Anda di halaman 1dari 62

PRAKTIK LAPANGAN BLOK 4.

4
COMMUNITY HEALTH ANALYSIS PUSKESMAS 1 SOKARAJA

Disusun oleh:
KELOMPOK

Pembimbing
dr. Lieza Dwianasari S., M.Kes

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
PURWOKERTO
2018
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat


Rahmat-Nya, laporan praktek lapangan di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja tahun
2018 dapat disusun sebagai salah satu tugas blok 4.4 Health System Management
dan merupakan gambaran hasil kegiatan yang telah dilaksanakan di Puskesmas 1
Sokaraja. Laporan yang berisi hasil pengolahan data kesehatan ini dapat dijadikan
sebagai bahan informasi untuk melakukan tindak lanjut rencana kerja tahunan di
Puskesmas 1 Sokaraja.
Indikator dari data yang digunakan dalam proses penyusunan laporan
praktek lapangan di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2018 bersumber dari
laporan bulanan seksi-seksi Puskesmas dan instansi terkait seperti Kecamatan
untuk kependudukan, PLKB untuk jumlah WUS dan PUS sedangkan Cabang
Dings Pendidikan tentang jumlah yang sekolah, dari tingkat SD, SLTP, SLTA,
D3, S1 dsb serta hasil survey dari 40 responden yang telah kami tetapkan
sebelumnya. Kemudian data yang didapat dilakukan uji silang dengan data dari
pemegang program.
Dalam penyusunan laporan ini ditemukan banyak hambatan-hambatan
yaitu dalam pengelompokan data yang didapat dari pihak Puskesmas mengingat
banyaknya jumlah penduduk dengan berbagai macam penyakit, menganalisis dan
memprioritaskan permasalahan, membuat kuisioner untuk diajukan kepada
responden, menganalisis penyebab permasalahan, serta mencari alamat dari 40
responden yang telah kami tetapkan berdasarkan data dari pihak Puskesmas 1
Sokaraja.
Laporan ini diharapkan dapat berguna bagi mahasiswa dan pihak
puskesmas untuk lebih meningkatkan mutu kesehatan di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja. Terimakasih kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran
dan tenaganya dalam pembuatan laporan pratek lapangan di wilayah Puskesmas
tahun 2018.

Purwokerto, 25 Juni 2018

i
DAFTAR ISI

A. BAGIAN AWAL
LEMBAR PERSETUJUAN...............................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..............................................................................................v
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................................vi
B. BAGIAN INTI
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................1
B. Tujuan..............................................................................................2
II. GAMBARAN UMUM PUSKESMAS 1 SOKARAJA
A. Keadaan Geografi............................................................................3
B. Keadaan Demografi.........................................................................3
C. Keadaan Sosial Ekonomi................................................................5
III. PROGRAM KESEHATAN PUSKESMAS 1 SOKARAJA
A. Visi, Misi Faktor Kunci Keberhasilan.............................................8
B. Tujuan dan Sasaran.........................................................................9
C. Akuntabilitas Kerja.........................................................................11
D. Akuntabilitas Keuangan..................................................................11
E. Pencapaian Program Derajat Kesehatan Masyarakat……………..11
F. Perilaku Masyarakat………………………………………………14
G. Penduduk yang Menggunakan Sarana Kesehatan………………...15
H. Kesehatan Lingkungan……………………………………………15
I. Pelayanan Kesehatan……………………………………………...18
J. Kejadian Kecelakaan Lalu Lintas………………………………....23
IV. ANALISIS MASALAH
A. Analisis Potensi dan Kebutuhan......................................................24
B. Perumusan Masalah.........................................................................32
C. Prioritas Masalah.............................................................................37
D. Analisis Penyebab Masalah.............................................................41

ii
E. Pemecahan Masalah........................................................................45
V. RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)
A. Nama Kegiatan................................................................................48
B. Latar Belakang Kegiatan.................................................................48
C. Tujuan..............................................................................................49
D. Sasaran............................................................................................49
E. Pelaksanaan.....................................................................................49
F. Pokok Kegiatan...............................................................................49
G. Alat dan Sarana...............................................................................49
H. Pelaksanaan.....................................................................................50
I. Rencana Anggaran..........................................................................51
VI. KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................52
C. BAGIAN AKHIR
I. DAFTAR PUSTAKA.............................................................................53
II. LAMPIRAN-LAMPIRAN.....................................................................54

iii
DAFTAR TABEL

2.1 tabel 1 Jumlah penduduk menurut golongan umur…………………………4

2.2 tabel 2 Data penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf............. 5

4.1 tabel 3 Jumlah penduduk menurut golongan umur………………….….….. 24

4.2 tabel 4 Data penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf………...25

4.3 tabel 5 Tenaga kerja Puskesmas 1 Sokaraja…………………………………27

4.4 tabel 6 Tabel kejadian………………………………………………………..30

4.5 tabel 7 prioritas masalah metode hanlon……………………………………. 35

4.6 tabel 8 komponen A : besarnya masalah……………………………………. 36

4.7 tabel 9 komponan B : keseriusan masalah………………………………….. 37

4.8 tabel 10 komponen C: tersedianya solusi…………………………………… 38

4.9 tabel 11 Komponan D : factor PEARL………………………………………38

4.10 tabel 12 faktor risiko anggota keluarga……………………………………. 40

4.11 tabel 13 faktor kepadatan rumah…………………………………………... 41

4.12 tabel 14 faktor pencahayaan dan kelembapan rumah……………………... 41

4.13 tabel 15 faktor vantilasi……………………………………………………. 41

4.14 tabel 16 faktor kadaan rumah……………………………………………… 41

4.15 tabel 17 faktor pembuangan sampah dan limbah………………………….. 42

4.16 tabel 18 faktor kebiasaan anggota keluarga………………………………...42

4.17 tabel 19 fasilitas kesehatan………………………………………………… 42

4.18 tabel 20 komponen RINKE………………………………………………... 44

iv
DAFTAR LAMPIRAN

KUISIONER......................................................................................................53
DOKUMENTASI..............................................................................................55

v
vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan penyakit terbanyak
yang dilaporkan kepada pelayanan kesehatan. Whorld Health Organization
(WHO) memperkirakan insidensi ISPA di negara berkembang dengan angka
kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15% – 20%
pertahun pada golongan usia balita. Menurut WHO ±13 juta anak balita di
dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat
di negara berkembang dan ISPA merupakan salah satu penyebab utama
kematian dengan membunuh ±4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2007).
Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada
tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi
tertinggi terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Jumlah balita dengan ISPA di
Indonesia pada tahun 2011 adalah lima di antara 1.000 balita yang berarti
sebanyak 150.000 balita meninggal pertahun atau sebanyak 12.500 balita
perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita
perlima menit. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi ISPA di Indonesia
sebesar 9,4% (Depkes, 2012).
Pada wilayah Puskesmas 1 Sokaraja, angka kejadian Infeksi Saluran
Pernafasan Atas (ISPA) adalah yang tertinggi. Fenomena tersebut cukup
menyedot perhatian masyarakat. Namun sayangnya masih banyak masyarakat
yang kurang mengetahui apa yang menyebabkan ISPA dan pentingnya
pencegahan ISPA.

1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menganalisis tingginya angka kejadian kasus ISPA di wilayah desa
Karangnanas
2. Tujuan Khusus
a. Menginformasikan tentang penyakit ISPA serta faktor penyebab
ISPA.
b. Menginformasikan tentang cara pencegahan dan pengobatan ISPA.
c. Mengarahkan warga untuk lebih menjaga kesehatan dan kebersihan
lingkungan dalam kehidupan sehari-hari.

2
BAB II
GAMBARAN UMUM

A. Keadaan Geografi
Puskesmas 1 Sokaraja berada di wilayah Kecamatan Sokaraja.
Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja meliputi 10 desa dari sejumlah 18 desa yang
ada di Kecamatan Sokaraja. Luas wilayah Kecamatan Sokaraja 29,92 km2
dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar 140 – 600 m.
Sedangkan Wilayah Kecamatan Sokaraja dibatasi oleh:
Utara : Kembaran
Selatan : Kecamatan Kalibagor
Timur : Kecamatan Purbalingga
Barat : Kecamatan Purwokerto Timur
Penggunaan lahan di Wilayah Kecamatan Sokaraja dapat dirinci sebagai
berikut:
Tanah sawah : 1.634,22 Ha
Tanah Pekarangan/bangunan : 619,97 Ha
Tanah perkebunan : 583,48 Ha
Kolam : 29,34 Ha
Lain-lain : 124,77 Ha
B. Keadaan Demografi
1. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari Kecamatan Sokaraja pada akhir tahun
2016, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak
53.886 jiwa yang terdiri dari 27.000 laki-laki (50,1%) dan 26.886
perempuan (49,9%) tergabung dalam 13.665 KK/rumah tangga.
Jumlah penduduk tertinggi di desa Sokaraja kulon sebesar 8.747
jiwa sedangkan terendah di desa Karangkedawung sebesar 2.620 jiwa.
2. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja berdasarkan
golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2016 dapat dilihat dari tabel
berikut:

3
NO Jumlah Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan L+P
1 0-4 2.317 2.233 4.550
2 5-9 2.299 2.131 4.430
3 10-14 2.112 2.997 4.109
4 15-19 2.257 2.318 4.575
5 20-24 2.288 2.107 4.395
6 25-29 2.091 1.923 4.014
7 30-34 2.121 2.104 4.225
8 35-39 2.048 2.039 4.087
9 40-44 1.906 1.934 3.740
10 45-49 1.717 1.819 3.536
11 50-54 1.627 1.785 3.412
12 55-59 1.471 1.446 2.917
13 60-64 1.024 1.020 2.044
14 65-69 737 750 1.487
15 70-74 466 546 1.012
16 75+ 519 834 1.353
Jumlah 27.000 26.886 53.886

Jika dilihat dari

Tabel 2.1 Jumlah penduduk menurut golongan umur

Jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur pada tabel di atas,


maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 15-19 tahun adalah yang
tertinggi yaitu 4.575 jiwa.
3. Kepadatan Penduduk
Penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja adalah bervariasi
kepadatannya. Desa terpadat penduduknya adalah desa Wiradadi dengan
tingkat kepadatan sebesar 6.502,5 jiwa setiap kilometer persegi.

4
C. Keadaan Sosial Ekonomi
1. Tingkat Pendidikan

Data pendidiksn penduduk di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja


dapat dilihat dari table berikut:
JUMLAH PRESENTASE
No Variable
L P JML L P JML
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK 34.427 33.630 68.057
BERUMUR 10
TAHUN KEATAS
2 PENDUDUK 31.639 31.536 63.175 91,90 93,77 92,83
BERUMUR 10
TAHUN KEATAS
YANG MELEK
HURUF
3 PRESENTASE
PENDIDIKAN
TERTINGGI YANG
DITAMATKAN:
a. TIDAK 9.077 8.934 18.011 26,37 26,57 26,46
MEMILIKI
IJAZAH SD
b. SD/MI 12.162 11.107 23.269 35,33 33,03 34,19
c. SMP/MTs 5.839 7.469 13.308 16,96 22,21 19,55
d. SMA/MA 9.268 7.531 16.799 26,92 22,39 24,68
e. SEKOLAH 0 0,00 0,00 0,00
MENENGAH
KEJURUAN
f. DIPLOMA 0 0,00 0,00 0,00
I/DIPLOMA II

5
g. AKADEMI/ 0 0,00 0,00 0,00
DIPLOMA III
h. UNIVERSITAS 2.129 2.597 4.726 6,18 7,72 6,94
/DIPLOMA IV
Tabel 2.2 Data penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek huruf

6
BAB III
PROGRAM KESEHATAN
PUSKESMAS 1 SOKARAJA

Pembangunan kesehatan menuju millennium development goals (MDG’s)


sebagai visi pembangunan kesehatan saat ini yang bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud
derajat kesehatan yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara
Indonesia yang ditandai dengan perilaku hidup sehat, memiliki kemampuan untuk
menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata, serta
memiliki derajat kesehatan yang setinggi-tingginya di seluruh wilayah Republik
Indonesia.
Mengacu pada tujuan pembangunan kesehatan, maka Pemerinth
Kabupaten Banyumas telah menetapkan beberapa program pokok pembangunan
kesehatan yang dituangkan dalam Peraturan daerah Kabupaten Banyumas Nomor
2 tahun 2001 Tentang Programm Pembangunan Daerah (PROPERDA) Kabupaten
Banyumas tahun 2006 – 2010 yaitu, pembangunan di bidang kesehatan dan
kesejahteraan sosial diarahkan pada masih rendahnya derajat kesehatan dan
kesejahteraan sosial masyarakat Kabupaten Banyumas.
Guna mendukung Visi Kabupaten Banyumas yaitu “TERWUJUDNYA
PEMERINTAHAN KABUPATEN BANYUMAS YANG BERSIH DAN ADIL
MENUJU MASYARAKAT YANG SEJAHTERA, BERDAYA SAING, DAN
BERBUDAYA BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA “ serta Visi dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas yaitu “ BANYUMAS SEHAT DAN
MANDIRI”.

7
A. VISI, MISI DAN FAKTOR KUNCI KEBERHASILAN PUSKESMAS
SOKARAJA
1. Visi
Dalam rangka menunjang pencapaian pembangunan kesehatan di
Kabupaten Banyumas sebagaimana yang tertuang dalam Visi dan Misi
DKK maka Visi dari Puskesmas 1 Sokaraja adalah “Pelayanan kesehatan
dasar paripurna menuju masyarakat sehat mandiri”.
2. Misi
Untuk mencapai visi tersebut maka Puskesmas 1 Sokaraja
mengambil langkah – langkah yang harus dijalankan sebagai Misi dari
Puskesmas Sokaraja 1 yaitu :
a. Mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup sehat
b. Meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan kesehatan
c. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia
d. Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
e. Meningkatkan tertib administrasi dan keuangan
3. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan
a. Paradigma sehat dapat mendorong terwujudnya pembangunan
berwawasan kesehatan
b. Kesehatan dan kesejahteraan sosial merupakan kebutuhan pokok bagi
masyarakat
c. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam menangani masalah
kesehatan dan kesejahteraan sosial seiring dengan meningkatnya taraf
pendidikan dan taraf hidup masyarakat
d. Pada dasarnya orang atau masyarakat membutuhkan perubahan ke arah
yang lebih baik dan mau berubah
e. Semua karyawan di lingkungan Puskesmas Sokaraja 1 mempunyai
kemampuan dan kemauan yang baik untuk melaksanakan tugas
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan profesinya masing-masing.
f. Bekerja dengan motivasi dan integritas yang tinggi, jujur, disiplin, dan
dilandasi sebagai ibadah sesuai dengan filosofi dari Puskesmas 1
Sokaraja.

8
B. TUJUAN DAN SASARAN
1. Tujuan
a. Tujuan Umum:
Meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh
lapisan masyarakat di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja.
b. Tujuan Khusus:
1) Meningkatkan kemandirian, prakarsa, dan peran serta masyarakat
dalam mengatasi masalah kesehatan dan kesejahteraan sosial.
2) Meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat dalam rangka
menciptakan lingkungan hidup yang sehat.
3) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan
terjangkau.
4) Meningkatkan fasilitas dan lingkungan pelayanan yang memadai,
mudah, aman, dan menyenangkan baik bagi masyarakat maupun bagi
karyawan.
5) Meningkatkan upaya pembinaan kesehatan keluarga, peningkatan
pelayanan kesehatan sosial menuju kemandirian penyandang masalah
sosial (PMKS).
2. Sasaran
a. Sasaran Sektor Kesehatan
1) Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat, baik di
dalam rumah tangga, sekolah, tempat kerja maupun di tempat-tempat
umum.
2) Meningkatnya kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
kesehatan.
3) Terciptanya lingkungan pemukiman masyarakat yang memenuhi
syarat kesehatan.
4) Meningkatnya cakupan penggunaan air bersih
5) Terwujudnya forum yang mampu menjalin kerjasama antara
masyarakat dan pemerintah / Puskemas
6) Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan baik pelayanan kesehatan
langsung, fasilitas maupun jangkauannya.

9
b. Sasaran Sektor Kesejahteraan Sosial
1) Meningkatnya taraf kesejahteraan sosial masyarakat, khususnya
penyandang masalah kesejahteraan sosial yaitu fakir miskin, keluarga
rawan sosial ekonomi dan lanjut usia terlantar.
2) Mewujudkan dan mengembangkan peran serta masyarakat, khususnya
penyandang masalah kesejahteraan sosial yaitu fakir miskin, keluarga
rawan sosial ekonomi dan lanjut usiaterlantar.
c. Cara Pencapaian Tujuan dan Sasaran
1) Sektor Kesehatan
a) Meningkatnya mutu sumber daya dan lingkungan yang saling
mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang
diprioritaskan pada upaya promotif, preventif, dan rehabilitative.
b) Meningkatkan dan memelihara mutu pelayanan kesehatan melalui
pemberdayaan sumber daya manusia secara berkelanjutan dan
sarana prasarana dalam bidang medis termasuk ketersediaan obat
yang dapat terjangkau oleh masyarakat.
c) Meningkatkan kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran,
memperkecil angka kematian dan meningkatkan kulitas program
keluarga berencana.
d) Mengembangkan ketahanan sosial yang mampu memberi bantuan
penyelamatan dan pemberdayaan penyandang kesejahteraan sosial.
e) Meningkatkan kepedulian terhadap penyandang cacat, fakir miskin
dan anak-anak terlantar serta kelompok rentan sosial melalui
penyediaan lapangan kerja.
C. AKUNTABILITAS KINERJA
1. Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja merupakan hal yang sangat penting dalam
manajemen secara keseluruhan karena kinerja yang terukur dengan baik
akan dapat mendorong pencapaian kinerja positif dan juga dapat
digunakan untuk menilai pencapaian tujuan dan sasaran. Indikator yang
digunakan dalam pengukuran kinerja sesuai dengan program yang telah
disepakati.

10
2. Evaluasi Kinerja
Berdasarkan hasil dari realisasi rencana yang ditetapkan sesuai
indicator kinerja menunjukkan bahwa pada umumnya seluruh kegiatan
Puskesmas 1 Sokaraja belum sepenuhnya sesuai dengan rencana dan
target.
D. AKUNTABILITAS KEUANGAN
Anggaran belanja pembangunan pada Puskesmas 1 Sokaraja tahun
2016 sebesar Rp2.046.384.000,-. Dengan demikian ada peningkatan anggaran
belanja yang signifikan sebesar Rp413.557.000,-.

E. PENCAPAIAN PROGRAM DERAJAT KESEHATAN MASYARAKAT


1. Angka Kesehatan
a. Penyakit menular yang diamati
1) Demam Berdarah Dengue (DBD)
Jumlah kasus DBD yang ditemukan di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja sebanyak 25 kasus, yang mana terdiri dari 11 kasus terjadi
pada laki-laki dan perempuan 14 kasus. Sedangkan pada tahun 2016,
terdapat 17 kasus DBD, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terjadi peningkatan angka kejadian.
a) Penderita DBD yang Ditangani
Jumlah penderita DBD yang ditangani di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja adalah sebanyak 25 kasus atau sebesar
100%. Dengan target IS 2010 adalah 100%.
b) Angka Kematian DBD
Jumlah kematian karena DBD di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja selama tahun 2015 sebanyak 2 orang terdiri dari laki-
laki 1 orang dari desa Sokaraja Kulon dan wanita 1 orang dari
desa Karang Kedawung. Sedangkan pada tahun 2016 sebanyak 1
orang.
2) Malaria
a) Malaria Positif
Tidak ditemukan kasus malaria positif di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2016, 2015, dan 2014. Sedangkan

11
pada tahun 2011 terjadi 3 kasus malaria positif. Dengan demikian
terjadi penuran kasus.
b) Malaria Klinis
Tidak ditemukan kasus malaria klinis di Puskesmas Sokaraja
3) TB Paru
Jumlah kasus penderita TB Paru Positif (BTA Positif) Baru di
Puskesmas Sokaraja 1 pada tahun 2016 sebanyak 25 kasus, yang
mana 13 kasus terjadi pada laki-laki dan 12 kasus pada perempuan.
Sedangkan pada tahun 2014 kasus TB Paru Positif adalah 25 kasus.
Adapun target penemuan penderita baru TB Paru dengan BTA
positif adalah 80% dari perkiraan jumlah penderita TB Paru BTA
positif yaitu sebanyak 40 kasus. Dengan demikian bila dibandingkan
dengan target IS 2008 maka CDR untuk Puskesmas 1 Sokaraja
adalah 62,5 % , yang menunjukan bahwa program pelaksanaan P2
TB paru belum maksimal, hal tersebut disebabkan karena belum
optimalnya jejaring P2 TB untuk dapat meningkatkan jangkauan
penemuan penderita TB paru positif khususnya dengan bidan desa,
serta banyak penderita TB yang memilih untuk berobat ke rumah
sakit.
4) Hepatitis
Pada tahun 2016, di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja tidak
ditemukan kasus hepatitis.
5) Diare
Jumlah kasus penderita diare pada tahun 2015 sebanyak 760
kasus, terdiri dari 365 kasus terjadi pada laki-laki dan 395 kasus
pada perempuan. Sedangkan pada tahun 2014, kasus diare adalah
760 kasus.
6) Kusta
Terdapat 1 kasus penyakit kusta dengan angka prevalensi
0,39 per 10.000 penduduk.

12
7) HIV AIDS
Tidak ditemukan kasus HIV/AIDS di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja tahun 2015.
8) Filariasis
Terdapat 1 kasus filariasis yang ditangani, dengan angka
kesakitan 4 per 100.000 penduduk.
2. Angka Kematian
a. Angka kematian bayi
Jumlah bayi lahir mati di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada
tahun 2015 adalah 5, terdiri dari 3 bayi laki-laki dan 2 bayi perempuan.
Sedangkan pada tahun 2014 juga terjadi sebanyak 5 kasus, dengan
target Indonesia Sehat 2010 sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup.
Jumlah lahir hidup pada tahun 2013 sebanyak 1188 bayi ini berarti
terjadi kenaikan angka kelahiran sebanyak 67 bayi.
b. Angka kematian Ibu Melahirkan Maternal
Tidak ada kematian ibu melahirkan maternal di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja tahun 2016 dan 2015.
3. Status Gizi
a. Status Gizi Bayi Baru Lahir
Dari jumlah bayi yang lahir hidup pada tahun 2014 sebanyak
1255 dan ditemukan bayi lahir hidup dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) 46 bayi. Sedangkan bayi lahir hidup dengan BBLR pada tahun
2013 sebanyak 56 bayi, hal tersebut menunjukan adanya penurunan.
b. Status Gizi Balita
Pada tahun 2016 jumlah balita yang ada di wilayah Puskesma 1
Sokaraja sebanyak 4051 balita dengan rincian sebagai berikut :
1) Balita Datang Ditimbang D/S
Di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja pada tahun 2016 balita
datang ditimbang adalah sebanyak 2952 orang atau sebesar 72,87%.
Adapun target IS 2010 adalah 80%.

13
2) Balita yang Naik Berat Badannya atau N/D
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja balita yang
Naik Berat Badannya adalah sebanyak 2241 orang sebesar 76% dari
balita yang ditimbang. Dengan target IS 2010 adalah 80%.
3) Balita Bawah Garis Merah (BGBM)
Pada tahun 2016 balita yang status gizinya dibawah garis
merah sebanyak 13 orang atau sebesar 0,4%. Sedangkan target IS
2010 adalah <15%.
F. PERILAKU MASYARAKAT
Perilaku masyarakat ditekankan pada peran serta masyarakat di bidang
kesehatan melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) baik di
masyarakat maupun institusi dalam rangka penurunan angka kematian bayi,
balita dan ibu serta berbagai upaya mewujudkan derajat kesehatan yang tinggi.
1. Desa yang melaksanakan PBHS
Dari jumlah 15.052 rumah tangga yang ada, rumah tangga yang
dipantau pada tahun 2014 sebanyak 11.276 dan rumah tangga yang ber-
PHBS sebanyak 8.317 (73,76%).
2. Posyandu
Di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja terdapat 74 buah posyandu. Adapun
menurut tingkat perkembangan posyandu dapat dirinci sebagai berikut.
1) Posyandu Pratama
Dari 76 posyandu yang ada di wilayah Puskemas 1 Sokaraja terdapat 10
posyandu pratama atau sebesar 13,16% posyandu.
2) Posyandu Madya
Dari 76 posyandu yang terdapat di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
terdapat 15 posyandu madya atau sebesar 19, 74%
3) Posyandu Purnama
Dari 76 posyandu terdapat 23 posyandu purnama atau sebesar 30,26%.
4) Posyandu Mandiri
Dari 76 posyandu terdapat 28 posyandu mandiri atau sebesar 36,84%.

14
G. PENDUDUK YANG MENGGUNAKAN SARANA KESEHATAN
Dari jumlah penduduk sebanyak 53.886 orang yang menggunakan
Sarana Pelayanan Kesehatan di Puskesmas pada tahun 2016 adalah yang
berobat Rawat Jalan sebanyak 44.963 orang terdiri dari laki-laki sejumlah
22.500 orang dan perempuan sejumlah 22.463.
Jumlah pasien rawat inap pada tahun 2014 adalah 5.376 orang
terdiri dari 2.680 pasien pria dan 2.696 pasien wanita.
H. KESEHATAN LINGKUNGAN
Keadaan lingkungan sangat berperan dalam penentuan derajat
kesehatan di samping perilaku dari masyarakat itu sendiri sebagai upaya
untuk meningkatkan kesehatan lingkungan masyarakat. Beberapa
indikator penting yang dapat mempengaruhi kesehatan lingkungan adalah
sebagai berikut.
1. Rumah dan Sarana Pendidikan
a. Rumah Sehat
Dari 15.602 buah rumah yang diperiksa sebanyak 11.276
buah rumah atau sebesar 74,9%. Dan yang memenuhi syarat
kesehatan sebanyak 8.317 buah rumah atau sebesar 73,76%.
Sedangkan target IS 2010 adalah 65%.
b. Sekolah Sehat
Jumlah sekolah yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
sebanyak 56 buah sekolah. Dari jumlah sekolah tersebut sebanyak 56
buah sekolah adalah sekolah sehat, atau sebesar 100%.
2. Tempat Umum (TUPM) dan Pengelolaan Makanan Sehat
a. Hotel
Jumlah hotel yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
sebanyak 2 buah, sedangkan yang memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 2 buah, yaitu 100%.
b. Restoran/Rumah Makan
Jumlah restoran atau rumah makan yang ada di wilayah
Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak 3 buah, sedangkan yang memenuhi
syarat kesehatan sebanyak 3 buah atau 100%.

15
c. Pasar
Terdapat 2 pasar di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja, dan yang
memenuhi persayaratan kesehatan sebanyak 2 buah atau 100%.
d. TUPM lainnya
Terdapat 11 buah TUPM di sekitar Puskesmas 1 Sokaraja,
dan yang diperiksa serta memenuhi syarat kesehatan adalah 11 buah
atau sebesar 100%.
3. Keluarga yang Memiliki Akses Air Bersih
Pembuangan limbah dan tinja yang tidak memenuhi syarat
kesehatan dapat menyebabkan rendahnya kualitas air dan dapat
menimbulkan penyakit di lingkungan masyarakat. Dari 15.488 rumah
tangga yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja dan dari 9.805 buah
rumah yang diperiksa diperoleh jumlah keluarga yang memiliki akses
air bersih sebagai berikut :
a. Ledeng
Dari 9.805 rumah yang diperiksa yang memiliki ledeng
sebanyak 1.192 rumah atau sebesar 12,2%
b. SGL
Dari jumlah 9.805 rumah yang diperiksa yang memiliki
sumur gali / SGL sebanyak 8.613 atau sebesar 87,8%.
c. Kemasan
Dari jumlah 9.805 rumah yang diperiksa tidak ditemukan
rumah yang memiliki air kemasan.
d. Lainnya
Dari jumlah 9.805 rumah yang diperiksa akses air bersih
lainnya sebanyak 0.
4. Keluarga dengan kepemilikan sarana sanitasi dasar
a. Persediaan Air Bersih
Pada tahun 2016, di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah
yang diperiksa sebanyak 9.805 KK dari 15.488 KK yang ada dan
yang mempunyai persediaan air bersih sebanyak 8.362 KK atau
sebesar 85,3 %.

16
b. Jamban
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah
KK yang diperiksa sebanyak 9.805 dan yang mempunyai jamban
kategori sehat sebanyak 6.723 atau sebesar 80%.
c. Tempat Sampah
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah
KK yang diperiksa sebanyak 9.805 dan yang memiliki tempat
sampah sebanyak 9.805 KK atau sebesar 100% jumlah KK yang
mempunyai tempat sampah kategori sehat sebanyak 9.187 atau
sebesar 93,7%.
d. Pengelolaan Air Limbah
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja jumlah KK
yang diperiksa sebanyak 9.805 dan yang memiliki pengelolaan air
limbah sebanyak 7.430 KK atau sebesar 75,8 % jumlah KK yang
mempunyai pengelolaan air imbah kategori sehat sebanyak 5.952
atau sebesar 80,1%.

I. PELAYANAN KESEHATAN
1. Pelayanan Persalinan
Jumlah persalinan yang ada di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja
sebanyak 1.265 persalinan yang semuanya ditolong oleh tenaga
kesehatan (100%) sedangkan target IS 2010 adalah 77%.
2. Bayi yang Telah Diimunisasi
a. BCG
Bayi yang diimunisasi BCG yang dilayani di posyandu
sebanyak 1.216 bayi yang terdiri dari 586 bayi laki laki dan 630
bayi perempuan.
b. DPT 1
Bayi yang diimunisasi DPT 1 pada tahun 2014 sebanyak
1222 yang terdiri dari 584 bayi laki-laki dan 638 bayi perempuan.
c. DPT 3
Bayi yang diimunisasi DPT 3 sebnyak 1229 yang terdiri
dari 568 bayi laki-laki dan 661 bayi perempuan.

17
d. Polio 3
Bayi yang diimunisasi polio 3 di wilayah Puskesmas 1
Sokaraja pada tahun 2014 sebanyak 1.216 yang terdiri dari 588
bayi laki-laki dan 628 bayi perempuan.
e. Campak
Bayi yang diimunisasi campak pada tahun 2014 sebanyak
1.221 yang terdiri dari 572 bayi laki-laki dan 649 bayi perempuan.
3. Peserta KB terhadap PUS
Jumlah PUS berdasarkan data dari Bapermas PKB kecamatan
Sokaraja untuk wilayah Puskesmas 1 Sokaraja adalah 9.319 PUS,
sedangkan jumlah peserta KB baru sebanyak 1.361 orang atau 14,60%
dari PUS dan jumlah oeserta KB aktif sebanyak 6.359 atau sebesar
68,24% dari PUS.
4. Cakupan desa UCI
Pada tahun 2016 Wilayah Puskesmas I Sokaraja pencapaian
Desa UCI adalah 100% secara keseluruhan.
5. Desa Terkena KLB yang ditangani kurang dari 24 Jam
Pada tahun 2016 di wilayah Puskesmas I Sokaraja terjadi KLB
DBD di desa karangkedawung dan desa Sokaraja Kulon.
6. Penderita dan kematian, CFR KLB menurut jenis KLB dan desa yang
terserang
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja terjadi KLB
DBD dengan kematian 2 orang yaitu 1 orang laki-laki dari Desa
Sokaraja Kulon dan 1 orang perempuan dari Desa Karangkedawung.
7. Ibu Hamil yang mendapat pelayanan Fe 1, Fe 3, Imunisasi TT4 dan TT5
menurut desa
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat ibu
hamil sebanyak 1.325 orang dan yang mendapatkan pelayanan Fe 1
sebanyak 1.325 orang atau sebesar 100%. Ibu hamil yang mendapat
pelayanan TT 5 sebanyak 0 atau sebesar 0%. Sedangkan jumlah ibu
hamil yang mendapatkan pelayanan Fe 3 sebanyak 1.304 orang atau
sebesar 98,4%. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan TT 5 sebanyak

18
1.141 orang atau sebesar 80,8% ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
TT 2+ sebanyak 1.257 orang atau sebesar 88,96%.
8. Bayi yang Diberi ASI Eksklusif
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat bayi
yang lahir sebanyak 448 bayi dan yang mendapat ASI eksklusif
sebanyak 243 bayi atau sebesar 54,2%.
9. Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut.
a. Pelayanan Dasar Gigi
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah
penderita tumpatan gigi tetap sebanyak 139 orang dan pencabutan
gigi tetap sebanyak 130 dengan demikian rasio tambal/cabut sebesar
1,1.
b. UKGS (PROM  PREV)
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja terdapat
jumlah murid SD yang diperiksa adalah sebanyak 2.088 orang,
murid SD yang perlu perawatan sebanyak 315 orang dan yang
mendapatkan perawatan sebanyak 315 orang atau 100%.
10. KK Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah KK
miskin sebanyak 30.807 orang dan keluarga yang mendapat pelayanan
kesehatan sebanyak 30.807 orang.
11. Penduduk Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja jumlah
penduduk yang menjadi peserta berupa BPJS ASKES sebanyak 7.211
orang, BPJS mandiri sebanyak 5.124 orang, BPJS PBI sebanyak 13.222
orang, KBS sebanyak 4.596 orang, dan lainnya sebanyak 654 orang.
12. Peserta KB Aktif Menurut Jenis Kontrasepsi
a. Jumlah peserta KB aktif
1) MKJP
a) IUD
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB IUD sebanyak 1.146 orang atau sebesar 16,1%.

19
b) MOP / MOW
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB MOP sebanyak 26 orang atau sebesar 0,4% dan
KB MOW sebanyak 395 orang atau sebesar 5,6%.
c) Implant
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
sebanyak 663 orang atau sebesar 9,3%.
2) Non MKJP
a) Suntik
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB suntik sebanyak 4.016 orang atau sebesar 56,5%
b) Obat Vagina
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB obat vagina adalah 0 orang / nihil.
c) Pil
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB pil sebanyak 679 orang atau sebesar 9,5%
d) Kondom
Pada tahun 2016 peserta KB kondom di Wilayah
Puskesmas I Sokaraja sebanyak 187 orang atau sebesar 2,6%
e) Lainnya
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja
peserta KB lainnya adalah nihil atau 0 orang atau 0 %
b. Jumlah Peserta KB Baru
1) MKJP
a) IUD
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja peserta
KB IUD sebanyak 180 orang atau sebesar 13,2%.
b) MOP / MOW
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja peserta
KB baru dengan kontrasepsi MOP sebanyak 1 orang atau sebesar
0,1% dan kontrasepsi MOW sebanyak 44 orang atau sebesar 3,2%.

20
c) Implant
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja peserta
KB baru dengan kontrasepsi implant sebanyak 130 orang atau
sebesar 9,6%.
2) Non MKJP
a) Suntik
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja peserta
KB baru suntik sebanyak 630 orang atau sebesar 46,3%
b) Obat Vagina
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja peserta
KB baru obat vagina adalah 0 orang / nihil.
c) Pil
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja peserta
KB baru pil sebanyak 237 orang atau sebesar 217,4%
d) Kondom
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja peserta
KB baru kondom 139 orang atau sebesar 10,2%
e) Lainnya
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja peserta
KB baru lainnya adalah nihil atau 0 orang atau 0 %

J. KEJADIAN KECELAKAAN LALU LINTAS


1. Jumlah Kecelakaan
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja, kecelakaan
yang di tangani sebanyak 39 kejadian.
2. Jumlah Korban
a. Mati
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja korban
meninggal karena kecelakaan sebanyak 0 orang atau sebesar 0%
b. Luka Berat
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja korban
kecelekaan luka dengan luka berat sebanyak 2 orang atau sebesar
5,13%

21
c. Luka Ringan
Pada tahun 2016 di Wilayah Puskesmas I Sokaraja korban
kecelakaan dengan luka ringan sebanyak 37 orang atau sebesar
94,87%

22
BAB IV
ANALISIS MASALAH
A. Analisis Potensi Kebutuhan
1. Data Demografi
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data dari Kecamatan Sokaraja pada akhir tahun
2016, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja sebanyak
53.886 jiwa yang terdiri dari 27.000 laki-laki (50,1%) dan 26.886
perempuan (49,9%) tergabung dalam 13.665 KK/rumah tangga.
Jumlah penduduk tertinggi di desa Sokaraja kulon sebesar 8.747
jiwa sedangkan terendah di desa Karangkedawung sebesar 2.620 jiwa.
b. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur
Jumlah penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja berdasarkan
golongan umur dan jenis kelamin pada tahun 2016 dapat dilihat dari
tabel berikut:

NO Jumlah Penduduk Jumlah


Laki-laki Perempuan L+P
1 0-4 2.317 2.233 4.550
2 5-9 2.299 2.131 4.430
3 10-14 2.112 2.997 4.109
4 15-19 2.257 2.318 4.575
5 20-24 2.288 2.107 4.395
6 25-29 2.091 1.923 4.014
7 30-34 2.121 2.104 4.225
8 35-39 2.048 2.039 4.087
9 40-44 1.906 1.934 3.740
10 45-49 1.717 1.819 3.536
11 50-54 1.627 1.785 3.412
12 55-59 1.471 1.446 2.917
13 60-64 1.024 1.020 2.044
14 65-69 737 750 1.487
15 70-74 466 546 1.012
16 75+ 519 834 1.353
Jumlah 23 27.000 26.886 53.886
J

Tabel 4.1 jumlah penduduk menurut golongan umur


Jika dilihat dari jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur
pada tabel di atas, maka jumlah penduduk dalam kelompok umur 15-
19 tahun adalah yang tertinggi yaitu 4.575 jiwa.
c. Kepadatan Penduduk
Penduduk di wilayah Puskesmas 1 Sokaraja adalah bervariasi
kepadatannya. Desa terpadat penduduknya adalah desa Wiradadi
dengan tingkat kepadatan sebesar 6.502,5 jiwa setiap kilometer persegi.
2. Keadaan Sosial Ekonomi
Data pendidikan penduduk di Wilayah Puskesmas 1 Sokaraja dapat
dilihat dari table berikut:
JUMLAH PRESENTASE
No Variable
L P JML L P JML
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK 34.427 33.630 68.057
BERUMUR 10
TAHUN KEATAS
2 PENDUDUK 31.639 31.536 63.175 91,90 93,77 92,83
BERUMUR 10
TAHUN KEATAS
YANG MELEK
HURUF
3 PRESENTASE
PENDIDIKAN
TERTINGGI YANG
DITAMATKAN:
i. TIDAK 9.077 8.934 18.011 26,37 26,57 26,46
MEMILIKI
IJAZAH SD
j. SD/MI 12.162 11.107 23.269 35,33 33,03 34,19
k. SMP/MTs 5.839 7.469 13.308 16,96 22,21 19,55

24
l. SMA/MA 9.268 7.531 16.799 26,92 22,39 24,68
m. SEKOLAH 0 0,00 0,00 0,00
MENENGAH
KEJURUAN
n. DIPLOMA 0 0,00 0,00 0,00
I/DIPLOMA II
o. AKADEMI/ 0 0,00 0,00 0,00
DIPLOMA III
p. UNIVERSITAS 2.129 2.597 4.726 6,18 7,72 6,94
/DIPLOMA IV
Tabel 4.2. Data penduduk berumur 10 tahun keatas yang melek
huruf
3. Faktor risiko
Faktor resiko timbulnya ISPA menurut Dharmage (2009) :
a. Faktor pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat
berpengaruh dalam kesehatan, karena lemahnya manajemen kasus
oleh petugas kesehatan serta pengetahuan yang kurang di masyarakat
akan gejala dan upaya penanggulangannya, sehingga banyak kasus
ISPA yang datang kesarana pelayanan kesehatan sudah dalam keadaan
berat karena kurang mengerti bagaimana cara serta pencegahan agar
tidak mudah terserang penyakit ISPA.
b. Faktor rumah
1) Ventilasi
Ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama
adalah untuk menjaga agar aliran udara di dalam rumah tersebut
tetap segar. Hal ini berarti keseimbangan O2 yang diperlukan oleh
penghuni rumah tersebut tetap terjaga. Kurangnya ventilasi akan
menyebabkan O2 (oksigen) didalam rumah yang berarti kadar CO2
(karbondioksida) yang bersifat racun bagi penghuninya menjadi
meningkat. Tidak cukupnya ventilasi akan menyebabkan
kelembaban udaradidalam ruangan naik karena terjadinya proses

25
penguapandari kulit dan penyerapan. Kelembaban ini akan
merupakan media yang baik untuk bakteri-bakteri, patogen
(bakteri-bakteri penyebab penyakit)
2) Cahaya
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup, tidak
kurang dan tidak terlalu banyak. Kurangnya cahaya yang masuk
kedalam ruangan rumah, terutama cahaya matahari di samping
kurang nyaman, juga merupakan media atau tempat yang baik
untuk hidup dan berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya
terlalu banyak cahaya didalam rumah akan menyebabkan silau,
dam akhirnya dapat merusakan mata.
3) Faktor Polusi
Adapun penyebab dari faktor polusi terdiri dari 2 aspek yaitu :
a) Cerobong asap
Cerobong asap juga bisa berasal dari polusi rumah tangga,
polusi rumah tangga dapat dihasilkan oleh bahan bakar untuk
memasak, bahan bakar untuk memasak yang paling banyak
menyebabkan asap adalah bahan bakar kayu atau sejenisnya
seperti arang.
b) Kebiasaan merokok
Satu batang rokok dibakar maka akan mengelurkan sekitar
4.000 bahan kimia seperti nikotin, gas karbon monoksida,
nitrogen oksida, hidrogen cianida, ammonia, acrolein, acetilen,
benzol dehide, urethane, methanol, conmarin, 4-ethyl cathecol,
ortcresorperyline dan lainnya, sehingga di bahan kimia tersebut
akan beresiko terserang ISPA.

4. Sumber daya kesehatan

Laki- laki Perempuan Total


Dokter spesialis 3 4 7

26
Dokter 6 7 13
Dokter Gigi 2 3 25
Dokter Gigi Spesialis 5 6 31
Bidan - - 21
Perawat 5 6 11
Perawat gigi 1 1
Pejabat struktural 1 1 2
Staf penunjang 2 5 7
administrasi
Juru tenaga penunjang 2 2 4
kesehatan
Analisis kesehatan 1 - 1
Nutrisionist - 1 1
Kesehatan masyarakat - 1 1
Kesehatan lingkungan 1 1 2
Apoteker - 1 1

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kerja

5. Angka Kejadian Kasus di Puskesmas 1 Sokaraja


N Kode Jenis Penyakit Jumlah Kasus / Golongan Umur
o ICD-
<1 1Bl 1-4 Th 5-14 15-44 45-54 55-64
X
Bln Th Th Th Th

27
<x
<1Th
B L B L B L B L B L B L B L
Acute
nasopharyngitis
1 J00 [common cold] 0 0 0 0 0 0 2 0 6 0 5 0 7 0
Acute upper
respiratory
infection,
2 J06.9 unspecified 0 0 7 0 20 0 4 0 27 0 5 0 13 0
Angina
pectoris,
3 I20.9 unspecified 0 0 0 0 0 0 0 0 57 0 1 0 0 0
Antenatal
screening,
4 Z36.9 unspecified 0 0 0 0 0 0 0 0 17 0 0 0 0 0
M13. Arthritis,
5 9 unspecified 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0
6 T71 Asphyxiation 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
M77.
7 3 Calcaneal spur 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0
8 R05 Cough 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
Deposits
[accretions] on
9 K03.6 teeth 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Dermatitis,
10 L30.9 unspecified 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Essential
(primary)
11 I10 hypertension 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 5 0 13 0
Excessive and
frequent
menstruation
with irregular
12 N92.1 cycle 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
13 N92.0 Excessive and 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
frequent
menstruation

28
with regular
cycle
Fever,
14 R50.9 unspecified 0 0 0 0 1 0 0 0 3 0 0 0 0 0
Gastritis,
15 K29.7 unspecified 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
General
medical
16 Z00.0 examination 0 0 0 0 0 0 1 0 64 0 2 0 1 0
17 R51 Headache 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
Hemiplegia,
18 G81.9 unspecified 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Internal
thrombosed
19 I84.0 haemorrhoids 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
M79.
20 1 Myalgia 0 0 0 0 0 0 1 0 9 0 5 0 5 0
Necrosis of
21 K04.1 pulp 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0 0 0 0 0
Non-insulin-
dependent
diabetes
mellitus without
22 E11.9 complications 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 2 0
Other disorders
23 H52.6 of refraction 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0
Prolonged
24 O48 pregnancy 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
25 K04.0 Pulpitis 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Residual
26 F20.5 schizophrenia 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Respiratory
distress
syndrome of
27 P22.0 newborn 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
28 I64 Stroke, not 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0
specified as

29
haemorrhage or
infarction
Supervision of
normal
pregnancy,
29 Z34.9 unspecified 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Supervision of
other normal
30 Z34.8 pregnancy 0 0 0 0 0 0 0 0 6 0 0 0 0 0
Thyrotoxicosis,
31 E05.9 unspecified 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Unspecified
chronic
32 J42 bronchitis 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Vertigo of
33 H81.4 central origin 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0
Jumlah 2 0 4 0 4 0 4 0 72 0 11 0 13 0
Tabel 4.4 Kejadian Penyakit

B. Perumusan Masalah
1. ISPA
ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi
akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran nafas.
Menurut WHO, ISPA menjadi salah satu penyebab utama mortalitas dan
morbiditas penyakit menular di dunia (WHO, 2007).
Kasus ISPA di Indonesia pada tiga tahun terakhir menempati urutan
pertama penyebab kematian bayi yaitu sebesar 24,46% (2013), 29,47%
(2014) dan 63,45% (2015). Selain itu, penyakit ISPA juga sering berada
pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit (Kemenkes RI, 2015).
Penyakit ini lebih banyak dialami pada kelompok penduduk kondisi
ekonomi menengah ke bawah (Kemenkes, 2016).

Ditinjau dari segi ilmu kesehatan lingkungan, penyakit terjadi karena


bakteri atau virus masuk ke saluran nafas. Kasus penyakit ISPA sangat
berkaitan dengan perubahan kondisi lingkungan, perilaku manusia dan
faktor lingkungan rumah seperti pencemaran udara dalam rumah, ventilasi

30
rumah dan kepadatan hunian, sarana air bersih, sarana pembuangan air
limbah. Pencemaran udara dalam rumah sangat berpengaruh terhadap
kejadian ISPA adalah asap pembakaran yang digunakan untuk merokok
dan pembakaran sampah. Selain itu, asap rokok yang ditimbulkan dari
salah satu anggota keluarga yang merokok juga menimbulkan risiko
terhadap kejadian ISPA (Kemenkes, 2016).
2. Hipertensi
Hipertensi saat ini merupakan masalah besar di Indonesia dengan
prevalensi tinggi yaitu 25,8% sesuai data Riskesdas 2013. Definisi
hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg
dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran
dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat.
Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi
pada masing-masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit
lainnya. Peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka waktu
lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal),
jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke) apabila
tidak diketahui sejak dini dan mendapat pengobatan yang memadai
(Kementerian Kesehatan Rl, 2014).

Gambar 4.1 Klasifikasi Hipertensi sesuai JNC VIII

Pola makan mempengaruhi kesehatan pembuluh darah dan jantung.


Peningkatan konsumsi sayur dan buah, disertai dengan penurunan
konsumsi lemak pangan, lemak total, dan lemak jenuh, dapat menurunkan
tekanan darah. Faktor keturunan juga memiliki peran besar terhadap

31
munculnya hipertensi. Terbukti dengan ditemukannya kejadian dari 10
orang penderita hipertensi, 90 persen diantaranya terjadi karena mereka
memiliki bakat atau gen yang membawa munculnya hipertensi. Meski
demikian gen dapat menjadikan seseorang sebagai penderita hipertensi
karena ada faktor pemicu eksternal yang lain. Faktor lain yang
mempengaruhi ada umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, konsumsi
garam, penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman
beralkohol, obesitas, kurang aktifitas fisik, stres, dan penggunaan estrogen
(Heriziana, 2017 ; Herwati et al, 2014 ; Pusat Data dan lnformasi
Kementerian Kesehatan Rl, 2014).
Penatalaksanaan hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan
obat-obatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup. Modifikasi gaya
1
hidup dapat dilakukan dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari
4
1
 sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari
2
minuman berkafein, rokok, dan minuman beralkohol. Olah raga juga
dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, jogging,
bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5x per minggu. Penting
juga untuk cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress
(Kementerian Kesehatan Rl, 2014).
3. Myalgia
Myalgia, merupakan kejadian nyeri otot yang cukup sering
dikeluhkan dan terjadi pada berbagai kalangan masyarakat (Sumardiyono,
2017). Nyeri otot tersebut seringkali dikaitkan dengan tekanan,
penggunaan berlebih, cedera otot dari aktivitas fisik yang berlebihan, serta
sebagai tanda kondisi dari tubuh yang sedang terinfeksi atau kelainan yang
menjangkit jaringan ikat lain, dan nyeri tersebut berhubungan pada otot
yang spesifik terjadi saat atau pasca beraktivitas (Asplund, 2015).

Masyarakat yang beresiko tinggi untuk terjangkit penyakit ini :


a. Aktivitas fisik berlebihan

32
Aktivitas fisik dianggap sebagai salah satu faktor penumbuh
tingkat kesehatan selama beberapa decade, dengan catatan bahwa
kegiatan fisik seharusnya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari,
namun perubahan dalam lingkungan kerja menambahkan waktu yang
terkuras dalam pekerjaan yang sedentary serta mempunyai dampak
besar pada penyakit yang terkait dengan gaya hidup (Lavie, 2014).
Penggunaan otot local dalam kegiatan sehari-hari yang dipakai
dalam intensitas berlebih atau frekuensi tinggi dapat menjadi penyebab
kejadian nyeri otot meningkat (Lavie, 2014).
b. Resiko infeksi dan radang otot
Myalgia bisa disebabkan karena eksitasi dari ujung syaraf
intramuskuler bebas (nosiseptor). Pada otot lurik, nosiseptor
terlokalisir dekat dengan pembuluh darah kecil. Proses nosiseptik
dimediasi oleh substansi endogen atau mediator kimiawi seperti
bradykinin, serotonin, dan histamin, yang dilepaskan oleh sel inflamasi
dan berikatan dengan reseptor spesifik pada membrane nosiseptor.
Demikian pula, neuropeptide mirip substansi P, peptida terkait gen-
kalsitonin, ataupun Nerve Growth Factor, yang terjadi pada miopati
inflamatorik juga berperan dalam kejadian ini (Govea, 2017).
4. Acute Nasopharyngitis
Rhinopharyngitis atau nasopharyngitis adalah infeksi jinak pada
hidung dan mukosa faring, self-limited, dan biasanya terjadi karena virus.
Penyakit ini ditandai dengan adanya penebalan atau edem pada lapisan
mukosa dan submukosa pada hidung. Rhinopharyngitis dapat juga menjadi
tanda awal untuk infeksi yang lain (Nikolaevna, 2018).
Gejala pada penyakit rhinopharyngitis antara lain meningkatnya
lendir jernih yang keluar dari hidung, suara parau, demam, batuk, rasa
gatal pada hidung, bersin yang semakin parah pada pagi hari, mata berair,
dan diare pada bayi (Grouzard, et al, 2016).

Terapi yang sesuai untuk penyakit rhinopharyngitis adalah dengan


paracetamol untuk 2-3 hari atau dengan membersihkan hidung dengan

33
sodium chloride 0,9%. Tidak disarankan untuk pengobatan dengan
antibiotik (Grouzard, et al, 2016).
5. Dyspepsia
Kata ‘dispepsia’ berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘dys’ (poor) dan
‘pepse’ (digestion) yang berarti gangguan percernaan. Definisi dispepsia
adalah kumpulan gejala saluran pencernaan atas meliputi rasa nyeri atau
tidak nyaman di area gastro-duodenum, rasa terbakar, penuh, cepat
kenyang, mual atau muntah (Purnamasari, 2017).
Dispepsia terbagi atas dua, yakni dispepsia organik dan dispepsia
fungsional. Dispepsia fungsional dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
postprandial distress syndrome dan epigastric pain syndrome. Postprandial
distress syndrome mewakili kelompok dengan perasaan “begah” setelah
makan dan perasaan cepat kenyang, sedangkan epigastric pain syndrome
merupakan rasa nyeri yang lebih konstan dirasakan dan tidak begitu terkait
dengan makan seperti halnya postprandial distress syndrome (Abdullah,
2013).
Dalam praktik klinis, sering dijumpai kesulitan untuk membedakan
antara gastroesophageal refl ux disease (GERD), irritable bowel syndrome
(IBS), dan dispepsia itu sendiri. Hal ini sedikit banyak disebabkan oleh
ketidakseragaman berbagai institusi dalam mendefinisikan masing-masing
entitas klinis tersebut (Abdullah, 2013).
Dispepsia dapat disebabkan oleh berbagai penyakit baik yang
bersifat organik dan fungsional. Penyakit yang bersifat organik antara lain
karena terjadinya gangguan di saluran cerna atau di sekitar saluran cerna,
seperti pankreas, kandung empedu dan lain-lain. Sedangkan penyakit yang
bersifat fungsional dapat dipicu karena faktor psikologis dan faktor
intoleran terhadap obat-obatan dan jenis makanan tertentu (Kaji et al,
2013). Faktor-faktor yang menyebabkan dispepsia adalah sebagai berikut
(Kaji et al,2013).
1. Gangguan pergerakan (motilitas) piloroduodenal dari saluran
pencernaan bagian atas (esofagus, lambung dan usus halus bagian atas).

34
2. Menelan terlalu banyak udara atau mempunyai kebiasaan makan salah
(mengunyah dengan mulut terbuka atau berbicara).
3. Menelan makanan tanpa dikunyah terlebih dahulu dapat membuat
lambung terasa penuh atau bersendawa terus.
4. Mengkonsumsi makanan atau minuman yang bisa memicu timbulnya
dispepsia, seperti minuman beralkohol, bersoda (soft drink), dan kopi.
Minuman jenis ini dapat mengiritasi dan mengikis permukaan lambung.
5. Obat penghilang nyeri seperti Nonsteroid Anti Inflamatory Drugs
(NSAID).
6. Pola makan di pagi hari. Kebutuhan kalori seseorang cukup banyak
sehingga bila tidak sarapan, lambung akan lebih banyak memproduksi
asam. Tuntutan pekerjaan yang tinggi, padatnya lalu lintas, jarak
tempuh rumah dan kantor yang jauh dan persaingan yang tinggi sering
menjadi alasan para profesional untuk menunda makan.

C. Prioritas Masalah
Metode Hanlon :

No Komponen Komponen Komponen Komponen


Penyakit NPT NPD
. A B C D

1 ISPA 6 6 10 1 120 120


2 Hipertensi 4 5,3 4 1 37,2 37,2
3 Myalgia 4 6 6 1 60 60
Nasofaringitis
4 4 7,3 8 1 90,4 90,4
Akut
5 Dispepsia 4 4,6 2 1 17,2 17,2
Tabel 4.5 Metode Hanlon Prioritas Masalah

1. Komponen A: Besarnya Masalah

35
Jumlah populasi berdasarkan jml populasi th 2015 berdasarkan Profil
Kesehatan Puskemas I Sokaraja tahun 2016.

Prevalensi Januari-Mei Prevalensi dalam Komponen


No. Penyakit
2018 % A

1 ISPA 76 1,66% 6
2 Hipertensi 34 0,74% 4
3 Myalgia 24 0,52% 4
4 Nasofaringitis Akut 23 0,50% 4
5 Dispepsia 18 0,39% 4
Tabel 4.6 Besarnya Masalah

Besarnya Masalah Skor


(Jumlah Populasi Yg Terkena)
≥ 25 % 10
10 -24,9 % 8
1 – 9,9 % 6
0,1 – 0,9 % 4
< 0,1 % 2

2. Komponen B: Keseriusan Masalah

No. Penyakit Urgency Severity Cost Komponen B

1 ISPA 10 10 4 6
2 Hipertensi 2 6 8 5,3
3 Myalgia 2 6 10 6
4 Nasofaringitis Akut 8 8 6 7,3
5 Dispepsia 2 6 6 4,6
Tabel 4.7 Keseriusan Masalah

Severity menurut Department of


Skor
No. Penyakit Information, Evidence and Research
Severity
WHO, 2017.

36
1 ISPA 57,4 10
2 Hipertensi 33,6 6
3 Myalgia 34,25 6
4 Nasofaringitis Akut 46,0 8
5 Dispepsia 37,8 6

Tarif INA-CBG 2013 Regional 1 RS


No. Penyakit Skor Cost
Kelas A Rawat Inap Kelas 3

1 ISPA 3.363.955 (U-4-13-I ) 4


2 Hipertensi 4.341.345 (I-4-17-I ) 8
3 Myalgia 4.988.382 (M-1-60-I) 10
4 Nasofaringitis Akut 3.783.780 (J-4-21-I) 6
5 Dispepsia 3.802.870 (K-4-11-I) 6

Urgency Severity Cost Score

Very urgent Very severe Very costly 10

Urgent Severe Costly 8

Some urgency Moderate Moderate costly 6

Little urgency Minimal Minimal cost 4

No urgency None No cost 2

3. Komponen C: Tersedianya solusi yang terbukti efektif untuk mencegah


masalah kesehatan

No. Penyakit Komponen C

37
1 ISPA 10
2 Hipertensi 4
3 Myalgia 6
4 Nasofaringitis Akut 8
5 Dispepsia 2
Tabel 4.8 Skor tersedianya Solusi

Ketersediaan solusi efektif untuk Skor


pencegahan masalah kesehatan

Sangat efektif ( 80-100%) 10

Efektif (60-80%) 8

Cukup efektif (40-60 %) 6

Kurang efektif(20-40%) 4

Tidak efektif (0-20%) 2

4. Komponen D: faktor PEARL

No. Penyakit P E A R L Komponen D


1 ISPA 1 1 1 1 1 1
2 Hipertensi 1 1 1 1 1 1
3 Myalgia 1 1 1 1 1 1
4 Nasofaringitis Akut 1 1 1 1 1 1
5 Dispepsia 1 1 1 1 1 1
Tabel 4.9 Faktor PEARL

D. Analisis Penyebab Masalah

ISPA

38
Anggota Sanitasi Fasilitas
Keluarga Lingkungan Kesehatan

Riwayat Kepadatan Jarak


Pencahayaan
Penanganan Kesadaran
dan
untuk
kelembapan
berobat
Intensitas
Ventilasi
Kepuasan
Alergi
Keadaan thd faskes
rumah

Pembuangan
sampah dan
limbah

Kebiasaan
anggota
keluarga

Kemudahan memperoleh rokok

Sosial Ekonomi Pengaruh rekan kerja atau teman yang merokok

Orang sekitar yang merokok

Pelarian dari stres

Mengisi waktu luang


Merokok
Psikis

Kecanduan

Kepercayaan diri

Anggota keluarga yang merokok

Keluarga

Kurangnya pengetahuan keluarga terkait rokok

39
Tetangga yang
membakar
jerami
Lingkungan
Efisiensi
pengolahan
sampah

Menghemat
Pembakaran Ekonomi
biaya

Kebiasaan

Psikis
Kepuasan
memasak dengan
kayu bakar

Malas bersih -
Lifestyle
bersih

Posisi rumah
dekat dengan
jalan raya
Rumah berdebu Lingkungan
Rumah dekat
dengan industri
meubel

Tidak tersedianya
Sosial Ekonomi
alat pembersih

FAKTOR RISIKO ANGGOTA KELUARGA


No Faktor Risiko Anggota Keluarga Jumlah Ya Jumlah Tidak
1. Riwayat ISPA dalam keluarga 26 14
2. Pengetahuan tentang ISPA 27 13
3. Sering batuk-pilek 28 12
4. Riwayat alergi 15 25
Tabel 4.10 Faktor Resiko Anggota Keluarga

40
FAKTOR RISIKO SANITASI LINGKUNGAN
A. Kepadatan Rumah
No Faktor Risiko Sanitasi Lingkungan Jumlah Ya Jumlah Tidak
1. Setiap anggota mendapat ruang ≥ 10m 2 33 7
2. Ruangan/kamar berukuran ≥ 9m 2
26 14
3. Kamar tidur dihuni lebih dari 1 orang 26 14
4. Tinggi langit-langit lebih dari 2,75 meter 38 2
Tabel 4.11 Kepadatan Rumah

B. Pencahayaan dan kelembaban rumah


No Faktor Resiko Sanitasi Lingkungan Jumlah Ya Jumlah Tidak
1. Sinar matahari dapat masuk kedalam 35 5
rumah dan atap rumah
2. Rumah memiliki sumber penerangan 40 -
berupa listrik/ lampu minyak (60-120 lux)
Tabel 4.12 Pencahayaan dan Kelembapan Rumah

C. Ventilasi Rumah

No. Faktor Resiko Sanitasi Lingkungan Jumlah Ya Jumlah Tidak


1. Setiap ruangan di rumah memiliki 34 6
ventilasi yang cukup (> 10% luas lantai,
terdiri dari 5% ventilasi permanen dan 5%
ventilasi incidental (jendela)
2. Apakah jendela rumah sering dibuka? 35 5
Tabel 4.13 Ventilasi Rumah

D. Keadaan Rumah

No. Faktor Resiko Sanitasi Lingkungan Jumlah Ya Jumlah Tidak


1. Dinding rumah terbuat dari bahan 39 1
permanen (tembok,dll)
2. Lantai rumah terbuat dari bahan kedap air 37 3
seperti keramik/ubin.
3. Atap rumah terbuat dari genteng dan 33 7
memiliki langit-langit
4. Ruangan rumah berdebu 25 15
5. Rumah sering terkena polusi asap dari 29 11
kedaraan bermotor (dilihat dari posisi
rumah terhadap jalan)
6. Sering membersihkan kamar 1-7x sehari 38 2
Tabel 4.14 Keadaan Rumah

41
E. Pembuangan sampah dan limbah

No. Faktor Resiko Sanitasi Jumlah Ya Jumlah Tidak


Lingkungan
1. Pengelolaan sampah dengan 30 10
pembakaran
2. Pembuangan limbah tidak 27 13
tertutup/tidak dialirkan dengan
pipa
3. Tempat pembuangan limbah 22 18
kurang dari 10m
Tabel 4.15 Pembuangan Sampah dan Limbah

F. Kebiasaan anggota keluarga

No. Faktor Resiko Sanitasi Jumlah Ya Jumlah Tidak


Lingkungan
1. Ada anggota keluarga yang biasa 31 9
merokok dalam rumah
2. Sering menggunakan obat nyamuk 26 13
bakar
3. Bahan bakar dapur menghasilkan 18 22
asap (kayu bakar, daun, arang,dll)
Tabel 4.16 Kebiasaan Anggota Keluarga

G. Fasilitas Kesehatan

No Faktor Risiko Pelayanan Jumlah Ya Jumlah Tidak


. Kesehatan
1. Jarak rumah responden jauh 21 19
dengan fasilitas kesehatan
2. Responden berobat ke faskes 34 6
ketika sakit ISPA
3. Fasilitas Kesehatan memuaskan 32 8
Tabel 4.17 Fasilitas Kesehatan
E. Pemecahan Masalah
Dalam pengambilan keputusan untuk mengetahui alternatif yang paling
tepat dalam pemecahan masalah ini dilakukakan dengan menggunakan
pertimbangan (syarat mutlak) berupa input dan output dan pertimbangan
keinginan berupa proses kegiatan. Pengambilan keputusan ini dilakukan
dengan metode rinke, meliputi besarnya masalah yang dapat diatasi,

42
pentingnya jalan keluar, sedangkan efisiensi jalan keluar dikaitkan dengan
biaya yang diperlukan untuk melakukan jalan keluar.
1. Kriteria efektifitas jalan keluar
a. M (besarnya masalah yang dapat diatasi) :
1) Masalah yang dapat diatasi sangat kecil
2) Masalah yang dapat diatasi kecil
3) Masalah yang dapat diatasi cukup besar
4) Masalah yang diatasi besar
5) Masalah yang diatasi dapat sangat besar
b. I (pentingnya jalan keluar yang dikaitkan dengan kelanggengan
selesainya masalah):
1) Sangat tidak langgeng
2) Tidak langgeng
3) Cukup langgeng
4) Langgeng
5) Sangat langgeng
c. V (sensitivitas jalan keluar yang dikaitkan dengan kecepatan
penyelesaian masalah):
1) Penyelesaian masalah sangat lambat
2) Penyelesaian masalah lambat
3) Penyelesaian cukup cepat
4) Penyelesaian masalah cepat
5) Penyelesaian masalah sangat cepat
d. Kriteria efisiensi jalan keluar (yang dikaitkan dengan biaya yang
dikeluarkan dalam menyelesaikan masalah)
1) Biaya sangat murah
2) Biaya murah
3) Biaya cukup murah
4) Biaya mahal
5) Biaya sangat mahal
Berdasarkan hasil kuisioner menunjukkan bahwa penyebab
masalah ISPA pada masyarakat di Kecamatan Sokaraja adalah tingginya

43
paparan terkena asap rokok dan rendahnya pengetahuan terkait pola hidup
sehat sehingga mereka tidak dapat melakukan upaya pencegahan.
Oleh karena itu, kami membuat alternatif pemecahan masalah sebagai
berikut:
1. Penyuluhan tentang bahaya merokok
2. Pembagian leaflet dan poster
3. Pelatihan kader terkait gerakan masyarakat sehat (germas)
Penentuan prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode
MIV/C (RINKE). Point tertinggi digunakan sebagai prioritas pemecahan
masalah.
M sko I Sko V sko C Sk
r r r or
Very 10 Very 10 Very 10 Very 10
large sustainable Responsive costly
Large 8 Sustainable 8 Responsive 8 Costly 8
Medi 6 Intermediat 6 Intermediat 6 Moderate 6
um e cost
Small 4 Low 4 Some 4 Minimal 4
sustainable responsive cast
Very 2 Not 2 No 2 No cost 2
Small sustainable responsive
Tabel 4.18 Komponen RINKE
M (Magnitude) : Seberapa luas program tersebut dapat menjangkau suatu
populasi.
I (Intensity) : Seberapa lama program tersebut bertahan.
V (Sensitivitas) : Seberapa besar masyarakat dapat memberikan respon.
C (Cost) : Seberapa banyak biaya yang dikeluarkan.

No Kegiatan M I V C MIV/C
Penyuluhan bahaya merokok didalam
1. 6 4 6 6 24
rumah
2. Penyuluhan tentang pengelolaan sampah 8 8 8 4 128

44
+ kerja bakti
3. Pelatihan kader germas 8 6 6 6 48
BAB V
RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN (PLAN OF ACTION)

A. Nama Kegiatan
Kendalikan sampah, Kurangi Kejadian ISPA (Kenanga)
B. Latar Belakang Kegiatan
Setiap daerah memiliki permasalahan kesehatan yang berbeda.
Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan primer yang mencakup daerah
tersebut berkewajiban untuk mencari jalan keluar bagi masalah-masalah itu
sebagai salah satu upaya pelayanan tingkat primer. Pada Puskesmas 1 Sokaraja,
angka kejadian tertinggi adalah penyakit ISPA.
Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) merupakan penyakit terbanyak
yang dilaporkan kepada pelayanan kesehatan. World Health Organization
(WHO) memperkirakan insidensi ISPA di negara berkembang dengan angka
kematian balita diatas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15% – 20% pertahun
pada golongan usia balita. Menurut WHO ±13 juta anak balita di dunia
meninggal setiap tahun dan sebagian besar kematian tersebut terdapat di negara
berkembang dan ISPA merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan
membunuh ±4 juta anak balita setiap tahun (WHO, 2007).
Berdasarkan hasil laporan Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) pada
tahun 2007, prevalensi ISPA di Indonesia sekitar 25,5% dengan prevalensi
tertinggi terjadi pada bayi dua tahun (>35%). Jumlah balita dengan ISPA di
Indonesia pada tahun 2011 adalah lima di antara 1.000 balita yang berarti
sebanyak 150.000 balita meninggal pertahun atau sebanyak 12.500 balita
perbulan atau 416 kasus sehari atau 17 balita perjam atau seorang balita
perlima menit. Dapat disimpulkan bahwa prevalensi ISPA di Indonesia sebesar
9,4% (Depkes, 2012).
Berdasarkan hasil survey, dominansi penyebab kejadian ISPA pada desa
karangnanas disebabkan karena pengendalian sampah yang tidak baik,
kebiasaan merokok didalam rumah, dan penggunaan obat nyamuk bakar.

45
Maka akan dibuatnya program “Kenanga” yang berisikan penyuluhan
berisikan penyebab, gejala, bahaya, dan penanganan ISPA beserta
penanggulangan, dan daur ulang sampah serta kerja bakti terkait pembuatan
tempat sampah tertutup dan pembersihan sampah di desa Karangnanas.
C. TUJUAN
1. Meningkatkan pengetahuan 60% masyarakat desa Karangnanas terkait
penyebab, gejala, bahaya, dan penanganan ISPA dengan persentasi
peningkatan mulai dari 30% sampai 50%.
2. Meningkatkan kesadaran 60% masyarakat desa Karangnanas untuk ber-
perilaku hidup bersih dan sehat dengan persentasi peningkatan mulai dari
30% sampai 50%.
3. Meningkatkan kebersihan lingkungan sungai sepanjang 20 meter dan 40
permukiman di desa Karangnanas.
4. Mengurangi kejadian ISPA sebanyak 2% tertanggal 30 Juli 2018.
D. SASARAN
Masyarakat Desa Karangnanas
E. SUSUNAN PELAKSANA
Ketua : Yahya Khairyhanif
Wakil ketua : Wellen Dexia Bintoro
Sekretaris : Ratri Prabahanindya
Bendahara : Firda Sofiana Zahra
Seksi konsumsi : Asha Haniaziza
Seksi perlengkapan : Jeremy Fernando Clinton
Seksi dokumentasi : Anggiriani Rahmawati Larasati Siswanta
Seksi sponsorship : Alifia Weni Bhamatika
Seksi transportasi : Dias Rudi Haryadi
F. POKOK KEGIATAN
1. Penyuluhan mengenai penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA).
2. Penyuluhan mengenai perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Penyuluhan mengenai daur ulang sampah.
4. Kerjabakti pembersihan sampah di lingkungan warga dan sungai.

46
5. Pembuatan tempat sampah tertutup dan pengelolaan ke Tempat Pembuangan
Akhir.
G. ALAT DAN SARANA
1. Sarana : Balai desa Karangnanas
2. Pembicara : dr. Lieza Dwianasari S., M.Kes
3. Alat :
a. Proyektor
b.Layar
c. Speaker
d. Mikrofon
e. Trashbag
H. PELAKSANAAN
1. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada :
Hari, Tanggal : Sabtu, 30 Juni 2018
Waktu : 08.00 WIB
Tempat : Balai desa Karangnanas
2. Susunan Acara
Waktu Kegiatan
08.00 - 08.20 Pembukaan :
1. Pembimbing
2. Kepala Puskesmas 1 Sokaraja
3. Camat
08.20 - 08.30 Pre test
08.30 – 10.00 Penyampaian Materi
10.00 – 10.15 Sesi Tanya Jawab
10.15 – 10.45 FGD
10.45 – 10.55 Post test
10.55 – 11.10 Ice Breaking
11.10 – 12.10 Kerja bakti
12.10 – 12.30 Penutupan

I. RENCANA ANGGARAN

47
PEMASUKAN
1. Iuran Anggota Kelompok 34 x @ Rp 20.000,00 Rp 680.000,00
Jumlah Rp 680.000,00
PENGELUARAN
1. Konsumsi Peserta 50 x @ Rp 5.000,00 Rp 250.000,00
2. Konsumsi Tamu Undangan 3 x @ Rp 10.000,00 Rp 30.000,00
3. Air Mineral 1 dus x @ Rp Rp 25.000,00
25.000,00
4. Plakat 1 x @ Rp 65.000,00 Rp 65.000,00
5. Trashbag 4 x @ Rp 15.000,00 Rp 60.000,00
6. Seminar Kit 50 x @ Rp 5.000,00 Rp 250.000,00
Jumlah Rp 680.000,00

48
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
1. Berdasarkan metode Hanlon yang digunakan ISPA menjadi prioritas
masalah yang ada di kecamatan Sokaraja.
2. Penyebab ISPA di Kecamatan Sokaraja adalah kurangnya pengetahuan
masyarakat terhadap bahaya merokok, adanya polusi udara yang
diakibatkan oleh asap kendaraan bermotor, pembakaran sampah serta
penjagaan akan kebersihan rumah masih kurang.
B. SARAN
1. Bapak – bapak sebaiknya mengurangi sedikit demi sedikit aktivitas
merokoknya karena dampak yang ditimbulkan tidak hanya untuk diri
sendiri tetapi juga untuk orang disekitarnya.
2. Ibu Rumah Tangga sebaiknya mengumpulkan sampah rumah tangga
dan kemudian ditampung di TPA tanpa melalui proses pembakaran
karena bisa menimbulkan asap yang berlebihan.
3. Pengendalian serta bimbingan perilaku hidup bersih dan sehat serta
pengetahuan lain terkait penyakit ISPA sebaiknya dilakukan secara
merata dan dengan koordinasi yang baik, mulai dari puskesmas
kepada bidan, bidan kepada kader desa, kader kepada masyarakat desa
hingga ke komunitas paling kecil yaitu orangtua kepada anaknya.

49
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M., Jefri, G. 2013. Dispepsia. CDK-197. Vol. 39 (9) : 647-648


Grouzard, V., Rigal, J., Sutton, M. 2016 editions. Clinical And Guidelines
Diagnosis And Treatment Manual. Medicins Sans Frontieres.
http://refbooks.msf.org/msf_docs/en/clinical_guide/cg_en.pdf
Heriziana. 2017. Faktor Resiko Kejadian Penyakit Hipertensi di Puskesmas
Basuki Rahmat Palembang. Jurnal Kesmas Jambi. Vol.1 (1) : 31-39.
Herwati et Sartika, Wiwi. 2014. Terkontrolnya Tekanan Darah Penderita
Hipertensi Berdasarkan Pola Diet dan Kebiasaan Olah Raga di Padang
Tahun 2011. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 8 (1) : 8-14.
Kaji M, Fujiwara Y, Shiba M, Kohata Y, Yamagami H, Tanigawa T, et al. 2013.
Prevalence of overlaps between GERD, FD and IBS and impact on health-
related quality of life. J Gastroenterol Hepatol. Vol. 25 (6)
Kemenkes RI (2016). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI. Diakses 25 Juni 2018.
Kementrian Kesehatan RI. 2014. Infodatin Hipertensi. Jakarta: Pusat Data dan
lnformasi Kementerian Kesehatan Rl.
Nikolaevna, I. O., 2018, The Immunity In Children In Chronic Nasopharyngitis,
MOJ Women Health, Vol. 7 (2) : 71-72.
Purnamasari, Lina. 2017. Faktor Resiko, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom
Dispepsia. CDK-259. Vol. 44 (12) : 870
WHO, 2007, World Health Report 2005,http://www.who.int 

50
LAMPIRAN

1. Kuisioner
KUISIONER FAKTOR RISIKO
PENYAKIT ISPA
WILAYAH PUSKESMAS 1 SOKARAJA
KELOMPOK 7 BLOK 4.4

A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Jenis kelamin : L / P (dilingkari)
3. Alamat :

4. Pendidikan terakhir :
5. Pekerjaan :
6. Usia :
7. Berat badan : …….. .kg
8. Tinggi badan : ……... cm
9. Pewawancara :

B. IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO RESPONDEN (Diisi bila


responden ≤ 5 tahun)
Nama ibu :
Usia :
Jumlah balita :
No Pertanyaan Jawaban
(dilingkari)

51
1 Apakah anak Anda ketika masa bayi/balita Ya / Tidak
mendapatkan ASI eksklusif selama 6
bulan?
2 Apakah status imunisasi responden ketika Ya / Tidak
masa bayi/balita lengkap?
Jika lengkap, <7 hari : Hepatitis B
(HB) 0
1 bulan : BCG, Polio
1
2 bulan : DPT / HB
1, Polio 2
3 bulan : DPT / HB
2, Polio 3
4 bulan : DPT/ HB3,
Polio 4
9 bulan : Campak

3 Jika tidak, imunisasi apa yang tidak


lengkap?

4 Apakah responden ketika masa bayi/balita Ya / Tidak


rutin ke posyandu tiap bulan?
5 Apakah anak Anda diberi makanan Ya / Tidak
pendamping ASI?
6 Pernahkah berada dibawah garis merah Ya / Tidak
KMS pada 1 tahun terakhir?

C. IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO ANGGOTA KELUARGA


No Pertanyaan Jawaban
(dilingkari)
1 Apakah ada anggota keluarga yang Ya / Tidak
sebelumnya terkena ISPA?
2 Apakah anggota keluarga memiliki Ya / Tidak
pengetahuan yang baik tentang penyakit
ISPA?
3 Apakah ada anggota keluarga yang Ya / Tidak
sering batuk/pilek?
Jika ya, dalam kurun waktu 1 tahun
terakhir berapa kali terkena batuk pilek?
......
4 Apakah ada anggota keluarga yang Ya / Tidak

52
mempunyai riwayat alergi?

D. IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO SANITASI LINGKUNGAN


No Pertanyaan Jawaban
(diisi dan dilingkari
atau diceklis)
Kepadatan rumah
1 Luas rumah ………… m2
2 Jumlah penghuni rumah ……. Orang
Ceklis
Bentuk isian ceklis
Ya Tidak
3 Setiap anggota keluarga mendapatkan
ruang ≥10 m2 di dalam rumah (dihitung
dari luas rumah dibagi jumlah penghuni
rumah)
4 Ruangan/kamar di rumah berukuran ≥ 9 m2
5 Kamar tidur dihuni oleh lebih dari 1 orang
6 Tinggi langit-langit lebih dari 2,75 meter
Pencahayaan dan kelembaban rumah
Ceklis
Bentuk isian ceklis
Ya Tidak
7 Sinar matahari dapat masuk ke dalam
rumah dan ke atap rumah
8 Rumah memiliki sumber penerangan
berupa listrik/lampu minyak (60-120 lux)
Ventilasi rumah
Ceklis
Bentuk isian ceklis
Ya Tidak
9 Setiap ruangan di rumah memiliki ventilasi
yang cukup (
, terdiri dari 5%
ventilasi permanen dan 5% ventilasi
insidental (jendela))
10 Apakah jendela rumah sering dibuka?
Keadaan rumah
Ceklis
Bentuk isian ceklis
Ya Tidak
11 Dinding rumah terbuat dari bahan
permanen (tembok, dll.)

53
12 Lantai rumah terbuat dari bahan kedap air
seperti keramik/ubin
13 Atap rumah terbuat dari genteng dan
memiliki langit-langit
14 Ruangan rumah berdebu
15 Rumah sering terkena polusi asap dari
kendaraan bermotor (dilihat dari posisi
rumah terhadap jalan)
16 Seberapa sering kamar dibersihkan?
.... x / 7 hari
Pembuangan sampah dan limbah Ceklis
Ya Tidak
17 Bagaimana pengelolaan sampah rumah
tangga?, apakah dengan cara pembakaran?
18 Pembuangan limbah tertutup/ tidak
dialirkan dengan pipa
19 Tempat pembuangan limbah kurang dari
10 m ?
Kebiasaan anggota keluarga
20 Apakah ada anggota keluarga yang biasa Ya / Tidak
merokok di dalam rumah?
21 Apakah anggota keluarga sering Ya / Tidak
menggunakan obat nyamuk bakar untuk
melindungi anak dari gigitan nyamuk?
22 Apakah bahan bakar yang digunakan di Ya / Tidak
dapur menghasilkan asap? (kayu bakar,
daun, arang, dll.)

E. IDENTIFIKASI FAKTOR RISIKO PELAYANAN KESEHATAN


No Pertanyaan Jawaban
(dilingkari)
1 Apakah jarak rumah responden dengan Ya / Tidak
puskesmas/klinik jauh?
2 Apakah responden berobat ke Ya / Tidak
puskesmas /klinik ketika sakit? (ISPA)
3 Menurut responden apakah pelayanan dan Ya / Tidak
fasilitas kesehatan di puskesmas terdekat
sudah memuaskan?
Jika tidak, mengapa...

54
55

Anda mungkin juga menyukai