Oleh:
NIM: 40618086
KEDIRI
2021
Laporan Hasil Kerja Praktek Kerja Lapangan
Oleh:
NIM: 40618086
KEDIRI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
i
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN III
Oleh:
DYAH SISWA PRADIPTA SARI
NIM. 40618086
Mengetahui/Menyetujui:
Pembimbing Akademik,
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT
KEMANDIRIAN KEPALA KELUARGA YANG MENDAPAT ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO HIPERTENSI DI DESA
RANDUAGUNG KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG” ini tepat
waktu. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas PKL III tahap profesi Pendidikan
Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.
Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
1. Multia Ranumsari, drg, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
2. Hertanto, SKM., M.Si., selaku PLT UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati
Lawang.
3. dr. Sri Ratna Murti Pratitis, selaku Kepala Puskesmas Ardimulyo Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang yang telah memberi izin pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan III di
Puskesmas Ardimulyo.
4. Drg. Fiory Dioptis P., M. Kes, selaku pembimbing akademik Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. Drg. Sulvi Muawanah, selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan
waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama kegiatan PKL III
6. Dr. dr. Handayanto., MM selaku pembimbing operasional yang banyak memberikan
bimbingan kepada penulis dalam proses penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
7. Segenap staf dan karyawan Puskesmas Ardimulyo, yang telah membantu penulis dalam
pelaksanaan program ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan PKL III
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan karena
manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Penulis juga berharap laporan ini dapat memberikan
iii
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu
kesehatan gigi masyarakat.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. v
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
B. Data Jumlah Jamban Di Puskesmas Kepanjen…………………………………... 2
C. Tujuan…………………………………………………………………………… 4
1. Tujuan Umum………………………………………………………………… 4
2. Tujuan Khusus………………………………………………………………... 4
D. Sasaran…………………………………………………………………………... 4
E Manfaat…………………………………………………………………………… 4
1. Bagi Puskesmas ……………………………………………………………….. 4
2. Bagi Masyarakat……………………………………………………………….. 4
3. Bagi Mahasiswa……………………………………………………………….. 4
BAB II. LANDASAN TEORI……………………………………………………... 5
A. Pengertian Hipertensi…………………………………………………………… 5
B. Hipertensi………………………….………………………….…………………. 6
1. Etiologi Hipertensi………………………….………………………….……… 6
2. Klasifikasi Hipertensi………………………….………………………………. 6
3. Penyebab Hipertensi………………………….………………………….…… 8
4. Komplikasi Hipertensi…………………………….…………………………... 9
C. Keluarga…………..………………………….………………………….………. 12
1. Definisi Keluarga ………………………….……….………………………….. 12
2. Bentuk Keluarga …………………………….………………………………… 14
3. Struktur dan Fungsi Keluarga …………………………………………………. 15
4. Konsep Keluarga ………………………….………………………………..…. 17
D. Penyuluhan………………………….…………………………………………… 18
1. pengertian penyuluhan………………………….………………………….….. 18
2. metode penyuluhan………………………….………………………….……… 20
3. media penyuluhan………………………….………………………….……….. 22
v
BAB III ANALISA SITUASI………………………….………………………….. 24
A. Analisis situasi umum………………………….………………………….…….. 24
1. geografi………………………….………………………….………………….. 24
2. demografi………………………….………………………….………………... 25
B. Analisis situasi khusus………………………….………………………….……. 27
1. ketenagakerjaan puskesmas………………………….………………………… 27
2. Program pelayanan puskesmas ……….………………………….…………… 28
3. Prasarana puskesmas………………………….………………………….……. 29
BAB V. PENUTUP………………………….………………………….………….. 41
A. Kesimpulan………………………….…………………………………………... 41
B. Saran………………………….………………………….……………………… 41
DAFTAR PUSTAKA………………………….…………………………………... 42
Lampiran………………………….………………………….…………………….. 43
vi
DAFTAR TABEL
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hipertensi adalah salah satu jenis penyakit tidak menular yang bersifat kronis, berlangsung
sepanjang hayat dan bersifat silent killer, dengan angka prevalensi yang sangat tinggi khususnya
pada lansia. Di tingkat dunia terutama di negara maju, prevalensi hipertensi pada populasi lansia >
60 tahun diperkirakan mencapai dua pertiga atau sekitar 60% - 80% (Baugman, 2020).
Kecenderungan itu juga terjadi di Indonesia. Data laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2020, menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia menempati urutan pertama
jenis penyakit kronis tidak menular yang dialami pada kelompok usia dewasa, yaitu sebesar
26,5%. Prevalensi hipertensi di Indonesia cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, yaitu
prevalensi hipertensi pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 45,9%; usia 65-74 tahun sebesar
57,6%; dan kelompok usia >75 tahun sebesar 63,8% (Kemenkes RI, 2020). Hal itu menunjukkan
hipertensi merupakan permasalahan kesehatan serius dan sepanjang hayat yang harus segera
diatasi.
Program kesehatan lansia di Indonesia masih belum berhasil sepenuhnya dalam mengontrol
kesehatan lansia terutama mengontrol kondisi hipertensi lansia. Hal itu disebabkan upaya
pemberdayaan keluarga dalam program kesehatan lansia belum optimal, yang mana masih
menempatkan keluarga sebagai objek (penerima pelayanan kesehatan). Pada umumnya anggota
keluarga belum dilibatkan atau diberdayakan secara aktif sebagai caregiver utama bagi lansia di
rumah (Kemenkes RI, 2019). Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan anggota
keluarga dalam melakukan perawatan pada lansia hipertensi secara mandiri di rumah, terutama
dalam mengontrol gaya hidup penderita sehari-hari. Menurut Kjeldsen et al., (2019); dan Zhang
(2019), hal yang paling pertama dan utama dalam mengontrol kondisi tekanan darah adalah
melalui modifikasi gaya hidup.
Gaya hidup sehat penderita hipertensi diantaranya adalah: tidak merokok, tidak
mengkonsumsi alkohol, diet rendah garam, latihan atau olahraga teratur, hindari stress. Beberapa
hasil studi menunjukkan bahwa peran keluarga sangat penting dalam mengontrol perilaku sehat
penderita hipertensi. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
dukungan keluarga terhadap status dan kondisi kesehatan, lama dan beratnya penyakit, kematian,
2
kondisi tekanan darah yang terkontrol, pengendalian tekanan darah, kesejahteraan psikologis,
perilaku sehat lansia, kepatuhan lansia dalam menjaga dan mematuhi segala yang dianjurkan oleh
tenaga kesehatan profesional, harga diri, dan kualitas hidup lansia ((Baugman, 2020).
Berdasarkan hasil analisis data dari Profil puskesmas dan Laporan Kegiatan Puskesmas
Ardimulyo tahun 2020. Pada data kepala keluarga rawan kesehatan yang mendapat asuhan
keperawatan (Askep keluarga) di Puskesmas Ardimulyo tahun 2020, dari target 100% kepala
keluarga rawan kesehatan yang mendapat asuhan keperawatan (Askep keluarga) 70% yang
tercapai. Jadi ada 30% masyarakat yang tidak mendapat asuhan keperawatan (Askep keluarga).
Berdasarkan data PHN tahun 2020, tingkat kemandirian keluarga terendah ada di desa randuagung
kecamatan singosari kabupaten malang, terdapat 4 kunjungan keluarga lansia setiap bulannya
dengan penderita hipertensi. Dimana untuk tingkat kemandirian 2, yang berarti menerima petugas
medis, memanfaatan pelayanan kesehatan secara aktif.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkat presentase tingkat kemandirian keluarga melalui pemberdayaan
keluarga sadar hipertensi dalam meningkatkan gaya hidup sehat pada
penderita hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi rendahnya tingkat kemandirian keluarga penderita
hipertensi melakukan pemeriksaan secara teratur di posyandu lansia desa
randuagung, kecamatan singosari kabupaten malang.
b. Mengimplementasikan program edukasi hipertensi berbasis masyarakat
sebagai upaya penatalaksanaan keluarga sadar hipertensi, melalui
pemberdayaan kader menggunakan video tentang pentingnya self management
pada penderita hipertensi terdiri dari monitoring tekanan darah, mengurangi
rokok, diet, manajemen berat badan, mengurangi stres, dan konsumsi alcohol.
c. Melakukan sosialisasi dan pemberian buku pantau pada keluarga sadar
hipertensi.
3
C. SASARAN
E. MANFAAT
1. Bagi puskesmas
2. Bagi masyarakat
Membantu masyarakat baik penderita hipertensi maupun anggota keluarga yang tidak
menderita hipertensi di desa Randuagung Kecamatan Singosari serta pihak desa setempat
ikut berperan aktif dan mendukung dalam pelaksanaan kegiatan tersebut untuk dapat
mengubah pola gaya hidup sehat dan meningkatkan capaian anggota keluarga tidak ada
yang menderita hipertensi di wilayah desa Randuagung Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang.
3. Bagi mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Dariyo, 2019).
Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2018), Hipertensi adalah sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya.
Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2019), Hipertensi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih
dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen
seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.
Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan
hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat
ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.
B. Etiologi Hipertensi
Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan
penyakit hipertensi.
b. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi
mengalami penyakit hipertensi.
c. Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak
yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d. Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2. Hipertensi sekunder
a. Coarctationaorta,
Yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat
pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area
kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal.
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan. Satu atau lebih arteri besar, yang
secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
6
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2019):
a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg da n
diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.
Manifestasi Klinis Hipertensi menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H.,
2019), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
8
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
Faktor-Faktor Risiko Hipertensi menurut Aulia, R. (2019), faktor risiko hipertensi dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu :
a. Riwayat Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara kandung,
kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.
b. Usia
c. Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
9
d. Ras/etnik
Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi banyak
ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
Faktor yang dapat diubah
Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain yaitu :
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam rokok terdapat
kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa
jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea,
G.Y., 2019).
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko
independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).
c. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat
meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa
darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B.,
Wongkar, D., 2019). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah.
Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2019), lemak didalam
makanan atau hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kholesterol darah,
terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian
dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.
1. Stoke
Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga
aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat
melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.
2. Infark Miokardium
Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila berlebih dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
11
D. Keluarga
a. Definisi
Menurut Friedman (dalam Setiana, I.A., 2019), keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.
b. Bentuk Keluarga
1. Keluarga Inti (nuclear family), merupakan keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan dan terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, bak
dilahirkan secara natural ataupun diadopsi.
2. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
3. .Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti yang ditambah dengan
keluarga lain (karena ada hubungan darah) misalnya, kakek, nenek, bibi, paman,
sepupu.
4. Keluarga modern adalah keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangan sejenis (gay/lesbian family).
5. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
6. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk karena perceraian
dan atau kematian pasangan yang dicintai
7. Keluarga komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.
8. Keluarga kohabitasi (cohabitation) adalah adalah dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.
9. Keluarga inses (incest family) adalah seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan
pengaruh informasi dari berbagai tempat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim ,
misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya.
10. Keluarga tradisional dan non tradisional adalah keluarga tradisional terikat oleh
12
perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional tidak terikat perkawinan.
E. Struktur
Menurut Friedman (dalam Bakri M.H., 2015) menjelaskan bahwa struktur dalam keluarga
terbagi menjadi empat, yaitu pola komunikasi, struktur peran, struktur kekuatan dan nilai-
nilai keluarga.
F. Fungsi Keluarga
Menurut Friedman (dalam Setiana, I.A., 2016) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 bagian
yaitu :
1) Fungsi afektif
Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk Mempersiapkan
anggotanya berhubungan dengan orang lain.
2) Fungsi sosialisasi
Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum
meninggalkan rumah berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3) Fungsi reproduksi
4) Fungsi ekonomi
Menurut Bakri M.H. (2019), keluarga merupakan perawat primer bagi anggotanya.
Fungsi ini penting untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
G. Konsep Kemandirian Keluarga
Friedman (2019) dalam Zulfitri (2020) menyatakan bahwa apabila 5 tugas kesehatan
keluarga terpenuhi, maka keluarga tersebut sudah menunjukan kemandirian keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan pada anggota keluarganya, meliputi: pertama, keluarga
diharapkan mampu mengenal berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota
keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan tindakan keperawatan yang tepat dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota keluarga. Ketiga,
keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat sehari- hari dirumah. Keempat, keluarga
dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mendukung dan
meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarganya. Kelima , adalah keluarga diharapkan
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengontrol kesehatan dan mengobati
masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga. 14
Ada beberapa variable atau faktor penting yang sangat mempengaruhi nilai- nilai
dalam keluarga. Nilai dan sistem keyakinan keluarga membentuk pola perilaku terhadap
masalah kesehatan yang mereka hadapi. Maka dari itu nilai-nilai yang ada dalam keluarga
sangat mempengaruhi kemandirian keluarga. Berikut variabel tersebut menurut Friedman
(2020);
a. Sosial Ekonomi :
Karena status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup keluarga status ini juga
merupakan faktor yang sangat kuat didalam nilai keluarga, nilai ini dominan dari masyarakat
berbeda-beda. Terkait dengan dimensi waktu, keluarga miskin lebih berorientasi pada masa
kini daripada kelas menengah. Diantara beberapa keluarga miskin misalnya waktu dan
perjanjian dipersiapkan sebagai sesuatu yang fleksibel artinya kegiatan dimulai jika semua
orang yang terlibat sudah sampai sebaliknya keluarga kelas memengah, menganut nilai waktu
yang dominan dan mengharapkan ketepatan waktu serta ketrampilan manajemen waktu yang
baik (Friedman, 2019).
b. Etnis
c. Letak Geografis
Dalam hal tempat tinggal penduduk desa dan kota, penduduk desa cenderung lebih
tradisional dan konservatif daripada penduduk urban dan suburban. Masyarakat sebagian
menengah, dan biasanya lebih mendukung nilai kebudayaan kelas menengah penduduk
urban. Sebaliknya , masyarakat urban, teridiri dari beragam macam populasi, pada umumnya
terdiri dari keluarga yang berasal dari beragam kelas social , dan dari bermacam etnik serta
kelompok rasial, jadi keluarga urban biasanya menunjukkan perbedaan nilai yang besar,
meskipun secara umum cenderung memilih pandangan social dan politik yang lebih liberal
(Friedman, 2019).
d. Perbedaan generasi
Variable lain yang mempengaruhi nilai dan norma keluarga adalah pada generasi
manakah anggota tersebut hidup. Contohnya di amerika serikat ada system nilai generasi .
kebanyakan nilai inti juga dapat berubah karena pergeseran nilai yang berlaku dalam
masyarakat (Fridman, 2019).
Gray (2019) dalam friedman (2019) menulis bahwa perilaku perawatan diri keluarga
dapat berkembang lewat perpaduan pengalaman social dan kognitif yang telah dipelajari
melalui hubungan interpersonal, komunikasi dan budaya yang unik pada setiap keluarga.
a. Interpersonal
Anggota keluarga, baik secara individu atau kelompok, dapat melakukan atau
menjalankan keharusan perawatan diri yang meliputi sikap mengenai kesehatan mereka dan
kemampuan mereka untuk melaksanakan perilaku perawatan diri terhadap anggota
keluarganya yang memiliki masalah kesehatan. Keluarga mempengaruhi pengenalan dan
interpretasi gejala penyakit anggota keluarganya.
Sebagai sebuah unit dasar di dalam masyarakat, keluarga membentuk dan dibentuk oleh
kekuatan dari luar yang ada disekitarnya. Keluarga telah menunjukkan ketahanan dan
adaptasi yang luar biasa terhadap anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan,
oleh karena itu faktor yang sangat mempengaruhi individu dapat mencapai adaptasi dalam
perubahan status kesehatannya sangat dipengaruhi oleh dari luar dirinya yaitu keluarga dan
masyarakat sekelilingnya.
16
b. Komunikasi
Komunikasi memerlukan pengirim, saluran dan penerima pesan serta interaksi antara
pengirim dan penerima. Pengirim dan penerima. Pengirim adalah seseorang yang
mencoba untuk memindahkan suatu pesan kepada orang lain, penerima adalah sasaran
dari pesan yang dikirmkan saluran merupakan rute/perjalanan pesan. Karakteristik kunci
keluarga yang sehat adalah komunikasi yang jelas dan kemampuan untuk saling
mendengarkan. Komunikasi yang baik diperlukan untuk membina dan memelihara
hubungan penuh rasa cinta.
c. Budaya
Orientasi atau latar belakang kebudayaan keluarga dapat menjadi variable yang paling
berhubungan dengan memahami prilaku keluarga. System nilai dan fungsi keluarga.
Karena kebudayaan menembus dan mengitari tindakan individu. Keluarga dan social,
konsekuensinya pervasive dan implikasi pada praktik menjadi luas. Professional
kesehatan harus menyadari keunikan kualitas yang khusus, bermacam gaya hidup ,
struktur dalam kebudayaan keluarga, karena itu posisi budaya sangat penting dan
merupakan karakter yang unik.
18
K. Penyuluhan
1. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan merupakan cara pendidikan non-formal bagi masyarakat,
khususnya untuk para petani dan keluarganya di pedesaan dengan tujuan agar sasaran
mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki usaha taninya, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan peternak. Pendapat Mardikanto penyuluhan merupakan sistem belajar untuk
menjadi mau, tahu, dan bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi (Mardikanto, 2019).
Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah menumbuhkan perubahan perilaku petani dan
keluarganya, sehingga akan tumbuh minat untuk mengembangkan kemauan guna
melaksanakan kegiatan usaha taninya agar tercapai produktivitas usaha yang tinggi.
Perubahan perilaku yang ada diharapkan petani lebih terbuka dalam menerima petunjuk dan
bimbingan serta lebih aktif dan dinamis dalam melaksanakan usaha taninya (Azwar,S. 2019).
Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai perubahan perilaku (sikap, pengetahuan dan
keterampilan) petani, sehingga fungsi penyuluhan dapat tercapai, yaitu sebagai penyebar
inovasi, penghubung antara petani, penyuluh dan lembaga penelitian, melaksanakan proses
pendidikan khusus, yaitu pendidikan praktis dalam bidang pertanian dan mengubah perilaku
lebih menguntungkan (Levis, 2019). Penyuluhan pertanian sebenarnya merupakan perubahan
perilaku melalui pendidikan non-formal. Penyuluhan sebagai proses pendidikan memiliki
ciri-ciri antara lain:
a. Penyuluhan adalah sistem pendidikan non-formal (di luar sekolah) yang terencana,
dapat dilakukan di mana saja, tidak terikat waktu, disesuaikan dengan kebutuhan
sasaran dan pendidikan dapat berasal dari salah satu anggota peserta didik.
b. Penyuluhan merupakan pendidikan orang dewasa.
a. Tujuan dasar atau tujuan akhir yang seharusnya terjadi di dalam masyarakat, yaitu
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
b. Tujuan umum, seperti perubahan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan demi
meningkatkan keluarga sadar hipertensi.
c. Tujuan pedoman, yaitu arah tujuan dari kegiatan penyuluhan itu sendiri.
19
2. Metode Penyuluhan
Pemilihan metode penyuluhan tergantung dari tujuan yang akan di capai dari
penyuluhan tersebut. Metode dalam upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dapat
dikelompokkan dalam dua metode sebagai berikut :
a. Metode Didaktif
Metode didakatif merupakan metode penyuluhan dimana yang aktif adalah orang
yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif. Contoh metode
didaktif :
1) Langsung
2) Tidak langsung
Bentuk media cetak yang berisi informasi kesehatan yang biasanya terpampang di
tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.
c) Media video
Media pembelajaran meliputi alat yang scara fisik digunakan untuk menyampaikan
pesan kesehatan, biasannya dimuat menggunakan paduan antara gambar dan suara
membentuk karakter sama dengan objek aslinya (Setiawati, 2012). Pesan yang disajikan
video dapat berupa fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (misal cerita)
dapat pula bersifat informatif, edukatif, maupun intruksional. Video dapat menggambarkan
suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video
dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
dan mempengaruhi sikap. (Kustandi, 2011)
20
b. Metode Sokratik
Metode sokratik merupakan metode penyuluhan dimana sasaran ikut aktif dalam
proses belajar mengajar sehingga. Contoh metode sokratik:
1) Langsung
b) Diskusi
Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi
dalam diskusi, maka formasi duduk peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadapan atau saling memandang satu sama lain. Untuk memulai diskusi, pemimpin
diskusi harus memberikan pancingan yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus yang
sehubungan dengan topik yang dibahas.
c) Curah pendapat
Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan
metode diskusi. Bedanya terletak pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan
satu masalah dan kemudian peserta memberikan jawaban atau tanggapan.
3) Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah salah satu cara penyajian pengertian atau ide yang
dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu
tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur. Metode demonstrasi merupakan
pembelajaran dengan menggunakan dan mempertunjukkan kepada subjek tertentu.
3. Media Penyuluhan
2) Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar
3) Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk
menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.
4) Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat, gambar ataupun
kombinasi melalui lembaran yang dilipat.
1) Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara, diskusi, kuis,
cerdas cermat seputar masalah kesehatan.
2) Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab, sandiwara radio,
ceramah tentang kesehatan.
Dipasang di tempat umum dapat diisi dengan pesan kesehatan. Media papan disini
juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan
media untuk mengubah perilaku, hasilnya media mampu memenuhi sasarannya.
22
BAB III
ANALISA SITUASI
Luas Puskesmas Ardimulyo adalah 66,16 km2 yang terletak antara Bujur Timur
112.678233 dan Lintang Selatan -7.87315. Posisi Puskesmas Ardimulyo terletak pada
ketinggian 487 meter dari permukaan laut, dengan kondisi daerah dataran rendah (lembah)
sedangkan daerah dataran tinggi perbukitan dan penggunungan pada ketinggian 500-3600
meter dari permukaan laut, Lereng Gunung Tumpuk, Lereng Gunung Arjuno. Adapun batas
wilayah sebagai berikut :
Tabel III.1 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ardimulyo tahun 2020.
25
Desa/Kelurahan RW RT KK
Ardimulyo 8 51 3.025
Randuagung 13 77 4.851
Toyomarto 7 55 3.815
Losari 5 24 1.432
Tamanharjo 6 46 2.311
Baturetno 4 34 2.094
Dengkol 11 64 3.284
Wonorejo 7 18 2.115
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa/Kelurahan wilayah
Puskesmas Ardimulyo, dijelaskan dalam tabel berikut :
No JENIS JUMLAH
1. SD / MI 31
2. SMP / MTs 9
3. SLTA / MA 6
4 PONDOK PESANTREN 3
Berdasarkan cakupan data PKP tahun 2020 di Puskesmas Ardimulyo, sebagaimana tabel
di bawah ini :
Pencegahan dan
11 Penanggulangan PMS dan 100 75 -25
HIV/AIDS
Pencegahan dan
12 100 0 -100
Penanggulangan Rabies
Pengamatan Penyakit
14 100 85 -15
(Surveillance Epidemiology)
Pelayanan Keperawatan
1 Kesehatan Masyarakat 100 72 -28
( Perkesmas)
Desa randuagung adalah salah satu desa yang terleta di Kecamatan singosari, terletak di
Kabupaten malang Jawa timur. Dengan jumlah penduduk 16.580 jiwa dan luas daerah 580
hektar. Desa randuagung singosari terbagi menjadi dusun yaitu dusun gondang, dusun
Krajan, dan dusun randutelu. Batas Wilayah desa randuagung :
BAB IV
Berdasarkan laporan data hasil Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) dan Upaya
pelayanan Kesehatan masyarakat pada tahun 2020 di Puskesmas Ardimulyo. Ditemukan
beberapa masalah dari yang dihadapi oleh Puskesmas Ardimulyo, antara lain:
3 Pengajian PHBS 100% 20% 80% Masih terdapat 20% dari target sasaran yang
belum mendapatkan Pengajian PHBS
4 Peserta KB Baru 30% 6,7% 23,3% Masih terdapat 3,3% dari target sasaran yang
belum mendapatkan peserta KB baru
5 Penderita Hipertensi 100% 13,32% 86,68% Masih terdapat 13,32% dari target sasaran
melakukan pengobatan Penderita Hipertensi melakukan pengobatan
teratur teratur
6 Penanganan Kompliasi 80% 62% 18% Masih terdapat 18% dari target sasaran yang
neonatus belum mendapatkan Penanganan Kompliasi
neonatus
7 Puskesmas dan 50% 0% 50% Masih terdapat 50% dari target sasaran yang
jejaringnya/faskes di belum mendapatkan upaya berhenti merokok
wilayahnya melayani upaya
berhenti merokok
8 Bumil yang mendapat 100% 21,7% 78,3% Masih terdapat 78,3% dari target sasaran bumil
pelayanan kesehatan gigi yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan
gigi.
9 Orang dengan risiko 100% 51% 49% Masih terdapat 49% dari target sasaran yang
terinfeksi HIV mendapatkan belum mendapatkan pel[ayanan deteksi dini HIV
pelayanan deteksi dini HIV sesuai standart.
sesuai standart
31
10 Penimbangan balita 80% 53% 27% Masih terdapat 27% dari target sasaran yang
belum mendapatkan Penimbangan balita
B. Prioritas Masalah
Dari beberapa masalah yang telah dikumpulkan, dipilih satu masalah sebagai prioritas masalah dengan menggunakan metode Urgency,
Seriousness, Growth (USG).
1. Urgency : dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness : dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan dan membahayakan
system atau tidak.
3. Growth : dilihat dari kemungkinan masalah tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebabakan makin
memburuk bila dibiarkan.
Keterangan skor :
Skor 2 : Kecil
Skor 3 : Sedang
Skor 4 : Besar
1 Kepala Keluarga 2 2 1 5 2 2 2 6 2 2 2 6 17 1
yang raWan
Kesehatan yang
mendapat asuhan
KeperaWatan
2 Deteksi dini factor 1 1 1 3 2 1 1 4 1 1 2 4 11 7
resiko PTM usia >
15 tahun
3 Pengajian PHBS 1 1 1 3 2 2 2 6 2 2 2 6 13 5
4 SAB yang 2 1 3 6 1 1 1 3 2 2 2 6 14 4
memenuhi syarat
kesehatan
5 Penderita 1 1 1 3 1 1 2 4 2 2 1 5 12 6
Hipertensi
melakukan
pengobatan teratur
6 Penanganan 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 9 9
Kompliasi
neonatus
7 Puskesmas dan 1 1 1 3 1 2 1 4 1 1 1 3 10 8
jejaringnya/faskes
di wilayahnya
melayani upaya
berhenti merokok
8 Orang dengan risiko 1 3 2 6 1 1 1 3 2 2 2 4 15 3
terinfeksi HIV
mendapatkan
pelayanan deteksi
dini HIV
9 Bumil yang 1 1 1 3 1 0 1 2 1 1 1 3 8 10
mendapat
pelayanan
kesehatan gigi
10 Penimbangan balita 2 2 1 5 2 1 2 5 2 2 2 5 16 2
34
Berdasarkan metode USG diatas, maka prioritas masalahnya adalah Masih terdapat
59,9% dari target sasaran yang belum mendapatkan asuhan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat.
B. Penyebab Masalah
Manusia Metode
Kurangnya tingkat
kemandirian keluarga Metode
sadar hipertensi penyuluhan yang
kurang menarik
Kurangnya pengetahuan
Keluarga tentang Metode sosialisasi yang
hipertensi menggunakan media
kurang kreatif dan inovatif
Kurangnya
Keluarga belum
kepedulian
Masih terdapat
mengetahui gaya 59,9% dari target
keluarga Penggunaan bahasa yang
hidup sehat untuk sasaran yang belum
terhadap kurang dipahami masyarakat
penderita hipertensi
Kesehatan mendapatkan asuhan
keperawatan
Kurang tersedia nya Kurangnya sarana kesehatan
Promosi Kesehatan media pengetahuan informasi di masyarakat
di lingungan (leaflet, poster dll) di sarana posyandu
Kurang sarana posyandu lansia
lansia
Dari berbagai penyebab masalah tersebut, ditentukan prioritas penyebab masalah dengan
metode Nominal Group Technique (NGT).
1. Kurangnya kepedulian 2 3 4 9 4
terhadap kesehatan
2. Promosi kesehatan di 3 4 4 11 2
lingkungan masih kurang
3. Keluarga kurang 5 3 3 12 1
mengetahui cara
meningkatkan hidup
sehat untuk penderita
hipertensi
4. Kurangnya pengetahuan 3 2 3 8 5
keluarga tentang hipertensi
5. Metode penyuluhan 3 4 3 10 3
yang digunakan kurang
efektif
6. Kurangnya media 2 3 2 7 6
informasi mengenai
hipertensi
Berdasarkan tabel diatas, maka ditetapkan prioritas penyebab masalah adalah kurangnya
media informasi kesehatan di lingkungan keluarga mengenai gaya hidup sehat pada penderita
hipertensi.
37
Dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang diajukan, dipilih salah satu sebagai
pemecahan masalah terpilih dengan menggunakan metode CARL Score (Capabilty,
Accesibility, Readiness, Leverage), dengan menggunakan skor nilai 1-5.
A (Accesibility) : Kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan atau juklak.
R (Readiness) : Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian
atau kemampuan dan motivasi.
L (Levarage) : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.
Keterangan Skor:
2 : Kurang berpengaruh
3: Cukup berpengaruh
4 : Berpengaruh
5 : Sangat berpengaruh
40
Keterangan :
PL 1 : Pembimbing Lapangan 1
PL 2 : Pembimbing Lapangan 2
Pemberdayaan keluarga desa randuagung yang hipertensi dan resiko hipertensi dengan
edukasi meningkatkan gaya hidup sehat pada penderita hipertensi terdiri dari monitoring
tekanan darah, mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan, mengurangi stres, dan
konsumsi alcohol. menggunakan media video bergambar melalui grup whatsapp.
43
6. Membuat Alternatif Menentukan drg. Sulvi Mendapatka Sabtu, 12 Puskesmas Mahasiswa - Mendapatka
Pemecahan Masalah pemecahan Muawanah n skoring Juni 2021 Ardimulyo (Dyah siswa n petunjuk
masalah dan Bu Beta dan petunjuk dan Desa pradipta sari) pemecahan
pemecahan randuagung masalah
masalah
Masyarakat
8. Persiapan kegiatan Membuat WA desa Membuat Senin, 13 Desa Mahasiswa - Aktif
grup randuagung WA grup Juni 2021 ardimulyo (Dyah siswa
yang sebagai pradipta sari)
tergolong intervensi
penderita kegiatan
hipertensi.
B. Pelaksanaan
2. Melakukan Pretest Untuk Masyarakat Memberi Selasa, 14 Balai desa Mahasiswa Mengetahui
mengetahui desa pertanyaan Juni 2021 ardimulyo (Dyah siswa pemahaman
pemahaman randuagung dalam pradipta sari) tentang
tentang bahaya yang bentuk soal - gejala,
hipertensi dan tergolong tentang bahaya
peran keluarga penderita bahaya hipertensi
dalam penderita hipertensi hipertensi dan peran
hipertensi. penting
keluarga
dalam
penderita
hipertensi.
BAB V
A. Persiapan Kegiatan
1. Melakukan Koordinasi dengan Kepala Puskesmas
3. Identifikasi Masalah
B. Pelaksanaan Kegiatan
C. Hasil
Pre-test dibagikan kepada 5 orang sebelum pemberian materi dimulai. Sedangkan post-
test yang pertanyaannya sama dengan pre-test dibagikan setelah pemberian materi. Pre-test
dan post-test berisi pertanyaan tentang penyebab hipertensi, pentingnya peran keluarga dalam
proses pengobatan. Diharapkan para peserta dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
keluarga dalam meningkatkan gaya hidup sehat penderita hipertensi. Perubahan pengetahuan
dapat dilihat dari adanya perbedaan nilai-nilai jawaban antara pre-test dan post-test.
Adapun data per soal kenaikan nilai-nilai jawaban antara pre-test dan post-test terlihat
pada tabel berikut:
D. Evaluasi
C. Evaluasi Kegiatan
1) Evaluasi Input
2) Evaluasi Proses
3) Evaluasi Output
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dari rancangan kegiatan yang telah disusun dapat disimpulkan bahwa dengan
pemberdayaan masyarakat desa randuagung yang tergolong penderita hipertensi dengan
edukasi mengenai upaya penatalaksanaan keluarga sadar hipertensi dalam meningkatkan
gaya hidup sehat penderita hipertensi dengan cara penjelasan menggunakan video bergambar
melalui grup whatsapp dapat menambah kesadaran masyarakat desa randuagung dengan
merubah perilaku tentang pola hidup sehat untuk mencegah hipertensi pada anggota keluarga
dan pada anggota yang telah menderita hipertensi.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D. C. & Hackley, J. C. (2020). Keperawatan medikal-bedah:
Buku saku
untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Burke, L. E., Swigart, V., Turk, M. W., Derro, N., & Ewing, L. J. (2019).
Experiences
of self-monitoring: Successes and struggles during treatment for weight loss.
NIHPA Author Manuscripts, 19(6), 815-828.
Dariyo, A. (2019). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Gramedia.
Ekarini, D. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan
klien
hipertensi dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Gondangrejo
Febbraro, G. A. R., & Clum, G. A. (2020). Self-regulation theory and self-help
therapies. Dalam Watkins, P. L., & Clum, G. A. Handbook of self help
therapies. New York: Routledge.
Horne, Rob. (2020). Communal Aspects of Self-Regulation. Dalam M. Boekaerts,
P.R. Pintrich & M. Zeidner (Ed). Handbook of Self-Regulation. San Diego:
Academic Press.
Ogden, J. (2020). Health psychology. London: Mc Graw Hill Education.
Shanty, M. (2011). Silent killer diseases: Penyakit yang diam-diam
mematikan. Jakarta: Javalitera.
Stinson, J. N., Petroz, G. C., Stevens, B. J., Feldman, B. M., Streiner, D., McGrath, P.
J., & Gill, N. (2019). Working out the kinks: Testing the feasibility of an
electronic pain diary for adolescents with arthritis. Pain Res Manag, 13(5):
375-382.
Taylor, S. E. (2019). Health psychology; Seventh edition. Singapore:
McGraw-Hill
Education (Asia).
LAMPIRAN – LAMPIRAN