Anda di halaman 1dari 27

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka kami
dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul “ Desa Siaga ” tepat pada waktunya.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, oleh karena itu kritik dan saran dari
semua pihak yang bersifat membangun penulis harapkan demi mencapai kesempurnaan
makalah berikutnya.

Sekian penulis sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah


membantu.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.

Cianjur, November 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................i
Penulis...................................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................ii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.3 Tujuan..................................................................................................................................3
BAB II...................................................................................................................................................4
TINJAUAN TEORITIS........................................................................................................................4
2.1 DEFINISI..............................................................................................................................4
2.2 KONSEP DESA SIAGA.....................................................................................................4
A. Tujuan dibentuknya Desa Siaga................................................................................4
B. Tujuan khusus...............................................................................................................4
C. Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga...........................................................4
D. Indikator Keberhasilan Pengembangan Desa Siaga............................................5
2.3 PERAN JAJARAN KESEHATAN dan PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT....6
A. Peran Jajaran Kesehatan 1. Peran Puskesmas.........................................................6
C. Peran Kader............................................................................................................................9
D. Fungsi Kader..................................................................................................................9
2.4 SISTEM DESA SIAGA.......................................................................................................9
A. TAHAPAN DESA SIAGA..............................................................................................9
B. INDIKATOR PENCAPAIAN KEBERHASILAN TAHAP DESA SIAGA................10
C. PENDEKATAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA.................................................14
2.5 DASAR HUKUM KEBIJAKAN DESA SIAGA..............................................................16
A. LANDASAN HUKUM DESA SIAGA..........................................................................16
B. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
1529/MENKES/SK/X/2010......................................................................................................18
C. DESA SIAGA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
PENGAMBANGAN DESA SIAGA.........................................................................................18
2.6 PROGRAM DESA SIAGA...............................................................................................20
A. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga..............................................................20
B. Kegiatan Program Desa Siaga Aktif.......................................................................20

ii
2.7 KEGIATAN DESA SIAGA...............................................................................................21
a. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga..............................................................21
b. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga.......................................................................21
c. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain.............................................................21
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga.....................................................................22
BAB III................................................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................23
3.2 Saran........................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Permasalahan kesehatan yang dihadapi sampai saat ini cukup kompleks,
karena upaya kesehatan belum dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 diketahui
penyebab kematian di Indonesia untuk semua umur, telah terjadi pergeseran dari
penyakit menular ke penyakit tidak menular, yaitu penyebab kematian pada untuk
usia > 5 tahun, penyebab kematian yang terbanyak adalah stroke, baik di perkotaan
maupun di pedesaan. Hasil Riskesdas 2007 juga menggambarkan hubungan
penyakit degeneratif seperti sindroma metabolik, stroke, hipertensi, obesitas dan
penyakit jantung dengan status sosial ekonomi masyarakat (pendidikan, kemiskinan,
dan lain-lain).
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan oleh pemerintah, tanpa
kesadaran individu dan masyarakat untuk secara mandiri menjaga kesehatan
mereka, hanya sedikit yang akan dapat dicapai. Perilaku yang sehat dan
kemampuan masyarakat untuk memilih dan mendapatkan pelayanan kesehatan
yang bermutu sangat menentukan keberhasilan pembangunan kesehatan. Oleh
karena itu, salah satu upaya kesehatan pokok atau misi sektor kesehatan adalah
mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat.
Untuk mencapai upaya tersebut Departemen Kesehatan RI menetapkan visi
pembangunan kesehatan yaitu “Masyarakat yang mandiri untuk hidup sehat”.
Strategi yang dikembangkan adalah menggerakkan dan memberdayakan
masyarakat untuk hidup sehat, berupa memfasilitasi percepatan dan pencapaian
derajat kesehatan setinggi-tingginya bagi seluruh penduduk dengan
mengembangkan kesiap-siagaan di tingkat desa yang disebu tdengan Desa Siaga.
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah-masalah
kesehatan, bencana dan kegawatdaruratan secara mandiri. Pada intinya, desa siaga
adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Untuk
dapat danmampu hidup sehat, masyarakat perlu mengetahui masalah-masalah dan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatannya, bak sebagai individu,
keluarga, ataupun sebagai bagian dari anggota masyarakat.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar

1
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti
yangada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan
untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya
tersebut bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan
kesehatan dan manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik.
Masalah kesehatan masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan
lingkungan, kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia
(lansia),maupun pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat
rendah seperti pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain
sebagainya.
Seiring dengan program Desa Siaga yang dicanangkan oleh Departemen
Kesehatan RI, pendidikan dan profesi keperawatan telah menerapkan standar
perawatan komunitas yang mencakup berbagai unsur dan komponen seperti yang
ada pada konsep Desa Siaga. Perawatan kesehatan masyarakat diterapkan untuk
meningkatkan dan memelihara kesehatan populasi dimana prakteknya tersebut
bersifat umum dan komprehensif yang ditujukan pada individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat yang memiliki kontribusi bagi kesehatan, pendidikan kesehatan dan
manajemen serta koordinasi dan kontinuitas pelayanan holistik. Masalah kesehatan
masyarakat dapat bermula dari perilaku individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat diantaranya berkaitan dengan masalah kesehatan lingkungan,
kesehatan ibu anak, kesehatan remaja serta kesehatan lanjut usia (lansia),maupun
pemanfaatan fasilitas pelayanan kesehatan yang masih sangat rendah seperti
pemeriksaan kesehatan, kehamilan, imunisasi, posyandu dan lain sebagainya.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa definisi Desa Siaga?
 Bagaimana Konsep Desa Siaga?
 Apa saja Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan Terkait?
 Bagaimana Sistem Desa Siaga?
 Dasar Hukum Kebijakan apa yang mengatur tentang Desa Siaga?
 Apa saja Program Desa Siaga?
 Apa saja Kegiatan Desa Siaga?

2
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui definisi Desa Siaga
 Untuk mengetahui Konsep Desa Siaga
 Untuk mengetahui Peran Jajaran Kesehatan dan Pemangku Kepentingan
Terkait
 Untuk mengetahui bagaimana Sistem Desa Siaga
 Untuk mengetahui Dasar Hukum Kebijakan yang mengatur Desa Siaga
 Untuk mengetahui Program Desa Siaga
 Untuk mengetahui Kegiatan Desa Siaga

3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 DEFINISI
Desa siaga adalah desa yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya
dan kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah
kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Desa yang
dimaksud di sini adalah kelurahan atau istilah lain bagi kesatuan masyarakat hukum
yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus
kepentingan yang diakui dan dihormati dalam Pemerintah Kesatuan Republik
Indonesia.

2.2 KONSEP DESA SIAGA


Desa Siaga adalah desa yang memiliki kesiapan sumber daya dan kemampuan
untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan (bencana dan
kegawatdaruratan kesehatan) secara mandiri (Depkes RI,2006). Konsep desa disini
serupa dengan desa, kelurahan, nagari, dan lain-lain yang sepadan.

A. Tujuan dibentuknya Desa Siaga

Tujuan umum. Terwujudnya desa dengan masyarakat yang sehat, peduli dan
tanggap terhadap masalah-masalah kesehatan (bencana dan kegawatdaruratan
kesehatan) di desanya.

B. Tujuan khusus
 Meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat desa tentang pentingnya
kesehatan dan menerapkan perilaku hidup sehat.
 Meningkatnya kemampuan dan kemauan masyarakat desa untuk menolong dirinya
sendiri di bidang kesehatan
 Meningkatnya kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat desa terhadap risiko
dan bahaya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (bencana, wabah
penyakit, dan lainnya).
 Meningkatnya kesehatan lingkungan di desa.

C. Sasaran dalam Pengembangan Desa Siaga


 Pihak-pihak yang dapat memengaruhi individu dan keluarga, yaitu tokoh masyarakat,
lembaga swadaya masyarakat (LSM), kader, dan media massa.

4
 Pihak-pihak yang dapat member dukungan atau bantuan, yaitu pejabat atau dunia
usaha.
 Semua individu dan keluarga di desa.

Semua sasaran di atas diharapkan dapat lebih mandiri dlaam mengatasi masalah-
masalah kesehatan. Untuk menuju Desa Siaga, ada beberapa kriteria yang harus
dipenuhi, yaitu desa tersebut minimal mempunyai pos kesehatan desa (poskesdes).
Poskesdes di sini merupakan suatu upaya bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
minimal melaksanakan kegiatan-kegiatan seperti berikut.

 Pengamatan epidemiologis penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian


luar biasa (KLB) serta faktor-faktor risikonya.
 Penanggulangan penyakit menular dan yang berpotensi menjadi kejadian luar biasa
serta kekurangan gizi.
 Kesiapsiagaan dalam penanggulangan bencana dan kegatdaruratan kesehatan.
 Pelayanan kesehatan dasar, sesuai dengan kompetensinya (jika dekat dengan
puskesmas atau pustu maka bisa diambil alih oleh salah satunya).
 Kegiatan lain-lain misalnya promosi untuk sadar gizi, perilaku hidup bersih dan sehat,
penyehatan lingkungan, dan kegiatan pengembangan.

Poskesdes di masyarakat juga berfungsi sebagai coordinator dari UKBM lainnya


seperti posyandu, warung obat desa, dan lainnya. Oleh karena itu, poskesdes perlu
didukung sumber daya tenaga (minima; satu orang perawat maternitas atau bidan dan
dua orang kader) serta sarana (fisik bangunan, peralatan dan perlengkapan, serta alat
komunikasi ke masyarakat dan puskesmas). Untuk membentuk poskesdes tidak harus
memulai dari awal, tetapi bisa dengan menggunakan sumber daya kesehatan yang
sudah ada seperti berikut.

 Polindes yang sudah ada dikembangkan menjadi poskesdes.


 Memanfaatkan bangunan lain yang sudah ada misalnya balai desa.
 Dibangun baru dengan alternative (bantuan pemda atau pempus, donator, dunia
usaha, dan swadaya masyarakat).

D. Indikator Keberhasilan Pengembangan Desa Siaga


 Indikator masukan (input), seperti ada/tidaknya forum masyarakat desa,
poskesdes atau sarananya, tenaga kesehatan, dan UKBM lain.
 Indikator proses (process), seperti frekuensi pertemuan masyarakat desa, ada
atau tidaknya kunjungan rumah kadarzi dan PHBS, serta berfungsi atau tidaknya

5
Poskesdes, UKBM yang ada, sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan bencana, dan sistem surveylans (pengamatan dan pelaporan).
 Indikator pengeluaran (output), seperti cakupan pelayanan kesehatan Poskesdes,
pelayanan UKBM yang ada, rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk
kadarzi dan PHBS, serta jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
atau diatasi.
 Indikator dampak (outcome), seperti jumlah jiwa yang menderita sakit (angka
kesakitan kasar) dan gangguan jiwa, jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia,
juga jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia serta menderita gizi buruk.

2.3 PERAN JAJARAN KESEHATAN dan PEMANGKU KEPENTINGAN TERKAIT


A. Peran Jajaran Kesehatan
1. Peran Puskesmas
Dalam rangka pengembangan Desa Siaga, Puskesmas merupakan ujung
tombak dan bertugas ganda yaitu sebagai penyelenggara PONED dan penggerak
masyarakat desa. Namun demikian, dalam menggerakkan masyarakat desa,
Puskesmas akan dibantu oleh Tenaga Fasilitator dari Dinas Kesehatan Kabupaten
/ Kota yang telah dilatih Provinsi. Adapun peran Puskesmas adalah sebagai
berikut:
a. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar, termasuk Pelayanan Obstetrik
dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED).
b. Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim tingkat kecamatan dan desa
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
c. Memfasilitasi pengembangan Desa Siaga dan Poskesdes.
Melakukan monitoring Evaluasi dan pembinaan Desa Siaga.

2. Peran Rumah Sakit


Rumah Sakit memegang peranan penting sebagai sarana rujukan dan pembina
teknis pelayanan medik. Oleh karena itu, dalam hal ini peran Rumah Sakit adalah:
a.  Menyelenggarakan pelayanan rujukan, termasuk Pelayanan Obstetrik dan
Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK).
b.  Melaksanakan bimbingan teknis medis , khususnya dalam rangka pengembangan
kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana di Desa Siaga.
c.  Menyelenggarakan promosi kesehatan di Rumah Sakit dalam rangka
pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana.
 

6
3.      Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
Sebagai penyelia dan pembina Puskesmas dan Rumah Sakit, peran Dinas
Kesehatan Kabupaten / Kota meliputi:
a.  Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat  Kabupaten / Kota dalam
rangka pengembangan Desa Siaga
b.  Merevitalisasi Puskesmas dan jaringannya sehingga mampu menyelenggarakan
pelayanan kesehatan dasar dengan baik, termasuk PONED, dan pemberdayaan
masyarakat.
c.  Merevitalisasi Rumah Sakit sehingga mampu menyelenggarakan pelayanan
rujukan dengan baik, termasuk PONEK, dan promosi kesehatan di Rumah Sakit.
d.  Merekrut / menyediakan calon-calaon fasilitator untuk dilatih menjadi Fasilitator
Pengembangan Desa Siaga
e.  Menyelenggarakan pelatihan bagi petugas kesehatan dan kader.
f.   Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat
Kabupaten / Kota dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
g.  Bersama Puskesmas melakukan pemantauan, evaluasi dan bimbingan teknis
terhadap Desa Siaga.
h.  Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga
 
4.      Peran Dinas Kesehatan Provinsi
Sebagai penyelia dan pembina Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan Kabupaten /
Kota, Dinas Kesehatan Provinsi berperan:
a.  Mengembangkan komitmen dan kerjasama tim di tingkat provinsi dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
b.  Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan
melalui pelatihan-pelatihan teknis, dan cara-cara lain.
c.  Membantu Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota mengembangkan kemampuan
Puskesmas dan Rumah Sakit di bidang konseling, kunjungan rumah, dan
pengorganisasian masyarakat serta promosi kesehatan, dalam rangka
pengembangan Desa Siaga.
d.  Menyelenggarakan pelatihan Fasilitator Pengembangan Desa Siaga dengan
metode kalakarya (interrupted training).
e.  Melakukan advokasi ke berbagai pihak (pemangku kepentingan) tingkat provinsi
dalam rangka pengembangan Desa Siaga.
f.   Bersama Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota melakukan pemantauan, evaluasi
dan bimbingan teknis terhadap Desa Siaga.
g.  Menyediakan anggaran dan sumber daya lain bagi kelestarian Desa Siaga.

7
 
5.      Peran Departemaen Kesehatan
Sebagai aparatur tingkat Pusat, Departemaen Kesehatan berperan dalam:
a.  Menyusun konsep dan pedoman pengembangan Desa Siaga, serta
mensosialisasikan dan mengadvokasikannya.
b.  Memfasilitasi revitalisasi Dinas Kesehatan, Puskesmas, Rumah Sakit, serta
Posyandu dan UKBM-UKBM lain.
c.  Memfasilitasi pembangunan Poskesdes dan pengembangan Desa Siaga.
d.  Memfasilitasi pengembangan sistem surveilans, sistem informasi / pelaporan,
serta sistem kesiapsiagaan dan penanggulangan kedaruratan dan bencana berbasis
masyarakat.
e.  Memfasilitasi ketersediaan tenaga kesehatan untuk tingkat desa.
f.   Menyelenggarakan pelatihan bagi pelatih (TOT).
g.  Menyediakan dana dan dukungan sumber daya lain.
h.  Menyelenggarakan pemantauan dan evaluasi.

B. Peran Pemangku Kepentingan Terkait


Pemangku kepentingan lain, yaitu para pejabat Pemerintah Daerah, pejabat lintas
sektor, unsur-sunsur organisasi / ikatan profesi, pemuka masyarakat, tokoh-tokoh
agama, PKK, LSM, dunia usaha, swasta dan lain-lain, diharapkan berperan aktif juga
di semua tingkat administrasi.
 
1.    Pejabat-pejabat Pemerintah Daerah
a.    Memberikan dukungan kebijakan, sarana dan dana untuk penyelenggaraan
Desa Siaga.
b.    Mengkoordinasikan penggerakan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
Poskesdes / Puskesmas / Pustu dan berbagai UBKM yang ada (Posyandu, Polindes,
dan lain-lain).
c.    Melakukan pembinaan untuk terselenggaranya kegiatan Desa Siaga secara
teratur dan lestari.
 
2.    Tim Penggerak PKK
a.    Berperan aktif dalam pengembangan dan penyelenggaraan UBKM di Desa
Siaga (Posyandu dan lain-lain).
b.    Menggerakkan masyarakat untuk mengelola, menyelenggarakan dan
memanfaatkan UBKM yang ada.
c.    Menyelenggarakan penyuluhan kesehatan dalam rangka menciptakan kadar gizi

8
dan PHBS.
3.    Tokoh Masyarakat
a.    Menggali sumber daya untuk kelangsungan penyelenggaraan Desa Siaga.
b.    Menaungi dan membina kegiatan Desa Siaga.
c.    Menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam kegiatan Desa Siaga.
 4.    Organisasi Kemasyarakatan / LSM / Dunia Usaha / Swasta
a.    Beperan aktif dalam penyelenggaraan Desa Siaga.
b.    Memberikan dukungan sarana dan dana untuk pengembangan dan
penyelenggaraan Desa Siaga.
 

C. Peran Kader
 Pelaku penggerakan masyarakat dalam
o Pendataan PHBS, kadarzi dan kondisi rumah.
o Pengamatan sederhana berbasis masyarakat
o Peningkatan PHBS, Kadarzi dan kesehatan lingkungan
o Peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita
 Peran tambahan, membantu dalam :
o Penanggulangan kegawat-daruratan sehari-hari
o Penyiapan untuk menghadapi bencana
o Pengelolaan pos kesehatan desa (poskesdes) atau UKBM lainnya

D. Fungsi Kader
 Melakukan pencatatan, memantau dan evaluasi kegiatan Poskesdes bersama
Bidan
 Mengembangkan dan mengelola UKBM (PHBS, Kesling, KIBB-Balita, Kadarzi,
Dana Sehat, TOGA, dll)
 Mengidentifikasi dan melaporkan kejadian masyarakat yang berdampak
terhadap kesehatan masyarakat (surveilance ber-basis masyarakat).
 Pemecahan masalah bersama masyarakat

2.4 SISTEM DESA SIAGA


A. TAHAPAN DESA SIAGA
1. Tahap Bina
Pada tahap ini forummasyarakat desa mungkin belum aktif, namun telah ada
forum/lembaga masyarakat desa yang sudah berfungsi, misalnya kelompok rembug

9
desa, kelompok yasinan, dsb. Demikian juga Posyandu dan Polindesnya mungkin
masih pada tahap pratama. Pembinaan intensif dari petugas kesehatan dan
petugas sektor lainnya sangat diperlukan, misalnya dalam bentuk pendampingan
saat ada pertemuan forum desa untuk meningkatkan kinerja forum

2. Tahap Tumbuh
Pada tahap ini forum masyarakat desa telah aktif dari anggota forum sesuai
kebutuhan masyarakat selain posyandu. Demikian juga Polindes dan Posyandu
sedikitnya sudah pada tahap madya.Pendampingan dari tim Kecamatan atau
petugas dari sektor/LSM masih sangat diperlukan untuk pengembangan kualitas
Posyandu atau pengembanganlainnya. Disamping itu sistem surveilans berbasis
masyarakat juga sudah sudah dapat berjalan, artinya masyarakat mampu
mengamati penyakit ( menular dan tidak menular ) serta faktor risiko di
lingkungannya secara terus menerus dan melaporkan serta memberikan informasi
pada petugas kesehatan / yang terkait.

3. Tahap Kembang
Pada tahap ini forum kesehatan masyarakat telah berperan secara aktif dan
mampu mengembangkan kegiatansesuai kebutuhan masyarakat dengan biaya
berbasis masyarakat. Sistem Kewaspadaan Dini masyarakat menghadapi
bencana dan kejadian luar biasa telah dilaksanakan dengan baik, demikian juga
dengan sistem pembiyaan kesehatan berbasis masyarakat.

4. Tahap Paripurna
Pada tahap ini semua indikator dalam kriteria Desa Siaga sudah terpenuhi.
Masyarakat sudah hidup dalam lingkungan sehat serta berperilaku hidup bersih dan
sehat. Masyarakatnya sudah mandiri dan siaga tidak hanya terhadap masalah
kesehatan yang mengancam , namun juga terhadap kemungkinan musibah /
bencana non kesehatan. . Pendampingan dari Tim Kecamatan sudah tidak
diperlukan lagi.

B. INDIKATOR PENCAPAIAN KEBERHASILAN TAHAP DESA SIAGA

1. Forum Masyarakat Desa


Adalah sekelompok anggota masyarakat desa/Kelurahan yang sepakat untuk
peduli memecahkan masalah dan mengembangkan program-program pembangunan
antara lain kesehatan , di wilayahnya.Forum ini secara berkala melakukan
pertemuan dan dipimpin oleh seorang ketua dan dibantu oleh sekretaris dan
anggota.Jika di desa/Kelurahan belum ada forum sejenis ini, maka desa/kelurahan

10
dapat memulai dari forum/lembaga yang sudah ada dan berfungsi di masyarakat
misalnya : rembug desa, kelompok yasinan/majelis taklim, persekutuan doa,
kelompok karang taruna, kelompok peduli dan sejenisnya.

2. Pelayanan Kesehatan Dasar


Adalah upaya pelayanan kesehatan dasar yang dilakukan oleh seorang
petugas keperawatan sesuai kompetensinya , dibantu oleh kader yang berasal dari
masyarakat setempat. Pelayanan kesehatan dasar disini berupa upaya promotif ,
preventif dan kuratif yang dilakukan di suatu tempat/ pos yang disediakan oleh
masyarakat melalui pemberdayaan. Fasilitas tersebut bisa merupakan milik
Pemerintah ataupun organisasi swasta ataupun perorangan. Lokasi sarana
pelayanan kesehatan tidak harus di dalam desa ( terutama bagi kelurahan di kota
besar ) , yang penting masyarakat desa tersebut mempunyai akses untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan secara mudah. Jika tidak ada petugas
kesehatan yang bertempat tinggal di desa tersebut , maka tugas pendampingan dan
penghubung dilakukan oleh Petugas Pembina Desa dari Puskesmas yang secara
berkala melakukan tugasnya di desa tersebut.

3. UKBM
Wujud pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan yang berkembang
sesuai kebutuhan setempat, misal Posyandu, Poskesja, ,TOGA, KPKIA,dsb.

4. Dibina oleh Puskesmas PONED


Puskesmas PONED (Pelayanan Obstetrik Neonatal Emergensi Dasar)
adalah puskesmas yang melayani rujukan kegawatdaruratan ibu hamil, ibu
melahirkan dan bayi baru lahir dari desa-desa yang satu wilayah maupun desa yang
merupakan bagian dari jaringanrujukan.

Desa yang mendapat binaan dari Puskesmas PONED utamanya dalam


sistem rujukan kegawatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas , janin dan bayi baru lahir
(kurang dari 1 bulan) Desa tersebut tidak harus dalam satu wilayah administrasi
Puskesmas PONED, namun merupakan bagian dari jaringr ujukan. Bagi suatu
wilayah dimana Puskesmas PONED tidak ada atau jumlahnya sangat terbatas atau
posisi geografisnya jauh dari lokasi desa ,pembinaan Puskesmas PONED bisa
diambil alih oleh RSU utamanya RS PONEK. Yang paling penting adalah setiap
kasus kegawatdaruratan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi baru lahir dapat
dengan mudah mendapat pelayanan yang adekuat.

11
5. Surveilans Berbasis Masyarakat
Adalah pengamatan yang dilakukan secara terus menerus oleh masyarakat
terhadap Gejala atau penyakit menular potensial KLB, penyakit tidak menular
termasuk gizi buruk serta faktor risikonya.Kejadian lain di masyarakat, dan segera
melaporkan kepada petugas kesehatan setempat untuk ditindaklanjuti.Contoh
penyakit menular TBC, HIV/AIDS, kusta. PenyakitMenularPotensial KLB antara lain
diare, difteri, polio, campak, flu burung, typhus, hepatitis, malaria, DBD, dll

Faktor risiko antara lain :

- Adanya penolakan masyarakat terhadap imunisasi

- Adanya Kematian unggas

- Adanya tempat-tempat perindukan nyamuk

- Adanya migrasi penduduk (in / out)

- Perilaku yang tidak sehat.

Kondisi lain :

- Faktor risiko tinggi ibu hamil,bersalin , menyusui dan bayi baru lahir

Kejadian lain di masyarakat :

- Keracunan makanan

- Bencana

- Kerusuhan

Bentuk pengamatan masyarakat (anggota keluarga , tetangga, kader)


disesuaikan dengan tatacara setempat, misalnya pengamatan terhadap tanda
penyakit :

- batuk yang tidak sembuh dalam waktu 2 minggu


- bercak putih di kulit yang mati rasa
- ibu hamil yang mempunyai faktor risiko tinggi ( 4 terlalu, kedaruratan
pada kehamilan sebelumnya,dll )
- bayi baru lahir yang kuning, tidak bisa menetek,dll
- balita yang tidak naik berat badannya

12
Bentuk laporan adalah lisan atau menggunakan alat komunikasi yang ada di
desa ( telepon, telepon seluler ataupun Handy Talkie ) dan segera disampaikan
kepada petugas kesehatan setempatatau Petugas Pembina Desa

6. Sistem Siap Siaga Dan Penanggulanan Bencana Berbasis Masyarakat


Suatu tatanan yang berbentuk kemandirian masyarakat dalam kesiapsiagaan
menghadapai situasi kedaruratan (bencana, situasi khusus, dll).Masyarakat sudah
dipersiapkan apabila terjadi situasi darurat maka mereka tahu harus berbuat apa,
mengetahui tempat untuk mencari maupun memberi informasi kemana.

Masyarakat diharapkan memperhatikan gejala alam pada lingkungan


setempat mampu mengenali tanda akan timbulnya bencana dan selanjutnya
melakukan kegiatan tanggap darurat sebagaimana pernah dilatihkan untuk
menghindari / mengurangi jatuhnya korban.

Informasi mengenai tanda tanda bahaya tersebut berasal dari sumber yang bisa
dipercaya, misalnya dari perangkat desa ( yang memperolehnya dari kecamatan ),
berita resmi di TV atau telepon dari Pemerintah Daerah Kabupaten / Kota.

Penyebaran informasi mengikuti tatacara setempat, misalnya menggunakan titir/


kentongan, pengeras suara dari musholla atau dari mulut ke mulut

7. Sistem Pembiayaan Kesehatan Berbasis Masyarakat


Adalah tatanan yang menghimpun berbagai upaya penggalian, pengalokasian
dan pembelanjaan dana yang bersumber dari masyarakat untuk menjamin
pemeliharaan kesehatan masyarakat.
Bentuk penggalian dana bisa berupa jimpitan , uang sukarela pada saat
pertemuan , arisan , pengajian atau tabungan sosial masyarakat dengan jumlah yang
sudah ditetapkan / disepakati.Pengalokasian dana disesuaikan dengan kebutuhan
setempat , misalnya bantuan bagi warga yang harus dirawat di Rumah Sakit ,
menjalani operasi medis, melahirkan, pemberian makanan tambahan penyuluhan ( di
Posyandu ) atau pemulihan bagi sasaran yang bergizi buruk , dan sebagainya.
Pembelanjaan dana diserahkan besar dan jenisnya sesuai kesepakatan
sedangkan dana dikelola oleh orang yang terpercaya dan dapat mempertanggung
jawabkan semua pembelanjaan kepada masyarakat.
8. Masyarakat ber-PHBS
Adalah masyarakat yang dapat menolong diri sendiri untuk mencegah dan
menanggulagi masalah kesehatan, mengupayakan lingkungan sehat, memanfaatkan
pelayanan kesehatan serta mengembangkan UKBM.

13
Yang dimaksud mencegah : adalah mengupayakan agar yang sehat tetap sehat
dengan mempraktikkan gaya hidup sehat dan perilaku hidup bersih dan sehat
termasuk pola makan dengan gizi seimbang , menjaga kebersihan pribadi , berolah
raga, menghindari kebiasaan yang buruk, serta berperan aktif dalam pembangunan
kesehatan masyarakat. (promotif – preventif)
Yang dimaksud menanggulangi : adalah mengupayakan agar yang terlanjur
sakit atau mengalami gangguan gizi tidak menjadi semakin parah, tidak menulari
orang lain dan bahkan dapat disembuhkan, serta dipulihkan kesehatannya dengan
memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada (kuratif – rehabilitatif). Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat ini terdiri dari ratusan praktik kehidupan sehari hari, tidak hanya
terbatas pada indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja program
kesehatan.
9. Lingkungan Sehat

Lingkungan yang bebas polusi, tersedia air bersih, sanitasi lingkungan memadai,
perumahan pemukiman sehat, yaitu :

- Terpeliharanya kebersihan tempat-tempat umum dan institusi yang ada di desa,


antara lain : pasar, tempat ibadah, perkantoran dan sekolah.
- Terpeliharanya kebersihan lingkungan rumah : lantai rumah bersih, sampah tak
berserakan, saluran pembuangan air limbah terawat baik
- Membuka jendela setiap hari.
- Memilikikecukupanakses air bersih (untukminum, masak, mandi dan cuci) dan
sanitasidasar.
- Mempunyai pola pendekatan pemberdayaan masyarakat untuk pemenuhan sanitasi
dasar (ada jamban, mandi cuci di tempat khusus)

C. PENDEKATAN PENGEMBANGAN DESA SIAGA


Pengembangan desa siaga dilaksanakan dengan membantu, memfasilitasi,
mendampingi masyarakat yang terorganisasi dan dilakukan oleh forum mealui siklus
pemecahan masalah yang terorganisasi dan dilakukan oleh forum masyarakat desa
melalui tahapan sebagai berikut :
- Mengidentifikas imasalah, penyebab masalah, dan sumberdaya, yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
- Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternative pemecahan masalah.
- Menetapkan alternative pemecahan masalah yang layak merencanakan dan
melaksanakannya.

14
- Memantau, mengevaluasi, dan membina kelesatarian upaya yang telah dilakukan.

1. Pengembangan Tim Dalam Petugas


Langkah ini merupakan awal kegiatan, sebelum kegiatan lainnya
dialaksanakan. Tujuan langkah ini adalah persiapan para petugas kesehatan yang
berada di wilayah puskesmas, baik petugas teknis maupun petugas administrasi. 
Persiapan para petugas ini dapat berbentuk  sosialisasi, pertemuan, atau pelatihan
yang bersifat konsolidasi, yang di sesuaikan dengan kondisi setempat. Keluaran
atau out put dari langkah ini adalah para petugas yang memahami tugas dan
fungsinya, serta siap bekerjasama dalam satu untuk melakukan pendekatan
kepada tokoh masyarakat.

2. Pengembangan Tim Dalam Masyarakat


Tujuan langkah ini adalah mempersiapakan para petugas, tokoh masyarakat,
dan masyarakat (forum masyarakat desa) agar mereka mengetahui dan mau
bekerjasama dalam satu untuk mengembangkan desa siaga. Langkah ini, termasuk
kegiatan advokasi kepada para penentu kebijakan, bertujuan agar mereka mau
memberi dukungan, baik berupa kebijakan atau anjuran, persejuan, dana, maupun
sumberdaya lain sehingga pengembangan desa siaga dapat berjalan dengan
lancar. Pendekatan pada tokoh – tokoh masyarakat bertujuan agar mereka
memahami dan mendukung ,khususnya dalam membentuk opini masyarakat guna
menciptakan iklim yang kondusif bagi pengembangan desa siaga.

3. Survei Mawas Diri


Survei  Mawas Diri (SMD) atau telah mawas diri (TMD) atau Comunity Self
Survei (CSS) bertujuan agar tokoh masyarakat mampu melakukan telah mawas diri
untuk desanya. Survei harus dilakukan oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat
dengan bimbingan tenaga kesehatan.

Keluaran atau output dari SMD ini berupa identifikasi masalah kesehatan dan
daftar potensi di desa yang dapat di daya gunakan dalam mengatasi masalah-
masalah kesehatan tersebut,termasuk dalam rangka membangun poskedes.

Bentuk :
- Curah Pendapat
- Pengisisan Kartu MawasDiri
- Observasi  lapangan  dll
- Penyajian Data berupa : - Data masalah

15
                                             - Data potensi
4. Musyawarah Masyarakat Desa
Tujuan penyelenggaraan musyawarah masyarakatdesa (MMD) ini adalah
mencari alternative penyelesaian,masalah kesehatan dan upaya membangun
poskesdes di kaitkan dengan potensi yang dimiliki desa. Disamping itu,untuk
menyusun rencana jangka panjang pengembangan desa siaga.

Data serta temuan lain yang diperoleh pada saat SMD disampaikan, biasanya
adalah daftar masalah kesehatan, data potensi serta harapan masyarakat. Hasil
pendataan tersebut dimusyawarahkan untuk menentukan prioritas, serta langkah-
langkah solusi untuk pengembangan poskesdes dan pengembangan desa siaga.

2.5 DASAR HUKUM KEBIJAKAN DESA SIAGA


A. LANDASAN HUKUM DESA SIAGA

Dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor : 574 / Menkes / SK / IV/ 2000


telah ditetapkan Visi Pembangunan Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010.Visi
tersebut menggambarkan bahwa pada tahun 2010 bangsa Indonesia hidup
dalam lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat serta
mampumenjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata,
sehinggamemiliki derajat kesehatan yang setinggi - tingginya.Beberapa landasan
hukum pelaksanaan desa siaga :
1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421).
2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara
Republik Nomor 4337) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);

16
4. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5063);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4587);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4588);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/ Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor4737);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/ Kota kepada Desa;
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007 tentang Pedoman
Penataan Lembaga Kemasyarakatan;
10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2007 tentang Kader
Pemberdayaan Masyarakat;
11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pelimpahan
Urusan Pemerintahan Kabupaten/ Kota kepada Lurah;
12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741 tahun 2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal (SPM) Bidang Kesehatan di Kabupaten dan Kota;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 tahun 2006 tentang Pedoman
Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga;
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1529 tahun 2010
15. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan
Tugas dan Wewenang Serta Kedudukan Keuangan Gubernur Selaku Wakil
Pemerintaha di Daerah.
16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyerahan Urusan Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Desa
17. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564 Tahun 2006 tentang Pengembangan
Desa Siaga
18. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 317 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Perencanaan Pembiayaan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal Bidang
kesehatan di Kabupaten/ Kota

17
19. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 828 Tahun 2009 tentang Petunjuk Teknis
Standar Pelayanan Minimal.

( PENJELASAN LENGKAP NO 14 dan 17 )

B. KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR


1529/MENKES/SK/X/2010

Menetapkan :

Kesatu: KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN UMUM


PENGEMBANGAN DESA DAN KELURAHAN SIAGA AKTIF

Kedua: Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif


sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kesatu tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.

Ketiga: Pedoman sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua digunakan


sebagai acuan bagi semua pemangku kepentingan dalam rangka pengembangan
Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

Keempat: Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif sebagaimana dimaksud


dalam Diktum Kedua berada di bawah koordinasi Pusat Promosi Kesehatan
Kementerian Kesehatan.

Kelima: Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan pedoman ini


dilaksanakan oleh:

a. Kementerian Kesehatan berkoordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan


sektor terkait lainnya; dan
b. Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota berkoordinasi
dengan Badan/Dinas/Kantor Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa.

Keenam : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

C. DESA SIAGA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


Nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN
PENGAMBANGAN DESA SIAGA

Kriteria: Sebuah desa telah menjadi Desa Siaga apabila desa tersebut telah memiliki
sekurang-kurangnya sebuah Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

18
Target: Pada akhir tahun 2008, seluruh Desa telah menjadi Desa Siaga. Indikator
keberhasilan: Dilihat dari 4 kelompok indikator yaitu: Indikator masukan Indikator
masukan adalah indicator untuk mengukur seberapa besar masukan telah diberikan
dalam rangka pengembangan Desa Siaga. Indikator masukan terdiri atas hal-hal
berikut:
1. Ada/tidaknya Forum Masyarakat Desa
2. Ada/tidaknya Poskesdes dan sarana bengunan serta pelengkapan/peralatannya
3. Ada/tidaknya UKBM yang dibutuhkan masyarakat
4. Ada/tidaknya tenaga kesehatan (minimal bidan) Indikator proses Indikator proses
adalah indicator untuk mengukur seberapa aktif upaya yang dilaksanakan di suatu
Desa dalam rangka pengambangan Desa Siaga.

Indikator proses terdiri atas hal-hal  berikut:


1.  Frekuensi pertemuan Forum Masyarakat Desa
2. Berfungsi/tidaknya Poskesdes
3. Berfungsi/tidaknya UKBM yang ada
4. Berfungsi/tidaknya sistem kegawatdaruratan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan  bencana
5. Berfungsi/tidaknya sistem surveilans berbasis masyarakat
6. Ada/tidaknya kegiatan kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS Indikator
keluaran Adalah indicator untuk mengukur seberapa besar hasil kegiatan yang
dicapai di suatu Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.

Indikator keluaran terdiri atas hal-hal berikut:


1. Cakupan pelayanan kesehatan dasar Poskesdes
2. Cakupan pelayanan UKBM-UKBM lainnya
3. Jumlah kasus kegawatdaruratan dan KLB yang dilaporkan
4. Cakupan rumah tangga yang mendapat kunjungan rumah untuk kadarzi dan PHBS
Indikator dampak Adalah indicator untuk mengukur seberapa besar dampak dari
hasil kegiatan di Desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga.

Indikator dampak terdiri atas hal-hal berikut:


1. Jumlah penduduk yang menderita sakit
2. Jumlah penduduk yang menderita gangguan jiwa
3. Jumlah ibu melahirkan yang meninggal dunia
4. Jumlah bayi dan balita yang meninggal dunia
5. Jumlah balita dengan gizi buruk

19
2.6 PROGRAM DESA SIAGA
A. Pendekatan Pengembangan Desa Siaga
Dilaksanakan melalui pendekatan edukatif yaitu dengan memfasilitasi masyarakat
(individu, keluarga, kelompok masyarakat) untuk menjalani proses pembelajaran
pemecahan masalah kesehatan yang dihadapinya secara terorganisasi
(pengorganisasian masyarakat), dengan tahapan :
1. Mengidentifikasi masalah, penyebab masalah dan sumber daya yang dapat
dimanfaatkan untuk mengatasi masalah.
2. Mendiagnosis masalah dan merumuskan alternatif-alternatif pemecahan masalah.
3. Menetapkan alternatif pemecahan masalah yang terpilih dan layak, merencanakan
dan melaksanakannya.
4. Memantau, mengevaluasi dan membina kelestarian upaya yang telah dilakukan.

B. Kegiatan Program Desa Siaga Aktif


1. Persiapan
a. Persiapan Petugas Pelaksana :
 Pelatihan bidan
 Pelatihan tokoh masyarakat ( toma) dan kader
b. Persiapan Masyarakat :
 Pembentukan Forum Masyarakat Desa (FMD)
 Survey Mawas Diri (pendataan keluarga/lapangan – rembuk desa)
 Musyawarah Masyarakat Desa (di awal pembentukan)
2. Pelaksanaan
a. Pelayanan kesehatan dasar sesuai dengan kewenangan bidan, bila tidak dapat
ditangani dirujuk ke Puskesmas Pembantu atau Puskesmas.
b. Kader dan toma melakukan surveilance (pengamatan sederhana) berbasis
masyarakat tentang kesehatan ibu anak, gizi, penyakit, lingkungan dan perilaku.
c. Pertemuan Forum Masyarakat Desa untuk membahas masalah kesehatan desa
termasuk tindak lanjut penemuan pengamatan sederhana untuk meningkatkan
kewaspadaan dini masyarakat dan menyepakati upaya pencegahan dan
peningkatan.
d. Alih pengetahuan dan keterampilan melalui pertemuan dan kegiatan yang
dilakukan oleh jejaring penyebaran informasi kesehatan di desa (Jejaring
Promosi Kesehatan), pelaksanaan kelas ibu, kelas remaja, pertemuan dalam
rangka swa-medikasi, dsb.

20
e. UKBM misalnya pelaksanaan Posyandu, Posbindu, Warung Obat, Upaya
Kesehatan Kerja, UKBM Maternal (tabulin, calon donor darah, dsb.), dana sehat
serta UKBM lain sesuai kebutuhan dan kesepakatan.
f. Gerakan masyarakat dalam kesigaan bencana dan kegawatdaruratan,
Kesehatan Lingkungan, PHBS dan Keluarga Sadar Gizi.
3. Pemantauan dan Evaluasi
Keberhasilan pengembangan Desa siaga dapat dilihat dari empat (4)
indikatornya yaitu masukan, proses, keluaran dan dampak.

2.7 KEGIATAN DESA SIAGA


Secara operasional pembentukan Desa Siaga dilakukan dengan kegiatan
sebagai berikut:

a. Pemilihan pengurus dan kader desa siaga


Pemilihan pengurus dan kader desa siaga dilakukan melalui pertemuan khusus
para pemimpin formal desa dan tokoh masyarakat serta beberapa wakil masyarakat.
Pemilihan dilakukan secara musyawarah dan mufakat, sesuai dengan tata cara dan
kriteria yang berlaku dengan difasilitasi oleh puskesmas.
b. Orientasi/Pelatihan Kader Desa Siaga
Sebelum melaksanakan tugasnya, pengelola dan kader desa yang telah
ditetapkan perlu diberikan orientasi atau pelatihan. Orientasi/pelatihan dilaksanakan
oleh dinas kesehatan kabupaten/kota sesuai dengan pedoman orientasi/pelatihan
yang berlaku. Materi orientasi/pelatihan mencakup kegiatan yang akan dilaksanakan
di desa dalam rangka pengembangan Desa Siaga (sebagaimana telah dirumuskan
dalam rencana operasional), yaitu meliputi pengelolaan Desa Siaga secara umum,
pembangunan dan pengelolaan Poskesdes, pengembangan dan pengelolaan UKBM
lain, serta hal-hal penting terkait seperti kehamilan dan persalinan sehat, Siap-Antar-
Jaga, Keluarga Sadar Gizi, posyandu, kesehatan lingkungan, pencegahan penyakit
menular, penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB-PLP).
Kegawat daruratan sehari-hari, kesiapsiagaan bencana, kejadian luar biasa, warung
obat desa (WOD), diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangn melalui Taman Obat Keluarga (TOGA), kegiatan surveilans, perilaku
hidup bersih dan sehat (PHBS) dan lain-lain
c. Pengembangan poskesdes dan UKBM lain
Dalam hal ini, pembangunan poskesdes bisa dikembangkan dari polindes yang
sudah ada. Apabila tidak ada polindes, maka perlu dibahas dan dicantumkan dalam
rencana kerja tentang alternatif lain pembangunan Poskesdes. Dengan demikian

21
diketahui bagaimana Poskesdes tersebut akan diadakan – membangun baru dengan
fasilitasi dari pemerintah, membangun baru dengan bantuan dari donatur,
membangun baru dengan swadaya masyarakat atau memodifikasi bangunan lain
yang ada.
Bilamana Poskesdes sudah berhasil diselenggarakan, kegiatan dilanjutkan
dengan membentuk UKBM-UKBM yang diperlukan dan belum ada di desa yang
bersangkutan, atau merevitalisasi yang sudah ada tetapi kurang/tidak aktif
d. Penyelenggaraan Kegiatan Desa Siaga
Dengan telah adanya Poskesdes, maka desa yang bersangkutan telah dapat
ditetapkan sebagai Desa Siaga. Setelah Desa Siaga resmi dibentuk, dilanjutkan
dengan pelaksanaan kegiatan Poskesdes secara rutin, yaitu pengembangan sistem
surveilans berbaris masyarakat, pengembangan kesiapsiagaan dan penanggulangan
kegawatdaruratan dan bencana, pemberantasan penyakit menular dan penyakit
yang berpotensi menimbulkan KLB, penggalangan dana, pemberdayaan masyarakat
menuju kadarzi dan PHBS, penyehatn lingkungan, serta pelayanan kesehatan dasar
(bila diperlukan). Selain itu, diselenggarakan pula pelayanan UKBM-UKBM lain
seperti Posyandu dan lain-lain dengan berpedoman kepada panduan yang berlaku.

Secara berkala kegiatan Desa Siaga dibimbing dan dipantau oleh Puskesmas,
yang hasilnya dipakai sebagai masukan untuk perencanaan dan pengembangn Desa
Siaga selanjutnya secara lintas sektoral

22
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Desa Siaga merupakan gambaran masyarakat yang sadar, mau dan mampu
untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat
seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan
KLB, kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi
setempat, secara gotong-royong.
Inti dari kegiata Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan
mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu dalam pengembangannya diperlukan
langkah-langkah pendekatan edukatif. Yaitu upaya mendampingi (memfasilitasi)
masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan
masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh
karena itu kami mengaharap kritik dan saran yang membangun sehingga
penyusunan makalah berikutnya lebih sempurna.

23
DAFTAR PUSTAKA

- Mahfudli, EF. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas : Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
- Kebidanan komunitas / penulis, Syarifudin, Hamidah ; editor, Monica Ester, Esty
Wahyuningsih. – Jakarta : EGC, 2009.
- Keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor 564/MENKES/SK/VIII/2006
tentang pedoman pelaksanaan pengembangan desa siaga
- Buku Pedoman Desa Siaga Provinsi Jawa Timur, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi
JATIM,
- Buku Pedoman Desa Siaga Aktif Provinsi Jawa Barat, 2010, Dinas Kesehatan Provinsi
JABAR

24

Anda mungkin juga menyukai