Anda di halaman 1dari 44

MINI PROJECT

EVALUASI PROGRAM DESA SIAGA AKTIF DESA DOMAS


DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PONTANG

Disusun oleh:
dr. Dessy Purnamasari
dr. Rara Anglis A

Pembimbing:
dr. Bahrum Rangkuti

PROGRAM DOKTER INTERNSHIP


PUSKESMAS KECAMATAN PONTANG
SERANG
2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan
rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga penulis dapat menyelesaikan
mini project evaluasi program Desa Siaga Aktif Desa Domas di Wilayah Kerja
Puskesmas Pontang di masa pandemi COVID-19 saat ini.
Dalam mengerjakan tugas ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
dorongan dari banyak pihak sehingga dapat memperlancar dalam pembuatan mini project
ini, untuk itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu :
1. dr. Bahrum Rangkuti selaku Kepala PUSKESMAS Kecamatan Pontang dan
pembimbing yang telah rela meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan,
masukan dan motivasi kepada saya dalam pembuatan laporan miniproject ini.
2. Meti Krisnawati S.ST selaku Penanggung Jawab UKM di Puskesmas Kecamatan
Pontang.
3. Soleha, SKM selaku anggota Penanggung Jawab UKM di Puskesmas Kecamatan
Pontang.
4. Kepada semua pihak di Puskesmas Kecamatan Pontang yang telah membantu dan
membimbing dalam menyelesaikan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih banyak kekurangan baik
dari kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu, penulis sangat menerima kritik dan
saran yang bermanfaat dari pembaca agar penulis dapat memperbaiki laporan ini. Akhir
kata penulis berharap semoga mini project ini dapat memberikan manfaat bagi semua
pengelola program dan tenaga kesehatan Puskesmas Pontang.

Serang, Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
1.3 Tujuan .................................................................................................................................. 3
1.3.1 Tujuan Umum ............................................................................................................. 3
1.3.2 Tujuan Khusus ............................................................................................................ 3
1.4 Manfaat ................................................................................................................................ 3
1.4.1 Manfaat bagi Penulis ................................................................................................... 3
1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas ............................................................................................. 3
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUN PUSTAKA................................................................................................... 4
2.1 Desa Siaga ............................................................................................................................ 4
2.2 Pusat Kesehatan Masyarakat ..................................................................................................17
BAB III METODE PENELITIAN ..........................................................................................28
3.1 Metode Penelitian ..................................................................................................................28
3.2 Identifikasi Masalah ..............................................................................................................28
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................................29
4.1 Indikator dan Strata Desa Domas ..........................................................................................29
BAB V PEMECAHAN MASALAH..........................................................................................33
5.1 Alternatif Pemecahan Masalah..............................................................................................33
5.2 Prioritas Pemecahan Masalah ...............................................................................................33
5.3 Perinciaan Intervensi Pemechan Masalah .............................................................................35
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................40
6.1 Kesimpulan ...........................................................................................................................40
6.2 Saran .....................................................................................................................................40
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ iii

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Visi Pembangunan Nasional yang tercantum pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional Tahun 2005-2025 adalah “Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur.” Salah
satu kegiatan yang ditetapkan untuk mewujudkan visi tersebut adalah dengan meningkatkan
Indeksi Pembangunan Manusia (IPM) di segala unsur, terutama di beberapa unsur penting yaitu
unsur tingkat pendidikan, derajat kesehatan dan pertumbuhan ekonomi. Dalam rangka
peningkatan derajat kesehatan, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang (Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional, 2007).
Salah satu strategi yang dapat dijalankan dalam mewujudkan visi dan misi yang tercantum
dalam RPJPN 2005-2025 adalah meningkatkan peran masyarakat sebagai subjek pembangunan
atau pelaku dalam memecahkan atau menyelesaikan masalah-masalah kesehatan di masyarakat,
mensinergiskan sistem kesehatan modern dan lokal, serta mengikutsertakan secara aktif pihak
swasta di regional maupun global dalam mendorong usaha-usaha mandiri masyarakat. Untuk itu
Pemerintah memiliki beberapa tanggung jawab untuk merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina dan mengawasi penyelenggaraan upaya pemberdayaan peran aktif
masyarakat dalam segala bentuk (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional, 2007).
Kementerian Kesehatan RI telah menetapkan Visi Pembangunan Kesehatan Tahun 2020-
2024 adalah “Menciptakan Manusia yang Sehat, Produktif, Mandiri dan Berkeadilan”. Dengan
Misi: menurunkan angka kematian ibu dan bayi, menurunkan angka stunting pada balita,
memperbaiki pengelolaan Jaminan Kesehatan Nasional, dan meningkatkan kemandirian dan
penggunaan produk farmasi dan alat kesehatan dalam negeri (Kemenkes, 2020).
Dalam upaya mecapai visi dan misi tersebut, Kementerian Kesehatan menetapkan strategi,
yaitu peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pendekatan siklus hidup, penguatan
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan, peningkatan pencegahan dan pengendalian penyakit dan
pengelolaan kedaruratan kesehatan masyarakat, peningkatan sumber daya kesehatan, dan
peningkatan tata kelola pemerintahan yang baik, bersih dan inovatif (Kemenkes, 2020).

1
Kegiatan yang dilakukan dengan strategi yang berbasis model pendekatan dan kebersamaan
tersebut adalah berupaya memfasilitasi percepatan dan pencapaian peningkatan derajat kesehatan
bagi seluruh penduduk dengan mengembangkan kesiapsiagaan di tingkat desa atau kelurahan
yang disebut dengan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga (Kemenkes, 2011).
Sementara itu, kesehatan sebagai hak asasi manusia ternyata belum menjadi milik setiap
manusia Indonesia karena berbagai hal seperti kendala geografis, sosiologis, dan budaya.
Kesehatan bagi sebagian penduduk yang terbatas kemampuannya serta yang berpengetahuan dan
berpendapatan rendah masih perlu diperjuangkan secara terus menerus dengan cara mendekatkan
akses pelayanan kesehatan dan memberdayakan kemampuan mereka. Disamping itu, kesadaran
masyarakat bahwa kesehatan merupakan investasi bagi peningkatan kualitas sumberdaya
manusia juga masih harus dipromosikan melalui sosialisasi dan advokasi para pengambil
kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholders) di berbagai jenjang administrasi
(Kemenkes, 2013).
Tingginya angka kesakitan yang disebabkan oleh infeksi menunjukkan masih rendahnya
kualitas kebersihan dan kesehatan di masyarakat (Notoatmodjo, 2007). Demikian juga dengan
tingginya angka kesakitan yang akhir-akhir ini ditandai adanya berbagai penyakit lama dengan
ditandai dengan 10 penyakit terbanyak di lingkungan Puskesmas Pontang tahun 2020 seperti
Febris, Gastritis,ISPA, Cephalgia, Hipertensi, Diare, TBC, Dermatitis, Konjungtivitis,
Skizofrenia.
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah
dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit
menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa (KLB), kejadian
bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong
royong. Pengembangan Desa Siaga mencakup upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan
kesehatan dasar kepada masyarakat desa, menyiap siagakan masyarakat menghadapi masalah-
masalah kesehatan, memandirikan masyarakat dalam mengembangkan perilaku hidup bersih dan
sehat (Kemenkes, 2010).

2
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana upaya mengevaluasi program-program desa siaga aktif di Desa Domas yang telah
berjalan di wilayah kerja Puskesmas Pontang?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Meningkatkan Strata Desa Siaga menjadi Desa Siaga Mandiri di Desa Domas di
wilayah kerja Puskesmas Pontang.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penghambat perkembangan Program
Desa Siaga di Desa Domas wilayah kerja Puskesmas Pontang.
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Penulis
 Memperoleh tambahan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman mengenai
pedoman pelaksanaan program desa siaga beserta faktor yang menghambat
perkembangan desa siaga aktif.
 Melaksanaan evaluasi project dalam rangka program internsip dokter Indonesia.
1.4.2 Manfaat bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan tentang program atau
intervensi yang tepat untuk mengatasi masalah desa siaga aktif di Puskesmas Pontang.
1.4.3 Manfaat bagi Masyarakat
Membantu terwujudnya masyarakat yang sehat, peduli, dan tanggap terhadap masalah-
masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan di Desa Domas melalui desa siaga,
dengan mengaktifkan desanya menjadi desa siaga mandiri.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Desa Siaga


2.1.1 Pengertian Desa Siaga
Desa/Kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan, bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri (Dinkes Jawa Barat, 2010).

2.1.2 Tujuan Desa Siaga


2.1.2.1 Tujuan Umum
Percepatan terwujudnya masyarakat desan dan kelurahan yang peduli,
tanggap, dan mampu mengenali, mencegah serta mengatasi permasalahan kesehatan
yang dihadapi secara mandiri, sehingga derajat kesehatannya meningkat (Dinkes Jawa
Barat, 2010).
2.1.2.2 Tujuan Khusus
 Mengembangkan kebijakan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif di Pemerintahan Desa atau Kelurahan.
 Meningkatkan komitmen dan kerjasama semua perangkat Desa atau
Kelurahan dan organisasi kemsyarakatan untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
 Meingkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar di desa
atau kelurahan.
 Mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis
masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu, dan anak,
lingkungan, dan perilaku), penanggulangan bencana dan kedaruratan
kesehatan, serta penyehatan lingkungan.
 Meningkatkan ketersediaan sumber daya manusia, dana, maupun sumber
daya lain, yang berasal dari Pemerintah Desa atau Kelurahan, masyarakat
dan swasta/dunia usaha, untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.

4
 Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga
(Dinkes Jawa Barat, 2010).

2.1.3 Sasaran Desa Siaga


Sasaran pengembangan desa siaga adalah mempermudah intervensi, sasaran ini
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
a. Semua individu dan keluarga di desa yang diharapkan mampu melaksanakan
hidup sehat, peduli, dan tanggap terhadap permasalahan di wilayah desanya.
b. Pihak-pihak yang mempunyai pengaruh terhadap perubahan perilaku individu dan
keluarga atau dapat menciptakan iklim yang kondusif bagi perubahan perilaku
tersebut, seperti tokoh masyarakat termasuk tokoh agama, tokoh perempuan dan
pemuda, kader, serta petugas kesehatan.
c. Pihak-pihak yang diharapkan memberi dukungan kebijakan, peraturan perundang-
undangan, dana, tenaga, sarana, dan lain-lain seperti kepala desa, camat, pejabat
terkait, LSM, swasta, donator, dan pemilik kepentingan lainnya (Syafrudin &
Hamidah, 2009).

2.1.4 Ciri-ciri Pokok Desa Siaga


Adapun ciri-ciri pokok Desa Siaga menurut Kemenkes (2010), yaitu:
a. Minimal memiliki pos kesehatan desa yang berfungsi memberi pelayanan dasar
(dengan sumberdaya minimal 1 tenaga kesehatan dan sarana fisik bangunan,
perlengkapan, dan peralatan alat komunikasi ke masyarakat dan ke puskesmas).
b. Memiliki sistem gawat darurat berbasis masyarakat.
c. Memiliki sistem pembiayaan kesehatan secara mandiri
d. Masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat.

2.1.5 Kriteria Desa Siaga


Adapun kriteria Desa Siaga menurut Kemenkes (2010) dan Sulistyorini (2010), yang
dapat dilaksanakan secara bertahap, yaitu:

5
a. Kepedulian Pemerintah Desa atau Kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan
Forum Desa dan Kelurahan.
b. Keberadaan Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader teknis Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif.
c. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang buka atau
memberikan pelayanan setiap hari.
POSKESDES merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan dasar bagi desa yang
tidak memiliki akses ke puskesmas/pustu dalam rangka menyediakan/mendekatkan
pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Pelayanannya meliputi upaya promotif,
preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan, perawat, tenaga gizi,
dan sanitarian) dengan melibatkan kader dan sukarela lainnya.
Kegiatan dari POSKESDES antara lain:
 Melakukan pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi
menjadi Kejadian Luar Biasa (KLB) serta faktor-faktor resikonya.
 Melakukan penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi KLB
serta kekurangan gizi.
 Melakukan kesiapsiagaan dan penanggulangan bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan.
 Melakukan pelayanan kesehatan dasar, sesuai kompetensinya.
d. Keberadaan Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM)
Upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) merupakan wahana
pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat,
dikelola oleh, dari, dan untuk masyarakat, dengan bimbingan petugas Puskesmas,
lintas sektor dan Lembaga terkait lain yang dapat melaksanakan:
 Survailans berbasis masyarakat
Survailans berbasis masyarakat adalah pemantauan yang dilakukan oleh
masyarakat terhadap masalah-masalah kesehatan dan faktor-faktor resiko yang
mempengaruhi atau menyebakan masalah tersebut.

6
1. Tujuan Umum
Terciptanya sistem kewaspadaan dan kesiapsiagaan dini di masyarakat
terhadap kemungkinan terjadinya penyakit dan masalah-masalah kesehatan
yang akan mengancam dan merugikan masyarakat yang bersangkutan.

2. Tujuan Khusus
- Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbul penyakit
atau masalah-masalah kesehatan lain, dan melaporkannya kepada
petugas kesehatan.
- Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbulnya
masalah lingkungan di wilayahnya sebagai faktor resiko.
- Masyarakat mengetahui secara dini tanda-tanda akan timbulnya
masalah gizi sebagai faktor resiko.
- Masyarakat mengetahui secara dini berkembangnya perilaku hidup di
kalangan warga yang merugikan kesehatan, baik perorangan, keluarga,
maupun masyarakat sebagai faktor resiko.
 Penanggulangan bencana dan kedaruratan kesehatan
Memiliki kesiapsiagaan dan penanggulangan kegawatdaruratan dan bencana
berbasis masyarakat adalah upaya yang dilakukan masyarakat untuk
mengantisipasi terjadinya kegawatdaruratan sehari-hari dan bencana, melalui
Langkah-langkah yang tepat guna dan berdaya guna. Titik berat dari
kesiapsiagaan masyarakat adalah kegiatan pencegahan dan promosi kesehatan.
 Penyehatan lingkungan.
Aspek-aspek yang perlu dicukupi dalam pengembangan lingkungan sehat
adalah sebagai berikut:
1. Perumahan
Mengupayakan terciptanya rumah-rumah penduduk yang sehat (rumah
sehat) dengan lingkungan pemukiman yang aman, nyaman, dan sehat.
2. Udara
Menjaga agar udara tetap segar dan bersih, bebas dari polusi udara.

7
3. Air
Menjaga agar mata air, air sungai, dan sumber air lain bersih dan bebas
dari polusi dan mengupayakan adanya penyediaan air bersih yang layak
minum bagi penduduk desa.
4. Limbah Padat dan Cair
Mengupayakan agar pembuangan sampah rumah tangga dan limbah cair
dari rumah tangga dikelola dengan baik sehingga tidak mencemari
lingkungan.
5. Tempat Umum
Mengupayakan agar tempat-tempat umum memenuhi syarat-syarat
kesehatan serta dikelola dengan baik dan benar.
Sedangkan bentuk dari UKBM antara lain:
 Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)
Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM guna memberikan
kemudahan kepada masyarakat, utamanya dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar untuk menunjang percepatan penurunan Angka Kematian
Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB).
 Posyandu Usila/Lansia
Posyandu Usila/Lansia merupakan wahana pelayanan bagi kaum usia
lanjut (usila). Titik berat pelayanannya pada upaya promotif dan preventif
tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
 Pondok Bersalin Desa (Polindes)
Polindes adalah salah satu UKBM yang dibentuk dalam upaya
mendekatkan dan memudahkan masyrakat memperoleh pelayanan
profesional Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana
(KB), yang dikelola oleh Bidan Di Desa (BDD) dan pamong desa.
 Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)
POD atau WOD adalah wahana edukasi dalam rangka alih pengetahuan
dan keterampilan tentang obat dan pengobatan sederhana dari petugas
kepada kader dan dari kader kepada masyarakat, guna memberikan
kemudahan dalam memperoleh obat yang bermutu dan terjangkau.

8
 Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)
Pos UKK adalah wadah dari serangkaian upaya pemeliharaan kesehatan
pekerja diselenggarakan oleh masyarakat pekerja yang memiliki jenis
kegiatan usaha yang sama dalam meningkatkan produktivitas kerja.
 Sakha Bhakti Husada (SBH)
SBH adalah wadah pengembangan minat, pengetahuan, dan keterampilan
di bidang kesehatan bagi generasi muda, khususnya anggota Gerakan
Pramuka, untuk membaktikan dirinya kepada masyarakat di lingkungan
sekitar.
 Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren)
Poskestren adalah wahana dalam mendekatkan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat pondok pesantren dengan prinsip dari, oleh, dan untuk
warga pondok pesantren, yang mengutamakan pelayanan promotive dan
preventif, tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif.
e. Tercakupnya (terakomodasikannya) pendanaan untuk pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dalam Anggaran Pembangunan Desa atau Kelurahan serta
dari masyarakat dan dunia usaha.
 Dana Masyarakat yang Bersifat Aktif
Dana masyarakat yang bersifat aktif adalah dana yang secara khusus digali atau
dikumpulkan oleh masyarakat yang digunakan untuk membiayai upaya
kesehatan, atau lebih sering disebut Dana Sehat. Dana masyarakat yang bersifat
dapat dikumpulkan melalui berbagai cara, yaitu:
1. Iuran, yaitu pengumpulan sejumlah yang atau benda dari masyarakat secara
berkala atas dasar kesepakatan masyarakat.
2. Sumbangan, yaitu berupa pemberian sukarela dari perorangan, kelompok,
Lembaga masyarakat, badan social, dan perusahaan yang berbentuk uang
atau modal, benda tak bergerak (tanah, bangunan) atau sarana yang
dibutuhkan.
3. Jimpitan, yaitu pengumpulan bahan makanan pokok (biasanya beras) dari
masyarakat dalam jumlah tertentu, yang biasanya diambil secara harian.

9
4. Arisan, yaitu pengumpulan sejumlah uang hasil usaha atau hasil
pertanian/peternakan.
 Dana Masyarakat yang Bersifat Pasif
Dana masyarakat yang bersifat pasif adalah pemanfaatan dari yang sudah ada
di masyarakat untuk membiayai upaya kesehatan. Salah satu dana pasif adalah
dana social keagamaan dan dana social kemasyarakatan.
f. Peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam kegiatan
kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
Salah satu yang termasuk peran aktif masyarakat adalah masyarakat sadar gizi.
Pengembangan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) adalah pengembangan keluarga
yang berperilaku gizi seimbang, serta mampu mengenali dan mengatasi masalah
gizi anggota keluarganya. Sedangkan perilaku gizi seimbang adalah perilaku yang
dilandasi pengetahuan dan sikap yang sesuai, meliputi perilaku mengkonsumsi
makanan seimbang serta perilaku hidup bersih dan sehat (Sulistyorini, 2010).

Selain itu peran aktif masyarakat dapat dilakukan dalam bentuk pembentukan
kader, yang memiliki fungsi antara lain (Kemenkes, 2010):
 Menyusun rencana pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif bersama
Forum Desa dan Kelurahan Siaga.
 Melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, dan memelihara upaya
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif secara partisipatif.
 Menggerakkan dan mengembangkan partisipasi, gotong royong dan swadaya
masyarakat untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
 Melaksanakan promosi kesehatan kepada masyarakat dan membantu
masyarakat memecahkan masalah-masalah kesehatan yang dihadapi.
g. Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga di desa
atau kelurahan.
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat
(Sulistyorini, 2010).

10
PHBS terbagi dalam beberapa kelompok, diantaranya (Sulistyorini, 2010):
 Kelompok PHBS bidang obat dan farmasi, yaitu misalnya tidak
menyalahgunakan NAPZA, memeliharan taman obat keluarga, dan lain-lain.
 Kelompok PHBS bidang KIA dan KB, yaitu meminta memeriksakan
kehamilan teratur, pertolongan kelahiran oleh tenaga kesehatan, menjadi
kaseptor KB, dan lain-lain.
 Kelompok PHBS bidang penyakit dan Kesehatan Lingkungan, yaitu memiliki
jaminan pemeliharaan kesehatan, aktif dalam UKBM, memanfaatkan
Puskesmas, dan lain-lain.
 Kelompok PHBS bidang Pemeliharaan Kesehatan, yaitu memiliki jaminan
pemeliharaan kesehatan, aktif dalam UKBM, memanfaatkan Puskesmas, dan
lain-lain.

2.1.6 Indikator Keberhasilan Desa Siaga


Indikator keberhasilan pengembangan desa siaga menurut Depkes, 2009 dapat diukur
dari 4 kelompok indikator, yaitu indikator input, proses, output dan outcome (Kemenkes,
2010).
a. Indikator Input
 Jumlah kader desa siaga.
 Jumlah tenaga kesehatan di poskesdes.
 Tersedianya sarana (obat dan alat) sederhana.
 Tersedianya tempat pelayanan seperti posyandu.
 Tersedianya dana operasional desa siaga.
 Tersedianya data/catatan jumlah KK dan keluarganya.
 Tersedianya pemetaan keluarga lengkap dengan masalah kesehatan yang
dijumpai dalam warna yang sesuai.
 Tersedianya data/catatan (jumlah bayi di imunisasi, jumlah penderita gizi
kurang, jumlah penderita TB, malaria dan lain-lain).

11
b. Indikator Proses
 Frekuensi pertemuan forum masyarakat desa (bulanan, 2 bulanan dan
sebagainya).
 Berfungsi/tidaknya kader desa siaga.
 Berfungsi/tidaknya UKBM/posyandu yang ada.
 Berfungsi/tidaknya sistem penanggulangan penyakit/masalah kesehatan berbasis
masyarakat.
 Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS.
 Ada/tidaknya kegiatan rujukan penderita ke poskesdes dari masyarakat.
c. Indikator Output
 Jumlah persalinan dalam keluarga yang dilayani.
 Jumlah kunjungan neonates (KN2).
 Jumlah BBLR yang dirujuk.
 Jumlah bayi dan anak balita BB tidak naik ditangani.
 Jumlah balita gakin umur 6-24 bulan yang mendapat M P-AS I.
 Jumlah balita yang mendapat imunisasi.
 Jumlah pelayanan gawat darurat dan KLB dalam tempo 24 jam.
 Jumlah keluarga yang punya jamban.
 Jumlah keluarga yang dibina sadar gizi.
 Jumlah keluarga menggunakan garam beryodium.
 Adanya data kesehatan lingkungan.
 Jumlah kasus kesakitan dan kematian akibat penyakit menular tertentu yang
menjadi masalah setempat.
 Adanya peningkatan kualitas UKBM yang dibina.
d. Indikator Outcome
 Meningkatnya jumlah penduduk yang sembuh/membaik dari sakitnya.
 Bertambahnya jumlah penduduk yang melaksanakan PHBS.
 Berkurangnya jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia.
 Berkurangnya jumlah balita dengan gizi buruk.

12
Selain hal diatas, keberhasilan pengembangan Desa atau Kelurahan Siaga Aktif
di suatu desa atau kelurahan menurut Kemenkes (2010) juga dapat dilihat dari
pencapaian upaya-upaya yang dilakukan di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
Kecamatan serta Desa dan Kelurahan sebagai berikut:
2.1.6.1 Pusat
a. Adanya kebijakan yang mendukung operasionalisasi pengembangan Desa
dan Kelurahan Siaga Aktif.
b. Terbentuknya Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif Tingkat Pusat.
c. Adanya Sistem Informasi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
terintegrasi dalam profil Desan dan Kelurahan.
d. Adanya dan tersosialisasinya petunjuk-petunjuk teknis yang diperlukan
dalam rangka pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
e. Terselenggaranya pelatihan untuk pelatih (Training of Trainers)
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif bagi aparatur Provinsi.
f. Teralokasinya Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) peningkatan kinerja
Puskesmas dan jaringannya untuk pengembangan Desa dan Kelurahan
Siaga Aktif serta PHBS.
g. Terselenggaranya pertemuan berkala (minimal 2 kali setahun) untuk
pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif lingkup
nasional.
h. Adanya pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif terintegrasi secara
berjenjang.
2.1.6.2 Provinsi
a. Adanya kebijakan-kebijakan koordinatif pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
b. Terbentuknya forum Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di tingkat
Provinsi.

13
c. Terselenggaranya pelatihan untuk pelatih (Training of Trainers)
pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif bagi aparatur Kabupaten
dan Kota.
d. Adanya Sistem Informasi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
terintegrasi dalam Profil Desa dan Kelurahan lingkup provinsi.
e. Terselenggaranya pertemuan berkala (minimal 2 kali setahun) di tingkat
Provinsi untuk pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif.
f. Adanya pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif terintegrasi secara
berjenjang.
2.1.6.3 Kabupaten/Kota
a. Adanya kebijakan-kebijakan koordinatif dan pembinaan dalam bentuk
penetapan peraturan atau keputusan tentang pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif.
b. Terbentuknya forum Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga Aktif di tingkat
Kabupaten/Kota.
c. Terselenggaranya orientasi pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif bagi aparatur desa dan kelurahan, KPM dan Lembaga
kemasyarakatan serta pihak-pihak lain.
d. Adanya bantuan pembiayaan dari APBD Kabupaten/Kota dan sumber
daya lain untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
e. Terselenggaranya Sistem Informasi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
terintegrasi dalam profil Desa dan Kelurahan lingkup Kabupaten/Kota,
melalui penetapan Langkah dan mekanisme penyelenggaraan dan
pelaporan penyelenggaraan secara berjenjang dari Desa dan Kelurahan-
Kecamatan-Kabupaten/Kota-Provinsi dan Pemerintah Pusat.
f. Terselenggaranya pertemuan berkala Pokjanal desa dan kelurahan Siaga
Aktif di tingkat Kabupaten/Kota (minimal 3 kali setahun) untuk
pemantauan perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
g. Adanya pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif terintegrasi secara
berjenjang.

14
2.1.6.4 Kecamatan
a. Terkoordinasi dan terintegrasinya pelaksanaan pengembangan Desa dan
Kelurahan Siaga Aktif dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat lainnya.
b. Terkoordinasinya penerapan kebijakan/peraturan perundang-undangan
berkaitan dengan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
c. Terbentuknya Forum Desa dan Kelurahan Siaga tingkat Kecamatn.
d. Adanya Sistem Informasi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang
terintegrasi dalam profil Desa dan Kelurahan lingkup kecamatan.
e. Terselenggaranya pertemuan berkala Pokjanal Desa dan Kelurahan Siaga
Aktif di tingkat kecamatan (minimal 4 kali setahun) untuk pemantauan
perkembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
f. Adanya pembinaan Desa dan kelurahan Siaga Aktif terintegrasi secara
berjenjang.
2.1.6.5 Desa dan Kelurahan
a. Keberadaan dan keaktifan Forum Desa dan Kelurahan.
b. Adanya Kader Pemberdayaan Masyarakat/kader kesehatan dan Kelurahan
Siaga Aktif.
c. Kemudahan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dasar yang
buka atau memberikan pelayanan setiap hari.
d. Keberadaan UKBM yang dapat melaksanakan penanggulangan bencana
dan kegawatdaruratan kesehatan, servailans berbasis masyrakat serta
penyehatan lingkungan.
e. Adanya pendanaan untuk pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) atau Anggaran
Kelurahan, masyarakat dan dunia usaha.
f. Adanya peran serta aktif masyarakat dan organisasi kemasyarakatan dalam
kegiatan kesehatan di Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.
g. Adanya pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah
Tangga.

15
2.1.7 Tahapan Desa Siaga
Agar sebuah desa menjadi Desa Siaga maka desa tersebut harus memiliki forum
desa/lembaga kemasyarakatan yang aktif dan adanya sarana/akses pelayanan kesehatan
dasar. Dalam pengembangan Desa Siaga akan meningkat dengan membagi menjadi 4
kriteria Desa Siaga (Kemenkes, 2010):
KRITERIA PENTAHAPAN DESA/KELURAHAN SIAGA AKTIF
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
1. Forum Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan, Berjalan, setiap
Desa/Kelurahan belum berjalan belum rutin setiap bulan
setiap triwulan triwulan
2. KPM/Kader Sudah ada Sudah ada 3-5 Sudah ada 6- Sudah ada 9
Kelurahan minimal 2 orang 8 orang orang atau lebih
orang
3. Kemudahan Ya Ya Ya Ya
Akses Pelayanan
Kesehatan Dasar
4. Posyandu dan Posyandu ya, Posyandu dan 2 Posyandu dan Posyandu dan 4
UKBM lainnya UKBM UKBM lainnya 3 UKBM UKBM lainnya
aktif lainnya tidak aktif lainnya aktif aktif
aktif
5. Dukungan dana Sudah ada Sudah ada dana Sudah ada Sudah ada dana
untuk kegiatan dana dari dari Pemerintah dana dari dari Pemerintah
kesehatan di Pemerintah Desa dan Pemerintah Desa dan
Desa dan Desa dan Kelurahan serta Desa dan Kelurahan serta
Kelurahan: Kelurahan satu sumber Kelurahan dua sumber
 Pemerintah serta belum dana lainnya serta dua dana lainnya
Desa dan ada sumber sumber dana
Kelurahan dana lainnya lainnya
 Masyarakat
 Dunia usaha
6. Peran serta Ada peran Ada peran aktif Ada peran Ada peran aktif
masyarakat dan aktif masyarakat dan aktif masyarakat dan
Organisasi masyarakat peran aktif satu masyarakat peran aktif lebih

16
kemasyarakatan dan tidak ada ormas dan peran dari dua ormas
peran aktif aktif dua
ormas ormas
7. Peraturan Kepala Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
Desa atau direalisasikan direalisasikan direalisasikan
peraturan
Bupati/Walikota
8. Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
PHBS di Rumah PHBS kurang PHBS minimal PHBS PHBS minimal
Tangga dari 20% 20% rumah minimal 40% 70% rumah
rumah tangga tangga yang rumah tangga tangga yang ada
yang ada ada yang ada
Tabel 2.1 Pentahapan Desa/Kelurahan Siaga Aktif

2.2 Pusat Kesehatan Masyarakat


2.2.1 Gambaran Umum Puskesmas
Puskesmas atau Pusat Kesehatan Masyarakat adalah fasilitas pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan
tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotive dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya dan
bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan (Permenkes, 2014).
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen
Bangsa Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan
hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara
sosial dan ekonomis. Keberhasilan pembangunan kesehatan sangat ditentukan oleh
kesinambungan antar upaya program dan sektor, serta kesinambungan dengan upaya-upaya
yang telah dilaksanakan sebelumnya (BTKLPP, 2016).
Wilayah kerja adalah batasan wilayah kerja Puskesmas dalam melaksanakan tugas dan
fungsi pembangunan kesehatan, yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
berdasarkan keadaan geografis, demografi, sarana transportasi, masalah kesehatan setempat,
keadaan sumber daya, beban kerja Puskesmas, dan lain-lain. Selain itu juga harus

17
memperhatikan upaya untuk meningkatkan koordinasi, memperjelas tanggung jawab
pembangunan dalam wilayah kecamatan, meningkatkan sinergisme kegiatan dan
meningkatkan kinerja. Apabila dalam satu wilayah kecamatan terdapat lebih dari satu
Puskesmas, maka Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dapat menunjuk salah satu
Puskesmas sebagai koordinator pembangunan kesehatan di kecamatan (Kemenkes, 2015).
Puskesmas memiliki tanggung jawab dalam hal mempromosikan kesehatan kepada
seluruh masyarakat sebagai upaya untuk memberikan pengalam belajar, menyediakan media
informasi, dan melakukan edukasi baik untuk perorangan, kelompok, dan masyarakat guna
meningkatkan pengetahuan, sikap, dan perilaku masyarakat. Dengan berjalannya program
kesehatan yang dijalankan oleh setiap Puskesmas, diharapkan akan berpengaruh pada
perubahan kepada setiap individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan memelihara
perilaku sehat serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang optimal
(Permenkes, 2014).
2.2.2 Profil Puskesmas Pontang
2.2.2.1 Ijin Operasional Puskesmas
UPT Puskesmas Pontang mempunyai Surat Izin Operasional Puskesmas
dengan Nomor : 440/001/I/Puskesmas/DPMPTSP/2020 yang dikeluarkan oleh Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Serang Pada
Tanggal 24 Januari 2020 sebagai Penanggung Jawab Puskesmas yaitu Kepala
Puskesmas, yang beralamat Jl. Ciptayasa No. 17 Ds. Pontang Kecamatan Pontang
adapun jenis pelayanan puskesmas :
1. Rawat Inap
2. UGD 24 Jam
3. Persalinan 24 Jam
4. Mampu PONED
Dengan Kategori Puskesmas termasuk kedalam kategori Pedesaan dan nilai
retribusi sebesar Rp. 0,- (Nol Rupiah). Dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Mentaati peraturan perundang-undangan yang berlaku dan sesuai standar
profesi.
2. Surat Izin Operasional Puskesmas berlaku sampai dengan 26 Oktober 2021.
3. Mengajukan permohonan kembali 2 (dua) bulan sebelum Surat Izin habis.

18
4. Surat Izin Operasional Puskesmas Nomor:
440/006/IX/puskesmas/DPMPTSP/2018 dicabut dan dinyatakan tidak
berlaku.
2.2.2.2 Karakteristik Wilayah Kerja Puskesmas & Kemampuan Penyelenggaraan
Pelayanan Puskesmas
Sesuai dengan Keputusan Bupati Serang Nomor : 440/Kep.50-
Huk.DINKES/2020 Tanggal 07 Januari 2020 tentang Kategori dan Kewenangan
Pelayanan Kesehatan Pada UPT Puskesmas Dinas Kesehatan Kabupaten Serang
bahwa UPT Puskesmas Pontang dengan Kode P360410062301 yang beralamat Jl.
Ciptayasa No. 17 Ds. Pontang Kecamatan Pontang termasuk kedalam Kategori
Pedesaan dengan Kewenangan Penyelenggaraan Pelayanan Puskesmas :
1. Rawat Inap
2. UGD 24 Jam
3. Persalinan 24 Jam
4. Mampu Poned

19
Gambar 1.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Pontang

20
2.2.2.3 Gambaran Wilayah Kerja Puskesmas
A. Nama dan Jumlah Desa
Nama : UPT Puskesmas Pontang
Lokasi : Jl. Ciptayasa No. 17 Ds. Pontang Kecamatan Pontang
Kabupaten Serang
Berdiri : Tahun 1975, dengan luas tanah 0,44 ha, luas bangunan
956 m2, terdiri dari: bangunan puskesmas rawat jalan
305 m2, rawat inap 481 m2 dan IGD 100 m2. Rumah
dinas dokter seluas 245 m2 dan musholla 54 m2
Wilayah kerja UPT Puskesmas Pontang terdiri dari 11
desa yaitu desa Sukajaya (10,7 ha), Sukanegara (3,12
ha), Kalapian (1,60 ha), Kaserangan (2,84 ha), Pulo
Kencana (3,37 ha), Linduk (11,54 ha), Kubang Puji
(6,84 ha), Singarajan ( 1,27 ha), Pontang (1,20 ha),
wanayasa (8,52 ha) dan Domas (7,29 ha).
Renovasi : Tahun 2013: Penambahan bangunan baru untuk ruang
UGD dan Ruang Perawatan.
Tahun 2016: Penambahan bangunan rawat inap
melanjutkan bangunan rawat inap sebelumnya,
renovasi rumah dinas perawat 1 unit.
Renovasi gedung Puskesmas yang menggunakan biaya
bersumber dari Pemerintah Kabupaten Serang.
Perbaikan : Sampai saat ini UPT Puskesmas Pontang masih terus
melakukan perbaikan-perbaikan guna meningkatkan
mutu pelayanan.

B. Demografi
Kecamatan Pontang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Serang
yang berlokasi kurang lebih 25 km dari Kabupaten Serang. Dengan luas
wilayah 58.09 Km2 dengan batas wilayah sebagai berikut;
1. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kasemen Kota Serang
2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Lebak Wangi dan
Kecamatan Ciruas.

21
3. Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa dan Kecamatan Tirtayasa.
4. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciruas
Wilayah kerja puskesmas Pontang terdiri dari 11 desa yaitu Desa
Sukajaya, Sukanegara, Kalapian, Kaserangan, Pulo Kencana, Linduk, Kubang
Puji, Singarajan, Pontang, wanayasa dan Domas.
Secara geografis desa-desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Pontang
sebagaian besar berada di dataran rendah, ada 3 desa yang berada di wilayah
pantai.
Bukan Pantai
Desa/Kelurahan Pantai Kawasan
Lembah Dataran
Lereng
Sukajaya √ - - -
Sukanegara - - - √
Kalapian - - - √
Kaserangan - - - √
Pulo Kencana - - - √
Linduk √ - - -
Kubang Puji - - - √
Singarajan - - - √
Pontang - - - √
Wanayasa √ - - -
Domas √ - - -
Sumber: Kantor Desa Seluruh Kecamatan Pontang
Tabel 2.2 Letak Geografis Desa di Kecamatan Pontang Tahun 2020

Secara topografi posisi desa-desa di wilayah Kecamatan Pontang berada di


ketinggian kurang dari 500 m dengan tingkat kemiringan lahan <150 (daerah
landai).
2.2.2.4 Kependudukan
Berdasarkan data yang diperoleh BPS (Badan Pusat Statistik) jumlah penduduk
Kecamatan Pontang pada tahun 2020 sebesar 41.490 jiwa. Perkembangan penduduk

22
menurut jenis kelamin dapat dilihat dari rasio jenis kelamin, yaitu perbandingan
penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan. Jumlah penduduk laki-laki relatif
19.860 jiwa (47,86%) penduduk perempuan dan laki-laki sebanyak 21.630 jiwa
(52,13%). Komposisi penduduk dan sasaran program secara lebih rinci dapat dilihat
pada lampiran Tabel 1.3 dibawah ini:
Ratio
Laki- Sex Luas Kepadatan
Desa/Kelurahan Perempuan Jumlah
laki rasio Wilayah Penduduk/
Km
Sukajaya 1.988 1.826 3.814 1.1 10,7 356
Sukanegara 1.206 1.107 2.312 1.1 3,1 746
Kalapian 2.403 2.206 4.609 1.1 1,6 2.881
Kaserangan 2.004 1.840 3.843 1.1 2,8 1.373
Pulo Kencana 1.715 1.574 3.289 1.1 3,4 967
Linduk 2.443 2.243 4.686 1.1 11,3 415
Kubang Puji 2.307 2.119 4.426 1.1 6,8 651
Singarajan 2.156 1.980 4.136 1.1 1,3 3.182
Pontang 2.116 1.943 4.060 1.1 ,2 3.383
Wanayasa 1.170 1.074 2.244 1.1 8,5 264
Domas 2.122 1.948 4.070 1.1 7,3 558
Jumlah 21.630 19.860 41.490 1.1 58,1 714
Sumber: BPS Kabupaten Serang
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Pontang Tahun 2020

23
2.2.2.5 Sosial Ekonomi
Struktur mata pencaharian penduduk Kecamatan Pontang mayoritas petani dan
sebagian kecil adalah buruh dan jasa.

Perdagangan, Hotel dan


Pertanian, Perternakan,

Industri dan Kerajinan

Listrik, Gas dan Air


Pertambangan dan

Transportasi Dan
Komunikasi
penggalian
Perikanan

Restoran

Lainnya
Minum
No Desa

Jasa
1. Sukajaya √ - - - - - - -
2. Sukanegara √ - - - - - - -
3. Kalapian √ - - - - - - -
4. Keserangan √ - - - - - - -
Pulo
5. √ - - - - - - -
Kencana
6. Linduk √ - - - - - - -
Kubang
7. √ - - - - - - -
Puji
8. Singarajan - - - √ - - - -
9. Pontang - - - √ - - - -
10. Wanayasa √ - - - - - - -
11. Domas √ - - - - - - -
Sumber: BPS Kabupaten Serang
Tabel 2.4 Mata Pencaharian Penduduk di Kecamatan Pontang Tahun 2020

2.2.2.6 Tujuan
A. Tujuan Umum
Menyediakan data dan informasi di bidang kesehatan yang ada di
wilayah binaan Puskesmas Pontang.

B. Tujuan Khusus

24
1. Tersedianya data dan informasi tentang upaya penyelenggaraan
kesehatan di wilayah binaan Puskesmas Pontang secara menyeluruh.
2. Tersedianya sarana monev tahunan bagi program-program puskesmas.
3. Tersedianya sarana integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh
koordinator SIMKES.
4. Tersedianya data dan informasi guna penyusunan untuk setahun
mendatang.
2.2.2.7 Visi
Dalam upaya untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional, pembangunan
kesehatan dilaksanakan di berbagai tingkatan baik tingkat pusat maupun tingkat
daerah. Puskesmas Pontang sebagai unit pelaksana teknis tingkat daerah (dinas
kesehatan kabupaten) yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja dalam melaksanakan pembangunan kesehatan
mempunyai visi yaitu :
“Terwujudnya Masyarakat Yang Mandiri Untuk Hidup Sehat Menuju
Masyarakat Pontang Yang Sehat dan Sejahtera”
Melalui Visi tersebut diharapkan gambaran masyarakat Pontang di masa depan
ditandai dengan penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang kondusif dan
berperilaku hidup bersih dan sehat, memiliki kemampuan dalam menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat
kesehatan yang setinggi-tingginya.
2.2.2.8 Misi
Misi merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan oleh instansi pemerintah agar
visi organisasi dapat tercapai dan memberi arah terhadap pencapaian tujuan dan
sasaran.
Untuk mewujudkan Visi tersebut, maka ditetapkan sebagai berikut:
1. Menggerakkan pelaksanaan pembangunan berwawasan kesehatan.

2. Mewujudkan pelayanan prima.


3. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.

25
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga dan
masyarakat beserta lingkungannya.
5. Membebaskan masyarakat dari masalah penyakit dan memberikan
perlindungan kesehatan kepada kelompok atau golongan masyarakat
yang berisiko.
6. Menggalang kemitraan dengan lintas program dan lintas sektoral.
7. Meningkatkan profesionalitas dan kompetensi SDM Puskesmas.
8. Membangun semangat kekeluargaan dan kebersamaan semua
karyawan.
2.2.2.9 Data Umum Puskesmas
A. Unit Kegiatan Berbasis Masyarakat (UKBM)
 Posyandu Balita
Dengan jumlah posyandu sebanyak 46 buah, kemudian posyandu di
distribusikan berdasarkan kriteria posyandu.
 Posbindu Lansia
Dengan jumlah posbindu sebanyak 11 buah. Posbindu tersebar
sebanyak 1 buah di setiap desa dalam wilayah kerja Puskesmas
Pontang.
 Desa Siaga
Terdapat Desa Siaga di Wilayah Puskesmas Pontang pada tahun 2017.
B. Sarana Fisik Puskesmas
 Puskesmas Induk : 1 Buah
 Puskesmas Pembantu : 1 Buah
 Rumah Dinas : 3 Buah rumah dinas untuk Dokter, Bidan
dan Perawat.

26
C. Tenaga Puskesmas Aktif
JUMLAH TENAGA
JENIS TENAGA
PMK 43 / 2019 KONDISI
Dokter dan/atau dokter layanan primer 2 4
Dokter gigi 1 1
Perawat 8 14
Bidan 7 23
Tenaga promosi kesehatan dan ilmu
1 1
prilaku
Tenaga sanitasi lingkungan 1 1
Nutrisionis 2 1
Tenaga apoteker dan /atau tenaga teknis
1 3
kefarmasian
Ahli teknologi laboratorium medik 1 1
Tenaga sistem informasi kesehatan 1 1
Tenaga administrasi keuangan 1 1
Tenaga ketata usahaan 0 1
Pekarya 1 10
JUMLAH 27 63
Tabel 2.5 Jumlah Ketenagaan Aktif Puskesmas Pontang

D. Transportasi
Terdapat 2 buah mobil ambulans, 1 buah mobil puskesmas keliling, dan 1 buah
mobil jenazah.

27
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian


Berdasarkan judul Desa Siaga Aktif di Desa Domas Kecamatan Pontang Kabupaten
Serang, maka penelitian ini dapat dikategorikan dengan jenis penelitian deskriptif kualitatif.
Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang memaparkan dan bertujuan untuk
menggambarkan penjelasan dari variable yang akan di teliti.
Metode ini dilakukan dengan melakukan wawancara dengan narasumber, untuk
mendapatkan beberapa masalah yang berkaitan dengan tidak tercapainya program tersebut.
Kemudian dilakukan observasi terhadap data-data, dan dilakukan dokumentasi. Data-data
tersebut dianalisis menggunakan analisis data model interaktif, yakni dengan dilakukan
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penyimpulan.
3.2 Identifikasi Masalah
Masalah tidak tercapainya program Desa Siaga di wilayah kerja Puskesmas Pontang dapat
diakibatkan oleh berbata sebab, yaitu:
1. Forum masyarakat desa
2. Kader kesehatan
3. Kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar
4. Posyandu dan UKBM lainnya aktif
5. Dukungan dana untuk kegiatan kesehatan desa (pemerintah desa, masyarakat, dunia
usaha)
6. Adanya peran serta masyarakat dan ormas
7. Peraturan kepala desa
8. Pembinaan PHBS dirumah tangga

1.

28
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Indikator dan Strata Desa Domas


KRITERIA PENTAHAPAN DESA/KELURAHAN SIAGA AKTIF
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI
1. Forum Ada, tetapi Berjalan, tetapi Berjalan, Berjalan, setiap
Desa/Kelurahan belum berjalan belum rutin setiap bulan
setiap triwulan triwulan
2. KPM/Kader Sudah ada Sudah ada 3-5 Sudah ada 6-8 Sudah ada 9
Kelurahan minimal 2 orang orang orang atau
orang lebih
3. Kemudahan Ya Ya Ya Ya
Akses Pelayanan
Kesehatan Dasar
4. Posyandu dan Posyandu ya, Posyandu dan Posyandu dan Posyandu dan
UKBM lainnya UKBM 2 UKBM 3 UKBM 4 UKBM
aktif lainnya tidak lainnya aktif lainnya aktif lainnya aktif
aktif
5. Dukungan dana Sudah ada Sudah ada Sudah ada Sudah ada dana
untuk kegiatan dana dari dana dari dana dari dari Pemerintah
kesehatan di Pemerintah Pemerintah Pemerintah Desa dan
Desa dan Desa dan Desa dan Desa dan Kelurahan serta
Kelurahan: Kelurahan Kelurahan Kelurahan dua sumber
 Pemerintah serta belum serta satu serta dua dana lainnya
Desa dan ada sumber sumber dana sumber dana
Kelurahan dana lainnya lainnya lainnya
 Masyarakat
 Dunia usaha
6. Peran serta Ada peran Ada peran aktif Ada peran Ada peran aktif
masyarakat dan aktif masyarakat dan aktif masyarakat dan
Organisasi masyarakat peran aktif satu masyarakat peran aktif
kemasyarakatan dan tidak ada ormas dan peran lebih dari dua

29
peran aktif aktif dua ormas
ormas ormas
7. Peraturan Kepala Belum ada Ada, belum Ada, sudah Ada, sudah
Desa atau direalisasikan direalisasikan direalisasikan
peraturan
Bupati/Walikota
8. Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan Pembinaan
PHBS di Rumah PHBS kurang PHBS minimal PHBS PHBS minimal
Tangga dari 20% 20% rumah minimal 40% 70% rumah
rumah tangga tangga yang rumah tangga yang ada
yang ada ada tangga yang
ada
Tabel 4.1 Indikator dan Strata Desa Domas

Berdasarkan kriteria persyaratan desa siaga aktif yang mencakup 8 (delapan) kriteria maka
Desa Siaga Aktif Domas dapat dianalisis sebagai berikut:
1. Forum Masyarakat Desa (FMD)
Dalam penyelenggaraan FMD untuk Desa Domas masih di tingkat purnama. Hal ini
kemungkinan dikarenakan tingginya tingkat kesibukan masyarakat. Kepedulian
pemerintah desa atau kelurahan dan pemuka masyarakat terhadap desa dan kelurahan
siaga aktif yang tercermin dari keberadaan dan keaktifan forum desa dan kelurahan.
2. Adanya Kader Pemberdayaan Masyarakat/Kader Kesehatan
Kader teknis penyelenggara kegiatan desa siaga aktif sudah mencapai taraf mandiri.
Kader-kader tersebut umumnya adalah anggota masyarakat umum yang peduli akan
kesehatan masyarakat. Puskesmas dapat memberikan perhatian kepada para kader untuk
bisa lebih aktif dalam kegiatan-kegiatan desa siaga dan menjaga semangat individu kader
melalui sistem reward. Bentuk penghargaan bisa berbentuk menyisipkan kegiatan
pemeriksaan tekanan darah gratis dan pemberian materi penyegaran kader di setiap
pertemuan MMK per tiga bulan sekali.
3. Kemudahan Akses Pelayanan Kesehatan Dasar
Dalam hal kemudahan akses pelayanan kesehatan dasar telah sampai pada taraf
mandiri, artinya masyarakat telah mendapatkan kemudahan yang cukup ideal.

30
4. Posyandu dan UKBM lainnya aktif
Desa Domas telah di tingkat mandiri dalam hal kegiatan Posyandu dan UKBM. Hal
ini menunjukkan dalam hal UKBM kader yang memiliki latar belakang pendidikan atau
pekerjaan di luar kesehatan telah mendapatkan pembinaan yang cukup baik, karena
mengembangkan kegiatan yang bukan bidangnya bukan hal yang mudah. Oleh karena
itu, kemampuan kader yang sudah baik ini perlu dipertahankan agar dapat membimbing,
membina, dan mengarahkan terbentuknya UKBM di desa mereka.
5. Dukungan Dana Untuk Kegiatan Kesehatan di Desa
Ketersediaan dan dukungan dana sejauh ini di Desa Domas masih termasuk ke dalam
taraf purnama. Desa Domas telah memiliki sumber dana tetap dari pemerintah desa
dan kelurahan, serta terdapat dua sumber dana lainnya. Hal ini kemungkinan dikarenakan
masih tingginya tingkat kemiskinan di Desa Domas dan kurangnya pemahaman
masyarakat mengenai pentingnya program-program yang terdapat pada desa siaga.
6. Peran Serta Masyarakat dan Organisasi Kemasyarakatan
Terkait dengan peran serta masyarakat dan organisasi kemsayarakatan ini, Desa
Domas masih berada pada tingkat purnama. Peningkatan peran serta masyarakat akan
lebih mudah dilaksanakan apabila pemahaman tentang pentingnya desa siaga aktif telah
mereka pahami dan kuasai setelah mendapat arahan oleh tenaga-tenaga kesehatan,
terutama langsung dari Puskesmas.
7. Peraturan Kepala Desa atau Peraturan Bupati
Desa Domas sudah didukung oleh peraturan desa dan kelurahan sebagai landasan
hukum pengembangan desa siaga aktif. Hal ini termasuk penting dikarenakan setiap
program atau kegiatan desa siaga yang berjalan harus memiliki dasar hukum yang
memadai.

31
8. Pembinaan PHBS Rumah Tangga
Pembinaan tentang pelaksanaan PHBS ditargetkan 70% untuk mendapatkan desa
siaga mandiri di bidang PHBS. Desa Domas baru mencapai target pada tingkat
purnama. Pelaksanaan dalam mencapai target ini memang cukup berat bagi Puskesmas,
oleh sebab itu keterlibatan pihak ketiga seperti Organisasi Kemasyarakatan, Perguruan
Tinggi, dan sebagainya perlu ditingkatkan untuk dapat mencapai target tersebut.

32
BAB V
PEMECAHAN MASALAH

5.1 Alternatif Pemecahan Masalah


Dengan melihat permasalahan yang ada, maka terdapat beberapa alternatif pemecahan
masalah yang dapat dilakukan, antara lain:
1. Penggalangan dana masyarakat
2. Pemahaman terhadap masyarakat mengenai pentingnya program-program desa siaga
3. Membuat jadwal MMK rutin
4. Pembinaan untuk melakukan manajemen sampah rumah tangga
5. Membuat susunan kepengurusan resmi untuk desa siaga
6. Mengadakan tabulin untuk ibu hamil
7. Mengadakan kegiatan donor darah untuk ibu hamil
5.2 Prioritas Pemecahan Masalah
Kriteria pemecahan masalah menurut metode Reinke, yaitu:
a. Magnitude (M)
1. Sangat tidak menyelesaikan masalah
2. Tidak menyelesaikan masalah
3. Cukup menyelesaikan masalah
4. Menyelesaikan masalah
5. Sangat menyelesaikan masalah
b. Vunerability (V)
1. Alternatif pemecahan masalah tidak efektif digunakan
2. Alternatif pemecahan masalah efektif digunakan
c. Importancy (I)
1. Tidak ada kepentingan untuk pemecahan masalah
2. Kepentingannya sangat rendah untuk pemecahan masalah
3. Kepentingannya cukup rendah untuk pemecahan masalah
4. Kepentingannya cukup tinggi untuk pemecahan masalah
5. Kepentingannya sangat tinggi untuk pemecahan masalah

33
d. Cost (C)
1. Sangat murah
2. Murah
3. Cukup murah
4. Tidak murah
5. Sangat tidak murah

Alternatif pemecahan masalah tersebut kemudian diberi pembobotan untuk


menentukan prioritas pemecahan masalah. Alternatif masalah dapat dilihat pada tabel berikut :

Kriteria Nilai komposit


Ranking
No Pemecahan Masalah
M V I C MxIxV prioritas
C
1. Penggalangan dana 5 5 5 2 62,5 1
masyarakat
2. Pemahaman terhadap 3 2 4 1 24 2
masyarakat mengenai
pentingnya program-
program desa siaga
3. Membuat jadwal MMK 3 2 4 4 6 6
rutin
4. Pembinaan untuk 3 2 4 5 4,8 7
melakukan manajemen
sampah rumah tangga
5. Membuat susunan 3 2 4 3 8 5
kepengurusan resmi
desa siaga
6. Mengadakan tabulin 4 2 4 2 16 3
untuk ibu hamil
7. Mengadakan kegiatan 4 2 4 3 10,6 4
donor darah untuk ibu
hamil

34
Tabel 5.1 Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan hasil pembobotan dari tabel di atas, maka prioritas pemecahan masalah yang
dapat dilakukan yaitu melakukan penggalangan dana masyarakat untuk desa siaga.

5.3 Perincian Intervensi Pemecahan Masalah


 Penggalangan Dana Masyarakat
Tujuan : Untuk dana pembangunan program desa atau kelurahan siaga
aktif
Pelaksanaan : Pemegang program
Sasaran : Seluruh warga Desa Domas
Metode : Melalui musyawarah saat pertemuan forum masyarakat desa
dengan membahas nominal yang disetujui semua warga serta
menunjuk penganggung jawab yang mengelola dan
mengumpulkan dana tersebut.
Tempat : Desa Domas
Waktu : Tentatif
Kriteria keberhasilan : Dana berhasil dikumpulkan setiap bulan dari masing-masing KK
sesuai dengan nominal yang telah disepakati.
Contoh :
- Warga : Rp. 5000,- /KK/bln
- Staf Desa : Kepala desa Rp. 10.000,-/bln
Sekertaris desa Rp. 5000,-/bln
997 KK desa domas + Staf Desa
997 KK + Rp. 15000,- = Rp. 4.985000,- + Rp. 15.000,-
Jumlah = Rp. 5.000.000,-

- Untuk biaya pengembangan UKBM


- Untuk pemberian PMT Gizi Buruk
- Upaya Kesehatan lainnya

35
 Pemahaman Terhadap Masyarakat Mengenai Pentingnya Program-Program Desa
Siaga
Tujuan : Meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai pentingnya
desa siaga dan program-program yang terdapat di dalamnya.
Pelaksana : Kader Desa.
Sasaran : Seluruh warga Desa Domas.
Metode : Melakukan penyuluhan mengenai pentingnya desa siaga, serta
program-program yang terdapat di dalamnya dan manfaat yang
dapat diperoleh desa dan masyarakat apabila memiliki desa siaga.
Penyuluhan dilakukan oleh kader pada saat kegiatan yang
melibatkan warga, seperti FMD dan pertemuan warga yang
diadakan secara rutin (arisan, pengajian, dll).
Tempat : Desa Domas.
Waktu : Tentatif.
Kriteria Keberhasilan : Pemahaman masyarakat terhadap desa siaga meningkat serta
dapat berperan aktif dalam kegiatan desa siaga.
 Mengadakan Tabulin Untuk Ibu Hamil
Tujuan : Sebagai upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan
membantu masyarakat yang terkendala biaya untuk persalinan.
Pelaksana : Pemegang program.
Sasaran : Seluruh ibu hamil.
Metode : Melalui musyawarah saat FMD dengan mengedukasi ibu hamil
mengenai manfaat tabulin yaitu menurunkan angka kematian ibu
dan bayi, meningkatkan derajat kesehatan terutama pada ibu
hamil, serta memotivasi ibu hamil agar menyisihkan sebagian
uangnya di tabungan sebagai persiapan persalinan yang disimpan
oleh kader/bidan desa. Besar simpanan/nominal tergantung dari
perkiraan biaya persalinan normal atau sesuai dengan
kesepakatan.
Tempat : Desa Domas.
Waktu : Tentatif.

36
Kriteria Keberhasilan : Tabulin bisa dipakai sebagai penunjang biaya pasca persalinan. 
 Mengadakan Kegiatan Donor Darah Untuk Ibu Hamil
Tujuan : Menjamin ketersediaan darah untuk ibu hamil yang dikelola
masyarakat dengan membentuk Pokja Donor Darah.
Pelaksana : Pemegang program.
Sasaran : Seluruh ibu hamil dan keluarganya.
Metode : Melalui musyawarah saat FMD dengan mengedukasi kader untuk
menyampaikan informasi kepada keluarga ibu hamil agar
berpartisipasi menjadi calon pendonor, sebagai upaya pencegahan
apabila terjadi komplikasi pada ibu hamil. Untuk mengatasi
permasalahan tersebut, maka dilakukan pengecekan golongan
darah di Puskesmas Pontang terhadap ibu hamil dan keluarganya
yang bersedia menjadi calon pendonor yang terbukti mempunyai
golongan darah yang sama dan aman dari HIV/AIDS serta
hepatitis.
Tempat : Desa Domas.
Waktu : Tentatif
Kriteria Keberhasilan : Ibu hamil dan keluarga yang menjadi calon pendonor mengetahui
golongan darah serta calon pendonor terbukti mempunyai
golongan darah yang sama dan aman dari HIV/AIDS serta
hepatitis sehingga ibu hamil bisa mendapatkan donor darah ketika
terjadi komplikasi.
 Membuat Susunan Kepengurusan Resmi dan Tetap Desa Siaga
Tujuan : Terpenuhinya kebutuhan Sumber Daya Manusia dalam
kepengurusan Desa Siaga Domas untuk kelancaran program-
program desa siaga.
Pelaksana : Pemegang program dan Kepala Desa.
Sasaran : Bidan desa dan warga Desa Domas.
Metode : Menyusun rencana pertemuan untuk berdiskusi dengan Kepala

37
Desa, bidan desa, dan warga Desa Domas untuk dilakukan
pemilihan terhadap beberapa warga yang dirasa mampu untuk
menjadi pengurus resmi dan tetap desa siaga.
Tempat : Desa Domas.
Waktu : Tentatif.
Kriteria Keberhasilan : Terbentuknya susunan kepengurusan resmi dan tetap desa siaga.
 Membuat Jadwal MMK Rutin
Tujuan : Merutinkan pertemuan MMK.
Pelaksana : Pemegang program dan kader desa siaga.
Sasaran : Seluruh kader desa siaga.
Metode : Musyawarah dalam menetapkan waktu pelaksanaan dan target
capaian yang akan dibahas pada setiap pertemuan.
Tempat : Forum MMK.
Waktu : Tentatif.
Kriteria Keberhasilan : Terlaksananya MMK yang rutin setiap bulan dengan anggota
yang lengkap.
 Pembinaan Untuk Melakukan Manajemen Sampah Rumah Tangga
Tujuan : Meningkatkan target PHBS dan menjadi sumber dana program
desa siaga.
Pelaksana : Pemegang program.
Sasaran : Seluruh warga.
Metode : Melalui musyawarah saat FMD dengan mengedukasi warga
agar dapat membedakan sampah organik dan anorganik,
menentukan iuran yang disepakati bersama untuk pengadaan
pelatihan kerajinan tangan, dan menentukan tempat pengumpulan
sampah anorganik sebelum di daur ulang. Sedangkan sampah
organic, segera di kirim ke tempat pembuangan umum
menggunakan perahu sampah swadaya masyarakat.
Tempat : Desa Domas.
Waktu : Tentatif
Kriteria Keberhasilan : Sampah rumah tangga tidak dibuang sembarangan dan ke sungai

38
serta mendapat tambahan dana untuk program desa siaga.

Contoh perhitungani iuran untuk kegiatan manajemen sampah rumah tangga :


- Warga : Rp. 3000,- /KK/bln
997 KK desa domas
997 KK x Rp. 3000,-/KK/bln
Jumlah = Rp. 2.991.000,-
- Contoh kegunaan iuran kegiatan manajemen sampah rumah tangga:
 Rp. 600.000,- diaolasikan untuk membayar pelatih yang ahli dalam bidang
kerajinan tangan dalam 2x pertemuan.
 Rp. 100.000,- dialokasikan untuk dana konsumsi dalam 2x pertemuan.
 Rp. 150.000,- dialokasikan untuk membeli peralatan yang dibutuhkan selama masa
pelatihan.
 Dana sisa dimasukkan ke dalam kas desa siaga.

39
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
1. Program desa siaga di Desa Domas wilayah kerja Puskesmas Pontang pada tahun
2017 masih pada tingkat purnama.
2. Hambatan dan permasalahan pelaksanaan desa siaga di Desa Domas berupa:
kurangnya dana untuk desa siaga, kurangnya pemahaman dan peran aktif masyarakat
mengenai desa siaga, pertemuan MMK desa siaga Domas hanya setiap tiga bulan
sekali, kurangnya gaya hidup PHBS pada masyarakat Desa Domas, anggota
kepengurusan desa siaga yang berganti-ganti, belum adanya tabulin untuk ibu hamil,
serta beum adanya kegiatan donor darah untuk ibu hamil.
3. Usulan yang bisa dilakukan antara lain: penggalangan dana masyarakat, penyuluhan
terhadap masyarakat mengenai pentingnya dan manfaat desa siaga, mengadakan
tabulin untuk ibu hamil, mengadakan kegiatan donor darah untuk ibu hamil,
membuat susunan kepengurusan desa siaga, membuat jadwal MMK rutin, serta
melakukan pembinaan pasa warga untuk melakukan manajemen sampah rumah
tangga.
6.2 Saran
1. Diharapkan kepada semua pihak dalam hal ini pihak puskesmas, kader desa siaga,
dan pemegang kebijakan untuk dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan
dalam program desa siaga secara sinergis, bertahap dan memiliki target pencapaian.
2. Diharapkan kepada para kader desa siaga dan pengurus desa agar dapat melakukan
sosialisasi kepada warga Desa Domas mengenai pentingnya dan manfaat dari desa
siaga, sehingga peran aktif masyarakat dapat meningkat dalam pelaksanaan program-
program desa siaga. Serta dapat melakukan kaderisasi terhadap tokoh pemuda
setempat sebagai generasi penerus yang akan datang.
3. Diharapkan diadakannya pembukuan, proses dokumentasi dari setiap program desa
siaga yang sudah terlaksana sehingga dapat digunakan sebagai laporan secara
vertikal dan juga transparansi kepada masyarakat.

40
DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2007). Visi dan Arah Pembangunan Jangka
Panjang Tahun 2005-2025. Jakarta: Kantor Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional.
Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit. (2016). Rencana Aksi Kegiatan
BTKLPP Kelas I Manado Tahun 2015-2019. Manado: Balai Teknik Kesehatan
Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BKTLPP).
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2010). Pedoman Desa Siaga Aktif. Bandung: Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
Kementerian Kesehatan RI. (2011). Pedoman Penyusunan Profil Promosi Kesehatan. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2013). Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Puskesmas.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2015). Data Dasar Puskesmas. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Rencana Aksi Kegiatan (RAK) Tahun 2020-2024. Jakarta:
Biro Perencanaan Dan Anggaran Kementerian Kesehatan RI.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Peraturan Menteri Kesehatan RI. (2014). Pusat Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.
Sulistyorini. (2010). Posyandu dan Desa Siaga. Jogjakarta: Nuha Medika.
Syafrudin & Hamidah. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.

iii

Anda mungkin juga menyukai