Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Desa Siaga ” tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan
makalah berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
Penulis...................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORITIS........................................................................................................................4
2.1 DEFINISI..............................................................................................................................4
2.2 KONSEP DESA SIAGA.....................................................................................................4
A. Tujuan dibentuknya Desa Siaga................................................................................4
B. Tujuan khusus...............................................................................................................4
C. Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga...........................................................4
D. Indikator Keberhasilan Pengembangan Desa Siaga............................................5
2.3 PERAN JAJARAN KESEHATAN dan PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT....6
A. Peran Jajaran Kesehatan 1. Peran Puskesmas.........................................................6
C. Peran Kader............................................................................................................................9
D. Fungsi Kader..................................................................................................................9
2.4 SISTEM DESA SIAGA.......................................................................................................9
A. TAHAPAN DESA SIAGA..............................................................................................9
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KEBERHASILAN TAHAP DESA SIAGA................10
C. PENDEKATAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA.................................................14
2.5 DASAR HUKUM KEBIJAKAN DESA SIAGA..............................................................16
A. LANDASAN HUKUM DESA SIAGA..........................................................................16
B. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1529/MENKES/SK/X/2010......................................................................................................18
C. DESA SIAGA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
PENGAMBANGAN DESA SIAGA.........................................................................................18
2.6 PROGRAM DESA SIAGA...............................................................................................20
A. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga..............................................................20
B. Kegiatan Program Desa Siaga Aktif.......................................................................20
ii
2.7 KEGIATAN DESA SIAGA...............................................................................................21
a. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga..............................................................21
b. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga.......................................................................21
c. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain.............................................................21
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga.....................................................................22
BAB III................................................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti
yangada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya
tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan
kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik.
Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia
(lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat
rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain
sebagainya.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti yang
ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut
bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan
manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan
masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti
pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.
2
1.3 Tujuan
Untuk mengetahui definisi Desa Siaga
Untuk mengetahui Konsep Desa Siaga
Untuk mengetahui Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan
Terkait
Untuk mengetahui bagaimana Sistem Desa Siaga
Untuk mengetahui Dasar Hukum Kebijakan yang mengatur Desa Siaga
Untuk mengetahui Program Desa Siaga
Untuk mengetahui Kegiatan Desa Siaga
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang
dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Kesatuan Republik
Indonesia.
Tujuan umum. Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan
tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan) di desanya.
B. Tujuan khusus
Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan
Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah
penyakit, dan lainnya).
Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.
4
Pihak-pihak yang dapat member dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia
usaha.
Semua individu dan keluarga di desa.
Semua sasaran di atas diharapkan dapat lebih mandiri dlaam mengatasi masalah-
masalah kesehatan. Untuk menuju Desa Siaga, ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi, yaitu desa tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa (poskesdes).
Poskesdes di sini merupakan suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
minimal melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti berikut.
5
Poskesdes, UKBM yang ada, sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan bencana, dan sistem surveylans (pengamatan dan pelaporan).
Indikator pengeluaran (output), seperti cakupan pelayanan kesehatan Poskesdes,
pelayanan UKBM yang ada, rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk
kadarzi dan PHBS, serta jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
atau diatasi.
Indikator dampak (outcome), seperti jumlah jiwa yang menderita sakit (angka
kesakitan kasar) dan gangguan jiwa, jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia,
juga jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia serta menderita gizi buruk.
6
3. Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota meliputi:
a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat Kabupaten / Kota dalam
rangka pengembangan Desa Siaga
b. Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk PONED, dan pemberdayaan
masyarakat.
c. Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan
rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah Sakit.
d. Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi Fasilitator
Pengembangan Desa Siaga
e. Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
f. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
g. Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis
terhadap Desa Siaga.
h. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga
4. Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:
a. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
b. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan
melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.
c. Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan
Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan rumah, dan
pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
d. Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga dengan
metode kalakarya (interrupted training).
e. Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat provinsi
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
f. Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan, evaluasi
dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
g. Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.
7
5. Peran Departemaen Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam:
a. Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta
mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.
b. Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, serta
Posyandu dan UKBM-UKBM lain.
c. Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga.
d. Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi / pelaporan,
serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana berbasis
masyarakat.
e. Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.
f. Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
g. Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.
h. Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.
8
dan PHBS.
3. Tokoh Masyarakat
a. Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa Siaga.
b. Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.
c. Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Desa Siaga.
4. Organisasi Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swasta
a. Beperan aktif dalam penyelenggaraan Desa Siaga.
b. Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan
penyelenggaraan Desa Siaga.
C. Peran Kader
Pelaku penggerakan masyarakat dalam
o Pendataan PHBS, kadarzi dan kondisi rumah.
o Pengamatan sederhana berbasis masyarakat
o Peningkatan PHBS, Kadarzi dan kesehatan lingkungan
o Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
Peran tambahan, membantu dalam :
o Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari
o Penyiapan untuk menghadapi bencana
o Pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya
D. Fungsi Kader
Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama
Bidan
Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita, Kadarzi,
Dana Sehat, TOGA, dll)
Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak
terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat).
Pemecahan masalah bersama masyarakat
9
desa, kelompok yasinan, dsb. Demikian juga Posyandu dan Polindesnya mungkin
masih pada tahap pratama. Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan
petugas sektor lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam bentuk pendampingan
saat ada pertemuan forum desa untuk meningkatkan kinerja forum
2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif dari anggota forum sesuai
kebutuhan masyarakat selain posyandu. Demikian juga Polindes dan Posyandu
sedikitnya sudah pada tahap madya.Pendampingan dari tim Kecamatan atau
petugas dari sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas
Posyandu atau pengembanganlainnya. Disamping itu sistem surveilans berbasis
masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan, artinya masyarakat mampu
mengamati penyakit ( menular dan tidak menular ) serta faktor risiko di
lingkungannya secara terus menerus dan melaporkan serta memberikan informasi
pada petugas kesehatan / yang terkait.
3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan
mampu mengembangkan kegiatansesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya
berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi
bencana dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga
dengan sistem pembiyaan kesehatan berbasis masyarakat.
4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan
sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah
kesehatan yang mengancam , namun juga terhadap kemungkinan musibah /
bencana non kesehatan. . Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak
diperlukan lagi.
10
dapat memulai dari forum/lembaga yang sudah ada dan berfungsi di masyarakat
misalnya : rembug desa, kelompok yasinan/majelis taklim, persekutuan doa,
kelompok karang taruna, kelompok peduli dan sejenisnya.
3. UKBM
Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang berkembang
sesuai kebutuhan setempat, misal Posyandu, Poskesja, ,TOGA, KPKIA,dsb.
11
5. Surveilans Berbasis Masyarakat
Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat
terhadap Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak menular
termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.Kejadian lain di masyarakat, dan segera
melaporkan kepada petugas kesehatan setempat untuk ditindaklanjuti.Contoh
penyakit menular TBC, HIV/AIDS, kusta. PenyakitMenularPotensial KLB antara lain
diare, difteri, polio, campak, flu burung, typhus, hepatitis, malaria, DBD, dll
Kondisi lain :
- Faktor risiko tinggi ibu hamil,bersalin , menyusui dan bayi baru lahir
- Keracunan makanan
- Bencana
- Kerusuhan
12
Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat komunikasi yang ada di
desa ( telepon, telepon seluler ataupun Handy Talkie ) dan segera disampaikan
kepada petugas kesehatan setempatatau Petugas Pembina Desa
Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari sumber yang bisa
dipercaya, misalnya dari perangkat desa ( yang memperolehnya dari kecamatan ),
berita resmi di TV atau telepon dari Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.
13
Yang dimaksud mencegah : adalah mengupayakan agar yang sehat tetap sehat
dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat
termasuk pola makan dengan gizi seimbang , menjaga kebersihan pribadi , berolah
raga, menghindari kebiasaan yang buruk, serta berperan aktif dalam pembangunan
kesehatan masyarakat. (promotif – preventif)
Yang dimaksud menanggulangi : adalah mengupayakan agar yang terlanjur
sakit atau mengalami gangguan gizi tidak menjadi semakin parah, tidak menulari
orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, serta dipulihkan kesehatannya dengan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada (kuratif – rehabilitatif). Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat ini terdiri dari ratusan praktik kehidupan sehari hari, tidak hanya
terbatas pada indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja program
kesehatan.
9. Lingkungan Sehat
Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai,
perumahan pemukiman sehat, yaitu :
14
- Memantau, mengevaluasi, dan membina kelesatarian upaya yang telah dilakukan.
Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah kesehatan dan
daftar potensi di desa yang dapat di daya gunakan dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan tersebut,termasuk dalam rangka membangun poskedes.
Bentuk :
- Curah Pendapat
- Pengisisan Kartu MawasDiri
- Observasi lapangan dll
- Penyajian Data berupa : - Data masalah
15
- Data potensi
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakatdesa (MMD) ini adalah
mencari alternative penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya membangun
poskesdes di kaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Disamping itu,untuk
menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa siaga.
Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan, biasanya
adalah daftar masalah kesehatan, data potensi serta harapan masyarakat. Hasil
pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk menentukan prioritas, serta langkah-
langkah solusi untuk pengembangan poskesdes dan pengembangan desa siaga.
16
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4588);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4737);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/ Kota kepada Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelimpahan
Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota kepada Lurah;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1529 tahun 2010
15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Selaku Wakil
Pemerintaha di Daerah.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 Tahun 2006 tentang Pengembangan
Desa Siaga
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 317 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang
kesehatan di Kabupaten/ Kota
17
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal.
Menetapkan :
Kriteria: Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)
18
Target: Pada akhir tahun 2008, seluruh Desa telah menjadi Desa Siaga. Indikator
keberhasilan: Dilihat dari 4 kelompok indikator yaitu: Indikator masukan Indikator
masukan adalah indicator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan
dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal
berikut:
1. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa
2. Ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bengunan serta pelengkapan/peralatannya
3. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
4. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan) Indikator proses Indikator proses
adalah indicator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu
Desa dalam rangka pengambangan Desa Siaga.
19
2.6 PROGRAM DESA SIAGA
A. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
Dilaksanakan melalui pendekatan edukatif yaitu dengan memfasilitasi masyarakat
(individu, keluarga, kelompok masyarakat) untuk menjalani proses pembelajaran
pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya secara terorganisasi
(pengorganisasian masyarakat), dengan tahapan :
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang terpilih dan layak, merencanakan
dan melaksanakannya.
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya yang telah dilakukan.
20
e. UKBM misalnya pelaksanaan Posyandu, Posbindu, Warung Obat, Upaya
Kesehatan Kerja, UKBM Maternal (tabulin, calon donor darah, dsb.), dana sehat
serta UKBM lain sesuai kebutuhan dan kesepakatan.
f. Gerakan masyarakat dalam kesigaan bencana dan kegawatdaruratan,
Kesehatan Lingkungan, PHBS dan Keluarga Sadar Gizi.
3. Pemantauan dan Evaluasi
Keberhasilan pengembangan Desa siaga dapat dilihat dari empat (4)
indikatornya yaitu masukan, proses, keluaran dan dampak.
21
diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan – membangun baru dengan
fasilitasi dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donatur,
membangun baru dengan swadaya masyarakat atau memodifikasi bangunan lain
yang ada.
Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan
dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa yang
bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak aktif
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat
ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan
dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem
surveilans berbaris masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat
menuju kadarzi dan PHBS, penyehatn lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar
(bila diperlukan). Selain itu, diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain
seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.
Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas,
yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangn Desa
Siaga selanjutnya secara lintas sektoral
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi
setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan
langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi)
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu kami mengaharap kritik dan saran yang membangun sehingga
penyusunan makalah berikutnya lebih sempurna.
23
DAFTAR PUSTAKA
- Mahfudli, EF. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
- Kebidanan komunitas / penulis, Syarifudin, Hamidah ; editor, Monica Ester, Esty
Wahyuningsih. – Jakarta : EGC, 2009.
- Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006
tentang pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga
- Buku Pedoman Desa Siaga Provinsi Jawa Timur, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi
JATIM,
- Buku Pedoman Desa Siaga Aktif Provinsi Jawa Barat, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi
JABAR
24