Anda di halaman 1dari 61

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

KESEHATAN POPULASI PENYAKIT INFEKSI


“TUBERKULOSIS PARU ”
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Komunitas II

Disusun oleh :

Astrilia Arum M. (205140154P) Puput Novita Sari (205140144P)

Dedy Setiawan (205140175P) Shella Nesti Ayu (205140135P)

Eriza Pebriana (205140162P) Veronica Maryani (205140131P)

Ismi Aprileni (205140155P) Wahyu Dwi Ilba (205140145P)

Nadia Uswatun Hasanah (205140141P) Yuliana Putrianingsih (205140156P)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS MITRA LAMPUNG

2020-2021

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas berkat rahmat dan kasihnya
penyusun dapat selesai makalah “ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS POPULASI
PENYAKIT INFEKSI DENGAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU” untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Komunitas II.
Penyusun menyadari masih banyak kekurangan dan hal-hal yang belum sempurna . Oleh
karena itu penyusun mohon maaf serta kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
penyusun untuk menjadikan makalah ini jadi lebih baik lagi.
Akhirnya penyusun kata kunci terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
penyusunan makalah ini dan besar harapan penyusun semoga makalah ini memberikan manfaat
dan menambah pengetahuan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................


DAFTAR ISI ..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...............................................................................
B. Tujuan ............................................................................................
C. Manfaat ..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
1. KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengertian Keperawatan komunitas ..............................................
B. Tujuan Keperawatan Komunitas ...................................................
C. Sasaran Keperawatan Komunitas ..................................................
D. Strategi Intervensi Keperawatan Komunitas .................................
2. TUBERKOLUSIS PARU
A. Pengertian Remaja .........................................................................
B. Anatomi Sistem Pernafasan............................................................
C. Etiologi ..........................................................................................
D. Patofisiologi ...................................................................................
E. Menifestasi Klinis ..........................................................................
F. Tanda Dan Gejala ..........................................................................
G. Cara Penularan ...............................................................................
H. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................
I. Klasifikasi Pasien TBC ..................................................................
J. Penegakan Diagnostik ...................................................................
K. Penatalaksanaan Keperawatan .......................................................
L. Penatalaksanaan Diet .....................................................................
M. Komplikasi .....................................................................................
N. Pencegahan ....................................................................................
O. Manajemen Therapy ......................................................................

ii
BAB III KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS
A. Pengkajian ......................................................................................
B. Diagnosa keperawatan ...................................................................
C. Rencana Keperawatan ...................................................................
D. Implementasi Keperawatan ...........................................................
E. Evaluasi ..........................................................................................
BAB IV ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS TUBERKULOSIS PARU
Kasus Asuhan Keperawatan Komunitan TB paru .................................
BAB VI PENUTUP
Kesimpulan ..........................................................................................
Saran ....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keperawatan komunitas adalah pelayanan keperawatan professional yang ditujukan pada
masyarakat dengan penekanan kelompok risiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
rehabilitasi dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan
keperawatan (CHN,1977 cit R.Fallen & R.Budi Dwi K, 2010). Indonesia dikenal dengan
sebutan perawatan kesehatan masyarakat (PERKESMAS) yang dimulai sejak permulaan
konsep puskesmas diperkenalkan sebagai institusi pelayanan kesehatan professional terdepan
yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat secara komprehensif.
Keperawatan sebagai bentuk komphrensif melakukan penekanan tujuan untuk menekan
stressor atau meningkatkan kemampuan komunitas mengatasi stressor melalui pencegahan
primer, sekunder, dan tersier. Peningkatan kesehatan berupa pencegahan penyakit ini bisa
melalui pelayanan keperawatan langsung dan perhatian langsung terhadap seluruh
masyarakat dengan mempertimbangkan bagaimana masalah kesehatan masyarakat
mempengaruhi kesehatan individu, keluarga dan kelompok. Peningkatan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan merupakan suatu proses dalam upaya meningkatkan
kesehatan.
Asuhan keperawatan komunitas dilakukan dengan pendekatan proses keperawatan.
Penerapan dari proses perawatan bervariasi pada setiap situasi, tetapi prosesnya memiliki
kesamaan, Dalam melaksanakan keperawatan kesehatan masyarakat, seorang perawat
kesehatan komunitas harus mampu memberikan perhatian terhadap elemen-elemen tersebut
yang akan tampak pada rangkaian kegiatan di dalam proses keperawatan yang berjalan
berkesinambungan secara dinamis dalam suatu siklus melalui tahap pengkajian, analisa data,
diagnose keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
(R.Fallen & R.Budi Dwi K,2010)
Masyarakat atau komunitas sebagai bagian dari subyek dan obyek pelayanan kesehatan
dan dalam seluruh proses perubahan hendaknya perlu dilibatkan secara lebih aktif dalam

1
usaha peningkatan status kesehatannya dan mengikuti seluruh kegiatan keperawatan
komunitas. Hal ini dimulai dari pengenalan masalah keperawatan sampai penanggulangan
masalah dengan melibatkan individu, keluarga, dan kelompok dalam masyarakat.
Pelaksanaan asuhan keperawatan komunitas yang dilakukan menggunakan empat
pendekatan yaitu pendekatan individu, pendekatan keluarga, kelompok dan masyarakat.
Pendekatan yang dilakukan oleh mahasiswa terkait empat pendekatan yaitu pendekatan
individu, keluarga, dan kelompok masyarakat dilakukan dengan cara masing-masing
mahasiswa mengelola satu keluarga dengan resiko penyakit tertentu dan keluarga binaan.
Pendekatan masyarakat dilakukan secara bersam-sama oleh mahasiswa melalui pengkajian
data kesehatan masyarakat dan lingkuingan pedukuhan patuk sampai kegiatan evaluasi
terhadap program yang dilakukan terkait masalah yang muncul.
Pembangunan kesehatan di Indonesia selama beberapa dekade yang lalu harus diakui
relatif berhasil, terutama pembangunan infra struktur pelayanan kesehatan yang telah
menyentuh sebagian besar wilayah kecamatan dan pedesaan. Namun keberhasilan yang
sudah dicapai belum dapat menuntaskan. Problem kesehatan masyarakat secara menyeluruh,
bahkan sebaliknya tantangan sektor kesehatan cenderung semakin meningkat.
Transisi epidemiologis, yang di tandai dengan semakin berkembangnya penyakit
degeneratif dan penyakit tertentu yang belum dapat diatasi sepenuhnya (seperti TBC, DHF
dan malaria); hal ini merupakan sebagian tantangan kesehatan di masa depan. Tantangan
lainnya yang harus ditanggulangi antara lain adalah meningkatnya masalah kesehatan kerja,
kesehatan lingkungan, masalah obat-obatan; dan perubahan dalam bidang ekonomi,
kependudukan, pendidikan, sosial budaya; dan dampak globalisasi yang akan memberikan
pergaruh terhadap perkembangan keadaan kesehatan masyarakat.
Salah satu penyakit menular yang ada adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Mycrobacterium tuberculosis (TB), sebagian besar TB umumnya menyerang paru-paru
namun juga dapat menyerang organ lainnya. Bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan
asam, sehingga dikenal dengan Basil Tahan Asam (BTA). Penyakit ini dapat menyerang
pada semua orang, baik anak-anak maunpun orang dewasa. Penyakit ini sangat mudah
ditularkan pada orang lain, bakteri microbacterium tuberculosis masuk ke dalam tubuh
manusia melalui udara pernapasan kedalam paru, kemudian bakteri tersebut dapat menyebar

2
dari paru-paru ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran
napas (bronkus) atau menyerang langsung ke bagian tubuh lainnya.
TB Paru merupakan bentuk yang paling sering dijumpai yaitu sekitar 80% dari semua
penderita. TB yang menyerang jaringan paru ini merupakan satu-satunya bentuk dari TB
yang dapat menular. TB merupakan salah satu masalah kesehatan penting di Indonesia.
Selain itu, Indonesia menduduki peringkat ke 3 negara dengan jumlah penderita TB
terbanyak di dunia setelah India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia adalah sekitar
5,8% dari total jumlah pasien TB dunia.
D'i Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus TB baru dengan kematian
sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per
100.000 penduduk dan TB terjadi pada lebih dari 70% usia produktif. Laporan WHO tentang
angka kejadian TBC evaluasi selama 3 tahun dari 2008, 2009, 2010 menunjukkan bahwa
kejadian TBC Indonesia mencapai 189 per 1000.000 penduduk. Secara global, angka
kejadian kasus kejadian TBC 128 per 1000.000 penduduk. Data ini menunjukkan bahwa
kasus TBC berada di sekitar kita.
Daya penularan dari seorang penderita TB ditentukan oleh banyak nyakuman yang
terdapat dalam paru penderita. Persebaran dari kuman-kuman tersebut dalam udara serta
yang dikeluarkan bersama dahak berupa droplet dan berada diudara disekitar penderita TB.
Untuk membatasi terjadinya penyakit TB paru pemerintah mengupayakan strategi untuk
menanggulanginya seperti dengan mencanangkan program DOTS (Directly Observed
Treatment Short-course) yang mana fokus utama dari program ini adalah penemuan dan
penyembuhan pasien,dengan prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular.
Oleh karena itu, demi tercapainya program tersebut perlu adanya upaya untuk
menambahkan pengetahuan pada masyarakat mengenai pemahaman anatomi sistem respirasi
yang terkait erat dengan penyakit TB paru, pengertian tentang, etiologi, manifestasi klinis,
patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang, komplikasi, dan penatalaksanaan (medis,
keperawatan, diet) serta asuhan keperawatan bagi penderita TB paru.

3
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan dan proses pengkajian komunitas dengan
masalah Penyakit Infeksi TB Paru
2. Tujuan Khusus
a) Untuk mengetahui definisi TB paru.
b) Untuk mengetahui Etiologi TB Paru.
c) Untuk mengetahui klasifikasi TB Paru.
d) Untuk mengetahui Patofisiologi TB paru.
e) Untuk mengetahui tanda dan gejala TB paru.
f) Untuk mengetahui cara penularan TB Paru
g) Untuk mengetahui Penegakan Diagnostik.
h) Untuk mengetahui Pengobatan TB Paru.
i) Untuk mengetahui Komplikasi TB Paru
j) Untuk mengetahui Pencegahan TB Paru.
k) Untuk mengetahui Prognosis TB Paru

C. MANFAAT
1. Agar penulis mendapatkan gambaran dan menambah wawasan pengetahuan asuhan
keperawatan komunitas Penyakit Infeksi Pada TB Paru.
2. Untuk perawat, agar perawat meningkatkan pengetahuan dan dapat menerapkan asuhan
keperawatan komunitas Penyakit Infeksi Pada TB Paru.

4
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. KEPERAWATAN KOMUNITAS
1) Pengertian Keperawatan Komunitas
WHO (1974) komunitas sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh batas-batas
wilayah,nilai-nilai keyakinan dan minat yang sama serta adanya saling mengenal dan
berinteraksi antara anggota masyarakat yang satu dengan yang lainnya. Koentjaraningrat
(1990) komunitas merupakan suatu kesatuan hidup manusia yang menempati suatu
wilayah nyata dan berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat sertaterikat oleh rasa
identitas suatu komunitas.
Ruth B.Freeman (1981) keperawatan komunitas adalah satu kesatuan yang unik dari
praktek keperawatan dan kesehatan masyarakat yang ditujukan pada pengembangan serta
peningkatan kemampuan kesehatan, baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara
kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat.
Depkes RI (1986) keperawatan masyarakat adalah suatu upaya pelayanan
keperawatan yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan oleh perawat dengan mengikut sertakan team kesehatan lainnya dan
masyarakat untuk memperoleh tingkat kesehatan yang lebih tinggi dari individu,keluarga
dan masyarakat (Mubarak,2009:2)
Dari beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan keperawatan komunitas
adalah pelayanan keperawatan kesehatan yang diberikan oleh perawat kepada individu,
keluarga dan masyarakat dengan melibatkan keluarga dan masyarakat dalam suatu
wilayah.

2) Tujuan keperawatan komunitas


Tujuan keperawatan komunitas adalah untuk pencegahan dan peningkatan kesehatan
masyarakat melalui upaya-upaya sebagai berikut :
a) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap individu, keluarga,
kelompok dalam konteks komunitas.

5
b) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (Health general
community) dengan mempertimbangkan permasalahan atau isu kesehatan masyarakat
yang dapat mempengaruhi keluarga, individu dan kelompok.

3) Sasaran keperawatan komunitas


Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk individu, keluarga,
dan kelompok baik yang sehat maupun yang sakit khususnya mereka yang beresiko
tinggi mengalami masalah kesehatan dalam masyarakat sebagai berikut:
a) Individu
Individu adalah anggota keluarga sebagai satu kesatuan utuh dari aspek biologi,
psikososial dan spiritual.
b) Keluarga
Keluarga merupakan fokus pelayanan kesehatan yang strategis sebab keluarga
merupakan unit terkecil masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota
keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena ikatan
darah dan ikatan perkawinan.
c) Kelompok Khusus
Sekumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur permasalahan
(problem) dan kegiatan yang terorganisir yang sangat rawan terhadap permasalahan
kesehatan. Kelompok khusus ini dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
 Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai akibat
perkembangan dan pertumbuhan seperti ibu hamil, bayi baru lahir, anak balita,
anak usia sekolah dan kelompok usia lanjut.
 Kelompok khusus dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan
bimbingan serta asuhan keperawatan seperti penderita penyakit menular,
penderita penyakit tidak menular, dan kelompok cacat mental.
 Kelompok yang mempunyai resiko tinggi terserang penyakit yaitu kelompok
penyalahgunaan obat dan narkotika, wanita tuna susila (WTS) dan pekerja seks
komersial (PSK).

6
4) Strategi intervensi keperawatan komunitas
Strategi intervensi keperawatan komunitas dilakukan melalui proses kelompok (group
process), pendidikan kesehatan (Health promotion) dan kerja sama (Partnership)
Keluarga
Pengertian Keluarga
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing
yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman 1998 dikutip Suprajitno,2004).
Menurut Salvicion G.Bailon dan Aradies maglaya (1989) keluarga adalah dua
atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan
perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup bersama dalam satu rumah
tangga,berinteraksi satu samalain dan memiliki peran masing-masing. Menciptakan
serta dapat mempertahankan kebudayaan tertentu (Mubarak,Wahid Iqbal,2006:285)
Keluarga (BKKBN,1999) adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan
ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang
layak. Bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara
anggota keluarga dan masyarakat beserta di dalam lingkungannya.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat penulis simpulkan keluarga adalah
kumpulan dua orang atau lebih karena ikatan perkawinan yang sah, memiliki
hubungan darah dan atau adopsi yang hidup bersama dalam satu rumah saling
berinteraksi satu sama lain dalam lingkungan dan menjalankan perannnya masing-
masing.

Ciri-ciri keluarga
Organisasi Saling berhubungan ,saling ketergantungan antara anggota
keluarga.
Ada Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
Keterbatasan mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsinya dan
tugasnya masing-masing.
Ada Perbedaan Setiap anggota kelurga mempunyai peranan dan fungsinya
dan Kekhususan masing-masing.

7
Tipe Keluarga
Keluarga Inti keluarga yang hanya terdiri dari ayah,ibu dan anak yang
(Nuclear Family) diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya
Keluarga Besar keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
(Extend Family) mempunyai hubungan darah (Kakek-nenek, paman- bibi)
Namun dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa
individualisme pengelompokan tipe keluarga berkembang menjadi :
 Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family) adalah keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.
 Orang tua tunggal (Single Parrent Family) adalah keluarga yang terdiri dari salah
satu orang tua dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
 Ibu dengan anak tanpa perkawinan (The Unmaried teenage mother)
 Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang tinggal sendiri tanpa pernah
menikah (The single adult living alone)
 Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (The nonmaterial
heterosexual cohabiting family).
 Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (gay and
lesbian family)
(Suprajitno,2004: 2-3)

Tahap perkembangan keluarga


Bukan hanya individu saja yang memiliki tahap perkembangan dengan berbagai
tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada tahap-tahap itu. Ada perbedaan
pembagian tahap perkembangan keluarga menurut Carter dan McGoldrik (1989) dan
Duval (1985) dikutip Suprajitno (2004: 3-4).
Carter Mc Goldrick Duvall
(Family therapi perspective,1989) Sosialogical perspective (1985)
Keluarga antara : masa bebas Tidak diindetifikasi karena periode wanita
(pacaran) dewasa muda antara dewasa dan menikah tak dapat
ditentukan
Terbentuknya keluarga baru melalui Keluarga baru menikah
suatu perkawinan
Keluarga yang memiliki anak muda  Keluarga dengan anak baru lahir( usia
(anak usia bayi sampai usia sekolah) anak tertua sampai umur 30 bulan)

8
 Keluarga dengan anak prasekolah.( usia
anak tertua 2 ½-5 tahun)
 Keluarga dengan anak usia sekolah( usia
anak tertua 6-12 tahun.
Keluarga yang memiliki anakdewasa Keluarga dengan anak remaja (usia anak
tertua 13-20 tahun
Keluarga yang mulai  Keluarga mulai melepas anak sebagai
melepasanaknya untuk keluar rumah dewasa (anak-anak mulai meninggalkan
rumah)
 Keluarga yang hanya terdiri dari
orangtua saja atau keluarga usia
pertengahan
Keluarga lansia Keluarga lansia
Menurut Duvall (1985) daur atau siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan
tahap perkembangan yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahap
perkembangannya :
Tahap 1 Pasangan baru Membina hubungan perkawinan yang saling
menikah (keluarga memuaskan, membina hubungan harmonis
baru) dengan saudara dan kerabat, dan merencanakan
keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak
yang diinginkan)
Tahap 2 Menanti kelahiran Menyiapkan anggota keluarga baru (bayi dalam
(child bearing keluarga) memberi waktu untu kindividu,
family) atau anak pasangan dan keluarga.
tertua
Tahap 3 keluarga dengan Menyatukan kebutuhan masing-masing anggota
anak prasekolah atau keluarga, antara lain ruang atau kamar pribadi
anak tertua, 2,5- 6 dan keamanan mensosialisasikan anak-anak,
tahun menyatukan keinginan anak-anak yang berbeda,
dan mempertahankan hubungan yang sehat
dalam keluarga
Tahap 4 Keluarga dengan Mensosialisasikan anak-anak termasuk
anak sekolah atau membantu anak-anak membina hubungan
anak tertua berusia dengan teman sebaya, mempertahankan
7-12 tahun hubungan perkawinan yang memuaskan, dan
memenuhi kebutuhan kesehatan masing-masing
anggota keluarga
Tahap 5 Keluarga dengan Membagi kebebasan remaja dengan tanggung
remaja atau dengan jawab yang sejalan dengan maturitas remaja,
anak tertua berusia memfokuskan kembali hubungan perkawinan
13-20 tahun dan melakukan komunikasi yang terbuka

9
diantara orangtua dengan anak-anak remaja.
Tahap 6 Keluarga dengan Menambah anggota keluarga dengan kehadiran
anak dewasa anggota keluarga yang baru melalui pernikahan
(pelepasan) anak-anak yang telah dewasa, menata kembali
hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya
proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-
masalah kesehatan
Tahap 7 keluarga usia Mempertahankan kontak antara anak dan cucu;
pertengahan memperkuat hubungan perkawinan, dan
meningkatkan usaha promisi kesehatan
Tahap 8 Keluarga usia lanjut Menata kembali kehidupan yang memuaskan,
menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan
yang berkurang, mempertahankan hubungan
perkawinan, menerima kehilangan pasangan,
mempertahankan kontak dengan masyarakat
serta melakukan review masa lalu dan
beradaptasi dengan perubahan kekuatan fisik
(Suprajitno,2004 : 4-6)

Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga menurut Freidman ( 1998) adalah sebagai berikut:
 Fungsi afektif ( The Affective Function)
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk
mempersiapkananggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini
dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
 Fungsi Sosialisasi dan tempat bersosialisasi (Socialization and social Placement
function)
Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
 Fungsi Reproduksi (The Reproductive Function)
Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.
 Fungsi ekonomi (The Economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan
tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

10
 Fungsi Perawatan/Pemeliharaan Kesehatan ( The Health Care Function)
Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar
tetapmemiliki produktivitas tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas
keluargadibidang kesehatan.
( Suprajitno,2004: 13 )

Struktur keluarga
Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan
fungsi keluargadi masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh
Friedman mengatakan ada 4 (empat) struktur keluarga yaitu :
Struktur Peran Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga dalam
Keluarga keluarga dan perannya di lingkungan masyarakat atau peran
formal dan informal
Nilai/Norma Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini
Keluarga oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
Pola Menggambarkan bagaimana cara dan pola komunikasi ayah dan
komunikasi ibu (orang tua),orangtua dengan anak,anak dengan anak, dan
keluarga anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga inti
Struktur Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk
kekuatan mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah
keluarga keluarga yang mendukung kesehatan
(Suprajitno, 2004: 7)

B. TUBERKULOSIS PARU

11
1. Pengertian Tuberkulosis Paru
TBC adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh mycobakterium
tuberculosis (Price,Sylvia A.2005:853).
TBC adalah penyakit akibat infeksi kuman mycobakterium tuberkulosis dengan
lokasi terbanyak di paru-paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arief
Mansjoer,2000).
Tuberkulosis merupakan penyakit menular granulomarosa kronis yang disebabkan
oleh mycobakterium tuberkulosis. Pada umumnya menyerang paru tetapi dapat juga
mengenai semua organ atau jaringan dalam tubuh. Secara khas pada pusat dari granuloma
mengenai nekrosis kaseosa menimbulkan ”Tuberkel Lunak” (Robins Stanley,1995:161).
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang dapat
mempengaruhi semua jaringan tubuh tetapi paling umum terlokalisasi di paru-paru
(sloane,ethel,2003:277).
Dari beberapa pengertian diatas penulis dapat menyimpulkan yang dimaksud dengan
TBC paru adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri mycobacterium
tuberkulosis pada paru-paru.
Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TBC (Depkes. RI, 2002). Definisi lain menyebutkan bahwa Tuberkulosis paru
adalah suatu penyakit infeksi menahun yang menular yang disebabkan oleh mybacterium
tuberculosis (Depkes. RI, 1998) Kuman tersebut biasanya masuk ke dalam tubuh manusia
melal`ui udara (pernapasan) kedalam paru. Kemudian kuman tersebut menyebar dari paru
ke organ tubuh yanglain melaui peredaran darah, kelenjar limfe, saluran nafas, atau
penyebaran langsung ke organ tubuh lain (Depkes. RI,2002).
Tuberculosis adalah penyakit disebabkan mycobacterium tuberculosa yang hampir
seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya, tapi paling banyak adalah paru-paru.

2. Anatomi Sistem Pernapasan


Secara anatomi organ pernapasan dibagi menjadi dua bagian besar yaitu organ
saluran pernapasan bagian atas yang terdiri dari hidung, faring, laring dan trakea,
sedangkan organ pernapasan bagian bawah yang terdiri dari bronkus, bronkiolus dan unit

12
pertukaran gas yaitu bronkiolus respiratorus, duktus alveoli dan alveoli yang merupakan
struktur dasar paru-paru

Gambar : Sistem Pernapasan Pada Manusia

a) Hidung
Struktur hidung terdiri dari lapisan luar(kulit dan jaringan yang menonjol dari wajah),
lapisan tengah (lapisan tulang rawan dan otot-otot), lapisan dalam (selaput lender
yang berlipat-lipat yaitu konka nasalis) yang berjumlah tiga yaitu konka nasa
lisinferior, konka nasalis media, dan konka nasalis superior. Hidung didukung oleh
tulang hidung nasal prosesus dari maksilaris dan tulang rawan yang membentuk
dinding dan septum hidung. Dihidung juga terdapat sinus paranalis yang terdiri dari
sinus frontal, sinus ethmoid, sinus spenoid dan sinus maksilaris. Sinus ini dapat
memproduksi mukus untu melembabkan jalan napas atas dan memberikan resonansi
selama vokal. Fungsi hidung yaitu :
 Sebagai saluran udara pernapasan
 Filter udara pernapasan oleh silia
 Menghangatkan dan melembabkan udara pernapasan oleh mukosa
 Resepsi odor sebagai indera pencium

13
b) Faring
Faring adalah tabung mukular berukuran 12,5 cm yang membentang dari bagian dasar
tulang tengkorang sampai esofagus. Faring terbagi menjadi nasofaring, orofaring dan
laringofaring. Semua area faring dipersyarafi oleh nervus vasial. Secara langsung
nasofaring berada disamping nasal caviti dan menyambungkan hidung dengan 2 nares
posterior. Tubaeustakia berasal dari telinga tengah ke nasofaring. Orofaring terletak
dibagian posterior darioral caviti dimana terdapat ovula, palatum molle dan 2 tonsil.
Laringofaring terdapat diantara laring dan esofagus serta merupakan bagian akhir dari
faring dimana terdapat epiglotis yang melindungi jalan napas saat menelan makanan.
c) Laring
Laring menghubungkan jalan napas atas ke trakea dan pita suara. Laring merupakan
tube atau saluran tabung pendek berbentuk seperti kotak tringular dan ditopang oleh
sembilanc incin kartilago dan juga ditopang oleh mukosa dan ligamen. Pada laring
juga terdapat epiglotis yang berfungsi menutup trakea saat menelan untuk mencegah
aspirasi makanan. Laring mempunyai lapisan mukosa yang sangat sensitif terhadap
stimuli partikel asing. Terdapat dua cabang nervus vagus pada sebelah dalam laring
yang memberikan gerakan penghantar rangsangan. Semua rangsangan dari saraf
laringeal superior mensuplai beberapa gerakan pada semua rangsangan sensorik dan
stimuli terakhir dari saraf ini adalah timbulnya refleks batuk.
d) Trakea
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16-20 cincin yang terdiri dari
tulang kartilago yang berbentuk huruf ”C ” dan didalamnya terdapat epitelium serta
diselingi oleh sel goblet (untuk produksi mukus). Silia berfungsi untuk mendorong
benda asing kearah laring dan faring yang masuk bersama-sama udara pernapasan.
Karina terletak diantara T5 dan merupakan tanda titik dimana trakea dibagi menjadi
dua cabang bronkus.
e) Bronkus
Bronkus dekstra 5 cm lebih pendek dari bronkus sinistra dan lebih dekat ke ventrikal
tubuh, sedangkan bronkus kiri lebih panjang dan ramping dan letaknya lebih
horizontal. Didalam lobus pulmonal dekstra bronkus terbagi menjadi 3 cabang. Pada
lobus pulmonal sinistra terbagi menjadi dua cabang. Bronkus akan bercabang-cabang

14
lagi menjadi 19 segmen bronkus pulmonari yaitu lobus kanan 10 segmen dan lobus
kiri 9 segmen. Segmen-segmen bronkus ini akan terbagi lagi menjadi subsegmental
bronkiolus.
f) Bronkiolus
Struktur bronkiolus berbeda dengan saluran pernapassan besar. Bronkiolus tidak
memiliki kartilago dan mukosanya tidak mempunyai sel goblet. Pada akhir
bronkiolus subsegmental akan bersambungan dengan bronkiolus terminali yang akan
menyalurkan udara ke saluran alveolar. Bronkiolis terminal mengandung epitelium
dan sel-sel darah. Pada kedua paru-paru terdapat 35.000 bronkiolus yang lebih lanjut
akan membagi ke dalam unit terminal respiratori yang merupakan tempat terjadinya
pertukaran gas.
g) Paru-paru
Paru-paru adalah organ berbentuk piramid seperti spon dan berisi udara, terletak
dalam rongga thoraks. Paru kanan memiliki tiga lobus dan paru kiri memiliki dua
lobus. Setiap paru memiliki apeks yang mencapai bagian atas iga pertama, bagian
dasar terletak di atas diafragma, permukan medial yang terpisah dari paru lain oleh
mediastinum dan permukaan kostal terletak di atas kerangka iga. Pada permukaan
medial paru memiliki hilus (akar) yang merupakan tempat masuk dan keluarnya
pambuluh darah bronki pulmonal dan bronkial dari paru. Pada paru terdapat unit
pertukaran gas yang terdiri dari respiratori bronkialis atau kantong alveoli
(gelembung hawa) dan alveoli (terminal kantong udara) dan memiliki acini yang
memiliki jaringan arteri dan vena pulmonal. Kantong alveolar terbentuk oleh 5
lapisan sel membran ephitelium yang terdiri dari 2 tipe cell. Dimana sel-sel ini
mengandung secret surfaktan dan lipoprotein yang berfungsi untuk menentukan
tegangan alveoli sehingga paruakan mudah memompa udara.

3. Etiologi
Penyebab dari tuberkuloosis paru (TBC) adalah mycobakterium tuberkulosis yang
biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah orang ke orang sehingga bakteri
mengkolonisasi bronkiolus dan alveolus ( Corwin,Elizabeth J.2000:414).

15
4. Patofisiologi
Penyebaran kuman Mikrobacterium tuberkolusis bisa masuk melalui tiga tempat yaitu
saluran pernapasan, saluran pencernaan dan adanya luka yang terbuka pada kulit. Infeksi
kuman ini sering terjadi melalui udara (airbone) yang cara penularannya dengan droplet
yang mengandung kuman dari seseorang yang sudah terinfeksi pada sebelumnya
(Sylvia.A.Price.2006.hal 754).
Penularan tuberculosis paru terjadi karena penderita TBC membuang ludah dan
dahaknya sembarangan dengan cara dibatukkan atau dibersinkan keluar. Dalam dahak
dan ludah ada basil TBC-nya, sehingga basil ini mengering lalu diterbangkan angin
kemana-mana. Kuman terbawa angin dan jatuh ketanah maupun lantai rumah yang
kemudian terhirup oleh manusia melalui saluran pernapasan ke paru-paru dan bersarang
serta berkembangbiak di paru-paru. Pada permulaan penyebaran, akan terjadi beberapa
kemungkinan yang bisa muncul yaitu penyebaran limfohematogen yang dapat menyebar
melewati getah bening atau pembuluh darah. Kejadian ini dapat meloloskan kuman dari
kelenjar getah bening dan akan menuju aliran darah dalam jumlah kecil yang dapat
menyebabkan lesi pada organ tubuh yang lain. Basil tuberkolusis yang bisa mencapai
permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari 1-3 basil.
Dengan adanya basil yang mencapai ruang alveolus, ini terjadi dibawah lobus atas paru-
paru atau pada dibagian atas lobus bawah, maka hal ini bisa membangkitkan reaksi
peradangan. Berkembangnya leukosit pada hari-hari pertama ini digantikan oleh
makrofag. Pada alveoli yang terserang mengalami konsolidasi dan menimbulkan tanda
dan gejala pneumonia akut. Basil ini juga dapat menyebar melalui getah bening menuju
kelenjar getah bening regional, sehingga makrofag yang mengadakanin filtrasi akan
menjadi lebih panjang dan yang sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epitelloid yang
dikelilingi oleh limfosit, proses tersebut membutuhkan waktu 10-20 hari. Bila terjadi lesi
primer paru yang biasanya disebut focus ghon dan bergabungnya serangan kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami pencampuran ini juga dapat diketahui pada orang sehat yang kebetulan
menjalani pemeriksaan radiogram rutin. Beberapa respon lain yang terjadi pada daerah
nekrosis adalah pencairan, dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan menimbulkan

16
kavitas. Pada proses ini akan dapat terulang kembali dibagian selain paru-paru atau pun
basil dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah atau usus (Sylvia.A Price:2006;754).
Kavitas yang kecil dapat menutup sekalipun tanpa adanya pengobatan dan dapat
meninggalkan jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereda lumen bronkus dapat
menyempit dan tertutup oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus
rongga. Bahan perkejuan dapat mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran
penghubung, sehingga kavitas penuh dengan bahan perkejuan dan lesi mirip dengan lesi
berkapsul yang tidak lepas. Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu
lama atau membentuk lagi hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan
aktif (Syilvia.A Price:2006;754).
Batuk darah (hemaptoe) adalah batuk darah yang terjadi karena penyumbatan trakea
dan saluran nafas sehingga timbul sufokal yang sering fatal. Ini terjadi pada batuk darah
massif yaitu 600-1000cc/24 jam. Batuk darah pada penderita TB paru disebabkan oleh
terjadinya ekskavasi dan ulserasi dari pembuluh darah pada dinding kapitas.
(Soeparman,1990: 821)

5. Manifestasi Klinis
Gejala akibat infeksi mycobakterium tuberkulosis adalah batuk produktif yang
berkepanjangan (≥3 minggu) pada nyeri dada dan hemoptisis. Gejala sistemik termasuk
demam menggigil, keringat malam, kelemahan, hilangnya napsu makan dan penurunan
berat badan. Seseorang yang dicurigai menderita TB harus dianjurkan untuk menjalani
pemeriksaan fisik, tes tuberkulin mantoux, foto toraks dan pemeriksaan bakteriologi atau
histologi. (Price,Sylvia.A,2006:854)
Sedangkan menurut Corwin (2000:416) gambaran klinis tuberkulosis mungkin belum
muncul pada infeksi awal dan mungkin tidak akan pernah muncul apabila tidak terjadi
infeksiaktif. Apabila timbul infeksi aktif, pada pasien biasanya terlihat demam yang
biasanya pada pagi hari, malaise, keringat malam, napsu makan hilang dan terjadi
penurunan berat badan, batuk purulen produktif disertai nyeri dada.

17
6. Tanda Dan Gejala
Gejala-gejala klinis yang muncul pada klien TBC paru adalah sebagai berikut :
Demam yang terjadi biasanya menyerupai demam pada influenza, terkadang sampai
40-41oC
Batuk terjadi karena iritasi bronchus, sifat batuk dimulai dari batuk non produktif
kemudian setelah timbul peradangan menjadi batuk produktif. Keadaan lanjut dapat
terjadi hemoptoe karena pecahnya pembuluh darah. Ini terjadi karena kavitas, tapi
dapat juga terjadi ulkus dinding bronchus
Sesak nafas terjadi pada kondisi lanjut dimana infiltrasinya sudah setengah bagian
paru.
Nyeri dada timbul bila sudah terjadi infiltrasi ke pleura sehingga menimbulkan
pleuritis.
Malaise dengan gejala yang dapat ditemukan adalah anorexia, berat badan menurun,
sakit kepala, nyeri otot, keringat malam hari.
(Soeparman, 1990; Heitkemper, 2000)

7. Cara Penularannya
a) Penyakit TBC menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri mycobacterium
tuberculosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
b) Bacteri bisa masuk dan terkumpul dalam paru-paru akan berkembang biak menjadi
banyak (terutama daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui
pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itu infeksi TBC menginfeksi
hamper seluruh organ tubuh sesperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan,
tulang, kelenjar getah bening.
c) Factor lain adalah kondisi rumah lembab karena cahaya matahari dan udara tidak
bersirkulasi dengan baik sehingga bakteri tuberculosis berkembang dengan baik dan
membahayakan orang yang tinggal didalam rumah.

18
8. Pemeriksaan Diagnostik
a) Laboratorium
1) Diagnosis TB ditegakkan dengan pemeriksaan 3 specimen dahak dalam waktu 2
hari,yaitu sewaktu–Pagi-Sewaktu (SPS)
 S (Sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung
pertamakali. Pada saat pulang, suspek membawa sebuah pot dahak untuk
mengumpulkan dahak pagi pada hari kedua.
 P (Pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah
bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas di UPK3.
 S (Sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan
dahak pagi.
2) Membiarkan dahak dapat meningkatkan jumlah yang positif, tetapi mungkin
memerlukan 4-8 minggu sebelum mendapatkan hasilnya. Pada penyakit yang
lebih ringan dan sedikit TB, hapusan mungkin negatif, tetapi biakan positif.
3) Tes resitensi obat hanya dapat dilakukan di laboratorium khusus.
4) Seka laring pada pasien-pasien yang tidak mempunyai dahak.
5) Bronkoskopi dilakukan bila dengan metode-metode lain telah gagal membantu
menegakkan diagnosis.
6) Cairan pleura. TB kadang-kadang dapat ditemukan dalam cairan yang telah
diputar dengan sentrifuge tetapi biasanya ditemukan dengan biakan.
7) Biopsi pleura. Dapat bermanfaat bila TB ditemukan pada cairan pleura.
8) Biopsi paru. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan histologi atau dengan
ditemukannya TB di spesimen tersebut.
9) Pemeriksaan Sinar X (Radiologi)
Diagnosis pasti tuberkulosis tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan rontgen
saja karena walaupun jarang dapat terjadi bronkitis tuberkulosis yang tak tampak
pada pemeriksaan rontgen paru.
Gambaran rontgen yang memberi kesan kuat tentang adanya tuberkulosis adalah :
Bagian atas paru menunjukkan bayangan berupa bercak atau bernoduler.
Kavitas (lubang) khususnya bila terdapat lebih dari satu lubang.
Bayangan dengan pengapuran dapat menyebabkan kesulitan dalam diagnosis.

19
Bayang-bayang lain yang mungkin berkaitan dengan tuberkulosis adalah:
Bayangan bentuk oval atau bundar soliter (tuberkuloma)
Kelainan pada hilus dan mediastrum disebabkan oleh pembesaran kelenjar limfe
Bayangan titik-titik kecil yang terbesar.
b) Pemeriksaan Tes Tuberkulin
Sekalipun tes tuberkulin yang dilakukan dengan baik sangatlah bermanfaat untuk
mengukut prevalensi tuberkulosis pada suatu masyarakat, tetapi pada banyak negara
miskin, tes ini kurang bermanfaat sebagai alat diagnostik. Hal ini disebabkan oleh
hasil tes yang bisa negatif, akibat keadaan gizi buruk atau adanya penyakit lain
sekalipun pasien menderita TB aktif.
Tes yang kuat positif tentunya merupakan indikasi pada tuberkulosis, tetapi tes
negatif belum berarti tidak ada tuberculosis. (Crofton, Jhon. 2002 : 98-104)

9. Klasifikasi Pasien TBC


Klasifikasi TB dibuat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik dan riwayat
pengobatan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan salah satu faktor
determinan untuk menetapkan strategi terapi. Klasifikasi TB paru dibagi sebagai berikut:
a) TB Paru BTA Positif dengan kriteria :
Dengan atau tanpa gejala klinik
BTA positif: Mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali disokong
biakan positif satu kali atau disokong radiologik positif 1 kali.
Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru
b) TB paru BTA negatif dengan kriteria :
Gejala klinik dan gambaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif.
c) Bekas TB Paru dengan kriteria :
Bakteriologin (mikroskopin dan biakan) negatif.
Gejala klinik tidak ada atau ada gejala sisa akibat kelainan paru.
Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif. Menunjukkan serial foto yang
tidak berubah.
Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat/lebih mendukung.

20
10. Penegakan Diagnostik TB Paru
Diagnosis tuberkulosis paru ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit, pemeriksaan
fisik, foto thoraks, uji tuberkulin, laboratorium, dan pemerikasaan patologi anatomi (PA).
Di Indonesia sebagai standar untuk penegakan diagnosis tuberkulosis paru adalah
pemeriksaan mikroskopis. Pemeriksaan mikroskopis sangat cocok dengan kondisi
Puskesmas dalam menegakkan diagnosis tuberkulosis paru (Depkes. RI, 2002). Oleh
karena itu untuk deteksi kuman TBC digunakan pemeriksaan mikroskopis dalam
menetapkan diagnosis dan pengobatan.

11. Penatalaksanaan Keperawatan


Tentukan apakah pasien pernah terpajan pada individu dengan TB atau tidak. Sering
kali “sumber” dari infeksi tidak diketahui dan mungkin tidak pernah ditemukan. Pada
saat yang sama, kontak erat pasien harus diidentifikasi sehingga mereka dapat menjalani
“follow-up” untuk menentukan apakah mereka terinfeksi dan mempunyai penyakit aktif
atau tes tuberculin positif. Keluhan pasien yang paling umum adalah batuk produktif dan
berkeringat malam hari.
Data yang harus dikumpulkan untuk mengkaji pasien dengan TB mencakup batu
produktif, kenaikan suhu tubuh siang hari, reaksi tuberculin dengan indurasi 10 mm atau
lebih dan rotgen dada yang menunjukkan infiltrat pulmonal (Niluh dan Christie, 2013)

12. Penatalaksanaan Diet


Terapi diet bertujuan untuk memberikan makanan secukupnya guna memperbaiki dan
mencegah kerusakan jaringan tubuh lebih lanjut serta memperbaiki status gizi agar
penderita dapat melakukan aktivitas normal.
Terapi diet untuk penderita kasus Tuberculosis paru adalah:
a) Energi diberikan sesuai dengan keadaan penderita untuk mencapai berat badan
normal
b) Protein yang tinggi untuk mengganti sel-sel yang rusak meningkatkan kadar albumin
serum yang rendah (75-100 gram)
c) Lemak cukup 15-25% dari kebutuhan energy total
d) Karbohidrat cukup sisa dari kebutuhan energy total

21
e) Vitamin dan mineral cukup sesuai kebutuhan total.
f) Macam diet untuk penyakit TBC:
 Diet Tinggi Energi Tinggi Protein I (TETP I).
 Energy: 2600 kkal, protein 100 gram (2/kg BB).
 Diet Tinggi Energi Tinggi Protein II (TETP II)
 Energy: 3000 kkal, protein 125 gram (2,5 gr/kg BB)

13. Komplikasi
Komplikasi pada penderita tuberkulosis stadium lanjut (Depkes.RI, 2005)
a) Hemoptosis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan
kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
b) Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c) Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat
pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru.
d) Pneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan: kolap sspontan karena
kerusakan jaringan paru.
e) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, ginjal dan sebagainya.
f) Insufisiensi Kardio Pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

14. Pencegahan
a) Vaksinasi BCG
Pembrian BCG meninggikan daya tahan tubuh terhadap infeksi oleh basil
tuberculosis yang virulen. Imunitas timbul enam sampai delapan minggu setelah
pemberian BCG. Imunitas yang terjadi tidaklah lengkap sehingga masih mungkin
terjadi super infeksi meskipun biasanya tidak progresif dan menimbukan komplikasi
yang berat.
b) Mempertahankan sistem imunitas seluler dalam keadaan optimal dengan sedapat
mungkin menghindarkan faktor-faktor yang dapat melemahkan seperti kortikosteroid
dan kurang gizi.
c) Menghindari kontak dengan penderita aktif TB.
d) Menggunakan obat obatan sebagai langkah pencegahan pada kasus beresiko tinggi.

22
e) Menjaga standar hidup yang baik, kasus baru dan pasien yang berpotensi tertular
interprestasi melalui penggunaan dan interprestasi tes kulit tuberculin yang tepat
imunisasi BCG

15. Manajemen Therapy


Dalam pengobatan TB Paru dibagi 2 bagian :
a) Jangka pendek
Dengan tata cara pengobatan: setiap hari dengan jangka waktu 1-3 bulan
 Strecptomisin injeksi 750 mg
 Ethambutol 1000 mg
 Isoniazid 400 mg
b) Jangka panjang
Tata cara pengobatan: setiap 2 x seminggu, dengan lama pengobatan kesembuhan
menjadi 6-9 bulan.
Dengan menggunakan obat program TB paru kombipack bila ditemukan dalam
pemeriksaan sputum BTA Å dengan kombinasi obat:
 Rifampicin
 Isoniazid (INH)
 Ethambutol
 Pyridoxin (B6)
Tujuan pengobatan pada penderita TB Paru selain untuk mencegah kematian,
mencegah kekambuhan atau resistensi terhadap OAT serta memutuskan mata rantai
penularan. Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan)
dan fase lanjutan (4-7 bulan). Panduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan
obat tambahan.
Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah
rifampisin, INH, pirasinamid, streptomisin dan ethambutol. Sedangkan jenis obat
tambahan adalah kanamisin, kuinolon, maurolide dan amoksilin +asam klavulanat,
derivat rifampisin/INH.

23
Obat-obatan yang digunakan dalam pengobatan TBC ( Price,Sylvia A.2005:859)
Nama Obat Dosis Anak Dosis Dewasa Efek samping
Obat lini pertama
Isoniazid PO : 300mg PO: 300mg Kemerahan, hepatitis,
(INH) 5-10mg/kgbb/hr 10-20 mg/kgbb/hr neuropati perifer, efek
pada SSP ringan
Rifampisin PO: 450mg PO: 450mg Gangguan pencernaan,
(RIF) 10mg/kgbb/hr 10-20mg/kgbb/hr perdarahan, kemerahan,
gagal ginjal dan demam
Pirazinammid PO : 500mg PO : 500mg Hepatitis, hiperurisemia,
(PZA) 15-30mg/kgbb/hr 15-30mg/kgbb/hr Ganggguan pencernaan
dan kemerahan
Etambutol PO : 400mg PO : 400mg Neuritis optikus dan
(EMB) 15-25mg/kgbb/hr 15-25mg/kgbb/hr kemerahan
Sterptomisin IM :400mg/ml IM 400mg/ml Ototoksik, keracunan
(SM) 20-40 mg/d 15 mg/ml pada ginjal
Obat Lini kedua
Kapreomisin IM 15-30 Ig IM 15-30mg/ml Kemerahan pada
auditorius, vestibular dan
ginjal
Etionamid IM 15-20 Ig IM 15-20mg/ml Gangguan pencernaan
hepatotoksik,
hipersensitivitas
Sikloresin IM 15-20mg/ml IM 15-20mg/ml Psicosis, kejang, sakit
kepala
Kanamisin IM,IV,PO PO 4- 6 g/hr Keracunan pada
15 mg/kg/hr auditorius, ventibular dan
gnjal
Tabel: jenis obat,dosis dan efek samping pada pengobatan TBC

Terdapat 5 jenis obat yang sekarang dikenal sebagai obat esenssial dalam pengobatan
tuberkolosis yaitu : isoniasid (H), rifampisin (R), pirazinamid (Z), streptomyzin S), dan
etambutol (E). Dalam menangani pasien TBC ini pengobatannya dikategorikan dalam 3
kategori.
Kategori I : penderita TB Paru BTA positif
Kategori II : penderita Paru BTA negatife Rontgen Positif yang “sakit berat”
Kategori III : penderita TB Ekstra Paru Berat
PRINSIP PENGOBATAN :

24
Obat diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis dalam jumlah cukup dan
dosis tepat selama 6-8 bulan supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosisi tahap intensif
dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya saat perut kosong.
(Depertemen Kesehatan RI,pedoman nasional penanggulangan tuberculosis,2006:40-420)
CARA PEMBERIAN OBAT :
KATEGORI I :
Tahap Lama Dosis/hari/kali Jumlah
pengobatan pengoba hari/kali
tan menelan
obat
Tablet Tablet Tablet Tablet
isoniazid rifampisin pirasinamid etambutol
@300mg @450mg @500mg @250mg
Tahap
intensif
2 bulan 1 1 3 3 60
(dosis
harian)
Tahap
lanjutan
4 bulan 2 1 - - 54
(dosis3x
seminggu)
Tabel.Obat TB Paru kategori I
Keterangan : dosis diatas untuk penderita dengan BB antara 33-50 kg

KATEGORI II :
Tahap Lama Tablet Tablet Tablet Etambutol Strept Jumlah
pengobatan pengob Isoniazid rifampisin pirasinamid Tablet Tablet omisin hari/kali
atan @300m @450mg @500mg @250 @250 Injeksi menelan
g mg mg obat
Tahap 2 bulan 1 1 3 3 - 0,75gr 60
intensif
(dosis 1 bulan 1 1 3 3 - - 30
harian)
Tahap
lanjuta
5 bulan 2 1 - - 2 - 60
(dosis 3x
seminggu)
Tabel. Obat TB Paru Katagori II

25
KATAGORI III:
Dosis/hari/kali Jumlah
Tablet Tablet Tablet
Tahap Lama hari/kali
isoniazid rifampisin pirasinamid
pengobatan pengobatan menelan
@300mg @450mg @500mg
obat
Tahap intensif
2 bulan 1 1 3 60
(dosis harian)
Tahap lanjuta
(dosis 3x 4 bulan 2 1 - 54
seminggu)

Tabel. Obat TB Paru Katagori III


Keterangan : dosis untuk penderita dengan BB antara 33-50 kg
UNTUK SISIPAN :
Tahap Lama Dosis/hari/kali Jumlah
pengobatan pengoba hari/kali
tan menelan
obat
Tablet Tablet Tablet Tablet
isoniazid rifampisin pirasinamid etambutol
@300mg @450mg @500mg @250mg
Tahap
intensif
1 bulan 1 1 3 3 60
(dosis
harian)
Tabel. Obat TB Paru Sisipan
Keterangan : Satu Paket Obat berisi 30 blitstar HRZE yang dikemas dalan 1 dosis kecil.

26
BAB III
PROSES KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. PENGKAJIAN
1. Core/inti komunitas
a) Histori
Histori merupakan suatu gambaran terkait sejarah yang berkaitan dengan kondisi
perkembangan suatu wilayah tertentu yang mencakup semua komponen yang terdapat
dalam wilayah tersebut termasuk di dalamnya adalah perbatasan wilayah.
b) Demographic
Demografi berasal dari kata demos yang berarti rakyat atau penduduk dan grafein
yang berarti menulia. Jadi, demografi adalah tulisan-tulisan atau karangan-karangan
mengenai penduduk (Mubarak Wahit dan Nurul Chayatin, 2009).
Menurut A. Guillard (1948), demografi adalah elements de statistique humaine on
demographic compares. Defenisi demografi antara lain:
Demografi merupakan studi ilmiah yang menyangkut masalah kependudukan,
terutama dalam kaitannya dengan jumlah, struktur dan perkembangan suatu
penduduk
Demografi merupakan studi statistik dan matematis tentang besar, komposisi, dan
distribusi penduduk, serta peruban-perubahannya sepanjang masa melalui
komponen demografi, yaitu kelahiran, kematian, perkawinan, dan mobilitas
sosial.
Demografi merupakan studi tentang jumlah, penyebaran teritorial dan komponen
penduduk, serta perubahan-perubahan dan sebab-sebabnya.
c) Ethnictic
Etnik adalah seperangkat kondisi spesifik yang dimiliki oleh kelompok tertentu
(kelompok etnik) . Sekelompok etnik adalah sekumpulan individu yang mempunyai
budaya dan sosial yang unik serta menurunkannya kepada generasi berikutnya. Etnik
berbeda dengan ras. Ras merupakan sistim pengklasifikasian manusia berdasarkan
karakteristik visik, pegmentasi, bentuk tubuh, bentuk wajah, bulu pada tubuh, dan

27
bentuk kepala. Sedangkan budaya merupakan keyakinan dan perilaku yang
diturunkan atau yang diajarkan manusia kepada generasi berikutnya.
(Efendi ferry dan Makhfudli , 2009).
d) Valus And Beliefs
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenalapa yang
dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. Nilai budaya adalah sesuatu yang
dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya baik atau buruk. Sedangkan,
norma budaya adalah aturan sosial atau patokan perilaku yang dianggap pantas.
Norma budaya merupakan sesuatu kaidah yang memiliki sifat penerapan terbatas
pada penganut budaya terkait. Nilai dan norma yang diyakini oleh individu tampak di
dalam masyarakat sebagai gaya hidup sehari-hari.
(Efendi ferry dan Makhfudli ,2009).

2. Subsistem
a) Lingkungan Fisik
Perumahan B rumah yang dihuni oleh penduduk, penerangan, sirkulasi, dan
kepadatan.
b) Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang tersedia untuk melakukan deteksi dini gangguan atau
merawat atau memantau apabila gangguan sudah terjadi.
c) Ekonomi
Tingkat social ekonomi komunitas secara keseluruhan apakah sesuai dengan upah
minimum regional (UMR), dibawah UMR atau diatas UMR sehingga upaya
kesehatan yang diberikan dapat terjangkau, misalnya anjuaran untuk konsumsi jenis
makanan sesuai status ekonomi tersebut.
d) Transportasi dan Keamanan
Keamanan dan keselamatan lingkungan tempat tinggal : apakah tidak menimbulkan
stress.
e) Politik dan Pemerintahan

28
Politik dan kebijakan pemerintah terkait dengan kesehatan : apakah cukup
menunjang sehingga memudahkan komunitas mendapat pelayanan diberbagai bidang
termasuk kesehatan.
f) Komunikasi
Sarana komunikasi apa saja yang dimanfaatkan di komuitas tersebut untuk
meningkatkan pengetahuan terkait dengan gangguan nutrisi misalnya televisi, radio,
koran atau leaf let yang diberikan kepada komunitas.
g) Education
Apakah ada sarana pendidikan yang dapat digunakan untuk meingkatkan
pengetahuann.
h) Rekreasi
Apakah tersedia sarananya, kapan saja dibuka dan apakah biayanya terjangkau oleh
komunitas. Rekreasi ini hendaknya dapat digunakan komunitas untuk megurangi
stress.
(R. Fallen & R. Budi .K, 2010).

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Setelah dilakukan pengkajian yang sesuai dengan data-data yang dicari, maka kemudian
dikelompokkan dan dianalisa seberapa besar stressor yang mengancam masyarakat dan
seberapa berat reaksi yang imbul pada masyarakat tersebut. Berdasarkan hal tersebut di atas
dapat disusun diagnose keperawatan komunitas dimana terdiri dari : masalah kesehatan,
karakteristik populasi, dan karakteristik lingkungan. (R. Fallen & R. Budi .K, 2010).

C. RENCANA KEPERAWATAN
Tahap kedua dari proses keperawatan merupakan tindakan menetap kanapa yang harus
dilakukan untuk membantu sasaran dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitative. Langkah pertama dalam tahap perencanaan adalah menetapkan tujuan dan
sasaran kegiatan untuk mengatasi masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan diagnose
keperawatan. Dalam menentukan tahap berikutnya yaitu rencana pelaksanaan kegiatan maka
ada 2 faktor yang mempengaruhi dan dipertimbangkan dalam menyusun rencana tersebut

29
yaitu sifat masalah dan sumber atau potensi masyarakat seperti dana, sarana, tenaga yang
tersedia.
Dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat dilakukan melalui tahapan-tahapan
sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Dengan dilakukan pemilihan daerah yang menjadi prioritas menentukan cara untuk
berhubungan dengan masyarakat, mempelajari dan bekerjasama dengan masyarakat.
2. Tahap Pengorganisasian
Dengan persiapan pembentukan kelompok kerja kesehatan untuk menumbuhkan
kepedulian terhadap kesehatan dalam masyarakat. Kelompok kerja kesehatan (Pokjakes)
adalah suatu wadah kegiatan yang dibentuk oleh masyarakat secara bergotong royong
untuk menolong diri mereka sendiri dalam mengenal dan memecahkan masalah atau
kebutuhan kesehatan dan kesejahteraan, meningkatkan kemampuan masyarakat berperan
serta dalam pembangunan kesehatan di wilayahya.
3. Tahap pendidikan dan latihan
a) Kegiatan pertemuan teratur dengan kelompok masyarakat.
b) Melakukan pengkajian.
c) Membuat program berdasarkan masalah atau diagnose keperawatan.
d) Melatih kader.
e) Keperawatan langsung terhadap individu, keluarga, dan masyarakatd.
4. Tahap formasi dan kepemimpinane
5. Tahap koordinasi intersektoralf
6. Tahap ahkir
Dengan melakukan supervise atau kunjungan bertahap untuk mengevaluasi serta
memberikan umpan balik untuk perbaikan kegiatan kelompok kerja kesehatan lebih
lanjut. Untuk lebih singkatnya perencanaan dapat diperolehdengan tahapan sebagai
berikut :
a) Pendidikan kesehatan tentang gangguan nutrisi.
b) Demonstrasi pengolahan dan pemilihan yang baik.
c) Melakukan deteksi dini tanda-tanda gangguan kurang gizi melalui pemeriksaan fisik
dan laboratorium.

30
d) Bekerja dengan aparat Pemda setempat untuk mengamankan lingkungan atau
komunitas bila stressor dari lingkungan.
e) Rujukan ke rumah sakit bila diperlukan.

D. IMPLEMENTASI
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan
keperawat yang dihadapi. Hal-hal yang yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksaan
kegiatan keperawatan kesehatan masyarakat adalah:
1. Melaksanakan kerja sama lintas program dan linytas sektoral dengan instansi terkait.
2. Mengikut sertakan partisipasi aktif individu, keluarga, masyarakat dan kelompok dan
kelompok masyarakat dalam menghatasi masalah kesehatannya.
3. Memanfaatkan potensi dan sumbar daya yang ada di masyarakat
Level pencagahan dalam pelaksanaan praktek keperawatan komunitas terdiri atas:
a) Pencegahan primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsian dan diaplikasikannya
kedalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyaki
b) Pencegahan sekunder
Pencagahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk
menghambat proses patologis, sehingga memperpendek waktu sakitdan tingkat
keparahan.
c) Pencegahan tersier
Pencegahan tersier dimulai pada saat cacat atau terjadi ketidak mampuan sambil
stabil atau menetap, atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai
pencegahan primer lebih dari upaya penghambat proses penyakit sendiri, yaitu
mengembalikan individu pada tingkat berfungsi yang optoimal dari ketidak
mampuannya.

E. EVALUASI
Evaluasi di dilakukan atas respons komunitas terhadap program kesehatan. Hal-hal yang
dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses), dan akhir-akhir (output).

31
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 deminsi yang perlu dipertimbangkan dalam
melaksanakan penilaian ,yaitu : Daya guna , hasil guna , kelayakan , dan kecukupan.
Adapun dalam evaluasi difokuskan dalam :
a) Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan pelaksanaan.
b) Perkembangan atau kemajuan prosesc.
c) Fensiensi biaya.
d) Fektifitas kerjae.
e) Dampak : Apakah status kesehatan meningkatI menurun , dalam rangka waktu berapa?
Mendirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan , pada awalnya peran
perawat lebih beser dari pada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar dari pada
perawat.
Tujuan akhir perawat komunitas adalah kemandirian keluarga yang terkai lima tugas
kesehatan yaitu : mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusantindakan kesehatan ,
merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya
peningkatan kesehatan keluarga serta menfaatkan fasilitas pelayanaan kesehatan yang
tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan
yaitu melalui proses keperawatan.

32
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KOMUNITAS DENGAN TB PARU

Asuhan keperawatan yang dilakukan di wilayah kelurahan Tejosari, Kecamatan kota Metro
menggunakan pendekatan proses keperawatan community as partner yang meliputi pengkajian
status kesehatan masyarakat, perumusan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi. Pemberian asuhan keperawatan melibatakan kader kesehatan, tokoh masyarakat, tokoh
agama, pimpinan wilayah tersebut.

A. PENGKAJIAN
Data Inti Komunitas Meliputi :
1. Data Geografi
a) Lokasi
Provinsi daerah tingkat I : Lampung
Kabupaten / Kotamadya : Kota Metro
Kecamatan : Metro Timur
Kelurahan : Tejosari
b) Luas Wilayah :
c) Batas daerah/wilayah :
Utara Barat
Selatan Timur
d) Keadaan tanah menurut pemanfaatannya
Semua tanah digunakan untuk pemukiman

2. Data Demografi
Jumlah Penduduk : jiwa
a) Berdasarkan jenis kelamin
NO Jenis Kelamin Tejosari %
1 Laki-laki
2 Perempuan
Total

33
Berdasarkan tabel diatas distribusi jenis kelamin, menunjukan bahwa sebagian
besar penduduk berjenis kelamin perempuan dengan jumlah …. orang (), dan laki-
laki …. orang (). Hal ini dikarenakan banyak laki-laki yang bekerja diluar daerah.
b) Berdasarkan kelompok usia
No Umur/Tahun Tejosari %
1 Bayi/balita (0-5)
2 Anak-anak
3 Remaja
4 Dewasa
5 Lansia
Total
Berdasarkan tabel distribusi umur, menunjukkan bahwa kelompok umur tertinggi
yaitu dewasa berjumlah …. orang (), sedangkan kelompok umur yang terendah
adalah kelompok umur 0-5 tahun berjumlah …. orang ().

3. Ethnicity
Dkstribusi keluarga berdasarkan ethnicity atau suku
No Suku Tejosari %
1 Jawa
2 Palembang
3 Lampung
4 Sunda
Total

4. Berdasarkan agama
Distribusi penduduk berdasarkan agama
No Agama Tejosari %
1 Islam
2 Kristen
3 Katolik
4 Hindu
5 Budha
Total

Berdasarkan hasil wawancara penduduk berdasarkan agama, menunjukkan bahwa


yang beragama islam yaitu …. orang () sedangkan yang beragama katolik …. orang (),
Kristen …. orang (), hindu …. orang (), budha tidak ada.

34
5. Pendidikan
No Pendidikan Frekuensi Persen
1 Tidak tamat SD
2 SD
3 SMP
4 SMA
5 Tidak tamat D1,D2,D3
6 Tamat S1
7 >S1
8 Belum sekolah
Total
Berdasarkan table distribusi tingkat pendidikan terakhir diketahui bahwa tingkat
pendidikan terakhir tertinggi yaitu SD sebanyak …. orang (), sedangkan yang terendah
yaitu >1 sebanyak …. orang ().
DS= dari hasil wawancara ternyata warga masyarakat belum pernah mendapatkan
informasi tentang penyakit TB paru baik dari tenaga kesehatan maupun melalui leaflet.
pada daerah tersebut belum pernah diadakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit tb
Paru.

6. Data Status Kesehatan


a) Kesehatan ibu dan anak
Jumlah ibu hamil :
1) Pemeriksaan kehamilan
Teratur :
Tidak Teratur :
2) Kelengkapan Imunisasi TT
Lengkap :
Belum lengkap :
Jumlah balita :
3) Pemeriksaan balita ke posyandu/puskesmas
Teratur :
Tidak teratur :
4) Kelengkapan imunisasi sesuai usia balita

35
Lengkap :
Belum lengkap :
DS = Hail wawancara dengan orang tua balita menyatakan imunisasi anaknya
belum lengkap (pada usia yang seharusnya sudah lengkap) dan tidak teratur
karena takut dengan efek imunisasi yaitu demem dan merasa rumit untuk
mengurus semuanya.
5) Status gizi balita berdasarkan KMS
Garis hijau :
Garis kuning :
Garis merah :
DS = Dari hasil wawancara dengan orang tua balita, mengatakan tidak ada balita
yang pernah berada di garis merah pada status gizinya.
b) Keluarga Berencana
1) Jumlah PUS :
2) Keikutsertaan PUS pada program KB
Ikut program KB :
Belum ikut program KB :
3) Jenis kontrasepsi yang diikuti
Jenis Jumlah % Jenis Jumlah %
IUD Suntik
PIL Tidak KB
Kondom
DS = Dari hasil wawancara dengan warga, mayoritas dari PUS tidak ikut KB
karena takut dengn efek/dampak dari kontrasepsi itu sendiri. Alasan lain karena
ingin memiliki anak lagi, serta malas melakukn KB karena merasa rumit.
DO = Dari jumlah PUS tersebut … kurang mengerti tentang KB dan … cukup
mengerti tentang KB.

c) Kesehatan Remaja
1) Jumlah penduduk remaja :
2) Jenis kegiatan penduduk remaja mengisi waktu luang
Kumpul-kumpul :

36
Kursus :
Olahraga :
Remaja masjid/gereja :
Lain-lain (dirumah) :
d) Kesehatan lansia
1) Jumlah penduduk lansia :
2) Keadaan kesehatan lansia
Ada masalah :
HT, Gout Atritis Jantung :
RPD : Strok, paru-paru :
Tidak ada masalah :
e) Distribusi penyakit di masyarakat
Pemyakit Jumlah % Penyakit Jumla %
h
TB paru Gastritis
ISPA Otot & Tulang
Hipertensi Hipotensi
DM Faringitis
Asma Batu Ginjal
Vertigo
DS = Masyarakat yang menderita TB Paru tidak memeriksakan atau mengontrol
kesehatannya ke puskesmas. Dan bahkan mereka tidak rutin mengambil obat TB ke
Puskesmas sehingga sebagian warga banyak yang mengalami putus obat dan kambuh
akibat pengobatan yang tidak tuntas atau juga karena bosan atau lupa tidak minum
obat TB akibat kesibukan kerja. Mayoritas masyarakat tidak tahu tentang perawatan
TB Paru sehingga mereka kadang-kadang meludah atau berdahak di sembarang
tempat (kadang di got, di jalan umum), Tidak ada pengkhususan alat tenun dan alat
makan antara penderita dengan orang yang sehat.
DO = Warga yang memiliki pengetahuan tentang TB paru sebanyak ….
Warga yang tidak memilki cukup pengetahuan TB paru sebanyak ….
Data Subsystem Meliputi
Lingkungan Fisik Jumlah KK %
Sumber air minum dan air minum
Penyediaan air bersih PAM

37
Sumur
PAM
Penyediaan air minum
Aqua
PAM
Pemanfaatan air minum
Air minum Steril
Selalu dimasak
Pengelolaan air minum Kadang dimasak
Tidak pernah dimasak
Saluran pembuangan air/sampah
Kebiasaan membuang sampah Diangkut petugas
Pembuangan air limbah Got
Meluber kemana-mana
Keadaan pembuangan air limbah
Lancar
Kandang Ternak
Ya
Kepemilikan kandang ternak
Tidak
Letak kandang ternak Diluar rumah
Jamban
Kepemilikan Jamban Memiliki jamban
Septi tank
Macam jamban yang dimiliki
Sumur cemplung
Keadaan jamban Bersih
Kotor
Bila tidak mempunyai jamban WC Umum
BAB di Jamban tetangga
Sungai
Sawah
Keadaan rumah
Type A (tembok)
Type rumah
Type B (1/2 tembok)
Milik rumah sendiri
Status rumah
Kontrak
Lantai rumah Tegal/semen
Ada
Ventilasi
Tidak ada
Memenuhi syarat
Luas kamar tidur
Tidak memenuhi syarat
Baik
Penerangan rumah oleh matahari Cukup
Kurang
Memiliki
Kepemilikan pekarangan
Tidak memiliki
Pemanfaatan perkarangan Ya
Jenis pemanfaatan perkarangan Tanaman
Keadaan perkarangan Bersih

38
DS = sebagian warga membersihkan jambannya tiap seminggu sekali
DS = Hasil wawancara menunjukan bahwa sebanyak …. dari warga yang memiliki ventilasi,
tidak pernah membuka jendela nya
DO = Hasil survey menunjukan bahwa sekitar …. rumah warga kurang pencahayaan
sehingga tampak gelap dan ruangan di dalam rumah tampak gelap.

Fasilitas Umum Dan Kesehatan Jumlah


TK …. Buah
SD …. Buah
Fasilitas umum SLTP …. Buah
SMU …. Buah
PT …. Buah
Karang taruna …. Kelompok
Pengajian …. Kelompok
Fasilitas kegiata kelompok
Ceramah agama …. Kelompok
PKK …. Kelompok
Masjid …. Buah
Musholah …. Buah
Sarana ibadah
Gereja …. Buah
Pura/wihara …. Buah
Lapangan sepak bola …. Buah
Lapangan bola voli …. Buah
Sarana olahraga
Lapangan bulu tangkis …. Buah
Lain-lain …. Buah
Puskesmas pembantu …. Buah
Puskesmas …. Buah
Rumah sakit …. Buah
Fasilitas kesehatan Praktek dokter swasta …. Buah
Praktek bidan …. Buah
Praktek kesehatan lain …. Buah
Tukang gigi …. Buah

Jumlah %
Sosial ekonomi
KK/jiwa/buah
Karateristik pekerjaan
PNS/ABRI …. Jiwa
Pegawai Swasta …. Jiwa
Jenis pekerjaan Wiraswasta …. Jiwa
Buruh tani atau pabrik …. Jiwa
Pensiun …. Jiwa
Status Pekerjaan penduduk Penduduk bekerja …. Jiwa
Penduduk tidak bekerja …. Jiwa
39
>18 tahun <65 tahun
Pasar tradisional …. Buah
Pusat kegiatan ekonomi Pasar swalayan …. Buah
Pasar kelontong …. Buah
< dari Rp 450.000/bulan …. KK
Rp 450.000 – Rp 600.000 …. KK
Penghasilan rata-rata perbulan
Rp 600.000 – Rp 800.000 …. KK
> dari Rp 800.000/bulan …. KK
Pengeluaran rata-rata perbulan Rp 150.000 – Rp 300.000 …. KK
Rp 300.000 – Rp 500.000 …. KK
> dari Rp 500.000/bulan …. KK
Kepemilikan Industry
Pemilik industry Ada
Jenis Industri kecil Makanan

Jumlah %
Keamanan Dan Transportasi
M/jiwa/buah
Keamanan
Poskamling …. Buah
Sarana keamanan Pemadam kebakaran …. Buah
Instansi polisi …. Buah
Transportasi
Jalan raya …. M
Fasilitas Transportasi Jalan tol …. M
Jalan setapak …. M
Tidak punya …. Jiwa
Sepeda pancel …. Jiwa
Alat transpotasi yang dimiliki Mobil …. Jiwa
Sepeda motor …. Jiwa
Becak …. Jiwa
Penggunaan sarana Angkutan/ kendaraan umum …. Jiwa
transportasi oleh masyarakat Kendaraan pribadi …. Jiwa

Politik dan Pemerintah Ada Tidak ada


Struktur organisasi pemerintah
Kelompok pelayanan kepada masyarakat (PKK, karang taruna,
panti, LKMD, posyandu)
Kebijakan pemerintah dalam pelayanan kesehatan
Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan

Komunikasi Jumlah Jiwa %


Fasilitas komunikasi yang ada di Radio
masyarakat TV
Telepone

40
Majalah/koran
Teknik penyampaian komunikasi Papan pengumuman
kepada masyaeakat

Rekreasi Jumlah
Tempat wisata alam …. Buah
Kolam renang …. Buah
Taman kota …. Buah
Bioskop …. Buah

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Problem
1 DS: Kurang pengetahuan Resiko penularan
 Dari hasil wawancara dengan tentang perawatan penyakit TB paru di
warga bahwa Mayoritas penyakit TB paru. wilayah “….”
masyarakat tidak tahu tentang Kecamatan “….”
perawatan TB Paru sehingga
mereka kadang-kadang meludah
atau berdahak di sembarang
tempat (kadang di got, di jalan
umum).
 Tidak ada pengkhususan alat
tenun dan alat makan antara
penderita dengan orang yang
sehat.
DO:
 Warga yang memiliki
pengetahuan tentang TB paru
sebanyak …
 Warga yang tidak memiliki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak

 Penerangan rumah oleh matahari

41
yang kurang sebanyak ….
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar …. Rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap
dan ruangan di dalam rumah tampak
gelap
2 DS: Kurang pengetahuan Resiko terjadi
 Dari hasil wawancara dengan tentang penyakit TB peningkatan
warga bahwa masyarakat yang Paru prevalensi penyakit
menderita TB Paru tidak TB Paru di wilayah
memeriksakan atau mengontrol “…” kecamatan “…”
kesehatannya ke puskesmas.
 Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa mayoritas
masyarakat tidak rutin mengambil
obat TB ke Puskesmas
 Dari hasil wawancara dengan
warga bahwa sebagian
masyarakat banyak yang
mengalami putus obat dan
kambuh akibat pengobatan yang
tidak tuntas atau juga karena
bosan atau lupa tidak minum obat
TB akibat kesibukan kerja.
 Hasil wawancara menunjukan
bahwa sebanyak …. dari warga
yang memiliki ventilasi, tidak
pernah membuka jendelanya
DO:
 Jumlah penderita TB Paru
sebanyak …. Orang (….%)
 Warga yang belum memiliki
ventilasi sebanyak …. KK (…%).
 Penerangan rumah oleh matahari
yang kurang sebanyak … KK (….
%)
Hasil survey menunjukan bahwa
sekitar …% rumah warga kurang
pencahayaan sehingga tampak gelap
dan ruangan di dalam rumah tampak
gelap
3 DS: Kurangnya peranan Kurang pengetahuan
 Dari hasil wawancara ternyata fasilitas pelayanan tentang perawatan
warga masyarakat belum pernah kesehatan TB paru di wilayah
mendapatkan informasi tentang “…” Kelurahan “…”
penyakit TB Paru baik dari tenaga kecamatan “….”

42
kesehatan maupun melalui leaflet.
 Dari hasil wawancara ternyata
Pada daerah tersebut belum
pernah diadakan penyuluhan
kesehatan tentang penyakit TB
Paru
DO:
 fasilitas pelayanan kesehatan
didaerah tersebut hanya terdapat
… buah puskesmas pembantu.
 Pendidikan warga yang lulusan
SD sebanyak …. KK (….%).
 Pendidikan warga yang lulusan
S1 sebanyak … KK (….%).
 Warga yang tidak bersekolah
sebanyak …. KK (….%).
 Warga yang memilki pengetahuan
tentang TB paru sebanyak …%
 Warga yang tidak memilki cukup
pengetahuan TB paru sebanyak
….%

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko penularan penyakit TB paru di wilayah “…” Kelurahan “….” Kecamatan “….”
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru.
2. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di wilayah “…” Kelurahan “….”
Kecamatan “….” berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru.
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di wilayah “…” Kelurahan “….”
Kecamatan “….” berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan.

D. PENAMPISAN MASALAH
Perhatian Poin Tingkat Kemungkinan Skor
Masalah keperawatan masyarakat prevalans bahaya untuk di kelola
i
Resiko penularan
penyakit TB paru di
wilayah “…” 4 3 4 3 14
Kelurahan “….”
Kecamatan “….”

43
Resiko terjadi
peningkatan prevalensi
penyakit TB Paru di
4 4 4 3 15
wilayah “…”
Kelurahan “….”
Kecamatan “….”
Kurang pengetahuan
tentang perawatan TB
paru di wilayah “…” 1 3 3 3 10
Kelurahan “….”
Kecamatan “….”

DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO KRITERIA
1 2 3
1 Sesuai dengan peran perawat komunitas 5 5 5
2 Jumlah yang beresiko 4 5 4
3 Besarnya resiko 5 5 4
4 Kemungkinan untuk penkes 5 5 5
5 Minat masyarakat 2 4 4
6 Kemungkinan untuk diatasi 4 3 4
7 Sesuai dengan program pemerintah 5 5 5
8 Sumber daya tempat 4 4 3
9 Sumber daya waktu 3 4 3
10 Sumber daya dana 4 4 2
11 Sumber daya peralatan 3 4 2
12 Sumber daya orang 2 3 2
Jumlah skor 46 49 43

KETERANGAN
1. = Sangat Rendah
2. = rendah
3. = cukup
4. = Tinggi
5. = Sanggat Tinggi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS UTAMA


1. Resiko terjadi peningkatan prevalensi penyakit TB Paru di wilayah “…” Kelurahan “….”
Kecamatan “….” berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang penyakit TB paru.

44
2. Resiko penularan penyakit TB paru di wilayah “…” Kelurahan “….” Kecamatan “….”
berhubungan dengan Kurang pengetahuan tentang perawatan penyakit TB paru
3. Kurang pengetahuan tentang perawatan TB paru di wilayah “…” Kelurahan “….”
Kecamatan “….” berhubungan dengan Kurangnya peranan fasilitas pelayanan kesehatan

F. PERENCANAAN
N Tujuan Jangka Tujuan Jangka Panjang Intervensi
o Pendek
1 Setelah dilakukan Setalah dilakukan tindakan a) Identifikasi factor internal
tindakan keperawatan masyarakat dapat : dan eksternal yang dapat
keperawatan selama a) Semua penduduk yang meningkatkan atau
2 minggu diharakan menderita TB Paru menurunkan motivasi untuk
tidak terjadi memeriksakan kesehatannya memeriksakan diri ke
peningkatan ke puskesms puskesmas
prevalensi penyakit b) Masyarakat rutin mengambil b) Identifikasi penyebab
TB obat TB di puskesmas. masyarakat tidak mengambil
c) Masyarakat yang menderita obat di puskesmas.
TB Paru tidak mengalami c) Identifikasi penyebab
putus obat dan rutin minum masyarakat putus obat.
obat. d) Beri penyuluhan tentang
d) Masyarakat membuka jendela tentang penyakit TB Paru
kamarnya. dan akibat bila tidak
e) Warga yang belum memiliki mengkonsumsi obat dengan
ventilasi dapat membuat benar serta penyebab putus
ventilasi. obat
f) Pencahayaan yang cukup
2 Setelah dilakukan Setalah dilakukan tindakan a) Berikan penyuluhan tentang
tindakan keperawatan masyarakat dapat: perawatan penyakit TB paru
keperawatan selama a) Masyarakat tahu tentang b) Jelaskan kepada masyarakat
2 minggu diharakan perawatan TB Para untuk mengkususkan alat
tidak terjadi b) Masyarakat dapat tenun dan makan antara
penyakit TB Paru mengkhususan alat tenun dan penderita TB dan orang
alat makan antara penderita sehat
dengan orang yang sehat c) Jelaskan kepada masyarakat
c) Warga yang memilki pentingnya penerangan
pengetahuan tentang TB paru rumah oleh matahari
d) Warga memilki cukup d) Anjurkan masyarakat untuk
pengetahuan TB paru meiliki pencahayaan dalam
e) Penerangan rumah oleh rumah yang terang
matahari cukup

45
f) Pencahayaan dalam rumah
tampak terang
3 Setelah dilakukan Setalah dilakukan tindakan a) Identifikasi pengetahuan
tindakan keperawatan masyarakat dapat: masyarakat tentang TB Paru
keperawatan selama a) Pengetahuan masyarakat b) Lakukan penyuluhan
kesehatan tentang TB paru
2 minggu tentang TB Paru meningkat
(pengertian, penyebab, cara
diharapkan (80%) pencegahan dan penularan)
pengetahuan b) Masyarakat mengetahui c) Anjurkan untuk
masyarkat tentang TB paru, meningkatkan fasilitas
meningkat tentang penyebab,cara pencegahan pelayanan kesehatan
TB Paru serta dan penularan
peranan fasilitas c) Adanya penyuluhan dari
pelayanan tenaga kesehatan tentang TB
kesehatan Paru
meningkat d) Fasilitas pelayanan kesehatan
di daerah tersebut meningkat

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan menyimak pada permasalahan yang terjadi di Desa “…” dapat kita tarik kesimpulan
bahwa Desa “….” masih memerlukan perhatian yang serius dari pemerintah baik oleh
pemerintah daerah maupun oleh pemerintah provinsi terutama di bidang pendidikan dan
bidang kesehatan yang perlu di berikan perhatian lebih begitupun dengan bidang-bidang
lainnya yang memerlukan tindakan nyata dan perhatian juga dari semua pihak

B. SARAN
1. Untuk puskesmas
a) Lebih memaksimalkan program pelayanan kesehatan
b) Adanya pembinaan pola hidup bersih dan sehat
2. Untuk masyarakat desa “…”

46
a) Masyarakat desa “….” hendaknya lebih menyadari akan pentingnya kesehatan dan
pendidikan bagi kelangsungan masa depan putra-putri desa “….”
b) Masyarakat desa lebih meningkatkan partisipasinya dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh pemerintah desa, termasuk program yang berhubungan dengan
kesehatan dan pendidikan

DAFTAR PUSTAKA

Efendi Ferry,Makhfudi (2009). Keperawatan Komunitas, Salemba Medika : Jakarta


Fallen R.,Dwi Budi R.(2010). Keperawatan Komunitas. Nuha Medika : Yogyakarta Mubarak
Faisalado Candra Widiyanto (2014) Keperawatan Komunitas Dengan Pendekatan Praktis Nuha
Medika :Yogyakarta
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8 vol 3. Jakarta:EGC

47
Lampiran 1
SAP Penyululan

SATUAN ACARA PENYULUHAN


BATUK & TUBERKULOSIS (TBC)

Topik : Batuk dan Tuberkulosis (TBC)


Hari/Tanggal : Rabu, 25 Maret 2015
Waktu / Jam : 09.00 WIB - Selesai dan 13.00 WIB - Selesai
Tempat :
Peserta : Masyarakat Desa
Penyuluh : Mahasiswa Universitas Mitra Lampung Fakultas Keperawatan

A. TUJUAN
1. Tujuan Umum

48
Setelah dilakukan penyuluhan diharapkan masyarakat mampu mengetahui cara–cara
pencegahan dan penanganan TBC dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari – hari.
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit Masyarakat mampu :
a) Menjelaskan definisi Batuk dan Tuberkulosis (TBC)
b) Menjelaskan penyebab Batuk dan Tuberkulosis (TBC)
c) Menjelaskan tentang patofisiologi Batuk dan Tuberkulosis (TBC)
d) Menyebutkan klasifikasi batuk
e) Menjelaskan cara mencegah Batuk dan Tuberkulosis (TBC)
f) Menjelasan cara mengobati Batuk dan Tuberkulosis (TBC)

B. MATERI
1. Definisi batuk dan Tuberkulosis (TBC)
2. Penyebab batuk dan Tuberkulosis (TBC)
3. Patofisiologi batuk dan Tuberkulosis (TBC)
4. Klasifikasi batuk
5. Pencegahan batuk dan Tuberkulosis (TBC)
6. Cara mengobati batuk dan Tuberkulosis (TBC)
C. MEDIA
Leaflet dan Power Point
D. METODE
Ceramah dan Tanya jawab

E. SETTING TEMPAT

49
KETERANGAN :

LEMBAR PESERTA

MODERATOR FASILITATOR

PENYULUH OBSERVER

PENGORGANISASIAN

1. Moderator :
2. Penyuluh :
3. Observer :
4. Peserta : Masyarakat

F. KEGIATAN PENYULUHAN

Tahapan
No Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Peserta
Waktu
1 Pembukaan 1. Mengucapkan salam 1. Menjawab
(5 menit) 2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan dan
3. Kontrak waktu 30 menit memperhatikan
4. Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Menyetujui
5. persepsi konsep Batuk 4. Mendengarkan dan
memperhatikan

50
5. Mendengarkan dan
memperhatikan
Kegiatan Inti 1. Menjelaskan tentang pengertian 1. Mendengarkan dan
(20 menit) Batuk dan Tuberkulosis (TBC) memperhatikan
2. Menjelaskan penyebab Batuk dan 2. Mendengarkan dan
Tuberkulosis (TBC) memperhatikan
3. Menjelaskan patofisiologi Batuk 3. Mendengarkan dan
dan Tuberkulosis (TBC) memperhatikan
4. Menyebutkan klasifikasi Batuk 4. Mendengarkan dan
2
5. Menjelakan tentang bagaimana memperhatikan
pencegahan Batuk dan 5. Mendengarkan dan
Tuberkulosis (TBC) memperhtikan
6. Menjelakan tentang pengobatan 6. Mendengarkan dan
Batuk dan Tuberkulosis (TBC) memperhatikan
7. Memberikan kesempatan peserta 7. Peserta didik bertanya
didik untuk bertanya
Penutup 1. Mengajukan 3 pertanyaan tentang 1. Menjawab
(5 menit) materi penyuluhan. 2. Mendengarkan dan
3
2. Kesimpulan dari penyuluhan memperhatikan
3. Salam penutup 3. Mendengarkan.

G. EVALUASI
Pertanyaan secara lisan
1. Pengertian Batuk?
Batuk adalah respon alami yang dilakukan tubuh untuk membersihkan lendir atau
faktor penyebab iritasi seperti debu atau asap agar keluar dari saluran pernafasan. Batuk
merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala
suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di saluran pernafasan.
2. Jelaskan cara mencegah Batuk
Hal sederhana untuk terhindar dari batuk adalah menjaga rumah atau lingkungan
selalu bersih. Debu yang menempel didinding atau kaca jendela yang tidak dibersihkan
akan dapat menyebabkan batuk jika terhirup. Jadi intinya untuk menghindari batuk
adalah dengan cara melakukan gaya hidup sehat.
3. Bagaimana pengobatan Batuk

51
Batuk umumnya akan sembuh dalam waktu 3 minggu dan tidak membutuhkan
pengobatan. Keefektifan obat batuk masih belum terbukti sepenuhnya. Ramuan buatan
sendiri seperti air madu dan lemon bisa mebantu meringankan batuk
a) Pengobatan non farmakologi
Pada umumnya batuk kering dan batuk berdahak dapat dikurangi dengan cara:
Sering minum air putih untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi
atau rasa gatal.
Hindari paparan debu yang merangsang tenggorokan dan udara malam yang
dingin.
Kurangi konsumsi makanan yang mengandung minyak berlebihan
b) Pengobatan farmakologi
Gliserilguaiakolat
Amonium clorida
Bromheksin
Soccus liquiritiae

Evaluasi observer
1. Evaluasi struktur
Komitmen terhadap kontrak waktu, tempat dan warga
Kontrak waktu dan tempat 1 hari sebelumnya
Ketersediaan dan kesesuaian fungsi alat, bahan, dan media promosi kesehatan sesuai
dengan yang dibutuhkan
2. Evaluasi proses
Tim promosi kesehatan mampu memberikan informasi dengan jelas sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan
Warga bisa mendengarkan dan berpartisipasi aktif sampai akhir kegiatan
3. Evaluasi hasil
Mahasiswa menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan tentang TBC dengan
benar.

52
H. MATERI BATUK
1. Definisi
Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk adalah respon alami yang dilakukan tubuh untuk
membersihkan lendir atau faktor penyebab iritasi seperti debu atau asap agar keluar dari
saluran pernafasan. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan
dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di saluran
pernafasan.
2. Penyebab Batuk
Ada beberepa macam penyebab batuk:
a) Infeksi Saluran Pernafasan Bagian Atas (ISPA)
b) Alergi
c) Asma/Tuberculosis
d) Benda Asing yang masuk kesaluran nafas
e) Menghirup asap rokok dari orang sekitar

3. Patofisiologi
Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung,
saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat saraf,
kepusat batuk yang berada diotak. Disini akan member sinyal kepada otot-otot tubuh
untuk mengeluarkan benda asing tadi hingga terjadilah batuk.
4. Klasifikasi
a) Batuk kering
Batuk kering terjadi a[abila tidak ada sekresi di saluran nafas, iritasi pada
tenggorokan sehingga menimbulkan rasa sakit
b) Batuk berdahak
Batuk berdahak terjadi saluran nafas yang peka terhadap debu, lembab berlebih dan
sebagainya.
Berdasarkan durasi batuk dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:

53
a) Batuk akut
Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 3 minggu, paling sering
disebabkan oleh infeksi saluran nafas atau karena virus. Batuk karena infeksi ini
biasanya dapat sembuh sendiri atau dengan menggunakan obat pereda batuk yang
dijual bebas sehingga jarang.
b) Batuk kronik
Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu. Penyebab terbanyak
(90%) adalah bronchitis kronik terkait tembakau, dahak berlebih di belakang hidung,
asma, dan reflex lambung-esofagus.
5. Pencegahan
Hal sederhana untuk terhindar dari batuk adalah menjaga rumah atau lingkungan selalu
bersih. Debu yang menempel didinding atau kaca jendela yang tidak dibersihkan akan
dapat menyebabkan batuk jika terhirup. Jadi intinya untuk menghindari batuk adalah
dengan cara melakukan gaya hidup sehat.
6. Pengobatan
Batuk umumnya akan sembuh dalam waktu 3 minggu dan tidak membutuhkan
pengobatan. Keefektifan obat batuk masih belum terbukti sepenuhnya. Ramuan buatan
sendiri seperti air madu dan lemon bisa membantu meringankan batuk
7. Manajemen Therapy
a) Pengobatan non farmakologi
Pada umumnya batuk kering dan batuk berdahak dapat dikurangi dengan cara:
Sering minum air putih untuk membantu mengencerkan dahak, mengurangi iritasi
atau rasa gatal
Hindari paparan debu yang merangsang tenggorokan dan udara malam yang
dingin.
Kurangi konsumsi makanan yang mengandung minyak berlebihan
b) Pengobatan farmakologi
Gliserilguaiakolat
Amonium clorida
Bromheksin
Soccus liquiritiae

54
I. MATERI TUBERKULOSIS PARU
1. Definisi
Tuberculosis Paru (TB Paru/ TBC) adalah salah satu jenis penyakit infeksi yang bersifat
menular dan biasanya menyerang saluran pernapasan atau paru-paru.
2. Penyebab Batuk
Mycobacterium Tuberculosis
3. Tanda dan Gejala
a) Batuk berdahak lebih dari 2 minggu dan biasanya disertai darah
b) Sesak nafas dan sakit pada bagian dada.
c) Demam (meriang panas dingin) lebih dari 1 bulan
d) Berkeringat pada waktu malam hari tanpa penyebab yang jelas
e) Badan terasa lemah dan lesu
f) Terjadi penurunan berat badan karena hilangnya nafsu makan
g) Biasanya urine (air kencing) penderita berubah warna atau menjadi keruh
4. Pencegahan
a) Penderita penyakit TB, bila batuk mulut ditutup dan membuang dahak di tempat
khusus dan ditutup.
b) Penderita TB patut minum obat teratur sesuai anjuran dokter.
c) Mengkonsumsi makanan yang bergizi,
5. Pengobatan
a) Rifampisin
b) Isoniazid (INH)
c) Pirazinamid
d) Etambutol
e) Streptomisim

55
Lampiran 2
Leaflet

56
57

Anda mungkin juga menyukai