Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

BAB 1............................................................................................................................................................... 2
PENDAHULUAN......................................................................................................................................... 2
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................... 2
1.2 TUJUAN.................................................................................................................................................. 2
BAB II.............................................................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................................... 3
2.1 PENGERTIAN....................................................................................................................................... 3
2.2.1 KEHILANGAN.................................................................................................................................. 3
3.2.2 BERDUKA.......................................................................................................................................... 3
2.3 Tanda dan Gejala Kehilangan dan Berduka......................................................................3
2.4 TAHAPAN KEHILANGAN............................................................................................................... 4
2.5 Teori dari Proses Berduka......................................................................................................... 5
BAB III............................................................................................................................................................ 8
PENUTUP...................................................................................................................................................... 8
3.1 KESIMPULAN....................................................................................................................................... 8
3.2 SARAN..................................................................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................... 9

1
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kehilangan dan kematian merupakan peristiwa yang bersifat umum dari
peristiwa pengalaman manusia. Kehilangan adalah bagian yang tidak dapat dihindari dari
kehidupan dan kesedihan adalah bagian alamiah dari proses kehilangan. Kehilangan
adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu yang sebelumnya ada dan
dimiliki. Setiap individu akan menghadapi kehilangan dan kematian dengan keadaan yang
berbeda-beda. mekanisme koping mempengaruhi kemampuan seseorang untuk
menghadapi dan menerima kehilangan. Berduka adalah proses respon alamiah pada
saeseorang yang mengalami kehilangan. Dukacita adalah proses kompleks yang normal
meliputi respons dan perilaku emosional fisik, spiritual, sosial, dan intelektual ketika
individu, keluarga, dan komunitas memasukkan kehilangan yang actual, adaptif, atau
dipersepsikan kedalam kehidupan mereka sehari-hari. (NANDA, 2015).
Apabila seseorang tidak dapat melewati keadaan berduka setelah mengalami
kehilangan yang sangat besar maka individu akan terjadi masalah emosi, mental dan
sosial yang serius. Untuk mengatasi atau mencegah depresi dari berduka yang dialami
klien, maka dibutuhkan berbagai upaya dari keluarga, tim kesehatan ataupun lingkungan
sosial klien.
Perawat bekerjasama dengan klein yang mengalami berbagai tipe kehilangan.
Sangat penting untuk diperhatikan bahwa apapun yang dikatakan disini tentang proses
dukacita dan kehilangan yang terdapat dalam perspektif sosial dan historis mungkin
berubah sepanjang waktu dan situasi. Perawat membantu klien untuk memahami dan
menerima dalam konteks kultur yang dimiliki klien hingga kehidupan klien dapat
berlanjut. Sebagian besar perawat berinteraksi dengan klien dan keluarga yang
mengalami kehilangn dan berduka, maka penting bagi perawat memahami kehilangan
dan duka cita. Perawat menggunakan pengetahuan tentang konsep kehilangan dan
dukacita untuk secara kreatif menerapak intervensi untuk meningkatkan kesehtan,
mencegah penyakit, dan memberi dukungan kepada klien yang menjelang kematian
(Potter & Perry, 2005).

1.2 TUJUAN
1.1.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui konsep kehilangan dan berduka
1.1.2 Tujuan Khusus
1). Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian kehilangan
2). Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian berduka
3). Mahasiswa dapat menjelaskan tanda dan gejala kehilangan dan berduka
4). Mahasiswa dapat menjelaskan tahapan kehilangan
5). Sebagai tugas mata kuliah Psikososial

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIAN

2.2.1 KEHILANGAN
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berat sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekersan atau ttaumatik, diantisipasi atau tidak
diharapkan atau diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang terpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, bbaik terjadi sebagaian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert, 1985. Hal. 35).
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu
dalam rentang kehidupan. Sejak lahir individu telah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.

3.2.2 BERDUKA
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanisfestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur dan
sebagainya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan dua tipe berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman
individu dalam merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang,
hubungan atau kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya
kehilangan . tipe ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pangalaman
individu yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual
maupun potensial, hubungan, objek, dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-
kadang menjurus ke tipikal, abnormal, keslahan dan kekacauan.

2.3 Tanda dan Gejala Kehilangan dan Berduka


1. Efek Fisik
a. Kelelahan
b. Kehilangan selera
c. Masalah tidur
d. Lemah
e. Berat badan menurun
f. Sakit kepala
g. Pandangan kabur

3
h. Susah bernapas
i. Palpitasi
j. Peningkatan berat badan
2. Efek Emosi
a. Menmgingkari
b. Bersalah
c. Marah
d. Kebencian
e. Depresi
f. Kesedihan
g. Perasaan gagal
h. Sulit berkonsentrasi
i. Gagal menerima kenyataan
j. Iritabilitas
k. Perhatian terhadap orang yang meninggal
3. Efek Sosial
a. Menarik diri dari lingkungan
b. Isolasi (emosi dan fisik)

2.4 TAHAPAN KEHILANGAN


Terdapat beberapa teori mengenai respon berduka terhadap kehilangan. Teori
yang dikemukakan Kubler-Ross, 1969 (dalam Nurhidyah, 2015) mengenai tahapan
berduka akiabat kehilangan berorientasi pada perilaku dan menyangkut lima tahap, yaitu
sebagai berikut:
1. Fase penyangkalan (Denial)
Reaksi pertam individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya,
atau mengingkari kenyataan bahwa kehilangan benar-benar terjadi. Sebagai
contph, orang atau keluarga dari orang menerima diagnosa terminal akan terus
berupaya mencari informasi tambahan.
Reaksi fisik yang terjadi pada tahap ini adal;ah letih, lemah, pucat, mual, daire,
gangguan pernapasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan sering kali
individu tidak tahu harus berbuat apa. Reaksi ini dapat berlangsung beberapa
menit hingga beberapa tahun.
2. Fase marah (Anger)
Pada fase ini individu menolak kehilangan. Kemarahan yang timbul sering
diproyeksikan kepada orang lain atau dirinya sendiri. Orang yang mengalami
kehilangan juga tidak jarang menunjukan perilaku agresif, berbicara kasar,
menyerang orang lain, menolak pengobatan, bahkan menuduh dokter atau
perawat tidak kompeten. Respon fisik yang sering terjadi, antara lain muka merah,
denyut nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal, dan seterusnya.
3. Fase tawar menawar (Bergaining)

4
Pada fase ini terjadi penundaan kesadaran atas kenyataan terjadinya kehilangan
dan dapat mencoba untuk membuat kesepakatan secara halus atau terang-
terangan seolah kehilangan tersebut dapat dicegah. Individu mungkin berupaya
untuk melakukan tawar-menawar dengan memohon kemurahan Tuhan.
4. Fase depresi (Depression)
Pada fase ini pasien sering menunjukan sikap menarik diri, kadang-kadang
bersikap sangat penurut, tidak mau berbicara menyatakan keputusan, rasa tidak
berhaga bahkan bisa muncul keinginan bunuh diri. Gejala fisik yang dirunjukan,
anatara lain menolak makan, susah tidur, letih, turunnya dorongan libido, dan lain-
lain.
5. Fase penerimaan
Pada fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan, pikiran yang
selalu berpusat pada objek yang hilang mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kenyataan kehilangan yang didalamnya dan mulai memandang
kedepan. Gambaran tentang objek yang hilang akan mulai dilepaskan secara
bertahap. Perhatiannya akan beralih pada objek yang baru. Apabila individu dapat
memulai tahap tersebut dan menerima dengan perasaan damai, maka dia dapat
mengakhiri proses berduka serta dapat mengatasi perasaan kehilangan secara
tuntas. Kegagalan untuk masuk ke tahap penerimaan akan mempengaruhi
kemampuan individu tersebut dalam mengatasi perasaan kehilangan selanjutnya.

2.5 Teori dari Proses Berduka


Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka.
Konsep dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk
mengantisipasi kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi
untuk membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran
perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.

1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk
malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis,
mual, diare, detak jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin
mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan
kekosongan jiwa tiba-tiba terjadi.
c. Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong,
karena kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari
seseorang yang bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
5
d. Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu
terhadap almarhum.

e. Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga
pada fase ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran
baru telah berkembang.

2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a. Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak
mungkin seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
b. Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap
orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang
akan lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan
koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari
kecemasannya menghadapi kehilangan.
c. Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
d. Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e. Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan
sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya
menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.

3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Duras kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka
yang mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.

6
4.Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
a. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
b. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-
ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan
paling akut.
c. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai
memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar
untuk menjalani hidup dengan kehidupan mereka.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai
sesuatu tanpa hal yang berat sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara
bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekersan atau ttaumatik, diantisipasi atau tidak
diharapkan atau diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanisfestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur dan
sebagainya.
Tahapan kehilangan di menjadi lima tahapan :
1. Fase penyangkalan (Denial)
2. Fase marah (Anger)
3. Fase tawar menawar (Bergaining)
4. Fase depresi (Depression)
5. Fase penerimaan
Adapun teori yang menjelaskan tentang berduka diantaranya:
1. Teori Engels
2. Teori Kubler-Ross
3. Teori Martocchio
4.Teori Rando

3.2 SARAN
Mahasisiwa peting sekali mempelajri tentang konsep kehilangan dan berduka
dikarenakan perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan dan petugas yang paling lama
kontak dengan pasien selama 24 jam.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, oleh karena
itu kami mengaharap kritik dan saran yang membangun sehingga penyusunan makalah
berikutnya lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA
8
Herdman, T. Heather. (2015). NANDA Internasioanal inc. Nursing diagnoses: definitions &
classification 2015-2017 Ed. 10. Jakarta: EGC
Keblert-Ross. 1969 dalam Nurhidayah. 2015. Chapter II. Universitas Sumatra Utara [serial
online].http//repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/49678/4/Chapter
%20II.pdf. [11 Januari 2017].
Lambert dan Lambert, 1985. Hal. 35 dalam Nurses Library
Jhonson, Marion. 2012. Iowa Outcomes Project Nursing Clasification (NOC). St. Louis,
Missouri; Mosby.
Potter, patricia A dan Perry, Annc Grffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi 4. Volume 1. Jakarta. : EGC.
Yusuf, Ah. Fitryasari,, Rizky dan Nihayati, Hanik endang. 2015. Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan : Salemba Medika
Yosep, H. Iyus dan Sutini, Titin 2016. Buku Ajar Keperwatan Jiwa Dan Advance Mental
Health Nursing. Bandung : Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai