PUSKESMAS MANTRIJERON
15-18 MARET 2022
Disusun oleh :
Agita Khansa’ Putri N. (20/469785/KG/12149)
Irfan Satria Ramadhani (20/469816/KG/12180)
Shavia Ainur Kusuma A. (20/469861/KG/12225)
Trianita Diva N. (20/469870/KG/12234)
Kelompok 1
Angkatan 103
Dosen Pembimbing :
Dr. drg. Dibyo Pramono, SU., MDSc.
Disusun oleh :
Dosen Pembimbing
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya maka penulis dapat menulis laporan praktikum kepaniteraan Puskesmas
Mantrijeron. Laporan ini disusun sebagai tugas kepaniteraan yang harus dipenuhi di
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan (IKGP) dan Ilmu Kesehatan Gigi
Masyarakat (IKGM) Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.
Pelaksanaan praktikum serta penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan
banyak pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. drg.
Sri Widiati, M.P.H selaku penanggung jawab kepaniteraan bagian IKGP dan IKGM
yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam pelaksanaan praktikum.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada drg. Eni Purdiyanti yang telah
membimbing dalam pelaksanaan kegiatan kepuskesmasan di Puskesmas Mantrijeron
sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR………………………………...………………………..... iii
DAFTAR ISI…………………………………………………….………….......... iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….......... vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………….………...... vii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………..... 8
A. A. Latar Belakang……………………………...………………..……. 8
B. Tujuan Puskesmas………………………………………………..... 8
C. Prinsip Puskesmas…………………………………………..…....... 9
D. D. Wilayah Kerja Puskesmas………………………...……..……....... 10
E. Fungsi Puskesmas…………………...…………………………...... 10
BAB II. PROFIL PUSKESMAS MANTRIJERON…………………….…....... 11
A. A. Kondisi Geografis………………..……...…...……………..……... 11
B. Demografi…………………...……………………………..
……..... 12
C. Visi dan Misi…………...
………………………………………....... 13
D. D. Tata
Nilai………………………………………………………....... 13
E. Struktur Organisasi………………………………………………… 14
F. Tugas Pokok dan
Fungsi…………………………………………… 14
BAB III. KEGIATAN DI PUSKESMAS MANTRIJERON…………………… 20
A. A. Pelayanan Pasien……………..……. 20
iv
………………………............
B. UKM dan UKP………...………………….…………...
…………... 26
C. Balai Pengobatan Gigi (BPG)
……………………………………… 40
D. D. Program KIA dan KB………….
…………………………………... 41
G. E. Penanganan Covid-19………………..
…………………………….. 47
BAB IV. PEMBAHASAN…….……………………………………………....... 51
BAB V. KESIMPULAN…………………………..…….…………………….. 54
A. A. Kesimpulan…….………...……………………………..…………. 54
B. Saran…….
…………………………………………………………. 54
v
DAFTAR GAMBAR
vi
Gambar 22. Pemeriksaan Gigi Pada Ibu Hamil.........................................................45
Gambar 23. Jadwal Pelayanan KIA-KB di Puskesmas Pembantu Mantrijeron........46
Gambar 24. Pemeriksaan Pasien di Poli Infeksi........................................................48
Gambar 25. Ruang Tunggu Pasien yang Bergejala Infeksius....................................48
Gambar 26. Pendaftaran Test Swab Antigen.............................................................49
DAFTAR TABEL
vii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat atau disingkat dengan Puskesmas menurut
Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan masyarakat (UKM) adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi adanya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan perseorangan (UKP) adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan. Selain upaya
kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP),
puskesmas juga menjalankan upaya kesehatan pengembangan yang merupakan
inovasi atau ide yang dikembangkan berdasarkan permasalahan khusus yang
dihadapi di ruang lingkup kerja setiap puskesmas.
B. Tujuan Puskesmas
Berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun 2019 Pasal 2, pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas memiliki tujuan untuk
mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang :
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Hidup dalam lingkungan sehat
8
9
C. Prinsip Puskesmas
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas menurut Permenkes No. 43 Tahun
2019 Pasal 3, meliputi :
1. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berpartisipasi
dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
4. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau
oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak
berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan
10
E. Fungsi Puskesmas
Berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun 2019 Pasal 5, dalam melaksanakan
tugasnya puskesmas memiliki dua fungsi utama yaitu :
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
11
F. Kondisi Geografis
Puskesmas Mantrijeron merupakan puskesmas dengan wilayah kerja satu
wilayah kecamatan Mantrijeron. Puskesmas Mantrijeron merupakan fasilitas
layanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
perorangan di tingkat pertama yang terletak di Jalan DI Panjaitan No. 82,
Suryodiningratan, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Luas wilayah kecamatan Mantrijeron adalah 2,61 km2 yang terbagi dalam
3 kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Gedongkiwo dengan luas 0,90 km2 yang terdiri atas 18 RW dan
86 RT.
2. Kelurahan Suryodiningratan luasnya 0,85 km2 yang terdiri atas 17 RW dan
70 RT.
3. Kelurahan Mantrijeron dengan luas 0,86 m2 yang terdiri atas 20 RW dan 76
RT.
Kemantren Mantrijeron terletak di Kota Yogyakarta bagian Selatan,
berbatasan dengan Kabupaten Bantul dengan luas 2,61 km2 dan masih memiliki
area persawahan seluas 1,00 ha. Kemantren Mantrijeron terletak pada :
7.49o14,85” LS dan 110.21o40,95” BT, dengan ketinggian 113 meter di atas
permukaan laut.
12
G. Demografi
Jumlah dan kepadatan penduduk menurut kelurahan di wilayah
Kemantren Mantrijeron tahun 2021 sejumlah 35.592 jiwa. Kemantren
Mantrijeron terbagi menjadi tiga kelurahan, yaitu : Kelurahan Gedongkiwo,
Kelurahan Suryodiningratan, dan Kelurahan Mantrijeron. Secara keseluruhan
Kemantren Mantrijeron terdiri dari 12 Kampung, 55 RW, dan 231 RT.
13
I. Tata Nilai
Tata nilai dikenal dengan sebutan OEMJI, yaitu :
O = Orientasi pelanggan
E = Empati
M = Mutu
J = Jujur
I = Inovatif
14
J. Struktur Organisasi
L. Pelayanan Pasien
1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien di Puskesmas Mantrijeron dibedakan menjadi dua
jenis pasien yaitu :
a. Pasien Tidak Gawat Darurat
Pasien mengambil nomor antrian dan memilih poli mana yang ingin
dituju. Petugas akan mencarikan rekam medis sesuai dengan nomor
rekam medis pasien, untuk pasien baru diminta untuk mengisi data
sosial terlebih dahulu kemudian akan dibuatkan rekam medis baru
pasien. Pasien diminta untuk menunggu diruang tunggu yang telah
tersedia, untuk pasien dengan indikasi batuk, pilek, demam, diare, dan
sakit tenggorokan akan diarahkan menuju area poli infeksi. Pasien yang
tidak menggunakan BPJS diminta untuk membayar terlebih dahulu
sebelum menuju poli masing-masing.
20
Gambar 3. Pendaftaran pasien di Puskesmas Mantrijeron
21
Gambar 6. Penginputan data hasil pemeriksaan pasien pada SIMPUS dan P-Care
22
Tabel 2. Kode Huruf pada Rekam Medis
Kode Keterangan
A Poli Anak
B Poli Dewasa
C Poli Lansia
D Poli Gigi
E Poli Infeksius
Selain itu terdapat penandaan pada sisi kiri buku rekam medis pasien
berupa warna-warna untuk menandai 2 digit terakhir pada rekam medis
dengan keterangan berupa :
0 Ungu muda
1 Kuning
2 Hijau
3 Cokelat muda
4 Biru
5 Cokelat
6 Merah muda
7 Hijau muda
8 Merah
9 Ungu tua
23
Terdapat kriteria sticker yang menunjukan status pasien yang
ditempelkan pada bagian depan dengan keterangan yang berupa :
Warna Keterangan
Kuning HIV
Cokelat Jiwa
24
Gambar 7. Ruang Rekam Medis
3. Sistem Pembayaran
Pada puskesmas Mantrijeron terdapat dua jenis pembayaran, yaitu
pembayaran dengan menggunakan BPJS atau asuransi dan pembayaran
mandiri. Pada sistem pembayaran Puskesmas Mantrijeron pembayaran
dibebankan di awal saat pendaftaran. Bagi pasien yang memiliki asuransi
kesehatan BPJS, pasien dapat menggunakannya untuk mendapatkan
perawatan tertentu yang ditanggung pada FasKes tingkat 1 dengan
pembebanan biaya tergantung pada masing-masing kasus yang ditangani.
Pembayaran dengan sistem ini menggunakan dana kapitasi, dengan besaran
bayaran per bulan yang dibayar didepan kepada FKTP berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa adanya perhitungan untuk jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan Permenkes Nomor 21
tahun 2016. Pembayaran mandiri berlaku apabila pasien tidak terdaftar
sebagai peserta BPJS atau merupakan peserta BPJS luar wilayah sehingga
pasien membayar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.
25
4. Sistem Rujukan
Sistem rujukan yang berlaku pada Puskesmas Mantrijeron dapat
bersifat internal maupun eksternal. Sistem rujukan internal merupakan
rujukan antar poli dapat dilakukan antar 1 poli ke poli lainnya sedangkan
untuk rujukan eksternal dapat berupa rujukan horizontal. Namun apabila
rujukan yang dibutuhkan tidak ada di Puskesmas Mantrijeron, maka dapat
dilakukan rujukan eksternal ke Rumah Sakit tipe D atau klinik yang dapat
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien. Rujukan yang
dilakukan bagi pasien BPJS dapat melalui sistem P-Care.
26
dewasa, lansia; penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat tentang
imunisasi, konseling kesehatan reproduksi pada kelompok anak remaja;
peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang pencegahan
penularan HIV-AIDS dan IMS; peningkatan pengetahuan dan
kepedulian masyarakat tentang penyakit diare, tifoid, dan hepatitis;
edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan bagi
bumil KEK/Kurus.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang terdapat pada tingkat
puskesmas yaitu, memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan
kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap
kesehatan, membentuk jejaring dalam pembentukan PHBS di
masyarakat, penggerakan kelompok masyarakat dalam pemanfaatan
Posyandu, kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk Peningkatan
Penggunaan Obat Rasional melalui metode Cara Belajar Insan Aktif
(CBIA).
Puskesmas juga bertanggung jawab dalam melatih kader-kader
kesehatan yang terdapat pada wilayah kerjanya. Kegiatan pelatihan
terdiri dari pelatihan perawatan diri dan mempraktekkan PHBS, melatih
kader kesehatan dalam menyampaikan informasi pada kelompok atau
masyarakat tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS di daerah
binaan, melatih kader tentang Swamedikasi dan Penggunaan Obat
melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA), mengadvokasi
masyarakat dan lintas terkait dalam praktik PHBS dan penanggulangan
masalah kesehatan tertentu, advokasi tokoh masyarakat dalam
membentuk kelompok swabantu terkait perawatan masalah gizi.
27
c. Pelayanan KIA dan KB
Kegiatan pelayanan KIA dan KB yang terdapat dalam kegiatan
puskesmas yaitu, pelayanan imunisasi di kelompok atau masyarakat,
skrining kesehatan siswa sekolah pendidikan dasar, dan penyuluhan KB
sesuai program pemerintah pada kelompok usia subur atau masyarakat.
d. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi yang wajib dilaksanakan di puskesmas yaitu,
melakukan deteksi dini atau penemuan kasus gizi di masyarakat,
surveilans gizi, melakukan asuhan keperawatan pada kasus gizi di
kelompok atau masyarakat. Dalam hal ini, Puskesmas Mantrijeron
memiliki program yang dilakukan untuk memenuhi pelayanan gizi
dalam wilayah kerjanya. Salah satu programnya dilakukan dengan
sasaran balita stunting.
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi
ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua
standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita
stunting termasuk masalah gizi kronis yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada
bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang
akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan
fisik dan kognitif yang optimal.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya
stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi
28
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu
diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang
diberikan.
Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga
berkaitan dengan terjadinya stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya
dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang bergizi dan
pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan
keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
infeksi.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh higiene dan sanitasi yang
buruk (misalnya diare dan kecacingan) dapat menganggu penyerapan
nutrisi pada proses pencernaan. Beberapa penyakit infeksi yang diderita
bayi dapat menyebabkan berat badan bayi turun. Jika kondisi ini terjadi
dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian
asupan yang cukup untuk proses penyembuhan maka dapat
mengakibatkan stunting.
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development
Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan
ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada
tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan
adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021
angka stunting secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6 persen
per tahun dari 27.7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021.
Hampir sebagian besar dari 34 provinsi menunjukkan penurunan
dibandingkan tahun 2019 dan hanya 5 provinsi yang menunjukkan
kenaikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa implementasi dari kebijakan
pemerintah mendorong percepatan penurunan stunting di Indonesia
telah memberi hasil yang cukup baik.
29
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang dilakukan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan tidak
hanya memberikan gambaran status gizi balita saja tetapi juga dapat
digunakan sebagai instrumen untuk monitoring dan evaluasi capaian
indikator intervensi spesifik maupun intervensi sensitif baik di tingkat
nasional maupun kabupaten/kota yang telah dilakukan sejak 2019 dan
hingga tahun 2024. Saat ini, Prevalensi stunting di Indonesia lebih baik
dibandingkan Myanmar (35%), tetapi masih lebih tinggi dari Vietnam
(23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%).
Puskesmas Mantrijeron secara rutin melakukan pemeriksaan
stunting pada balita yang dibantu oleh kader pada setiap desa. Kader
akan melakukan pemeriksaan terhadap berat badan dan tinggi badan
balita yang kemudian disesuaikan dengan usia balita. Balita yang
dicurigai mengalami stunting akan diberikan undangan untuk dilakukan
validasi di Puskesmas Mantrijeron. Balita-balita yang terkonfirmasi
mengalami stunting akan diberi rujukan untuk dilakukan pemeriksaan
ke dokter umum, dokter gigi, laboratorium, dan psikolog lalu dimonitor
perkembangan gizinya dan diberikan bantuan makanan lokal selama 90
hari bergantung pada perkembangan tingkat gizinya.
30
Gambar 8. Pengukuran Berat dan Tinggi Badan Balita yang Dicurigai Stunting
Gambar 9. Pemeriksaan Balita Stunting pada Poli Umum dengan Dokter Umum
31
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
UKM Pengembangan berdasarkan Permenkes Nomor 43 Tahun 2019
Pasal 53 yaitu upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya bersifat
inovatif dan/atau disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususan wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang tersedia di
Puskesmas.
UKM Pengembangan yang ada di Puskesmas Mantrijeron, yaitu:
a. KESORGA (Kesehatan Olahraga)
b. PKPR (Penyuluhan Kesehatan Peduli Remaja)
32
Gambar 10. Anamnesis di Balai Pengobatan Umum
33
unit, 2 dokter gigi, dan 3 perawat gigi yang bertugas dengan sistem
bergantian setiap harinya.
c. Laboratorium
Pelayanan Laboratorium di Puskesmas Mantrijeron terletak pada
dua tempat yaitu di Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu.
Ruangan Laboratorium pada kedua tempat tersebut dilengkapi dengan
mikroskop, haematology analysis, fotometer, lemari pendingin, dan
lainnya. Pada puskesmas pembantu, pelayanan laboratorium hanya buka
pada Hari Senin dan Rabu bersamaan dengan jadwal KIA-KB.
Pelayanan pada Puskesmas Pembantu berupa urin rutin, tes kehamilan,
Hemoglobin, golongan darah, rhesus, Hbs Ag, Gula darah sewaktu, TP
Rapid (Syphilis). Sedangkan pada Puskesmas Induk dapat melakukan
pelayanan yang lebih luas seperti darah rutin, faeses rutin, SGPT, dan
SGOT.
34
Pelayanan farmasi di Puskesmas Mantrijeron bertanggung jawab
untuk memberikan obat-obat yang telah diresepkan oleh dokter kepada
pasien. Bagian farmasi melakukan penyimpanan obat-obat berdasarkan
fungsi dari masing-masing obat. Ruangan farmasi dan penyimpanan
obat di Puskesmas Mantrijeron berada pada suhu ruangan. Obat yang
tergolong mengandung psikotropika disimpan dengan sistem keamanan
yang ketat yaitu sistem double-lock. Pengeluaran obat di Puskesmas
Mantrijeron menggunakan First Expired First Out (FEFO). Jenis obat
yang ada di Puskesmas Mantrijeron antara lain seperti : obat dan bahan
kedokteran gigi, tablet, obat luar berupa salep, vaksin, psikotropika,
narkotika, dan obat program.
Obat program merupakan obat yang diberikan kepada
masyarakat yang menderita penyakit tertentu sesuai dengan program
yang telah ditetapkan secara nasional dalam mendukung program
kesehatan. Obat program disediakan oleh pemerintah pusat melalui
Dana APBN maupun pihak swasta dan bantuan dari luar negeri. Obat
program disediakan untuk mendukung pembangunan proses kesehatan
baik secara nasional maupun internasional. Contoh obat program yang
telah ditetapkan pemerintah antara lain : obat HIV, TBC, Malaria,
Kusta, korban narkotika, perbaikan gizi (berupa obat cacing), tabet
tambah darah untuk program pada remaja, dan tablet asam folat untuk
program pada ibu hamil.
Alur pemberian obat pada pasien di Puskesmas Mantrijeron
diawali oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan resep obat
melalui kertas resep, kemudian pasien membawa kertas resep tersebut
menuju ke bagian pelayanan farmasi, kemudian diterima oleh apoteker
dan segera menyiapkan obat-obat tersebut sehingga pasien tidak
menunggu terlalu lama untuk mengambil obat. Kemudian petugas
farmasi akan memanggil nama pasien dan mengkonfirmasi nama serta
35
tanggal lahir pasien kemudian obat diserahkan kepada pasien. Apoteker
juga wajib mengedukasi fungsi dan penggunaan masing-masing obat.
Pasien kemudian dipersilahkan pulang.
36
Gambar 15. Loket Pengambilan Obat
e. Psikologi
Pelayanan psikologi yang terdapat pada Puskesmas Mantrijeron
antara lain yaitu pelayanan perorangan dimana layanan tersebut
melayani dari masing-masing pribadi untuk permasalahan diri. Poli
psikologi juga melayani kegiatan yang berkolaborasi antar poli seperti,
pada program KIA dan KB dimana psikolog berkolaborasi dengan
bidang gizi serta kebidanan untuk mempersiapkan psikologis ibu hamil
dan calon pengantin agar lebih stabil dan memonitor calon ibu hamil
dan calon pengantin. Poli psikolog juga berkolaborasi dengan gizi untuk
mengatasi orang tua yang memiliki anak yang mengalami gizi yang
tidak baik, untuk memperbaiki keadaan mental atau mencari tahu
penyebab dari anak dengan gizi yang tidak baik.
37
Psikolog juga berperan dalam Layanan Komprehensif
Berkesinambungan (LKB) untuk pasien-pasien dengan penyakit seperti
HIV agar pasien tersebut bisa menjaga kepercayaan diri untuk menjaga
pola hidup yang baik. Poli psikologi juga berperan dalam promosi
kesehatan seperti penyuluhan pada beberapa sekolah mengenai masalah
kesehatan jiwa agar siswa-siswi lebih paham mengenai permasalahan
jiwa lebih baik.
38
mantrijeron untuk mencegah perkembang biakan nyamuk (khususnya
aedes aegypti), dengan cara membasmi jentik-jentik yang ada dirumah,
membasmi genangan air kotor di dalam rumah/di luar rumah.
Juru pemantau jentik (jumantik) pada setiap keluarga diberi
pelatihan dan penyuluhan mengenai nyamuk aedes aegypti, penyakit
DBD, dan cara memberantasnya. Jumantik sendiri, bertugas untuk
memantau keberadaan dan perkembangan jentik nyamuk. Selain itu
bertugas untuk memantau masyarakat menjalankan prinsip 3M Plus
(Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air,
Memanfaatkan kembali barang bekas, Plus Mencegah gigitan nyamuk).
b. KENDIL BUMIL
KENDIL BUMIL merupakan singkatan dari Kartu Kendali Ibu
Hamil merupakan program untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak. Program ini digunakan sebagai sarana untuk pemberdayaan
masyarakat dengan memanfaatkan kader pendamping ibu hamil dan
menggunakan kartu pemantauan faktor risiko ibu hamil. Pada program
ini sebagai contoh pada ibu hamil yang menderita anemia, dilakukan
pemantauan rutin untuk meminum tablet tambah darah. Pemantauan dan
pencatatan terhadap ibu hamil yang meminum tablet tambah darah
dilakukan oleh kader. Hal tersebut bertujuan untuk menekan angka
kematian ibu dan anak, dan juga bayi lahir dengan berat badan rendah.
c. JEMARI MATOA
JEMARI MATOA merupakan singkatan dari Jejaring Mandiri
Toga dan Akupresur. Program ini merupakan salah satu program
unggulan puskesmas Mantrijeron yang bertujuan untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat membuat jejaring mandiri seperti dapat
melakukan pengobatan secara mandiri pada penyakit-penyakit ringan,
39
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam
memanfaatkan tanaman obat keluarga yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan kasus penyakit yang masuk di pelayanan poli umum
puskesmas Mantrijeron kebanyakan penyakit ringan seperti nyeri sendi,
nyeri otot, pegel linu, pusing, batuk pilek. Sebagai contoh di wilayah
Suryodiningratan terdapat kelompok tani yang didalamnya ada
kelompok toga.
Kelompok toga diberikan pembinaan dan sosialisasi mengenai
pemanfaatan toga dan akupresur, kemudian kader diberikan pelatihan
supaya bisa mencontohkan dan memberikan informasi ke masyarakat.
Hal ini juga didukung oleh adanya potensi tanaman toga. Sosialisasi ini
dimulai dari PKK kecamatan lalu PKK kelurahan dan PKK wilayah RW
(khususnya kelompok asuhan mandiri toga). Kader- kader yang sudah
dilatih lalu membentuk keluarga binaan atau kelompok asuhan mandiri
yang awalnya berjumlah 5 orang lalu dikembangkan menjadi 17 orang
dan selanjutnya. Terdapat 4 kelompok kecil pada program ini yaitu :
kencur, jahe, ginseng, lidah buaya.
N. Balai Pengobatan Gigi (BPG)
40
pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat
dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
Pelayanan yang dilakukan di Balai Pengobatan Gigi (BPG) antara lain konsultasi
dan perawatan keluhan penyakit di rongga mulut pasien.
Pelayanan di poli gigi saat pandemi Covid-19 menjadi berkurang.
Kebijakan tersebut dibuat untuk melindungi dokter gigi dan pasien dari
penyebaran Virus Covid-19. Kegiatan yang dapat dikerjakan di poli gigi untuk
sementara waktu hanya konsultasi dan pencabutan gigi luksasi. Kasus yang
memerlukan tindakan pengeboran akan ditunda atau dapat dirujuk ke rumah sakit
yang telah ditentukan. Pasien yang memerlukan pengobatan dapat menuju poli
farmasi setelah konsultasi dan mendapatkan resep dari dokter gigi kemudian
pasien diminta untuk kembali ke puskesmas pada minggu berikutnya untuk
mengambil surat rujukan sehingga pasien dapat melanjutkan perawatan.
41
Gambar 17. Pelayanan Gigi di Balai Pengobatan Gigi
Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program
puskesmas yang penting dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita. Keluarga Berencana (KB)
merupakan program pemerintah untuk membatasi jumlah dengan mencegah
kehamilan, kelahiran yang dapat menunda kehamilan, jarak anak yang diinginkan
untuk mengatur laju pertumbuhan penduduk. Program KIA dan KB dilaksanakan
di Puskesmas Pembantu Mantrijeron, meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar kepada semua ibu hamil di
wilayah kerja tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Ibu hamil harus
melakukan kunjungan sebanyak empat kali (K4) selama periode kehamilan
42
dengan ketentuan: satu kali pada trimester pertama dan kedua, dan dua kali
pada trimester ketiga. Pelayanan Pelayanan Kesehatan Masa Hamil wajib
dilakukan melalui pelayanan antenatal terpadu.
43
Pelayanan program KIA-KB selama pandemi Covid-19 dilakukan
Puskesmas Pembantu Mantrijeron. Hal ini bertujuan untuk memisahkan
pasien sehat dan pasien sakit. Salah satu program pelayanan poli KIA-KB
Puskesmas Mantrijeron adalah Antenatal Care (ANC) terpadu. Pemeriksaan
ANC merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan mental ibu hamil secara optimal. Pemeriksaan ANC
dilakukan minimal empat kali selama kehamilan, yaitu satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu bidan, perawat,
dokter umum atau dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
Pelayanan KIA dan calon penganten (caten) di Puskesmas Pembantu
Mantrijeron dilakukan setiap hari senin dan rabu. Alur pasien di poli KIA
diawali dengan pendaftaran, kemudian pasien menuju poli KIA dengan
membawa kartu ibu dan mengisi informed consent. Pasien dipanggil sesuai
dengan nomor urut antrian dan dilakukan anamnesis pemeriksaan tekanan
darah, pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan serta penentuan
usia kehamilan. Setelah itu, pasien dipersilahkan untuk memasuki ruang
pemeriksaan. Bidan melakukan anamnesis dan pemeriksaan leopold,
pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan Detak Jantung Janin (DJJ)
menggunakan fetal droppler. Pemeriksaan leopold merupakan pemeriksaan
dengan metode palpasi (perabaan) yang berfungsi untuk menentukan posisi
dan letak janin dalam kandungan serta memastikan usia kehamilan.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan dengan mengukur jarak antara tepi
atas simfisis pubis ke fundus uteri pasien menggunakan metlin. Pengukuran ini
berfungsi untuk menentukan usia kehamilan dan memperkirakan berat badan
janin. Pemeriksaan detak jantung janin dilakukan menggunakan fetal doppler
karena memiliki keunggulan yaitu output berupa audio elektronik sehingga
memungkinkan orang lain selain pemeriksa, untuk mendengarkan detak
jantung. Pasien selanjutnya diarahkan untuk melakukan pemeriksaan
44
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium biasa dilakukan saat ANC pertama
dan keempat atau saat pasien memiliki keluhan tertentu yang termasuk
indikasi untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
darah (hemoglobin, gula darah) dan urin (protein, jamur, dan bakteri dalam
urin). Setelah melakukan pemeriksaan laboratorium, pasien melanjutkan
konsultasi ke poli gizi, gigi dan psikologi. Kegiatan yang dapat dilakukan di
poli gigi untuk sementara waktu hanya skrining awal, mencatat diagnosis dan
rencana perawatan di lembar odontogram serta memberikan edukasi kepada
pasien terkait rencana perawatan yang seharusnya dilakukan.
Pemeriksaan calon penganten (caten) dilakukan dari laboratorium,
kemudian menuju poli KIA, poli gizi, imunisasi, gigi, dan pembayaran di
kasir. Pemeriksaan KB diawali dengan pendaftaran pasien, kemudian pasien
menuju poli KIA untuk dianamnesis dengan membawa kartu KB dan mengisi
informed consent. Pelayanan KB dapat berupa kontrol atau pasang dan cabut,
kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan, lalu pasien
membayar di kasir dan mengambil obat jika diresepkan.
45
Gambar 19. Anamnesis, Pemeriksaan Vital Sign, dan Lingkar Lengan Pasien
46
Gambar 21. Ruang Laboratorium
47
Gambar 23. Jadwal Pelayanan KIA-KB di Puskesmas Pembantu Mantrijeron
P. Penanganan Covid-19
48
dokter akan langsung merujuk pasien untuk melakukan swab antigen di Ruang
Swab Puskesmas Mantrijeron.
Pasien yang melakukan test swab antigen menunggu di depan Ruang
Swab pada tempat yang terbuka. Pengambilan hasil tes swab antigen dilakukan
di Ruang Swab untuk menghindari penularan penyakit dan penyebaran virus di
dalam puskesmas. Pelayanan swab antigen di Puskesmas Mantrijeron melayani
pasien-pasien dengan gejala Covid-19, selain itu juga melayani keluarga atau
kerabat dekat pasien yang berkontak erat dengan pasien yang terkonfirmasi
Covid-19 untuk keperluan tracing.
Pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 diberikan pelayanan khusus, yaitu :
1. Rekonfirmasi identitas pasien.
2. Edukasi pasien mengenai hasil swabnya.
3. Menginstruksikan pasien untuk menjalani isolasi mandiri selama 10 hari
apabila tanpa gejala dan apabila bergejala ditambahkan 3 hari.
4. Pasien yang bergejala dapat mengambil obat dengan resep yang diberikan
oleh dokter.
5. Tracing dilakukan pada keluarga atau kerabat pasien yang berkontak erat
dengan pasien. Orang-orang yang terkena tracing wajib melakukan test swab
antigen.
6. Petugas swab yang berjaga lalu menghubungi surveilans atau kepala desa
sesuai dengan tempat tinggal pasien untuk memantau dan mengawasi pasien
selama isolasi mandiri.
49
Gambar 24. Pemeriksaan Pasien di Poli Infeksi
50
Gambar 26. Pendaftaran Test Swab Antigen
51
BAB IV. PEMBAHASAN
51
52
Q. Kesimpulan
1. Puskesmas Mantrijeron memiliki pelayanan UKM dan UKP yang
dilaksanakan dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2. Selama pandemi Covid-19 banyak kebijakan baru yang ditetapkan oleh
Puskesmas Mantrijeron yang berkaitan dengan penanganan Covid-19.
3. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Mantrijeron berjalan dengan baik
meskipun terdapat beberapa keterbatasan selama pandemi Covid-19.
R. Saran
Saran yang dapat kami berikan antara lain, yaitu :
1. Mengoptimalkan rekam medis elektronik yang terintegrasi pada setiap unit
agar alur dan administrasi pasien menjadi lebih mudah.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana agar fasilitas puskesmas menjadi lebih
baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang ada.