Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH DEMOGRAFI

PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA ABAD 22

Dosen Pengampu:
Drs.Zulkarnain, M.si.

Disusun oleh Kelompok 4:

Fajar Priantoro 2313034018

Hawwa Zikriana Meisy 2313034050

Sabrina Nada Naqiyah 2313034054

Cindy Viana Sari 2313034065

Nazwa Aulia Wahyudi 2313034068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup
untuk menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam kami curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafaatnya
di akhirat nanti.

Atas Rahmat dan karunia-Nya kami dapat memenuhi tugas Demografi. Walaupun terdapat
beberapa kendala yang kami temui, namun kendala tersebut dapat diatasi sehingga makalah
yang berjudul “PROYEKSI PENDUDUK INDONESIA ABAD 22” ini dapat terselesaikan tepat
waktu. Kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Zulkarnain, M.si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Demografi yang telah memberikan tugas ini sehingga kami dapat
menambah ilmu pengetahuan di bidang demografi. Kami mengucapkan terima kasih juga
kepada semua pihak yang terlibat.

Kami tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penyusun mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Bandar Lampung , 07 Desember 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................i
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Urbanisasi Di Bandar Lampung.....................................................................4
2.2 Faktor-Faktor Urbanisasi................................................................................5
2.3 Dampak Urbanisasi.........................................................................................6
2.4 Dampak Positif Dan Negatif Dari Urbanisasi Desa Dan Kota.......................9
2.5 Solusi Mengendalikan Urbanisasi Di Bandar Lampung..............................10
2.6 Upaya pengembangan pembangunan desa dan kota.....................................11
2.7 Tantangan Pendatang dalam Mencari Kerja di Bandar Lampung................12
BAB III PENUTUP...........................................................................................13
3.1 Kesimpulan...................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Data kependudukan memiliki peran yang sangat penting untuk pembangunan.


Perencanaan pembangunan perlu ditunjang dengan informasi terkait besaran dan komposisi
kependudukan yang lengkap dan berkesinambungan. Hasil sensus, survei, dan data administratif
menyediakan informasi penduduk untuk kondisi saat pendataan tersebut dilakukan. Namun,
penyusunan perencanaan dan kebijakan sesuai dinamika waktu di masa mendatang
membutuhkan informasi proyeksi penduduk di masa depan. Proyeksi penduduk akan membantu
pembuat kebijakan untuk memonitor dan mengevaluasi program, mengidentifikasi kesenjangan
dalam implementasi, serta merancang kebijakan selanjutnya.

proyeksi abad ke-22 memerlukan pemahaman mendalam terhadap transformasi global


yang telah dan sedang terjadi. Seiring berkembangnya teknologi, terutama dalam kecerdasan
buatan, bioteknologi, dan energi terbarukan, abad ke-22 dihadapkan pada potensi revolusi
industri baru yang dapat mengubah cara kita bekerja, hidup, dan berinteraksi. Perubahan iklim
juga menjadi fokus utama, di mana dampak pemanasan global telah memicu pergeseran
paradigma dalam kebijakan lingkungan dan keberlanjutan. Proyeksi abad ke-22 perlu
mempertimbangkan upaya global untuk mengatasi tantangan perubahan iklim, mengidentifikasi
solusi inovatif, dan memahami bagaimana masyarakat dapat beradaptasi dengan perubahan
lingkungan yang terus berlangsung.

Dalam ranah sosial, perubahan demografis seperti peningkatan harapan hidup dan
pergeseran struktur populasi akan memainkan peran kunci. Peningkatan konektivitas global
melalui teknologi informasi membentuk lanskap sosial yang lebih kompleks, dengan dampak
signifikan pada budaya, identitas, dan cara kita berkomunikasi. Selain itu, proyeksi abad ke-22
perlu mempertimbangkan isu-isu geopolitik yang muncul, termasuk perubahan kekuatan
ekonomi dan politik, serta potensi konflik global. Keamanan siber dan perubahan dalam konsep
keamanan juga menjadi aspek penting, karena teknologi semakin menjadi bagian tak terpisahkan
dari kehidupan sehari-hari dan infrastruktur kritis. Ini menciptakan landasan untuk merinci
perkembangan yang mungkin terjadi di bidang teknologi, lingkungan, sosial, dan geopolitik,
serta mengidentifikasi tantangan dan peluang yang akan dihadapi oleh masyarakat global
di masa mendatang.

Proyeksi penduduk untuk abad ke-22 melibatkan analisis data demografi, termasuk tingkat
kelahiran, kematian, dan migrasi. Lembaga seperti Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia dan
lembaga demografi internasional biasanya menggunakan model matematis dan simulasi untuk
membuat proyeksi berdasarkan skenario yang mungkin terjadi di masa depan. Data aktual dan
perubahan dalam parameter demografi dapat mempengaruhi aktualisasi proyeksi tersebut.

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana proyeksi penduduk pada abad ke-22?
 faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi proyeksi demografi abad ke 22?
 Bagaimana pengaruh demografi abad ke-22 terhadap populasi global dan implikasinya
terhadap kebijakan publik serta pembangunan berkelanjutan?
 Apa tantangan Pemuda Indonesia di abad 22?
 Bagaimana perubahan iklim yang diperkirakan pada abad ke-22?

1.3 Tujuan

 Untuk Mengetahui proyeksi penduduk pada abad 22.


 Untuk Mengetahui Faktor yang di pengaruhi pada proyeksi abad 22.
 Untuk Mengetahui populasi global dan implikasi terhadap kebijakan publik
pembangunan berkelanjutan.
 Untuk Mengetahui tantangan pemuda indonesia pada abad 22.
 Untuk Mengetahui perkiraan perubahan iklim pada abad 22.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Proyeksi Penduduk Pada Abad 22


Proyeksi penduduk merupakan penghitungan ilmiah yang didasarkan pada asumsi-asumsi
tertentu dari komponen-komponen laju pertumbuhan penduduk, yaitu kelahiran, kematian, dan
perpindahan (migrasi). Pembentukan asumsi untuk ketiga komponen tersebut dilakukan
menggunakan data-data yang menggambarkan tren di masa lampau, faktor-faktor yang
mempengaruhi, dan hubungannya satu sama lain. Penerapan asumsi yang digunakan akan
menentukan hasil proyeksi jumlah dan struktur umur penduduk di masa depan. Sejauh ini, Badan
Pusat Statistik (BPS) telah menghasilkan proyeksi penduduk Indonesia berdasarkan hasil Sensus
Penduduk (SP) tahun 1971, 1980, 1990, 2000, dan 2010.

Selain itu, proyeksi penduduk juga telah disusun berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) tahun 1985, 1995, 2005, dan 2015. Data SP atau SUPAS terbaru digunakan
untuk memutakhirkan proyeksi penduduk sebelumnya. Proyeksi penduduk yang terakhir dibuat
adalah proyeksi penduduk berdasarkan hasil SUPAS 2015 yang mencakup periode 2015–2045.
Dengan tersedianya data hasil SP2020, maka penyusunan proyeksi penduduk terbaru dapat
dilakukan. Dalam rangka memenuhi kebutuhan data penyusunan Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2025–2029, diperlukan data proyeksi penduduk terbaru.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penyusunan proyeksi penduduk hingga tahun 2050 dengan
memanfaatkan data terbaru. Hasil SP2020 digunakan sebagai data dasar penghitungan proyeksi
penduduk 2020-2050. Untuk keperluan proyeksi, dilakukan pergeseran penduduk dasar hasil
SP2020 ke pertengahan tahun 2020. Asumsi-asumsi dibentuk berdasarkan seri data hasil SP,
SUPAS, dan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Publikasi ini menampilkan
hasil proyeksi penduduk Indonesia untuk periode tiga puluh tahun, yaitu 2020 hingga 2050.
Proyeksi penduduk dilakukan menggunakan metode komponen kohort dengan dua pendekatan
yaitu deterministik dan probabilistik. Proyeksi penduduk dengan pendekatan deterministik
disajikan menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan provinsi.
Selain itu, disajikan pula informasi pertumbuhan penduduk berdasarkan hasil proyeksi.
Sementara itu, penghitungan proyeksi dengan pendekatan probabilistik menggunakan model
Bayesian disajikan untuk jumlah penduduk pada level nasional dan provinsi. Pendekatan
probabilistik digunakan sebagai quality assurance penghitungan proyeksi dengan pendekatan
deterministik. Proyeksi Penduduk Indonesia 2020–2050 Hasil Sensus Penduduk 2020.
Penghitungan proyeksi penduduk Indonesia sampai dengan level provinsi yang disajikan dalam
publikasi ini menggunakan skenario tren. Pemilihan skenario ini berdasarkan pada kajian
akademis yang telah disepakati oleh semua pihak terkait.

Sementara itu, skenario optimis dan skenario moderat akan digunakan untuk keperluan
kebijakan pemerintah. Angka hasil skenario optimis dan skenario moderat akan disajikan dalam
publikasi terpisah oleh Kementerian PPN/Bappenas. Skenario moderat Asimtot bawah TFR
nasional sebesar 1,9 anak per wanita, dihasilkan IMR nasional sebesar 7,91 bayi per 1.000
kelahiran di tahun 2045, asumsi TFR dan IMR level provinsi tergantung pada pola data masing-
masing provinsi dan menyesuaikan dengan asumsi TFR dan IMR level nasional. Untuk level
nasional, angka migrasi neto internasional sebesar -0,11 per 1.000 penduduk, untuk level
nasional dan provinsi, migrasi mengikuti pola migrasi hasil LF SP2020.

Skenario Tren Asimtot bawah TFR nasional sebesar 2,0 anak per wanita dan kebijakan
sebesar 2,0 anak per wanita sejak tahun 2035, asumsi UHH nasional sebesar 80 tahun di tahun
2045, asumsi TFR dan UHH level provinsi tergantung pada pola data masing-masing provinsi
dan menyesuaikan asumsi TFR dan UHH level nasional. Untuk level nasional, angka migrasi
neto internasional sebesar -0,11 per 1.000 penduduk. Untuk level nasional dan provinsi, migrasi
mengikuti pola migrasi hasil LF SP2020.

Skenario Optimis Asimtot bawah TFR nasional sebesar 2,0 anak per wanita dan kebijakan
sebesar 2,0 anak per wanita sejak tahun 2035, asumsi IMR nasional sebesar 5,75 bayi per 1.000
kelahiran di tahun 2045, asumsi TFR dan IMR level provinsi tergantung pada pola data masing-
masing provinsi dan menyesuaikan dengan asumsi TFR dan IMR level nasional. Untuk level
nasional, angka migrasi neto internasional sebesar -0,11 per 1.000 penduduk. Untuk level
nasional dan provinsi, migrasi mengikuti pola migrasi hasil LF SP2020.

Hasil proyeksi sangat ditentukan oleh asumsi yang digunakan. Oleh karena itu, penetapan
asumsi merupakan kunci penghitungan proyeksi penduduk. Secara umum, asumsi mengenai
kecenderungan angka kelahiran, angka kematian, serta perpindahan penduduk ditentukan oleh
kecenderungan yang terjadi di masa lalu. Namun, informasi ini belum dapat ditentukan sebagai
dasar proyeksi, masih diperlukan pandangan pakar demografi dan pemangku kebijakan
sehubungan dengan kebijakan di masa datang. Masukan dari pertemuan tersebut menjadi
pedoman tim teknis BPS dalam menentukan asumsi dan menyusun skenario yang dipakai dalam
penghitungan proyeksi. Selanjutnya, tim teknis BPS melakukan penghitungan proyeksi
penduduk dengan menggunakan program Rural Urban Projection (RUP). Angka fertilitas,
mortalitas, migrasi internasional dan migrasi internal antarprovinsi di masa mendatang tidak
dapat diprediksi, maka diperlukan beberapa skenario yang menggambarkan kemungkinan
perubahan yang akan terjadi pada setiap asumsi.

Dari hasil penghitungan proyeksi nasional dengan pendekatan deterministik, diperoleh


jumlah penduduk tahun 2050 berdasarkan skenario tren sebesar 328,93 juta orang, skenario
optimis sebesar 337,99 juta orang, dan skenario moderat sebanyak 333,57 juta orang. Jumlah
penduduk nasional dari ketiga skenario tersebut berada dalam rentang interval prediksi 80 persen
dari proyeksi penduduk Bayesian yaitu antara 325,46 juta orang dan 343,96 juta orang. Sejalan
dengan level nasional, hasil penghitungan proyeksi penduduk pada level provinsi berdasarkan
skenario tren, sebagian besar berada di antara upper 80 dan lower 80 dari proyeksi penduduk
Bayesian. Dengan kata lain, dapat disimpulkan bahwa hasil proyeksi penduduk dari ketiga
skenario tersebut sudah baik.

2.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Abad 22

Proyeksi penduduk yang disajikan dalam publikasi ini bukanlah merupakan suatu prediksi atau
perkiraan. Proyeksi di dalam publikasi ini adalah penilaian tentang apa yang akan terjadi pada
penduduk Indonesia jika diasumsikan perubahan komponen penduduk seperti kelahiran,
kematian, dan migrasi diproyeksikan selama tiga puluh tahun ke depan. Berikut faktor-faktor
yang mempengaruhi proyeksi penduduk:

1. Tingkat Kelahiran dan Kematian

 Perubahan dalam norma kelahiran dipengaruhi oleh faktor seperti pendidikan, peran
perempuan, dan aksesibilitas kontrasepsi.
 Kebijakan pengendalian kelahiran dapat berdampak signifikan pada struktur usia penduduk.
 Kemajuan dalam layanan kesehatan, seperti aksesibilitas perawatan maternal, dapat
mempengaruhi tingkat kematian bayi dan ibu.

2. Migrasi Penduduk:

 Kebijakan imigrasi dan emigrasi yang lebih terbuka atau ketat dapat memengaruhi laju
pertumbuhan penduduk.
 Faktor ekonomi seperti peluang pekerjaan dan faktor lingkungan dapat menjadi pendorong
migrasi.

3. Perkembangan Teknologi dan Kesehatan:

 Inovasi dalam teknologi medis dapat meningkatkan harapan hidup dan kualitas hidup.
 Perubahan gaya hidup, seperti pola makan dan aktivitas fisik, juga berperan dalam
kesehatan penduduk.

4. Perubahan Iklim dan Lingkungan:

 Perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan pola penyakit dan ketersediaan sumber
daya alam, memengaruhi kondisi kehidupan.
 Adaptasi terhadap perubahan lingkungan, termasuk pengelolaan sumber daya alam,
menjadi penting.

5. Pengaruh Faktor Sosial dan Ekonomi:

 Urbanisasi dapat mengubah pola keluarga dan tingkat kelahiran.


 Pertumbuhan ekonomi dapat meningkatkan akses ke layanan kesehatan dan pendidikan.

6. Perubahan Kebijakan Pemerintah:

 Implementasi kebijakan keluarga, kesehatan, dan migrasi memiliki dampak langsung pada
struktur demografi.
 Faktor politik memainkan peran dalam pembentukan kebijakan tersebut.

7. Inovasi dalam Pendidikan:


 Akses dan kualitas pendidikan memengaruhi tingkat kelahiran dan keputusan migrasi
penduduk.

8. Teknologi Informasi dan Komunikasi:

 Globalisasi dan konektivitas dapat mempengaruhi pola migrasi, komunikasi antarwilayah,


dan persebaran informasi terkait kesehatan dan kebijakan.

proyeksi demografi abad ke-22 sangat kompleks, dan faktor-faktor ini saling terkait. Keseluruhan
proyeksi bergantung pada perkembangan dinamis berbagai elemen ini dan bisa berubah seiring
waktu. Referensi sumber daya dan data yang terpercaya sangat penting dalam
menganalisis proyeksi ini.

2.3 Pengaruh Terhadap Populasi Global Dan Implikasinya Terhadap Kebijakan Publik
Serta Pembangunan Berkelanjutan

Proyeksi demografi abad ke-22 dapat membawa implikasi signifikan terhadap distribusi populasi
global, kebijakan publik, dan pembangunan berkelanjutan. Berikut adalah penjelasan secara
rinci:

1. Distribusi Populasi Global:

Penuaan Populasi: Dengan meningkatnya harapan hidup, kita dapat mengantisipasi peningkatan
jumlah orang lanjut usia. Negara-negara maju mungkin menghadapi tantangan penuaan populasi,
sementara di negara-negara berkembang, mungkin ada kombinasi peningkatan jumlah anak-anak
dan orang lanjut usia.

Urbanisasi: Proyeksi demografi juga dapat mencerminkan tren urbanisasi yang terus berlanjut.
Kota-kota besar mungkin akan mengalami pertumbuhan pesat, memunculkan tantangan baru
terkait infrastruktur, perumahan, dan mobilitas.

2. Implikasi terhadap Kebijakan Publik:

Kesehatan dan Pendidikan: Peningkatan populasi lanjut usia menuntut penyesuaian dalam sektor
kesehatan. Sistem pendidikan perlu menanggapi perubahan distribusi usia dengan menyediakan
pelatihan dan pendidikan sepanjang hidup.
Keamanan Sosial: Kebutuhan akan sistem keamanan sosial yang kuat akan meningkat untuk
mendukung populasi yang menua. Kebijakan yang mempertimbangkan kesejahteraan orang tua
dan pensiun akan menjadi krusial.

3. Pembangunan Berkelanjutan:

Pemanfaatan Sumber Daya: Peningkatan atau penurunan populasi di suatu wilayah dapat
memengaruhi permintaan dan pemanfaatan sumber daya alam. Keberlanjutan memerlukan
perencanaan yang bijaksana dalam pengelolaan air, energi, dan sumber daya lainnya.

Perubahan Lingkungan: Distribusi populasi yang berubah dapat berkontribusi pada perubahan
pola konsumsi dan dampak lingkungan. Kebijakan pembangunan berkelanjutan harus mencakup
mitigasi perubahan iklim dan pelestarian lingkungan.

4. Ketidaksetaraan Global:

Ekonomi dan Akses: Perubahan demografi dapat memperkuat atau meruntuhkan ketidaksetaraan
global. Negara-negara dengan pertumbuhan populasi yang cepat mungkin menghadapi tekanan
ekonomi, sementara negara-negara dengan populasi menua mungkin menghadapi tantangan
pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

5. Pergeseran Kekuatan Ekonomi:

Pasar Tenaga Kerja: Pergeseran demografi dapat mempengaruhi pasar tenaga kerja global.
Negara-negara dengan populasi muda yang besar mungkin memiliki keuntungan kompetitif
dalam hal kekuatan kerja, sementara negara-negara dengan populasi tua mungkin perlu fokus
pada inovasi dan produktivitas.

2.4 Tantangan Pemuda Indonesia Di Abad 22

Memasuki abad ke-22 adalah hal yang tidak bisa terelakkan lagi, saat bumi semakin tua dan
semesta semakin rapuh usianya. Namun pada saat yang sama kecanggihan dan kemajuan
teknologi terus berkembang seperti halnya fase industri yang berawal dari 1.0 sampai dengan
4.0. Dari hal yang tidak pernah terpikirkan oleh manusia di masa lalu, sekarang telah mewujud
nyata pada kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan dan kemajuan
senantiasa menunjukkan eksistensinya, maka manusia sebagai brainware harus mengedepankan
kepentingan sosial masyarakat agar tidak terjerumus pada kesesatan teknologi yang dapat
memberikan efek negatif bahkan menjadi efek domino yang terus berjalan tanpa ada yang
memutuskan rangkaiannya.

Semangat menghadapi tantangan zaman yang terus berkembang dan perubahan sosial harus
dimiliki setiap individu, tidak terkecuali bagi mereka yang berada pada usia produktif seperti
pemuda pemudi yang memiliki pemikiran tajam dan analisa yang matang. Kelompok ini tidak
boleh lagi antipati dan tutup mata terhadap situasi perubahan zaman yang membawa pada
keburukan seakan akan itu bukan bagian dari tanggung jawab mereka. Pemuda harus siap
menghadapi kondisi bonus demografi saat usia produktif meningkat dibandingkan usia non
produktif. Menurut data World Health Organization (WHO) usia yang dikatakan produktif adalah
15 sampai 64 tahun.

Idealnya, saat seorang pemuda melihat fenomena dan kondisi zaman yang sedang dan akan
terjadi tidak lagi mempertanyakan siapa yang bertanggung jawab, karena hakikatnya itu adalah
tanggung jawab setiap individu, khususnya yang tergolong dalam usia produktif. Apalagi jika
bonus demografi dan perkembangan teknologi dimanfaatkan dengan optimal maka dapat
menjadi efek yang sangat baik bagi perkembangan zaman maupun suatu negara. Tentunya
dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang memiliki kualitas baik dan semangat untuk
beraktivitas yang produktif sehingga berdampak pada perubahan yang baik pula. Pemanfaatan
teknologi dengan baik adalah salah satu cara untuk berekspresi menyambut datangnya abad ke-
22 dan awal dari bonus demografi. Salah seorang anggota DPR RI Komisi IX Surya Chandra
mengatakan bahwa bonus demografi akan terjadi pada tahun 2020-2030 yang berarti sudah di
depan mata.

Di Indonesia, teknologi bukanlah hal baru, melainkan sudah menjadi bagian dalam
kehidupan sehari hari. Namun, tetap harus diperhatikan sisi penggunaannya. Menurut Dirjen
Informasi dan Komunikasi Publik Kementrian Kominfo Freddy H Tulung, Indonesia adalah
negara tertinggi di urutan keempat dalam hal mengkonsumsi teknologi secara aktif. Untuk itu
masyarakat harus lebih bijak dalam pemanfaatan teknologi. Terlebih lagi Indonesia akan
menggelar pemilihan umum, mulai dari legislatif daerah hingga pusat sampai pemilihan presiden
dan wakil presiden. Semuanya akan terjadi di awal abad ini. Maka sudah seharusnya kita sebagai
masyarakat terutama para pemuda atau kaum intelektual yang berusia produktif mampu
menggunakan teknologi informasi untuk hal yang lebih baik dan bermanfaat.

pemuda pemudi Indonesia yang berada pada usia produktif harus lebih cermat lagi dalam
menyambut bonus demografi, untuk Indonesia lebih maju. Tentunya dengan dorongan dan
dukungan pemerintah. Caranya bisa dengan pemanfaatan teknologi sebagai ujung tombak
penyampaian informasi yang benar dan transparan pada publik sehingga tidak terjadi miss
komunikasi. Pemuda Indonesia juga bisa memanfaatkan kecanggihan teknologi untuk meraup
keuntungan finansial. Teknisnya dengan cara menelurkan gagasan atau gebrakan baru yang
bermanfaat bagi masyarakat luas. Ini semua harus berawal dari pemuda yang memiliki tanggung
jawab terhadap dirinya, orang lain dan dunianya.

Dalam skenario median studi International Journal of Forecasting , populasi global adalah
11,1 miliar pada tahun 2100, 10,4 miliar pada tahun 2200, dan 7,5 miliar pada tahun 2300.
Tingkat kesuburan global (rata-rata jumlah kelahiran per wanita), saat ini sebesar 2,3,
diperkirakan akan meningkat. menurun terus-menerus hingga tahun 2250, setelah itu model
memperkirakan bahwa angka tersebut akan stabil pada tingkat spesifik negara di bawah tingkat
penggantian 2,1.

Populasi di Asia, Eropa, dan Amerika Latin diperkirakan akan mencapai puncaknya jauh
sebelum akhir abad ini dan kemudian menurun secara signifikan, sedangkan populasi di Afrika
dan Amerika Utara diperkirakan akan mencapai puncaknya jauh setelahnya, yaitu pada abad ke-
22. Di Afrika, hal ini disebabkan oleh tingginya tingkat kesuburan dan momentum pertumbuhan
penduduk (sebagian besar penduduk berada pada usia reproduksi). Dalam kasus Amerika Utara,
hal ini sebagian besar disebabkan oleh perkiraan penulis mengenai imigrasi yang tinggi
dibandingkan wilayah lain, momentum populasi yang rendah, serta kesuburan yang mendekati
tingkat penggantian dibandingkan benua lain. Namun demikian, perkiraan median untuk Afrika
pada tahun 2300 adalah 3,9 miliar dibandingkan dengan hanya 301,000 untuk Amerika Utara.
2.5 Perubahan Iklim Yang Diperkirakan Pada Abad Ke-22

Menurut United Nations, Perubahan iklim mengacu pada perubahan pola suhu dan cuaca
dalam jangka panjang. Pendapat yang hampir sama menjelaskan bahwa Perubahan iklim
digambarkan sebagai perubahan rata-rata pola cuaca dari suatu lokasi (atau dunia), dan
berhubungan dengan perubahan pada lapisan es, permukaan tanah, dan samudera, yang
prosesnya dapat berlangsung. Perubahan iklim yang diperkirakan pada abad ke-22 melibatkan
serangkaian tren dan peristiwa yang dapat mempengaruhi lingkungan global. Beberapa
perubahan iklim yang diperkirakan meliputi:

- Peningkatan Suhu Rata-rata Global:

Diperkirakan terus terjadi peningkatan suhu rata-rata global, dengan konsekuensi pada kejadian
cuaca ekstrem dan pola iklim yang tidak stabil.

- Perubahan Pola Hujan:

Kemungkinan perubahan pola hujan, termasuk intensifikasi musim hujan di beberapa wilayah
dan penurunan curah hujan di wilayah lain.

- Naiknya Permukaan Air Laut:

Peningkatan suhu menyebabkan pencairan es di Kutub dan pegunungan, menyebabkan kenaikan


permukaan air laut.

- Ketidakstabilan Ekosistem:

Pergeseran zona iklim dan perubahan suhu dapat menyebabkan ketidakstabilan ekosistem,
dengan spesies yang harus beradaptasi atau menghadapi risiko kepunahan.

Intensifikasi Peristiwa

- Perubahan Pola Cuaca Ekstrem:

Frekuensi dan intensitas cuaca ekstrem, seperti badai tropis, banjir, dan kekeringan, diperkirakan
akan meningkat, mempengaruhi keberlanjutan ekosistem dan ketahanan pangan.
- Dampak pada Keanekaragaman Hayati:

Perubahan iklim dapat mengancam keberlanjutan ekosistem, menyebabkan migrasi dan


perubahan habitat bagi banyak spesies, yang dapat berdampak pada rantai makanan dan
biodiversitas.

- Peningkatan Intensitas Musim Kering dan Basah:

Beberapa wilayah dapat mengalami musim kering yang lebih panjang dan intens, sementara
wilayah lain menghadapi musim basah yang lebih ekstrem.

- Ancaman terhadap Ketersediaan Air:

Perubahan iklim dapat mempengaruhi siklus air, mengakibatkan perubahan pada distribusi air
dan sumber daya air, yang dapat mempengaruhi keberlanjutan pertanian dan pasokan air untuk
masyarakat.

- Perubahan pada Ekosistem Laut:

Kenaikan suhu laut dan asam laut dapat mempengaruhi ekosistem laut, termasuk terumbu
karang dan populasi ikan, dengan dampak signifikan pada mata pencaharian manusia yang
bergantung pada perikanan.

- Peningkatan Frekuensi dan Intensitas Kebakaran Hutan:

Perubahan iklim dapat meningkatkan risiko kebakaran hutan, yang dapat mengakibatkan
kerugian besar terhadap keanekaragaman hayati dan kualitas udara.

-Tantangan bagi Keamanan Pangan:


Perubahan iklim dapat mempengaruhi produksi tanaman dan keberlanjutan pertanian,
menyebabkan tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan global.

- Dampak Sosial dan Ekonomi:

Perubahan iklim dapat menyebabkan migrasi paksa, konflik sumber daya, dan kerugian ekonomi
akibat bencana alam yang lebih sering dan parah.
Penting untuk diingat bahwa proyeksi ini bergantung pada banyak faktor, termasuk tindakan
mitigasi yang diambil oleh masyarakat global dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan
menyesuaikan diri dengan perubahan yang sudah tidak dapat dihindari.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Diffenbaugh, N. S., & Field, C. B. (2013). Changes in ecologically critical terrestrial climate
conditions. Science, 341(6145).

World Population Prospects (2019), Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations).

The Demography of Aging, National Academies Press.

Proyeksi penduduk indonesia 2020-2050 hasil sensus penduduk 2020, Penerbit: Badan Pusat
Statistik.

Anda mungkin juga menyukai