Anda di halaman 1dari 70

Laporan Hasil Kerja Praktek Kerja Lapangan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT KEMANDIRIAN KEPALA


KELUARGA YANG MENDAPAT ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA DENGAN RESIKO HIPERTENSI DI DESA
RANDUAGUNG KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG

Oleh:

DYAH SISWA PRADIPTA SARI

NIM: 40618086

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2021
Laporan Hasil Kerja Praktek Kerja Lapangan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)


UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT KEMANDIRIAN KEPALA KELUARGA
YANG MENDAPAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO
HIPERTENSI DI DESA RANDUAGUNG KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN
MALANG

Oleh:

DYAH SISWA PRADIPTA SARI

NIM: 40618086

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA

KEDIRI

2021
LEMBAR PENGESAHAN

i
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN III

UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT KEMANDIRIAN KEPALA KELUARGA


YANG MENDAPAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO
HIPERTENSI DI DESA RANDUAGUNG KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN
MALANG

Oleh:
DYAH SISWA PRADIPTA SARI
NIM. 40618086

Mengetahui/Menyetujui:

Pembimbing Lapangan, Pembimbing Operasional,

Drg. Sulvi Muawanah. Dr. dr. Handayanto., MM

Pembimbing Akademik,

Drg. Fiory Dioptis P., M. Kes

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN TINGKAT
KEMANDIRIAN KEPALA KELUARGA YANG MENDAPAT ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN RESIKO HIPERTENSI DI DESA
RANDUAGUNG KECAMATAN SINGOSARI KABUPATEN MALANG” ini tepat
waktu. Penyusunan laporan ini merupakan salah satu tugas PKL III tahap profesi Pendidikan
Dokter Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri
Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat.

Dalam penulisan laporan ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, pengarahan
dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu, dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:

1. Multia Ranumsari, drg, M.Med.Ed selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Institut Ilmu
Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
2. Hertanto, SKM., M.Si., selaku PLT UPT Pelatihan Kesehatan Masyarakat Murnajati
Lawang.
3. dr. Sri Ratna Murti Pratitis, selaku Kepala Puskesmas Ardimulyo Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang yang telah memberi izin pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan III di
Puskesmas Ardimulyo.
4. Drg. Fiory Dioptis P., M. Kes, selaku pembimbing akademik Fakultas Kedokteran Gigi
Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri.
5. Drg. Sulvi Muawanah, selaku pembimbing lapangan yang telah memberikan
waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis selama kegiatan PKL III
6. Dr. dr. Handayanto., MM selaku pembimbing operasional yang banyak memberikan
bimbingan kepada penulis dalam proses penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini.
7. Segenap staf dan karyawan Puskesmas Ardimulyo, yang telah membantu penulis dalam
pelaksanaan program ini.
8. Semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan PKL III
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan karena
manusia tidak ada yang sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca. Penulis juga berharap laporan ini dapat memberikan

iii
sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan peningkatan mutu
kesehatan gigi masyarakat.

Kediri, 20 Juni 2021

Dyah Siswa Pradipta Sari

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………... ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………... iii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….. v
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………………. 1
A. Latar Belakang………………………………………………………………….. 1
B. Data Jumlah Jamban Di Puskesmas Kepanjen…………………………………... 2
C. Tujuan…………………………………………………………………………… 4
1. Tujuan Umum………………………………………………………………… 4
2. Tujuan Khusus………………………………………………………………... 4
D. Sasaran…………………………………………………………………………... 4
E Manfaat…………………………………………………………………………… 4
1. Bagi Puskesmas ……………………………………………………………….. 4
2. Bagi Masyarakat……………………………………………………………….. 4
3. Bagi Mahasiswa……………………………………………………………….. 4
BAB II. LANDASAN TEORI……………………………………………………... 5
A. Pengertian Hipertensi…………………………………………………………… 5
B. Hipertensi………………………….………………………….…………………. 6
1. Etiologi Hipertensi………………………….………………………….……… 6
2. Klasifikasi Hipertensi………………………….………………………………. 6
3. Penyebab Hipertensi………………………….………………………….…… 8
4. Komplikasi Hipertensi…………………………….…………………………... 9
C. Keluarga…………..………………………….………………………….………. 12
1. Definisi Keluarga ………………………….……….………………………….. 12
2. Bentuk Keluarga …………………………….………………………………… 14
3. Struktur dan Fungsi Keluarga …………………………………………………. 15
4. Konsep Keluarga ………………………….………………………………..…. 17
D. Penyuluhan………………………….…………………………………………… 18
1. pengertian penyuluhan………………………….………………………….….. 18
2. metode penyuluhan………………………….………………………….……… 20
3. media penyuluhan………………………….………………………….……….. 22

v
BAB III ANALISA SITUASI………………………….………………………….. 24
A. Analisis situasi umum………………………….………………………….…….. 24
1. geografi………………………….………………………….………………….. 24
2. demografi………………………….………………………….………………... 25
B. Analisis situasi khusus………………………….………………………….……. 27
1. ketenagakerjaan puskesmas………………………….………………………… 27
2. Program pelayanan puskesmas ……….………………………….…………… 28
3. Prasarana puskesmas………………………….………………………….……. 29

BAB IV IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMECAHAN…………………… 30


A. Identifikasi Masalah ………………………….………………………….……… 30
B. Prioritas Masalah………………………….………………………….…………. 31
C. Penyebab masalah………………………….………………………….…………. 32
D. Penentuan prioritas penyebab masalah………………………….………………. 34
E. Alternatif Pemecahan Masalah………………………….………………………... 36
F. Pemecahan Masalah Terpilih………………………….………………………….. 36
G. Rencana Kegiatan operasional………………………….………………………... 38

BAB V. PENUTUP………………………….………………………….………….. 41
A. Kesimpulan………………………….…………………………………………... 41
B. Saran………………………….………………………….……………………… 41

DAFTAR PUSTAKA………………………….…………………………………... 42
Lampiran………………………….………………………….…………………….. 43

vi
DAFTAR TABEL

Table I.1 Data Jumlah Jamban Di Puskesmas ardimulyo…………………….. 2


Tabel III.1 Jumlah Penduduk (RIIL) Per Desa wilayah kerja UPT Puskesmas
Ardimulyo Tahun 2020…………….……………………...………………… 26
Tabel III.2 Data ketenagaan UPT Puskesmas Ardimulyo Tahun 2021……… 27
Tabel IV.1 Identifikasi Masalah………………………….………………………..... 30
Tabel IV.2 Prioritas Masalah Dengan Menggunakan metode USG………………... 31
Tabel IV.3 Pemilihan Prioritas penyebab Masalah Menggunakan Metode NGT…. 34
Tabel IV.4 Pemilihan Pemecahan Masalah Dengan Menggunakan metode CARL.. 37
Tabel IV.5 Rencana Kerja Operasional………………............................................... 38
DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ardimulyo……………………………. 24


Gambar IV.1 Fish Bone…………………………………………..…………………... 33
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hipertensi adalah salah satu jenis penyakit tidak menular yang bersifat kronis, berlangsung
sepanjang hayat dan bersifat silent killer, dengan angka prevalensi yang sangat tinggi khususnya
pada lansia. Di tingkat dunia terutama di negara maju, prevalensi hipertensi pada populasi lansia >
60 tahun diperkirakan mencapai dua pertiga atau sekitar 60% - 80% (Baugman, 2020).
Kecenderungan itu juga terjadi di Indonesia. Data laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)
tahun 2020, menunjukkan bahwa prevalensi hipertensi di Indonesia menempati urutan pertama
jenis penyakit kronis tidak menular yang dialami pada kelompok usia dewasa, yaitu sebesar
26,5%. Prevalensi hipertensi di Indonesia cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, yaitu
prevalensi hipertensi pada kelompok usia 55-64 tahun sebesar 45,9%; usia 65-74 tahun sebesar
57,6%; dan kelompok usia >75 tahun sebesar 63,8% (Kemenkes RI, 2020). Hal itu menunjukkan
hipertensi merupakan permasalahan kesehatan serius dan sepanjang hayat yang harus segera
diatasi.

Program kesehatan lansia di Indonesia masih belum berhasil sepenuhnya dalam mengontrol
kesehatan lansia terutama mengontrol kondisi hipertensi lansia. Hal itu disebabkan upaya
pemberdayaan keluarga dalam program kesehatan lansia belum optimal, yang mana masih
menempatkan keluarga sebagai objek (penerima pelayanan kesehatan). Pada umumnya anggota
keluarga belum dilibatkan atau diberdayakan secara aktif sebagai caregiver utama bagi lansia di
rumah (Kemenkes RI, 2019). Kondisi tersebut mengakibatkan rendahnya kemampuan anggota
keluarga dalam melakukan perawatan pada lansia hipertensi secara mandiri di rumah, terutama
dalam mengontrol gaya hidup penderita sehari-hari. Menurut Kjeldsen et al., (2019); dan Zhang
(2019), hal yang paling pertama dan utama dalam mengontrol kondisi tekanan darah adalah
melalui modifikasi gaya hidup.

Gaya hidup sehat penderita hipertensi diantaranya adalah: tidak merokok, tidak
mengkonsumsi alkohol, diet rendah garam, latihan atau olahraga teratur, hindari stress. Beberapa
hasil studi menunjukkan bahwa peran keluarga sangat penting dalam mengontrol perilaku sehat
penderita hipertensi. Beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
dukungan keluarga terhadap status dan kondisi kesehatan, lama dan beratnya penyakit, kematian,
2

kondisi tekanan darah yang terkontrol, pengendalian tekanan darah, kesejahteraan psikologis,
perilaku sehat lansia, kepatuhan lansia dalam menjaga dan mematuhi segala yang dianjurkan oleh
tenaga kesehatan profesional, harga diri, dan kualitas hidup lansia ((Baugman, 2020).

Berdasarkan hasil analisis data dari Profil puskesmas dan Laporan Kegiatan Puskesmas
Ardimulyo tahun 2020. Pada data kepala keluarga rawan kesehatan yang mendapat asuhan
keperawatan (Askep keluarga) di Puskesmas Ardimulyo tahun 2020, dari target 100% kepala
keluarga rawan kesehatan yang mendapat asuhan keperawatan (Askep keluarga) 70% yang
tercapai. Jadi ada 30% masyarakat yang tidak mendapat asuhan keperawatan (Askep keluarga).
Berdasarkan data PHN tahun 2020, tingkat kemandirian keluarga terendah ada di desa randuagung
kecamatan singosari kabupaten malang, terdapat 4 kunjungan keluarga lansia setiap bulannya
dengan penderita hipertensi. Dimana untuk tingkat kemandirian 2, yang berarti menerima petugas
medis, memanfaatan pelayanan kesehatan secara aktif.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkat presentase tingkat kemandirian keluarga melalui pemberdayaan
keluarga sadar hipertensi dalam meningkatkan gaya hidup sehat pada
penderita hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi rendahnya tingkat kemandirian keluarga penderita
hipertensi melakukan pemeriksaan secara teratur di posyandu lansia desa
randuagung, kecamatan singosari kabupaten malang.
b. Mengimplementasikan program edukasi hipertensi berbasis masyarakat
sebagai upaya penatalaksanaan keluarga sadar hipertensi, melalui
pemberdayaan kader menggunakan video tentang pentingnya self management
pada penderita hipertensi terdiri dari monitoring tekanan darah, mengurangi
rokok, diet, manajemen berat badan, mengurangi stres, dan konsumsi alcohol.
c. Melakukan sosialisasi dan pemberian buku pantau pada keluarga sadar
hipertensi.
3

C. SASARAN

Sasaran kegiatan adalah keluarga yang mendapat kunjungan asuhan keperawatan


keluarga yang di bantu oleh kader di desa Randuagung kecamatan singosari kabupaten
Malang.

E. MANFAAT

1. Bagi puskesmas

Membantu program upaya meningkatkan keluarga sadar hipertensi dalam


meningkatkan gaya hidup sehat penderita hipertensi.

2. Bagi masyarakat

Membantu masyarakat baik penderita hipertensi maupun anggota keluarga yang tidak
menderita hipertensi di desa Randuagung Kecamatan Singosari serta pihak desa setempat
ikut berperan aktif dan mendukung dalam pelaksanaan kegiatan tersebut untuk dapat
mengubah pola gaya hidup sehat dan meningkatkan capaian anggota keluarga tidak ada
yang menderita hipertensi di wilayah desa Randuagung Kecamatan Singosari Kabupaten
Malang.

3. Bagi mahasiswa

a. Mahasiswa mampu mengidentifikasi masalah dan menentukan prioritas masalah,


melalui analisa data-data primer dan sekunder.
a. Mahasiswa mampu mencari akar penyebab masalah dan menentukan prioritas
penyebab masalah.
b. Melatih kemandirian mahasiswa dalam melakukan upaya menyelesaikan masalah
kesehatan yang terjadi.
4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Hipertensi

Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan diukur paling
tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Seseorang dianggap mengalami hipertensi apabila
tekanan darahnya lebih tinggi dari 140/90 mmHg (Dariyo, 2019).

Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2018), Hipertensi adalah sebagai
peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90
mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita penyakit jantung, tetapi juga
menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan pembuluh darah dan makin tinggi
tekanan darah, makin besar resikonya.

Sedangkan menurut Hananta I.P.Y., & Freitag H. (2019), Hipertensi adalah suatu
peningkatan abnormal tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih
dari suatu periode. Hipertensi dipengaruhi oleh faktor risiko ganda, baik yang bersifat
endogen seperti usia, jenis kelamin dan genetik/keturunan, maupun yang bersifat eksogen
seperti obesitas, konsumsi garam, rokok dan kopi.

Menurut American Heart Association atau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi
merupakan silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan
hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepala atau rasa berat
ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga
berdenging atau tinnitus dan mimisan.

B. Etiologi Hipertensi

Berdasarkan penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan (Ardiansyah M., 2019) :

1. Hipertensi primer (esensial)


5

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak
diketahui penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan
berkembangnya hipertensi esensial diantaranya :
a. Genetik
Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan
penyakit hipertensi.
b. Jenis kelamin dan usia
Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko tinggi
mengalami penyakit hipertensi.
c. Diet konsumsi tinggi garam atau kandungan lemak.
Konsumsi garam yang tinggi atau konsumsi makanan dengan kandungan lemak
yang tinggi secara langsung berkaitan dengan berkembangnya penyakit hipertensi.
d. Berat badan obesitas
Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan dengan
berkembangnya hipertensi.
e. Gaya hidup merokok dan konsumsi alkohol
Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan dengan berkembangnya
hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam keduanya.
2. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya. Hipertensi


sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :

a. Coarctationaorta,
Yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat
pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat
menghambat aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area
kontriksi.
b. Penyakit parenkim dan vaskular ginjal.
Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab hipertensi sekunder. Hipertensi
renovaskuler berhubungan dengan penyempitan. Satu atau lebih arteri besar, yang
secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi arteri renal pada pasien
dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia (pertumbuhan
abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.
6

c. Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen).


Kontrasepsi secara oral yang memiliki kandungan esterogen dapat menyebabkan
terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediate volume expantion.
Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal setelah beberapa bulan
penghentian oral kontrasepsi.
d. Gangguan endokrin.
Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan hipertensi
sekunder. Adrenal-mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,
kortisol, dan katekolamin.
e. Kegemukan (obesitas) dan malas berolahraga.
f. Stres, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk sementara
waktu.
g. Merokok.

Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan katekolamin


mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta menyebabkan
vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau
tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160 mmHg dan
tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan-
perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2019):

a. Elastisitas dinding aorta menurun.


b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas
pembuluh darah perifer untuk oksigenasi.
e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.
7
C. Klasifikasi Hipertensi

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. 2019), klasifikasi


hipertensi klinis berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolik yaitu :

No. Kategori Sistolik Diastolik


1. Optimal <120 <80
2. Normal 120-129 80-84
3. High Normal 130-139 85-89
4. Hipertensi
5. Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6. Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7. Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8. Grade 4 (sangat berat) ≥210 ≥210

Sumber : Tambayong dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2019).

Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2019) klasifikasi


hipertensi adalah :

a. Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan
diastolik kurang atau sama dengan 90 mmHg.
b. Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg da n
diastolik 91-94 mmHg.
c. Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160
mmHg dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Manifestasi Klinis Hipertensi menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H.,
2019), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi
8
arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.

2. Gejala yang lazim


Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala
dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan
pasien yang mencari pertolongan medis.

Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :

a. Mengeluh sakit kepala, pusing


b. Lemas, kelelahan
c. Sesak nafas
d. Gelisah
e. Mual
f. Muntah
g. Epistaksis
h. Kesadaran menurun

Faktor-Faktor Risiko Hipertensi menurut Aulia, R. (2019), faktor risiko hipertensi dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu :

1. Faktor yang tidak dapat diubah

Faktor yang tidak dapat berubaha adalah :

a. Riwayat Keluarga

Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak kandung/saudara kandung,
kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena hipertensi.

b. Usia

Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki


meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih
dari 55 tahun.

c. Jenis Kelamin
Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita.
9
d. Ras/etnik

Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi banyak
ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
Faktor yang dapat diubah

Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi antara lain yaitu :

a. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam rokok terdapat
kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan
diedarkan ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk
melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa
jantung bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi (Murni dalam Andrea,
G.Y., 2019).

b. Kurang aktifitas fisik

Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
memerlukan pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko
independen untuk penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan
kematian secara global (Iswahyuni, S., 2017).

c. Konsumsi Alkohol

Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat
meningkatkan keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa
darah lebih kuat lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi (Komaling, J.K., Suba, B.,
Wongkar, D., 2019). Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi alkohol dapat meningkatkan
tekanan darah.

d. Kebiasaan minum kopi

Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk peningkatan


tekanan darah dan kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol,
kalium, dan kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein.
Kafein didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu produksi hormon adrenalin yang 10
berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang mengakibatkan peningkatan tekanan
darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan dalam 5-30 menit dan bertahan hingga
12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y., 2019).

e. Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam


Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak. Konsumsi garam
secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S.,
Kurniasari, M.D., Kiha, R.R. (2019), natrium merupakan kation utama dalam cairan
ekstraseluler tubuh yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih
dapat mengganggu keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan
hipertensi.

f. Kebiasaan konsumsi makanan lemak

Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2019), lemak didalam
makanan atau hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kholesterol darah,
terutama lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian
dengan peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

Komplikasi Hipertensi Menurut Ardiansyah, M. (2012) komplikasi dari hipertensi


adalah :

1. Stoke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus yang
terlepas dari pembuluh nonotak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri
yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga
aliran darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat
melemah dan meningkatkan terbentuknya aneurisma.

2. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada
menyuplai cukup oksigen ke miokardium apabila berlebih dapat mengganggu keseimbangan
cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.

11

D. Keluarga

a. Definisi
Menurut Friedman (dalam Setiana, I.A., 2019), keluarga adalah dua atau lebih dari
dua individu yang bergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau
pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan
didalam perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan.

b. Bentuk Keluarga

Menurut Effendy (dalam Bangga D. F., 2015), bentuk keluarga adalah :

1. Keluarga Inti (nuclear family), merupakan keluarga yang dibentuk karena ikatan
perkawinan yang direncanakan dan terdiri dari suami, istri, dan anak-anak, bak
dilahirkan secara natural ataupun diadopsi.
2. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang
dilahirkan.
3. .Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti yang ditambah dengan
keluarga lain (karena ada hubungan darah) misalnya, kakek, nenek, bibi, paman,
sepupu.
4. Keluarga modern adalah keluarga dengan orang tua tunggal, keluarga tanpa anak,
serta keluarga pasangan sejenis (gay/lesbian family).
5. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
6. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk karena perceraian
dan atau kematian pasangan yang dicintai
7. Keluarga komposit (composite family) adalah keluarga dari perkawinan poligami dan
hidup bersama.
8. Keluarga kohabitasi (cohabitation) adalah adalah dua orang menjadi satu keluarga
tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak.
9. Keluarga inses (incest family) adalah seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan
pengaruh informasi dari berbagai tempat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim ,
misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya.
10. Keluarga tradisional dan non tradisional adalah keluarga tradisional terikat oleh
12
perkawinan, sedangkan keluarga non tradisional tidak terikat perkawinan.
E. Struktur
Menurut Friedman (dalam Bakri M.H., 2015) menjelaskan bahwa struktur dalam keluarga
terbagi menjadi empat, yaitu pola komunikasi, struktur peran, struktur kekuatan dan nilai-
nilai keluarga.

F. Fungsi Keluarga

Menurut Friedman (dalam Setiana, I.A., 2016) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 bagian
yaitu :

1) Fungsi afektif

Fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk Mempersiapkan
anggotanya berhubungan dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi

Fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan social sebelum
meninggalkan rumah berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3) Fungsi reproduksi

Fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan hidup keluarga.

4) Fungsi ekonomi

Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarganya secara ekonomi dan


tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk
memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan kesehatan

Fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap


memiliki produktifitas tinggi. Selain menyediakan makanan, pakaian dan rumah keluarga
juga berfungsi melakukan asuhan kesehatan kepada anggota keluarga baik untuk mencegah
terjadinya gangguan maupun merawat anggota keluarga yang sakit.
13
6) Fungsi Keluarga dalam Kesehatan

Menurut Bakri M.H. (2019), keluarga merupakan perawat primer bagi anggotanya.
Fungsi ini penting untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap
memiliki produktivitas tinggi.
G. Konsep Kemandirian Keluarga

Menurut Anwar (2020), mengartikan kemandirian merupakan suatu keadaan dimana


seseorang yang memiliki kemauan dan kemampuan berupaya untuk memenuhi tuntutan
kebutuhan hidupnya secara sah, wajar dan bertanggung jawab terhadap segala hal yang
dilakukan, namun demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri bebas lepas tidak
memiliki kaitan dengan orang lain.

Menurut Makhfudli (2019), ada beberapa kriteria kemandirian keluarga berdasarkan


tingkat kemandirian , diantaranya :

a. Menerima petugas kesehatan

b. Menerima pelayanan kesehatan sesuai rencana keperawatan keluarga

c. Keluarga tahu dan dapat mengungkapan masalah kesehatannya dengan benar

d. Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan sesuai


anjuran

e. Melakukan tindakan keperawatan sederhana sesuai anjuran ,6) melakukan tindakan


pencegahan secara aktif , dan 7) keluarga mampu melakukan tindakan promotif secara aktif.

Friedman (2019) dalam Zulfitri (2020) menyatakan bahwa apabila 5 tugas kesehatan
keluarga terpenuhi, maka keluarga tersebut sudah menunjukan kemandirian keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan pada anggota keluarganya, meliputi: pertama, keluarga
diharapkan mampu mengenal berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota
keluarga. Kedua, keluarga mampu memutuskan tindakan keperawatan yang tepat dalam
mengatasi berbagai masalah kesehatan yang dialami oleh seluruh anggota keluarga. Ketiga,
keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat sehari- hari dirumah. Keempat, keluarga
dapat menciptakan dan memodifikasi lingkungan rumah yang dapat mendukung dan
meningkatkan kesehatan seluruh anggota keluarganya. Kelima , adalah keluarga diharapkan
mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan untuk mengontrol kesehatan dan mengobati
masalah kesehatan yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keluarga. 14

Adapun begitu, terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi kemandirian keluarga


dalam kehidupan sehari-hari dalam mengambil keputusan terhadap perkembangan keluarga
maupun mengambil keputusan terhadap upaya pemeliharaan kesehatan, berikut adalah faktor-
faktor yang mempengaruhi kemandirian keluarga.

H. Kemandirian Dipengaruhi Oleh Nilai-Nilai Yang ada dalam keluarga

Ada beberapa variable atau faktor penting yang sangat mempengaruhi nilai- nilai
dalam keluarga. Nilai dan sistem keyakinan keluarga membentuk pola perilaku terhadap
masalah kesehatan yang mereka hadapi. Maka dari itu nilai-nilai yang ada dalam keluarga
sangat mempengaruhi kemandirian keluarga. Berikut variabel tersebut menurut Friedman
(2020);

a. Sosial Ekonomi :

Karena status sosial ekonomi keluarga membentuk gaya hidup keluarga status ini juga
merupakan faktor yang sangat kuat didalam nilai keluarga, nilai ini dominan dari masyarakat
berbeda-beda. Terkait dengan dimensi waktu, keluarga miskin lebih berorientasi pada masa
kini daripada kelas menengah. Diantara beberapa keluarga miskin misalnya waktu dan
perjanjian dipersiapkan sebagai sesuatu yang fleksibel artinya kegiatan dimulai jika semua
orang yang terlibat sudah sampai sebaliknya keluarga kelas memengah, menganut nilai waktu
yang dominan dan mengharapkan ketepatan waktu serta ketrampilan manajemen waktu yang
baik (Friedman, 2019).

b. Etnis

Latar belakang etnik memberikan perbedaan yang besar dalam memandang


pentingnya suatu nilai dalam keluarga. Contohnya: keluarga irlandia-amerika menempatkan
nilai yang tinggi pada kemandirian. Kebudayaan irlandia penuh dengan ungkapan yang
menggambarkan pentingnya tersebut anda sudah merapikan tempat tidur, yang
mengungkapkan arti bahwa anggota keluarga yang sudah menikah tidak boleh membawa
masalah rumah tangga mereka kepada orang tua. Sebaliknya, keluarga Italia-Amerika akan
sulit mebayangkan ungkapan tersebut (Friedman, 2019). 15

c. Letak Geografis

Dalam hal tempat tinggal penduduk desa dan kota, penduduk desa cenderung lebih
tradisional dan konservatif daripada penduduk urban dan suburban. Masyarakat sebagian
menengah, dan biasanya lebih mendukung nilai kebudayaan kelas menengah penduduk
urban. Sebaliknya , masyarakat urban, teridiri dari beragam macam populasi, pada umumnya
terdiri dari keluarga yang berasal dari beragam kelas social , dan dari bermacam etnik serta
kelompok rasial, jadi keluarga urban biasanya menunjukkan perbedaan nilai yang besar,
meskipun secara umum cenderung memilih pandangan social dan politik yang lebih liberal
(Friedman, 2019).

d. Perbedaan generasi

Variable lain yang mempengaruhi nilai dan norma keluarga adalah pada generasi
manakah anggota tersebut hidup. Contohnya di amerika serikat ada system nilai generasi .
kebanyakan nilai inti juga dapat berubah karena pergeseran nilai yang berlaku dalam
masyarakat (Fridman, 2019).

I. Kemandirian Dipengaruhi Oleh Perkembangan Perilaku Perawatan Diri


Keluarga

Gray (2019) dalam friedman (2019) menulis bahwa perilaku perawatan diri keluarga
dapat berkembang lewat perpaduan pengalaman social dan kognitif yang telah dipelajari
melalui hubungan interpersonal, komunikasi dan budaya yang unik pada setiap keluarga.

a. Interpersonal

Anggota keluarga, baik secara individu atau kelompok, dapat melakukan atau
menjalankan keharusan perawatan diri yang meliputi sikap mengenai kesehatan mereka dan
kemampuan mereka untuk melaksanakan perilaku perawatan diri terhadap anggota
keluarganya yang memiliki masalah kesehatan. Keluarga mempengaruhi pengenalan dan
interpretasi gejala penyakit anggota keluarganya.

Sebagai sebuah unit dasar di dalam masyarakat, keluarga membentuk dan dibentuk oleh
kekuatan dari luar yang ada disekitarnya. Keluarga telah menunjukkan ketahanan dan
adaptasi yang luar biasa terhadap anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan,
oleh karena itu faktor yang sangat mempengaruhi individu dapat mencapai adaptasi dalam
perubahan status kesehatannya sangat dipengaruhi oleh dari luar dirinya yaitu keluarga dan
masyarakat sekelilingnya.
16

b. Komunikasi

Komunikasi keluarga dikonsepsualisasikan sebagai salah satu dari empat dimensi


struktur dari system keluarga, beserta kekuasaan , peran dan pengambilan keputusan serta
dimensi struktur nilai. Struktur keluarga dan proses komunikasi terkait memfasilitasi
pencapaian fungksi keluarga, selain itu pola komunikasi didalam system keluarga
mencerminkan peran dan hubungan anggota keluarga.

Komunikasi memerlukan pengirim, saluran dan penerima pesan serta interaksi antara
pengirim dan penerima. Pengirim dan penerima. Pengirim adalah seseorang yang
mencoba untuk memindahkan suatu pesan kepada orang lain, penerima adalah sasaran
dari pesan yang dikirmkan saluran merupakan rute/perjalanan pesan. Karakteristik kunci
keluarga yang sehat adalah komunikasi yang jelas dan kemampuan untuk saling
mendengarkan. Komunikasi yang baik diperlukan untuk membina dan memelihara
hubungan penuh rasa cinta.

c. Budaya

Orientasi atau latar belakang kebudayaan keluarga dapat menjadi variable yang paling
berhubungan dengan memahami prilaku keluarga. System nilai dan fungsi keluarga.
Karena kebudayaan menembus dan mengitari tindakan individu. Keluarga dan social,
konsekuensinya pervasive dan implikasi pada praktik menjadi luas. Professional
kesehatan harus menyadari keunikan kualitas yang khusus, bermacam gaya hidup ,
struktur dalam kebudayaan keluarga, karena itu posisi budaya sangat penting dan
merupakan karakter yang unik.

J. Penilaian Kemandirian Keluarga

Menurut Makhfudli (2019), kemandirian keluarga dalam program Perawatan


Kesehatan dibagi menjadi empat tingkat dari keluarga mandiri tingkat satu (paling rendah)
sampai keluarga mandiri tingkat empat (paling tinggi).

a. Keluarga Mandiri Tingkat I


1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas. 17

2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan


rencana keperawatan.
b. Keluarga Mandiri Tingkat II
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
4. Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif.
5. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
c. Keluarga Mandiri Tingkat III
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
4. Memanfaatkan pelayanan kesehatan secara aktif.
5. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
d. Keluarga Mandiri Tingkat IV
1. Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas.
2. Menerima pelayanan keperawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan.
3. Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara benar.
4. Memanfaatkan fasilitas kesehatan secara aktif.
5. Melakukan perawatan sederhana sesuai yang dianjurkan.
6. Psikoterapi individual.
7. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif.
8. Rehabilitasi psikiatri.
9. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif.
10. Latihan keterampilan social.

18

K. Penyuluhan
1. Pengertian Penyuluhan
Penyuluhan merupakan cara pendidikan non-formal bagi masyarakat,
khususnya untuk para petani dan keluarganya di pedesaan dengan tujuan agar sasaran
mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki usaha taninya, sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraan peternak. Pendapat Mardikanto penyuluhan merupakan sistem belajar untuk
menjadi mau, tahu, dan bisa menyelesaikan masalah yang dihadapi (Mardikanto, 2019).
Tujuan dari penyuluhan pertanian adalah menumbuhkan perubahan perilaku petani dan
keluarganya, sehingga akan tumbuh minat untuk mengembangkan kemauan guna
melaksanakan kegiatan usaha taninya agar tercapai produktivitas usaha yang tinggi.
Perubahan perilaku yang ada diharapkan petani lebih terbuka dalam menerima petunjuk dan
bimbingan serta lebih aktif dan dinamis dalam melaksanakan usaha taninya (Azwar,S. 2019).

Penyuluhan juga dapat diartikan sebagai perubahan perilaku (sikap, pengetahuan dan
keterampilan) petani, sehingga fungsi penyuluhan dapat tercapai, yaitu sebagai penyebar
inovasi, penghubung antara petani, penyuluh dan lembaga penelitian, melaksanakan proses
pendidikan khusus, yaitu pendidikan praktis dalam bidang pertanian dan mengubah perilaku
lebih menguntungkan (Levis, 2019). Penyuluhan pertanian sebenarnya merupakan perubahan
perilaku melalui pendidikan non-formal. Penyuluhan sebagai proses pendidikan memiliki
ciri-ciri antara lain:

a. Penyuluhan adalah sistem pendidikan non-formal (di luar sekolah) yang terencana,
dapat dilakukan di mana saja, tidak terikat waktu, disesuaikan dengan kebutuhan
sasaran dan pendidikan dapat berasal dari salah satu anggota peserta didik.
b. Penyuluhan merupakan pendidikan orang dewasa.

Menurut Mardikanto (2016), tujuan penyuluhan berdasarkan tingkatannya meliputi :

a. Tujuan dasar atau tujuan akhir yang seharusnya terjadi di dalam masyarakat, yaitu
tercapainya kesejahteraan masyarakat.
b. Tujuan umum, seperti perubahan sikap, ketrampilan, dan pengetahuan demi
meningkatkan keluarga sadar hipertensi.
c. Tujuan pedoman, yaitu arah tujuan dari kegiatan penyuluhan itu sendiri.

19
2. Metode Penyuluhan

Pemilihan metode penyuluhan tergantung dari tujuan yang akan di capai dari
penyuluhan tersebut. Metode dalam upaya penyuluhan kesehatan masyarakat dapat
dikelompokkan dalam dua metode sebagai berikut :
a. Metode Didaktif

Metode didakatif merupakan metode penyuluhan dimana yang aktif adalah orang
yang melakukan penyuluhan kesehatan, sedangkan sasaran bersifat pasif. Contoh metode
didaktif :

1) Langsung

Ceramah Metode ceramah merupakan metode pertemuan yang sering digunakan.


Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun yang berpendidikan
rendah.

2) Tidak langsung

a) Media Visual (Poster)

Bentuk media cetak yang berisi informasi kesehatan yang biasanya terpampang di
tempat-tempat umum atau di kendaraan umum.

b) Media Cetak (majalah, surat kabar)

Media cetak sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan, biasanya


dimuat menggunakan majalah, surat kabar, dll.

c) Media video

Media pembelajaran meliputi alat yang scara fisik digunakan untuk menyampaikan
pesan kesehatan, biasannya dimuat menggunakan paduan antara gambar dan suara
membentuk karakter sama dengan objek aslinya (Setiawati, 2012). Pesan yang disajikan
video dapat berupa fakta (kejadian/peristiwa penting, berita) maupun fiktif (misal cerita)
dapat pula bersifat informatif, edukatif, maupun intruksional. Video dapat menggambarkan
suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video
dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit,
dan mempengaruhi sikap. (Kustandi, 2011)
20
b. Metode Sokratik

Metode sokratik merupakan metode penyuluhan dimana sasaran ikut aktif dalam
proses belajar mengajar sehingga. Contoh metode sokratik:
1) Langsung

b) Diskusi

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi
dalam diskusi, maka formasi duduk peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat
berhadapan atau saling memandang satu sama lain. Untuk memulai diskusi, pemimpin
diskusi harus memberikan pancingan yang berupa pertanyaan-pertanyaan atau kasus yang
sehubungan dengan topik yang dibahas.

c) Curah pendapat

Metode ini merupakan modifikasi metode diskusi kelompok. Prinsipnya sama dengan
metode diskusi. Bedanya terletak pada permulaan pemimpin kelompok memancing dengan
satu masalah dan kemudian peserta memberikan jawaban atau tanggapan.

3) Demonstrasi

Metode demonstrasi adalah salah satu cara penyajian pengertian atau ide yang
dipersiapkan dengan teliti untuk memperlihatkan bagaimana cara melaksanakan suatu
tindakan, adegan atau menggunakan suatu prosedur. Metode demonstrasi merupakan
pembelajaran dengan menggunakan dan mempertunjukkan kepada subjek tertentu.

3. Media Penyuluhan

Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara


menyebarkan informasi-informasi pesan, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat
sadar, tahu dan mengerti, tetapi juga mau dan bias melakukan suatu anjuran yang ada
hubungannya dengan kesehatan serta terjadi peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (Notoatmodjo, 2012). Media dapat menghindari kesalahan persepsi, memperjelas
informasi, dan mempermudah pengertian. Media promosi kesehatan pada hakikatnya adalah
alat bantu promosi kesehatan. Dengan demikian, sasaran dapat mempelajari pesan- pesan
kesehatan dan mampu memutuskan mengadopsi perilaku sesuai dengan pesan yang
disampaikan. Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan-pesan kesehatan, media
dibagi menjadi 3 (tiga) yakni: 21

a. Media cetak sebagai alat untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yaitu:


1) Flip chart (lembar balik) ialah media penyampaian pesan kesehatan dalam bentuk lembar
balik, dimana tiap lembar berisi gambar peragaan dan dibaliknya berisi informasi yang
berkaitan dengan gambar tersebut.

2) Booklet ialah pesan-pesan kesehatan dalam bentuk buku, baik tulisan maupun gambar

3) Poster ialah lembaran kertas dengan kata-kata dan gambar atau simbol untuk
menyampaikan pesan/ informasi kesehatan.

4) Leaflet ialah penyampaian informasi kesehatan dalam bentuk kalimat, gambar ataupun
kombinasi melalui lembaran yang dilipat.

5) Flyer (selebaran) seperti leaflet tapi tidak dalam bentuk lipatan.

b. Media elektronik sebagai saluran untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan memiliki


jenis yang berbeda, antara lain:

1) Televisi: penyampaian informasi kesehatan dapat dalam bentuk sandiwara, diskusi, kuis,
cerdas cermat seputar masalah kesehatan.

2) Radio: penyampaian pesan-pesan kesehatan dalam bentuk tanya jawab, sandiwara radio,
ceramah tentang kesehatan.

3) Video: penyampaian informasi kesehatan dengan pemutaran video yang berhubungan


dengan kesehatan.

4) Slide dan Film strip.

c. Media papan (Bill Board)

Dipasang di tempat umum dapat diisi dengan pesan kesehatan. Media papan disini
juga mencakup pesan kesehatan yang ditulis pada lembaran seng yang ditempel pada
kendaraan-kendaraan umum. Berbagai penelitian telah dilakukan dengan menggunakan
media untuk mengubah perilaku, hasilnya media mampu memenuhi sasarannya.

22

BAB III
ANALISA SITUASI

A. Kondisi Geografis Puskesmas Ardimulyo

Gambar III.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas Ardimulyo

Luas Puskesmas Ardimulyo adalah 66,16 km2 yang terletak antara Bujur Timur
112.678233 dan Lintang Selatan -7.87315. Posisi Puskesmas Ardimulyo terletak pada
ketinggian 487 meter dari permukaan laut, dengan kondisi daerah dataran rendah (lembah)
sedangkan daerah dataran tinggi perbukitan dan penggunungan pada ketinggian 500-3600
meter dari permukaan laut, Lereng Gunung Tumpuk, Lereng Gunung Arjuno. Adapun batas
wilayah sebagai berikut :

d. Batas Wilayah Kerja Puskesmas Ardimulyo :


1) Sebelah Utara : Desa Randuagung
2) Sebelah Timur : Desa Wonorejo
3) Sebelah Selatan : Desa Purwoasri, Desa Banjararum
4) Sebelah Barat : Desa Toyomarto

e. Wilayah Administrasi Kerja Puskesmas Ardimulyo :


23

1) Terdiri dari : 66,16 Km2


2) Jumlah Desa/Kelurahan: 7 desa/ 1 Kelurahan
3) Jumlah Rukun Warga : 61 RW
4) Jumlah Rukun Tetangga : 378 RT
5) Daratan : 88 %
6) Pegunungan : 16 %

1. Kondisi Demografi Puskesmas Ardimulyo

Penduduk mempunyai peranan penting dalam pembangunan suatu wilayah. Data


kependudukan merupakan salah satu informasi yang sangat perlu diperhatikan. Jumlah
penduduk berdasarkan proyeksi penduduk oleh Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk
Puskesmas Ardimulyo tahun 2020 sebanyak 78.898 jiwa, terdiri dari laki – laki 39.688 jiwa
dan perempuan 39.210 jiwa.

Tabel III.1 Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Ardimulyo tahun 2020.

NAMA JUMLAH PENDUDUK TOTAL


DESA/KELURAHAN P L
Ardimulyo 5461 5397 10.858
Randuagung 8465 8399 16.864
Toyomarto 6447 6380 12.827
Losari 2670 2616 10.858
Tamanharjo 4009 3955 16.864
Baturetno 4619 4558 9.177
Dengkol 4975 4914 9.889
Wonorejo 3042 2991 6.033
TOTAL 39.688 39.210 78.898
Sumber Data : Data Statistik Puskesmas Ardimulyo 2020

Jumlah RT, RW dan KK di Desa/Kelurahan cakupan Puskesmas Ardimulyo,


dijelaskan dalam tabel berikut:

25

Tabel III.2 Jumlah RT, RW dan KK

Desa/Kelurahan RW RT KK
Ardimulyo 8 51 3.025
Randuagung 13 77 4.851
Toyomarto 7 55 3.815
Losari 5 24 1.432
Tamanharjo 6 46 2.311
Baturetno 4 34 2.094
Dengkol 11 64 3.284
Wonorejo 7 18 2.115
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan di Desa/Kelurahan wilayah
Puskesmas Ardimulyo, dijelaskan dalam tabel berikut :

Tabel III.3 Jumlah sarana dan prasarana pendidikan

No JENIS JUMLAH
1. SD / MI 31
2. SMP / MTs 9
3. SLTA / MA 6
4 PONDOK PESANTREN 3

B. Analisis Situasi Khusus


1) Tenaga Kesehatan di Puskesmas Ardimulyo

Kondisi tenaga kesehatan, sarana dan prasarana, UKBM (Upaya Kesehatan


Bersumberdaya Masyarakat), dan masalah kesehatan di wilayah Puskesmas Ardimulyo,
sebagai berikut:

Tenaga Kesehatan di Puskesmas Ardimulyo:

a. Dokter Umum : 2 orang


b. Dokter Gigi : 1 orang
c. Bidan : 16 orang
d. Perawat : 18 orang
e. Kesehatan Masyarakat : 1 orang
f. Gizi : 1 orang
g. Tenaga Teknis Kefarmasian : 2 orang
26
2) Fasilitas Kesehatan di Puskesmas Ardimulyo
a. Puskesmas Rawat Inap : 1 buah
b. Fasilitas Tempat Tidur : 8 buah
c. Puskesmas Non-Rawat Inap : 1 buah
d. Puskesmas Keliling : 2 buah
e. Puskesmas Pembantu : 2 buah
f. Posyandu Balita : 64 buah
g. Posyandu Lansia : 31 buah
h. Posyandu Jiwa : 1 buah

C. Masalah Kesehatan Umum

Berdasarkan cakupan data PKP tahun 2020 di Puskesmas Ardimulyo, sebagaimana tabel
di bawah ini :

Tabel III.4 Cakupan Indikator UKM Esensial tahun 2020 Puskesmas


Ardimulyo.
27

PROGRAM TARGET CAKUPA KESENJANGAN


(%) N (%) (%)

1 Rumah tangga yang dikaji 100 88 -12

Promosi kesehatan program


2 prioritas di Sekolah ( SD dan 100 77 -23
SMP )

TPM yang memenuhi syarat


3 100 70 30
kesehatan

4 Pembinaan sanitasi perumahan 100 40 -11

5 Konseling Sanitasi 100 10 -12

Pelayanan kesehatan Anak pra


6 100 82 -5
sekolah (60 - 72 bulan)

.KB aktif (Contraceptive


7 100 70 -23
Prevalence Rate/ CPR)

ISPA ( Infeksi Saluran


8 100 100 0
Pernapasan Atas)

9 Kusta 100 51 -49

10 TBC Paru 100 95 -5

Pencegahan dan
11 Penanggulangan PMS dan 100 75 -25
HIV/AIDS

Pencegahan dan
12 100 0 -100
Penanggulangan Rabies

13 Pelayanan Imunisasi 100 91 -9

Pengamatan Penyakit
14 100 85 -15
(Surveillance Epidemiology)

Pencegahan dan Pengendalian


15 100 30 -70
Penyakit Tidak Menular
Tabel 3.5 Program UKM Pengembangan (PKP, 2020).

NO. PROGRAM TARGET CAKUPA KESENJANGAN


(%) N (%) (%)

Pelayanan Keperawatan
1 Kesehatan Masyarakat 100 72 -28
( Perkesmas)

2 Pelayanan Kesehatan Jiwa 100 87 -13

Pelayanan Kesehatan Gigi


3 100 100 0
Masyarakat

4 Pelayanan Kesehatan Indera 100 100 0

5 Pelayanan Kesehatan Lansia 100 76 -24


28
6 Pelayanan Kesehatan Kerja 100 100 0

7 kesehatan Olah Raga 100 100 0

8 Kesehatan Matra 100 100 0

9 Kefarmasian 100 100 0

D. PROFIL DESA RANDUAGUNG


1. Kondisi Geografis Desa Randuagung

Desa randuagung adalah salah satu desa yang terleta di Kecamatan singosari, terletak di
Kabupaten malang Jawa timur. Dengan jumlah penduduk 16.580 jiwa dan luas daerah 580
hektar. Desa randuagung singosari terbagi menjadi dusun yaitu dusun gondang, dusun
Krajan, dan dusun randutelu. Batas Wilayah desa randuagung :

1. Sebelah barat : Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten


Malang
2. Sebelah selatan : Desa Ardimulyo, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang
3. Sebelah utara : Desa Bedali, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang
4. Sebelah Timur : Desa Baturetno, Kecamatan Singosari, Kabupaten
Malang

Wilayah desa Randuagung merupakan salah satu wilayah di Kecamatan singosari


Kabupaten malang, dimana suatu wilayah yang sangat strategis untuk pertanian. Mayoritas
penduduk melakukan pekerjaan pertanian dan peternakan.
29

BAB IV

IDENTIFIKASI MASALAH DAN PEMECAHAN MASALAH

A. Identifikasi Prioritas Masalah

Berdasarkan laporan data hasil Penilaian Kinerja Puskesmas (PKP) dan Upaya
pelayanan Kesehatan masyarakat pada tahun 2020 di Puskesmas Ardimulyo. Ditemukan
beberapa masalah dari yang dihadapi oleh Puskesmas Ardimulyo, antara lain:

1. Kepala Keluarga yang rawan Kesehatan hipertensi yang mendapat asuhan


Keperawatan (home care) hanya mencapai target 10,1% sedangan target yang
ditetapkan 70%.
2. Deteksi dini factor resiko PTM usia > 15 tahun hanya mencapai target 35% sedangan
target yang ditetapkan 80%.
3. Pengajian PHBS hanya mencapai target 20% sedangan target yang ditetapkan 100%.
4. SAB yang memenuhi syarat kesehatan mencapai target 71% sedangan target yang
ditetapkan 87%.
5. Penderita Hipertensi melakukan pengobatan teratur mencapai target 13,32% sedangan
target yang ditetapkan 100%.
6. Penanganan Kompliasi neonatus mencapai target 62% sedangan target yang
ditetapkan 80%.
7. Puskesmas dan jejaringnya/faskes di wilayahnya melayani upaya berhenti merokok
mencapai target 0% sedangan target yang ditetapkan 50%.
8. Bumil yang mendapat pelayanan kesehatan gigi mencapai target 21,7% sedangan
target yang ditetapkan 100%.
9. Orang dengan risiko terinfeksi HIV mendapatkan pelayanan deteksi dini HIV sesuai
standart mencapai target 51% sedangan target yang ditetapkan 100%.
10. Penimbangan balita mencapai target 53% sedangan target yang ditetapkan 100%.
30

Tabel 4.1 Identifikasi Masalah

N INDIKATOR TARGET CAPAIAN SELISIH RUMUSAN MASALAH


O (%) (%) (%)
1 Kepala Keluarga yang rawan 70% 10,1% 59,9% Masih terdapat 59,9% dari target sasaran yang
Kesehatan yang mendapat belum mendapatkan asuhan Keperawatan
asuhan keperawatan Kesehatan Masyarakat ( Perkesmas)
2 Deteksi dini factor resiko 80% 35% 45% Masih ada 35% dari taget sasaran yang belum ter
PTM usia > 15 tahun Deteksi dini factor resiko PTM usia > 15 tahun

3 Pengajian PHBS 100% 20% 80% Masih terdapat 20% dari target sasaran yang
belum mendapatkan Pengajian PHBS
4 Peserta KB Baru 30% 6,7% 23,3% Masih terdapat 3,3% dari target sasaran yang
belum mendapatkan peserta KB baru
5 Penderita Hipertensi 100% 13,32% 86,68% Masih terdapat 13,32% dari target sasaran
melakukan pengobatan Penderita Hipertensi melakukan pengobatan
teratur teratur
6 Penanganan Kompliasi 80% 62% 18% Masih terdapat 18% dari target sasaran yang
neonatus belum mendapatkan Penanganan Kompliasi
neonatus
7 Puskesmas dan 50% 0% 50% Masih terdapat 50% dari target sasaran yang
jejaringnya/faskes di belum mendapatkan upaya berhenti merokok
wilayahnya melayani upaya
berhenti merokok
8 Bumil yang mendapat 100% 21,7% 78,3% Masih terdapat 78,3% dari target sasaran bumil
pelayanan kesehatan gigi yang belum mendapatkan pelayanan kesehatan
gigi.
9 Orang dengan risiko 100% 51% 49% Masih terdapat 49% dari target sasaran yang
terinfeksi HIV mendapatkan belum mendapatkan pel[ayanan deteksi dini HIV
pelayanan deteksi dini HIV sesuai standart.
sesuai standart
31

10 Penimbangan balita 80% 53% 27% Masih terdapat 27% dari target sasaran yang
belum mendapatkan Penimbangan balita

B. Prioritas Masalah

Dari beberapa masalah yang telah dikumpulkan, dipilih satu masalah sebagai prioritas masalah dengan menggunakan metode Urgency,
Seriousness, Growth (USG).

1. Urgency : dilihat dari tersedianya waktu, mendesak atau tidak masalah tersebut diselesaikan.
2. Seriousness : dilihat dari dampak masalah tersebut terhadap produktifitas kerja, pengaruh terhadap keberhasilan dan membahayakan
system atau tidak.
3. Growth : dilihat dari kemungkinan masalah tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan masalah penyebabakan makin
memburuk bila dibiarkan.

Keterangan skor :

Skor 1 : Sangat kecil

Skor 2 : Kecil

Skor 3 : Sedang

Skor 4 : Besar

Skor 5 : Sangat besar


32

Tabel 4.1.1 Penentuan Prioritas Masalah dengan Menggunakan Metode USG

No MASALAH U S G TOTAL RANGKING

P1 P2 P3 Total P1 P2 P3 Total P1 P2 P3 Total

1 Kepala Keluarga 2 2 1 5 2 2 2 6 2 2 2 6 17 1
yang raWan
Kesehatan yang
mendapat asuhan
KeperaWatan
2 Deteksi dini factor 1 1 1 3 2 1 1 4 1 1 2 4 11 7
resiko PTM usia >
15 tahun

3 Pengajian PHBS 1 1 1 3 2 2 2 6 2 2 2 6 13 5
4 SAB yang 2 1 3 6 1 1 1 3 2 2 2 6 14 4
memenuhi syarat
kesehatan
5 Penderita 1 1 1 3 1 1 2 4 2 2 1 5 12 6
Hipertensi
melakukan
pengobatan teratur
6 Penanganan 1 1 1 3 1 1 1 3 1 1 1 3 9 9
Kompliasi
neonatus
7 Puskesmas dan 1 1 1 3 1 2 1 4 1 1 1 3 10 8
jejaringnya/faskes
di wilayahnya
melayani upaya
berhenti merokok
8 Orang dengan risiko 1 3 2 6 1 1 1 3 2 2 2 4 15 3
terinfeksi HIV
mendapatkan
pelayanan deteksi
dini HIV
9 Bumil yang 1 1 1 3 1 0 1 2 1 1 1 3 8 10
mendapat
pelayanan
kesehatan gigi
10 Penimbangan balita 2 2 1 5 2 1 2 5 2 2 2 5 16 2
34

P1 : drg. Sulvi Muawanah (PJ Mutu)

P2 :Bu Titin., Amd.Keb (PJ UKM Pengembangan)

P3 : Bu Luluk., Amd.Keb (PJ UKM Esensial)

Berdasarkan metode USG diatas, maka prioritas masalahnya adalah Masih terdapat
59,9% dari target sasaran yang belum mendapatkan asuhan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat.

B. Penyebab Masalah

Dari prioritas masalah tersebut dilakukan brainstorming bersama partisipan untuk


mencari penyebab masalah seperti tergambar dalam diagram tulang ian di bawah ini :
35

Manusia Metode
Kurangnya tingkat
kemandirian keluarga Metode
sadar hipertensi penyuluhan yang
kurang menarik

Kurangnya pengetahuan
Keluarga tentang Metode sosialisasi yang
hipertensi menggunakan media
kurang kreatif dan inovatif
Kurangnya
Keluarga belum
kepedulian
Masih terdapat
mengetahui gaya 59,9% dari target
keluarga Penggunaan bahasa yang
hidup sehat untuk sasaran yang belum
terhadap kurang dipahami masyarakat
penderita hipertensi
Kesehatan mendapatkan asuhan
keperawatan
Kurang tersedia nya Kurangnya sarana kesehatan
Promosi Kesehatan media pengetahuan informasi di masyarakat
di lingungan (leaflet, poster dll) di sarana posyandu
Kurang sarana posyandu lansia
lansia

Banyak keluarga Kurangnya Tidak adanya buku


penderita hipertensi Koordinasi antara pedoman dan
tidak memerisakan perawat desa dan checklist untuk
diri bidan desa pemeriksaan rutin
setiap kunjungan Kurangnya media
informasi tentang
Kurangnya jumlah sumber hipertensi
daya dalam melakukan
Lingkungan kunjungan rutin Sarana
D. PRIORITAS PENYEBAB MASALAH

Dari berbagai penyebab masalah tersebut, ditentukan prioritas penyebab masalah dengan
metode Nominal Group Technique (NGT).

Tabel 4.3 NGT


No. Penyebab Masalah Skor Total Ranking
p1 p2 p3

1. Kurangnya kepedulian 2 3 4 9 4
terhadap kesehatan

2. Promosi kesehatan di 3 4 4 11 2
lingkungan masih kurang

3. Keluarga kurang 5 3 3 12 1
mengetahui cara
meningkatkan hidup
sehat untuk penderita
hipertensi
4. Kurangnya pengetahuan 3 2 3 8 5
keluarga tentang hipertensi
5. Metode penyuluhan 3 4 3 10 3
yang digunakan kurang
efektif
6. Kurangnya media 2 3 2 7 6
informasi mengenai
hipertensi

Berdasarkan tabel diatas, maka ditetapkan prioritas penyebab masalah adalah kurangnya
media informasi kesehatan di lingkungan keluarga mengenai gaya hidup sehat pada penderita
hipertensi.

37

E. Alternatif Pemecahan Masalah


Dari prioritas penyebab masalah di atas, maka ditetapkan pemecahan masalah dengan
melakukan brainstorming. Hasil brainstorming diperoleh alternatif pemecahan masalah
sebagai berikut :

1. Pemberdayaan keluarga desa randuagung yang hipertensi dan resiko


hipertensi dengan edukasi meningkatkan gaya hidup sehat pada penderita
hipertensi menggunakan media video bergambar melalui grup whatsapp.
2. Memberikan sosialisasi atau pengarahan tentang bahaya hipertensi, jenis
hipertensi dan cara pencegahan hipertensi dengan menggunakan layanan untuk
berkonsultasi secara online.

F. Pemecahan Masalah Terpilih

Dari beberapa alternatif pemecahan masalah yang diajukan, dipilih salah satu sebagai
pemecahan masalah terpilih dengan menggunakan metode CARL Score (Capabilty,
Accesibility, Readiness, Leverage), dengan menggunakan skor nilai 1-5.

Kriteria CARL tersebut mempunyai arti:

C (Capability) : Ketersediaan sumber daya (dana, sarana dan peralatan).

A (Accesibility) : Kemudahan, masalah yang ada mudah diatasi atau tidak. Kemudahaan
dapat didasarkan pada ketersediaan metode / cara / teknologi serta penunjang pelaksanaan
seperti peraturan atau juklak.

R (Readiness) : Kesiapan dari tenaga pelaksana maupun kesiapan sasaran, seperti keahlian
atau kemampuan dan motivasi.

L (Levarage) : Seberapa besar pengaruh kriteria yang satu dengan yang lain dalam
pemecahan masalah yang dibahas.

Keterangan Skor:

1 : Sangat Kurang berpengaruh 38

2 : Kurang berpengaruh

3: Cukup berpengaruh

4 : Berpengaruh
5 : Sangat berpengaruh
40

Tabel IV.5 Tabel Prioritas Pemecahan Masalah dengan CARL

No. Pemecahan Masalah PL1 PL 2 P3 Total Skor Ranking


C A R L C A R L C A R L
1. Pemberdayaan keluarga 3 3 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 144+400+500 =1.044 1
desa randuagung yang
hipertensi dan resiko
hipertensi dengan
edukasi meningkatkan
gaya hidup sehat pada
penderita hipertensi
menggunakan media
video bergambar melalui
grup whatsapp.
41

2. Memberikan sosialisasi 4 4 4 5 4 5 4 4 3 3 4 4 320+320+144 =784 2


atau pengarahan tentang
bahaya hipertensi, jenis
hipertensi dan cara
pencegahan hipertensi
dengan menggunakan
layanan untuk
berkonsultasi secara
online.

Keterangan :

PL 1 : Pembimbing Lapangan 1

PL 2 : Pembimbing Lapangan 2

P 3 : Perawat Desa randuagung


42

Berdasarkan penentuan masalah terpilih dengan menggunakan metode CARL skor


didapatkan pemecahan masalah, yaitu :

Pemberdayaan keluarga desa randuagung yang hipertensi dan resiko hipertensi dengan
edukasi meningkatkan gaya hidup sehat pada penderita hipertensi terdiri dari monitoring
tekanan darah, mengurangi rokok, diet, manajemen berat badan, mengurangi stres, dan
konsumsi alcohol. menggunakan media video bergambar melalui grup whatsapp.
43

G. Rencana Kegiatan Operasional (RKO)

No Kegiatan Tujuan Sasaran Rincian Waktu Lokasi Pelaksana Dana Indikator


kegiatan Keberhasila
n
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
A Persiapan
1 Melakukan Mendapatka Kepala Perkenalan Senin, 7 Juni Puskesmas Mahasiswa - Mendapatka
koordinasi dengan ijin dan Puskesmas dan 2021 Ardimulyo (Dyah Siswa n izin dan
kepala puskesmas dukungan Ardimulyo menanyakan Pradipta informasi
ardimulyo kegiatan permasalah Sari) permasalaha
yang ada di n program
Puskesmas
Ardimulyo
dan meminta
ijin
melaksanaka
n kegiatan
PKL
2 Meminta data data Untuk drg. Sulvi Meminta Selasa, 8 Puskesmas Mahasiswa - Mendapatka
yang diperlukan membuat Muawanah, data PKP, Juni 2021 Ardimulyo (Dyah Siswa n data yang
laporan selaku IKS, profil Pradipta dibutuhkan.
pembimbing Sari)
lapangan
3 Identifikasi Masalah Menentukan drg. Sulvi Penyiapan Rabu, 9 Juni Puskesmas Mahasiswa - Dapat
prioritas Muawanah, data 2021 Ardimulyo (Dyah Siswa menemukan
masalah,. selaku puskesmas Pradipta masalah
pembimbing Sari) yang akan di
lapangan. gali dan di
pecahkan.
44

4 Melakukan Meng selaku Bu Diana, Menanyakan Kamis, 10 Puskesmas Mahasiswa - Mendapatka


Koordinasi : pembimbing selaku permasalaha Juni 2021 ardimulyo (Dyah siswa n data-data
1. Pemegang lapangan Pemegang n yang ada pradipta sari) informasi
program. onfirmasi program per di yang
2. Perawat Desa permasalahan kesmas Puskesmas,d dibutuhkan
randuagung yang ada di Puskesmas ata,
desa ardimulyo informasi-
randuagung dan bu Beta, informasi
selaku yang
randuagung berkaitan
dengan desa
randuagung.
5 Melakukan Menetukan Bu Diana Menanyakan Jum’at, 11 Puskesmas Mahasiswa - Mendapatka
Koordinasi: Penyebab dan bu Beta Penyebab juni 2021 ardimulyo (Dyah siswa n Infromasi
1. Pemegang Masalah dan Permasalaha pradipta sari) yang
Program membuat n yang ada dibutuhkan
2. Perawat Desa diagram di desa
randuagung fishbone randuagung

6. Membuat Alternatif Menentukan drg. Sulvi Mendapatka Sabtu, 12 Puskesmas Mahasiswa - Mendapatka
Pemecahan Masalah pemecahan Muawanah n skoring Juni 2021 Ardimulyo (Dyah siswa n petunjuk
masalah dan Bu Beta dan petunjuk dan Desa pradipta sari) pemecahan
pemecahan randuagung masalah
masalah

7. Persiapan Kegiatan Konsultasi Bu Beta Mendapatka Senin, 13 Desa Mahasiswa - Mendapatka


materi edukasi n petunjuk, Juni 2021 ardimulyo (Dyah siswa n petunjuk,
kegiatan materi- pradipta sari) materi-
dengan perawat materi materi untuk
desa edukasi edukasi.
45

Masyarakat
8. Persiapan kegiatan Membuat WA desa Membuat Senin, 13 Desa Mahasiswa - Aktif
grup randuagung WA grup Juni 2021 ardimulyo (Dyah siswa
yang sebagai pradipta sari)
tergolong intervensi
penderita kegiatan
hipertensi.

B. Pelaksanaan

1. Pembukaan Menyampaikan Masyarakat Memperkena Selasa, 14 Balai desa Mahasiswa - Masyarakat


maksud dan desa lkan diri lalu Juni 2021 ardimulyo (Dyah siswa desa
tujuan kegiatan randuagung menyampaik pradipta sari) randuagung
yang an maksud yang
tergolong dan tujuan tergolong
penderita penderita
hipertensi hipertensi
mengerti
maksud dan
tujuan
kegiatan

2. Melakukan Pretest Untuk Masyarakat Memberi Selasa, 14 Balai desa Mahasiswa Mengetahui
mengetahui desa pertanyaan Juni 2021 ardimulyo (Dyah siswa pemahaman
pemahaman randuagung dalam pradipta sari) tentang
tentang bahaya yang bentuk soal - gejala,
hipertensi dan tergolong tentang bahaya
peran keluarga penderita bahaya hipertensi
dalam penderita hipertensi hipertensi dan peran
hipertensi. penting
keluarga
dalam
penderita
hipertensi.
BAB V

HASIL PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Persiapan Kegiatan
1. Melakukan Koordinasi dengan Kepala Puskesmas

Perkenalan dan menanyakan permasalah yang ada di wilayah Puskesmas Singosari


dan meminta ijin untuk melaksanakan kegiatan PKL III.

Kegiatan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Senin, 7 Juni 2021

Tempat : Puskesmas Ardimulyo

Hasil : Mendapatkan izin dan informasi permasalahan program.

2. Meminta data data yang diperlukan

Meminta data PKP, IKS dan profil Puskesmas Singosari

Kegiatan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Selasa, 8 Juni 2021

Tempat : Puskesmas Ardimulyo

Hasil : Mendapatkan data yang dibutuhkan.

3. Identifikasi Masalah

Penyiapan data puskesmas bertujuan menentukan prioritas masalah, penyebab


masalah, serta pemecahan masalah.

Kegiatan dilakukan pada:


Hari/Tanggal : Rabu, 9 Juni 2021

Tempat : Puskesmas Singosari

Hasil : Dapat menemukan masalah yang akan di gali dan di pecahkan.

4. Koordinasi Pemegang Program dan Kader Desa

Menanyakan permasalahan yang ada di Puskesmas data, informas-informasi yang


berkaitan dengan desa.

Kegiatan dilakukan pada:

Hari/Tanggal : Kamis, 9 Juni 2021

Tempat : Puskesmas Singosari

Hasil : Mendapatkan data-data informasi yang dibutuhkan

B. Pelaksanaan Kegiatan

Pelaksanaan kegiatan dilakukan melalui WhatsApp Group sebanyak 5 masyarakat


desa randuagung yang terdaftar dalam Askep keluarga, pada hari selasa 15 Juni 2021.
Kegiatan ini dimulai dengan pembukaan oleh mahasiswa.

Kemudian dilanjutkan dengan pengisian Absensi. Kegiatan edukasi mengenai upaya


penatalaksanaan keluarga sadar hipertensi dalam meningkatkan gaya hidup sehat penderita
hipertensi dengan cara penjelasan menggunakan video bergambar yang telah dibuat dan
dipersiapkan oleh mahasiswa. Materi penyuluhannya mengenai pengertian hipertensi,
penyebab hipertensi, gejala hipertensi, kompliasi hipertensi, macam-macam hipertensi, yang
harus dila kukan apabila ada anggota keluarga penderita hipertensi, 5 peran keluarga sadar
hipertensi, dan pencegahan hipertensi. Dilanjutkan dengan tanya jawab dengan dengan
masyarakat desa randuagung yang tergolong penderita hipertensi. Kemudian dilanjutkan
pengisian kuisioner dan penutup.
Adapun susunan pelaksanaan kegiatan pada Selasa, 15 Juni 2021 adalah sebagai
berikut:

No. Waktu Acara Pelaksana

1. 11.30-11.50 Pembukan Acara Mahasiswa

2. 11.50-12.00 Presensi dan pengisian pre test melalui Peserta


google form
3. 12.00-13.30 Pemberdayaan masyarakat desa Mahasiswa dan
randuagung yang tergolong penderita peserta
hipertensi dan keluarga yang berisiko
hipertensi menggunakan media video
bergambar melalui grup whatsap,
Dilanjutan sesi Tanya jawab.
4. 13.30-13.50 Pengisian post test melalui google form. Peserta

5. 13.50-14.00 Penutupan. Mahasiswa

C. Hasil

Pre-test dibagikan kepada 5 orang sebelum pemberian materi dimulai. Sedangkan post-
test yang pertanyaannya sama dengan pre-test dibagikan setelah pemberian materi. Pre-test
dan post-test berisi pertanyaan tentang penyebab hipertensi, pentingnya peran keluarga dalam
proses pengobatan. Diharapkan para peserta dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya
keluarga dalam meningkatkan gaya hidup sehat penderita hipertensi. Perubahan pengetahuan
dapat dilihat dari adanya perbedaan nilai-nilai jawaban antara pre-test dan post-test.

Adapun data per soal kenaikan nilai-nilai jawaban antara pre-test dan post-test terlihat
pada tabel berikut:

Nilai Pre test Post test


Nilai minimum 20 50
Nilai maksimum 60 100
Rata-rata 40 75

D. Evaluasi
C. Evaluasi Kegiatan

Monitoring dan evaluasi kegiatan kepada responden meliputi evaluasi


input, evaluasi proses, dan evaluasi akhir.

1) Evaluasi Input

Dilakukan dengan memberikan pre-test kepada responden dengan google


form melalui whatsapp group, yang berisi 5 pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan materi pembinaan yang akan diberikan.

Evaluasi dari kegiatan pre-test, diantaranya :

Pengisian pretest terdapat kendala responden masih sibuk dengan kegiatan


masing – masing sehingga untuk pengisian pretest tidak dapat langsung
dilakukan jadi harus menunggu beberapa menit yang mengakibatkan untuk
susunan berikutnya menjadi terlambat tidak sesuai dengan estimasi.

2) Evaluasi Proses

Dilakukan dengan melihat tanggapan responden saat dibagikannya video


keluarga sadar hipertensi di wilayah kerja puskesmas ardimulyo.

Hasil evaluasi dari pelaksanaan kegiatan, diantaranya :

Responden sangat aktif, dan banya memberikan pertanyaan.

3) Evaluasi Output

Evaluasi dari kegiatan post-test, diantaranya :

Semua responden mengisi soal post test dengan baik.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari rancangan kegiatan yang telah disusun dapat disimpulkan bahwa dengan
pemberdayaan masyarakat desa randuagung yang tergolong penderita hipertensi dengan
edukasi mengenai upaya penatalaksanaan keluarga sadar hipertensi dalam meningkatkan
gaya hidup sehat penderita hipertensi dengan cara penjelasan menggunakan video bergambar
melalui grup whatsapp dapat menambah kesadaran masyarakat desa randuagung dengan
merubah perilaku tentang pola hidup sehat untuk mencegah hipertensi pada anggota keluarga
dan pada anggota yang telah menderita hipertensi.

B. SARAN

Menyarankan kepada seluruh masyarakat baik penderita hipertensi maupun anggota


keluarga yang tidak menderita hipertensi di desa Randuagung Kecamatan Singosari serta
pihak desa setempat ikut berperan aktif dan mendukung dalam pelaksanaan kegiatan tersebut
untuk dapat mengubah pola gaya hidup sehat dan meningkatkan capaian anggota keluarga
tidak ada yang menderita hipertensi di wilayah desa Randuagung Kecamatan Singosari
Kabupaten Malang.

DAFTAR PUSTAKA
Baughman, D. C. & Hackley, J. C. (2020). Keperawatan medikal-bedah:
Buku saku
untuk Brunner dan Suddarth. Jakarta: EGC.
Burke, L. E., Swigart, V., Turk, M. W., Derro, N., & Ewing, L. J. (2019).
Experiences
of self-monitoring: Successes and struggles during treatment for weight loss.
NIHPA Author Manuscripts, 19(6), 815-828.
Dariyo, A. (2019). Psikologi perkembangan dewasa muda. Jakarta: Gramedia.
Ekarini, D. (2020). Faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kepatuhan
klien
hipertensi dalam menjalani pengobatan di Puskesmas Gondangrejo
Febbraro, G. A. R., & Clum, G. A. (2020). Self-regulation theory and self-help
therapies. Dalam Watkins, P. L., & Clum, G. A. Handbook of self help
therapies. New York: Routledge.
Horne, Rob. (2020). Communal Aspects of Self-Regulation. Dalam M. Boekaerts,
P.R. Pintrich & M. Zeidner (Ed). Handbook of Self-Regulation. San Diego:
Academic Press.
Ogden, J. (2020). Health psychology. London: Mc Graw Hill Education.
Shanty, M. (2011). Silent killer diseases: Penyakit yang diam-diam
mematikan. Jakarta: Javalitera.
Stinson, J. N., Petroz, G. C., Stevens, B. J., Feldman, B. M., Streiner, D., McGrath, P.
J., & Gill, N. (2019). Working out the kinks: Testing the feasibility of an
electronic pain diary for adolescents with arthritis. Pain Res Manag, 13(5):
375-382.
Taylor, S. E. (2019). Health psychology; Seventh edition. Singapore:
McGraw-Hill
Education (Asia).
LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1. Daftar Hadir


Lampiran 2. Soal Pre Test dan Post Test
Lampiran 3, Hasil Pretest
Lampiran , Hasil Post test
Lampiran 5, Intervensi melalui grub whatsapp

Anda mungkin juga menyukai