Anda di halaman 1dari 47

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL

TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN


KONSUMEN COFFEE SHOP DI PONTIANAK

PROPOSAL

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah


Sarjana Terapan Program Studi Bahasa Inggris
untuk Komunikasi Bisnis dan Profesional
Politeknik Tonggak Equator

GOUW CHO SHENG


NIM. A1841142

POLITEKNIK TONGGAK EQUATOR


PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS
UNTUK KOMUNIKASI BISNIS DAN PROFESIONAL
PONTIANAK

2021

i
ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL
TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
KONSUMEN COFFEE SHOP DI PONTIANAK

Tanggung Jawab Yudisial pada :

Gouw Cho Sheng


NIM. A1841142

Disetujui untuk diuji oleh :

Tim Pembimbing : Tanda Tangan

1. Pembimbing I : Ir. M. Anastasia Ari Martiyanti, M.M.A.


NIDN: 1115036201

2. Pembimbing II : Hilaria Janariani, S.S.T., M.Pd. …………...


NIDN: 1103109301

Mengetahui :

Ketua Program studi : Wui San Taslim, S.E., M.M. .………….


NIK : 009.1.0210.02

POLITEKNIK TONGGAK EQUATOR


PROGRAM STUDI BAHASA INGGRIS
UNTUK KOMUNIKASI BISNIS DAN PROFESIONAL
PONTIANAK
2021

i
DAFTAR ISI

COVER
LEMBAR PERNYATAAN ORIGINALITAS PENELITIAS
PENGESAHAN SKRIPSI AKHIR
PENGESAHAN TIM PENGUJI (INGGRIS)
PENGESAHAN TIM PENGUJI
UCAPAN TERIMA KASIH
ABSTRAK
ABSTRACT
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
DAFTAR TABEL..................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 LATAR BELAKANG...................................................................................1
1.2 RUMUSAN MASALAH...............................................................................5
1.3 Ruang Lingkup Penelitian..............................................................................5
1.4 Tujuan Penelitian...........................................................................................6
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................................6
1.5.1 Kontribusi Teoritis..................................................................................6
1.5.2 Kontribusi praktis....................................................................................6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
DESKRIPSI TEORI.............................................................................................7
2.1 Label Halal.....................................................................................................7
2.2 KEPUTUSAN PEMBELIAN......................................................................12
2.3 Kajian Empiris.............................................................................................15
2.4 Kerangka Konsepsual..................................................................................15
2.5 Hipotesis.......................................................................................................16
BAB 3 METODE PENELITIAN..........................................................................17
3.1 Bentuk Penelitian.........................................................................................17
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian......................................................................17
3.2.1 Tempat Penelitian.................................................................................17
3.2.2 Waktu Penelitian...................................................................................17

ii
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian...................................................................17
3.3.1 Populasi.................................................................................................17
3.3.2 Sampel...................................................................................................17
3.4 Variabel Penelitian.......................................................................................18
3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data...................................................18
3.5.1 Data Primer...........................................................................................18
3.5.2 Data Sekunder.......................................................................................18
3.6 Validitas dan Riabilitas Instrumen...............................................................19
3.6.1 Uji Validitas..........................................................................................19
3.6.2 Uji Reliabilitas......................................................................................19
3.7 Teknik Analisis Data....................................................................................20
3.7.1 Uji Asumsi Klasik.................................................................................20
3.7.2 Analisis data verifikatif.........................................................................21
3.7.3 Analisis Koefisien Determinasi.........................................................22
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

iii
DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Pembagian Penganut Agama di Kota Pontianak Tahun 2021


………..1
TABEL 1.2 Angka Pertumbuhan Produksi Kopi
………………………………….1

TABEL 2.1 Kajian Empiris ………………………………………………………


15
TABEL 3.1 Pedoman untuk memberikan interpretasi koefiesien korelasi ………
22

iv
DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 2.1 Logo Halal Majelis Ulama Indonesia ……………………………9

v
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang merupakan negara besar di mana menduduki peringkat ke
empat sebagai negara memiliki jumlah penduduk terbanyak di dunia. Menurut
data yang disajikan oleh Worldometer yang disajikan dalam tabel di bawah ini
Indonesia menduduki peringkat negara dengan jumlah penduduk terbanyak ke
empat. Hal ini diperkuat dengan data yang disajikan oleh Worldometer.info yang
diterbitkan pada tahun 2021 di mana jumlah penduduk Indonesia Terbanyak ke
empat dengan jumlah penduduk sebesar 273.523.615 jiwa. Jumlah penduduk
Indonesia berada di bawah peringkat penduduk Amerika dengan jumlah
331.002.651 jiwa dan disusul oleh India yang berada diperingkat kedua dengan
jumlah penduduk sebanyak 1.380.004.385 jiwa. Di mana peringkat pertama
jumlah penduduk terbanyak di miliki oleh China dengan jumlah penduduk
sebanyak 1.439.323.776 Jiwa.
Dengan predikat sebagai negara dengan penduduk terbanyak ke empat
mengharuskan seluruh lapisan masyarakat berperan aktif dalam memajukan
negara dengan mengelola berbagai sumber daya yang ada di Indonesia. Tidak
hanya sumber daya yang harus di olah, masyarakat juga diwajibkan untuk
berperan aktif dalam memajukan ranah perekonomian negara Indonesia.
Perekonomian suatu negara berperan sangat signifikan dalam membangun suatu
negara, kestabilan suatu perekonomian negara akan berperan penting terhadap
kepemilikan predikat sebagai negara maju atau pun negara berkembang. Dengan
demikian masyarakat Indonesia dituntut untuk memajukan berbagai bidang
sumber daya yang dimiliki untuk bisa mencapai cita cita sebagai bangsa yang
disegani baik ditingkat Asia maupun dunia.
Pontianak Adalah ibu kota provinsi Kalimantan barat di Indonesia. Kota
yang di kenal sebagai kota khatulistiwa karena di lalui garis lintang 0 derjat. Kota
Pontianak dilewati dua sungai yaitu sungai terpanjang di indonesia yakni Sungai
Kapuas dan Sungai Landak. Pontianak dengan kota yang memiliki luas sebesar
107,82 Km2 yang terdiri dari 6 kecamatan dan 29 Kelurahan. Dengan Penduduk
sebesar 672.440.
Seperti yang diketahui Indonesia merupakan negara beragam dengan
memiliki 6 agama resmi yang diakui di Indonesia antara lain : Islam, Katolik,
Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu Cu. Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh
Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam
negeri Jumlah penduduk Indonesia Tahun 2020 Sebanyak 272,23 Juta jiwa di
mana yang beragama Islam Sebanyak 236,53 Juta jiwa. Dalam agama Islam
segala aktivitas yang menyangkut aspek kehidupan umat sangat dipedulikan.

14
Makanan dan minuman merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam agama
ISLAM.
Berdasarkan data yang disajikan oleh Dinas Kependudukan dan
Pencatatan Sipil ( DUKCAPIL ) Kota Pontianak yang dapat diakses pada
Bps.go.id dimana mencantumkan data jumlah penduduk di Kota Pontianak pada
tahun 2021 sejumlah 672.440 dengan penjabaran yang akan disajikan
perkecamatan pada tabel di bawah ini :
Tabel 1.1 Pembagian Penganut Agama di Kota Pontianak Tahun 2021

Sumber : (Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Per Kelurahan di Kota


Pontianak - SATU DATA KOTA PONTIANAK, 2021)
Dari data tabel 1.4 yang di dapat dari Data yang di sajikan Dinas
Kependudukan Dan pencatatan Sipil Kota Pontianak menujukan bahwa jumlah
penduduk yang beragama islam di kota pontianak menduduki peringkat pertama
dengan jumlah 512.502 Jiwa. Disusul oleh jumlah penduduk yang beragama
Budha di peringkat pertama dengan jumlah Penganut sebanyak 83.535 Jiwa.
Peringkat ketiga dengan jumlah penganut terbanyak di Kota Pontianak ialah
Agama Katolik dengan penganut sebanyak 40.076 Jiwa. Peringkat ke empat
diduduki oleh Agama Protestan dengan penganut sebanyak 32.682 Jiwa. Pada
peringkat kelima agama Konghucu memiliki penganut sebanyak 2.456 Sedangkan
yang beragama Hindu menduduki posisi paling terakhir dengan penganut paling
sedikit yakni 345 Jiwa.
Dari Data pada Tabel 1.4 terlihat jumlah penduduk dengan penganut
agama islam mendominasi diantara semua agama. Tabel penyebaran jumlah
penduduk dengan agama yang dianut tentunya berperan penting terhadap usaha
kuliner terutama pada usaha Coffee Shop. Dengan banyaknya jumlah penduduk

15
yang beragama islam di kota pontianak tentunya Industri makanan dengan
sertifikasi Halal harus terus di kembangkan. Sertifikasi Halal terhadap Coffee
Shop sangat merupakan sebuah jaminan terhadap umat muslim untuk dapat
mengkonsumsi produk sesuai dengan ajaran islam. Kesadaran umat muslim
terhadap pentingnya kehalalan produk makanan dan minuman yang semakin
meningkat akan mempengaruhi terhadap keputusan pembelian produk makanan
dan minuman tersebut. Hal ini menjadi sebuah peringatan kepada pelaku usaha
agar berupaya membuat keyakinan bahwa produk yang dibuat atau produksi atau
di sajikan oleh coffee shop tersebut terjamin halal. Berdasarkan Tabel 1.2 di atas
diketahui bahwa masih sedikit Coffee shop yang bersertifikasi halal. Hal ini
menunjukan bahwa produsen atau Coffee shop tersebut belum mampu menjamin
kehalalan tempat serta makanan dan minuman yang disajikan tersebut. Sementara
Sertifikasi halal sangat penting karena mayoritas penduduk Kota pontianak
Beragama Muslim.

Indonesia memiliki berbagai bidang sumber daya yang dimiliki, salah


satunya ialah sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk
membangun dan membantu perekonomian negara Indonesia. Sumber daya
melimpah yang terlihat dalam data yang disajikan oleh Kementerian Pertanian.
Hal ini terlihat dari data yang di kumpulkan oleh Kementerian Pertanian di mana
jumlah produksi sumber daya alam yaitu biji kopi terus meningkat tahun ke tahun
yang disajikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.2 Angka Pertumbuhan Produksi Kopi
NO PERTUMBUHAN PRODUKSI KOPI
2017 2018 2019 2020 2021
1 717.962 756.051 752.511 753.941 765.415

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan www.pertanian.go.id


Tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah produksi kopi di Indonesia
mengalami peningkatan dan di perkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun
berikutnya. Dengan melihat kondisi yang di tunjukan oleh tabel tersebut, maka
terdapat banyak peluang bagi masyarakat untuk memanfaatkan sumber daya yang
melimpah tersebut untuk diolah dan dikelola menjadi bisnis Coffee Shop
Dengan melimpahnya produksi kopi yang ada di Indonesia tentunya akan
sangat berpengaruh terhadap perkembangan perekonomian negara Indonesia.
Perkembangan perekonomian negara Indonesia yang sejauh ini telah membuka
berbagai macam industri yang menghasilkan produk-produk konsumsi, baik di
produksi oleh UMKM atau pun perusahaan besar. Kemajuan dalam berbagai
bidang yang saat ini sedang terjadi dinegara Indonesia khususnya dalam bidang

16
bisnis. Salah satu bisnis yang sedang berkembang pesat ialah bisnis Warung kopi
ataupun biasa disebut dengan Coffee Shop.
Coffee Shop adalah sebuah kedai yang menyediakan berbagai jenis kopi
dan minuman non kopi dalam suasana santai dengan kondisi tempat yang nyaman
baik dengan pemutar music ataupun live music dengan design interior yang
memiliki ciri khas serta memiliki fasilitas penunjang seperti wifi dan bacaan buku.
Coffee Shop menjadi bisnis yang menguntungkan hal ini dikarenakan banyaknya
penikmat kopi yang menjadikan kopi sebagai kebutuhan yang wajib untuk di
penuhi sebagai gaya hidup. Hal ini menyebabkan banyaknya Coffee Shop yang
dijadikan sebagai salah satu peluang usaha alternatif atau biasa disebut passife
income yang menjanjikan bagi para pelaku bisnis.
Bisnis Coffee Shop atau Warung kopi ini sedang menjadi terus menerus
mengalami pertumbuhan di seluruh Indonesia. Saat ini bisnis kopi merupakan
salah satu sektor yang cukup menjanjikan. Hal ini dikarenakan telah berubahnya
fungsi kopi yang di mana biasanya kopi digunakan untuk menghilangkan rasa
kantuk, tetapi saat ini mengonsumsi kopi sudah menjadi gaya hidup yang telah
tertanam secara tidak langsung di masyarakat Indonesia.
Bisnis Coffee Shop telah menjadi tempat bagi masyarakat untuk
berkumpul dan saling berbincang baik dengan teman, sanak saudara, ataupun
rekan bisnis. Bisnis Coffee Shop dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan
hal ini dikarenakan meningkatnya jumlah masyarakat yang menikmati hasil
olahan kopi tersebut. Dengan meningkatnya jumlah peminat kopi maka
masyarakat pun memanfaatkan peluang tersebut untuk membuka berbagai bentuk
toko kopi sesuai dengan ciri khas yang diinginkan. Berbagai bentuk Toko kopi
yang dibuka dan Kelola oleh masyarakat di Indonesia ini pun ada yang berskala
kecil sampai berskala besar. Ada yang hanya sebatas menyediakan kursi untuk
menyantap kopi atau pun tempat menikmati kopi yang memberikan layanan wifi
cepat hingga tempat bercengkerama yang keren.
Tempat yang nyaman dengan suasana dan fasilitas yang mumpuni
membuat konsumen lebih betah untuk terus menerus berlangganan. Hal ini
dikarenakan fasilitas-fasilitas seperti Wifi yang lancar sangat dibutuhkan oleh
banyak kalangan untuk melakukan aktivitas baik untuk Pendidikan maupun untuk
pekerjaan. Selain wifi yang lancar. Kenyamanan atas suasana Coffee Shop yang di
berikan juga cukup berperan penting hal ini dikarenakan akan membuat
masyarakat lebih nyaman, betah dan lebih menikmati kopi yang diseduh oleh
Coffee Shop tersebut. Seperti yang telah disebutkan di atas di mana masyarakat
pada masa sekarang lebih banyak mampir di Coffee Shop untuk menghabiskan
waktu atau pun mengadakan pertemuan baik pertemuan sekedar menyapa teman
atau pun pertemuan bisnis. Sehingga konsep Coffee Shop juga akan berperan
penting di dalam perkembangan bisnis perkopian ini.

17
Coffee Shop berkaitan erat dengan kuliner di mana Coffee Shop menjadi
sebuah tempat yang menyediakan berbagai jenis kopi dan makanan yang enak
untuk menjadi daya Tarik bagi penikmat kopi. Coffee Shop selalu menjadi tempat
yang baik untuk disinggahi oleh penikmat kopi hal ini dikarenakan para penikmat
kopi lebih memiliki meminum langsung kopi yang di hasilkan dari para tangan
barista yang lebih profesional dalam menyajikan kopi yang enak.
Dengan meningkat pesatnya jumlah Coffee Shop yang ada membuat para
pengusaha harus dapat mengembangkan kualitas atas rasa kopi yang di seduhkan
demi meningkatkan kepuasan yang maksimal terhadap konsumen. Berbagai usaha
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kepuasan konsumen untuk memenangi
persaingan antar bisnis kopi seperti fasilitas yang disediakan, kualitas atas produk
yang disajikan, harga, Pelayanan, serta halal yang dimiliki oleh Coffee Shop
tersebut. Hal ini dapat bermanfaat untuk memenangkan persaingan per saingan
atas banyaknya Coffee Shop yang telah beroperasi.
Untuk memenangkan persaingan atas banyaknya Coffee Shop yang telah
beroperasi ini tentunya para pelaku bisnis yang berkecimpung di bidang ini harus
memiliki keterpekaan terhadap setiap perubahan yang dimiliki untuk diolah
menjadi peluang untuk dimanfaatkan terhadap kemajuan Coffee Shop yang
dimiliki. Hal ini tentunya sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Kotler
yaitu Kepekaan terhadap setiap perubahan harus dimiliki oleh setiap pelaku bisnis
dan menempatkan orientasi kepada kepuasan pelanggan sebagai tujuan utamanya
(Philip Kotler, 2005). Berdasarkan hal tersebut membuat para pelaku bisnis harus
mempunyai strategi baik pemasaran ataupun strategi persaingan bisnis untuk
memanfaatkan pasar yang ada sebaik mungkin serta menyediakan pelayanan yang
ramah terhadap para konsumen
Strategi pemasaran yang tepat akan berpengaruh terhadap keputusan
pembelian konsumen. Menurut Philip Kotler & Kevin Lane Keller (2009, p.184)
Keputusan pembelian adalah proses integrasi yang digunakan untuk
mengombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku
alternatif dan memilih satu di antaranya. Menurut Kotler dan Keller (2011: 195)
menyatakan bahwa proses keputusan pembelian terdiri dari lima tahap sebagai
berikut : (1) Problem recognation (Pengakuan Masalah) Proses pembelian di
mulai saat pembeli mengenali masalah atau perlu dipicu oleh rangsangan internal
atau eksternal. Dengan satu stimulus internal kebutuhan normal seseorang. (2)
Information search (Pencarian Informasi) konsumen mungkin tertarik atau
mungkin tidak mencari informasi lebih lanjut. Jika tidak, konsumen dapat
menyimpan kebutuhan dalam memori atau melakukan pencarian informasi yang
terkait dengan kebutuhan. (3) Evalution of Alternatives (Evalusi Alternatif)
bagaimana konsumen memproses informasi untuk sampai pada pilihan merek. (4)
Purchase Decision ( Keputusan Pembelian ) Umumnya, keputusan pembelian

18
konsumen akan membeli merek yang paling di sukai, tapi dua faktor bisa datang
antara niat beli dan keputusan pembelian. (5) Postpuchase Behaviour (Pelaku
Pasca Pembelian) Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami disonansi
dari melihat fitur menggelisahkan tertentu atau melanggar hal – hal baik tentang
merek lain dan akan waspada terhadap informasi yang mendukung keputusannya.
Pengusaha yang bergelut di bidang Coffee Shop harus memiliki strategi
pemasaran yang dapat menjadi strategi unggulan dalam persaingan. Pengusaha
harus dapat mengetahui cara untuk mempertahankan konsumen agar tidak
berpaling kepada pesaingnya. Dalam hal ini para pengusaha masih jarang untuk
memanfaatkan label halal untuk menjadi strategi promosi. Seperti yang diketahui
Indonesia merupakan negara beragam dengan memiliki 6 agama resmi yang
diakui di Indonesia antara lain : Islam, Katolik, Kristen, Hindu, Budha, Kong Hu
Cu. Berdasarkan data terbaru yang dirilis oleh Direktorat Jenderal Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kementerian Dalam negeri Jumlah penduduk Indonesia
Tahun 2020 Sebanyak 272,23 Juta jiwa di mana yang beragama Islam Sebanyak
236,53 Juta jiwa. Dalam agama Islam segala aktivitas yang menyangkut aspek
kehidupan umat sangat dipedulikan. Makanan dan minuman merupakan hal yang
sangat diperhatikan dalam agama ISLAM.
Dengan banyaknya jumlah penduduk yang beragama Islam di Indonesia,
maka terbitlah peraturan yang mengatur tentang produk dan sertifikasi halal di
Indonesia yang di mana peraturan tersebut digunakan sebagai dasar perlindungan
konsumen bagi yang menganut agama Islam tersebut. Peraturan tersebut tertuang
dalam Undang-undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk halal. Dalam
undang-undang tersebut tertuang tentang peraturan bahwa perlunya sertifikasi
halal dalam produk yang di ciptakan baik oleh rumah makan, Restoran serta
Coffee Shop. Undang-undang tersebut mulai berlaku pada Bulan Oktober tahun
2019. Undang-undang tersebut mengatur dan menegaskan bahwa produk yang
beredar dan di perjualbelikan di Indonesia wajib memiliki sertifikasi halal.
Berdasarkan data sertifikasi produk halal yang di keluarkan oleh LPPOM MUI
pada tahun 2014-2019 Kesadaran akan produk bersertifikasi halal khususnya pada
produk makanan dan minuman masih sangat rendah di mana pada tahun 2019
terdapat 13951 perusahaan yang mengeluarkan lebih dari 166.000 produk
makanan maupun minuman namun hanya sekitar 11.400 yang memiliki sertifikasi
halal.
Badan penyelenggara jaminan produk halal yang di bawah naungan
Kementerian Agama akan menjadi tumpuan utama dalam menjalankan sertifikasi
halal. Hal ini menjadi tugas badan penyelenggara jaminan produk halal untuk
memberikan informasi bahwa Undang-undang Jaminan produk halal bersifat
wajib bagi pelaku usaha. Banyaknya para pelaku usaha Coffee Shop belum

19
mengetahui bahwa pentingnya sertifikasi halal yang dikarenakan minimnya
sosialisasi yang di gaung kan oleh BPJPH tersebut.
Dengan adanya tindakan nyata pemerintah atas dibentuknya Undang-
Undang Jaminan produk halal tersebut memaknai bahwa negara ikut andil dalam
menjamin produk yang di jual di Indonesia aman untuk di konsumsi oleh umat
muslim. Dengan adanya Sertifikasi Halal atas produk yang di jual / diproduksi
oleh para Coffee Shop merupakan suatu manfaat positif bagi citra restoran
maupun Coffee Shop tersebut.
Pontianak memiliki julukan sebagai Kota 1000 Warung Kopi / Coffee
Shop. Coffee Shop dengan konsep modern pun telah menjamur di kota Pontianak.
Namun, tidak hanya konsep desain modern yang di balut dengan interior dan
eksterior yang sangat menarik, Coffee Shop Pontianak tentunya harus juga di
jamin dengan sertifikasi halal untuk menjamin atas makanan dan minuman yang
telah di sajikan kepada konsumen.
Coffee Shop dengan konsep modern yang telah merajalela di Pontianak.
Banyak pengunjung terhadap Coffee Shop modern di Pontianak membuat
banyaknya para pelaku usaha mulai menggeluti bisnis Coffee Shop modern
sehingga membuat Pontianak terdapat beberapa Brand Coffee Shop modern yang
umumnya banyak pengunjung seperti yang akan di sajikan pada tabel di bawah
ini:
Table 1.3 Daftar Nama Coffee Shop Pontianak
No Brand Coffee Shop Sertifikat Halal
1. CW COFFEE BELUM BERSERTIFIKASI
2. LOKALE BELUM BERSERTIFIKASI
3. KOPI LAIN HATI BELUM BERSERTIFIKASI
4. KOPI KULO BELUM BERSERTIFIKASI
5. KOPI TEMAN KERJA ( MANJA ) BELUM BERSERTIFIKASI
6. KOPI SOE BELUM BERSERTIFIKASI
7. KOFFIE IN BELUM BERSERTIFIKASI
8. NARKOPIKA BELUM BERSERTIFIKASI
9. THE ROOF CAFÉ SHOP BELUM BERSERTIFIKASI
10. 101 COFFEE SHOP BELUM BERSERTIFIKASI
11. No 3 Café Arts and lounge BELUM BERSERTIFIKASI
12. KOPI JANJI JIWA BERSERTIFIKASI
13. KOPI KENANGAN BERSERTIFIKASI
14. AMING COFFEE BERSERTIFIKASI
15. STARBUCK BERSERTIFIKASI
16. UPNORMAL COFFEE SHOP BERSERTIFIKASI
17. KOPI DARI HATI BERSERTIFIKASI
18. BOTANI CAFÉ AND RESTO BERSERTIFIKASI

20
19. KOPI DJEMPOL BERSERTIFIKASI
20. XIBOBA COFFEE AND DRINK BERSERTIFIKASI
Sumber : (LPPOM MUI KALBAR, 2021)
Data yang disajikan pada tabel 1.3 di atas didapatkan melalui pencaharian
di media Google maps dengan memberikan syarat atas rating pengunjung di atas
4.6 Review. Daftar Coffee Shop yang telah disajikan pada tabel 1.3 menunjukkan
adanya beberapa Coffee Shop yang merupakan bisnis waralaba. Namun pada tabel
1.3 ada juga Coffee Shop yang murni atas pengusaha lokal di kota Pontianak ini.
Pada tabel di atas terdapat beberapa Coffee Shop yang sudah memiliki
label halal atas kegiatan produksi produk makanan maupun minuman. Sehingga
beberapa Coffee Shop yang tercantum pada tabel 1.3 akan digunakan sebagai
sampel untuk pengaruh antara label halal terhadap keputusan pembelian terhadap
konsumen yang beragama muslim di kota Pontianak.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Nasution (2018) tentang persepsi
perilaku konsumen terhadap produk makanan halal di medan. Hasil penelitian
yang didapatkan menunjukkan bahwa adanya pengaruh positif makanan yang
bersertifikasi halal terhadap minat beli. Hal ini juga dibuktikan oleh penelitian
yang dilakukan oleh Salindal (2018) yang meneliti hubungan antara sertifikasi
halal dengan kinerja bisnis hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sertifikasi
halal secara signifikan dapat mempengaruhi kinerja bisnis dalam hal inovasi dan
keuangan perusahaan makanan yang bersertifikasi halal.
Dari pemaparan di atas penulis tertarik untuk meneliti apakah label halal
memiliki pengaruh penting terhadap keputusan pembelian pada konsumen Coffee
Shop yang berada di Pontianak. Dengan demikian, penulis menuangkannya dalam
skripsi yang berjudul “ ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN COFFEE SHOP DI PONTIANAK“.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pokok permasalahan, penulis merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian produk Coffee Shop
yang ada di Pontianak

1.3 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini berfokus pada beberapa Coffee Shop yang ada di
Pontianak. Variabel pada penelitian ini yaitu label Halal dan keputusan
pembelian Penelitian akan dilakukan pada Coffee Shop yang tercantum pada
Tabel 1.3.

21
1.4 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penulis melakukan penelitian yang bertujuan
sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh label halal terhadap keputusan pembelian
produk beberapa Coffee Shop yang ada di Pontianak

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Kontribusi Teoritis
Dengan adanya penelitian ini, penulis berharap agar pembaca dapat menambah
wawasan dan pengetahuan yang berharga serta menjadikan bahan penelitian ini
sebagai penerapan teori yang diperoleh selama perkuliahan dengan praktik nyata
serta menjadi bahan Pustaka bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

1.5.2 Kontribusi praktis


Dengan hasil dari penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan informasi
dan masukan yang lebih tentang pengaruh label halal dalam pengambilan
keputusan bagi beberapa pengusaha Coffee Shop yang ada di Pontianak maupun
di luar daerah dan usaha sejenisnya agar dapat digunakan dalam upaya
meningkatkan penjualan dan memperoleh laba yang lebih lagi.

22
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
DESKRIPSI TEORI
2.1 Label Halal
2.1.1 Pengertian Label
Label merupakan bagian dari suatu produk untuk menyampaikan
informasi tentang apa yang ada dalam penjual dan produk itu sendiri
Adapun pengertian label menurut para ahli adalah sebagai berikut :
1. Menurut Marinus, Label merupakan suatu bagian dari sebuah
produk yang membawa informasi verbal tentang produk atau
penjualnya.
2. Menurut Kotler, Label adalah tampilan sederhana pada produk atau
gambar yang dirancang dengan rumit yang merupakan satu
kesatuan dengan kemasan. Label bisa hanya mencantumkan merek
atau informasi
2.1.2 Fungsi dan Tujuan Label
Label Bukan hanya sebagai alat penyampaian informasi, namun juga
berfungsi sebagai iklan dan branding sebuah produk. Menurut Kotler,
Fungsi label adalah sebagai berikut :
1. Label Mengidentifikasi produk atau merek
2. Label menentukan kelas produk
3. Label menggambarkan beberapa hal mengenai produk ( siapa
pembuatnya, di mana dibuat, kapan dibuat, apa isinya, bagaimana
menggunakannya, dan bagaimana menggunakan secara aman)
4. Label Mempromosikan produk lewat aneka gambar yang
menarik.

Adapun Tujuan label adalah sebagai berikut


1. Memberikan informasi tentang isi produk yang diberikan label
tanpa harus membuka kemasan
2. Berfungsi sebagai saranan komunikasi produsen kepada
konsumen tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh konsumen
tentang produk tersebut, terutama hal-hal yang kasat mata atau
tidak diketahui secara fisik
3. Memberi petunjuk yang tepat pada konsumen hingga diperoleh
fungsi produk yang optimum
4. Sarana periklanan bagi produsen

23
5. Memberi rasa aman bagi konsumen

2.1.3 Jenis-jenis Label


Label pada dasarnya merupakan bagian dari sebuah Kemasan
(pembungkus ) atau dapat merupakan etiket lepas yang ditempelkan
pada produk. Dengan demikian sudah sewajarnya antara kemasan,
merek dan label terjalin suatu hubungan yang erat
Terdapat tiga tipe label berdasarkan fungsinya yaitu sebagai berikut:
1. Brand Label adalah penggunaan label yang semata mata
digunakan sebagai Brand.
2. Grade label adalah label yang menunjukkan tingkat kualitas
tertentu dari suatu barang. Label ini dinyatakan dengan suatu
tulisan atau kata
3. Label deskriptif adalah informasi objektif tentang penggunaan
konstruksi pemeliharaan penampilan dan ciri-ciri dari produk
2.1.4 Pengertian Halal
Menurut Abdul Haziz Dahlan (1997,p.505) Halal dalam Bahasa
arab berasal dari kata Halla yang berarti membebaskan, melepaskan,
memecahkan, membubarkan dan membolehkan. Menurut Aisjah
Girindra (1998, p. 20) Sedangkan etimologi halal berarti hal-hal yang
boleh dan dapat dilakukan karena bebas atau tidak terikat dengan
ketentuan yang melarang. Makanan yang tidak halal berarti dalam
proses pembuatan menggunakan zat-zat yang diharamkan secara
Islam. Bagi umat Islam yang menyadari hal tersebut akan
menciptakan perasaan yang tidak tenang. Halal di sini mengandung
pengertian halal bendanya halal cara memperoleh. Dan arti baik di
sini adalah segi manfaat untuk tubuh.

2.1.5 Label halal


Label halal adalah pemberian tanda halal sebagai bukti tertulis atas
jaminan produk yang halal dengan kode HALAL dalam berbentuk
tulisan arab yang dikeluarkan atas dasar pemeriksaan halal dari
Lembaga pemeriksaan halal. Terdapat beberapa regulasi yang
mengatur tentang produk halal yang ada di Indonesia antara lain :
1. Undang-undang No 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal
2. Peraturan Pemerintah (PP) No. 31 Tahun 2019 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No. 33 Tahun 2014 (UU JPH)
3. Peraturan Menteri Agama No. 26 tahun 2019 tentang
penyelenggaraan Jaminan Produk Halal

24
4. Keputusan Menteri Agama No. 982 Tahun 2019 Tentang Layanan
Sertifikasi Halal
5. Peraturan Pemerintah (PP) no 39 Tahun 2019 Tentang
Penyelenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal

Berdasarkan Undang Undang 33 No 2014 Fatwa yang dikeluarkan


oleh Majelis Ulama Indonesia dalam bentuk sertifikat untuk
meyakinkan masyarakat bahwa produk tersebut berada di dalam
jaminan oleh Lembaga MUI bahwa sah produk tersebut di nyatakan
secara hukum agama Halal untuk di konsumsi serta digunakan.
Adapun Logo Label halal yang dipergunakan oleh sertifikat Majelis
ulama Indonesia ialah :

Gambar 2.1 Logo Label HALAL Majelis Ulama Indonesia

Label halal diperoleh setelah Majelis Ulama Indonesia menyatakan


bahwa produk tersebut halal sesuai dengan syariat islam dan
kemudian menerbitkan sebuah sertifikat yang menjadi suatu dasar
perizinan untuk mencantumkan label halal dalam produk yang dijual.
Aspek aspek yang menjadi tinjauan Majelis Ulama Indonesia dalam
memberikan Label halal ialah :
1. Proses Pembuatan
Proses pembuatan jika disetujui oleh Majelis Ulama Indonesia ialah
sebagai berikut :
a. Binatang hendak dibersihkan dan binatang sudah dalam kondisi
mati setelah di sembelih

b. Bahan campuran yang digunakan dalam proses produksi tidak


terbuat dari barang- barang atau bahan yang haram dan turunannya.
c. Air yang digunakan untuk membersihkan bahan hendaklah air
mutlak atau bersih dan mengalir.
d. Dalam proses produksi tidak tercampur atau berdekatan dengan
barang atau bahan yang najis atau haram.

2. Bahan Baku Utama

25
Bahan baku produk adalah bahan utama yang digunakan dalam
kegiatan proses produksi baik berupa bahan baku, bahan setengah jadi
serta maupun barang jadi.
3. Bahan pembantu
Bahan pembantu adalah bahan yang tidak termasuk ke dalam
kategori bahan baku ataupun tambahan yang berfungsi untuk
membantu mempercepat atau memperlambat proses produksi
termasuk proses rekayasa

Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang


Penyelenggara Produk Halal diatur bahwa bahan yang berasal dari
hewan yang diharamkan meliputi:
a. Bangkai
b. Darah
c. Babi; dan/atau
d. Hewan yang disembelih tidak sesuai dengan syariat.

Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan makanan dalam


kemasan diwilayah Indonesia wajib untuk mencantumkan label pada,
di dalam atau di kemasan pagan. Label yang dimasuk tidak mudah
terlepas dari kemasan ataupun rusak. Label halal adalah jaminan yang
diberikan oleh suatu lembaga yang berwenang yaitu LPPOM MUI
(Lembaga Pengkajian Pangan Obat-Obatan dan Kosmetik Majelis
Ulama Indonesia) untuk memastikan bahwa suatu produk sudah lolos
pengujian kehalalannya. Untuk memperoleh sertifikat halal dari
LPPOM MUI ada beberapa tahap yang harus dilakukan oleh
perusahaan. Prosedur sertifikasi halal tersebut yaitu:

1. Pengajuan Permohonan
a. Permohonan sertifikat halal diajukan oleh pelaku usaha secara
tertulis kepada BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk
Halal).
b. Permohonan sertifikat halal harus dilengkapi dengan dokumen:
1) Data pelaku usaha
2) Nama dan jenis produk
3) Daftar produk dan bahan yang digunakan
4) Proses pengolahan produk
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengajuan permohonan
sertifikat halal diatur dalam Peraturan Menteri.18

26
2. Penetapan Lembaga Pemeriksaan Halal
a. BPJPH menetapkan LPH (Lembaga Pemeriksa Halal) untuk
melakukan pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk.
b. Penetapan LPH sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dalam jangka waktu paling lama 5 hari kerja terhitung sejak
dokumen permohonan sebagaimana dimaksud dalam pasal 29 ayat
(2) dinyatakan lengkap.
c. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan LPH diatur
dalam Peraturan Menteri.19

3. Pemeriksaan dan Pengujian


a. Pemeriksaan dan/atau pengujian kehalalan produk sebagaimana
dimaksud dalam pasal 30 ayat (1) dilakukan oleh Auditor Halal.
b. Pemeriksaan terhadap produk dilakukan di lokasi usaha pada
saat proses produksi.
c. Dalam hal pemeriksaan produk sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdapat bahan yang diragukan kehalalannya, dapat
dilakukan pengujian di laboratorium.
d. Dalam pelaksanaan pemeriksaan di lokasi usaha sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), pelaku usaha wajib memberikan
informasi kepada Auditor Halal.20
e. LPH menyerahkan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian
kehalalan produk kepada BPJPH.
f. BPJPH menyampaikan hasil pemeriksaan dan/atau pengujian
kehalalan produk kepada MUI untuk memperoleh penetapan
kehalalan produk.21

4. Penetapan Kehalalan Produk


a. Penetapan kehalalan produk dilakukan oleh MUI.
b. Penetapan kehalalan produk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam sidang fatwa halal.
c. Sidang fatwa halal MUI sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengikutsertakan pakar, unsur kementerian /lembaga, dan/atau
instansi terkait.
d. Sidang fatwa halal sebagaimana dimaksud pada ayat (30
memutuskan kehalalan produk paling lama 30 hari kerja sejak
MUI menerima hasil pemeriksaan dan/atau pengujian produk
dari BPJPH.
e. Keputusan penetapan halal produk sebagaimana dimaksud pada
ayat (40) ditandatangani oleh MUI.

27
f. Keputusan penetapan halal produk sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) disampaikan kepada BPJPH untuk menjadi dasar
penerbitan sertifikat halal.22

5. Penerbitan Sertifikat Halal


a. Dalam hal sidang fatwa halal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 33 ayat (2) menetapkan halal pada produk yang
dimohonkan pelaku usaha, BPJPH menerbitkan sertifikat halal.
b. Dalam hal sidang fatwa halal sebagaimana dimaksud dalam
pasal 33 ayat (2) menyatakan produk tidak halal, BPJPH
mengembalikan permohonan sertifikat halal kepada pelaku
usaha disertai dengan alasan.

Sertifikasi halal melibatkan 3 pihak, yaitu BPJPH, LPPOM,


MUI sebagai Lembaga pemeriksaan halal dan MUI. BPJPH
melaksanakan penyelenggaraan jaminan produk halal. LPPOM
MUI melakukan pemeriksaan kecukupan dokumen,
penjadwalan audit, pelaksanaan audit, pelaksanaan rapat auditor,
penerbitan audit memorandum, penyampaian berita acara hasil
audit pada rapat Komisi Fatwa MUI. MUI melalui Komisi
Fatwa menetapkan kehalalan produk berdasarkan hasil audit dan
menerbitkan Ketetapan Halal MUI.

Presiden menetapkan Peraturan Pemerintah No 39 Tahun


2021 tentang Penyeleenggaraan Bidang Jaminan Produk Halal.
Peraturan Pemerintah yang merupakan turunan dari Undang
Undang No 11 Tahun 2020 Tentang Undang Undang Cipta kerja
Sehingga otomatis mengganti PP sebelumnya yakni PP No 31
Tahun 2019 Tentang peraturan pelaksanaan Undang Undang No 33
Tahun 2014 Tentang jaminan produk Halal

Terdapat perbedaan yang mencolok antara PP No 39 Tahun


2021 dengan antara PP No. 39/2021 dan UU no 33 Tahun 2014.
Peraturan pemerintan mencantumkan penjabaraan peraturan
pelaksaaan terkait pelaku usaha, Pengajuan permohonan dan
perpanjangan sertifikat halal, label halal dan keterangan tidak halal,
Peran Serta Masyarakat, Layanan Berbasis Elektronik, Peran Serta
Masyarakat, Layanan Berbasis Elektronik, Serta Penjabaran sanksi
administrative, Muatan Peraturan pemerintah yang lebih kompleks
dari peraturan sebelumnya.

28
Berikut adalah beberapa ketentuan Undang-Undang Nomor 33
Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal, yang di ubah ke dalam
48 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja.
Adapun perubahan pasal tersebut diantaranya:
1. Penambahan Pasal 4A Tentang Sertifikasi Halal Mikro
Diantara Pasal 4 dan 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014
Tentang Jaminan Produk Halal, disispkan Pasal 4A. Berikut adalah
bunyi pasalnya:
a. Kewajiban bersertifikat halal bagi pelaku Usaha mikro dan kecil
didasarkan atas pernyataan pelaku Usaha mikro dan kecil.
b. Pelaku Usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan usaha produktif yang memiliki kekayaan bersih
atau memiliki hasit penjualan tahunan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan dengan kriteria:
1) Produk tidak berisiko atau menggunakan Bahan yang sudah
dipastikan kehalalannya; dan
2) Proses produksi yang dipastikan kehalalannya dan
sederhana.
c. Pernyataan Pelaku Usaha mikro dan kecil sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan standar halal
yang ditetapkan oleh BPJPH.
d. Standar halal sebagaimana pada ayat (3) paling sedikit terdiri
atas:
1) Ikrar/pernyataan pelaku usaha yang berisi: kehalalan
produk dan Bahan yang digunakan, dan PPH.
2) Adanya pendampingan PPH.
e. Pernyataan Pelaku Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
huruf a disampaikan kepada BPJPH untuk diteruskan kepada
MUI.
f. Setelah menerima dokumen dari BPJPH sebagaimana dimaksud
pada ayat (5), MUI menyelenggarakan sidang fatwa halal untuk
menetapkan kehalalan Produk.
g. PJPH menerbitkan Sertifikat Halal berdasarkan fatwa halal
tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (6).
h. Kriteria Pelaku Usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dalam peraturan BPJPH

2. Perubahan Bidang Kerja Sama BPJPH dengan MUI Pasal 10


Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang JPH. :
Mengenai Perubahan Pasal tersebut berbunyi :

29
a. Kerja sama BPJPH dengan MUI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 104 ayat (1) huruf c dilakukan dalam hal penetapan
kehalalan Produk.
b. Penetapan kehalalan Produk sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) diterbitkan MUI dalam bentuk keputusan penetapan
kehalalan Produk.
c. Keputusan penetapan kehalalan Produk tetap berlaku sepanjang
tidak ada perubahan komposisi Bahan dan proses produksi.

Diketahui bahwa sebelum Pasal 10 Undang-Undang Nomor 33


Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal di amandemen, kerja
sama Badan Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (BPJPH)
dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) meliputi tiga hal, yakni
sertifikasi auditor halal, penetapan kehalalan produk dan akreditasi
LPH.

3. Penetapan Kehalalan Produk Pasal 33 Undang-Undang Nomor


33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
Terkait bahasan tersebut, maka bunyi pasalnya adalah:
a. Penetapan kehalalan produk dilaksanakan oteh MUI melalui
sidang fatwa halal MUI.
b. Sidang fatwa halal MUI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan oleh MUI pusat, MUI provinsi, MUI
kabupaten/kota, atau Majelis Permusyawaratan Ulama Aceh.
c. Hasil penetapan kehalalan produk berupa penetapan halal
Produk atau penetapan ketidakhalalan produk.
Disebutkan pula pada pasal berikutnya:
a. Penetapan kehalalan produk sebagaimana dimaksud dalam Pasal
76 disampaikan kepada BPJPH dalam jangka waktu paling lama
3 (tiga) Hari sejak hasil pemeriksaan kelengkapan dokumen dari
LPH diterima oleh MUI.
b. Dalam hal MUI belum menyerahkan penetapan kehalalan
Produk sebagaimana dimaksud pada ayat (1), jangka waktu
penyampaian penetapan dapat diperpanjang 3 (tiga) Hari dengan
menyampaikan alasan tertulis kepada BPJPH.
c. Dalam hal jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (21
terlampaui, BPJPH memberitahukan secara tertulis mengenai
status permohonan penetapan kehalalan produk kepada
pemohon.

30
4. Penerbitan Sertifikasi Halal Pasal 35 Undang-Undang Nomor
33 Tahun 2014 Tentang Jaminan Produk Halal.
Adapun perubahan tersebut mengenai: Penerbitan Sertifikat
Halal oleh BPJPH dilakukan dalam jangka waktu paling lama 1
(satu) Hari sejak keputusan penetapan kehalalan produk dari MUI
diterima oleh BPJPH. Perbedaan dengan pasal sebelumnya yaitu,
jangka waktu penerbitan sertifikasi halal dilakukan Badan
Penyelenggara Jaminan Produk Halal paling lama 7 (tujuh hari).
Artinya ada percepatan proses kerja yang mesti di lakukan BPJPH.
Pasal yang di cantumkan di atas hanyalah beberapa
ketentuan dari Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 Tentang
Jaminan Produk Halal yang mengalami perubahan. Pada intinya
perubahan yang terjadi dalam Pasal 48 Undang-Undang Nomor 11
Tentang Cipta Kerja lebih terfokus pada teknis kerja Badan
Penyelenggaraan Jaminan Produk Halal (BPJPH). Yang mungkin
terbitnya Undang-Undang Cipta Kerja tersebut di pandang lebih
sesuai dan relevan untuk di terapkan.
Sebenarnya praktik pencantuman label halal sudah
tergolong lama di lakukan oleh produsen di Indonesia dan menjadi
bagian penting dari kebangkitan kesadaran muslim Indonesia.
Hanya saja jauh sebelum ada Undang-Undang yang secara khusus
mengatur produk halal, sertifikasi halal tersebut di lakukan secara
sukarela, artinya tidak ada paksaan untuk melakukan sertifikasi
halal bagi para pelaku usaha. Meskipun sertifikasi halal menjadi
sebuah keharusan, namun untuk konsep saat ini, kewajiban
sertifikasi halal tersebut dilakukan secara bertahap. Artinya ada
periodisasi wajib halal.

2.2 Keputusan Pembelian


Keputusan pembelian merupakan serangkaikan proses yang berawal
dari konsumen mengenal masalahnya, mencari informasi tentang produk
atau merek tertentu dan mengevaluasi produk atau merek tersebut
seberapa baik masing-masing alternatif tersebut dapat memecahkan
masalahnya, yang kemudian serangkaikan proses tersebut mengarah
kepada keputusan pembelian (Tjiptono, 2014:21).

Selanjutnya Kotler dan Keller (2012:227) menambahkan bahwa,


proses keputusan pembelian adalah proses lima tahap yang dilewati
konsumen, dimulai dari pengenalan masalah, pencarian informasi,
evaluasi alternatif yang dapat memecahkan masalahnya, keputusan

31
pembelian, dan perilaku pasca pembelian, yang dimulai jauh sebelum
pembelian yang sesungguhnya dilakukan oleh konsumen dan memiliki
dampak yang lama setelah itu.

1. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian menurut


Philip Kotler (2013:214) dipengaruhi oleh empat faktor sebagai berikut :
a. Faktor Budaya
Budaya, sub budaya, dan kelas sosial merupakan hal yang sangat penting
dalam terbentuknya perilaku pembelian. Budaya merupakan salah satu
faktor penentu keinginan dan perilaku konsumen yang paling dasar.
b. Faktor Sosial
1) Kelompok acuan
Kelompok acuan dalam perilaku pembelian konsumen dapat diartikan
sebagai kelompok yang berpengaruh secara langsung atau tidak langsung
terhadap sikap atau perilaku seseorang.
2) Keluarga
Keluarga dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu keluarga orientasi yang
terdiri dari orang tua dan saudara kandung seseorang yang dapat
memberikan orientasi agama, politik, dan ekonomi serta ambisi pribadi,
harga diri, dan cinta. Selanjutnya itu ada keluarga pro kreasi yang terdiri
dari pasangan dan jumlah anak.

c. Pribadi
1) Usia dan siklus hidup keluarga
Orang membeli barang dan jasa tentunya mempunyai kebutuhan yang
berbeda-beda sepanjang hidupnya di mana kegiatan konsumsi ini
dipengaruhi oleh faktor usia dan siklus hidup keluarga.

2) Pekerjaan dan lingkungan ekonomi


Pekerjaan dan lingkungan ekonomi seseorang dapat mempengaruhi
kebutuhannya. Biasanya pemilihan produk juga dipertimbangkan
berdasarkan keadaan ekonomi seseorang seperti besarnya penghasilan
yang dimiliki, jumlah tabungan, utang dan sikap terhadap belanja atau
menabung.

3) Gaya hidup
Gaya hidup dapat diartikan sebagai sebuah pola hidup seseorang yang
terungkap dalam aktivitas, minat dan opininya yang terbentuk melalui
kelas sosial dan pekerjaan. Melihat hal ini sebagai peluang dalam

32
kegiatan pemasaran, banyak pemasar atau produsen yang mengarahkan
merek mereka pada gaya hidup seseorang.

4) Kepribadian
Kepribadian merupakan ciri bawaan psikologis manusia yang berbeda
yang menghasilkan tanggapan relatif konsisten dan tahan lama terhadap
rangsangan lingkungannya. Kepribadian dapat menjadi variabel yang
sangat berguna dalam menganalisis pilihan merek konsumen. Hal ini
disebabkan karena beberapa kalangan konsumen akan memilih merek
yang cocok dengan kepribadiannya.

5) Psikologis
Faktor psikologis ini dipengaruhi oleh empat faktor utama di antara-nya
motivasi, persepsi, pembelajaran, serta keyakinan dan sikap.

d. Peran dan Status


Semakin tinggi peran seseorang dalam organisasi maka semakin tinggi
pula status seseorang dalam organisasi tersebut dan secara langsung dapat
berdampak pada perilaku pembeliannya.

Indikator Keputusan Pembelian


Ada tiga indikator dalam menentukan keputusan pembelian (kotler,
2012), yaitu:
a. Kemantapan pada sebuah produk
Pada saat melakukan pembelian, konsumen memilih salah satu dari
beberapa alternatif. Pilihan yang ada didasarkan pada mutu, kualitas dan
factor lain yang memberikan kemantapan bagi konsumen untuk membeli
produk yang dibutuhkan. Kualitas produk yang baik akan membangun
semangat konsumen sehingga menjadi penunjang kepuasan konsumen.

b. Kebiasaan dalam membeli produk


Kebiasaan adalah pengulangan sesuatu secara terus-menerus dalam
melakukan pembelian produk yang sama. Ketika konsumen telah
melakukan keputusan pembelian dan mereka merasa produk sudah
melekat dibenanya bahkan manfaat produk sudah dirasakan. Konsumen
akan merasa tidak nyaman jika membeli produk lain.

c. Kecepatan dalam membeli sebuah produk


Konsumen sering mengambil sebuah keputusan dengan menggunakan
aturan (heuristik) pilihan yang sederhana. Heuristik adalah sebuah proses

33
yang dilakukan seseorang dalam mengambil sebuah keputusan secara
cepat, menggunakan sebuah pedoman umum dalam sebagian informasi
saja.

34
2.2 Kajian Empiris
Untuk mendukung penelitian untuk lebih akurat sebagai mana yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah,
maka diperlukan karya-karya pendukung yang memiliki relevansi terhadap tema yang dikaji. Maka di bawah ini
penulis memaparkan beberapa jurnal yang terkait dengan permasalahan dalam penulisan, di antaranya :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


N Tahun Penulis Judul Tujuan Metode Objek/Kasus Hasil
o
1 2020 Nastiti P.A Pengaruh Untuk mengetahui Metode penelitian Objek dari penelitian ini Dari hasil penelitian dapat
& Fenti keberadaan logo pengaruh keberadaan yang digunakan adalah Industri Keripik diketahui bahwa terdapat
Nur Addina halal dan kualitas logo halal dan kualitas yaitu Metode Tempe Sanan, Purwantoro pengaruh keberadaan logo
& Riska tempe terhadap kripik tempe pada Partial least Malang Jawa timur. halal dan kualitas produk
Septifani keputusan keputusan pembelian Square Permasalahan yang terhadap keputusan
pembelian Serta mememberikan dihadapi adalah Beberapa pembelian keripik tempe
konsumen alternatif perbaikan. UKM dari Sanan memiliki yang tersetifikasi halal
Label halal dan ada yang dan tidak tersertifikasi
belum. halal.
2 2020 Fadlun Pengaruh Label Untuk Mengetahui Metode penelitian Objek dari penelitian ini Berdasarkan pengolahan
Nabila Halal Terhadap Pengaruh Label halal yang digunakan adalah Pasar Swalayan dan analisis data, bisa
Bachdar Keputusan Terhadap keputusan yaitu Metode Non JUMBO Kota Manado ditarik kesimpulan bahwa
Pembelian Daging pembelian daging ayam Probability Label halal berpengaruh
Ayam Di Jumbo di Jumbo Pasar Sampling signifikan terhadap
Pasar Swalayan Swalayan Kota Manado keputusan pembelian.
Kota manado

3 2019 Kemal Faza Pengaruh Penelitian ini bertujuan Metode Penelitain Objek Penelitian Adalah Berdasarkan hasil
Akhyar Religiusitas Dan untuk menguji secara menggunakan Konsumen beragama islam analisis
Sertifikasi Halal empris pengaruh metode Purposive yang pernah melakukan data yang telah

3
Terhadap religiusitas dan sampling pembelian makanan di dilakukan, maka diambil
Keputusan sertifikasi restoran Jepang di kesimpulan sebagai
Pembelian halal terhadap minat beli Magelang : Ichiban Sushi, berikut:
serta pengaruh Kaizen Ramen, Nagoya 1. Religiusitas
religiusitas dan minat Fushion, dan Ramen 31 berpengaruh positif
beli terhadap keputusan Sang Ichi. terhadap Minat Beli.
pembelian. 2. Sertifikasi Halal tidak
berpengaruh terhadap
Minat Beli.
3. Religiusitas
berpengaruh positif
terhadap Keputusan
Pembelian.
4. Minat Beli
berpengaruh positif
terhadap Keputusan
Pembelian.

4
Dari beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pengaruh label
halal terhadap keputusan pembelian, terdapat perbedaan diantara penelitian-
penelitian di atas dengan penelitian ini. Pada setiap jurnal membuat penelitan
yang berkaitan dengan label halal. Dimana pada jurnal pertama label halal di teliti
pada produk keripik tempe, pada jurnal kedua penelitian Sertifikasi dan label halal
pada produk Daging ayam pada supermarket jumbo di kota Manado. Pada kedua
penelitian ini di temukan bahwa Sertifikasi dan label halal berperan penting
terhadap keputusan pembelian. Namun hal yang berbeda ditemukan pada Jurnal
penelitan ke tiga yakni Penelitian terhadap Pengaruh Religiusitas Dan Sertifikasi
Halal Terhadap Keputusan Pembelian produk makanan di restoran Jepang di
Magelang : Ichiban Sushi, Kaizen Ramen, Nagoya Fushion, dan Ramen 31 Sang
Ichi. Dimana hasil yang di dapatkan yakni :
a. Religiusitas berpengaruh positif terhadap Minat Beli.
b. Sertifikasi Halal tidak berpengaruh terhadap Minat Beli.
c. Religiusitas berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian.
d. Minat Beli berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian.
Dari ketiga penelitian tersebut penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
tentang pengaruh label terhadap keputusan pembelian yang dapat didukung oleh
tiga penelitian terdahulu di atas.

2.4 Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual menggambarkan hubungan antara variabel variabel


pada penelitian ini yang menjadi alur pembahasan bagi peneliti. Kerangka
konseptual ini menunjukkan bagaimana hubungan natar variabel yang di
mana penelitian ini terdapat dua variabel yang terdiri dari variabel bebas
Label halal dan variabel terikat yaitu Keputusan pembelian. Kerangka
konseptual tertuang dalam gambar visual sebagai berikut

Keputusan Pembelian
LABEL HALAL (X)
(Y)

2.5 Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Agar
penelitian yang menggunakan Analisa data statistik dapat terarah maka
perumusan hipotesis sangat perlu ditempuh. Dengan penelitian lain hipotesis

14
dapat diartikan sebagai dugaan yang memungkinkan benar salah akan ditolak
bisa salah dan akan diterima bila benar

Atas dasar kerangka berpikir dan model penelitian tersebut maka hipotesis
dari penelitian ini adalah
1. Ha1 = Label halal berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen
beberapa Coffee Shop yang ada di Pontianak

15
BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Bentuk Penelitian


Dalam penelitian ini, Penulis menggunakan metode penelitian asosiatif. Menurut
Sugiyono (2018: p. 51) Rumusan masalah asosiatif adalah suatu pernyataan
penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih, di
antaranya meliputi hubungan simetris, hubungan kausal, dan interaktif atau
resiprokal atau timbul balik. Penelitian ini bersifat asosiatif dikarenakan memiliki
tujuan untuk mengetahui serta menggambarkan hubungan antara dua variabel atau
lebih dan menguji hipotesis yang telah di tetapkan.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh penulis berlokasi kan di Pontianak Kalimantan
barat pada beberapa gerai Coffee Shop yang ada di Pontianak.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang akan di laksanakan selama tiga bulan mulai dari bulan Januari s/d
Juli 2022

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian


3.3.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2018, p.130) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas : obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan berkarakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah Konsumen Coffee Shop berlokasi di
Pontianak yang beragama Islam.

3.3.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2018, p 130) sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Roscoe dalam Sugiono (2017)
Memberikan saran tentang ukuran sampel untuk penelitian sebagai berikut
1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30 sampai dengan
500
2. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: Pria-wanita, pegawai negeri-
swasta, dan lain-lain) maka jumlah anggota sampel setiap kategori minimal 30.
3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi
atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota sampel minimal 10 kali

16
jumlah variabel yang diteliti. Misalnya variabel penelitian ada 5 (independent +
Dependen) maka jumlah anggota sampel = 10 x 5 = 50
4. Untuk penelitian experiment yang sederhana, yang menggunakan kelompok
eksperimen dan kelompok control maka jumlah anggota sampel masing masing
antara 10 s/d 20.
Maka dalam penelitian ini penulis menetapkan jumlah sampel sebanyak 200 orang
Hal ini sesuai dengan saran nomor 1

3.4 Variabel Penelitian


Sugiyono (2019, p. 68) mendefinisikan bahwa “variabel penelitian adalah suatu
atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai
variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian
ditarik kesimpulannya.” Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen).

3.4.1 Variabel bebas


Menurut Sugiyono (2019, p. 69), “variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau variabel yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya
variabel terikat (dependen).” Adapun variabel bebas yang penulis gunakan pada
penelitian ini adalah Label Halal

3.4.2 Variabel terikat


Menurut Sugiyono (2019, p. 69), “variabel terikat merupakan variabel yang
dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.” Adapun
variabel bebas yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah Keputusan
Pembelian (Y).

3.5 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data


3.5.1 Data Primer
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer menggunakan
kuesioner, dan observasi dalam pengumpulan data. Menurut Sugiono (2019,
p.194) Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data. Penulis akan melakukan dan membagikan kuesioner
kepada konsumen beberapa Coffee Shop yang ada di Pontianak yang beragama
Islam.
1. Observasi
Menurut Sutrisno hadi (1986) Dalam sugiono (2019,p.203) Observasi adalah
suatu proses yang kompleks. Suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

17
biologis dan psikologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
2. Kuesioner
Menurut Sugiyono (2018) Kuesioner merupakan Teknik pengumpulan data
yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawab
3. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015, p. 72) wawancara adalah
pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi maupun
suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan menjadi
sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu.

3.5.2 Data Sekunder


Menurut siregar (2014) data sekunder merupakan data yang diterbitkan atau
digunakan oleh organisasi yang bukan pengelolanya.
1. Studi Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2017) Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang. Dalam penelitian ini penulis menggunakan data yang
bersumber dari manajemen Coffee Shop yang ada di pontianak untuk menunjang
penelitian ini
2. Studi Literatur
Dalam penelitian ini penulis menggunakan studi literator yang bersumber dari
buku-buku dan jurnal nasional serta internasional yang relevansi dalam penelitian
ini

3.6 Validitas dan Riabilitas Instrumen


3.6.1 Uji Validitas
Menurut Ghozali (2016) Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau
validnya tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yan gakan
diukur oleh kuesioner tersebut.
Menurut Arikunto (2010) dalam Felix Halim untuk mengetahui reliabilitas
instrumen dapat menggunakan rumus Cronbach Alpha’s

Di mana
R= Reliabilitas instrumen

18
K= Banyaknya butir pertanyaan
t2 = Varians total
b2 = Jumlah Varian butir

3.6.2 Uji Reliabilitas


Menurut Ghozali (2016) Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau Handal jika jawaban seorang terhadap pernyataan adalah konsisten
atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk pengujian reliabilitas dalam penelitian
menggunakan metode Cronbach’s Alpha, kuesioner dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach’s Alpha lebih dari 0.6. alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah
program software SPSS (Statistical Package for Social Science). Secara umum
pengambilan keputusan untuk uji reliabilitas menggunakan kategori sebagai
berikut:
1. Cronbach’s Alpha < 0.6 = Reliabilitas buruk
2. Cronbach’s Alpha 0,6 – 0,79 = Reliabilitas diterima
3. Cronbach’s Alpha >0,8 = Reliabilitas baik

Rumus Cronbach’s Alpha adalah sebagai berikut

dengan
Keterangan

3.7 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
Teknik analisis data kuantitatif. Menurut Ghozali (2016) Tujuan analisis data
adalah untuk mendapatkan informasi relevan yang terkandung di dalam data
tersebut dan menggunakan hasilnya untuk memecahkan suatu masalah. Di sini
penulis akan menggunakan program software SPSS (Statistical Package For
Social Science)

19
3.7.1 Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2016) Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi, variable pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal. Menurut Rochmat Aldy (2016, p 88) Untuk metode
Kolmogorov-Smirnov Maka cukup membaca nilai pada Sig (signifikan).
Jika signifikansi lebih dari 0,05 maka data berdistribusi normal. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan pengujian dengan metode Kolmogrov-
Smirnov
2. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2016), Uji Multikolinearitas bertujuan untuk menguji
apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variable bebas
(independent). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variable independent
3. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2016) uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dan residual
satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari sresidual
suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap maka di sebut dengan
homokedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas
4. Uji linearitas
Menurut Ghozali (2016) uji linearitas digunakan untuk melihat apakah
spesifikasi model yang digunakan sudah benar atau tidak. Apakah fungsi
yang digunakan dalam suatu studi empiris sebaiknya berbentuk linear,
kuadrat atau kubik

3.7.2 Analisis data verifikatif


Analisis data verifikatif bertujuan untuk menguji nilai hipotesis suatu variable
1) Regresi linear Sederhana
Untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini maka
digunakan analisis regresi linear sederhana yang bertujuan untuk
mengetahui sebearapa besar pengaruh antara variable independent
terhadap variable dependen. Rumus matematis dari regresi yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Y = a + bX
Keterangan :
Y = Keputusan Pembelian
X1 = Label halal

20
a = Konstanta ( Nilai Y apabila X1, X2, … = 0 )
b = Koefisien Regresi ( nilai Peningkatan dan penurunan )
e = Error

2) Analisis Korelasi berganda


Menurut Husein Umar (2014) dalam Felix Halim mengatakan bahwa
analisis korelasi digunakan untuk menentukan sampai sejauh mana
hubungan natara satu variable dengan variable lainnya. Penentuan
koefisien korelasi dalam penelitian ini menggunakan koefisien korelasi
pearson sebagai berikut :

Koefisien korelasi menunjukan derajat korelasi antara variable X dan


variable Y. Nilai Koefisien korelasi harus terdapat dalam batas-batas: -
1<r<+1. Tanda positif menunjukan adanya korelasi positif atau korelasi
langsung antara kedua variable. Setiap kenaikan nilai-nilai X akan diikuti
dengan penurunan nilai-nilai Y, dan setiap penurunan nilai-nilai X akan
diikuti akan diikuti dengan kenaikan nilai-nilai Y.
a. Jika nilai r = +1 atau mendekati +1, maka korelasi antara kedua
variable sangat kuat dan positif
b. Jika nilai r = -1 Atau mendekati -1, maka korelasi antara kedua
variable sangat kuat dan negative
c. Jika nilai r = 0 atau mendekati 0 maka tidak ada korelasi antara kedua
atau sangat lemah
Menurut Duwi Priyatno (2013) Dalam felix halim untuk mendapatkan
penjelasan terhadap koefisien korelasi yang diteliti, maka dapat
berpedoman pada table berikut :

3.7.3 Analisis Koefisien Determinasi


Menurut Duwi Priyatno (2013) dalam Felix Halim, analisis determinasi
digunakan untuk mengetahui seberapa besar persentase sumbangan
pengaruh variable independent secara serentak terhadap variable
dependen. Untuk Menghitung besarnya pengaruh variable X terhadap naik

21
turunnya nilai Y dapat dihitung dengan menggunakan koefisien
determinasi dengan rumus sebagai berikut :
KD = R2x100%
Keterangan :
KD = Koefisien determinasi
R2 = Koefisien Korelasi
Nilai koefisien determinansi ini memiliki asumsi OSR yang rendah
menunjukan kemampuan variable variable independent dalam
menjelaskan variasi variable dependen yang terbatas. Semakin besar atau
mendekati 1 maka mengindikasikan variable independent semakin mampu
menjelaskan variable dependennya
1. Uji koefisien regresi secara Bersama ( Uji F)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variable independent (X1, X2 ,
…, Xn ) secara bersama sama berpengaruh secara signifikan terhadap
variable dependen (Y). ( Duwi Priyatno, 2013 dalam Felix Halim) Kriteria
pengujian adalah sebagai berikut :
1) Jika nilai Sig. < 0,05 atau F hitung > F Tabel maka terdapat pengaruh
variable X secara simultan terhadap variable Y
2) Jika nilai Sig. > 0,05 atau F hitung < F table maka tidak terdapat
penaruh variable X secara simultan terhadap variable Y.
2. Uji Koefisien Regresi secara parsial (Uji T)
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variable
independen (X1 , X2 , …., Xn ) Secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap variable dependen (Y). Hal ini menurut Duwi Priyatno (2013 )
dalam Felix Halim. Berdasarkan Nilai T hitung dan T table :
1. Jika nilai t Hitung > t Tabel maka variable bebas (X) berpengaruh
terhadap variable terikat (Y)
2. Jika nilai t hitung < t Tabel maka variable bebas (X) tidak berpengaruh
terhadap variable terikat (Y)

22
DAFTAR PUSTAKA
Kotler, Philip. 2005. Manajemen Pemasaran. Jilid 1 dan 2. Jakarta : PT Indeks
Kelompok Gramedia.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta:


Rineka Cipta, 2010), 110.

Ian Alfian, ''Analisis Pengaruh Label Halal, Brand, dan Harga terhadap Keputusan
Pembelian di Kota Medan”, 1.

Asrina, "Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Konsumen dalam


Pembelian Produk Kosmetik di Kota Makassar (Studi Kasus pada Giant
Supermarket Alauddin)", Jurnal Iqtisaduna, Vol. 2, No. 1 (2016): 1.

Ayu Nurhabibah dan Dewi Eka, "Pengaruh Strategi Bauran Pemasaran terhadap
Minat Beli Konsumen di Pusat Oleh-Oleh Getuk Goreng Khas Sokaraja
Banyumas Jalan Raya Buntu-Sampang”, Jurnal Pendidikan Teknik Boga, (2016):
1.

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: ALFABETA, 2013), 91.

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran (Jakarta: PT. Indeks,
2016), 194.

Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, 162.

Bagian Proyek Sarana dan Prasarana Produk Halal Direktorat Jenderal Bimbingan
Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Sistem dan Prosedur Penetapan
Fatwa Produk Halal Majelis Ulama Indonesia (Jakarta: Departmen Agama RI,
2003), 18-20.

Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa (Bandung:


ALFABETA, 2002), 157.

John A. Pearch dan Richard B. Robinson, Manajemen Strategi (Jakarta: Salemba


Empat, 2014), 4.

Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, 158-159.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan


Produk Halal Pasal 30.

23
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan
Produk Halal Pasal 32.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan


Produk Halal Pasal 29.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan


Produk Halal Pasal 31.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label


dan Iklan Pangan Pasal 2 Butir (1 dan 2).

Burhanuddin, Pemikiran Hukum Perlindungan Konsumen dan Sertifikat Halal


(Malang: UIN Maliki Press, 2011), 140.

Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedia Hukum Islam, Cet. 1 (Jakarta: PT.Ichtiar Baru
Van Hoeve, 1997), 505.

Asrina, "Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Konsumen dalam


Pembelian Produk Kosmetik di Kota Makassar (Studi Kasus pada Giant
Supermarket Alauddin)", Jurnal Iqtisaduna, Vol. 2, No. 1 (2016): 5.

M.Nur Rianto Al Arif dan Euis Amalia, Teori Mikroekonomi (Jakarta: Kencana,
2010), 87.

Departmen Agama RI, Al- Qur‟an dan Terjemahnya Special For Women (Jakarta:
Sygma, 2005), 122.

Pertiwi, A., Mukhtar, Y., & Lindawati, L. (2015). PENGARUH LABELISASI


HALAL, KUALITAS PELAYANAN DAN GAYA HIDUP TERHADAP
KEPUTUSAN PEMBELIAN PADA RESTORAN SOLARIA CABANG PLAZA
ANDALAS PADANG. Abstract of Undergraduate Research, Faculty of
Economics, Bung Hatta University, 6(2).

BPS.GO.ID. (2020). Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan dan Agama yang


Dianut di Kota Pontianak (Jiwa), 2019-2020. BPS Kota Pontianak. Retrieved
January 15, 2022, from https://pontianakkota.bps.go.id/indicator/27/364/1/jumlah-
penduduk-menurut-kecamatan-dan-agama-yang-dianut-di-kota-pontianak.html

Data.pontianakkota.go.id. 2021. Data Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Per


Kelurahan di Kota Pontianak - SATU DATA KOTA PONTIANAK. [online]
Available at: <https://data.pontianakkota.go.id/dataset/data-penduduk-

24
berdasarkan-agama-per-kelurahan-di-kota-pontianak> [Accessed 16 January
2022].

Akhyar, K. F., & Pramesti, D. A. (2019). Pengaruh Religiusitas dan Sertifikasi


Halal Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Empiris Pada Japanese Food
Restaurant di Magelang). In UMMagelang Conference Series (pp. 609-619).

25
LAMPIRAN 1 : KERANGKA KUESIONER

ANALISIS PENGARUH LABEL HALAL


TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN
KONSUMEN COFFEE SHOP DI PONTIANAK

IDENTITAS RESPONDEN :

Nama Responden : ……………………………………..


Usia : …………………………………….
Nomor Telepon : …………………………………….

Pilihlah salah salah satu jawaban pada setiap pertanyaan dengan memberikan
tanda (X)

1. Jenis Kelamin : a. Laki-Laki b. Perempuan

2. Pendidikan Terakhir : a. SD b. SMA


c. SMP d. Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan : a. Mahasiswa b. Wiraswasta


c. PNS d. ………………….

4. Pendapatan : a. < Rp. 500.000


b. Rp. 500.001 – Rp. 1.000.000
c. Rp. 1.001.000 – Rp 2.000.000
d. Rp. 2.000.001 – Rp. 3.000.000
e. > Rp. 3.000.001
5.

1
Petunjuk pengisian :
Saudara/i diminta untuk kesediaannya mengisi kuesioner dengan sebenar-
benarnya dengan memberikan tanda centang (√) pada salah satu kotak yang sesuai
dengan pilihan jawaban anda.

Keterangan :

1= Sangat tidak setuju, 2 = Tidak Setuju, 3 = Netral, 4 = Setuju, 5 = Sangat


setuju

Variabel Skala
Penelitian No Kuesioner
1 2 3 4 5
(X)
Label 1 Saya mengetahui
halal kegunaan label halal
2 Saya mengetahui
produk makanan yang
dilabeli halal dan tidak
dilabeli halal
3 Saya selalu
memperhatikan label
halal pada kemasan
4 Tulisan Halal terdapat
jelas di Coffee Shop
5 Tulisan label halal
tercantum pada
kemasan di produk
Coffee Shop tersebut.
5 Saya mengetahui label
halal dan sertifikasi
halal pada makanan
dan minuman yang
saya beli
6 Dengan adanya label
halal yang dikeluarkan
oleh LPPOM-MUI
saya yakin bahwa
pembuatan makanan
tersebut halal

2
7 Dengan adanya label
halal yang dikeluarkan
oleh LPPOM-MUI
saya yakin bahwa
makanan tersebut tidak
berpengaruh buruk
terhadap konsumen
8 Tanpa adanya logo
halal, konsumen
beragama muslim
percaya makanan
tersebut boleh
dimakan karena dibuat
oleh sesama umat
beragama muslim.
9 Saya membeli
makanan dan
minuman tidak
dipengaruhi oleh label
halal.
10 Saya lebih memilih
Coffee Shop yang
menjual produk
dengan label halal
yang jelas yang bisa
menjamin kehalalan
produk makanan dan
minuman
11 Sebelum membeli
produk makanan dan
minuman dari Coffee
Shop saya
mempertimbangkan
kehalalan produk
tersebut terlebih
dahulu.
12 Saya membeli produk
dari Coffee Shop yang
belum memiliki label
halal dikarenakan

3
mengikuti teman.
13 Apakah anda pernah
memperhatikan label
yang bertulisan Arab
atau tulisan Indonesia
saja tanpa standarisasi
dari MUI
14 Menurut anda apakah
bentuk tulisan halal
dengan tulisan arab di
sertai nomor registrasi
mui adalah bentuk
halal yang telah sesuai
Apakah label halal
yang seusai dengan
standar LPPOM MUI
di perlukan pada setiap
produk yang di buat
Apakah anda setuju
dengan adanya label
halal memberikan rasa
aman dan yakin dalam
membeli produk
makanan
Dengan tidak adanya
label halal tersebut
membatalkan niat anda
membeli produk
makanan dan
minuman
Dengan adanya label
halal maka komposisi
bahan yang digunakan
sudah aman.
Variabel Skala
Penelitian No Kuesioner
1 2 3 4 5
(Y)
Keputusan 1 Adanya label halal
Pembelian merupakan hal yang
penting bagi saya

4
dalam memutuskan
untuk membeli

2 Saya memiliki
kecendrungan mencari
informasi produk
tersebut terlebih
dahulu sebelum
memutuskan untuk
membeli.
3 Saya jarang sekali
membeli produk
makanan dan
minuman yang tidak
memiliki label halal.
4 Banyak pertimbangan
dalam membeli produk
halal.
5 Kualitas mutu dan
jaminan halal
merupakan standar
yang saya terapkan
dalam
mempertimbangkan
membeli produk coffe
shop
6 Sebelum membeli
produk di Coffee Shop
saya mensurvey
terlebih dahulu label
halal yang dimiliki
7 Saya lebih memilih
mengunsumsi
makanan dan
minuman di Coffee
Shop yang telah
memiliki label halal
8 Saya akan
menyarankan kepada
teman dan sanak

5
saudara untuk
mengonsumsi produk
Coffee Shop yang
memiliki label halal
9 Label halal
memberikan kepuasan
terhadap konsumen
yang beragama islam
10 Kelengkapan atribut
label halal pada
kemasan produk
berperan penting
dalam penentuan
keputusan pembelian

Pertanyaan Terbuka

Apa yang membuat saudara/I memutuskan untuk membeli produk Coffee Shop
yang belum / sudah memiliki label halal ini ?

Anda mungkin juga menyukai