Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN PENDAHULUAN

DAN
STRATEGI PELAKSANAAN
KEHILANGAN ATAU BERDUKA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Modul Mata Kuliah Pasca Trauma

DISUSUN OLEH
ASTRILIA ARUM MEILIANA
NPM.205140154P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

KEHILANGAN
A. PENGERTIAN
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang
berarti sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau
mendadak, bisa tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan atau
diduga, sebagian atau total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan Lambert,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah
dialami oleh setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah
mengalami kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam
bentuk yang berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada
menjadi tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya
Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
rentang kehidupan, sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung
akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kehilangan merupakan suatu
keadaan gangguan jiwa yang biasa terjadi pada orang- orang yang menghadapi suatu
keadaan yang berubah dari keadaan semula (keadaan yang sebelumya ada menjadi tidak
ada).
Terlepas dari penyebab kehilangan yang dialami setiap individu akan berespon
terhadap situasi kehilangan, respon terakhir terhadap kehilangan sangat dipengaruhi oleh
kehilangan sebelumnya.
B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI REAKSI KEHILANGAN
 Arti dari kehilangan
 Sosial budaya
 Kepercayaan atau spiritual
 Peran seks
 Status sosial ekonomi
 Kondisi fisik dan psikologi individu

C. BENTUK-BENTUK KEHILANGAN
 Kehilangan Orang Yang Berarti
 Kehilangan Kesejahteraan
 Kehilangan Milik Pribadi

D. SIFAT-SIFAT KEHILANGAN
1) Tiba-tiba (Tidak dapat diramalkan)
Kehilangan secara tiba-tiba dan tidak diharapkan dapat mengarah pada pemulihan
dukacita yang lambat. Kematian karena tindak kekerasan, bunuh diri, pembunuhan
atau pelalaian diri akan sulit diterima.
2) Berangsur-angsur (Dapat diramalkan)
Penyakit yang sangat menyulitkan, berkepanjangan, dan menyebabkan yang
ditinggalkan mengalami keletihan emosional.

E. TIPE KEHILANGAN
1. Aktual atau Nyata
Mudah dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, misalnya amputasi, kematian orang
yang sangat berarti atau yang di cintai.
2. Persepsi
Hanya dialami oleh seseorang dan sulit untuk dapat dibuktikan, misalnya; seseorang
yang berhenti bekerja atau PHK, menyebabkan perasaan kemandirian dan
kebebasannya menjadi menurun.
3. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal dan didentifikasi oleh orang lain, sama dengan
individu yang mengalami kehilangan. Misalnya kehilangan anggota badan, uang,
pekerjaan, anggota keluarga.
4. Perceived Loss (psikologis)
Kehilangan sesuatu yang dirasakan oleh individu bersangkutan namun tidak dapat
dirasakan atau dilihat oleh orang lain. Misalnya kehilangan masa remaja dan
kehilangan lingkungan yang berharga.
5. Anticipatory Loss
Perasaan kehilangan terjadi sebelum kehilangan terjadi. Individu memperlihatkan
perilaku kehilangan dan berduka untuk suatu kehilangan yang akan berlangsung.
Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota) menderita sakit terminal.

F. JENIS-JENIS KEHILANGAN
1) Kehilangan seseorang yang dicintai
Kehilangan seseorang yang dicintai dan sangat bermakna atau orang yang berarti
adalah salah satu yang paling membuat stress dan mengganggu dari tipe-tipe
kehilangan, yang mana harus ditanggung oleh seseorang.
Kematian juga membawa dampak kehilangan bagi orang yang dicintai. Karena
keintiman, intensitas dan ketergantungan dari ikatan atau jalinan yang ada, kematian
pasangan suami atau istri atau anak biasanya membawa dampak emosional yang luar
biasa dan tidak dapat ditutupi
2) Kehilangan yang ada pada diri sendiri (loss of self)
Bentuk lain dari kehilangan adalah kehilangan diri atau anggapan tentang mental
seseorang. Anggapan ini meliputi perasaan terhadap keatraktifan, diri sendiri,
kemampuan fisikdan mental, peran dalam kehidupan, dan dampaknya. Kehilangan
dari aspek diri mungkin sementara atau menetap, sebagian atau komplit. Beberapa
aspek lain yang dapat hilang dari seseorang misalnya kehilangan pendengaran,
ingatan, usia muda, fungsi tubuh.
3) Kehilangan objek eksternal
Kehilangan objek eksternal misalnya kehilangan milik sendiri atau bersama-sama,
perhiasan, uang atau pada pekerjaan. Kedalaman berduka yang dirasakan seseorang
terhadap benda yang hilang tergantung pada arti dan kegunaan benda tersebut.
4) Kehilangan lingkungan yang sangat dikenal
Kehilangan diartikan dengan terpisahnya dari lingkungan yang sangat dikenal
termasuk dari kehidupan latar belakang keluarga dalam waktu satu periode atau
bergantian secara permanen. Misalnya pindah kekota lain, maka akan memiliki
tetangga yang baru dan proses penyesuaian baru
5) Kehilangan kehidupan atau meninggal
Seseorang dapat mengalami mati baik secara perasaan, pikiran dan respon pada
kegiatan dan orang disekitarnya, sampai pada kematian yang sesungguhnya. Sebagian
orang berespon berbeda tentang kematian

G. RENTANG RESPON KEHILANGAN


Gambar rentang respon individu terhadap kehilangan:

Fase Fase Fase


Fase Denial Fase Depresi
Anger/marah Bergaining Acceptance

a) Fase Denial
 Reaksi pertama adalah syok, tidak mempercayai kenyataan
 Verbalisasi; “itu tidak mungkin”, “saya tidak percaya itu terjadi”.
 Perubahan fisik; letih, lemah, pucah, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah.
b) Fase Anger atau marah
 Mulai sadar atas kenyataan
 Marah diproyeksikan pada orang lain
 Reaksi fisik; muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan mengepal.
c) Fase Tawar Menawar atau bergaining
Verbalisasi; “kenapa harus terjadi pada saya?”, “kalau saja yang sakit bukan saya”,
“seandainya saya hati-hati”.
d) Fase Depresi
 Menunjukan sikap menarik diri, tidak mau bicara atau putus asa.
 Gejala ; menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libido menurun.
e) Fase Acceptance
 Pikiran pada objek yang hilang berkurang.
 Verbalisasi: “apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat sembuh”, “yah,
akhirnya saya harus operasi”.

BERDUKA
A. DEFINISI BERDUKA
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan
lain-lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka
disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan atau
kedekatan, objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe
ini masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu
yang responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun
potensial, hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang
menjurus ke tipikal, abnormal,atau kesalahan atau kekacauan.

B. TEORI DARI PROSES BERDUKA


Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep
dan teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi
kebutuhan emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk
membantu mereka memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat
adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh
berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal
Fase I Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin
(Shock dan tidak menarik diri, duduk malas, atau pergi tanpa tujuan. Reaksi
percaya) secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan
Fase II Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata atau akut
(Berkembangny dan mungkin mengalami putus asa. Kemarahan, perasaan
a kesadaran) bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba
terjadi.
Fase III Berusaha mencoba untuk sepakat atau damai dengan perasaan
(Restitusi) yang hampa atau kosong, karena kehilangan masih tetap tidak
dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
Fase IV Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan
terhadap almarhum. Bisa merasa bersalah dan sangat menyesal
tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap almarhum
Fase V Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui atau
disadari. Sehingga pada fase ini diharapkan seseorang sudah
dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah berkembang
2. Teori Kubler-Rose
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
Penyangkala Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat
n (Denial) menolak untuk mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan.
Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin seperti itu” atau “Tidak
akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
Kemarahan Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak
(Anger) lebih” pada setiap orang dan segala sesuatu yang berhubungan
dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan lebih sensitive
sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan
koping individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan
menifestasi dari kecemasannya menghadapi kehilangan.
Penawaran Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang
(Bargaining) halus atau jelas untuk mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien
sering kali mencari pendapat orang lain
Depresi Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari
(Depression) makna kehilangan tersebut.Tahap depresi ini memberi kesempatan
untuk berupaya melewati kehilangan dan mulai memecahkan
masalah.
Penerimaan Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-
(Acceptance) Ross mendefinisikan sikap penerimaan ada bila seseorang mampu
menghadapi kenyataan dari pada hanya menyerah pada
pengunduran diri atau berputus asa.
3. Teori Martochio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan
bergantung pada faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi
yang terus menerus dari kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang
mendalam mungkin berlanjut sampai 3-5 tahun.
4. Teori Rando
Penghindaran Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya
Konfrontasi Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien
secara berulang-ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan
mereka paling dalam dan dirasakan paling akut
Akomodasi Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut
dan mulai memasuki kembali secara emosional dan sosial dunia
sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani hidup dengan
kehidupan mereka

Perbandingan Empat Teori Proses Berduka


Engel (1964) Kubler-ross Martocchio (1985) Rando
(1969) (1991)
Shock dan tidak Menyangkal Shock and disbelief Penghindaran
dipercaya
Berkembangnya Marah Yearning and protest
kesadaran
Restitusi Tawar menawar Anguish, disorganization Konfrontasi
and despair
Idealization Depresi Identification in
bereavement
Reorganization Penerimaan Reorganization and Akomodasi
restution

C. RENTANG RESPON BERDUKA

Fase Fase Tawar Fase


Fase marah Fase Depresi
Pengingkaran Menawar Penerimaan

Fase Pengingkaran
Reaksi pertama individu yang mengalami kehilangan adalah syok, tidak percaya atau
mengingkari kenyataan bahwa kehidupan itu memang benar terjadi, dengan mengatakan
“Tidak, saya tidak percaya itu terjadi” atau “itu tidak mungkin terjadi”. Bagi individu
atau keluarga yang didiagnosa dengan penyakit terminal, akan terus mencari informasi
tambahan. Reaksi fisik yang terjadi pada fase ini adalah : letih, lemah, pucat, diare,
gangguan pernafasan, detak jantung cepat, menangis, gelisah, dan tidak tahu harus
berbuat apa. Reaksi ini dapat berakhir dalam beberapa menit atau beberapa tahun.
Fase Marah
Fase ini dimulai dengan timbulnya suatu kesadaran akan kenyataan terjadinya
kehilangan Individu menunjukkan rasa marah yang meningkat yang sering
diproyeksikan kepada orang lainatau pada dirinya sendiri. Tidak jarang ia menunjukkan
perilaku agresif, berbicara kasar, menolak pengobatan, menuduh dokter-perawat yang
tidak pecus. Respon fisik yang sering terjadi antara lain muka merah, nadi cepat, gelisah,
susah tidur, tangan mengepal.
Fase Tawar Menawar
Individu telah mampu mengungkapkan rasa marahnya secara intensif, maka ia akan
maju ke fase tawar-menawar dengan memohon kemurahan pada Tuhan. Respon ini
sering dinyatakan dengan kata-kata “kalau saja kejadian ini bisa ditunda, maka saya
akan sering berdoa”. Apabila proses ini oleh keluarga maka pernyataan yang sering
keluar adalah “kalau saja yang sakit, bukan anak saya”.
Fase Depresi
Individu pada fase ini sering menunjukkan sikap menarik diri, kadang sebagai pasien
sangat penurut, tidak mau bicara, menyatakan keputusasaan, perasaan tidak berharga,
ada keinginan bunuh diri, dsb. Gejala fisik yang ditunjukkan antara lain : menolak
makan, susah tidur, letih,dorongan libido manurun.
Fase Penerimaan
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Pikiran yang selalu berpusat
kepada obyek atau orang yang hilang akan mulai berkurang atau hilang. Individu telah
menerima kehilangan yang dialaminya. Gambaran tentang obyek atau orang yang hilang
mulai dilepaskan dan secara bertahap perhatiannya akan beralih kepada obyek yang
baru. Fase ini biasanya dinyatakan dengan “saya betul-betul kehilangan baju saya tapi
baju yang ini tampak manis” atau “apa yang dapat saya lakukan agar cepat sembuh”.

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI

A. KASUS
Seseorang penyanyi berusia 27 tahun dirujuk oleh seseorang teman untuk menjalankan
evaluasi. Delapan bulan sebelumnya, kekasihnya telah menjadi korban penusukan
hingga meninggal dalam suatu peristiwa penodongan, sedangkan dia dapat
menyelamatkan diri tanpa terluka sedikitpun. Setelah lewat masa berkabung, tampaknya
dia telah kembali normal. Dia membantu penyelidikan polisi dan secara umum dinilai
sebagai saksi ideal. Namun demikian setelah penangkapan tersangka pembunuhan
kekasihnya, penyanyi tersebut berulang kali mengalami mimpi buruk dan ingatan yang
jelas tentang malam terjadinya kejahatan tersebut. Dalam mimpi-mimpinya dia sering
melihat darah dan melihat dirinya dikejar oleh orang yang mengancam dan tertutup
wajahnya. Siang hari terutama ketika berjalan sendirian dia sering kali terhanyut dalam
lamunan sehingga lupa kemana akan pergi. Teman-temannya mengamati bahwa dia
mulai mudah terkejut dan tampaknya selalu khawatir akan sesuatu. Dia meninggalkan
uang kembalian atau barang belanjaannya ditoko atau ketika menunggu tidak dapat
mengingat apa yang akan dibelinya. Tidurnya mulai gelisah dan pekerjaannya terganggu
karena tidak dapat berkonsentrasi. Pelan-pelan dia menarik diri dari teman-temannya
dan mulai menghindari pekerjaannya. Dia merasa sangat bersalah atas pembunuhan
kekasihnya, walaupun tidak tahu pasti mengapa demikian.

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien:
a) Nama : Nn. Ratu
b) Jenis Kelamin : Perempuan
c) Umur : 27 tahun
d) Agama : Islam
e) Pendidikan : S1 Keperawatan
f) Pekerjaan : Perawat RS Urip dan penyanyi
g) Alamat : Jl. Sultan Syahrir Tejo Agung Metro Timur Kota Metro
h) Tanggal Masuk : 20 Maret 2021
i) Jam Pengkajian : 09.00 WIB
j) Ruangan : VVIP 03

B. KONDISI PASIEN
Data yang dapat dikumpulkan adalah :
Data Subjektif Data Objektif
 Perasaan bersalah  Gelisah
 Perasaan takut  Merenugkan perasaan bersalah
 Konsentrasi menurun  Tidak berminat dalam berinteraksi
 Kesulitan mengekspresikan perasaan  Adanya perubahan dalam kebiasaan
 Mengingkari kehilangan pola tidur dan tingkat aktivitas
 Mudah terkejut

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Isolasi sosial b.d koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan pasangan
2) Ansietas b.d keadaan dimasa yang akan datang setelah kehilangan pasangan
3) Ketidakberdayaan dalam melakukan peran b.d kehilangan dan berduka
4) Harga diri rendah b.d kehilangan dan berduka

D. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Bina hubungan Hubungan saling Sapa klien dengan Klien mampu
saling percaya percaya antara nama yang mengungkapkan
dengan klien. perawat dank lien disenanginya. perasaannya
Perlihatkan sikap merupakan dasar Memberikan secara spontan
empati dan terbinanya hubungan sentuhan akan
perhatian kepada teraupetik menunjukkan rasa
klien. empati klien dan
pertahankan kontak
mata.
Berikan motivasi Motivasi akan Dorong klien untuk Klien
pada klien untuk membuat klien lebih mendiskusikan menunjukan
mendiskusikan terbuka mengenai pikiran dan tanda-tanda
pikiran dan pikiran dan perasaannya penerimaan
perasaannya perasaannya kehilangan
Dengarkan klien Hal ini menunjukan Dengarkan segala Klien dapat
dengan penuh rasa peduli terhadap keluhan klien. membina
empati. Berikan perawatan klien, Berikan respon hubungan yang
respond an tidak tetapi tidak terlibat jangan menghakimi baik dengan
menghakimi secara emosi. Klien orang lain
merasa aman dan
nyaman saat
bercerita kepada
perawat
Libatkan klien Aktivitas fisik Ajak klien jika ada Klien
dalam aktivitas memberikan suatu kegiatan kelompok, mempunyai
kelompok sesuai metode yang aman terutama kegiatan koping yang
dengan aktivitas dan efektif untuk yang disenanginya efektif dalam
yang disenanginya mengeluarkan emosi mengahdapi
dan kemarahan yang masalah akibat
terpendam kehilangan
Ajarkan klien Dengan meminum Bombing klien untuk Klien mampu
mengenai cara obat sesuai anjuran, meminum obat minum obat
minum obat yang klien akan merasa sesuai cara yang dengan cara
benar lebih tenang dan dianjurkan benar
nyaman untuk tidur.

ROLEPLAY
PASCA TRAUMA

PEMERAN ROLEPLAY
 AHMAD KHAIRONI : PERAWAT 1
 ISMI APRILENI : PERAWAT 2
 RATU MANDALA PERMATA S : PASIEN/KLIEN
 ASTRILIA ARUM MEILIANA : BUNDA
 HASAN ABDULLAH : AYAH
 WIRDA : TEMAN RATU
 WAHYU DWI ILBA : PROLOG

PRODUSER : HASAN ABDULLAH


SUTRADARA : AHMAD KHAIRONI
PENULIS SKENARIO : ISMI APRILENI & ASTRILIA ARUM .M.
JURKAM : WAHYU DWI ILBA
PENATA SUARA : WIRDA
EDITOR : RATU MANDALA PERMATA S
TEMPAT : Laboratorium Perawat

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA
(SP 1,2, dan 3)

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
Data Subjektif Data Objektif
 Perasaan bersalah  Gelisah
 Perasaan takut  Merenugkan perasaan bersalah
 Konsentrasi menurun  Tidak berminat dalam berinteraksi
 Kesulitan mengekspresikan perasaan  Adanya perubahan dalam kebiasaan
 Mengingkari kehilangan pola tidur dan tingkat aktivitas
 Mudah terkejut

2. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d koping induvidu tidak efektif terhadap respon kehilangan pasangan.
Isolasi sosial b.d koping individu tidak efektif terhadap respom kehilangan pasangan
Ansietas b.d keadaan di masa yang akan datang setelah kehilangan pasangan

3. Tujuan Khusus
SP Tujuan
I  Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan
klien dapat merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
 Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
 Klien merasa lebih tenang
II Klien tidak lagi menarik diri dan bisa berinteraksi dengan orang disekitar
III  Klien dapat mengetahui aturan yang benar dalam minum obat
 Ansietas klien berkurang sehingga klien dapat tidur dengan nyenyak

4. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
 Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap
perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakim.
 Ajarkan klien teknik relaksasi
 Libatkan klien dalam setiap aktivitas yang klien sukai
 Memberikan klien pujian setiap kali klien melakukan kegiatan dengan benar
 Ajarkan klien cara meminum obat dengan benar
 Awasi klien saat minum obat
5. Strategi Pelaksana
Tahan Orientasi
“Salam Teraupetik, Evaluasi dan Validasi, Kontrak”
Perawat 1 “Selamat pagi?”
Keluarga klien “Selamat pagi suster dan mas”
Perawat 1 “Perkenalkan kami mahasiswa dari universitas mitra lampung,
dengan saya sendiri perawat roni dan teman saya?”
Perawat 2 “Perkenalkan nama saya Ismi”
Perawat 1 “hari ini kami akan bertanggung jawab merawat mbak dari pukul
08.00 sampai dengan pukul 14.00 wib.
Perawat 2 “sebelumnya nama mbak siapa ya?
Bunda “nak ditanya sama suster nya, nama nya siapa?
Klien “Nama saya Ratu sus.”
Perawat 1 “maaf mbak saya perhatikan dari tadi mbak tampak lelah, menyendiri
dan menjauh dari teman-temannya ya mbak apakah benar seperti
itu?”
Klien (diam dan tampak sedih)
Teman “iya suster akhir-akhir ini pasien menjauh dari kami teman-
temannya.”
Perawat 2 “baiklah, kalau boleh saya tahu yang mbak rasakan?
Klien “saya merasa sedih suster”
Perawat 2 “bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang apa yang
mbak rasakan, bisa berinteraksi dengan orang lain, caranya untuk
menghindarkan kecemasan dan caranya minum obat yang benar.
Klien “ya suster”
Perawat 1 “kalau boleh saya usulkan kita berbincang-bincang hanya sekitar 30
menit”
Klien “ya suster.”
Perawat 2 “mbak nya mau sendiri apa sama keluarga?
Klien “sama sahabat dan keluarga suster”
Perawat 1 “tempatnya mau dimana ya mbak?
Klien “diruangan sini saja ya.”
Bunda “baiklah mas dan mbak suster silahkan duduk disini ya suster”
Perawat 1 & 2 Terimakasih ibu pak.
Tahap Kerja
Perawat 1 “Baiklah mbak kita mulai ya, bisa mbak jelaskan kepada saya
bagaimana perasaan mbak saat ini?”
Klien “saya merasa bersalah atas kepergian kekasih saya dia meninggal
karena penodongan. Selain itu saya merasa takut karena selalu
bermimpi dikejar oleh orang yang berwajahnya tertutup sambil
mengancam saya”
Perawat 2 “Saya mengerti mbak sangat sulit menerima kenyataan ini.Tapi
kondisi sebenarnya memang kekasih mbak telah meninggal. Sabar
ya, mbak. Jadi mbak selalu merasa takut dan gelisah saat tidur ya
mbak”
Klien “iya, saya selalu berpikir kenapa dia pergi meninggalkan saya. Saya
jadi takut jika bertemu orang yang berwajah tertutup seperti makai
masker”
Perawat 1 “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung mbak. Tapi
coba mbak pikir, jika mbak pulang ke rumah nanti saat beraktivitas di
luar, mbak tidak bertemu dengan kekasih mbak karena beliau
memang sudah meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, mbak.
Mbak harus berusaha menerima kenyataan ini. Dan tidak semua
orang yang berwajah tertutup itu jahat”
Klien “iya saya akan berusaha untuk menerima kenyataan ini. Tapi saya
takut banget”
Bunda “iya suster kami berharap akan segera menerima kenyataan anak saya
hadapi dan tidak takut lagi bertemu orang-orang”
Perawat 2 “mbak hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh
Tuhan. Meninggalnya kekasih mbak juga merupakan kehendak-Nya
sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat
mencegahnya, termasuk saya ataupun mbak sendiri. Mbak jangan
takut contohnya saya ini saat bertugas makai masker karena
memenuhi protocol kesehatan”
Klien “iya (menggelengkan kepala)”
Perawat 1 “mbak sudah bisa memahaminya?
Klien “Alhamdulillah bisa”
Perawat 1 “mbak tidak perlu cemas. Umur mbak masih muda, mbak bisa
mencoba mencari pekerjaan. Saya percaya mbak akan menjadi
sukses. Mbak juga tidak akan hidup sendiri. Mbak masih punya orang
tua, saudara dan teman-teman yang sayang dan peduli sama mbak”
Klien “ya saya telah melupakan semua itu, padahal masih banyak orang
yang sayang sama saya dan peduli sama saya.”
Teman “iya kami semua sayang dengan dirimu ratu”
Perawat 1 “baiklah mbak untuk mengurangi rasa cemas mbak, sekarang mbak
bisa ikuti teknik relaksasi yang saya lakukan” (dipraktikan). Coba
sekarang mbak tarik napas yang dalam, tahan sebentar, kemudian
hembuskan perlahan-lahan.”
Klien (pasien mengikuti dan memperaktikannya teknik relaksasi napas
dalam)
Perawat 1 “ya bagus sekali mbak, seperti itu ya.”
“sebelumnya saya mau bertanya kepada mbak?
Klien “boleh.”
Perawat 1 “kalau boleh tau hobby mbak apa ya mbak?
Klien “hobby saya volley sus?
Perawat 1 Ohhhh, ternyata voli ya mbak, selain itu adakah yang lain mbak?
Klien “bernyanyi suster”
Teman “iya suster dia hobby bernyanyi dan suaranya bagus.”
Perawat 1 “wah ternyata mbak punya hobby bernyanyi, bisa mbak tunjukan
sedikit bakatnya menyanyi mbak kepada kami.”
Klien “bisa (bernyanyi)
Perawat 1 Wah,, ternyata mbak memang berbakat menyanyi suaranya mbak
bagus juga.”
Klien “terimakasih suster.
Perawat 1 “apakah mbak pernah mengikuti lomba menyanyi pernah tidak?
Klien Pernah suster.
Teman Pernah dapat juara antar sekolah dan ratu sering mengisi di café-café.
Perawat 1 Wah ternyata mbak berbakat dan berprestasi, buktinya mbak dapat
juara dan sering mengisi di café-café , dari hobby mbak pasti bisa
sukses kedepannya.”
Ayah & Bunda (Tersenyum bangga dengan anaknya yang sudah bisa berinteraksi).
Perawat 1 “baiklah kalau begitu saat mbak sedang merasa emosi tapi tidak
mampu mengungkapkannya mbak bisa bernyanyi bersama ayah dan
bundanya, jika sudah tenang baru diungkapkan kepada ayah maupun
bundanya ya mbak. Karena itu harus diungkapkan agar tidak cemas.”
Klien “ya suster”
Bunda “ya nak kami siap untuk slalu mendengarkan keluh kesah dirimu
nak”
Ayah “ya nak tenang ada kami yang slalu ada untuk mu dan mendampingi
mu.”
Perawat 1 “baiklah mbak, kegiatan selanjutnya dengan suster Ismi
Klien “iya suster.”
Perawat 2 Baiklah mbak kita langsung mulai ya. Sekarang saya akan
memberitahu mbak obat yang harus mbak minum untuk mengurangi
kecemasan dan kegelisahan mbak agar mbak bisa tenang dan bisa
tidur nyenyak.”
Klien “iya suster.”
Perawat 2 “ya ini ada dua macam obat ya mbak ada yang warnanya putih ini
namanya DPZ fungsinya agar pikiran mbak bisa lebih tenang.
Selanjutnya ada yang warnanya kuning ini adalah HLP ini fungsinya
agar perasaan mbak bisa rileks.
Klien “baik suster”
Perawat 2 Nah mbak semua obat ini di minum 3x sehari ya mbak. Pukul 07.00
pagi, 13.00 siang dan 19.00 malam. Diminum 1 tablet setelah makan
ya mbak, baiklah saya mau Tanya ke mbak apakah mbak selama ini
minumnya teratur?”
Klien “baik suster.”
Ayah Iya suster ratu ini kalau minum obat tidak teratur dan slalu
diingatkan. Jangankan minum obat tarok barang aja suka lupa ditarok
dimana bahkan saat belanja saja suka ditinggalkan barang
belanjaannya. Dan kenapa ya suste saat minum obat anak saya selalu
merasa mual”
Klien (terdiam manyun sambil malu)
Perawat 2 “Oh,,, jadi begitu ya pak si mbaknya suka lupa dan harus dingatkan.
Jadi saat minum obat pun harus diingatkan ya pak?. Oya pak bu mbak
mang obatnya itu efeknya mual itu hal wajar pak karena obatnya
pahit.”
Klien “Iya pahit suster.”
Perawat 2 “Kalau begitu setelah minum obat mbak bisa makan permen agar rasa
pahitnya dapat berkurang.”
Klien “baiklah suster.”
Perawat 2 “Jika setelah minum obat mulut mbak terasa kering sekali mbak bisa
langsung minum banyak air putih untuk mengatasi mulut mbak tidak
kering.”
Klien “Terimakasih suster atas masukannya”
Perawat 2 “Jika efek sampingnya berlebihan seperti gatal-gatal, pusing atau
mual, mbak bisa panggil saya atau perawat lainnya yang sedang
bertugas.”
Klien “iya suster.”
Perawat 2 “sebelum mbak minum obat bapk ibu tolong bantu pastikan obatnya
sesuai atau tidak, dan jangan lupa perhatikan waktunya agar obat
dapat diminum tepat waktu.
Klien “Iya suster”
Ayah “Iya suster saya dan bundanya ratu akan selalu mengingkatkan ratu
untuk minum obat”
Bunda “ayah berkasnya ratu”
Ayah “ow ya ayah lupa baiklah bunda ayah urus berkas rawat inap ratu
dulu ya?”.
Ratu wirda, mbak mas saya tinggal keluar dulu ya mau ngurus berkas
ratu dulu karena ditunggu sebelum dzuhur.
Perawat 1 Ya pak silahkan
Ayah (pamitan dengan ratu dan bundanya)
“Assallamuallaikum, permisi.”
Ratu,bunda,wird “waallaikumsallam”
a perawat 1 & 2
Tahap Terminasi
“Evaluasi”
Perawat 1 “Bagaimana perasaan mbak sekarang?
Klien “Alhamdulillah sudah terasa nyaman”
Bunda “Alhamdulillah suster anak saya sudah mulai tersenyum tidak takutan
dan mau berinteraksi dengan orang
Perawat 1 “Apa mbak sudah mulai memahami kondisi yang sebenarnya
terjadi?”
Klien “sudah suster”
Perawat 1 “Kalau begitu, coba mbak jelaskan lagi, hal-hal yang mbak dapatkan
dari perbincangan kita tadi dan coba mbak ulangi teknik relaksasi
yang telah kita lakukan.”
Klien “saya harus bisa menerima kenyataan bahwa kekasih saya sudah
meninggal karena hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh
Tuhan. Meninggalnya kekasih saya merupakan kehendak-Nya
sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak ada satu orang pun yang dapat
mencegahnya, termasuk saya.”
(mempraktikan ulang teknik relaksasi napas dalam)
Perawat 1 “bagus apalagi selain tekhnik relaksasi napas dalam.”
Klien “bernyanyi bersama keluarga dan minum obat tepat waktu.”
Perawat 2 “bagus sekali mbak. Baiklah gimna cara minm obat dengan benar?”
Klien “obatnya ada yang warna putih itu DPZ agar pikiran bisa lebih tenang
da nada warna kuning HLP agar lebih rileks. Obatnya diminum 3x
sehari pukul 7 pagi, 1 siang dan 7 malam. Diminum setelah makan.”
Perawat 1 “Ya, bagus sekali mbak. Nah, setiap kali mbak merasa
cemas, mbak dapat melakukan teknik napas dalam atau bernyanyi
bersama ayah bundanya. Dan setiap kali mbak merasa mbak tidak
terima dengan kenyataan ini, mbak dapat mengingat kembali
perbincangan kita hari ini ya.”
Klien “baiklah, terimakasih.’
“Kontrak yang akan datang”
Perawat 1 “Sudah 30 menit ya, mbak. Saya rasa perbincangan kita kali ini sudah
cukup. Besok sekitar jam 09.00 saya akan datang kembali untuk
mengajarkan mbak mengisi list kegiatan agar selalu mengingat apa
yang mbak kerjakan, karena tadi ayah mbak bercerita kalau mbak
sering lupa membawa belanjaan saat berbelanja. Mungkin besok kita
bisa berbincang-bincang di taman depan ya mbak.
Klien “baiklah saya tunggu ya”
Bunda “boleh saya damping anak saya besok”
Perawat 2 “Boleh banget ibu”
Perawat 1 “Apa ada yang ingin mbak tanyakan?”
Klien “tidak ada”
Perawat 1 “Baiklah, kalau tidak ada, saya dan teman saya permisi dulu ya ibu
mbak.”
Bunda “terimakasih banyak ya suster”
Perawat 1 “ya sama-sama bu, sselamat pagi
Klien dan bunda “selamat pagi”

SIMULASI ASUHAN KEPERAWATAN PADA


KLIEN DENGAN PENGALAMAN TRAUMATIK
DALAM MEMBANGKITKAN MINAT
TERHADAP REALITA KEHIDUPAN
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas modul Praktikum Mata Kuliah Pasca Trauma

DISUSUN OLEH
ASTRILIA ARUM MEILIANA
205140154P

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN S1


FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS MITRA INDONESIA
TAHUN 2020/2021

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI

E. KASUS
Seseorang Ibu berusia 50 tahun dirujuk oleh saudaranya untuk menjalankan evaluasi.
Satu Tahun sebelumnya, Ibu V bersama suaminya telah mengalami kecelakaan
kendaraan motor dengan mobil hingga suami ibu V meninggal dalam suatu peristiwa
kecelakaan, sedangkan Ibu V dapat selamat tetapi dia mengalami kehilangan pada
tangan kiri. Saat dia tinggal bersama 2 orang anaknya, anaknya yang pertama sudah
bekerja dan menjadi tulang punggung keluarga sedangkan anaknya yang kedua masih
berusia 15 tahun. Satu bulan yang lalu anak sulungnya mengalami kecelakaan yang
mengakibatkan kematiaan. Dalam mimpi-mimpinya dia sering melihat darah dan
melihat dirinya saat kejadian kecelakaan bersama suami atau saat terakhir bersama anak
sulungnya. Pada saat siang hari, terutama ketika berjalan sendirian selalu dilihat oleh
orang-orang dan sampai terhanyut dalam lamunan sehingga lupa kemana akan pergi.
Tidurnya mulai gelisah dan pekerjaannya terganggu karena tidak dapat berkonsentrasi..
Saat bertemu perawat ibu V mengatakan bahwa anaknya tersebut masih hidup, klien
sering diam dan melamun. Selalu mengatakan anaknya belum meninggal dan klien juga
enggan untuk berbicara dengan orang lain dan terkesan menarik diri dari lingkungan. Ibu
V juga selalu merasa malu dengan dirinya sendiri dan merasa tidak berguna karena
merasa tidak bisa merawat anaknya dan membesarkan anaknya. Ibu V juga selalu
merasa bersalah atas kecelakaan suaminya dan anak sulungnya, walaupun tidak tahu
dengan pasti mengapa demikian.
B. PENGKAJIAN
2. Identitas Pasien:
k) Nama : Ny. V
l) Jenis Kelamin : Perempuan
m) Umur : 50 tahun
n) Agama : Islam
o) Pendidikan : SMA
p) Pekerjaan : Guru
q) Alamat : Jl. Sultan Syahrir Tejo Agung Metro Timur Kota Metro
r) Tanggal Masuk : 20 Juni 2021
s) Jam Pengkajian : 09.00 WIB
t) Ruangan : Mawar 3

F. KONDISI PASIEN
Data yang dapat dikumpulkan adalah :
Data Subjektif Data Objektif
 Perasaan bersalah  Gelisah
 Perasaan kurang percaya diri  Melamun dan diam
 Kesulitan mengekspresikan perasaan  Tidak berminat dalam berinteraksi
 Mengingkari kehilangan  Adanya perubahan dalam kebiasaan
 Kesulitan untik berkonsentrasi pola tidur dan tingkat aktivitas

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
5) Isolasi sosial b.d koping individu tidak efektif terhadap respon kehilangan pasangan
6) Ansietas b.d keadaan dimasa yang akan datang setelah kehilangan pasangan
7) Ketidakberdayaan dalam melakukan peran b.d kehilangan dan berduka
8) Harga diri rendah b.d kehilangan dan berduka

H. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Intervensi Rasional Implementasi Evaluasi
Bina hubungan Hubungan saling Sapa klien dengan Klien mampu
saling percaya percaya antara nama yang mengungkapkan
dengan klien. perawat dank lien disenanginya. perasaannya
Perlihatkan sikap merupakan dasar Memberikan secara spontan
empati dan terbinanya hubungan sentuhan akan
perhatian kepada teraupetik menunjukkan rasa
klien. empati klien dan
pertahankan kontak
mata.
Berikan motivasi Motivasi akan Dorong klien untuk Klien
pada klien untuk membuat klien lebih mendiskusikan menunjukan
mendiskusikan terbuka mengenai pikiran dan tanda-tanda
pikiran dan pikiran dan perasaannya penerimaan
perasaannya perasaannya kehilangan
Dengarkan klien Hal ini menunjukan Dengarkan segala Klien dapat
dengan penuh rasa peduli terhadap keluhan klien. membina
empati. Berikan perawatan klien, Berikan respon hubungan yang
respond an tidak tetapi tidak terlibat jangan menghakimi baik dengan
menghakimi secara emosi. Klien orang lain
merasa aman dan
nyaman saat
bercerita kepada
perawat
Libatkan klien Aktivitas fisik Ajak klien jika ada Klien
dalam aktivitas memberikan suatu kegiatan kelompok, mempunyai
kelompok sesuai metode yang aman terutama kegiatan koping yang
dengan aktivitas dan efektif untuk yang disenanginya efektif dalam
yang disenanginya mengeluarkan emosi mengahdapi
dan kemarahan yang masalah akibat
terpendam kehilangan
Ajarkan klien Dengan meminum Bombing klien untuk Klien mampu
mengenai cara obat sesuai anjuran, meminum obat minum obat
minum obat yang klien akan merasa sesuai cara yang dengan cara
benar lebih tenang dan dianjurkan benar
nyaman untuk tidur.

STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN


PADA KLIEN KEHILANGAN DAN BERDUKA

B. Proses Keperawatan
6. Kondisi Klien
Data Subjektif Data Objektif
 Perasaan bersalah  Gelisah
 Perasaan kurang percaya diri  Melamun dan diam
 Konsentrasi menurun  Tidak berminat dalam berinteraksi
 Kesulitan mengekspresikan perasaan  Adanya perubahan dalam kebiasaan
 Mengingkari kehilangan pola tidur dan tingkat aktivitas

7. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d koping induvidu tidak efektif terhadap respon kehilangan pasangan.
Isolasi sosial b.d koping individu tidak efektif terhadap respom kehilangan pasangan
Ansietas b.d keadaan di masa yang akan datang setelah kehilangan pasangan

8. Tujuan Khusus
a) Klien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat dan klien dapat
merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan perawat
b) Klien mampu mengungkapkan pikiran dan perasaannya
c) Klien merasa lebih tenang

9. Tindakan Keperawatan
 Bina hubungan saling percaya dengan klien dengan cara mengucapkan salam
terapeutik, memperkenalkan diri perawat sambil berjabat tangan dengan klien
 Dorong klien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Dengarkan setiap
perkataan klien. Beri respon, tetapi tidak bersifat menghakim.

10. Strategi Pelaksana


Tahan Orientasi
“Salam Teraupetik, Evaluasi dan Validasi, Kontrak”
Perawat Astri “Assalamualaikum”
Ibu V “wa’alaikumsalam suster”
Perawat Astri “Perkenalkan saya mahasiswa dari universitas mitra lampung,
dengan saya sendiri perawat Astrilia Arum Meiliana, saya paling
senang dipanggil astri yang akan merawat ibu dari pukul 08.00
sampai dengan pukul 14.00 wib. Sebelumnya nama ibu siapa?
Ibu V “Vera”
Perawat Astri “senang dipanggil siapa?
Ibu V “Rara”
Perawat Astri Bagaimana kabar Ibu Hari ini?
Ibu V “Alhamdulillah baik suster
Perawat Astri “baiklah ibu rara, apa keluhan yang ibu rasakan hari ini?
Ibu V “saya merasa sedih suster dan malu suster dengan diriku sendiri”
Perawat Astri “baiklah ibu rara, bagaimana kalau kita berbincang-bincang
tentang apa yang ibu rasakan selama ini? Ibu maunya dimana?”
Ibu V “disini saja suster”
Perawat Astri “Berapa Lama Ibu?”
Ibu V “….(terdiam)”
Perawat Astri “baiklah ibu bagaimana kalau 20 menit saja ya?
Ibu V “(mengangguk) Ya”
Perawat Astri “baiklah terimakasih
Tahap Kerja
Perawat Astri “baiklah sekarang ibu bisa mengungkapkan perasaan ibu kepada
saya bu selama 20 menit saya akan merawat ibu (pegang tangan
dan pundak pasien). Bagaimana perasaan ibu?
Ibu V “saya merasa bersalah atas kepergian suami saya dan anak
sulung saya meninggal karena kecelakaan. Saya selalu bermimpi
melihat banyak darah dan selalu mimpi kejadian kecelakaan saat
itu. Saya juga merasa malu karena merasa tidak berguna lagi
dengan keadaan yang saya alami, terlebih lagi tangan saya tidak
dapat saya gunakan seperti biasanya”
Perawat Astri “kemudian apa yang ibu lakukan ketika perasaan bersalah dan
putus asa ibu itu muncul?”
Ibu V “Saya hanya bisa menangis dan ikhlas menerima semua ini. Tapi
saya tidak dapat membohongi diri saya sendiri dan berteriak
ketika melihatnya dan mengingat kejadian pada saat itu.
(kecelakaan yang telah menghilangkan suami dan anak sulung
beserta tangannya)
Perawat Astri “Saya mengerti Ibu sangat sulit menerima kenyataan ini.Tapi
kondisi sebenarnya memang Suami dan Anak sulung Ibu telah
meninggal. Sabar ya, mbak. Jadi mbak selalu merasa takut dan
gelisah saat tidur ya mbak?”
“maaf ibu sebelumnya, sekarang ibu hanya memiliki satu tangan
yang berfungsi dan dapat ibu gunakan dengan baik.”
“apa yang dapat ibu lakukan atau yang ingin ibu lakukan hanya
dengan satu tangan ibu miliki sekarang?”
Ibu V “iya, saya selalu berpikir kenapa suami dan anak sulung saya
pergi meninggalkan saya. Saya jadi takut untuk naik kendaraan.”
“O.ya jujur suster, saya ingin sekali melakukan aktivitas seperti
biasanya meskipun sekarang saya hanya memiliki satu tangan
saja.
Perawat Astri “Saya tidak bermaksud untuk tidak mendukung Ibu. Tapi
coba Ibu pikir, jika Ibu pulang ke rumah nanti, Ibu tidak bertemu
dengan suami dan anak sulung Ibu karena beliau memang sudah
meninggal. Itu sudah menjadi kehendak Tuhan, Ibu. Ibu harus
berusaha menerima kenyataan ini. Dan tidak semua kendaran
yang akan ibu naikin akan mengalami kecelakaan. Dan walaupun
ibu hanya memiliki satu tangan yang berfungsi dan satunya lagi
sebelah kiri sudah tidak berfungsi lagi, tapi tangan sebelah kanan
ibu kan masih bisa digunakan untuk melakukan aktivitas sehari-
hari dan kaki ibu juga dapat difungsikan dengan baik”
Ibu V “iya saya akan berusaha untuk menerima dengan Ikhlas
kenyataan ini. Terkadang saya mencoba untuk melatih tangan
saya dan melakukan kegiatan dengan tangan kanan saya, tapi
tetap saja saya merasa bahwa saya memang tidak berguna lagi di
dunia ini”
Perawat 2 “ibu hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh
Tuhan. Meninggalnya suami dan anak sulung ibu juga
merupakan kehendak-Nya sebagai Maha Pemilik Hidup. Tidak
ada satu orang pun yang dapat mencegahnya, termasuk saya
ataupun ibu sendiri. Saya juga mengerti ibu, tapi setidaknya ibu
sudah berusaha untuk melatihnya sendiri.”
Ibu V “iya (menggelengkan kepala)”
Perawat Astri “ibu sudah bisa memahaminya?
Ibu V “Alhamdulillah bisa”
Perawat Astri “ibu tidak perlu cemas. Ibu juga tidak hidup sendiri karena ibu
masih mempunyai anak yang membutuhkan kasih sayang ibu.
Anak ibu masih butuh perhatian dari seorang ibu. Ibu bisa
membesarkan anak ibu dengan mencoba untuk bekerja kembali
untuk menjadi guru atau mencari pekerjaan yang ibu bisa
lakukan. Saya percaya ibu akan menjadi sukses.
Ibu V “ya saya telah belajar untuk mengikhlaskan semua itu, padahal
masih ada anak saya yang membutuhkan saya.”
Perawat Astri “baiklah mbak untuk mengurangi rasa cemas ibu, sekarang ibu
bisa ikuti teknik relaksasi yang saya lakukan” (dipraktikan).
Coba sekarang mbak tarik napas yang dalam, tahan sebentar,
kemudian hembuskan perlahan-lahan.”
Ibu V (pasien mengikuti dan memperaktikannya teknik relaksasi napas
dalam)
Perawat Astri “Baiklah ibu. Bagus sekali dan terus dilatih ibu yah. (tulis atau
masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku
Rencana tindakan pasien). Selanjutnya saya ajarkan ibu
bagaimana agar bisa tetap beraktivitas meskipun dengan
menggunakan tangan ibu yang masih dapat digunakan dengan
baik yaitu sebelah kanan.”
Ibu V “(Mengangguk) Ya”
Perawat Astri “ibu dulu sebelum mengalami bencana ini dan kehilangan tangan
ibu. Apa saja kegiatan atau aktivitas yang ibu sering lakukan di
rumah?”
Ibu V “Dulu saya kan guru, paling sebelum berangkat mengajar saya
siapkan anka-anak sarapan dan bersih-bersih rumah juga.”
Perawat Astri “Apa sekarang ibu masih ingin melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut ibu?”
Ibu V “Ya suster”
Perawat Astri “Begini ibu, seperti yang saya katakan tadi, saya akan ajarkan ibu
agar dapat beraktivitas meskipun dengan menggunakan satu
tangan. Tapi sebelumnya kita coba berlatih untuk menggerakkan
dan melakukan aktivitas yang ringan-ringan.
Ibu V “Ya suster”
Perawat Astri “Baiklah ibu, coba sekarang ibu mencoba untuk mengangkat
tangan sebelah kanan pelan-pelan dan mencoba menggenggam
dengan sekuat-kuatnya. (Sebelumnya sediakan benda yang dapat
digunakan seperti sapu dll). (contoh kepada pasien). “sekarang
ibu bisa mencobanya sendiri ya”
Ibu V “(Berlatih sendiri dan diawasi)”
Perawat Astri “Baiklah ibu, itu sudah bagus sekali.”
“Sekarang kita akan mencoba dengan menggunakan sapu
langsung ibu ya.Nah ini tangan ibu pegang sapunya dan ayunkan
perlahan, anggap saja ibu sedang menyapu beneran (sambil
mencontohkan). Nah, sekarang giliran ibu mencobanya ya? Tapi
sambil berdiri ibu ya?!”
Ibu V “Ya.(mencoba sendiri yang diajarkan perawat)?!?!”
Perawat Astri “Baiklah ibu. Bagus sekali dan terus dilatih ibu yah.” (tulis atau
masukkan ke dalam tugas harian terapi dengan rapi pada buku
Rencana tindakan pasien)
Ibu V “Ya Ibu”
Tahap Terminasi
“Evaluasi”
Perawat 1 “Bagaimana perasaan ibu setelah berbincang-bincang?
Klien “Alhamdulillah saya merasa lebih baik dan lega rasanya suster”
Perawat 1 “Apa mbak sudah mulai memahami kondisi yang sebenarnya
terjadi?”
Klien “sudah suster”
Perawat 1 “Kalau begitu sekarang ibu coba beritahu saya kembali, kegiatan
apa saja yang sudah ibu lakukan hari ini?”
Klien “Tadi suster astri bilang jika saya merasa cemas saya melakukan
tekhnik relaksasi napas dalam dan bilang bahwa saya masih bisa
menggunakan tangan kanan untuk beraktivitas dan melatihnya
untuk melakukan kegiatan seperti menyapu.”
Perawat Astri “Baik sekali ibu, ternyata ibu masih mengingatnya ya?
(senyum)”
Ibu V “Ya….(mengangguk dan senyum)”
Perawat Astri “Baiklah ibu. Apa yang kita lakukan hari ini ibu dapat
melatihnya sendiri dan mulai mencoba-coba melakukannya
sendiri”
Ibu V “Ya suster… akan saya coba…”
“Kontrak yang akan datang”
Perawat Astri “Sudah 20 menit ya, mbak. Saya rasa perbincangan kita kali ini
sudah cukup. Besok saya akan kembali lagi besok kesini dan
melatih ibu beberapa cara untuk mengkoordinasikan anggota-
anggota tubuh bibu yang lain dan melatihnya dengan-kegiatan
yang lain.”
“Bagaiamana apa ibu bersedia?”
Ibu V “Ya”
Perawat Astri “ibu maunya jam berapa?”
Ibu V “Jam 10 pagi saja suster.”
Perawat Astri “Baiklah ibu, besok kita akan bertemu kembali pada jam 10 pagi
ke tempat ini lagi ya ibu. Baiklah kalau begitu saya permisi dulu
ibu. Jangan lupa latihannnya ya ibu(senyum dan pegang pundak
pasien).”
Ibu V “Kalau begitu saya pamit…”
Perawat Astri “Assalamualaikum…”
Ibu V wa’alaikumsalam”

Anda mungkin juga menyukai