Anda di halaman 1dari 55

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIK KERJA LAPANGAN

PUSKESMAS MANTRIJERON
15-18 MARET 2022

Disusun oleh :
Agita Khansa’ Putri N. (20/469785/KG/12149)
Irfan Satria Ramadhani (20/469816/KG/12180)
Shavia Ainur Kusuma A. (20/469861/KG/12225)
Trianita Diva N. (20/469870/KG/12234)
Kelompok 1
Angkatan 103

Dosen Pembimbing :
Dr. drg. Dibyo Pramono, SU., MDSc.

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN


DAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KELOMPOK PRAKTIK KERJA LAPANGAN


PUSKESMAS MANTRIJERON
15-18 MARET 2022

Disusun oleh :

Agita Khansa’ Putri N. (20/469785/KG/12149)


Irfan Satria Ramadhani (20/469816/KG/12180)
Shavia Ainur Kusuma A. (20/469861/KG/12225)
Trianita Diva Nugraheni (20/469870/KG/12234)

Dosen Pembimbing

Dr. drg. Dibyo Pramono, SU, MDSc.


NIP. 19540120 198003 1 003

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat dan
rahmat-Nya maka penulis dapat menulis laporan praktikum kepaniteraan Puskesmas
Mantrijeron. Laporan ini disusun sebagai tugas kepaniteraan yang harus dipenuhi di
Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan (IKGP) dan Ilmu Kesehatan Gigi
Masyarakat (IKGM) Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada.
Pelaksanaan praktikum serta penyusunan laporan ini tidak lepas dari dukungan
banyak pihak, untuk itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada Dr. drg.
Sri Widiati, M.P.H selaku penanggung jawab kepaniteraan bagian IKGP dan IKGM
yang selalu membimbing dan mengarahkan penulis dalam pelaksanaan praktikum.
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada drg. Eni Purdiyanti yang telah
membimbing dalam pelaksanaan kegiatan kepuskesmasan di Puskesmas Mantrijeron
sehingga dapat berjalan dengan baik dan lancar.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan laporan ini.
Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
penyempurnaan penulisan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………………… ii
KATA PENGANTAR………………………………...………………………..... iii
DAFTAR ISI…………………………………………………….………….......... iv
DAFTAR GAMBAR……………………………………………………….......... vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………….………...... vii
BAB I. PENDAHULUAN…………………………………………………..... 8
A. A. Latar Belakang……………………………...………………..……. 8
B. Tujuan Puskesmas………………………………………………..... 8
C. Prinsip Puskesmas…………………………………………..…....... 9
D. D. Wilayah Kerja Puskesmas………………………...……..……....... 10
E. Fungsi Puskesmas…………………...…………………………...... 10
BAB II. PROFIL PUSKESMAS MANTRIJERON…………………….…....... 11
A. A. Kondisi Geografis………………..……...…...……………..……... 11
B. Demografi…………………...……………………………..
……..... 12
C. Visi dan Misi…………...
………………………………………....... 13
D. D. Tata
Nilai………………………………………………………....... 13
E. Struktur Organisasi………………………………………………… 14
F. Tugas Pokok dan
Fungsi…………………………………………… 14
BAB III. KEGIATAN DI PUSKESMAS MANTRIJERON…………………… 20
A. A. Pelayanan Pasien……………..……. 20

iv
………………………............
B. UKM dan UKP………...………………….…………...
…………... 26
C. Balai Pengobatan Gigi (BPG)
……………………………………… 40
D. D. Program KIA dan KB………….
…………………………………... 41
G. E. Penanganan Covid-19………………..
…………………………….. 47
BAB IV. PEMBAHASAN…….……………………………………………....... 51
BAB V. KESIMPULAN…………………………..…….…………………….. 54
A. A. Kesimpulan…….………...……………………………..…………. 54
B. Saran…….
…………………………………………………………. 54

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Mantrijeron............................................11


Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Mantrijeron............................................13
Gambar 3. Pendaftaran pasien di Puskesmas Mantrijeron.........................................20
Gambar 4. Ruang Pendaftaran Puskesmas Mantrijeron.............................................20
Gambar 5. Nomor Antrian.........................................................................................20
Gambar 6. Penginputan data hasil pemeriksaan pasien pada SIMPUS dan P-Care. .21
Gambar 7. Ruang Rekam Medis................................................................................24
Gambar 8. Pengukuran Berat dan Tinggi Badan Balita yang Dicurigai Stunting.....29
Gambar 9. Pemeriksaan Balita Stunting pada Poli Umum dengan Dokter Umum.. .30
Gambar 10. Anamnesis di Balai Pengobatan Umum.................................................31
Gambar 11. Ruang Pemeriksaan Dewasa di BPU.....................................................32
Gambar 12. Pengamatan Spesimen Oleh Petugas Laboratorium..............................33
Gambar 13. Pembuatan Obat Puyer di Ruang Farmasi.............................................34
Gambar 14. Persiapan Obat Setiap Resep Pasien......................................................35
Gambar 15. Loket Pengambilan Obat........................................................................35
Gambar 16. Ruang Konsultasi Psikologis..................................................................36
Gambar 17. Pelayanan Gigi di Balai Pengobatan Gigi..............................................40
Gambar 18. Pendaftaran di Puskesmas Pembantu Mantrijeron.................................43
Gambar 19. Anamnesis, Pemeriksaan Vital Sign, dan Lingkar Lengan Pasien........44
Gambar 20. Ruang Pemeriksaan di Poli KIA-KB.....................................................44
Gambar 21. Ruang Laboratorium..............................................................................45

vi
Gambar 22. Pemeriksaan Gigi Pada Ibu Hamil.........................................................45
Gambar 23. Jadwal Pelayanan KIA-KB di Puskesmas Pembantu Mantrijeron........46
Gambar 24. Pemeriksaan Pasien di Poli Infeksi........................................................48
Gambar 25. Ruang Tunggu Pasien yang Bergejala Infeksius....................................48
Gambar 26. Pendaftaran Test Swab Antigen.............................................................49

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kemantren Mantrijeron..12


Tabel 2. Kode Huruf pada Rekam Medis...................................................................22
Tabel 3. Kode Angka pada Rekam Medis..................................................................22
Tabel 4. Kode Warna pada Rekam Medis..................................................................23

vii
BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pusat Kesehatan Masyarakat atau disingkat dengan Puskesmas menurut
Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan
perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan
preventif di wilayah kerjanya. Upaya kesehatan masyarakat (UKM) adalah setiap
kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan
menanggulangi adanya masalah kesehatan dengan sasaran keluarga, kelompok,
dan masyarakat. Sedangkan upaya kesehatan perseorangan (UKP) adalah suatu
kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang ditujukan
untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit, pengurangan
penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan. Selain upaya
kesehatan masyarakat (UKM) dan upaya kesehatan perseorangan (UKP),
puskesmas juga menjalankan upaya kesehatan pengembangan yang merupakan
inovasi atau ide yang dikembangkan berdasarkan permasalahan khusus yang
dihadapi di ruang lingkup kerja setiap puskesmas.

B. Tujuan Puskesmas
Berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun 2019 Pasal 2, pembangunan
kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas memiliki tujuan untuk
mewujudkan wilayah kerja Puskesmas yang sehat, dengan masyarakat yang :
1. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan, dan
kemampuan hidup sehat.
2. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu.
3. Hidup dalam lingkungan sehat

8
9

4. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok,


dan masyarakat.

C. Prinsip Puskesmas
Prinsip penyelenggaraan Puskesmas menurut Permenkes No. 43 Tahun
2019 Pasal 3, meliputi :
1. Paradigma sehat
Puskesmas mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berpartisipasi
dalam upaya mencegah dan mengurangi risiko kesehatan yang dihadapi
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat melalui Gerakan Masyarakat
Hidup Sehat.
2. Pertanggungjawaban wilayah
Menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan
di wilayah kerjanya.
3. Kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.
4. Ketersediaan akses pelayanan kesehatan
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau
oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya, dan kepercayaan.
5. Teknologi tepat guna
Menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan memanfaatkan teknologi
yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan, dan tidak
berdampak buruk bagi lingkungan.
6. Keterpaduan dan kesinambungan
10

Puskesmas mengintegrasikan dan mengkoordinasikan penyelenggaraan


UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem
Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.

D. Wilayah Kerja Puskesmas


Wilayah kerja puskesmas berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun 2019
Pasal 1, bahwa puskesmas harus didirikan pada setiap kecamatan dengan
mempertimbangkan kondisi tertentu (kebutuhan pelayanan, jumlah penduduk,
dan aksesibilitas) sehingga dalam satu kecamatan dapat didirikan lebih dari satu
puskesmas.

E. Fungsi Puskesmas
Berdasarkan Permenkes No. 43 Tahun 2019 Pasal 5, dalam melaksanakan
tugasnya puskesmas memiliki dua fungsi utama yaitu :
1. Penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya.
2. Penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
11

BAB II. PROFIL PUSKESMAS MANTRIJERON

F. Kondisi Geografis
Puskesmas Mantrijeron merupakan puskesmas dengan wilayah kerja satu
wilayah kecamatan Mantrijeron. Puskesmas Mantrijeron merupakan fasilitas
layanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan
perorangan di tingkat pertama yang terletak di Jalan DI Panjaitan No. 82,
Suryodiningratan, Kecamatan Mantrijeron, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa
Yogyakarta.
Luas wilayah kecamatan Mantrijeron adalah 2,61 km2 yang terbagi dalam
3 kelurahan yaitu :
1. Kelurahan Gedongkiwo dengan luas 0,90 km2 yang terdiri atas 18 RW dan
86 RT.
2. Kelurahan Suryodiningratan luasnya 0,85 km2 yang terdiri atas 17 RW dan
70 RT.
3. Kelurahan Mantrijeron dengan luas 0,86 m2 yang terdiri atas 20 RW dan 76
RT.
Kemantren Mantrijeron terletak di Kota Yogyakarta bagian Selatan,
berbatasan dengan Kabupaten Bantul dengan luas 2,61 km2 dan masih memiliki
area persawahan seluas 1,00 ha. Kemantren Mantrijeron terletak pada :
7.49o14,85” LS dan 110.21o40,95” BT, dengan ketinggian 113 meter di atas
permukaan laut.
12

Gambar 1. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Mantrijeron

Batas wilayah kerja Puskesmas Mantrijeron adalah :


1. Sebelah Utara : Kemantren Kraton
2. Sebelah Timur : Kemantren Mergangsan
3. Sebelah Selatan : Kapanewon Sewon, Kabupaten Bantul
4. Sebelah Barat : Kemantren Wirobrajan, Kapanewon Kasihan

G. Demografi
Jumlah dan kepadatan penduduk menurut kelurahan di wilayah
Kemantren Mantrijeron tahun 2021 sejumlah 35.592 jiwa. Kemantren
Mantrijeron terbagi menjadi tiga kelurahan, yaitu : Kelurahan Gedongkiwo,
Kelurahan Suryodiningratan, dan Kelurahan Mantrijeron. Secara keseluruhan
Kemantren Mantrijeron terdiri dari 12 Kampung, 55 RW, dan 231 RT.
13

Tabel 1. Luas Wilayah, Jumlah dan Kepadatan Penduduk Kemantren Mantrijeron

Kelurahan Luas wilayah Jumlah penduduk Kepadatan Penduduk


(km2) (jiwa) (jiwa/km2)

Gedongkiwo 0,90 14.102 15.668,89

Suryodiningratan 0,85 11.257 13.243,53

Mantrijeron 0,86 10.233 11.898,84

Jumlah 2,61 35.592 13.637

H. Visi dan Misi


1. Visi
Visi Puskesmas Mantrijeron yaitu menjadi puskesmas yang mampu
memberikan pelayanan kesehatan dasar bermutu, merata dan terjangkau.
2. Misi
Misi Puskesmas Mantrijeron yaitu :
a. Memberikan pelayanan kesehatan dasar yang bermutu sesuai standar.
b. Memberikan pelayanan yang mengutamakan kepentingan masyarakat.
c. Meningkatkan kemandirian masyarakat dalam bidang kesehatan.
d. Memberikan pelayanan kesehatan dengan pendekatan keluarga

I. Tata Nilai
Tata nilai dikenal dengan sebutan OEMJI, yaitu :
O = Orientasi pelanggan
E = Empati
M = Mutu
J = Jujur
I = Inovatif
14

J. Struktur Organisasi

Gambar 2. Struktur Organisasi Puskesmas Mantrijeron

K. Tugas Pokok dan Fungsi


1. Kepala Puskesmas
Tugas pokok kepala puskesmas adalah memimpin, mengoordinasi dan
mengendalikan pelaksanaan program Pusat Kesehatan Masyarakat di
lingkup kecamatan.
Kepala Puskesmas dalam melaksanakan tugas pokok mempunyai
fungsi sebagai berikut:
15

a. Pengumpulan dan pengolahan bahan dalam penyusunan rencana teknis


operasional pembinaan, pengembangan serta pengendalian terhadap
pelaksanaan program Puskesmas di lingkup kecamatan.
b. Pelaksanaan pembinaan, pengembangan, dan pengendalian terhadap
pelaksanaan Puskesmas di lingkup kecamatan.
c. Pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi.
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian kinerja
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

2. Kepala Tata Usaha


Tugas pokok kepala tata usaha dan bagian tata usaha yaitu
merencanakan kegiatan sistem informasi Puskesmas, kepegawaian, rumah
tangga, keuangan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program serta
kelembagaan dan ketatalaksanaan.
Kepala Bagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugas pokok
mempunyai fungsi sebagai berikut :
a. Pelaksanaan pengelolaan sistem informasi puskesmas, kepegawaian,
rumah tangga, keuangan, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan program
serta kelembagaan dan ketatalaksanaan.
b. Pengelolaan urusan surat menyurat/naskah dinas lainnya, kearsipan,
kepustakaan, kehumasan, protokol, barang milik daerah/aset dan rumah
tangga kedinasan.
c. Pelaksanaan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi sesuai dengan tugas
pokok dan fungsi.
d. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan serta capaian kinerja
sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.

3. Penanggungjawab UKM Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat


16

Tugas pokoknya yaitu memelihara, mencegah dan menanggulangi


timbulnya masalah kesehatan dengan sasaran individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.
Penanggungjawab UKM Esensial dan Keperawatan Kesehatan
Masyarakat dalam melaksanakan tugas pokok mempunyai fungsi
menyelenggarakan UKM esensial dan keperawatan kesehatan masyarakat,
yang meliputi:
a. Penyelenggaraan pelayanan promosi kesehatan dan UKS.
b. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lingkungan.
c. Penyelenggaraan pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM.
d. Penyelenggaraan pelayanan gizi yang bersifat UKM.
e. Penyelenggaraan pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
f. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Penanggungjawab UKM Pengembangan


Tugas pokok penanggungjawab UKM Pengembangan yaitu
melaksanakan peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit dan memulihkan kesehatan khusus.
Penanggungjawab UKM Pengembangandalam melaksanakan tugas
pokok mempunyai fungsi menyelenggarakan UKM pengembangan, yang
meliputi:
a. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan jiwa
b. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi masyarakat
c. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan tradisional komplementer
d. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan olahraga.
e. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan indera
f. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan lansia
g. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan kerja.
17

5. Penanggungjawab UKP, Kefarmasian dan Laboratorium


Tugas pokoknya adalah melaksanakan peningkatan, pencegahan,
penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan
memulihkan kesehatan perseorangan.
Penanggungjawab UKP Kefarmasian, dan Laboratorium dalam
melaksanakan tugas pokok mempunyai fungsi yaitu menyelenggarakan
UKP, kefarmasian dan laboratorium, yang meliputi:
a. Penyelenggaraan pelayanan pemeriksaan umum.
b. Penyelenggaraan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.
c. Penyelenggaraan pelayanan KIA-KB yang bersifat UKP dan persalinan.
d. Penyelenggaraan pelayanan gawat darurat;
e. Penyelenggaraan pelayanan gizi klinik.
f. Penyelenggaraan pelayanan kefarmasian.
g. Penyelenggaraan pelayanan laboratorium/penunjang.

6. Penanggungjawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas


Pelayanan Kesehatan
Tugas pokoknya yaitu melaksanakan, memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah dan menanggulangi timbulnya masalah kesehatan
dengan sasaran keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Penanggungjawab Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring
Fasilitas Pelayanan dalam melaksanakan tugas pokok mempunyai fungsi
yaitu : menyelenggarakan jaringan pelayanan puskesmas dan jejaring
fasilitasi pelayanan kesehatan, yang meliputi:
a. Puskesmas pembantu.
b. Puskesmas keliling.
c. Bidan desa.
d. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan.
18

7. Penanggungjawab Bangunan, Sarana, dan Prasarana Puskesmas


Tugas pokoknya adalah membantu Kepala Bidang Sumber Daya
Kesehatan dalam melaksanakan pengelolaan bangunan, sarana, dan
prasarana serta melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh kepala Bidang
Sumber Daya Kesehatan. Fungsinya adalah :
a. Melaksanakan penatausahaan bangunan, sarana, dan prasarana;
b. Melaksanakan analisis kebutuhan bangunan, sarana, dan prasarana;
c. Melaksanakan penyediaan bangunan, sarana, dan prasarana;
d. Melaksanakan pemeliharaan sarana, dan prasarana;
e. Melaksanakan pembinaaan pengelolaan sarana, dan prasarana;
f. Menyusun standard dan prosedur penyediaan sarana, dan prasarana;
g. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis pengelolaan sarana, dan
prasarana;
h. Melaksanakan pelaksanaan pengelolaan aset UPTD Puskesmas;
i. Mengkoordinasikan dengan lintas program dan lintas sektor terkait
pengelolaan sarana dan prasarana

8. Penanggungjawab Mutu Puskesmas


Tugas pokok penanggungjawab mutu puskesmas yaitu membantu
pelayanan kesehatan dalam melaksanakan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala
Puskesmas. Fungsinya yaitu :
a. Melaksanakan dan pembinaaan administrasi dan ketatausahaan
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
b. Penyusunan petunjuk teknis peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
c. Penyusunan petunjuk teknis pembinaan peningkatan mutu pelayanan
kesehatan.
d. Menyusun standar dan prosedur peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
e. Penyelenggaraan peningkatan mutu dan jumlah pelayanan kesehatan.
19

f. Pengelolaan fasilitas pelayanan kesehatan dan peningkatan mutu.


g. Melaksanakan pembinaan dan bimbingan teknis peningkatan mutu
pelayanan kesehatan perorangan.
h. Mengkoordinasikan dengan lintas program dan lintas sektor terkait
penyelenggaraan peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
BAB III. KEGIATAN DI PUSKESMAS MANTRIJERON

L. Pelayanan Pasien
1. Pendaftaran Pasien
Pendaftaran pasien di Puskesmas Mantrijeron dibedakan menjadi dua
jenis pasien yaitu :
a. Pasien Tidak Gawat Darurat
Pasien mengambil nomor antrian dan memilih poli mana yang ingin
dituju. Petugas akan mencarikan rekam medis sesuai dengan nomor
rekam medis pasien, untuk pasien baru diminta untuk mengisi data
sosial terlebih dahulu kemudian akan dibuatkan rekam medis baru
pasien. Pasien diminta untuk menunggu diruang tunggu yang telah
tersedia, untuk pasien dengan indikasi batuk, pilek, demam, diare, dan
sakit tenggorokan akan diarahkan menuju area poli infeksi. Pasien yang
tidak menggunakan BPJS diminta untuk membayar terlebih dahulu
sebelum menuju poli masing-masing.

b. Pasien Gawat darurat


Penerimaan pasien dan melakukan pendaftaran melakukan TRIASE
kemudian menentukan CBA. Apabila kuning maka dilakukan
anamnesis, pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang, serta dilanjutkan tindakan. Lalu puskesmas akan segera
merujuk pasien ke rumah sakit apabila fasilitas yang tersedia kurang dan
puskesmas tidak mampu menangani pasien pada ruang tindakan.

20
Gambar 3. Pendaftaran pasien di Puskesmas Mantrijeron

Gambar 4. Ruang Pendaftaran Puskesmas Mantrijeron

Gambar 5. Nomor Antrian

21
Gambar 6. Penginputan data hasil pemeriksaan pasien pada SIMPUS dan P-Care

2. Sistem Rekam Medis


Sistem rekam medis yang berlaku pada Puskesmas Mantrijeron,
Yogyakarta menggunakan SIMPUS serta P-Care yang diinput oleh petugas
rekam medis namun pada puskesmas Mantrijeron masih menggunakan
rekam medis manual atau berupa tulisan tangan dan belum menggunakan
sistem rekam medis berbasis elektronik.
Pada bagian rekam medis petugas rekam medis menerima data pasien
yang sudah dicetak pada pendaftaran untuk mengambil rekam medis pasien
sesuai dengan data pasien. Pada bagian pendaftaran memiliki kode yang
merupakan unit pelayanan atau poli yang dituju untuk memudahkan bagian
rekam medis dalam mengelompokkan serta mencari rekam medis pasien
dengan kode berupa :

22
Tabel 2. Kode Huruf pada Rekam Medis

Kode Keterangan

A Poli Anak

B Poli Dewasa

C Poli Lansia

D Poli Gigi

E Poli Infeksius

Selain itu terdapat penandaan pada sisi kiri buku rekam medis pasien
berupa warna-warna untuk menandai 2 digit terakhir pada rekam medis
dengan keterangan berupa :

Tabel 3. Kode Angka pada Rekam Medis

Angka Keterangan Warna

0 Ungu muda

1 Kuning

2 Hijau

3 Cokelat muda

4 Biru

5 Cokelat

6 Merah muda

7 Hijau muda

8 Merah

9 Ungu tua

23
Terdapat kriteria sticker yang menunjukan status pasien yang
ditempelkan pada bagian depan dengan keterangan yang berupa :

Tabel 4. Kode Warna pada Rekam Medis

Warna Keterangan

Merah Pasien TBC

Kuning HIV

Cokelat Jiwa

Hijau Hipertensi, DM (penyakit tidak menular)

Rekam medis yang telah ditemukan pada bagian rekam medis


dilakukan penandaan dengan dengan tracer untuk memudahkan petugas saat
mengembalikan rekam medis kembali. Rekam medis yang telah didapatkan
dilakukan pengantaran pada masing-masing poli untuk diberikan pada dokter
yang bertanggung jawab. Rekam medis yang telah dilakukan pengisian oleh
dokter yang memeriksa dikembalikan pada bagian rekam medis untuk
dilakukan pencatatan kembali oleh petugas pada SIMPUS, apabila terdapat
catatan yang diberikan oleh dokter berupa rujukan untuk pasien maka pasien
menyerahkan pada bagian pendaftaran yang akan diinput kedalam P-Care
oleh bagian rekam medis dan melakukan pencetakan surat rujukan yang
akan ditandatangani oleh dokter yang bertanggung jawab.

24
Gambar 7. Ruang Rekam Medis

3. Sistem Pembayaran
Pada puskesmas Mantrijeron terdapat dua jenis pembayaran, yaitu
pembayaran dengan menggunakan BPJS atau asuransi dan pembayaran
mandiri. Pada sistem pembayaran Puskesmas Mantrijeron pembayaran
dibebankan di awal saat pendaftaran. Bagi pasien yang memiliki asuransi
kesehatan BPJS, pasien dapat menggunakannya untuk mendapatkan
perawatan tertentu yang ditanggung pada FasKes tingkat 1 dengan
pembebanan biaya tergantung pada masing-masing kasus yang ditangani.
Pembayaran dengan sistem ini menggunakan dana kapitasi, dengan besaran
bayaran per bulan yang dibayar didepan kepada FKTP berdasarkan jumlah
peserta yang terdaftar tanpa adanya perhitungan untuk jenis dan jumlah
pelayanan kesehatan yang diberikan sesuai dengan Permenkes Nomor 21
tahun 2016. Pembayaran mandiri berlaku apabila pasien tidak terdaftar
sebagai peserta BPJS atau merupakan peserta BPJS luar wilayah sehingga
pasien membayar pelayanan yang telah ditetapkan oleh pemerintah setempat.

25
4. Sistem Rujukan
Sistem rujukan yang berlaku pada Puskesmas Mantrijeron dapat
bersifat internal maupun eksternal. Sistem rujukan internal merupakan
rujukan antar poli dapat dilakukan antar 1 poli ke poli lainnya sedangkan
untuk rujukan eksternal dapat berupa rujukan horizontal. Namun apabila
rujukan yang dibutuhkan tidak ada di Puskesmas Mantrijeron, maka dapat
dilakukan rujukan eksternal ke Rumah Sakit tipe D atau klinik yang dapat
menyediakan pelayanan yang dibutuhkan oleh pasien. Rujukan yang
dilakukan bagi pasien BPJS dapat melalui sistem P-Care.

M. Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan


(UKP)
Terdapat dua jenis Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang harus
dilakukan di puskesmas yaitu UKM Esensial dan UKM Pengembangan. Terdapat
5 UKM Esensial yang wajib dilaksanakan di puskesmas, sedangkan UKM
Pengembangan merupakan program yang dilaksanakan sesuai dengan prioritas
masalah kesehatan yang terdapat di wilayah kerja suatu puskesmas.

1. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial


Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial yang dilaksanakan di
Puskesmas Mantrijeron antara lain, yaitu :
a. Pelayanan Promosi Kesehatan
Promosi kesehatan pada tingkat puskesmas merupakan upaya
kesehatan masyarakat esensial, dimana kegiatan tersebut meliputi
kegiatan penyuluhan, pemberdayaan masyarakat, pelatihan dan
advokasi. Pada kegiatan penyuluhan dapat dilakukan promosi kesehatan
di sekolah pendidikan dasar; penyuluhan pada kelompok atau
masyarakat tentang perilaku menjaga kebersihan diri; penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil, anak balita, anak, remaja,

26
dewasa, lansia; penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat tentang
imunisasi, konseling kesehatan reproduksi pada kelompok anak remaja;
peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang pencegahan
penularan HIV-AIDS dan IMS; peningkatan pengetahuan dan
kepedulian masyarakat tentang penyakit diare, tifoid, dan hepatitis;
edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan bagi
bumil KEK/Kurus.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang terdapat pada tingkat
puskesmas yaitu, memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan
kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap
kesehatan, membentuk jejaring dalam pembentukan PHBS di
masyarakat, penggerakan kelompok masyarakat dalam pemanfaatan
Posyandu, kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk Peningkatan
Penggunaan Obat Rasional melalui metode Cara Belajar Insan Aktif
(CBIA).
Puskesmas juga bertanggung jawab dalam melatih kader-kader
kesehatan yang terdapat pada wilayah kerjanya. Kegiatan pelatihan
terdiri dari pelatihan perawatan diri dan mempraktekkan PHBS, melatih
kader kesehatan dalam menyampaikan informasi pada kelompok atau
masyarakat tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS di daerah
binaan, melatih kader tentang Swamedikasi dan Penggunaan Obat
melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA), mengadvokasi
masyarakat dan lintas terkait dalam praktik PHBS dan penanggulangan
masalah kesehatan tertentu, advokasi tokoh masyarakat dalam
membentuk kelompok swabantu terkait perawatan masalah gizi.

b. Pelayanan Kesehatan Lingkungan


Pemantauan tempat tempat umum, pengelolaan makanan, dan sumber
air bersih.

27
c. Pelayanan KIA dan KB
Kegiatan pelayanan KIA dan KB yang terdapat dalam kegiatan
puskesmas yaitu, pelayanan imunisasi di kelompok atau masyarakat,
skrining kesehatan siswa sekolah pendidikan dasar, dan penyuluhan KB
sesuai program pemerintah pada kelompok usia subur atau masyarakat.

d. Pelayanan Gizi
Pelayanan gizi yang wajib dilaksanakan di puskesmas yaitu,
melakukan deteksi dini atau penemuan kasus gizi di masyarakat,
surveilans gizi, melakukan asuhan keperawatan pada kasus gizi di
kelompok atau masyarakat. Dalam hal ini, Puskesmas Mantrijeron
memiliki program yang dilakukan untuk memenuhi pelayanan gizi
dalam wilayah kerjanya. Salah satu programnya dilakukan dengan
sasaran balita stunting.
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang
atau tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi
ini diukur dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua
standar deviasi median standar pertumbuhan anak dari WHO. Balita
stunting termasuk masalah gizi kronis yang disebabkan oleh banyak
faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada
bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang
akan datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan
fisik dan kognitif yang optimal.
Nutrisi yang diperoleh sejak bayi lahir tentunya sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhannya termasuk risiko terjadinya
stunting. Tidak terlaksananya inisiasi menyusu dini (IMD), gagalnya
pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif, dan proses penyapihan dini
dapat menjadi salah satu faktor terjadinya stunting. Sedangkan dari sisi

28
pemberian makanan pendamping ASI (MP ASI) hal yang perlu
diperhatikan adalah kuantitas, kualitas, dan keamanan pangan yang
diberikan.
Kondisi sosial ekonomi dan sanitasi tempat tinggal juga
berkaitan dengan terjadinya stunting. Kondisi ekonomi erat kaitannya
dengan kemampuan dalam memenuhi asupan yang bergizi dan
pelayanan kesehatan untuk ibu hamil dan balita. Sedangkan sanitasi dan
keamanan pangan dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit
infeksi.
Penyakit infeksi yang disebabkan oleh higiene dan sanitasi yang
buruk (misalnya diare dan kecacingan) dapat menganggu penyerapan
nutrisi pada proses pencernaan. Beberapa penyakit infeksi yang diderita
bayi dapat menyebabkan berat badan bayi turun. Jika kondisi ini terjadi
dalam waktu yang cukup lama dan tidak disertai dengan pemberian
asupan yang cukup untuk proses penyembuhan maka dapat
mengakibatkan stunting.
Stunting merupakan salah satu target Sustainable Development
Goals (SDGs) yang termasuk pada tujuan pembangunan berkelanjutan
ke-2 yaitu menghilangkan kelaparan dan segala bentuk malnutrisi pada
tahun 2030 serta mencapai ketahanan pangan. Target yang ditetapkan
adalah menurunkan angka stunting hingga 40% pada tahun 2025.
Berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021
angka stunting secara nasional mengalami penurunan sebesar 1,6 persen
per tahun dari 27.7 persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen tahun 2021.
Hampir sebagian besar dari 34 provinsi menunjukkan penurunan
dibandingkan tahun 2019 dan hanya 5 provinsi yang menunjukkan
kenaikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa implementasi dari kebijakan
pemerintah mendorong percepatan penurunan stunting di Indonesia
telah memberi hasil yang cukup baik.

29
Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang dilakukan Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan tidak
hanya memberikan gambaran status gizi balita saja tetapi juga dapat
digunakan sebagai instrumen untuk monitoring dan evaluasi capaian
indikator intervensi spesifik maupun intervensi sensitif baik di tingkat
nasional maupun kabupaten/kota yang telah dilakukan sejak 2019 dan
hingga tahun 2024. Saat ini, Prevalensi stunting di Indonesia lebih baik
dibandingkan Myanmar (35%), tetapi masih lebih tinggi dari Vietnam
(23%), Malaysia (17%), Thailand (16%) dan Singapura (4%).
Puskesmas Mantrijeron secara rutin melakukan pemeriksaan
stunting pada balita yang dibantu oleh kader pada setiap desa. Kader
akan melakukan pemeriksaan terhadap berat badan dan tinggi badan
balita yang kemudian disesuaikan dengan usia balita. Balita yang
dicurigai mengalami stunting akan diberikan undangan untuk dilakukan
validasi di Puskesmas Mantrijeron. Balita-balita yang terkonfirmasi
mengalami stunting akan diberi rujukan untuk dilakukan pemeriksaan
ke dokter umum, dokter gigi, laboratorium, dan psikolog lalu dimonitor
perkembangan gizinya dan diberikan bantuan makanan lokal selama 90
hari bergantung pada perkembangan tingkat gizinya.

30
Gambar 8. Pengukuran Berat dan Tinggi Badan Balita yang Dicurigai Stunting

Gambar 9. Pemeriksaan Balita Stunting pada Poli Umum dengan Dokter Umum

e. Pelayanan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit


Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit terbagi
menjadi dua yaitu kegiatan pencegahan dan pengendalian penyakit tidak
menular dengan kegiatan posbindu penyakit Tidak menular (PTM).
Kegiatan kedua yaitu pencegahan dan pengendalian penyakit menular
berupa pengendalian filariasis, kecacingan, DBD, malaria, zoonosis,
HIV/AIDS, IMS, dan Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

31
2. Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan
UKM Pengembangan berdasarkan Permenkes Nomor 43 Tahun 2019
Pasal 53 yaitu upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya bersifat
inovatif dan/atau disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan,
kekhususan wilayah kerja, dan potensi sumber daya yang tersedia di
Puskesmas.
UKM Pengembangan yang ada di Puskesmas Mantrijeron, yaitu:
a. KESORGA (Kesehatan Olahraga)
b. PKPR (Penyuluhan Kesehatan Peduli Remaja)

3. Upaya Kesehatan Perorangan


Kegiatan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang dilaksanakan di
Puskesmas Mantrijeron terdiri dari beberapa unit yaitu :
a. Balai Pengobatan Umum
Salah satu UKP yang dilaksanakan di Puskesmas Mantrijeron
yaitu pelayanan pengobatan umum. Balai pengobatan umum di
Puskesmas Mantrijeron terdiri dari beberapa poli yang terdiri dari poli
umum dewasa, poli umum anak, poli umum lansia, poli umum infeksi.
Poli umum infeksi merupakan poli yang baru terbentuk semenjak
pandemi Covid-19, poli tersebut bertujuan untuk memisahkan pasien
dengan gejala Covid-19 dengan pasien umum lainnya, sehingga dapat
memutus rantai penyebaran Covid-19. Pasien dengan keluhan gejala
infeksi seperti demam, batuk, pilek, diare, dan sebagainya diarahkan
menuju ke poli umum infeksi dengan ruang tunggu pasien yang terpisah
dengan ruang tunggu pasien lainnya. Apabila keluhan tidak mengarah
ke penyakit infeksi maka pasien diarahkan ke poli umum dewasa atau
poli umum anak. Poli umum lansia di Puskesmas Mantrijeron khusus
untuk pelayanan lansia yang ingin melakukan pemeriksaan rutin dan
kontrol.

32
Gambar 10. Anamnesis di Balai Pengobatan Umum

Gambar 11. Ruang Pemeriksaan Dewasa di BPU

b. Balai Pengobatan Gigi


Pelayanan pengobatan gigi di Puskesmas Mantrijeron
dilaksanakan sebagai salah satu UKP yang dilakukan di Balai
Pengobatan Gigi (BPG). BPG Puskesmas Mantrijeron memiliki 3 dental

33
unit, 2 dokter gigi, dan 3 perawat gigi yang bertugas dengan sistem
bergantian setiap harinya.

c. Laboratorium
Pelayanan Laboratorium di Puskesmas Mantrijeron terletak pada
dua tempat yaitu di Puskesmas Induk dan Puskesmas Pembantu.
Ruangan Laboratorium pada kedua tempat tersebut dilengkapi dengan
mikroskop, haematology analysis, fotometer, lemari pendingin, dan
lainnya. Pada puskesmas pembantu, pelayanan laboratorium hanya buka
pada Hari Senin dan Rabu bersamaan dengan jadwal KIA-KB.
Pelayanan pada Puskesmas Pembantu berupa urin rutin, tes kehamilan,
Hemoglobin, golongan darah, rhesus, Hbs Ag, Gula darah sewaktu, TP
Rapid (Syphilis). Sedangkan pada Puskesmas Induk dapat melakukan
pelayanan yang lebih luas seperti darah rutin, faeses rutin, SGPT, dan
SGOT.

Gambar 12. Pengamatan Spesimen Oleh Petugas Laboratorium


d. Farmasi

34
Pelayanan farmasi di Puskesmas Mantrijeron bertanggung jawab
untuk memberikan obat-obat yang telah diresepkan oleh dokter kepada
pasien. Bagian farmasi melakukan penyimpanan obat-obat berdasarkan
fungsi dari masing-masing obat. Ruangan farmasi dan penyimpanan
obat di Puskesmas Mantrijeron berada pada suhu ruangan. Obat yang
tergolong mengandung psikotropika disimpan dengan sistem keamanan
yang ketat yaitu sistem double-lock. Pengeluaran obat di Puskesmas
Mantrijeron menggunakan First Expired First Out (FEFO). Jenis obat
yang ada di Puskesmas Mantrijeron antara lain seperti : obat dan bahan
kedokteran gigi, tablet, obat luar berupa salep, vaksin, psikotropika,
narkotika, dan obat program.
Obat program merupakan obat yang diberikan kepada
masyarakat yang menderita penyakit tertentu sesuai dengan program
yang telah ditetapkan secara nasional dalam mendukung program
kesehatan. Obat program disediakan oleh pemerintah pusat melalui
Dana APBN maupun pihak swasta dan bantuan dari luar negeri. Obat
program disediakan untuk mendukung pembangunan proses kesehatan
baik secara nasional maupun internasional. Contoh obat program yang
telah ditetapkan pemerintah antara lain : obat HIV, TBC, Malaria,
Kusta, korban narkotika, perbaikan gizi (berupa obat cacing), tabet
tambah darah untuk program pada remaja, dan tablet asam folat untuk
program pada ibu hamil.
Alur pemberian obat pada pasien di Puskesmas Mantrijeron
diawali oleh dokter atau dokter gigi yang memberikan resep obat
melalui kertas resep, kemudian pasien membawa kertas resep tersebut
menuju ke bagian pelayanan farmasi, kemudian diterima oleh apoteker
dan segera menyiapkan obat-obat tersebut sehingga pasien tidak
menunggu terlalu lama untuk mengambil obat. Kemudian petugas
farmasi akan memanggil nama pasien dan mengkonfirmasi nama serta

35
tanggal lahir pasien kemudian obat diserahkan kepada pasien. Apoteker
juga wajib mengedukasi fungsi dan penggunaan masing-masing obat.
Pasien kemudian dipersilahkan pulang.

Gambar 13. Pembuatan Obat Puyer di Ruang Farmasi

Gambar 14. Persiapan Obat Setiap Resep Pasien

36
Gambar 15. Loket Pengambilan Obat
e. Psikologi
Pelayanan psikologi yang terdapat pada Puskesmas Mantrijeron
antara lain yaitu pelayanan perorangan dimana layanan tersebut
melayani dari masing-masing pribadi untuk permasalahan diri. Poli
psikologi juga melayani kegiatan yang berkolaborasi antar poli seperti,
pada program KIA dan KB dimana psikolog berkolaborasi dengan
bidang gizi serta kebidanan untuk mempersiapkan psikologis ibu hamil
dan calon pengantin agar lebih stabil dan memonitor calon ibu hamil
dan calon pengantin. Poli psikolog juga berkolaborasi dengan gizi untuk
mengatasi orang tua yang memiliki anak yang mengalami gizi yang
tidak baik, untuk memperbaiki keadaan mental atau mencari tahu
penyebab dari anak dengan gizi yang tidak baik.

37
Psikolog juga berperan dalam Layanan Komprehensif
Berkesinambungan (LKB) untuk pasien-pasien dengan penyakit seperti
HIV agar pasien tersebut bisa menjaga kepercayaan diri untuk menjaga
pola hidup yang baik. Poli psikologi juga berperan dalam promosi
kesehatan seperti penyuluhan pada beberapa sekolah mengenai masalah
kesehatan jiwa agar siswa-siswi lebih paham mengenai permasalahan
jiwa lebih baik.

Gambar 16. Ruang Konsultasi Psikologis


4. Program Unggulan
Program unggulan merupakan inobasi-inovasi yang dibuat oleh
puskesmas untuk meningkatkan mutu pelayanannya. Peningkatan mutu
pelayanan kesehatan perlu diupayakan melalui program unggulan yang
disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan kondisi wilayah. Beberapa
program unggulan di Puskesmas Mantrijeron:
a. JUMANTIK MAWEWE
JUMANTIK MAWEWE merupakan singkatan dari Jumantik
Omahe Dewe-Dewe yang merupakan upaya untuk mencegah
meningkatnya penyakit DBD dengan sebagai sarana pemberdayaan
masyarakat. Program ini merupakan program pemberantasan sarang
nyamuk, program ini mengajak keluarga dan masyarakat di wilayah

38
mantrijeron untuk mencegah perkembang biakan nyamuk (khususnya
aedes aegypti), dengan cara membasmi jentik-jentik yang ada dirumah,
membasmi genangan air kotor di dalam rumah/di luar rumah.
Juru pemantau jentik (jumantik) pada setiap keluarga diberi
pelatihan dan penyuluhan mengenai nyamuk aedes aegypti, penyakit
DBD, dan cara memberantasnya. Jumantik sendiri, bertugas untuk
memantau keberadaan dan perkembangan jentik nyamuk. Selain itu
bertugas untuk memantau masyarakat menjalankan prinsip 3M Plus
(Menguras bak mandi, Menutup tempat penampungan air,
Memanfaatkan kembali barang bekas, Plus Mencegah gigitan nyamuk).

b. KENDIL BUMIL
KENDIL BUMIL merupakan singkatan dari Kartu Kendali Ibu
Hamil merupakan program untuk menurunkan angka kematian ibu dan
anak. Program ini digunakan sebagai sarana untuk pemberdayaan
masyarakat dengan memanfaatkan kader pendamping ibu hamil dan
menggunakan kartu pemantauan faktor risiko ibu hamil. Pada program
ini sebagai contoh pada ibu hamil yang menderita anemia, dilakukan
pemantauan rutin untuk meminum tablet tambah darah. Pemantauan dan
pencatatan terhadap ibu hamil yang meminum tablet tambah darah
dilakukan oleh kader. Hal tersebut bertujuan untuk menekan angka
kematian ibu dan anak, dan juga bayi lahir dengan berat badan rendah.

c. JEMARI MATOA
JEMARI MATOA merupakan singkatan dari Jejaring Mandiri
Toga dan Akupresur. Program ini merupakan salah satu program
unggulan puskesmas Mantrijeron yang bertujuan untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat membuat jejaring mandiri seperti dapat
melakukan pengobatan secara mandiri pada penyakit-penyakit ringan,

39
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam
memanfaatkan tanaman obat keluarga yang ada di sekitarnya.
Berdasarkan kasus penyakit yang masuk di pelayanan poli umum
puskesmas Mantrijeron kebanyakan penyakit ringan seperti nyeri sendi,
nyeri otot, pegel linu, pusing, batuk pilek. Sebagai contoh di wilayah
Suryodiningratan terdapat kelompok tani yang didalamnya ada
kelompok toga.
Kelompok toga diberikan pembinaan dan sosialisasi mengenai
pemanfaatan toga dan akupresur, kemudian kader diberikan pelatihan
supaya bisa mencontohkan dan memberikan informasi ke masyarakat.
Hal ini juga didukung oleh adanya potensi tanaman toga. Sosialisasi ini
dimulai dari PKK kecamatan lalu PKK kelurahan dan PKK wilayah RW
(khususnya kelompok asuhan mandiri toga). Kader- kader yang sudah
dilatih lalu membentuk keluarga binaan atau kelompok asuhan mandiri
yang awalnya berjumlah 5 orang lalu dikembangkan menjadi 17 orang
dan selanjutnya. Terdapat 4 kelompok kecil pada program ini yaitu :
kencur, jahe, ginseng, lidah buaya.
N. Balai Pengobatan Gigi (BPG)

Balai pengobatan gigi dan mulut di puskesmas merupakan pelayanan


medik yang bersifat dasar kedokteran gigi berdasarkan kebutuhan meliputi upaya
pengobatan dan rujukan, tetapi tidak mengabaikan upaya pencegahan. Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93 dan 94, menyatakan
bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk peningkatan kesehatan
gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan penyakit gigi, dan pemulihan
kesehatan gigi yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan
dan dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan
kesehatan gigi masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah, serta pemerintah dan

40
pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas pelayanan, alat
dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka memberikan pelayanan
kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat.
Pelayanan yang dilakukan di Balai Pengobatan Gigi (BPG) antara lain konsultasi
dan perawatan keluhan penyakit di rongga mulut pasien.
Pelayanan di poli gigi saat pandemi Covid-19 menjadi berkurang.
Kebijakan tersebut dibuat untuk melindungi dokter gigi dan pasien dari
penyebaran Virus Covid-19. Kegiatan yang dapat dikerjakan di poli gigi untuk
sementara waktu hanya konsultasi dan pencabutan gigi luksasi. Kasus yang
memerlukan tindakan pengeboran akan ditunda atau dapat dirujuk ke rumah sakit
yang telah ditentukan. Pasien yang memerlukan pengobatan dapat menuju poli
farmasi setelah konsultasi dan mendapatkan resep dari dokter gigi kemudian
pasien diminta untuk kembali ke puskesmas pada minggu berikutnya untuk
mengambil surat rujukan sehingga pasien dapat melanjutkan perawatan.

41
Gambar 17. Pelayanan Gigi di Balai Pengobatan Gigi

O. Program KIA dan KB

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu program
puskesmas yang penting dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui peningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita. Keluarga Berencana (KB)
merupakan program pemerintah untuk membatasi jumlah dengan mencegah
kehamilan, kelahiran yang dapat menunda kehamilan, jarak anak yang diinginkan
untuk mengatur laju pertumbuhan penduduk. Program KIA dan KB dilaksanakan
di Puskesmas Pembantu Mantrijeron, meliputi :
a. Pelayanan Kesehatan Ibu Hamil
Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan ibu hamil sesuai standar kepada semua ibu hamil di
wilayah kerja tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Ibu hamil harus
melakukan kunjungan sebanyak empat kali (K4) selama periode kehamilan

42
dengan ketentuan: satu kali pada trimester pertama dan kedua, dan dua kali
pada trimester ketiga. Pelayanan Pelayanan Kesehatan Masa Hamil wajib
dilakukan melalui pelayanan antenatal terpadu.

b. Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin


Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
Pelayanan Kesehatan Ibu Bersalin sesuai standar kepada semua ibu bersalin di
wilayah kerja kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun.
Persalinan normal dilakukan di fasilitas kesehatan dengan tenaga penolong
minimal terdiri dari dokter dan bidan, atau dua orang bidan, atau bidan dan
perawat. Persalinan komplikasi 23 mengacu pada Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan.

c. Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir


Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan bayi baru lahir sesuai standar kepada semua bayi usia 0-
28 hari di wilayah kerjanya dalam kurun waktu satu tahun. Kunjungan bayi
baru lahir dilakukan minimal tiga kali selama periode neonatal dengan
ketentuan : Kunjungan Neonatal 1 (KN1) pada 6-48 jam, KN2 pada 3-7 hari,
dan KN3 8-28 hari.

d. Pelayanan Kesehatan Balita


Pemerintah Daerah Tingkat Kabupaten/Kota wajib memberikan
pelayanan kesehatan sesuai standar kepada semua balita di wilayah kerja
kabupaten/kota tersebut dalam kurun waktu satu tahun. Pelayanan kesehatan
balita berusia 0-59 bulan dibedakan menjadi pelayanan kesehatan balita sehat
dan pelayanan kesehatan balita sakit.

43
Pelayanan program KIA-KB selama pandemi Covid-19 dilakukan
Puskesmas Pembantu Mantrijeron. Hal ini bertujuan untuk memisahkan
pasien sehat dan pasien sakit. Salah satu program pelayanan poli KIA-KB
Puskesmas Mantrijeron adalah Antenatal Care (ANC) terpadu. Pemeriksaan
ANC merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan mental ibu hamil secara optimal. Pemeriksaan ANC
dilakukan minimal empat kali selama kehamilan, yaitu satu kali pada trimester
pertama, satu kali pada trimester kedua dan dua kali pada trimester ketiga.
Pemeriksaan ini dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yaitu bidan, perawat,
dokter umum atau dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
Pelayanan KIA dan calon penganten (caten) di Puskesmas Pembantu
Mantrijeron dilakukan setiap hari senin dan rabu. Alur pasien di poli KIA
diawali dengan pendaftaran, kemudian pasien menuju poli KIA dengan
membawa kartu ibu dan mengisi informed consent. Pasien dipanggil sesuai
dengan nomor urut antrian dan dilakukan anamnesis pemeriksaan tekanan
darah, pengukuran tinggi badan, berat badan, lingkar lengan serta penentuan
usia kehamilan. Setelah itu, pasien dipersilahkan untuk memasuki ruang
pemeriksaan. Bidan melakukan anamnesis dan pemeriksaan leopold,
pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan Detak Jantung Janin (DJJ)
menggunakan fetal droppler. Pemeriksaan leopold merupakan pemeriksaan
dengan metode palpasi (perabaan) yang berfungsi untuk menentukan posisi
dan letak janin dalam kandungan serta memastikan usia kehamilan.
Pengukuran tinggi fundus uteri dilakukan dengan mengukur jarak antara tepi
atas simfisis pubis ke fundus uteri pasien menggunakan metlin. Pengukuran ini
berfungsi untuk menentukan usia kehamilan dan memperkirakan berat badan
janin. Pemeriksaan detak jantung janin dilakukan menggunakan fetal doppler
karena memiliki keunggulan yaitu output berupa audio elektronik sehingga
memungkinkan orang lain selain pemeriksa, untuk mendengarkan detak
jantung. Pasien selanjutnya diarahkan untuk melakukan pemeriksaan

44
laboratorium. Pemeriksaan laboratorium biasa dilakukan saat ANC pertama
dan keempat atau saat pasien memiliki keluhan tertentu yang termasuk
indikasi untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan
darah (hemoglobin, gula darah) dan urin (protein, jamur, dan bakteri dalam
urin). Setelah melakukan pemeriksaan laboratorium, pasien melanjutkan
konsultasi ke poli gizi, gigi dan psikologi. Kegiatan yang dapat dilakukan di
poli gigi untuk sementara waktu hanya skrining awal, mencatat diagnosis dan
rencana perawatan di lembar odontogram serta memberikan edukasi kepada
pasien terkait rencana perawatan yang seharusnya dilakukan.
Pemeriksaan calon penganten (caten) dilakukan dari laboratorium,
kemudian menuju poli KIA, poli gizi, imunisasi, gigi, dan pembayaran di
kasir. Pemeriksaan KB diawali dengan pendaftaran pasien, kemudian pasien
menuju poli KIA untuk dianamnesis dengan membawa kartu KB dan mengisi
informed consent. Pelayanan KB dapat berupa kontrol atau pasang dan cabut,
kemudian dilakukan pemeriksaan laboratorium jika diperlukan, lalu pasien
membayar di kasir dan mengambil obat jika diresepkan.

Gambar 18. Pendaftaran di Puskesmas Pembantu Mantrijeron

45
Gambar 19. Anamnesis, Pemeriksaan Vital Sign, dan Lingkar Lengan Pasien

Gambar 20. Ruang Pemeriksaan di Poli KIA-KB

46
Gambar 21. Ruang Laboratorium

Gambar 22. Pemeriksaan Gigi Pada Ibu Hamil

47
Gambar 23. Jadwal Pelayanan KIA-KB di Puskesmas Pembantu Mantrijeron

P. Penanganan Covid-19

Penanganan pasien yang terinfeksi virus Covid-19 di Puskesmas


Mantrijeron cukup baik. Puskesmas Mantrijeron menerapkan prinsip testing,
tracing, dan treatment pada pasien yang terkonfirmasi Covid-19. Selain itu,
Puskesmas Mantrijeron juga memiliki alur tersendiri pada setiap pasien yang
datang untuk berobat di puskesmas. Pada Lobby Puskesmas Mantrijeron terdapat
petugas screening yang bertugas untuk melakukan penjaringan terhadap pasien
yang datang.
Petugas screening bertugas untuk menanyakan mengenai keluhan pasien
datang ke puskesmas tersebut. Pasien yang memiliki keluhan gejala yang
mengarah ke infeksi akan langsung diarahkan ke poli infeksi. Beberapa gejala
yang dimaksud seperti demam, batuk, pilek, diare, dan sebagainya. Pada poli
infeksi, pemeriksaan dilakukan oleh dokter umum yang bertugas pada poli
tersebut. Apabila gejala yang dialami pasien mengarah ke infeksi Covid-19 maka

48
dokter akan langsung merujuk pasien untuk melakukan swab antigen di Ruang
Swab Puskesmas Mantrijeron.
Pasien yang melakukan test swab antigen menunggu di depan Ruang
Swab pada tempat yang terbuka. Pengambilan hasil tes swab antigen dilakukan
di Ruang Swab untuk menghindari penularan penyakit dan penyebaran virus di
dalam puskesmas. Pelayanan swab antigen di Puskesmas Mantrijeron melayani
pasien-pasien dengan gejala Covid-19, selain itu juga melayani keluarga atau
kerabat dekat pasien yang berkontak erat dengan pasien yang terkonfirmasi
Covid-19 untuk keperluan tracing.
Pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 diberikan pelayanan khusus, yaitu :
1. Rekonfirmasi identitas pasien.
2. Edukasi pasien mengenai hasil swabnya.
3. Menginstruksikan pasien untuk menjalani isolasi mandiri selama 10 hari
apabila tanpa gejala dan apabila bergejala ditambahkan 3 hari.
4. Pasien yang bergejala dapat mengambil obat dengan resep yang diberikan
oleh dokter.
5. Tracing dilakukan pada keluarga atau kerabat pasien yang berkontak erat
dengan pasien. Orang-orang yang terkena tracing wajib melakukan test swab
antigen.
6. Petugas swab yang berjaga lalu menghubungi surveilans atau kepala desa
sesuai dengan tempat tinggal pasien untuk memantau dan mengawasi pasien
selama isolasi mandiri.

49
Gambar 24. Pemeriksaan Pasien di Poli Infeksi

Gambar 25. Ruang Tunggu Pasien yang Bergejala Infeksius

50
Gambar 26. Pendaftaran Test Swab Antigen

51
BAB IV. PEMBAHASAN

Sistem Informasi Manajemen Puskesmas (SIMPUS) menurut Permenkes


Nomor 43 Tahun 2019 Pasal 1 merupakan sistem yang menyediakan informasi untuk
membantu proses pengambilan keputusan dalam melaksanakan manajemen
puskesmas untuk mencapai sasaran kegiatannya. Setiap puskesmas wajib
menyelenggarakan SIMPUS yang dapat diselenggarakan secara elektronik dan/atau
non elektronik. SIMPUS tersebut harus didukung oleh tenaga non kesehatan yang ada
di puskesmas. SIMPUS merupakan kewajiban puskesmas sebagai salah satu cara
untuk pelaporan setiap puskesmas yang dilaporkan secara berkala demi meningkatkan
kinerja puskesmas. Puskesmas Mantrijeron menyelenggarakan SIMPUS secara
kombinasi elektronik dan non elektronik. Dalam hal ini beberapa unit di Puskesmas
Mantrijeron masih menggunakan sistem manual dalam penginputan data pasien. Pada
Balai Pengobatan Gigi di Puskesmas Mantrijeron telah menggunakan sistem
elektronik. Hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia, sarana,
dan prasarana yang ada.
Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) berdasarkan Permenkes Nomor 43
Tahun 2019 Pasal 1 adalah kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan
serta mencegah dan mengatasi timbulnya suatu masalah kesehatan dengan sasaran
keluarga, kelompok dan masyarakat. UKM tingkat pertama dalam Pasal 51 meliputi
UKM esensial dan UKM pengembangan. Pada Permenkes Nomor 43 Tahun 2019
Pasal 53 telah disebutkan bahwa Upaya Kesehatan Masyarakat esensial yang meliputi
pelayanan promosi kesehatan, pelayanan kesehatan keluarga, pelayanan kesehatan
lingkungan, pelayanan gizi, pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.
Puskesmas Mantrijeron telah melaksanakan UKM esensial tersebut sesuai dengan
Permenkes Nomor 43 Tahun 2019.
Pada Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 Pasal 53 Ayat 3 juga telah
dijelaskan bahwa UKM pengembangan adalah UKM yang kegiatannya bersifat
inovatif dan/atau

51
52

disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja, dan


potensi sumber daya yang tersedia pada masing - masing puskesmas. Pada
Puskesmas
Mantrijeron telah dilaksanakan UKM pengembangan berupa KESORGA (Kesehatan
Olahraga) dan Penyuluhan Kesehatan Peduli Remaja sehingga hal tersebut telah
sesuai dengan Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 Pasal 53 Ayat 3.
Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) berdasarkan Permenkes Nomor 43
Tahun 2019 Pasal 1 adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan
kesehatan yang ditujukan untuk peningkatan, pencegahan, penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit, dan memulihkan kesehatan perorangan.
UKP dilaksanakan oleh dokter, dokter gigi, dan dokter layanan primer serta tenaga
kesehatan lainnya sesuai dengan kompetensi dan kewenangannya. Pelayanan UKP
harus dilakukan dalam bentuk rawat jalan (kunjungan sehat maupun kunjungan sakit),
pelayanan gawat darurat, pelayanan persalinan normal, perawatan di rumah (home
care) dan/atau rawat inap berdasarkan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pada puskesmas Mantrijeron Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP) telah
dilaksanakan dan sudah sesuai dengan Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 Pasal 54
namun ada beberapa pelayanan seperti pelayanan di rumah (home care) atau rawat
inap di Puskesmas Mantrijeron yang belum dilaksanakan. Hal tersebut disebabkan
karena keterbatasan tempat serta sumber daya yang ada pada Puskesmas Mantrijeron
sehingga tidak dapat melaksanakan pelayanan dirumah (home care) dan rawat inap.
Pada Permenkes Permenkes Nomor 43 Tahun 2019 Pasal 55 dijelaskan
bahwa dalam mendukung kegiatan UKM dan UKP maka dibutuhkan beberapa unit
pelayanan seperti : manajemen Puskesmas, pelayanan kefarmasian, pelayanan
keperawatan kesehatan masyarakat, pelayanan laboratorium dan kunjungan keluarga.
Pada Puskesmas Mantrijeron telah terdapat layanan-layanan tersebut sehingga
Layanan pada Puskesmas Mantrijeron telah sesuai dengan Permenkes Permenkes
Nomor 43 Tahun 2019 Pasal 55, namun terdapat layanan seperti rekam medis yang
belum berbasis elektronik sehingga menyulitkan beberapa layanan dalam melakukan
53

layanan. Keterbatasan sumber daya serta adanya pandemi Covid-19 juga


menyebabkan layanan tidak berjalan dengan maksimal.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang Standar Teknis
Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan menyatakan bahwa pelayanan kesehatan ibu hamil, pelayanan kesehatan
ibu bersalin, pelayanan kesehatan bayi baru lahir, dan pelayanan kesehatan balita
merupakan beberapa bagian dari jenis pelayanan dasar pada standar pelayanan
minimal kesehatan daerah kabupaten atau kota. Puskesmas Mantrijeron
menyelenggarakan program-program tersebut selama pandemi Covid-19 di
Puskesmas Pembantu dengan tujuan untuk memisahkan pasien sakit dan tidak sakit.
54

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Q. Kesimpulan
1. Puskesmas Mantrijeron memiliki pelayanan UKM dan UKP yang
dilaksanakan dalam upaya promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
2. Selama pandemi Covid-19 banyak kebijakan baru yang ditetapkan oleh
Puskesmas Mantrijeron yang berkaitan dengan penanganan Covid-19.
3. Pelayanan kesehatan di Puskesmas Mantrijeron berjalan dengan baik
meskipun terdapat beberapa keterbatasan selama pandemi Covid-19.

R. Saran
Saran yang dapat kami berikan antara lain, yaitu :
1. Mengoptimalkan rekam medis elektronik yang terintegrasi pada setiap unit
agar alur dan administrasi pasien menjadi lebih mudah.
2. Meningkatkan sarana dan prasarana agar fasilitas puskesmas menjadi lebih
baik dan sesuai dengan aturan-aturan yang ada.

Anda mungkin juga menyukai