KELOMPOK 6
DISUSUN OLEH :
DOSEN PENGAMPU :
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rakhmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini Kelompol 6 ini,sebagaimana dibuat sebagai tugas
Analisis Program Gizi dan Kebijakan Pangan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Fort
De Kock Bukittinggi.
Di dalam penulisan ini, Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
pada tulisan ini namun, penulis berharap tulisan ini nantinya dapat memberikan manfaat bagi
semua. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebaikan kepada semuanya, atas segala
Penulis
Kelompok 6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I............................................................................................................................4
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................4
BAB II...........................................................................................................................6
ISI DAN PEMBAHASAN..................................................................................6
BAB III.......................................................................................................................16
KESIMPULAN..........................................................................................................16
REFERENSI..............................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak azasi (UUD 1945, pasal 28 H ayat 1danUU No. 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan) dan sekaligus sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan
dan ditingkatkan oleh setiap individu dan oleh seluruh komponen bangsa, agar masyarakat dapat
menikmati hidup sehat, dan pada akhirnya dapat mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang
optimal. Hal ini perlu dilakukan karena kesehatan bukanlah tanggung jawab pemerintah saja,
namun merupakan tanggung jawab bersama pemerintah dan masyarakat, termasuk swasta.
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (Prasetyawati, 2012).
Manusia) yang terletak di tengah-tengah masyarakat, pada saat ini pemantauan pertumbuhan
merupakan kegiatan utama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang jumlahnya mencapai lebih
dari 289 ribu dan jumlah kader mencapai lebih dari 569 ribu, yang tersebar di seluruh wilayah
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan bersumber daya masyarakat
yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar, utamanya untuk
mepercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi (DepkesRI,2006;11). Posyandu adalah
fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang didirikan di desa-desa kecil yang tidak terjangkau
Posyandu adalah kegiatan kesehatan dasar yang diselenggarakan dari, oleh dan untuk
masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu dan anak pada khususnya. Jadi
Posyandu merupakan kegiatan swadaya dari masyarakat di bidang kesehatan dengan penanggung
jawab kepala desa. Ada lima kegiatan pokok di Posyandu, yaitu keluarga berencana, kesehatan
ibu dan anak, pemantaun gizi anak, imunisasi (suntikan pencegahan) dan penanggulangan diare.
Posyandu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran. Selanjutnya untuk mempercepat penerimaan NKKBS dan agar masyarakat dapat
mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai dengan
kesejahteraan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen
Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa
(PKMD). Adapun yang dimaksud dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang
menerapkan prinsip gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar masyarakat
dapat menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan yang
dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas program dan lintas sector terkait.
konsep yang sama, yang dikenal dengan nama Primary Health Care (PHC), seperti yang
Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali diperkenalkan di Kabupaten
Banjarnegara, Jawa Tengah, diselenggarakan dalam pelbagai bentuk. Kegiatan PKMD untuk
perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare,
melalui Pas Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos lmunisasi dan
Pos KB Desa.
Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh dan untuk masyarakat
yang seperti ini, di samping menguntungkan masyarakat, karena memberikan kemudahan bagi
masalah, antara lain pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi, serta
Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah lnstruksi Bersama antara Menteri
Kesehatan, Kepala BKKBN dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai
kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu). Kegiatan yang dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan
angka kematian ibu dan bayi, yang sesuai dengan konsep GOBI - 3F (Growth Monitoring, Oral
Rehydration, Breast Feeding, lmunization, Female Education, Family Planning, dan Food
Suplementation), untuk Indonesia diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu KIA, KB,
Pencanangan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara massal untuk
pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun 1986 di Yogyakarta, bertepatan
dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada
tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan keluarnya lnstruksi
Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu Posyandu.
Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu
Posyandu. Pengelolaan Posyandu dilakukan oleh satu Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal)
Posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan Pemerintah
Daerah (Pemda).
pada secarik kertas dan diselipkan pada KMS/buku KIA. Apabila peserta baru,
berikan buku
hamil. Apabila ibu hamil tidak membawa balita, langsung dipersilahkan menuju ke
meja 4. Untuk ibu hamil baru, atau belum mempunyai buku KIA berikan buku
KIA.
b. Setelah selesai ditimbang ibu dan balita, dipersilahkan untuk menuju meja 3
a. Kader di meja 3 mencatat hasil timbangan yang ada di secarik kertas dipindahkan
kedalam buku KIA/KMS. Cara pengisian buku KIA/KMS, sesuai dengan petunjuk
petugas kesehatan.
b. Setelah selesai, buku KIA/KMS diserakhan kembali dan dipersilahkan menuju meja
4.
b. Penyuluhan ini tidak hanya diberikan kepada balita yang tidak naik/turun
timbangannya, tetapi yang timbangannya naik pun juga perlu diberi penyuluhan
tenaga kesehatan, bidan, PLKB atau Puskesmas pada kasus-kasus yang perlu
dirujuk
c. Topik penyuluhan yang diberikan sesuai dengan permasalahan yang ada
d. Kader juga dapat memberikan penyuluhan gizi, atau pertolongan dasar, misalnya
e. Berikan pujian pada balita/ibunya, bila mereka rajin menimbang dan bagus nilai
b. Layanan yang diberikan antara lain: imunisasi, KB, Pemeriksaan ibu hamil,
Kecukupan gizi dan pangan merupakan salah satu faktor terpenting dalam
suatu bangsa. Dalam hal ini gizi memiliki pengaruh terhadap kecerdasan dan produktivitas kerja
sumber daya manusia (Almatsier, 2001). Saat ini Indonesia masih menghadapi permasalahan gizi
yang berdampak serius terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Salah satu masalah
kekurangan gizi yang masih cukup tinggi di Indonesia adalah pendek (stunting) dan kurus
(wasting)pada balita serta masalah anemia dan kurang energi kronik (KEK) pada ibu hamil.
Masalah kekurangan gizi pada ibu hamil tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan
berat badan bayi lahir rendah (BBLR)dan kekurangan gizi pada balita. Permasalahan gizi
disebabkan oleh penyebab langsung seperti asupan makanan yang tidak adekuat dan penyakit
infeksi. Sedangkan penyebab tidak langsung permasalahan gizi adalah masih tingginya
kemiskinan, rendahnya sanitasi lingkungan, ketersediaan pangan yang kurang, pola asuh yang
kurang baik, dan pelayanan kesehatan yang belum optimal (Kemenkes RI, 2017).
Pertumbuhan dapat dilihat dengan beberapa indicator status gizi. Secara umum terdapat 3
indikator yang bisa digunakan untuk mengukur pertumbuhan bayi dan anak, yaitu indikator berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi
badan (BB/TB). Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang diakibatkan oleh kekurangan
zat gizi secara kronis. Hal ini ditunjukkan dengan indikator TB/U dengan nilai skor-Z (Zscore) di
bawah minus 2. Panjang badan menurut umur atau umur merupakan pengukuran antropometri
untuk status stunting. Panjang badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, panjang badan tumbuh seiring dengan pertambahan
umur. Pertumbuhan panjang badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap panjang
Pengukuran tinggi badan harus disertai pencatatan usia (TB/U). Tinggi badan diukur
dengan menggunakan alat ukur tinggi stadiometer Holtain/mikrotoice (bagi yang bisa berdiri)
atau baby length board (bagi balita yang belum bisa berdiri). Stadiometer holtain/mikrotoice
terpasang di dinding dengan petunjuk kepala yang dapat digerakkan dalam posisi horizontal.
Alat tersebut juga memiliki jarum petunjuk tinggi dan ada papan tempat kaki. Alat tersebut
cukup mahal, sehingga dapat diganti dengan meter stick yang digantung di dinding dengan
petunjuk kepala yang dapat digeralkan secara horizontal. Stick pada petunjuk kepala diisertai
Baku rujukan Antropometri menurut WHO 2007 yaitu Indikator Panjang Badan menurut Umur
(TB/U),Status gizi :
3. Normal : ≥-2 SD
Gangguan pertumbuhan dapat terjadi dalam kurun waktu singkat dan dapat terjadi pula
dalam waktu yang cukup lama. Gangguan pertumbuhan dalam waktu singkat sering terjadi pada
perubahan berat badan sebagai akibat menurunnya napsu makan seperti diare dan infeksi saluran
pernapasan atau karena kurang cukupnya makanan yang dikonsumsi. Sedangkan gangguan
pertumbuhan yang berlangsung dalam waktu yang lama dapat terlihat pada hambatan
pertambahan tinggi badan. Keadaan gizi yangseimbang tidak hanya penting bagi pertumbuhan
yang normal, tetapi juga proses-proses lainnya. Termasuk diantaranya adalah proses
perkembangan anak, kecerdasan, pemeliharaan kesehatan dan untuk melakukan kegiatan sehari-
Gagal tumbuh (Growth Faltering) merupakan suatu kejadian yang ditemui pada hampir
setiap anak di Indonesia. Gagal tumbuh pada dasarnya merupakan ketidakmampuan anak untuk
mencapai berat badan atau tinggi badan sesuai dengan jalur pertumbuhan normal. Kegagalan
pertumbuhan yang nyata biasanya mulai terlihat pada usia 4 bulan yang berlanjut sampai anak
*) SD = Standar Deviasi.
Kartu Menuju Sehat (KMS) di Indonesia telah digunakan sejak tahun 1970-an, sebagai
Proses pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS) yang berperan adalah kader posyandu.
Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola
terhadap tugas kader, lemahnya informasi serta kurangnya koordinasi antara petugas dengan
Kader adalah seorang tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh, dan untuk masyarakat
yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan. Kader bertugas untuk melakukan
penimbangan berat badan bayi, menentukan status pertumbuhan berdasarkan kurva KMS serta
kemampuan teknis gizi para kader yang aktif tidak memadai terutama tentang KMS. Hal ini
optimal sehingga upaya pencegahan timbulnya kasus gizi kurang dan buruk menjadi kurang
antropometri berat badan menurut umur yang dibedakan berdasarkan jenis kelamin[2]. Dengan
KMS gangguan pertumbuhan atau risiko kelainan tumbuh kembang dapat diketahui lebih dini,
sehingga dapat dilakukan tindakan pencegahan secara lebih cepat dan tepat sebelum masalahnya
lebih berat. Fungsi dari KMS, yaitu sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak dan sebagai
catatan pelayanan kesehatan anak. Hal ini membuat KMS wajib dibawa orang tua setiap kali
1. Sebagai alat untuk memantau pertumbuhan anak. Pada KMS dicantumkan grafik
pertumbuhan normal anak, yang dapat digunakan untuk menentukan apakah seorang
anak tumbuh normal, atau mengalami gangguan pertumbuhan. Bila grafik berat badan
anak mengikuti grafik pertumbuhan pada KMS, artinya anak tumbuh normal, kecil risiko
anak untuk mengalami gangguan pertumbuhan. Sebaliknya bila grafik berat badan tidak
pertumbuhan.
2. Sebagai catatan pelayanan kesehatan anak. Di dalam KMS dicatat riwayat kesehatan
Posyandu, yang dikenal dengan nama Telaah Kemandirinan Posyandu. Tujuan telaah adalah
untuk mengetahui identifikasi tingkat perkembangan Posyandu yang secara umum dibedakan
1. Posyandu Pratama
Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan
bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni
kurang dari 5 orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, di
samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat.
2. Posyandu Madya
Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatanlebih dari
8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi
cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi yang
dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkatkan cakupan dengan
3. Posyandu Purnama
Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan
kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan,
serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja
Posyandu. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat antara lain :
b) Pelatihan dana sehat, agar di desa tersebut dapat tumbuh dana sehat yang kuat, dengan
cakupan anggota lebih dari 50% KK. Peserta pelatihan adalah para tokoh masyarakat,
c. Posyandu Mandiri
Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8
kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan
kelima kegiatan utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan,
serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja
Keberhasilan posyandu dapat terlihat dari pencapaian SKDN, dimana SKDN adalah
status gizi balita yang digambarkan dalam suatu balok SKDN, dimana balok tersebut memuat
tentang sasaran balita di suatu wilayah (S), balita yang memiliki KMS (K), balita yang ditimbang
berat badannya (D), balita yang ditimbang dan naik berat badannya (N), SKDN tersebut
diperoleh dari hasil posyandu yang dimuat di KMS dan digunakan untuk memantau
Balita baru yang diperiksa kesehatannya sekaligus dicek tumbuh kembangnya oleh
seperti di Posyandu. Balita yang naik berat badannya adalah Balita yang pada waktu ditimbang
di fasilitas kesehatan atau posyandu mengalami kenaikan berat badan sesuai pedoman apabila
Posyandu balita identik dengan tugas kaum perempuan atau ibu mengantar anaknya,
tetapi pada posyandu ayah peduli peran serta juga kepedulian para ayah mengantar ke posyandu,
serta adanya kader laki –laki yang turut memberikan pelayanan, sehingga kesehatan juga tumbuh
kembang anak akan semakin baik. Sehingga deran adanya peran dan keterlibatan ayah dalam
kegiatan posyandu dapat diharapkan meningkatkan derajat kesehatan balita,dan dapat terciptanya
keluarga yang sadar akan kesehatan, dengan cara rutin membawa balitanya datang ke posyandu.
(Mudhawaroh,2020).
BAB III
KESIMPULAN
REFERENSI
Depkes RI, Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Jakarta: Depkes RI, 2006. hlm. 11.
Almatsier S. 2001. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Dwi Rahayu, Moh. Alimansur, Fajar Rinawati,2012. Hubungan antara pengetahuan dengan
Kementerian Kesehatan RI. 2017. Warta kesmas; gizi investasi masa depan bangsa. Jakarta:
Atikah.dkk, 2018. Buku referensi Study guide–stunting dan upaya Pencegahannya Bagi
Khasnu.dkk,2017: Sistem informasi pemantauan status gizi balita. Jurnal matrik vol. 16 no.
2.Mataram.
Prasetyawati. Kesehatan Ibu Dan Anak (KIA) Dalam Millenium Development Goals
Permenkes RI. Penggunaan Kartu Menuju Sehat (KMS) bagi Balita. 2010
php/duniakesmas/article/viewFile /341/277
Kemenkes RI. Pedoman Kegiatan Kader di Posyandu. Jakarta : Depkes RI. 2010
Maulidia.dkk,2015. Sistem Informasi KMS (Kartu Menuju Sehat) (Studi Kasus : UPTD
Posyandu desa pulo gebang dan posyandu desa gubus banaran Wilayah kerja