LAPORAN KEMAJUAN
PENELITIAN DOSEN PEMULA INTERNAL
TIM PENGUSUL:
Dibiayai Oleh:
DIPA Politeknik Negeri Banyuwangi Tahun 2022
Kontrak No. 2543/PL36/PT/2022/ Tanggal 27 April 2022
1
LAPORAN KEMAJUAN
TIM PENGUSUL:
Dibiayai Oleh:
DIPA Politeknik Negeri Banyuwangi Tahun 2022
Kontrak No. 2543/PL36/PT/2022/ Tanggal 27 April 2022
iii
PRAKATA
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I. PENDAHULUAN
1
produk roti dengan berbahan dasar daun singkong. Pemanfaatan daun singkong
di Indonesia masih kurang maksimal dan masyarakat Indonesia tidak lumrah
dengan adanya makanan manis seperti kue dan roti yang berbahan dasar
sayuran, namun sayuran ternyata juga dapat dikombinasikan dengan makanan
manis baik sebagai campuran maupun sebagai pewarna makanan.
Pemanfatan daun singkong sebagai produk kuliner khususnya produk
roti di Banyuwangi masih belum terciptakan karena pada umumnya daun
singkong hanya dibuat masakan seperti tumis daun singkong, sayur asem daun
singkong, bahkan daun singkong juga digunakan sebagai pakan ternak. Daun
singkong mengandung vitamin A, vitamin B1, vitamin C, kalsium, kalori,
fosfor, protein, lemak, hidrat arang, dan zat besi. Pada penelitian daun ubi kayu
mengandung cuprofilin yang mampu menurunkan kolesterol, trigliresida, lipida,
serum darah secara nyata (Saleh et al, 2013). Pewarna alami daun singkong
akan mensubtitusi penggunaan pewarna sintetis seperti Rhodamin B, Methanyl
Yellow, dan Amaranth pada makanan dan minuman. Pewarna sintetis sangat
berbahaya bagi kesehatan karena dapat memicu terjadinya kanker serta
kerusakan ginjal dan hati (Reysa, 2013).
Di kabupaten Banyuwangi sendiri terhitung pada tahun 2020 produksi
tanaman singkong mencapai 18.544 ton pertahun, luas lahan pertanian singkong
di daerah Wongsorejo khususnya 850 ha hasil produksi 9.219 ton (Dinas
Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Banyuwangi, 2020). Hal tersebut
mengindikasikan bahwa produksi daun singkong juga melimpah. Melihat
potensi ini, masyarakat Banyuwangi dapat memanfaatkan daun singkong
sebagai salah satu produk kuliner oleh-oleh Banyuwangi. Salah satu inovasi
yang dapat dilakukan adalah dengan memanfaatkan pewarna alami daun
singkong untuk roti tawar.
Roti merupakan makanan yang kaya akan karbohidrat, roti sangat umum
dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia baik menjadi camilan maupun makanan
utama. Roti tawar adalah roti yang tidak ditambahkan rasa atau isi apapun
sehingga rasanya tawar. Biasanya konsumen menambahkan sendiri isinya sesuai
dengan keinginan dan selera masing-masing (Afifah, 2015). Inovasi produk roti
2
tawar dengan bahan dasar pewarna alami daun singkong yang melimpah di
kabupaten Banyuwangi, diharapkan dapat meningkatkan wisata kuliner
Banyuwangi, dapat mendukung ekonomi kreatif serta mendukung program
Banyuwangi Rebound untuk memulihkan ekonomi lokal dari dampak pandemi
covid-19. Berdasarkan penelitian sebelumnya oleh Ismailiyah, 2021 menyatakan
bahwa tingkat kesukaan masyarakat Banyuwangi terhadap roti tawar melalui uji
hedonik senilai 3,45 yang berarti suka.
Banyuwangi Rebound memiliki tiga ekosistem. Salah satu ekosistemnya
yaitu pemulihan ekonomi berupa program pengembangan UMKM, pertanian,
infrastruktur hingga pariwisata. Program tersebut didesain untuk membuka
lapangan kerja serta memulihkan pergerakan ekonomi warga. Hal tersebut
disampaikan oleh Bupati Banyuwangi dalam salah satu artikel
radarbanyuwangi.jawapos.com. Gagasan pengembangan industri kreatif melalui
inovasi produk hasil pertanian masyarakat Banyuwangi akan menjadi salah satu
upaya untuk mendukung pemerintah daerah dalam mensukseskan program
Banyuwangi Rebound.
Berdasarkan beberapa alasan tersebut, peneliti tertarik untuk berinovasi
dalam pengembangan dan pemanfaatan daun singkong sebagai pewarna alami
roti tawar. Diharapkan “Inovasi Roti Tawar Dengan Pewarna Daun Singkong
Sebagai Upaya Pengembangan Industri Kreatif Dalam Mendukung
Banyuwangi Rebound” dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat
Banyuwangi terutama mendukung terciptanya UMKM dan program industri
kreatif.
3
3. Berapa harga jual roti tawar dengan penambahan peawarna alami daun
singkong?
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
1
Indonesia, untuk disebarluaskan melalui media yang tepat, di dalam dan
di luar negeri, sehingga memperoleh peningkatan daya saing di pasar
ritel modern dan pasar internasional.
Menurut U.S. Wheat Associated (1981) dalam buku The Book World of
Bread History (2004),”Roti adalah produk pangan olahan yang merupakan
hasil proses pemanggangan adonan yang telah difermentasi”. Roti adalah salah
satu dari produk bakery yang terbuat dari tepung terigu yang difermentasikan
dengan ragi roti (saccharomyces cerevisiae), garam, air dan atau tanpa
6
penambahan bahan lain dan diselesaikan dengan cara dipanggang atau di oven
(Supriyatna, 2015). Komposisi dalam pembuatan roti tawar akan sangat
mempengaruhi kualitas roti tawar yang telah dibuat, oleh karena itu bahan-bahan
dalam pembuatan roti tawar harus diukur sesuai dengan resep yang ada. Resep
roti tawar adalah tepung protein tinggi, tepug protein sedang, yeast, gula pasir,
susu bubuk, telur butter, garam, air es, dan pewarna hijau.
Pewarna berperan penting dalam menambah daya tarik pada suatu makanan.
selain aroma dan rasa, pewarna juga menjadi salah satu faktor pemilihan suatu
makanan. Bahan pewarna merupakan zat yangdigunakan untuk memberi dan
memperbaiki warna dan merupakan suatu pigmen yang berasal dari sayuran, hean,
mineral atau sumber lain yang apabila ditamabahkan pada makanan atau kosmetik
dapat memberikan warna tertentu (Depkes RI, 1985).
Pewarna makanan dibedakan menjadi dua jenis yaitu pewarna alami dan
pewarna buatan (sintetis). Pewarna alami merupakan pewarna yang diperoleh dari
bahanbahan alami baik nabati, hewani, ataupun mineral (Ika Kurniawati,
2009:27). Sedangkan pewarna sintetik merupakan bahan pewarna buatan yang
dapat memberikan warna sehingga dapat memberi efek yang lebih menarik
sebagai contoh tartazin, karmoisin, dan eritrosin. Berdasarkan penelitian
yangdilakukan oleh Kurnia (2013) menunjukan bahwa ada beberapa efek samping
dari penggunaan warna sintetik dalam makanan dengan jumlah diatas ambang
aman diantaranya adalah ruam kulit, rhinitis, asma, dan reaksi alergi lainnya.
7
Singkong.
Daun singkong memiliki banyak manfaat yang baik bagi tubuh dan kaya
akan vitamin, karbohidrat, protein, fosfor dan zat besi. Pembuatan pewarna daun
singkong membutuhkan waktu yang tidak lama dan dapat menghasilkan pewarna
dengan warna hijau yang cukup pekat. Pewarna alami dari daun singkong dapat
dihasilkan dari proses ektraksi atau mengambil sari daun singkong yang kemudian
dicampurkan kedalam roti tawar.
8
11. Air (g) Melancarkan sistem pencernaan, menjaga suhu tubuh,
menjaga asupan oksigen dalam tubuh.
:
Sumber: Direktorat Gizi Depkes RI (1992) dan Islamaya (2022)
a. Produk yang benar-benar baru, yaitu produk baru sebagai hasil dari inovasi
yang menciptakan pasar baru
b. Lini produk baru, yaitu produk baru yang memungkinkan perusahaan untuk
memasuki pasar yang sebelumnya telah ada untuk pertama kali
c. Tambahan dari lini produk yang sudah ada, misalnya bisa memberi tambahan
pada ukuran bentuknya, isi yang berbeda dan sebagainya
d. Penyempurnaan sebagai revisi terhadap produk yang sudah ada, hal ini dapat
dilakukan dengan cara menambahkan ciri-ciri atau model baru, mengubah
persyaratan/kebutuhan pemrosesan, dan mengubah unsur-unsur produk
e. Repositioning biaya, produk baru yang menghasilkan unjuk kerja yang sama
pada tingkat biaya yang lebih rendah.
9
Untuk mengembangkan produk baru tersebut dapat dilakukan dengan dengan
mempertahankan daya saing terhadap produk yang sudah ada dengan
menawarkan produk yang dapat memberikan jenis kepuasan baru.
10
juga dapat diartikan sebagai munculnya ide-ide baru dengan mengembangakan
suatu produk tertentu yang berbeda pada umumnya. Dengan adanya inovasi
produk, akan memberikan keberagaman produk sejenis namun dengan varisi
yang berbeda.
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Inovasi Roti Tawar dengan Pewarna Daun
Singkong
11
3. Pangestuti, Pembuatan Metode Hasil dari penelitian
Panca Mie Mama Penelitian ini menunjukan bahwa
(2019) Jagung sebagai Pengembangan penerimaan
Alternatif (Research and masyarakat terhadap
Pemanfaatan Development) produk Mie Mama
Bahan Lokal dengan metode Jagung dengan
4D (Define, keseluruhan 3,7
Design, dengan kategori
Development, sangat disukasi
dan
Dessiminate)
4. Wulandari Pengembangan Metode Hasil penelitian
(2018) Lamington Penelitian menunjukan tingkat
Cake dengan Pengembangan kesukaan masyarakat
Substitusi (Research and sebesar 85% sehingga
Tepung Development) produk diterima dan
Kedelai dengan metode layak untuk disebar ke
Sebagai 4D (Define, masyarakat luas
Inovasi Produk Design,
Bakery Development,
dan
Dessiminate)
5. Prayogi, Pengembangan Metode Hasil penelitian
Dian (2017) Produk Wisata penelitian menunjukan bahwa
Kuliner Kota research and seumber daya lokasl
Malang development Malang sangat
Berbasis dengan 3 tahap berpotensi untuk
Sumber Daya dikembangkan
Lokal
6. Irma Pengaruh Eksperimen Hasil penelitian yaitu
Yunita, et al penggunaan Dengan Desain adanyapenggunaan
( 2014) Sari Bit (Beta Acak Sempurna sari bit yang berbeda
Vulgaris L) (DAS) terhadap kualitasroti
pada Kualitas tawar ditinjau dari
Roti Tawar aspek warna, aroma,
tekstur, dan rasa.
Sampel roti tawar
terbaik adalah
sampeldengan
penggunaan sari bit
sebesar 150cc dengan
tingkat kesukaan agak
suka
7. Fitriyani Eksperimen Desain acak Hasil penelitian
12
(2013) Pembuatan sempurna menunjukan sampel
Roti Tawar metode analisis yang disukasi
dengan uji kesukaan masyarakat dnegan
Penggunaan menggunakan sampel komposisi
Sari Bayam analisis penggunaan sari
deskriptif bayam dengan
persentase konsentrasi 60%
13
BAB 3. TARGET DAN LUARAN
1
BAB 4. METODE PENELITIAN
15
Pada tahap define atau tahap paling rendah merupakan tahap untuk
menetapkan syarat-syarat khusus penelitian. Tahapan kedua adalah tahap design
yang merupakan tahapan yang memiliki tujuan untuk merancang produk yang
akan dihasilkan. Tahapan berikutnya adalah tahap develop, tahapan develop
adalah tahap untuk menghasilkan produk pengembangan yang dilakukan melalui
dua langkah validasi, yakni validasi oleh penilaian ahli, untuk selanjutnya
dilakukan perbaikan dan yang kedua dilakukan uji coba pengembangan. Tahapan
terakhir adalah tahap disseminate, pada tahapan ini dilakukan promosi produk
pengembangan agar dapat diterima oleh pengguna baik individu, kelompok
maupun sistem.
Adapun bahan dan alat yang akan digunakan dalam penelitian diuraikan
sebagai berikut:
16
Tabel 3.1 Bahan Pembuatan Roti
No Bahan Keterangan
1. Tepung Terigu Sebagai bahan dasar pembuatan roti tawar. Tepung terigu
memiliki tiga jenis yang dibagi berdasarkan kandungan
proteinnya, yaitu tepung terigu protein tinggi, sedang, dan
rendah. Pada pembuatan roti tawar tepung yang digunakan
adalah tepung protein
tinggi dan sedang.
2. Yeast Sebagai bahan untuk mengembangkan adonan rotitawar
17
2. Alat Pembuatan Produk
Lembar uji penerimaan produk diberikan kepada panelis saat akan melakukan
uji penerimaan produk dengan memberikan sampel pada produk. Pada setiap
produk memiliki karakteristik masing-masing, mulai dari rasa, warna, tekstur,
aroma hingga penyajian. Berikut ini adalah beberapa borang yang digunakan
untuk menilai produk makanan dari percobaan awal sampai percobaan akhir (uji
kesukaan):
18
1) Borang Uji Sensoris (Validasi 1 dan Validasi II)
1. Tahap Define
19
2. Tahap Design
3. Tahap Develop
Tahap ini telah didapat resep acuan untuk selanjutnya proses memvariasi
produk. Resep yang telah divariasi dilakukan uji coba dan dilakukan penilaian
terhadap expert. Hasil penilaian expert digunakan untuk membenahi produk.
Tahap selanjutnya uji coba kembali dan dinilaikan kepada minimal 2 panelis
expert. Hasil penelitian panelis digunakan untuk merevisi produk dan
menghasilkan produk resep.
4. Tahap Desseminate
Disseminate adalah tahap terakhir dari model penelitian ini. Tahap ini sering
disebut juga dengan tahap penyebarluasan atau publikasi. (Endang
Mulyatiningsih, 2013: 198). Dalam penelitian ini kegiatan disseminate dilakukan
dengan menyebarluaskan atau publikasi melalui Proyek Akhir Boga. Dalam tahap
ini dapat diketahui tingkat kesukaan masyarakat umum terhadap produk Roti
Dakong. Tahapan 4D dapat dilihat pada gambar berikut:
20
TAHAP MULAI Mengkaji Resep
PERTAMA
Memilih Resep
Acuan
Define (Kajian Memilih Satu
Produk Acuan) Resep Acuan
Revisi resep
Luaran:
Rasa
Resep Produksi Roti UJI 30
Tawar Daun Singkong (Roti Warna PANELIS
Dakong) yang telah diuji
Prefersensi wisatawan
terhadap Roti Daun Singkong Tekstur
(Roti Dakong)
Aroma
SELESAI
21
4.5 Sumber Data/Subjek Pengujian Produk
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa panelis
sebagai sumber data. Panelis memberikan penilaian terhadap warna,
aroma, tekstur, rasa dan kesukaan terhadap produk mie mama jagung.
Adapun sumber data tersebut disajikan pada Tabel 3 yaitu:
Tabel 3.3 Keterangan Sumber Data/Subjek Pengujian Produk
Tahap Penelitian Sumber Data Jumlah
Uji coba produk ke 1 Expert 1 orang
(validasi I)
Uji coba produk ke 2 Expert 1 orang
(validasi II)
Disseminate: pameran Pengunjung pameran Minimal 30 orang
22
berbagai nama lain seperti analisis ragam, sidik ragam dan analisis varian.
Analisis varian masih memiliki keterkaitan dengan analisis regresi
sehingga penggunaannya sangat luas di berbagai bidang mulai dari
eskperimen laboratorium hingga eskperimen periklanan, psikologi dan
kemasyarakatan. Data yang diperoleh dari lembar kuisioner dapat
ditabulasi dan ditentukan nilai mutunya dengan mencari rerata pada setiap
panelis pada tingkat kepercayaan 95% atau 0,05 taraf signifikansi (SNI
01- 2346-2006). Cara menentukan taraf signifikan yaitu :
23
4.7 Peran Dan Tugas Tim Pengusul
Pada pelaksanaan penelitian ini diperlukan beberapa bidang
kepakaran untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi untuk
mencapai solusi permasalahan, yaitu:
1. Kepakaran pada bidang marketing khususnya industry kreatif, dalam
hal ini salah satu anggota tim penelitian merupakan lulusan
manajemen agroindustri dan kajian pariwisata. Ranah ilmu
manajemen agroindustri salah satunya adalah mengolah hasil
pertanian/barang mentah menjadi barang jadi hingga pada aspek
pemasarannya.
2. Keparakan pada bidang pangan khususnya pengolahan makanan
(culinary/food production), keahlian tersebut diperlukan dalam
penelitian riset dan pengembangan karena menggunakan tahapan 4D
yang salah satunya adalah kajian produk acuan berkaitan dengan
resep produk serta uji dan pengembangan produk hingga ditemukan
resep terbaik.
3. Kepakaran pada bidang pengembangan produk, untuk membantu
mengembangkan produk penelitian. Salah satu tim kami lulusan
manajemen dengan bebapa focus penelitian pada pengembangan
produk wisata.
Anggota tim dalam Program Penelitian Dosen Pemula ini terdiri atas tiga
orang yang memiliki kepakaran dan tugasnya masing-masing pada saat
pelaksanaan kegiatan. Berikut susunan organisasi tim pengusul Program
PDP berserta tugas masing-masing tim diuraikan pada lampiran 2.
24
BAB 5. HASIL YANG DICAPAI
Roti tawar merupakan salah satu produk bakery atau roti yang terbuat
dari tepung terigu yang difermentasikan dengan ragi roti, garam, air dan
atau tanpa penambahan bahan lain dan diselesaikan dengan cara dipanggang
25
atau dioven. Roti tawar yang dikembangkan dalam penelitian ini
menambahkan pewarna alami daun singkong pada roti tawar. Ekstrak daun
singkong digunakan sebagai pewarna alami roti tawar untuk mendapatkan
warna hijau. Teknik yang digunakan dengan cara dioven.
1. Tahap Define
26
Tabel 5.1 Komposisi Bahan Roti Tawar
4 Susu bubuk 5 gr 10 gr 40 gr
5 Garam 3,75 gr 4 gr 15 gr
6 Mentega putih 10 gr 12 gr -
8 Pengembanang roti - 3 gr -
9 Telur - - 2 Buah
27
Tabel 5.2 Uji Sensoris Tahap Define Produk Roti Tawar Acuan
6 Hasil
28
alami ekstrak daun singkong. Menurut Standar Nasional Indonesia (1995), syarat
mutu roti tawar berdasarkan keadaan kenampakan memiliki karakteristik rasa
yang normal gurih, tekstur yang lembut dengan kadar air maksimal 40%, warna
yang normal putih kekuningan, serta aroma yang sesuai tidak berjamur.
Berdasarkan hasil uji sensoris dengan ketiga resep acuan dan disesuaikan dengan
standard SNI (1995), maka resep acuan yang terpilih adalah resep 1 yang
disajikan dalam tabel 5.3 sebagai berikut:
4 Susu bubuk 5 gr
5 Garam 3,75 gr
6 Mentega putih 10 gr
7 Air es 155 ml
8 Telur 1 butir
Dalam tahap define disajikan pula diagram alir proses pembuatan roti
tawar yang dilakukan oleh tim peneliti. Pada tahap proses pebuatan roti tawar,
terdapat beberapa saran yang disampaikan oleh Expert 2 yaitu Chef Jerri sebagai
executive chef di Hotel Aston Banyuwnagi. Adapun saran tersebut adalah untuk
dapat mengahasilkan produk roti tawar yang lebih baik yang kemudian tim
peneliti aplikasikan pada saat produksi produk roti tawar. Adapun saran tersebut
adalah adonan roti tawar harus benar-benar sampai kalis yaitu adonan elastis dan
mulai lentur seperti karet saat ditarik, timing saat proving dan baking harus tepat
29
dengan temperature yang lebih disesuaikan lagi. Penambahan bahan telur juga
akan memberikan rasa gurih pada roti tawar. Diagram alur proses pembuatan roti
tawar dapat dilihat pada gambar 5.1 sebagai berikut:
Air es Pencampuran II
Garam, Mentega
putih, Telur Pencampuran III
Pengembangan ¾ loyang
Roti Tawar
30
Proses pembuatan roti tawar dengan resep acuan 1 dimulai dengan
mencampurkan bahan kering terlebih dahulu seperti tepung terigu dan susu bubuk,
kemudin diuleni dan campurkan kembali bahan lain seperti ragi dan gula, diuleni
kembali, selanjutnya tambahkan air es. Pada proses campuran ketiga, tambahkan
garam kemudian mentega putih. Takaran bahan sesuaikan dengan tabel 5.3
sebagai bahan resep acuan. Setelah semua bahan tercampur, uli kembali hingga
adonan kalis artinya semua bahan tercampur dengan sempurna dan tidak ada
bahan menggumpal. Setelah adonan kalis, kemudian bentuk bulat dan diamkan
selama kurang lebih 30 menit. Pada proses ini ada penyesuaian apabila roti tawar
dibuat bermotif dengan berwarna lapir 2, maka adonan dibagi menjadi 2 dan
diamkan kembali 15 menit. Kemudian, kempeskan lagi dengan cara memipih
menggunakan roll sebagai proses pembuangan gas CO2 dengan tujuan agar roti
tawar tidak memiliki rongga udara saat dioven dan menyebabkan roti menjadi
berlubang. Gulung kembali roti tawar dan padatkan roti. Selanjutnya, masukan
kedalam cetakan atau loyang dan biarkan kembali sekitar 30 menit dan pastikan
mengembang dengan tinggi ¾ cetakan atau loyang dan terbentuk persegi dengan
sempurna. Tahap terakhir adalah, memasukan adonan kedalam oven dan
panggang sekitar 20-30 menit. Karakteristik produk acuan memiliki rasa gurih,
tekstur cukup lembut, warna sesuai, aroma kuat, dan memiliki sifat keseluruhan
yang baik.
2. Tahap Design
Tahap design merupakan tahap perancangan resep inovasi penambahan
pewarna dengan ekstrak daun singkong. Tahap ini dilakukan setelah ditemukan
resep roti tawar yang menjadi resep acuan, Pengembangan resep dengan
menambahkan pewarna alami ekstrak daun singkong dengan formula I dengan
penambahan 2 sendok pewarna ekstrak daun singkong, formula II dengan
penambahan 4 sendok pewarna ekstrak daun singkong, dan formula III dengan
penambahan 6 sendok pewarna daun singkong. Adapun tahapan pembuatan
pewarna alami daun singkong yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
dalam diagram alur pada gambar 5.3 berikut:
31
200 gr Daun
singkong dicuci
Rebus daun
singkong ± 5 menit
Disaring
Diendapkan
32
Pada tahap design, peneliti membuat design inovasi dengan
mengaplikasikan pewarna alami ekstrak daun singkong kedalam produk roti
tawar. Komposisi pencampuran warna ekstrak daun singkong dengan
menggunakan tiga formula yaitu 2 sendok, 4 sendok, dan 6 sendok pewarna
ekstrak daun singkong. Penentuan formula tersebut berdasarkan pertimbangan
kadar air yang terkadung dalam roti tawar agar tidak terlalu berpengaruh terhadap
tekstur roti tawar. Berdasarkan pengalaman tim peniliti dan hasil dari validasi
pada tahap pemilihan resep acuan pembautan roti tawar, ada hal yang perlu
diperhatikan dalam proses produksi roti tawar yaitu ketapatan takaran, proses
uleni yang benar dan lama waktu proofing agar menghaislkan roti tawar yang
enak dan lembut. Adapaun resep dari ketiga formula yang akan digunakan dalam
uji coba pembuatan roti tawar dengan warna alami ekstrak daun singkong dapat
dilihat pada tabel 5.4 berikut:
Tabel 5.4 Design Resep Tiga Formula Uji Coba Roti Tawar Dengan Pewarna
Alami Ekstrak Daun Singkong
Jumlah Jumlah
Jumlah Takaran
No Bahan Takaran Takaran
Formula III
Formula I Formula II
4 Susu bubuk 5 gr 5 gr 5 gr
6 Mentega putih 10 gr 10 gr 10 gr
33
daun singkong
3. Tahap Develop
Tahap develop merupakan tahap penilaian kembali oleh expert terhadap hasil
uji coba produk pengembangan. Hasil uji eksperimen produk pengembangan
dilakukan oleh ahli untuk mendapatkan umpan balik. Expert atau ahi dalam tahap
ini masih dengan ahli yang sama dengan ahli pada pemilihan resep acuan pada
tahap define untuk memilih resep acuan yang terbaik. Berdasarkan umpan balik
tersebut, maka akan dilakukan perbaikan dan dapat menghasilkan produk yang
lebih baik dari sebelumnya. Hasil uji coba diujikan kembali melalui 2 tahap
(validasi I dan validasi II). Produk yang diperbaiki, kemudian diujikan kembali
sampai memperoleh hasil yang baik. Validasi bertujuan untuk menguji coba
rancanagan resep pengembangan, dalam hal ini expert akan memberikan saran
dan masukan saran dan masukan agar produk yang dihasilkan menjadi lebih baik.
Adapun hasil uji sensorik dari expert 1 dan II dapat dilihat pada tabel 5.5 sebagai
berikut:
34
Tabel 5.5 Hasil Uji Sensoris Produk Pengembangan Expert I dan II
Produk Pengembangan
Parameter
No Formula I Formula II Formula III
Sensoris
(2 Sndok) (4 Sndok) (6 Sndok)
Expert I Expert II Expert I Expert II Expert I Expert II
1 Rasa 4 4 4 4 4 2
2 Tekstur 3 5 4 4 3 2
3 Warna 2 2 2 3 2 4
4 Aroma 1 3 1 3 1 4
5 Sifat 3 4 3 5 3 3
Keseluruhan
Total 13 18 14 19 13 15
Sumber: Data diolah (2022)
Keterangan skala:
Parameter sensoris
Skala Rasa Tekstur Warna Aroma Sifat
Keseluruhan
5 Gurih Lembut Sesuai Kuat Baik
Cukup
4 Cukup gurih Cukup lembut Cukup kuat Cukup baik
sesuai
3 Agak gurih Agak lembut Agak sesuai Agak kuat Agak baik
Kurang Kurang Kurang
2 Kurang kuat Kurang baik
gurih lembut sesuai
1 Tidak gurih Tidak lembut Tidak sesuai Tidak kuat Tidak baik
Sumber: Islamaya (2021)
35
poin. Hasil tersebut menggambarkan bahwa parameter sensoris pada rasa berada
di skala empat yang dapat diartikan cukup gurih. Parameter sensoris pada tekstur
berada di skala empat dapat diartikan cukup lembut. Parameter sensoris pada
warna berada di skala tiga dapat diartikan agak sesuai sehingga perlu ditingkatkan
kembali sebagai perbaikan produk sebelum di sebarluaskan kepada uji coba
panelis tidak terlatih atau wisatawan. Parameter sensoris pada aroma berada di
skala dua yaitu kurang kuat sehingga perlu perbaikan seperti halnya pada
parameter warna sedangkan sifat pengembangan produk secara keseluruhan
berada pada skala empat yaitu cukup baik.
Adapun saran oleh expert I yaitu aroma kurang kuat sehingga bisa ditambah
dengan bubuk pewarna daun singkong atau pewarna cair daun singkong hasil
pengembangan tim peneliti. Pada aroma rasa meskipun memiliki karakter yang
cukup gurih, masih perlu ditingkatkan dengan penambahan telur saat adonan roti
dibuat sehingga akan menambah rasa guruh pada produk roti tawar. Hal tersebut
juga disampaikan oleh expert II untuk meningkatkan rasa dengan cara yang sama
seperti saran yang disampaikan oleh expert I. Langkah selanjutnya adalah tim
peneliti akan mengaplikasikan saran yang disampaikan oleh masing-masing
expert untuk pengembangan produk roti tawar dengan pewarna daun singkong
yang selanjutnya akan di uji coba kepada panelis tidak terlatih atau wisatawan.
4. Tahap Disseminate
Tahap Disseminate merupakan tahap akhir dari metode penelitian R and D
pada proses pengembangan atau inovasi produk. Tahap ini sering disebut juga
dengan tahap penyebarluasan atau publikasi yang merupakan proses penyebaran
hasil inovasi produk kepada khalayak untuk mengetahui tingkat kesukaan
masyarakat terhadap produk yang telah dikembangkan. Pada penelitian ini, uji
penalis dilakukan kepada 30 panelis tidak terlatih yaitu khalayak atau masyarakat
luas, dalam hal ini masyarakat yang dimaksud adalah wisatawan yang berasal dari
luar Banyuwangi dan masyarakat Banyuwangi. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui hasil tingkat kesukaan panelis terhadap produk inovasi. Metode yang
digunakan adalah metode organoleptic yaitu uji kesukaan yang digunakan dengan
36
mengkaji reaksi panelis terhadap suatu produk melalui berbagai aspek yaitu segi
rasa, tekstur, warna, aroma, dan sifat secara keseluruhan.
A. Gambaran Umum Panelis Tidak Terlatih
Adapun karakteristik panelis tidak terlatih dalam penelitian ini digunakan
untuk mengetahui data pribadi panelis tidak terlatih sebagai responden yang
memberikan penilaian atas uji organoleptic yang meliputi nama, jenis kelamin,
asal daerah dan usia. Data tersebut dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut:
Tabel 5.7 Karakteristik Responden
Uraian Keterangan Jumlah Persentase (%)
Responden
Asal Daerah Luar Banyuwangi 15 50%
Banyuwangi 15 50%
Jenis Kelamin Laki-laki 14 47%
Perempuan 16 53%
Usia 17-25 19 63%
26-40 11 37%
Sumber: Data diolah, 2022
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, dari hasil sebaran kuesioner kepada 30 panelis
menunjukan bahwa karakteristik panelis berdasarkan asal daerah 50% berasal dari
luar banyuwangi dan 50% berasal dari daerah banyuwangi yang tersebar dari
berbagai kecamatan. Pemilihan panelis dari luar daerah sebesar 50% merupakan
ketentuan utama karena kategori mereka sebagai wisatawan dimana penilaian
mereka akan menjadi salah satu penilaian yang dibutuhkan sebagai pendapat atas
inovasi produk yang diharapkan menjadi salah satu produk yang bisa dinikmati
oleh wisatawan (Chondro, et al, 2018). Panelis yang berasal dari Banyuwangi
sebesar 50% persen juga menjadi pertimbangan sebagai penilai atas inovasi
produk karena juga merupakan masyarakat yang akan menikmati inovasi produk
penelitian ini. Tabulasi data berdasarkan jenis kelamin, 47% diantanya berjenis
kelamin laki-laki dan 53% diantaranya berjenis kelamin perempuan. Keseluruhan
panelis tidak terlatih berada pada rentan usia 17-40 tahun. Selaras dengan hasil
penelitian Chondro, et al, 2018 menyatakan bahwa umur merupakan variable
37
yang selalu diperhatikan pada setiap penelitian. Pada uji daya terima, umur
mempengaruhi hasil dan uji tersebut. Penilaian daya terima oleh anelis dengan
usia muda yaitu rentan usia 15-49 tahun akan berbeda dengan usia tua yaitu rentan
50 tahun keatas. Pada panelis uji daya terima sebaiknya panelis usia muda
(Kartika, et al 1998; Laksmi, 2012).
B. Hasil Uji Kesukaan Panelis Tidak Terlatih
Pada sub bab ini, hasil penelitian menyajikan hasil kesukaan panelis tidak
terlatih terhadap produk acuan roti tawar dan produk inovasi roti tawar dengan
pewarna daun singkong. Hasil tersebut dapat merepresentasikan hasil inovasi
dalam penelitian ini. Uji coba dilakukan dengan cara panelis mencicipi sedikit
sampel produk acuan, kemudian menetralisir panca pengecap mereka dengan cara
meminum sedikit air mineral kemudian dilanjutkan dengan mencicipi sampel
produk inovasi.
Hasil yang pertama yaitu hasil uji kesukaan 30 panelis tidak terlatih pada
produk acuan roti tawar menunjukan hasil tertera pada tabel 5.8 berikut:
Tabel 5.8 Uji Kesukaan oleh panelis tidak terlatih pada produk acuan Roti Tawar
No Karakteristik Rata-Rata Kategori
Skor
1 Rasa 4,2 Sangat suka
2 Tekstur 3,9 Suka
3 Warna 3,7 Suka
4 Aroma 3,7 Suka
5 Sifat Keseluruhan 4,0 Suka
Rerata keseluruhan 3,9 Suka
Sumber: Data diolah, 2022
Penilaian yang diberikan untuk uji hedonik dihitung secara rata-rata (mean),
dengan memberikan interval inerpretasi terhadap hasil mean dicantumkan pada
tabel 5.9 berikut:
38
Tabel 5.9 Inerval Interpretasi Uji Hedonik
Interval Kategori
0 - 1,0 Sangat tidak suka
1,1 - 2,0 Tidak suka
2,1 - 3,0 Agak suka
3,1 - 4,0 Suka
4,1 - 5,0 Sangat suka
Sumber: Chondro, 2018
Berdasarkan uji kesukaan panelis tidak terlatih pada produk roti tawar acuan
dengan karakteristik rasa termasuk dalam kategori sangat disukai, tekstur
termasuk pada kategori suka, warna dalam kategori suka, aroma dalam kategori
suka dan secara keseluruhan, panelis tidak terlatih menyukai produk acuan roti
tawar yang telah mengalami tahap design dan tervalidisai oleh dua validator
sebelumnya.
Hasil selanjutnya adalah hasil uji kesukaan panelis tidak terlatih terhadap
produk yang dikembangkan yaitu inovasi produk roti tawar dengan pewarna daun
singkong. Hasil uji tersebut dapat dilihat pada tabel 5.10 sebagai berikut:
Tabel 5.10 Uji Kesukaan oleh panelis tidak terlatih pada produk inovasi roti tawar
dengan pewarna daun singkong
No Karakteristik Rata-Rata Kategori
Skor
1 Rasa 4,2 Sangat suka
2 Tekstur 3,9 Suka
3 Warna 4,0 Suka
4 Aroma 3,7 Suka
5 Sifat Keseluruhan 4,2 Sangat suka
Rerata Keseluruhan 4,0 Suka
Sumber: Data diolah, 2022
Berdasarkan hasil uji kesukaan panelis tidak terlatih pada produk inovasi roti
tawar dengan pewarna daun singkong dengan karakteristik rasa termasuk dalam
kategori sangat disukai, tekstur termasuk pada kategori suka, warna dalam
39
kategori suka, aroma dalam kategori suka dan secara keseluruhan, panelis tidak
terlatih menyukai produk acuan roti tawar yang telah mengalami tahap design dan
tervalidisai oleh dua validator sebelumnya.
Kesimpulan hasil uji penerimaan dari ke 2 tabel produk acuan roti tawar dan
produk inovasi roti dengan pewarna daun singkong memiliki rata-rata masing-
masing rerata secara keseluruhan yaitu 3,9 dan 4,0. Bedasarkan tabel 5.9, interval
dapat diinterpretasikan dalam kategori disukai. Produk acuan roti tawar setelah
mengalami pengembangan atau inovasi dengan penambahan pewarna daun
singkong menunjukan hasil uji kesukaan panelis tidak terlatih menjadi lebih suka
dengan meningkatnya nilai interval sebesar 0,1.
Gambar 5.5 Produk Acuan Roti Tawar Gambar 5.6 Inovasi Produk
Roti Tawar Daun Singkong
40
Tabel 5.11 Paired T-test Produk Acuan Roti Tawar dan Produk Pengembangan
Roti Tawar Dengan Pewarna Daun Singkong
Karakteristik Sig (2-tailed) Keterangan
Rasa 0,625 Ha
Tekstur 0,662 Ho
Warna 0,003 Ho
Aroma 0,004 Ha
Sifat keseluruhan 0,213 Ho
Sumber: Data diolah, 2022
Berdasarkan tabel diatas jika Ho lebih dari 0,05 maka kontrol dan
pengembangan tidak berbeda nyata, Ha kurang dari 0,05 maka kontrol dan
pengembangan berbeda nyata. Berdasarkan tabel 5.11 pada hasil uji Paired T-test,
karakteristik dengan nilai di bawah 0,005 adalah pada karakeristik warna yaitu
dengan nilai signifikan 0,003. Nilai 0,003 dapat diinterpretasikan bahwa pada
karakteristik warna berbeda nyata antara produk acuan dengan produk
pengembangan. Disimpulkan untuk warna terdapat perbedaan antara produk
acuan dan produk pengembangan karena pada produk acuan tidak memiliki warna
sedangkan pada produk pengembangan ada perbedaan warna yaitu kombinasi
warna putih kekuningan dan warna hijau dari daun singkong sebagai inovasi
produk pada penelitian ini. Hasil tersebut juga terlihat berbeda nyata pada
karakteristik aroma dengan nilai 0,004. Hal tersebut disebabkan adanya
penambahan pewarna alami daun singkong namun pada kategori agak kuat. Hasil
uji Paired T-test pada karakteristik rasa, tekstur, dan sifat secara keseluruhan tidak
menunjukan adanya perbedaan karena takaran bahan yang terpakai sesuai dengan
takaran bahan acuan pada saat proses produksi roti tawar.
41
luar Banyuwangi. Menurut SNI 01-2346-2006, jumlah 30 panelis tidak terlatih
dinilai dapat mewakili keseluruhan masyarakat bahwa masyarakat dapat
menerima ada produk inovasi pada segi uji mutu hedonic (Velawati, 2022). Uji
mutu hedonik adalah uji sensoris terhadap kesan karakteristik produk terkait
penilaian rasa, tekstur, aroma, warna dan sifat keseluruhan. Sedangkan, uji
hedonik adalah uji sensoris terhadap produk terkait suka atau tidak suka pada
penilaian rasa, tekstur, aroma, warna dan sifat keseluruhan produk. Pada
penelitian ini, uji mutu hedonik dilakukan terkait rasa, tekstur, aroma, warna dan
sifat keseluruhan yang dinilai sesuai karakteristik klasifikasi mutu hedonik dan
skala penilaian produk inovasi roti tawar dengan pewarna daun singkong yang
sudah ditentukan sebelumnya dengan berdasarkan standar SNI 01-2346-2006.
Sedangkan, uji hedonik pada penelitian ini menggunakan karakteristik penilaian
terkait rasa, tekstur, aroma, warna dan sifat keseluruhan dengan kode sangat suka,
suka, agak suka, agak tidak suka, dan tidak suka, serta skala penilaian yang
mewakili adalah 5, 4, 3, 2, dan 1 secara berurutan dari aspek penelitian yang
tertinggi hingga terendah.
Hasil uji mutu hedonik dan uji hedonik pada tahap ini dihitung secara
matematika dalam Microsoft excel dengan metode rata-rata dan disesuaikan
dengan interval untuk mengintreprestasikan hasil kesimpulan nilai akhir penelitian
yang dilakukan. Berikut rata-rata yang dihasilkan dari perhitungan kuesioner pada
lembar uji organoleptik pada 30 panelis tidak terlatih:
42
Tabel 5.11 Hasil Uji Mutu Hedonik Panelis Tidak Terlatih
Jumlah
Total Rata- Keterangan/
Karakteristik Panelis Tidak
Penilaian Rata Interpretasi
Terlatih
Rasa 122 30 4,0 Diminati
Tekstur 122 30 4,0 Diminati
Warna 118 30 3,9 Diminati
Aroma 114 30 3,8 Diminati
Sifat keseluruhan 121 30 4,0 Diminati
Jumlah Rerata Secara Keseluruhan 3,94 Diminati
Sumber: Data diolah, 2022
Bardasarkan tabel 5.11, hasil rata-rata nilai jawaban panelis tidak terlatih
pada kuesioner uji organoleptic pada uji mutu hedonik, dapat diketahui bahwa
total nilai pada produk inovasi roti tawar dengan pewarna daun singkong
memberikan penilaian secara keseluruhan yaitu 3,94 dengan interpretasi bahwa
masyarakat memiliki minat terhadap mutu dari pengembangan produk roti tawar.
Hal ini juga berlaku pada seluruh karakteristik yang ada pada roti tawar dengan
pewarna daun singkong yaitu pada karakteristik rasa, tekstur, warna, aroma dan
sifat secara keseluruhan, penilaian masyarakat berada pada interval 3,8-4,0 yang
dapat diinterpretasikan dengan kategori diminati. Pada tahap disseminate atau
penyebaran produk untuk mengetahui daya terima masyarakat memiliki hasil
bahwa masyarakat memiliki minat untuk menerima produk inovasi roti tawar
dengan pewarna daun singkong dan produk inovasi ini juga dapat menjadi salah
satu referensi sebagai roti oleh-oleh bagi para wisatawan.
Selanjutnya, pada uji hedonik terhadap 30 panelis tidak terlatih menghasilkan
nilai yang disajikan pada tabel berikut:
43
Tabel 5.12 Hasil Uji Hedonik Panelis Tidak Terlatih
Jumlah
Total Rata- Keterangan/
Karakteristik Panelis Tidak
Penilaian Rata Interpretasi
Terlatih
Rasa 126 30 4,2 Sangat suka
Tekstur 122 30 3,9 Suka
Warna 118 30 4,0 Suka
Aroma 103 30 3,4 Suka
Sifat keseluruhan 126 30 4,2 Sangat suka
Jumlah Rerata Secara Keseluruhan 3,94 Suka
Sumber: Data dioleh, 2022
Berdasarkan tabel 5.12 hasil rata-rata Nilai Jawaban Kuesioner Panelis Pada
Kuesioner Uji Organoleptik Uji Hedonik, dapat diketahui bahwa sampel produk
inovasi riti tawar dengan pewarna daun singkong yang diujikan pada 30 panelis
memiliki hasil pada aspek penelitian rasa dan sifat keseluruhan memiliki nilai
total secara berurutan yaitu 126, 122 dan 126 poin dengan rata-rata 4,2 yang dapat
diintreprestasikan sangat disukai oleh 30 panelis tidak terlatih.
Penilai panelis tidak terlatih pada karakteristik tekstur, warna dan aroma juga
berada pada nilai rerata interval 3,4-4,0 yang dapat diinterpretasikan bahwa
panelis tidak terlatih menyukai produk inovasi tersebut. Dengan demikian, secara
keseluruhan jumlah rata-rata pada hasil jawaban kuesioner 30 panelis memiliki
nilai rata-rata yaitu 3,94 dengan intreprestasi disukai. Meskipun karakteristik
tekstur, warna dan aroma berada pada interval disukasi, namun masih perlu
diperbaiki karena amsih ditemukan komentar oleh panelis tidak terlatih bahwa
tekstur roti perlu dilembutkan lagi dan aroma daun singkong perlu diperkuat lagi.
Sehingga, 30 panelis tidak terlatih mewakili daya terima masyarakat terhadap
produk inovasi roti tawar dengan pewarna daun singkong. Dalam penyebaran
kuesioner, 30 panelis menguji produk inovasi dengan memberikan saran-saran
perbaikan untuk kedepannya. Berikut saran-saran yang sudah dirangkum dan
disajikan pada poin-poin di bawah ini:
44
1. Tekstur roti perlu diperbaiki lagi karena masih kurang lebut. Terkadang
masih terasa bantat (agak keras)
2. Aroma daun singkong kurang kuat
4,5
4
3,5
3
2,5
2
Series 1
1,5
1
0,5
0
Rasa Tekstur Warna Aroma Sifat
Keseluruhan
E. Biaya Produksi
1. Variabel Cost
Berikut merupakan total bahan baku yang digunakan dalam pembuatan
roti tawar dalam satu resep
45
Tabel 5.13 Variabel Cost
Kuantiti Kuantiti Harga
Bahan Baku Harga
Resep Bahan Bahan
Tepung 250 gr 1000 gr Rp. 10000,- 2500,-
terigu
Ragi instan 3,75 gr 10 gr Rp. 35000,- 3500,-
Gula pasir 12,5 gr 1000 gr Rp. 14000,- 175,-
Susu bubuk 5 gr 250 gr Rp. 6000,- 120,-
Garam 3,75 gr 250 gr Rp. 2000,- 30,-
Mentega 10 gr 250 gr Rp. 15000,- 600,-
putih
Air es 155 ml - - 500,-
Telur 1 butir - - 2000,-
Pewarna 12 ml - - 200,-
daun
singkong
Total Rp. 9.425,-
Sumber: Data pribadi, 2022
2. Fixed Cost
Berikut ini merupakan perhitungan fixed cost yang digunakan dalam
pembuatan roti tawar dalam satu resep:
Tabel 5.13 Fixed Cost
Keterangan Waktu Cost
Gas LPG 1 jam Rp. 1400,-
Listrik blender 1 Jam Rp. 175,76,-
Listrik kulkas 1 Jam Rp. 108,16,-
Air 1 Jam Rp. 1,070,-
Total Rp. 2.753,92
Sumber: Data Pribadi, 2022 dan Islamaya, 2021
46
1. Biaya Gas LPG
Tabung Gas 3kg (isi Ulang) waktu pemakaian 15 jam = Rp.20.000,-
Penggunaan dalam 1 jam Rp.20.000 : 15 jam = Rp. 1400,-
2. Biaya Listrik
*Keterangan
3. Biaya Air
47
4. Harga Jual
Tabel 5.14 Harga Jual Inovasi Roti Tawar Dengan Pewarna Daun Singkong
Variabel cost Rp. 9.425,-
Fixed cost Rp. 2.753,92
Total Rp. 12.178,92
Harga Penjualan (Laba 20%) Rp. 14.600,-
Harga Publish Rp. 15.000,-
Sumber: Data pribadi, 2022
Berdasarkan perhitungan tersebut didapatkan harga jual sebesar Rp. Rp.
15.000,- untuk satu porsi atau satu kotak roti tawar penambahan pewarna alami
daun singkong dengan ukuran 20x10 cm.
48
BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Proses pembuatan roti tawar pewarna daun singkong sama dengan proses
pembuatan roti tawar pada umumnya. Tahap tersebut terdiri atas
penimbangan bahan, proses pembuatan adonan dalam cetakan, proofing
tahap pertama, pembuangan gas dan pembentukan roti dalam cetakan
dengan 2 layer, proofing tahap kedua, kemudian pengovenan roti tawar
hingga amatng. Resep acuan pembuatan roti tawar yaitu resep dari media
kuliner sebagai resep yang terpilih oleh kedua validator atau tenaga ahli
dengan resep Tepung terigu, ragi instan, gula pasir, susu bubuk, garam,
mentega putih, air es, dan sesuai masukan validator, untuk memperkuat
rasa ditambahkan telur ayam.
2. Penerimaan masyarakat terhadap inovasi produk yaitu masyarakat dalam
hal ini wisatawan dalam ketegori menyukai. Berdasarkan hasil uji hedonic,
penerimaan masyarakat berada pada interval 3,94 poin dengan interpretasi
bahwa wisatawan menyukai produk inovasi tersebut. Wisatawan
memberikan penilaian pada aspek penelitian rasa dan sifat keseluruhan
memiliki nilai total secara berurutan yaitu 126, 122 dan 126 poin dengan
rata-rata 4,2 yang dapat diintreprestasikan sangat disukai. pada
karakteristik tekstur, warna dan aroma juga berada pada nilai rerata
interval 3,4-4,0 yang dapat diinterpretasikan bahwa panelis tidak terlatih
menyukai produk inovasi tersebut. Meskipun karakteristik tekstur, warna
dan aroma berada pada interval disukasi, namun masih perlu diperbaiki
karena amsih ditemukan komentar oleh panelis tidak terlatih bahwa tekstur
roti perlu dilembutkan lagi dan aroma daun singkong perlu diperkuat lagi.
49
3. Harga jual roti tawar dengan pewarna alami daun singkong dengan
indikator nilai terbaik berdasarkan pada Uji Hedonik (Kesukaan) adalah
Rp. 15.000,-
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat
diberikan peneliti terhadap penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Saran untuk Calon Pengusaha
a. Menyempurnakan kembali komposisi dari roti tawar ini serta melakukan
inovasi-inovasi lain seperti roti tawar dengan warna alami dari tumbuhan
ataupun buah-buahan.
b. Membuka usaha roti tawar dengan mengedepankan aspek kesehatan, dengan
menggunakan pewarna alami sebagai bahan pewarnanya. Selain aspek
kesehatan, pewarna alami juga berperan penting terhadap aspek kelestarian
lingkungan sekitar.
50
DAFTAR PUSTAKA
Adnyani, N.W.G., Harini, O.S., dan Wiryawan, M. 2019. Pedoman
Pengembangan Wisata Kuliner. Kementrian Pariwisata Republik Indonesia.
Badan Pusat Statistik. 2012. Statistik Hasil Pertanian Banyuwangi 2012.
banyuwangi:BPS. [Internet]. [Diakses pada 2021 maret 2]. Tersedia pada:
https://bps.go.ig
Departemen Kesehatan Republik Indonesi]. 1985. Peratutan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia. Tentang Zat Pewarna Tertentu Yang Dinyatakan
Berbahaya. Jakarta
Haryono, N dan Marniyati, S. 2017. Pengaruh Market Orientation, Inovasi
Produk, Dan Kualitas Produk Terhadap Kinerja Bisnis Dalam Menciptakan
Keunggulan Bersaing. Jurnal Bisnis dan manajemen. Vol 17 No 2, 2017 :
51-68.
Islamaya, Nurul. 2020. Inovasi Pembuatan Roti Tawar Dengan Pewarna Alami
Daun Singkong (manihot esculenta) Sebagai Produk Unggulan Hotel
Poliwangi Jinggo.
Kartika, B., P. Hastuti dan W. Supartono. (1998). Pedoman Uji Inderawi Bahan
Pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta
Kementrian Perdagangan Republik Indonesia. 2022. Melalui Industri Kreatif,
Indonesia Pacu Perdagangan ke Mesir.
https://www.kemendag.go.id/id/search?_token=T9SuN9KP4Q9VMkEiaOc1
kwFR8W5rYXjh3vMZVLwp&query=industri+kreatif [Diakses 03 Maret
2022]
Kementrian Koperasi dan UKM Republik Indonesia. 2022. Perkembangan Data
Usaha Mikro, Kecil, Menengah (Umkm) Dan Usaha Besar (Ub) Tahun
2018 - 2019.
https://kemenkopukm.go.id/uploads/laporan/1617162002_SANDINGAN_D
ATA_UMKM_2018-2019.pdf. [Diakses 03 Maret 2022]
Kurnia, F.B. 2013. Kajian Penggunaan Zat Adiktif Makanan (Pemanis dan
Pewarna) Pada Kudapan Bahan Pangan Lokal di Pasar Kota Semarang.
51
Journal.unnes.ac.id
Kurniawa, Ika. 2009. Mengenal Zat Adiktif Makanan. Jakarta : Sinar Cemerlang.
Kusumawati, Meilisa. (2015). Penjelasan Bakso.
http://www.kerjanya.net/faq/18562-cumi.html. pada 10 Februari 2019.
[Diakses 23 Februari 2022]
Laksmi, Restuning Tri. (2012). Daya Ikat Air, Ph Dan Sifat Organoleptik Chicken
Nugget Yang Disubstitusi Dengan Telur Rebus. Indonesian Jurnal Of Food
Technology Vol. 1 No.1 Tahun 2012 On Line At :Http://Ejournal-
S1.Undip.Ac.Id/Index.Php/Ijft.
Pangestuti, Panca. 2019. Pembuatan Mie Mama Jagung Sebagai Alternatif
Pemanfaatan Bahan Lokal. Proyek akhir: Universitas Negeri Yogyakarta.
Pyarogi, Dia. 2017. Pengembangan Potensi Wisata Kuliner Kota Malang Berbasis
Sumber Daya Lokal. Jurnal Pesona: ISSN 2541-5859. Vol 2 No.1 Juni 2017
Rahmawati, Fitri. 2009. Pengawetan Bahan Pangan. Yogyakarta: PTBB FT
UNY.
52
Syarifah, N.A. 2014. Kandungan Zat Pewarna Sintetis pada Makanan dan
Minuman Jajanan di SDN 1-X Kelurahan Ciputat Kecamatan Ciputat Kota
Tangerang Selatan Tahun 2014. [Skripsi]. Jakarta. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Triyanto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-
Progresif.Jakarta:Kencana.
Velawati, Muthya. 2022. Inovasi Sambal Tempong Dalam Bentuk Concase Pizza
Sebagai Produk Kuliner Di Banyuwngi. Skripsi. Politeknik Negeri
Banyuwangi
Wahyuningtyas, D., Putranto, T.S., dan Kusdiana, R.N. 2014. Uji Kesukaan Hasil
Jadi Kue Brownies Menggunakan Tepung Terigu dan Gandum Utuh. Jurnal
Binus Business Review 5(1):57-65.
Wulandari, Wahyu. 2017. Pengembangan Lamington Cake Dengan Substitusi
Tepung Kedelai Sebagai Inovasi Produk Bakery. Jurnal Bisnus
Review:Yogyakarta
Utaminingsih, M.S., Linda, K., dan Mustofa, A. 2015. Karakteristik Roti Tawar
dengan Subsitusi Tepung Sorgum (sorghum bicolor (L) moench)
Terfermentasi dan Tanpa Fermentasi. Jurnal Teknologi Hasil Pertanian.
8(1):1-13
UNWTO, Global Report on Food Tourism, 2017. Pedoman Pengembangan
Wisata Kuliner: Asisten Deputi Pengembangan Wisata Budaya Bidang
Wisata Kuliner dan Belanja.
53
LAMPIRAN
54
Lampiran 2. Hasil Paired T-test
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Pair 1 A325
- ,36667 ,61495 ,11227 ,13704 ,59629 3,266 29 ,003
P532
N Correlation Sig.
55
Paired Samples Test
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Pair 1 A325
1,29
- ,20000 ,84690 ,15462 -,11624 ,51624 29 ,206
3
P532
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Pair 1 A325
- ,06667 ,82768 ,15111 -,24239 ,37573 ,441 29 ,662
P532
56
4. Hasil Paired T-test Karakteristik Rasa
N Correlation Sig.
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the Sig.
Std. Std. Error Difference (2-
Mean Deviation Mean Lower Upper t df tailed)
Pair 1 A325 -
,06667 1,14269 ,20863 -,36002 ,49336 ,320 29 ,752
P532
N Correlation Sig.
57
Paired Differences
95% Confidence
Interval of the
Pair 1 A325
- ,20000 ,88668 ,16189 -,13109 ,53109 1,235 29 ,227
P532
58
Lampiran 3. Hasil Penilaian Validator Tahap Define
59
60
Lampiran 4. Hasil Penilaian Validator Tahap Design
61
62
Lampiran 5. Hasil Penilaian Wisatawan Uji Hedonik
63
64
Lampiran 6. Hasil Penilaian Wisatawan Uji Mutu Hedonik
Sifat
Nama Rasa Tekstur Warna Aroma Keseluruhan
A 4 4 3 3 4
B 5 5 3 4 4
C 4 3 5 3 5
D 4 5 4 3 5
E 4 4 4 2 4
F 3 4 4 3 4
G 5 3 3 4 4
H 4 3 4 5 4
I 4 5 5 4 5
J 4 5 3 3 5
K 4 3 5 3 5
L 4 3 4 4 5
M 5 3 3 5 4
N 3 5 4 3 4
O 5 5 3 4 5
P 4 5 5 5 4
Q 4 3 4 2 4
R 4 5 4 1 4
S 4 5 5 4 5
T 4 5 4 5 5
U 4 3 4 4 4
V 4 4 3 3 4
W 4 3 3 3 4
X 5 3 3 4 4
Y 4 3 4 3 4
Z 4 4 3 1 4
AA 3 5 5 5 5
BB 4 5 5 3 5
CC 4 4 4 3 4
DD 4 5 5 4 5
Total 4,066667 4,066667 3,933333 3,433333 4,4
65
Lampiran 7. Dokumentasi Pelaksanaan
66
Lampiran 8. Dokumentasi Penilaian Validator
67