbagai negara, penjualan minuman keras dibatasi
kesejumlah kalangan saja, umumnya orang-orang yang telah melewati
batasusia tertentu (Darmawan, 2010).
Minuman keras adalah semua minuman yang mengandung alkohol
(zat psikoaktif) bersifat adiktif yang bekerja secara selektif, terutama pada
otak, sehingga dapat menimbulkan perubahan pada perilaku, emosi, dan
kognitif, serta bila dikonsumsi secara berlebihan dan terus-menerus dapat
merugikan dan membahayakan jasmani, rohani maupun bagi kepentingan
perilaku dan cara berfikir

b. Kategori Perokok
a. Perokok Pasif
Perokok pasif adalah asap rokok yang dihirup oleh seseorang yang
tidak merokok (pasif smoker). Asap rokok tersebut biasa menjadi
polutan bagi manusia dan lingkungan sekitar. Asap rokok yang
terhirup oleh orang-orang bukan perokok karena berada disekitar
perokok biasa menimbulkan secone handsmoke.
b. Perokok aktif
Perokok aktif adalah orang yang suka merokok (Hasan alwi, 2010:960)
Kemudian menurut M.N.Burstan (1997:86 )rokok aktif adalah asap
rokok yang berasal dari isapan perokok(mainstream).
Dari perokok aktif ini dapat digolongkan menjadi tiga bagian:
1. Perokok berat adalah perokok yang menghabiskan 21-30 batang
rokok setiap hari dengan selang waktu merokok berkisar 6-30
menit setelah bangun tidur pagi hari.
2. Perokok sedang adalah perokok yang mengkomsumsi rokok
cukup yaitu 11-21 batang per hari dengan selang waktu 31-60
menit mulai bangun tidur pagi hari.
3. Perokok ringan adalah perokok yang mengkomsumsi rokok jarang
yaitu sekitar 10 batang per hari dengan selang waktu 60 menit dari
bangun tidur pagi. (Mu‟tadin, 2011).
c. Alasan Yang Mempengaruhi Orang Merokok Dan Minum Alkohol
1. Alasan Merokok
Menurut Komalasari dan Helmi (2012), perilaku merokok selain
disebabkan dari dalam diri (internal) juga disebabkan dari
lingkungan (eksternal)
a) Faktor Diri (internal) Orang mencoba untuk merokok karena
alasan ingin tahu atau ingin melepaskan diri dari rasa sakit dan
kebosanan. Merokok juga memberi image bahwa merokok dapat
menunjukkan kejantanan (kebanggaan diri) dan menunjukkan
kedewasaan. Individu juga merokok dengan alasan sebagai alat
menghilangkan stress. Remaja mulai merokok berkaitan dengan
adanya krisis psikososial yang dialami pada perkembangannya
yaitu pada masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya
(Komalasari dan Helmi, 2012
b) Lingkungan (eksternal)
1) Orang Tua
Pada masa remaja, remaja memulai berjuang melepas
ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai
kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai
orang dewasa. Pada masa ini hubungan keluarga yang dulu
sangat erat sekarang tampak terpecah. Orang tua sangat
berperan pada masa remaja, salah satunya adalah pola asuh
keluarga akan sangat berpengaruh pada perilaku remaja.
Pola asuh keluarga yang kurang baik akan menimbulkan
perilaku yang menyimpang seperti merokok, minum-
minuman keras, menggunakan obat-obat terlarang dan lain-
lain(Depkes RI, 2010).
2) Teman Sebaya
Pengaruh kelompok sebaya terhadap perilaku beresiko
kesehatan pada remaja, ketika remaja bergabung dengan
kelompok sebayanya maka seorang remaja akan dituntut
untuk berperilaku sama dengan kelompoknya, sesuai dengan
norma yang dikembangkan oleh kelompok tersebut
(Mu’tadin, 2011). Remaja pada umumnya bergaul dengan
sesama mereka, karakteristik persahabatan remaja
dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras.
(Yusuf, 2006).
3) Iklan Rokok
Banyaknya iklan rokok di media cetak, elektronik, dan
media luar telah mendorong rasa ingin tahu remaja tentang
produk rokok. Iklan rokok mempunyai tujuan mensponsori
hiburan bukan untuk menjual rokok, dengan tujuan untuk
mengumpulkan kalangan muda yang belum merokok untuk
mencoba merokok dan setelah mencoba merokok akan terus
berkelanjutan sampai ketagihan (Istiqomah, 2010).

2. Alasan Minum alkohol


a) Rasa ingin tahu
Motif ingin tahu, bahwa remaja selalu mempunya sifat selalu ingin
tahu segala sesuatu yang belum atau kurang diketahui dampak
negatifnya. Misalnya saja ingin tahu bagaimanakah rasanya
minuman keras, karena kesibukan orang tua maupun keluarga
dengan kegiatannya masing-masing, atau akibat broken home,
kurang kasih sayang, maka dalam kesempatan tersebut kalangan
remaja berupaya mencari pelarian dengan cara minum-minuman
keras. Sarana dan prasarana, sebagai ungkapan rasa kasih sayang
terhadap putra-putrinya terkadang orang tua memberikan fasilitas
dan uang yang berlebihan, namun hal tersebut disalahgunakan
untuk memuaskan segala keinginan diri remaja yang antara lain
berawal dari minum minuman keras.
b) Ikut-ikutan teman
Faktor ini masih berkaitan erat dengan faktor sebelumnya yaitu
jika seeorang orang anak yang ingin mencoba, juga karena faktor
ikut-ikutan, ancaman dari teman, dan bujukan oleh teman.
c) Lingkungan pergaulan
Anak yang tinggal dan bergaul di lingkungan yang salah juga
sangat berpengaruh sehingga anak mengkomsumsi minuman
beralkohol karena dengan bergaul dengan orang yang sering
mengkomsumsi minuman beralkohol, hal ini disebabkan anak
sangat cepat beradaptasi dengan kebiasaan- kebiasaan baru yang
belum pernah dilakukannya.

d. Kandungan Yang Terdapat Pada Rokok


1. Tar
Tar adalah zat berwarna coklat berisi berbagai jenis hidrokarbon
aromatik polisiklik, amin aromatik dan N-nitrosamine. Tar yang
dihasilkan asap rokok akan menimbulkan iritasi pada saluran napas,
menyebabkan bronchitis, kanker nasofaring dan kanker paru.
2. Nikotin
Nikotin adalah zat, atau bahan senyawa pirrolidin yang terdapat dalam
Nikotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau
sintetisnya yang bersifat adiktif dapat mengakibatkan ketergantungan.
Nikotin merupakan senyawa alkaloid (zat yang berbahan dasar atom
nitrogen) yang terdapat pada akar dan daun tembakau. Nikotin pada
tembakau berkisar 0,6 hingga 3% berat tembakau. Di alam, nikotin
dalam tumbuhan berfungsi untuk mengusir serangga.
3. Karbonmonoksida
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun yang mempunyai afinitas
kuat terhadap hemoglobin pada sel darah merah, ikatan CO dengan
haemoglobin akan membuat haemoglobin tidak bisa melepaskan
ikatan CO dan sebagai akibatnya fungsi haemoglobin sebagai
pengangkut oksigen berkurang, sehingga membentuk karboksi
hemoglobin mencapai tingkat tertentu akan dapat menyebabkan
kematian.
4. Timah hitam
Timah hitam (Pb) yang dihasilkan oleh sebatang rokok sebanyak 0,5
ug. Sebungkus rokok (isi 20 batang) yang habis dihisap dalam satu hari
akan menghasilkan 10 ug. Sementara ambang batas bahaya timah
hitam yang masuk ke dalam tubuh adalah 20 ug per hari. Bisa
dibayangkan, bila seorang perokok berat menghisap rata-rata 2
bungkus rokok per hari, berapa banyak zat berbahaya ini masuk ke
dalam tubuh. (Sugeng D Triswanto, 2010)
e. Bahaya Rokok Dan Minuman Keras Terhadap Kesehatan
1. Akibat buruk kebiasaan merokok bagi kesehatan telah banyak di
bahas. Hasil penelitian di Inggris menunjukkan bahwa kurang lebih
50% para perokok yang merokok sejak remaja akan meningggal akibat
penyakit-penyakit yang berhubungan dengan kebiasaan merokok.
Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan kurang lebih
25 jenis penyakit dari berbagai organ tubuh manusia. Penyakit
tersebut, antara lain: kanker mulut, esophagus, faring, laring, paru,
pancreas, kandung kemih, dan penyakit pembuluh darah. Hal itu
dipengaruhi pula oleh kebiasaan meminum alkohol serta factor lain.
(Aditama, 2010).
Merokok saat ini juga dianggap menjadi penyebab dari kegagalan
kehamilan, meningkatnya kematian bayi, dan penyakit lambung
kronis. Merokok dapat mengganggu kerja paru-paru yang normal
karena hemoglobin lebih mudah membawa karbon dioksida
membentuk karbokn sihemoglobin daripada membawa oksigen. Orang
yang banyak merokok (perokok aktif) dan orang yang banyak
mengisap asap rokok (perokok pasif), dapat berakibat paru-parunya
lebih banyak mengandung karbon monoksida dibandingkan oksigen
sehingga kadar oksigen dalam darah kurang lebih 15% daripada kadar
oksigen normal.
Nikotin yang terbawa dalam aliran darah dapat mempengaruhi
berbagai bagian tubuh. Nikotin dapat mempercepat denyut jantung
(dapat mencapai 20 kali lebih cepat dalam satu menit dari keadaan
normal), menurunkan suhu kulit sebanyak satu atau dua derajat karena
penyempitan pembuluh darah kulit, dan menyebabkan hati melepaskan
gula ke dalam aliran darah. Nikotin mempunyai pengaruh utama
terhadap otak dan sistem saraf, juga dapat memberi pengaruh
menenangkan. Namun nikotin juga merupakan obat yang bersifat aditif
atau menyebabkan kecanduan. (Armstrong, 1982). Penyakit yang
berhubungan dengan merokok adalah penyakit yang diakibatkan
langsung oleh merokok atau diperburuk keadaannya dengan merokok.
Penyakit yang menyebabkan kematian para perokok antara lain:
a) Penyakit jantung koroner.
Setiap tahun kurang lebih 40.000 orang di Inggris yang berusia
dibawah 65 tahun meninggal karena serangan jantung dan sekitar
tiga perempat dari jumlah kematian ini disebabkan karena
kebiasaan merokok. Merokok mempengaruhi jantung dengan
berbagai cara. Merokok dapat menaikkan tekanan darah dan
mempercepat denyut jantung sehingga pemasokan zat asam kurang
dari normal yang diperlukan agar jantung dapat berfungsi dengan
baik. Keadaan ini dapat memberatkan tugas otot jantung. Merokok
juga dapat menyebabkan dinding pembuluh darah menebal secara
bertahap yang menyulitkan jantung untuk memompa darah.
b) Trombosis koroner.
Trombosis koroner atau serangan jantung terjadi bila bekuan
darah menutup salah satu pembuluh darah utama yang memasok
jantung mengakibatkan jantung kekurangan darah dan kadang-
kadang menghentikannya sama sekali. Merokok membuat darah
menjadi lebih kental dan lebih mudah membeku. Nikotin dapat
mengganggu irama jantung yang normal dan teratur sehingga
kematian secara tiba-tiba akibat serangan jantung tanpa peringatan
terlebih dahulu dan lebih sering terjadi pada orang yang merokok
daripada yang tidak merokok.
c) Kanker.
Kanker adalah penyakit yang terjadi di beberapa bagian tubuh
akibat sel-sel tumbuh mengganda secara tiba-tiba, kadang-kadang
gumpalan sel hancur dan terbawa dalam aliran darah ke bagian
tubuh lain kemudian hal yang sama berulang kembali. Pertumbuhan
sel secara tiba-tiba dapat terjadi jika sel-sel di bagian tubuh
terangsang oleh substansi tertentu selama jangka waktu yang lama.
Substansi ini bersifat karsinogenik yang berarti menghasilkan
kanker. Dalam tar tembakau terdapat sejumlah bahan kimia yang
bersifat karsinogenik. Selain itu terdapat juga sejumlah bahan kimia
yang bersifat ko-karsinogenik yang tidak menimbulkan kanker bila
berdiri sendiri tetapi bereaksi dengan bahan kimia lain dan
merangsang pertumbuhan sel kanker. Penyimpanan tar tembakau
sebagian besar terjadi di paru-paru sehingga kanker paru adalah
jenis kanker yang paling umum terjadi. Tar tembakau dapat
menyebabkan kanker bila merangsang tubuh untuk waktu yang
cukup lama, biasanya di daerah mulut dan tenggorokan.
d) Bronkitis atau radang cabang tenggorok.
Batuk yang di derita perokok dikenal dengan nama batuk
perokok yang merupakan tanda awal adanya bronkhitis yang terjadi
karena paru-paru tidak mampu melepaskan dahak yang terdapat di
dalam bronkus dengan cara normal.. Batuk ini terjadi karena dahak
menangkap serpihan bubuk hitam dan debu dari udara yang di hirup
dan mencegahnya agar tidak menyumbat paru-paru. Dahak beserta
semua kotoran bergerak melalui tabung bronchial dengan bantuan
rambut halus yang disebut silia. Silia terus bergerak bergelombang
seperti tentakel yang membawa mucus keluar dari paru-paru
menuju tenggorokan. Asap rokok dapat memperlambat gerakan
silia dan setelah jangka waktu tertentu akan merusaknya sama
sekali dan menyebabkan perokok harus lebih banyak batuk untuk
mengeluarkan mucus. Karena sistem pernafasan tidak bekerja
sempurna, maka perokok lebih mudah menderita radang paru-paru
yang disebut bronchitis.
6 . Hipertensi
Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah
diastole secara akut, namun tidak tampak lebih sering di antara
perokok, dan tekanan diastole sedikit berubah bila orang berhenti
merokok. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa
perokok sekitar 10-12 pon lebih ringan dari pada bukan perokok
yang sama umur, tinggi badan dan jenis kelaminnya. Bila mereka
berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua kekuatan, turunnya
tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole
karena peningkatan berat badan, tampaknya mengimbangi satu
sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit
berubah bila mereka berhenti merokok.
2. Bahaya minuman keras dalam angka pendek atau jangka panjang
menurut Idris (2014:133-135) antara lain sebagai berikut:
a) Kecanduan
Kecanduan adalah salah satu efek yang paling terlihat jika
seseorang menggunakan alkohol dalam jangka waktu yang
panjang.
b) Penyakit Hati
Menurut University of Maryland Medical Center, pengguna
alkohol bisa terjangkit penyakit hati kronis seperti: fatty liver
(diderita 90% pengguna alkohol), hepatitis alkoholik, dan sirosis
alkohol yang bisa akibatkan kegagalan hati.
c) Kecelakaan
Alkohol dapat mengganggu konsentrasi seseorang saat
mengemudi dan memperlambat proses berpikir sehingga dapat
mengakibatkan kecelakaan
d) Efek negatif terhadap hubungan keluarga mengkonsumsi alkohol
tidak hanya berefek terhadap diri sendiri, tapi juga terhadap
orang-orang disekitar, kekerasan terhadap anggota keluarga
seringkali terjadi pada orang yang over konsumsi miras.
e) Kehilangan kemampuan bekerja semakin sering seseorang
meminum keras dapat menyebabkan berkurangnya pemikiran
tentang tanggung jawab sehingga pengkonsumsi alkohol malas
untuk bekerja.
f) Memicu masalah hukum pengkonsumsi minuman keras seringkali
kehilangan kesadaran hingga mengakibatkan pengguna minuman
keras melakukan hal-hal yang melanggar hukum.
f. Cara Mengatasi Kebiasaan Rokok Dan Minum alkohol
a. Cara Mengatasi Kebiasaan Rokok
Rokok memiliki kekuatan adiksi yang terbilang besar. Orang yang
terlanjur memiliki kebiasaan merokok, sulit untuk menghentikannya.
Karena itu, apabila suatu saat seorang perokok menghentikan
kebiasaannya, pasti ia akan terasa tersiksa baik fisik maupun
mentalnya. Untuk mengatasi kebiasaan merokok diperlukan
kesadaran dari diri sendiri dan tekad yang kuat. Ada 5 cara yang bisa
dilakukan untuk Mengatasi kebiasaan merokok diantaranya :
1) Motivasi
Bulatkan tekad dan tujuan berhenti merokok, mulailah untuk
menentukan alasan yang lebih spesifik dan kuat \
2) Berhenti merokok seketika atau melakukan pengurangan jumlah
rokok yang dihisap per hari secara bertahap
3) Kenali waktu dan situasi dimana anda sering merokok dengan
cara mengalihkan kebiasaan merokok di tempat tersebut dengan
aktivitas lain
4) Berolahraga secara teratur
Olahraga secara teratur seperti jogging dan jalan kaki akan
membantu mendapatkan mood yang lebih baik yang mana tubuh
dan pikiran jadi fresh
5) Mintalah dukungan dari keluarga dan kerabat dengan cara
meminta keluarga untuk selalu mengingatkan untuk tidak
merokok (Kemkes, 2017)

Berikut adalah yang dapat dikonsumsi untuk mengurangi kecanduan


merokok.
1. Daun Mint
Daun mint atau dalam bahasa latin disebut Mentha cordifolia
merupakan daun beraroma yang menyenangkan dengan kandungan
multivitamin, mineral dan antioksidan. Menurut Bryan Raudenbush,
Ph.D, aroma daun mint juga meningkatkan aktivitas otak yang
mengontrol kewaspadaan. Studi oleh University of Cincinnati
membuktikan bahwa kewaspadaan mental dan fokus meningkat 28
persen karena menghirup aroma mint. Selain itu daun mint
menghasilkan minyak mint yang berefek stimulant oleh karena itu
dapat berguna dalam mengobati depresi, stres dan sakit kepala.
Walau masih dalam perdebatan salah satunya dengan
mempengaruhi hormon dopamin dan epinefrin yang juga
dipengaruhi nikotin pada rokok. Melihat dari hal itu, mint dapat
menjadi salah satu alternatif dikonsumsi untuk mengurangi
keinginan untuk merokok. Bisa dengan menjadikan mint sebagai
campuran bahan makanan atau minuman, makan permen mint atau
daunya dikunyah langsung.
2. Permen Karet
Permen karet Rendah Gula Sebuah tinjauan tentang
keuntungan kognitif oleh permen karet yang diteliti oleh Onyper et
al. (2011) menemukan bukti kuat bahwa mengkonsumsi permen
karet memberikan perbaikan domain koginitif, kerja memori,
memori episodik dan kecepatan pengolahan persepsi. Banyak teori
yang mengungkapkan bahwa menguyah permen karet akan
meningkatkan konsentrasi dengan terjadinya peningkatan aliran
darah ke otak. Pada saat itu terjadi peningkatan kewaspadaan
namun tanpa disertai kecemasan. Seorang perokok biasanya mulai
menyalakan rokok ketika merasa bosan, mulut terasa kering atau
pahit atau merasa cemas. Sehingga dengan mengunyah permen
karet dapat membantu perokok untuk mengurangi keinginan
merokoknya ketika mengkonsumsi itu.
3. Cokelat hitam (Dark chocolate)
Cokelat adalah sebutan untuk hasil olahan makanan atau
minuman dari biji kakao (Theobroma cacao). Cokelat hitam
memiliki kandungan biji coklat (kakao) yang paling tinggi yaitu
paling sedikit 70% mengandung kakao tanpa banyak gula dan tanpa
lemak jenuh atau minyak sayur terhidrogenasi. Cokelat hitam
terkenal mempunyai efek terbaik untuk kesehatan salah satunya
adalah kesehatan otak. Orang yang mengkonsumi cokelat
merasakan rasa nyaman karena banyak kandungan zat yang
memungkinkan terjadinya reaksi kimia di otak. Zat tersebut akan
serotonin yang selanjutnya akan memicu perasaan nyaman
seseorang. Terkandung pula feniletilamin yang berfungsi membantu
penyerapan oksigen dalam otak dan menghasilkan dopamin yang
akan menyebabkan perasaan gembira, di mana pada merokok
nikotin akan merangsang pengeluaran dopamin. Sehingga salah satu
cara untuk meningkatkan dopamin adalah mengkonsumsi cokelat
dimana diyakini akan mengurangi ketergantungan merokok.
4. Jahe
Jahe (Zingiber officinale), adalah tanaman rimpang yang
sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Sudah
banyak penelitian tentang jahe, secara umum jahe dikenal sebagai
anti radang (inflamasi), vasodilatasi (memperlebar) pembuluh
darah, memperbaiki pencernaan dan anti nyeri. Dalam penelitian
terakhir jahe mempunyai efek mengurangi kecanduan merokok
dengan cara kerja menurunkan kadar nikotin dalam plasma yang
selanjutnya menurunkan ambang batas pengeluaran dopamin oleh
nikotin. Hal ini mempunyai efek, jika sebelumnya pecandu perlu 1-
2 bungkus rokok per hari untuk memberikan efek nyaman, dengan
mengkonsumsi jahe maka kebutuhannya menjadi diturunkan. Di
Indonesia jahe popular dikonsumsi dalam bentuk wedang jahe dan
cukup digemari kawula muda.
5. Pisang
Pisang adalah camilan sehat, murah dan enak yang dinikmati
banyak orang di seluruh dunia. Selain dapat mengenyangkan karena
mengandung karbohidrat. Nutrisi yang terkandung dalam pisang
juga dapat membantu gejala putus nikotin secara fisik dan
psikologis. Pisang mengandung triptofan yang dapat meningkatkan
suasana hati (mood) positif dan membuat merasa lebih bahagia.
Secara tidak langsung, kandungan pisang ini akan membantu
mengurangi keinginan merokok.
6. Susu full cream
Susu full cream terkenal sebagai susu penggemuk badan karena
mengandung lemah jenuh dan utuh, kandungan lemaknya lebih
banyak dibanding susu yang lain yaitu sekitar 13%. Saat meminum
susu full cream akan terjadi reaksi kimia pada lidah yang
merupakan ikatan kompleks termasuk mempengaruhi sekitar
mukosa di dalam mulut. Banyak perokok mengatakan setelah
minum segelas susu, merokok tidak membawa rasa dan kepuasan
yang diharapkan. Susu membuat rasa rokok menjadi sangat pahit
dan tidak menyenangkan. Cara ini dapat membantu mengurangi
ketagihan dan membantu menyingkirkan kecanduan nikotin. Dukes
University mengungkapkan bahwa perokok yang minum segelas
susu sebelum merokok tidak akan menyukai rasa rokoknya.
Perokok akan mengeluh karena rasa rokok tiba-tiba menjadi pahit.
Dapat juga mencelupkan rokok ke dalam susu dan biarkan
mengering. Ini akan membuat rasa rokok menjadi tidak enak di
mulut.
b. Ada beberapa cara untuk mengatasi kebiasan minum minuman keras
adalah sebagai berikut:
1) Mencanangkan dua hari bebas alkohol setiap minggunya (khusus
bagi para pecandu).
2) Mengganti minuman anda dengan air putih atau cairan non
alkohol lainnya
3) Mulai mengurangi minum minuman beralkohol secara bertahap.
4) Pikirkanlah kerugian-kerugian yang ditimbulkan karena minuman
beralkohol seperti kerugian finansial, emosi, sosial (Airey, 2010:
18).
G. Evaluasi :
1. Evaluasi struktur:
a. Remaja hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan dilaksanakan di rumah masing-masing
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya.
2. Evaluasi proses:
a. Para remaja antusiasi terhadap materi penyuluhan
b. Para remaja tidak meninggalkan tempat penyuluhan.
c. Para remaja mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan dengan
benar
3. Evaluasi hasil:
a. Para remaja sudah mengerti dan memahami tentang bahaya rokok bagi
kesehatan

H. Refrensi :
Adnyani, N. N. T., & Supriyadi, S. (2020). Peran keberfungsian keluarga,
subjective well-being dan karakteristik perilaku minum minuman keras
terhadap perilaku minum minuman keras pada remaja laki-laki di Kabupaten
Karangasem, Bali. Jurnal Psikologi Udayana, 168-177.

Devhy, N. L. P., & Widana, A. A. O. (2020). GAMBARAN PENGARUH


PERINGATAN PERINGATAN KESEHATAN BERGAMBAR PADA
KEMASAN ROKOK TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA DI
SMKN 1 KOTA GIANYAR TAHUN 2019. Husada Mahakam: Jurnal
Kesehatan, 10(1), 15-22.
Daramawan. 2010” Kebiasaan Minuman Keras”.
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/134/jtptunimus-gdl-odefandier-6682-3-
babiir-3.pdf.Diakes pada tanggal 25 Oktober 2020.
KEMENKES. (2017). Hidup Sehat Tanpa Rokok”. KEMENKES
Prayogi, Bekti Suryo. 2016.” Penanggulangan Kebiasaan Minum Minuman
Keras Pada Kalangan Remaja Oleh Polsek Di Kecamatan Brebes Kabupaten
Brebes”. https://lib.unnes.ac.id/27469/1/3301411122.pdf. Diakses pada
tanggal 25 Oktober 2020.
Sari, S. M., Trisna, T., & Rasyid, T. A. KONSUMSI PERMEN SUSU
MEMPENGARUHI PENURUNAN KONSUMSI ROKOK PADA REMAJA.
Jurnal Ners Indonesia, 8(2), 191-202.
SATUAN ACARA PENYULUHAN

Pokok bahasan : Manajemen Stress Pada Remaja

Sub topik :

a. Pengertian Stress
b. Penyebab Stress
c. Tanda dan Gejala Stress
d. Manajemen Stress

Sasaran : Remaja Binaan di 13 Wilayah

Tempat : Ruang Zoom (Zoom Meeting)

Hari/Tanggal :Senin, 9 November 2020

Waktu : 16.00 WITA

Penyuluh : Kelompok 9

I. Latar Belakang
Masyarakat saat ini sedang berjuang melawan virus berbahaya baru yang
dikenal dengan nama virus Covd-19 atau Corona Virus Diseases. Corona
Virus menjadi guncangan bagi hampir semua negara pada tahun 2020 ini.
Seluruh negara di dunia terkena dampak dari persebaran virus tersebut yang
menyebar begitu cepat dan tidak terduga, begitupula dengan Indonesia.
Dalam upaya mencegah penyebaran virus ini, masyarakat dunia, khususnya di
Indonesia menerapkan Social Distancing serta Phyisical Distancing. Mereka
membatasi dirinya untuk tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain
dan tetap berada di rumah untuk mencegahnya terjangkit virus Covid-19.
Segala kegiatan yang biasa dilakukan di luar rumah diberhentikan untuk
sementara dan seluruh masyarakat dihimbau untuk tetap berada di rumah
masing-masing. Akibatnya, kondisi tidak biasa tersebut membuat semua
kalangan terpaksa harus bisa beradaptasi dengan kebiasaan baru. Salah satu
yang terkena dampaknya adalah para remaja yang biasanya sering melakukan
aktivitas di luar rumah seperti bersekolah, bermain, dan lain –lain menjadi
terhambat. Berbagai macam sektor penting seperti sektor ekonomi, politik,
dan pendidikan mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. Salah satu
contohnya adalah sektor pendidikan yang mana dalam pelaksanaanya sudah
tidak dilakukan lagi secara offline atau langsung di kelas, namun pertemuan
diadakan secara online melalui berbagai platform yang mendukung jalannya
pembelajaran bagi siswa. Hal tersebut mengakibatkan remaja menjadi bosan
terutama siswa yang melakuakan pembelajara dirumah atau secara online
mengalami peningkatan stress akibat pembelajaran secara online ini.
Salah satu faktor penyebab tingkat stress anak remaja saat ini adalah
karena mereka mengalami kesulitan saat harus belajar di rumah akibat
pandemi. Mereka beranggapan bahwa dengan sistem daring ini, pembelajaran
menjadi kurang efektif untuk dilaksanakan. Dari survei yang dilakukan
KPAI, sebanyak 79,9 % anak berpendapat bahwa interaksi berkurang dan
guru hanya memberikan tugas berat saja sehingga anak mengalami
peningkatan stress dan 20,1 % yang menganggap adanya interaksi dalam
proses pembelajaran. Ternyata, dampak negatif dari adanya peraturan seperti
Social & Physical Distancing serta PSBB, anak-anak merasa jiwanya menjadi
lebih tertekan. Menurut WHO (2019), stress yang muncul selama masa
pandemi Covid-19 bisa berupa rasa takut dan cemas mengenai kesehatan diri
dan kesehatan orang terdekatnya, pola tidur atau pola makan berubah, sulit
berkonsentrasi. Kondisi psikologis para remaja yang notabenenya masih
rentan dan mudah terganggu, makin diperparah dengan kondisi di lingkungan
sekitarnya yang tidak mendukung mereka melakukan aktivitas seperti
biasanya. Apalagi dengan situasi seperti sekarang ini yang mengharuskan
sang anak untuk bisa bertindak sesuai dengan kondisi dan aturan yang ada
dan mereka tidak bebas melakukan sesuatu yang menjadi kebiasaan mereka
untuk dilakukan di luar rumah. Berdasarkan data yang diperoleh
Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) yang
meneliti tentang perkembangan psikologis masyarakat saat pandemi Covid-19
menunjukkan bahwa 64,3 % dari 1.522 responden mengalami masalah
kecemasan/stress sebagai dampak dari adanya pandemi ini. Responden
tersebut terdiri dari perempuan sebanyak 76,1 % yang berusia dari 14 tahun-
71 tahun. Mereka berasal dari beberapa wilayah yaitu Jawa Barat (23,4 %),
Jawa Tengah (15,5 %), Jawa Timur (12,8 %), dan DKI Jakarta (16,9%).

II. Tujuan
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, peserta penyuluhan diharapkan mengerti
dan memahami tentang manajemen stress
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit, peserta
diharapkan mampu:
1. Memahami pengertian tentang stress
2. Mengetahui penyebab dari stress
3. Mengetahui tanda dan gejala stress
4. Mengerti dan memahami tentang manajemen stress

III. Kegiatan Penyuluhan


A. Garis Besar Materi :
1. Pengertian Stress
2. Penyebab Stress
3. Tanda dan Gejala Stress
4. Manajemen Stress
B. Metode
Ceramah dan Tanya Jawab
C. Langkah-langkah kegiatan Penyuluhan

No Kegiatan Waktu
.
Penyuluh Peserta
1. Pembukaan: a. Menjawab salam 5 menit
b. Memperhatikan
a. Salam pembuka
b. Perkenalan
c. Mengkomunikasikan
tujuan
2. Kegiatan inti penyuluhan a. Menyimak dan 15 menit
menyampaikan materi memperhatikan
tentang: penyuluhan

a. Pengertian Stress b. Menanyakan hal – hal

b. Penyebab Stress yang belum jelas

c. Tanda dan gejala Stress


d. Manajemen stress
3. Penutup Bersama pemberi 10 menit
penyuluhan menyimpulkan
a. Menyimpulkan materi
materi
yang telah didiskusikan
b. Melakukan evaluasi
penyuluhan, mengakhiri
kegiatan dengan salam
c. Membagikan leaflet

IV. Media
Leaflet
Power Point (PPT)
V. Materi
Terlampir
VI. Evaluasi
A. Evaluasi struktur
1. SAP sudah siap 1 hari sebelum kegiatan.
2. Alat dan tempat sudah disiapkan.
3. Penyaji dan peserta siap.
B. Evaluasi proses
1. Alat dan tempat sesuai dengan rencana.
2. Peserta mampu menyimak dan merespon kegiatan penyuluhan.
C. Evaluasi hasil
Peserta mampu:
1. Menjelaskan pengertian dari stress.
2. Menjelaskan penyebab stress.
3. Mengenal tanda dan gejala stress.
4. Menjelaskan respon tentang respon tubuh terhadap stress
5. Menjelaskan kembali manajeme stress

VII. Referensi

Ananda, S. S. D., & Apsari, N. C. 2020. Mengatasi Stress Pada Remaja Saat
Pandemi Covid-19 Dengan Teknik Self Talk. Prosiding Penelitian
dan Pengabdian kepada Masyarakat, 7(2), 248-256. Diakses tanggal
26 Oktober 2020, dari
http://jurnal.unpad.ac.id/prosiding/article/view/29050

Doka, Y. 2018. Manajemen Stress. Diakses tanggal 26 Oktober 2020, dari


https://document/384640444/SAP-Manajemen-Stress-1-pdf

Jebriela, B., Halim, C., & Hartanti, H. 2020. Peyuluhan Terkait Stres Dan
Mekanisme Coping Skill. Ristekdik: Jurnal Bimbingan dan
Konseling, 5(1), 86-93. Diakses tanggal 26 Oktober 2020, dari
http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/Ristekdik/article/view/1276

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Bagaimana Cara


Pengendalian Stress. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2020, dari
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographicp2ptm/stress/page/19/bagai
mana-cara-mengatasi-stres
Komite Penanganan Covid-19 Dan Pemulihan Ekomi Nasional. 2020.
Mengatasi Stress Selama Wabah Covid. Diakses pada tanggal 24
Oktober 2020, dari https://covid19.go.id/edukasi/masyarakat-
umum/mengatasi-stres-selama-wabah-covid-19

Livana, P. H., Mubin, M. F., & Basthomi, Y. 2020. " Learning Task"
Attributable to Students' Stress During the Pandemic Covid-19.
Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(2), 203-208. Diakses tanggal 26
Oktober 2020, dari
http://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/590

Safety Sign Indonesia. 2020. Stress Saat Diam di Rumah Selama Pandemi
Covid-19. Diakses pada tanggal 24 Oktober 2020, dari
https://safetysignindonesia.id/stres-saat-diam-di-rumah-selama-
pandemi-covid-19-atasi-dengan-cara-ini/

MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian
Stress merupakan perasaan yang dialami oleh seorang individu saat
menghadapi situasi yang tertekan. Menurut Cameron dan Meichenbaum,
stress terbagi menjadi beberapa macam bentuk, tergantung dari ciri-ciri
individu yang merasakannya, kemampuan untuk menghadapinya (coping
skills), dan sifat stressor yang dihadapinya. Stress adalah usaha penyesuaian
diri dimana bila individu tidak mampu mengatasinya, maka dapat
memunculkan gangguan fisik, perilaku, perasaan hingga gangguan jiwa
dengan berbagai faktor seperti frustasi, konflik, tekanan, serta krisis
(Maramis & Maramis, 2012). Sumber dari munculnya stress disebut dengan
stressor. Penyebab dari munculnya stress bisa dikarenakan adanya
penyaluran dari proses penilaian kognitif yang tidak sesuai sehingga
memunculkan pikiran-pikiran negatif yang berakibat stress (Ananda &
Apsarai, 2020)
Stres diawali dengan adanya ketidakseimbangan antara tuntutan dan
sumber daya yang dimiliki individu, semakin tinggi kesenjangan terjadi
semakin tinggi pula tingkat stres yang dialami individu dan akan merasa
terancam. Stres merupakan respon adaptif yang dipengaruhi oleh
karakteristik individual dan atau proses psikologis, yaitu akibat situasi atau
kejadian eksternal yang menyebabkan tuntutan fisik dan atau psikologis
terhadap seseorang (Doka, 2018)
B. Penyebab dari Stress
Stresor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang
menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu
terpaksa mengadakan adaptasi atau mengulangi stresor yang timbul.
Penyebab terjadinya stresor psikososial adalah :
1. Faktor keluarga dimana stres dialami oleh anak dan remaja yang
disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik
2. Problem orangtua
3. Hubungan interpersonal berupa konflik dengan teman dekat, kekasih,
atasan atau pun bawahan
4. Masalah pekerjaan
5. Kondisi lingkungan yang buruk dimana seseorang merasa tercekam
atau tidak aman yang mengganggu ketenangan dan ketentraman hidup.
6. Masalah keuangan yang tidak sehat
7. Ada masalah hukum
8. Penyakit fisik dan cedera
9. Adanya masalah perkawinan

Seseorang bisa terkena stress karena menemui banyak masalah dalam


kehidupannya. Seperti yang telah diungkapkan di atas, stress dipicu oleh
stressor. Tentunya stressor tersebut berasal dari berbagai sumber, yaitu:
1. Lingkungan
Yang termasuk dalam stressor lingkungan di sini yaitu:
a. Sikap lingkungan, seperti yang kita ketahui bahwa lingkungan itu
memiliki nilai negatif dan positif terhadap prilaku masing-masing
individu sesuai pemahaman kelompok dalam masyarakat tersebut.
Tuntutan inilah yang dapat membuat individu tersebut harus selalu
berlaku positif sesuai dengan pandangan masyarakat di lingkungan
tersebut.
b. Tuntutan dan sikap keluarga, contohnya seperti tuntutan yang
sesuai dengan keinginan orang tua untuk memilih jurusan saat akan
kuliah, perjodohan dan lain-lain yang bertolak belakang dengan
keinginannya dan menimbulkan tekanan pada individu tersebut.
c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), tuntutan
untuk selalu update terhadap perkembangan zaman membuat
sebagian individu berlomba untuk menjadi yang pertama tahu
tentang hal-hal yang baru, tuntutan tersebut juga terjadi karena rasa
malu yang tinggi jika disebut gaptek.
d. Tidak mampu beradaptasi dengan tempat baru, daerah tempat
tinggal mengalami bencana, pekerjaan rumah dan kantor
menumpuk.
2. Diri sendiri, terdiri dari:
a. Kebutuhan psikologis yaitu tuntutan terhadap keinginan yang ingin
dicapai.
b. Proses internalisasi diri adalah tuntutan individu untuk terus-
menerus menyerap sesuatu yang diinginkan sesuai dengan
perkembangan.
c. Perubahan bentuk tubuh (yang dulunya kurus jadi gemuk, muda
menjadi tua), mengidap suatu penyakit, pola makan yang kurang
sehat.
d. Pikiran Pikiran yang berkaitan dengan penilaian individu terhadap
lingkungan dan pengaruhnya pada diri dan persepsinya terhadap
lingkungan. Misalnya memikirkan masalah ekonomi, kurang
percaya diri, merasa tidak disukai oleh orang lain. Penyebab-
penyebab stress di atas tentu tidak akan langsung membuat
sesorang menjadi stress. Hal tersebut dikarenakan setiap orang
berbeda dalam menyikapi setiap masalah yang dihadapi, selain itu
stressor yang menjadi penyebab juga dapat mempengaruhi stress.
Dampak stressor dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
1. Sifat stressor.
Pengetahuan individu tentang bagaimana cara mengatasi dan darimana
sumber stressor tersebut serta besarnya pengaruh stressor pada individu
tersebut, membuat dampak stress yang terjadi pada setiap individu
berbeda-beda.
2. Jumlah stressor
Banyaknya stressor yang diterima individu dalam waktu bersamaan.
Jika individu tersebut tidak siap menerima akan menimbulkan perilaku
yang tidak baik. Misalnya marah pada hal-hal yang kecil.
3. Lama stressor
Seberapa sering individu menerima stressor yang sama. Semakin sering
individu mengalami hal yang sama maka akan timbul kelelahan dalam
mengatasi masalah tersebut.
4. Pengalaman masa lalu, yaitu pengalaman individu yang terdahulu
mempengaruhi cara individu menghadapi masalahnya.
5. Tingkat perkembangan, artinya tiap individu memiliki tingkat
perkembangan yang berbeda.

Pada masa pandemi covid-19 ini banyak menimbulkan tekanan bagi


berbagai kalangan, salah satunya bagi remaja. Penyebab terjadinya stress
pada remaja yaitu :
1. Pembatasan sosial dan fisik (Sosial Distancing dan Phsycal Distancing)
selama pandemi dapat membuat bosan, murung, kurang bersemangat
dan cemas sehigga dapat menimbulkan stress
2. Mengalami kesulitan saat harus belajar di rumah akibat pandemi.
Remaja beranggapan bahwa dengan sistem daring ini, pembelajaran
menjadi kurang efektif untuk dilaksanakan.
3. Takut jatuh sakit atau tertular virus covid-19
4. Kesedihan dan kesepian karena tidak dapat berinteraksi langsung
dengan teman-teman
5. Kebingungan akibat informasi yang simpang siur
6. Mengalami kecemasan akibat memikirkan orang tuanya yang
mengalami dampak pandemi covid-19.

C. Tanda dan Gejala Stress


1. Gejala Fisik
a. Sakit kepala, leher tegang, gangguan pencernaan, gangguan
pernapasan
b. Gangguan tidur
c. Perubahan pola makan (kehilangan nafsu makan atau nafsu makan
berlebih)
d. Mudah merasa lelah
2. Gejala Perilaku
a. Sulit berkonsentrasi, lebih ceroboh atau mudah lupa
b. Mudah tersulut atau terpicu emosinya
c. Mudah marah
d. Sering menangis
e. Menarik diri dari lingkungan
f. Sulit membuat keputusan
g. Kebiasaan mengkonsumsi alkohol da obat-obatan
3. Gejala Psikologis dan Emosional
a. Perasaan khawatir dan cemas
b. Merasa lemah dan tidak berdaya dalam mengatasi situasi pandemi
ini.
c. Memiliki pikiran buruk mengenai situasi ini atau pada masa
pandemi ini.
d. Kehilangan minat dan semangat pada aktivitas yang biasanya
diminati.
e. Merasa sedih dan marah.
D. Manajemen Stress
1. Bicarakan keluhan dengan seseorang yang dapat dipercaya (ayah, ibu,
kakak, adik, teman, sahabat da pacar)
Membicarakan keluhan atau masalah yang dihadapi dapat membantu
meringankan perasaan tertekan yang dihadapi. Membangun komunikasi
yang positif tidak hanya dapat dilakukan dengan orang yang ada di
rumah dapat pula memanfaatkan teknologi untuk berkomunikasi
dengan keluarga yang beda tempat tinggal. Misalnya, kamu bisa
melakukan video call dengan orangtua, saudara, teman, atau pacar.
2. Melakukan kegiatan bersama sahabat secara virtual
Carilah kegiatan yang dapat mengurangi beban pikiran dengan
memanfaatkan aplikasi Zoom, Skype, atau Google Hangout lalu
lakukan kegiatan bersama-sama dengan teman secara live, mulai dari
makan siang bersama secara online, mengkonsumsi kopi di beranda
rumah masing-masing, bersenda gurau sambil berjemur pagi, dan
bahkan beribadah. Selain itu dapat memanfaatkan Instagram Live untuk
olahraga bersama, bermain musik dengan teman band, dan lain-lain.
3. Kembangkan hobi yang bermanfaat
Hobi dapat membuat rilex sejenak dan melupakan rutinitas atau
masalah yang ada. Banyak kegiatan yang dapat dilakukan dirumah
untuk meringkankan stress dalam keadaan pandemi ini yaitu, bisa mulai
memasak,  mencoba resep baru, menjahit, olahraga, main musik, atau
bahkan melukis. Bahkan, bagi sebagian orang merapikan rumah adalah
hal yang menyenangkan, bisa mengisi waktu di rumah dengan
merapikan lemari, merapikan meja rias, ruang tamu, membersihkan
laptop, gadget, kabel-kabel charger, dompet, dan barang-barang pribadi
yang selama ini terabaikan kebersihannya.
4. Berpikir positif
Hal-hal yang perlu kita ketahui dalam mengelola stres antara lain adalah
dengan mengenali dulu perasaan yang penuh dengan tekanan, berusaha
untuk mengalihkan perhatian, melakukan kegiatan positif sehingga
memunculkan perasaan positif dan mengenali respon yang efisien bagi
diri sendiri. Pada saat pandemi covid-19 ini pun penting untuk selalu
berpikir positif. Ketika individu mengalami stres, hal ini akan
berdampak pada kesehatannya. Jika stres yang dialami individu rendah
(eustress), bisa membantu untuk meningkatkan produktivitas kerja dan
berdampak negatif pada kesehatan. Akan tetapi, jika stres yang dialami
individu sudah tinggi dan terjadi terus menerus akan mempengaruhi
kesehatan.
5. Tenangkan pikiran dengan relaksasi
Terdapat beberapa teknik relaksasi yang dapat dilakukan secara mandiri
yaitu :
a. Latihan nafas dalam (deep breathing)
Teknik ini dapat dilakukan secara mandiri, walupun sederhana,
latihan pernapasan sangat efektif untuk membuat badan dan pkiran
menjadi lebih rileks. Langkah-langkahnya meliputi:
1) Menarik napas lewat hidung
2) Tahan napas selama 2-4 detik
3) Hembuskan secara perlahan
4) Kembali tahan napas selama 2-4 detik
5) Dapat diulangi 5-6 kali
b. Relaksasi otot progresif (progressive muscle relaxation)
Teknik relaksasi ini untuk mengencangkan dan melemaskan
berbagai kelompok otot. Agar tidak terjadi kram otot teknik ini
dapat dilakukan bersama latihan pernapasan dalam. Langkah –
langkahnya yaitu :
1) Duduk atau berbaring di ruangan yang nyaman serta jauh dari
kebisingan
2) Kencangkan otot-otot kaki selama lima detik
3) Lalu lemaskan otot-otot tersebut selama 5 detik
4) Rentangkan jari-jari kaki Anda agar tidak kram.
5) Kembali kencangkan dan lemaskan otot-otot betis dengan
durasi waktu yang sama.
6) Selanjutnya, kencangkan dan lemaskan otot-otot pinggul dan
bokong.
7) Lalu, lakukan juga metode yang sama pada otot-otot perut dan
dada.
8) Setelah itu, kencangkan otot-otot bahu lalu lemaskan.
9) Kencangkan otot-otot wajah dengan cara mengerutkan wajah
sambil memejamkan mata selama 5 detik
10) Lalu lemaskan otot-otot wajah selama 5 detik
11) Terakhir, lemaskan otot-otot tangan dengan mengepal tangan
selama 5 detik dan melepaskan kepalan perlahan-lahan selama
5 detik
c. Kompres Hangat
Kompres hangat tidak hanya untuk orang yang sedang sakit, namun
dapat digunakan untuk meredakan stres dan kecemasan. Berikut
langkah-langkah terapi relaksasi dengan kompres hangat :
1) Basahi kain atau handuk dengan air hangat
2) Letakkan kain atau handuk di leher dan bahu Anda selama 10
detik
3) Tutup mata dan lemaskan otot-otot wajah, leher, dada bagian
atas, serta punggung
4) Lepaskan kompres, lalu pijat otot-otot dengan alat pemijat
yang Anda miliki guna meredakan ketegangan.
d. Teknik Visualisasi
Pada teknik ini menggunakan imajinasi untuk menghilangkan
pikiran-pikiran negatif. Beberapa orang memilih untuk melakukan
visualisasi dengan bantuan aplikasi yang berisi suara agar lebih
memudahkan. Langkah-langkah metode visualisasi adalah sebagai
berikut :
1) Duduk atau berbaring dalam posisi yang nyaman
2) Visualisasikan memori indah yang pernah dilalui atau suasana
menyenangkan yang sesuai dengan keinginan.
3) Terus bayangkan selama yang diinginkan, mungkin bisa
diiringi dengan latihan pernapasan dalam.
6. Jagalah kesehatan dengan olahraga atau aktivitas fisik secara teratur
Lakukan Olah raga teratur, karena gerak tubuh akan merangsang keluar
zat endorphine yaitu zat yang membuat tubuh merasa nyaman. Orang
yang senang berolahraga umumnya tampak lebih fit dan bahagia.
7. Tidur yang cukup
Tidur dan istirahat yang cukup, karena tidur merupakan salah satu
terapi untuk mengurangi kemarahan, kesedihan, karena tidur memberi
kesempatan pada otak untuk relax.
8. Makan – makanan bergizi seimbang
Jaga selalu kondisi tubuh dan perkuatlah dengan cara mengkonsumsi
makanan dan minuman 4 sehat 5 sempurna secara disiplin
9. Menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
10. Meningkatkan ibadah dan mendekatkan diri pada Tuhan
SATUAN ACARA PENYULUHAN

DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DENGAN SADARI

Bidang Study : Keperawatan Komunitas

Topik : Deteksi dini kanker payudara dengan SADARI

Sub topik : Pengertian kanker payudara

Penyebab Kanker Payudara

Manfaat SADARI

Cara pemeriksaan SADARI

Penyuluhan : Kelompok 9

Sasaran : Remaja wanita

Tempat : Dirumah

Hari/Tanggal : Jumat 30 Oktober 2020


Waktu : 1 x 30 menit

A. LATAR BELAKANG
Kanker payudara adalah kanker paling umum pada wanita baik di
negara maju maupun berkembang. Kanker payudara adalah tumor ganas
yang terbentuk dari sel-sel payudara yang tumbuh dan berkembang tanpa
terkendali sehingga dapat menyebar di antara jaringan atau organ di dekat
payudara atau ke bagian tubuh lainnya. Data GLOBOCAN, International
Agency for Research on Cancer (IARC) diketahui bahwa tahun 2012
terdapat 14.067.894 kasus baru kanker dan 8.201.575 kematian akibat
kanker di seluruh dunia.1 Persentase kasus baru kanker payudara sebesar
43,3% dan persentase kematian akibat kanker payudara sebesar 12,9%.
Menurut data WHO (2018) menyatakan bahwa, kanker merupakan
penyebab kematian nomer dua di dunia. Angka prevalensi kanker di
Indonesia meningkat jika dibandingkan dengan prevalensi tahun 2013.
Angka prevalensi kanker pada tahun 2013 sebanyak 1,4% sedangkan pada
tahun 2018 meningkat sebesar 1,8%. Menurut data RIKESDAS (2018)
menyatakan bahwa kanker pada perempuan yang paling banyak disebabkan
oleh kanker payudara. Menurut Kemenkes RI (2018) menyatakan bahwa,
kanker payudara yang terjadi pada wanita usia 30-50 tahun yaitu sebanyak
2.747.662 orang. Provensi Bali memiliki perungkat ke 17 dengan kasus
kanker payudara di Indonesia dengan jumlah 1.915. Berdasarkan data Dinas
Kesehatan Provinsi Bali didapatkan hasil bahwa, prevalensi benjolan dan
tumor payudara sebanyak 2.648 (7, 2%).
Kanker payudara dapat dideteksi sedini mungkin dan bisa dilakukan
sendiri di rumah. Cukup beberapa menit, sebulan sekali, dengan melakukan
pemeriksaan payudara sendiri. Melakukan pemeriksaan payudara sendiri
(SADARI) dapat menjadi langkah awal mendeteksi kelainan pada payudara.
Lakukan SADARI secara rutin, yakni setiap bulan pada hari ke-1 s/d hari
ke3setelah bersih menstruasi. SADARI bisa dilakukan perempuan sejak
merasakan adanya pertumbuhan payudara dengan tujuan untuk lebih
membiasakan diri dalam memeriksakan payudara sejak dini selain sebagai
sarana deteksi dini kanker payudara, karena dengan melakukan pemeriksaan
dini, kanker payudara bisa dicegah dari risiko yang lebih tinggi, serta dapat
menurunkan angka kematian penderita karena kanker yang ditemukan pada
stadium awal akan memberikan harapan hidup lebih lama.
Benjolan di payudara bukan berarti kanker. Sehingga untuk memastikan
setiap benjolan perlu diperiksa dengan seksama. Tak perlu menunggu
hingga timbul gejala untuk mulai melakukan deteksi dini SADARI.di
rumah. Langkah penting yang dapat dilakukan setiap perempuan untuk
menurunkan risiko kematian akibat adanya kanker payudara adalah dengan
melakukan deteksi dini. Menurut Sumary dalam Wardana (2012), minat
masyarakat untuk melakukan pemeriksaan SADARI masih sangat rendah,
hal ini banyak dipengaruhi oleh ketidaktahuan wanita akan bahaya kanker
payudara.
Berdasarkan hasil survey kuesioner yang dilakukan pada remaja di 13
wilayah didaptkan hasil yaitu kurangnya pengetahuan remaja tentang
SADARI sebanyak 42 orang remaja (56,0%) dan remaja perempuan yang
tidak mengetahui cara melakukan SADARI sebanyak 46 orang (61,3%) dari
total remaja perempuan sebanyak 68 orang (93%) . Saat pelaksanaan MMD
1, didapatkan masalah kurangnya pengetahuan remaja tentang perilaku
melakukan SADARI dan cara melakukan pemeriksaan SADARI. Dengan
demikian tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah yang dialami remaja
saat ini yaitu penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara dengan
SADARI.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan tentang deteksi dini kanker
payudara dengan SADARI peserta penyuluhan diharapkan mengerti dan
memahami tentang SADARI dan cara pemeriksaan SADARI

C. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti proses penyuluhan tentang deteksi dini kanker payudara
dengan SADARI selama 30 menit, peserta diharapkan mampu:
1. Peserta mampu memahami dan menjelaskan tentang pengertian kanker
payudara
2. Peserta mampu mengetahui dan menyebutkan penyebab kanker
payudara
3. Peserta dapat mengetahui dan menyebutkan manfaat SADARI
4. Peserta dapat mengetahui dan memperaktekan cara melakukan
pemeriksaan SADARI
D. Strategi
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. MEDIA
1. Leaflet
2. Power point
3. Zoom meating

F. KEGIATAN PENYULUHAN

No Kegiatan Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Peserta


1. Pembukaan 3 menit 1. Membuka kegiatan 1. Menjawab salam
dengan 2. Mendengarkan
mengucapkan 3. Memperhatikan
salam.
2. Memperkenalkan
diri
3. Menjelaskan tujuan
dari penyuluhan
4. Menyebutkan materi
yang akan diberikan

2. Pelaksanaan 15 1. Menjelaskan tentang 1. Memperhatikan


menit pengertian kanker materi yang
payudara diberikan
2. Menjelaskan tentang 2. Mendengarkan apa
penyebab kanker yang sudah
payudara dijelaskan
3. Menyebutkan
manfaat SADARI
4. Menjelaskan cara
melakukan
pemeriksaan
SADARI
3. Evaluasi 10 1. Menanyakan kepada 1. Menjawab
menit peserta tentang pertanyaan
materi yang telah
diberikan, dan
reinforcement
kepada remaja yang
dapat menjawab
pertanyaan.
4. Terminasi 2 menit 1. Mengucapkan 1. Mendengarkan
terimakasih atas 2. Menjawab salam
peran serta peserta.
2. Mengucapkan salam
penutup

G. PENGORGANISASIAN DAN PENUGASAN


1. Pengorganisasian
a. Ketua :
b. Moderator :
c. Penyaji :
d. Observer :
e. Fasilitator

2. Penugasan
a) Ketua
Mengontrol penyuluhan
b) Penyaji
Mengapresiasikan materi sebelum mulai menyajikan dan
menyajikan materi penyuluhan
c) Moderator
1) membuka jalannya penyuluhan
2) memberi salam
3) memperkenalkan peserta penyuluhan
4) menyampaikan tujuan
5) mengontrak waktu untuk penyuluhan
6) menanyakan ke pasien, apakah ada yg kurang jelas tentang apa
yang telah di bawakan penyaji
7) memperjelas pertanyaan dan jawaban yang telah ditanyakan
peserta dan yg di jawab penyuluh
8) menutup jalannya penyuluhan
d) Observer
Mengobservasi jalannya penyuluhan dan menyimpulkan hasil
kegiatan penyuluhan
e) Fasilitator
Menfasilitasi jalannya penyuluhan
H. MATERI
1. Pengertian Kanker Payudara
Kanker payudara adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam payudara
yang berasal dari kelenjar, saluran, dan jaringan penunjang payudara
tetapi tidak termasuk kulit payudara. Kanker payudara dapat
menyebabkan kematian karena mempunyai sifat menyebar ke bagian
tubuh lainnya melelui pembuluh darah maupun pembuluh getah bening.
Menurut laporan WHO (Badan Kesehatan Dunia), kanker payudara
menempati peringkat kedua penyebab kematian setelah kanker servik
(mulut rahim). Kanker payudara biasanya menyerang wanita berusia di
atas 35 tahun. Setiap perempuan berisiko terkena kanker payudara.
(Anonim,2012)

2. Penyebab Kanker Payudara


Walaupun secara pasti belum ada penemuan yang jelas mengenai
penyebab dari kanker payudara, tetapi para ahli telah mengidentifikasi
faktor apa saja yang berisiko yang dapat meningkatkan terjadinya
kanker payudara.

Beberapa faktor risiko kaker payudara tersebut adalah:

a. Wanita yang pertama kali mendapat haid kurang dari umur 12


tahun.
b. Umur lebih dari 30 tahun mempunyai kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan kanker payudara, risiko tersebut bertambah
sampai umur 5 tahun, serta menopause.
c. Menopause setelah umur 50 tahun.
d. Pernah mengalami operasi pada payudara, yang disebabkan karena
kelainan tumor jinak atau tumor ganas payudara.
e. Diantara anggota keluarga ada yang menderita kanker payudara
mempunyai risiko 2-3 kali lebih tinggi untuk terjadinya kanker
payudara.
3. Manfaat SADARI
Manfaat yang bisa diambil setelah melakukan SADARI wanita semakin
waspada dan mampu mendeteksi secara dini adanya kelainan pada
payudara. Sehingga ketika didapatkan kelainan payudara, pemeriksaan
bisa segera dilakukan, pengobatan yang dibutuhkan bisa segera
diberikan, dan tingkat kesembuhan bisa lebih cepat dicapai.

4. Pemeriksaan SADARI
Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) adalah cara yang efektif
untuk mendeteksi sedini mungkin. Para wanita disarankan untuk
melakukannya sendiri karena mereka sendiri yang benar-benar
mengenal struktur payudara normalnya. Oleh karena itu jika ada
benjolan atau ada hal normal lainnya, maka mereka akan langsung
menyadarinya.

a. Waktu melakukan SADARI


1) Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan secara berkala setiap
bulan agar benjolan dapat ditemukan pada stadium dini dan
dapat dilakukan tindakan yang cepat apabila ditemukan
benjolan maupun kelainan lainnya pada payudara.
2) Pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) dapat dilakukan oleh
wanita usia subur. Saat yang paling tepat untuk melakukan
pemeriksaan ini adalah hari ke 5-7 setelah menstruasi, dimana
payudara tidak mengeras, membesar atau nyeri lagi. Untuk
wanita yang telah menopause dapat melakukan pemeriksaan ini
kapan pun dan disarankan untuk melakukan pemeriksaan ini
setiap awal atau akhir bulan. (Purwoastuti,E,2014).
b. Menurut Kemenkes RI (2017) menyatakan bahwa, ada 6 langkah
cara pemeriksaan payudara sendiri (SADARI) meliputi :
1) Berdiri tegak di depan cermin, cermati bila ada perubahan pada
bentuk dan permukaan kulit payudara, pembengkakan dan
perubahan pada puting. Jika payudara tidak simetris tidak perlu
cemas dikarenakan itu hal yang wajar
2) Angkat kedua lengan keatas, tekuk siku dan posisikan tangan
dibelakang kepala. Dorong siku kedepan dan cermati payudara
dan dorong siku kebelakang dan cermati bentuk maupun ukuran
payudara
3) Lengan kiri diangkat disamping kepala lalu ditekuk. Tangan
kanan meraba payudara dengan menggunakan tiga atau empat
jari tangan kiri yang saling dirapatkan. Rabaan dilakukan
seperti menyisir dengan cara naik turun dari tepi payudara
hingga ke puting susu.
4) Selanjutnya perabaan dilakukan dengan gerakan memutar, dari
tepi payudara hingga ke puting susu. Rasakan adakah benjolan
di payudara. Rasakan apakah payudara terasa keras atau
bengkak
5) Tekan/cubit payudara dengan lembut dari tepi ke arah putting
dengan kedua tangan lalu perhatikan apakah ada benjolan pada
payudara. Perhatikan adakah cairan atau darah yang keluar dari
puting susu.
6) Pada posisi berbaring /tiduran, letakan bantal di bawah pundak.
Angkat salah satu lengan ke atas kepala. Cermati payudara dan
lakukan tiga pola gerakan seperti seblumnya seperti menyisir,
meraba dan mencubit/menekan. Selanjutnya tekan-tekan
seluruh payudara sampai ke ketiak.
I. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi Struktur
a. Para remaja wanita hadir ditempat penyuluhan
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di rumah masing-
masing
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Para remaja wanita antusias terhadap materi penyuluhan
b. Para remaja wanita tidak meninggalkan tempat penyuluhan
c. Para remaja wanita mengajukan pertanyaan dan menjawab
pertanyaan
3. Evaluasi Hasil
a. Remaja wanita mengetahui tentang deteksi dini kanker payudara
dengan SADARI
b. Remaja wanita mengetahui cara melakukan pemeriksaan SADARI
c. Remaja wanita memiliki pengetahuan yang baru

J. REFERENSI
Anonim. 2012. kanker payudara 2012. Diakses tanggal 23 oktober 2020
http://medicastore.com/penyakit/103/kanker_payudara.html

Purwoastuti,E.2014. kanker payudara pencegahan dengan deteksi dini.


Kanius.Yogyakarta

Dinas Kesehatan Provinsi Bali. (2018). Profil kesehatan Bali 2017. Diakses
tanggal 29 Oktober 2020. Dari
https://www.diskes.baliprov.go.id/profil-kesehatan-provinsi-bali/

World health organisazion. (2018). Cancer. Diakses pada tanggal 29 oktober


2020 dari https://www.who.int/cancer/en/

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Enam langkah sadari


2017. Diakses tanggal 26 oktober 2020. Dari
https://www.p2ptm.kemenkes.go.id/artikel-sehat/enam-langkah-
sadari-untuk-deteksi-dini-kanker-payudara

Anda mungkin juga menyukai