Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENELITIAN

PERAN ORANG TUA DALAM MEMBENTUK


KARAKTER ANAK

Oleh
1. KHALILAH NURUN NAHDAH NIM 220910202001
2. IFAN RAYBAHADI NIM 220910202004
3. KHOIRUL ABIDIN NIM 220910202053
4. HIDAYATUL ANDINI NIM 220910202116
5. FAHREZA AL AMOUDI NIM 220910202120

UNIVERSITAS JEMBER
2022
i

RINGKASAN

Manusia merupakan makhluk sosial dimana manusia satu tidak dapat hidup tanpa
bantuan dari manusia lainnya. Hal itu membuat terbentuknya interaksi antara manusia satu
dengan manusia yang lainnya. Dalam interaksi sosial perlu adanya pengawasan sosial atau
kontrol sosial. Pengawasan sosial digunakan untuk mengarahkan individu pada nilai-nilai dan
norma norma masyarakat sesuai dengan peran yang dijalaninya di masyarakat.
Di dalam keluarga peran orang tua lebih dominan daripada anak. Biasanya orang tua
lebih melakukan pengawasan terhadap anaknya. Hal ini berpengaruh pada pembentukan
karakter anak tersebut, tergantung bagaimana orang tua dalam mendidiknya. Maka dari itu
perlu adanya pengetahuan mengenai bagaimana cara mendidik anak dengan baik dan benar
agar tidak ada hambatan dalam pembentukan karakter anak.
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat,
karunia dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini yang
berjudul “Peran Orang Tua dalam Membentuk Karakter Anak” tepat pada waktunya. Laporan
penelitian ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Umum Bahasa Indonesia.
Dalam penulisan laporan penelitian ini tentunya tidak terlepas dari kesulitan dan
masalah dalam pengerjaannya, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka kesulitan dan
masalah tersebut dapat teratasi. Untuk itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan
terima kasih kepada seluruh pihak yang turut membantu dalam penyusunan laporan penelitian
ini. Kami berharap dengan selesainya laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Sekian yang dapat kami sampaikan. Kami menyadari penelitian ini masih banyak
kekurangan. Untuk itu kami mengharapkan saran dan kritik demi menyempurnakan laporan
penelitian ini, sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua.
iii

DAFTAR ISI

Halaman
RINGKASAN ............................................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL .................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................................... vi
BAB 1. PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................... 3
BAB 2. KAJIAN TEORI ......................................................................................................... 4
2.1 Pengawasan Sosial ...................................................................................................... 4
2.2 Peran Orang Tua dan Anak dalam Kehidupan Sosial ................................................. 5
2.3 Pembentukan Karakter Anak ...................................................................................... 7
BAB 3. DATA PENELITIAN ................................................................................................. 8
3.1 Rancangan dan Jenis ................................................................................................... 8
3.2 Sumber Data Penelitian ............................................................................................... 8
3.2.1 Sumber Data Primer ............................................................................................. 9
3.2.2 Sumber Data Sekunder ........................................................................................ 9
3.3 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 9
3.4 Teknik Analisis ........................................................................................................... 9
3.5 Tahap Penelitian ........................................................................................................ 10
3.5.1 Tahap Perencanaan ............................................................................................ 10
3.5.2 Tahap Pelaksanaan ............................................................................................. 11
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................................. 13
4.1 Pengawasan Orang Tua dalam Membangun Karakter Anak .................................... 13
4.2 Cara Orang Tua Membatasi Ruang Gerak Anak dalam Kehidupan Sosial .............. 13
4.3 Dampak Pembatasan Sosial Terhadap Anak ............................................................. 14
BAB 5. PENUTUP ................................................................................................................. 15
5.1 Kesimpulan............................................................................................................... 15
iv

5.2 Saran ......................................................................................................................... 15


LAMPIRAN............................................................................................................................ 16
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 17
v

DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 4.1 Data jumlah responden berdasarkan jenis kelamin.................................................. 13
vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1.1 Data Kasus-1 Anak Berhadapan Hukum (ABH) Tahun 2011-2020...................... 1
1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manusia adalah makhluk berakal yang diciptakan dengan kesempurnaan,
tapi meskipun begitu manusia juga tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain.
Manusia yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain bisa disebut juga makhluk
sosial yang artinya sebagai warga masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari kita
tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain dan selalu berinteraksi dengan lingkungan
sekitar. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang terjadi secara dinamis
perorangan dan kelompok manusia. Selain interaksi sosial manusia juga
membutuhkan sosialisasi. Sosialisasi merupakan sebuah proses pengenalan nilai
dan norma yang berlaku dalam masyarakat yang terjadi antargenerasi sehingga
individu atau kelompok yang bersangkutan dapat berpartisipasi aktif dalam sistem
sosial.
Interaksi sosial memerlukan kontrol sosial didalamnya. Kontrol sosial
digunakan untuk mencegah penyimpangan sosial sehingga mengarahkan individu
untuk mengarah ke norma dan nilai masyarakat. Sehingga kontrol sosial digunakan
untuk pengawasan yang dilakukan untuk memberikan arahan-arahan terhadap
peran-peran individu. Teori kontrol sosial secara sederhana merupakan suatu usaha
untuk menjelaskan kenakalan remaja.

Gambar 1.1 Data Kasus-1 Anak Berhadapan Hukum (ABH) Tahun 2011-2020
(Sumber: Komisi Perlindungan Anak, Dikutip Tahun 2020)
2

Di Indonesia kasus kenakalan remaja bukanlah pertama kalinya. Dari tahun


ke tahun Indonesia mencatat setiap tahunnya terjadi ratusan kasus kenakalan
remaja. Menurut data dari KPAI yang terbaru, total kasus dalam 10 tahun terakhir
yakni dari tahun 2011 hingga 2020 mencapai 13.071 kasus. Meskipun dari tahun
2018 hingga 2020 kasus kenakalan remaja mengalami penurunan, rata-rata kasus
kenakalan remaja di Indonesia pertahun masih mencapai ribuan kasus. Hal ini perlu
menjadi perhatian agar Indonesia tidak manjadi negara paling berbahaya karena
kasus kenakalan remaja yang tinggi.
Mencegah kenakalan remaja merupakan peran orang tua dalam membentuk
karakter anak. Pembentukan karakter dimulai dari bimbingan orang tua sejak dini,
karena orang tua adalah lingkungan awal seorang anak berkembang dan tumbuh
dalam kehidupan bermasyarakat. Orang tua memiliki peran penting dalam
pembentukan karakter anak, karena orang tua merupakan guru pertama bagi anak
sebelum ia ke sekolah formal. Segala perilaku orang tua akan diikuti oleh anak
maka sebab itu orang tua harus memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya.
Pembentukan karakter anak sangat ditentukan oleh orang tua, terutama pada
masa pertumbuhan yaitu masa yang menentukan bagaimana pembentukan karakter
anak. Oleh karen itu, anak yang sering diberikan suatu nasehat, melihat hal-hal yang
baik, kasih sayang yang cukup serta perlakukan yang baik maka setelah dewasa
karakter anak akan terbentuk dengan baik.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan sekitar, dan kebangsaan yang
terwujud dalam pikiran, sikap perasaan, perkataan dan perbuatan yang berdasarkan
norma-norma agama, hukum tata krama, budaya dan adat istiadat.
Pada umumya para orang tua mengharapkan anak-anaknya untuk tumbuh
dan menjadi orang yang memiliki karakter yang baik serta berbudi pekerti yang
baik dengan demikian para orang tua harus mengetahui fungsi orang tua sebagai
fungsi ekonomis, fungsi pendidikan, fungsi perlindungan, fungsi efektif dan fungsi
agama.
Pada zaman sekarang orang tua mendidik anak bukan hanya secara langsung
namun sekarang sudah terdapat sebuah aplikasi mengontrol anak. Orang tua tinggal
3

mendownloadkan di hp anak lalu dihubungkan dengan hp miliknya. Jadi orang tua


bisa mengontrol anak dari jarak jauh. Orang tua bisa mengontrol segala aktivitas
yang dilakukan oleh anak. Tetapi didikan orang tua secara langsung tetap paling
penting karena terdapat interaksi langsung antara orang tua dan anak.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dari penelitian
ini adalah pengawasan orang tua dalam membangun karakter anak, cara orang tua
membatasi ruang gerak anak dalam kehidupan sosial dan dampak pembatasan
sosial terhadap anak.

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yakni untuk mendeskripsikan
bagaimana pengawasan orang tua dalam membangun karakter anak, untuk
mendeskripsikan cara orang tua membatasi ruang gerak dalam kehidupan sosial dan
untuk mengetahui dampak pembatasan sosial terhadap anak.

1.4 Manfaat Penelitian


Manfaat penelitian menggambarkan hal-hal yang akan diperoleh setelah
tujuan penelitian terpenuhi. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi
beberapa pihak, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi mahasiswa hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah dan
memperluas pengetahuan mengenai peran orang tua dalam membangun
karakter anak.
b. Bagi pengajar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan diskusi
dalam perkuliahan nantinya.
c. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk
dapat dikembangkan lebih lanjut mengenai peranan orang tua dalam
membangun karakter anak.
4

BAB 2. KAJIAN TEORI

Teori dan penelitian ilmiah merupakan hal yang tidak terpisahkan karena
teori dalam penelitian berfungsi sebagai sumber informasi awal yang nantinya topik
didalamnya akan dibandingkan dengan hasil penelitian. Menurut Kerlinger (1973)
teori adalah serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan
suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar
konsep.

2.1 Pengawasan Sosial


Dalam kehidupan sosial, manusia melakukan aktivitasnya dengan tingkah
laku yang berbeda-beda. Tingkah laku manusia yang berbeda-beda ini perlu adanya
pengawasan sosial atau dalam ilmu sosiologi biasa disebut dengan kontrol sosial.
Adanya kontrol sosial biasanya didasari oleh adanya penyimpangan sosial. Kontrol
sosial biasanya berupa peraturan yang tertulis ataupun tidak tertulis. Peraturan ini
dibuat oleh pihak-pihak tertentu yang diharapkan dapat mengatur arah perilaku
seseorang agar tidak menyimpang.
Menurut sosiolog, Gottfrson dan Hirschi dalam Henslin (2006: 154) teori
tentang kontrol sosial dapat diringkas sebagai pengendalian diri. Kontrol sosial
mengajarkan individu untuk menahan diri atau mengendalikan diri dalam
bertingkah laku. Biasanya untuk mendorong individu mengendalikan diri yakni
dengan menciptakan rasa takut akan sanksi apabila melakukan pelanggaran
peraturan yang telah dibuat. Sanksi biasanya muncul bersama peraturan, munculnya
peraturan harus diikuti oleh sanksi. Contoh sederhananya yakni dalam lingkungan
keluarga.
Keluarga merupakan agen utama dan pertama yang membentuk karakter
individu sehingga terkadang dalam satu keluarga terdapat peraturan yang harus
ditaati sebagai bentuk pengawasan atau kontrol sosial dalam anggota keluarga.
Dalam keluarga biasanya terdapat peraturan keluarga sebagai bentuk pengawasan
atau kontrol sosial untuk anggota keluarganya. Anggota yang terlibat pada
pengawasan ini biasanya adalah orang tua ke anak-anaknya. Contohnya, aturan
5

melarang anak keluar malam dengan maksud menjaga anaknya dari bahaya. Aturan
inilah merupakan bentuk dari pengawasan atau kontrol sosial terhadap anak.
Apabila aturan tersebut tidak ditaati maka anak tersebut akan mendapat hukuman
sesuai yang telah disepakati.
Hukuman atau biasa yang disebut dengan sanksi turut hadir dalam
pengawasan atau kontrol sosial orang tua kepada anaknya. Adanya sanksi ini
membuat adanya dorongan seseorang untuk menghindari tindakan-tindakan yang
bisa melanggar aturan tersebut. Namun perlu dorongan yang lebih kuat agar orang
tersebut tidak akan melakukan pelanggaran, yakni dengan membuat sanksi setegas
mungkin. Sanksi yang tegas membuat apabila seseorang melanggar aturan tersebut
akan ada rasa menyesal dan tidak akan mengulanginya lagi. Sama halnya sanksi
yang ada dalam keluarga, perlu adanya pengawasan dalam pelaksanaan aturan dan
sanksi yang berlaku. Disinilah peran orang tua dan anak terlihat.

2.2 Peran Orang Tua dan Anak dalam Kehidupan Sosial


Orang tua dan anak merupakan anggota dari agen sosialisasi yang
dinamakan keluarga. Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau
melakukan sosialisasi. Keluarga merupakan agen sosialisasi utama dan inti.
Keluarga dikatakan agen sosial utama dan inti karena dalam keluarga seseorang
mengalami pertama kali melakukan sosialisasi dan sekaligus membentuk karakter
seseorang tersebut dengan melakukan sosialisasi itu. Agen sosialisasi dalam
keluarga biasanya terdiri dari ayah, ibu, saudara kandung, saudara angkat, dan
masih banyak lagi karena di masyarakat terdapat yang menganut sistem
kekerabatan yang luas (extended family) sehingga agen sosialnya juga semakin luas.
Keluarga juga dapat dikatakan sebagai agen sosialisasi primer, dimana
seseorang melakukan sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil
dengan belajar menjadi anggota masyarakat. Dalam sosialisasi primer akan
memunculkan sikap primordial, yakni sikap sangat menjunjung tinggi ajaran-ajaran
yang diajarkan oleh orang tuanya. Di sini anak akan mulai mengenal anggota
keluarganya dan lingkungan keluarganya. Untuk mengenalnya memerlukan tahap-
tahap sosialisasi, yakni:
6

a. Tahap Persiapan (preparatory stage)


Tahap yang dimulai pada saat manusia itu lahir. Pada tahap ini individu
mempersiapkan diri untuk mengenal dunia sosialnya. Dalam tahap ini juga
manusia mulai berperilaku meniru untuk bersosialisasi meskipun tidak sama
dengan apa yang ditirunya.
b. Tahap Meniru (play stage)
Tahap dimana semakin sempurnanya seseorang menirukan semua apa yang
disekitarnya.
c. Tahap Siap Bertindak (game stage)
Pada tahap ini seseorang sudah mulai melakukan peranannya sendiri dalam
kehidupan sosialnya dengan sadar.
d. Tahap Penerimaan Norma Kolektif (generalized stage)
Pada tahap ini seseorang sudah dianggap sudah dewasa dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.
Dalam penjelasan diatas jelas peran anak adalah menjalankan sosialisasi
sesuai dengan langkah-langkah dan norma-norma yang diharapkan keluarganya
dan masyarakat sekitarnya. Secara tidak sadar dan mau tidak mau sejak lahir kita
sudah terikat oleh norma-norma yang kita jalani.
Abu Ahmadi (1982) berpendapat bahwa pengertian peran adalah sebagai
suatu kompleks pengharapan manusia terhadap cara individu harus bersikap dan
berbuat dalam situasi tertentu yang berdasarkan status dan fungsi sosial. Definisi
tersebut sama halnya peran orang tua, dimana sebagai orang tua dari anak-anaknya
mereka harus membimbing perilaku anak-anaknya sesuai dengan norma-norma
yang berlaku sehingga membentuk karakter sesuai yang diharapkannya dan
masyarakat. Dalam membimbing anaknya, orang tua seringkali mengalami
kesulitan karena banyaknya tantangan yang dihadapi seperti perkembangan zaman.
Seiring perkembangan zaman pola mengawasi dan mengontrol anak-anak berubah.
Sebagai contoh pada zaman sekarang media bersosialisasi tidak hanya dalam dunia
nyata, namun dapat juga dilakukan di dunia maya seperti media sosial. Dengan
adanya media sosial ini membuat orang tua harus dapat menggunakan teknologi
7

untuk mengawasi anak-anaknya dalam bersosialisasi di media sosial. Pengawasan


ini akan membentuk karakter anak dengan sendirinya.

2.3 Pembentukan Karakter Anak


Selain melakukan pengawasan dan kontrol sosial kepada anak, orang tua
perlu tau cara mendidik seorang anak sehingga membentuk karakter anak sesuai
dengan apa yang diharapkan. Hal ini diperlukan agar anak tidak merasa dibatasi
dalam bersosialisasi di lingkungannya. Pembentukan karakter ini sebaiknya
dilakukan sejak dini yakni biasa disebut golden age. Golden age ini adalah usia
dimana anak tumbuh berkembang. Cara-cara pembentukan karakter anak yakni:
a. Jangan membandingkan anak dengan orang lain.
b. Biarkan anak bersosialisasi dengan lingkungan luar namun harus tetap
dalam pengawasan.
c. Sebagai orang tua harus memberikan dan menjadi contoh yang baik untuk
anak-anaknya.
Cara-cara tersebut merupakan bentuk pengawasan dan kontrol sosial yang
dilakukan orang tua kepada anaknya dimana sebenarnya melakukan pengawasan
dan kontrol sosial kepada anak tidak hanya pada golden age saja, namun setiap saat
dan kapan saja sebagai orang tua wajib melakukan pengawasan dan kontrol sosial
anaknya demi menjaga karakter anaknya.
8

BAB 3. DATA PENELITIAN

Pada bab ini dibahas metodologi penelitian yang digunakan dalam


penelitian yang mencangkup beberapa hal sebagai berikut. (1) rancangan dan jenis,
(2) data sumber penelitian, (3) teknik pengumpulan data, (4) teknik analisis, dan (5)
tahap penelitian. Berikut uraian dari pembahasan tersebut.

3.1 Rancangan dan Jenis


Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.
Kualitatif merupakan metode penelitian yang hasil penelitiannya berupa data yang
bersifat deskriptif. Metode kualitatif ini bermaksud untuk mengamati fenomena
yang terjadi pada subjek yang berupa tingkah laku atau tindakan. Hasil dari
pengamatan tersebut dituangkan berupa kata-kata yang memerlukan insting yang
tajam.
Kualitatif deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan suatu keadaan
dimana keadaan tersebut harus diamati secara lebih spesifik dan mendalam, cara
tersebut dilakukan untuk mendapatkan sebuah data atau pernyataan yang valid dan
transparan. Metode ini tepat untuk topik yang akan diteliti karena sebagai
identifikasi suatu masalah yang berhubungan dengan peran orang tua dalam
membentuk karakter anak dalam kehidupan sosial.

3.2 Sumber Data Penelitian


Sumber data adalah sumber yang digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan
sejumlah informasi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian
kualitatif yang mana sumber penelitian yang digunakan adalah survey berupa
pengisian angket yang disebut responden dan wawancara yang disebut informan.
Responden merupakan orang yang menjawab atau merespon pertanyaan-
pertanyaan dari peneliti baik pertanyaan tertulis atau lisan. Hasil data dari penelitian
tersebut adalah kalimat yang mendeskripsikan objek yang diteliti. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data
sekunder.
9

3.2.1 Sumber Data Primer


Sumber data primer adalah sumber data dimana pengumpul data
mendapatkan data secara langsung dari subjek yang terpercaya berupa kata-
kata yang diucapkan atau perilaku yang dilakukan. Sumber data pada
penelitian ini didapatkan dari responden yang mengisi angket yang telah
dibagikan sebelumnya serta didapatkan dari Ibu Yuliana yang berusia 50
tahun sebagai informan.
3.2.2 Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data dimana pengumpul data
mendapatkan data tersebut tidak secara langsung dari sumber terpercaya,
namun melalui media tertentu seperti buku dan artikel.

3.3 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah bagaimana cara peneliti mendapatkan data
data yang dibutuhkan dari sumber data yang terpercaya. Teknik pengumpulan data
yang dilakukan adalah pengisian angket (google form) dan wawancara. Angket
adalah teknik pengumpulan data dimana peniliti mengumpulkan data dengan
menyebarkan formulir untuk mendapatkan data-data yang berupa respon dari
sumber data yang dipercaya. Sedangkan wawancara adalah teknik pengumpulan
data dimana peneliti melakukan sesi tanya jawab secara langsung kepada sumber
data yang dipercaya.

3.4 Teknik Analisis


Setelah data penelitian terkumpul proses selanjutnya adalah menganalisis
data. Analisis data merupakan proses menyusun data secara sistematis yang
diperoleh berdasarkan hasil pengisian angket dan wawancara dengan cara
mengelompokkan atau mengklasifikasikan ke dalam kategori atau pola yang akan
digunakan. Sekaligus memilih data yang bersifat penting dan yang akan dipelajari
lebih lanjut lalu membuat sebuah kesimpulan yang mudah dipahami bagi peneliti
dan orang lain.
10

Adapun analisis data yang digunakan yakni metode kualitatif bersifat


induktif, yaitu menganalisis data berdasarkan data yang telah diperoleh berdasarkan
fakta atau pengalaman nyata. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang
menghasilkan data berupa kata-kata atau kalimat tertulis melalui deskripsi objek,
situasi dan catatan lapangan.

3.5 Tahap Penelitian


Berikut ini merupakan penjelasan tentang tahapan-tahapan dalam penelitian.
3.5.1 Tahap Perencanaan
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti harus melaksanakan
beberapa persiapan yang terdiri dari, berikut ini:
a. Tema/topik Penelitian
Untuk menentukan tema atau topik penelitian, seorang peneliti harus peka
dalam mengidentifikasi lingkungan di sekitarnya. Tema atau topik
penelitian dapat diambil dari berbagai sumber seperti:
1) Fenomena sosial yang terjadi dalam kehidupan
2) Kajian kepustakaan
3) Informasi yang diberikan oleh pihak lain.
b. Mengidentifikasi Masalah
Pada tahap ini, peneliti harus mencari terlebih dahulu masalah atau kasus
apa yang akan diteliti.
c. Merumuskan Masalah
Dalam tahap ini, peneliti membuat sebuah rumusan masalah setelah proses
mengidentifikasi masalah.
d. Mengadakan Studi Pendahuluan
Di tahap ini peneliti mengumpulkan informasi terkait masalah yang akan
diteliti. Nantinya ditahap ini peneliti akan mengetahui keadaan masalah
yang akan diteliti. Hasil dari proses studi pendahuluan ini akan digunakan
untuk menyusun kerangka penyelesaian masalah dalam bentuk hipotesis
yang akan diuji kebenarannya melalui penelitian lapangan. Studi
11

pendahuluan ini dapat dilakukan dengan studi dokumenter, kepustakaan dan


studi lapangan.
e. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara yang akan dibuktikan
kebenarannya dari masalah yang sedang diteliti.
f. Menentukan Sampel Penelitian
Tahap ini merupakan tahap untuk menentukan objek yang akan diteliti.
Keseluruhan objek yang diteliti disebut sebagai populasi penelitian.
g. Menyusun Rencana Penelitian
Tahap ini merupakan pedoman selama melaksanakan penelitian sebagai
suatu pola perencanaan harus dapat mengungkapkan hal-hal yang
berhubungan dengan kegiatan pelaksanaan penelitian yang memuat hal-hal
berikut :
1) Masalah yang diteliti dan alasan mengapa melakukan penelitian
2) Bentuk atau jenis data yang dibutuhkan
3) Tujuan dilakukannya penelitian
4) Manfaat atau kegunaan penelitian
5) Dimana dilakukannya penelitian
6) Jangka waktu pelaksanaan penelitian
7) Organisasi kegiatan dan pembiayaan
8) Hipotesis yang diajukan
9) Teknik pengumpulan dan pengolahan data
10) Sistematis laporan yang direncanakan
11) Merumuskan alat penelitian
3.5.2 Tahap Pelaksanaan
Setelah melakukan tahap persiapan, selanjutnya peneliti melakukan tahap
pelaksanaan kegiatan penelitian yang meliputi, pengumpulan data dan menganalisis
data.
a. Pengumpulan Data
Pada tahap pengumpulan data didasarkan pada pedoman yang sudah
dipersiapkan dalam rancangan penelitian. Data yang dikumpulkan melalui
12

kegiatan penelitian dan dijadikan sebagai dasar untuk menguji hipotesis


yang diajukan.
b. Analisis Data
Tahapan ini dilakukan setelah data terkumpul semua kemudian dilakukan
analisis dan hipotesis yang diajukan dan diuji kebenarannya melalui analisis
tersebut.
c. Tahap Penulisan Laporan
Penulisan pelaporan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses
penelitian. Tahapan ini yaitu membuat laporan mengenai hasil penelitian
secara tertulis. Laporan secara tertulis perlu dibuat agar peneliti dapat
mengkomunikasikan hasil penelitiannya kepada para pembaca.
13

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari pengisisan angket didapatkan tanggapan dari para remaja terkait peran
orang tua dalam membangun karakter anak. Dengan data sebagai berikut.

No. Jenis Kelamin Jumlah


1 Laki-laki 10
2 Perempuan 30
Total Responden 40

Tabel 4.1 Data jumlah responden berdasarkan jenis kelamin

4.1 Pengawasan Orang Tua dalam Membangun Karakter Anak


Berdasarkan hasil pertanyaan yang telah dibuat pada angket yakni
“Seberapa seringkah orang tua anda mengatur kehidupan sosial anda?”. Sebanyak
1 orang menjawab (Tidak pernah) dengan persantase 2,5%, sebanyak 9 orang
menjawab (Jarang) dengan persentase 22,5%, sebanyak 16 orang menjawab
(Kadang-kadang) dengan persentase 40%, sebanyak 8 orang menjawab (Sering)
dengan persentase 20%, dan sebanyak 6 orang menjawab (Selalu) dengan
persentase 15%. Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa untuk membangun
karakter anak orang tua harus lebih intens dalam hal mengatur kehidupan sosial
anak.

4.2 Cara Orang Tua Membatasi Ruang Gerak Anak dalam Kehidupan
Sosial
Berdasarkan hasil pertanyaan yang telah dibuat pada angket yakni
pertanyaan pertama “Apakah orang tua membatasi aktivitas anda di lingkungan
sosial anda?”. Sebanyak 17 orang menjawab (Ya) dengan persentase 42,5%,
sedangkan sebanyak 23 orang menjawab (Tidak) dengan persentase 57,5%.
Pertanyaan kedua “Apakah orang tua anda membatasi hubungan anda dengan orang
lain dikehidupan sehari-hari?”. Sebanyak 6 orang menjawab (Ya) dengan
persentase 15%, lalu sebanyak 34 orang menjawab (Tidak) dengan persentase 85%.
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa sudah banyak orang tua yang tidak
terlalu membatasi anaknya, karena menganggap bahwa anaknya sudah bisa
14

mengerti keadaan sosial disekitarnya sesuai dengan teori George Herbert Mead
dijelaskan bahwa terdapat tahap bersosialisasi yang bernama Generalized Stage
dimana tahap ini manusia telah dianggap dewasa dan mampu beradaptasi berbagai
macam pola perilaku pada lingkungannya. Hal ini didukung oleh sasaran penelitian
yang rata-rata merupakan mahasiswa dimana usianya diatas 17 tahun.

4.3 Dampak Pembatasan Sosial Terhadap Anak


Berdasarkan hasil pertanyaan yang telah dibuat pada angket yakni pertanyaan
pertama “Apakah batasan yang dibuat oleh keluarga anda membuat anda tidak
nyaman?”. Sebanyak 10 orang menjawab (Ya) dengan persentase 25%, sebanyak
30 orang menjawab (Tidak) dengan persentase 75%. Pertanyaan kedua “Seringkah
anda melawan batasan-batasan yang telah dibuat oleh orang tua anda?”. Sebanyak
6 orang menjawab (Tidak pernah) dengan persentase 15%, sebanyak 16 orang
menjawab (Jarang) dengan persentase 40%, sebanyak 12 orang menjawab
(Kadang-kadang) dengan persentase 30%, sebanyak 4 orang menjawab (Sering)
dengan persentase 10%, dan sebanyak 2 orang menjawab (Selalu) dengan
persentase 5%. Berdasarkan data tersebut bahwa lebih banyak responden yang
merasa nyaman dengan batasan yang dibuat oleh orang tua mereka. Namun masih
ada beberapa responden yang tidak nyaman dengan batasan-batasan yang di buat
oleh orang tuanya, sehingga mereka melakukan perlawanan.
15

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian mengenai Peran Orang Tua Dalam Membentuk
Karakter Anak dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk karakter anak orang tua
melakukan beberapa cara salah satunya dengan membatasi kehidupan sosialnya
seperti membatasi hubungan anaknya dengan orang lain, namun orang tua perlu
melakukan pendekatan agar anak tetap merasa nyaman dan tidak merasa dikekang
sehingga tidak terjadi perlawanan yang dapat menghambat proses pembentukan
karakter anak atau dapat mengakibatkan dampak yang lebih buruk seperti
melakukan hal-hal menyimpang yang dapat merusak karakter anak tersebut.

5.2 Saran
Orang tua perlu mengembangkan lagi pengetahuan tentang scill parenting
dalam mendidik anak mereka agar dapat terbentuk karakter anak yang diinginkan.
Dapat dibantu juga oleh pemerintah dengan mengadakan suatu sosialisasi tentang
cara mendidik anak yang baik dan benar kepada para orang tua, agar mengurangi
angka kasus kenakalan remaja di Indonesia dan menciptakan generasi penerus
bangsa yang berkarakter.
16

LAMPIRAN

A. Pertanyaan Angket
1. Seberapa seringkah orang tua anda mengatur kehidupan sosial anda?
2. Apakah orang tua membatasi aktivitas anda di lingkungan sosial anda?
3. Apakah orang tua anda membatasi hubungan anda dengan orang lain
dikehidupan sehari-hari?
4. Apakah batasan yang dibuat oleh keluarga anda membuat anda tidak
nyaman?
5. Seringkah anda melawan batasan-batasan yang telah dibuat oleh orang tua
anda?
6. Menurut anda apakah batasan-batasan yang dilakukan orang tua anda masih
dalam batas wajar?
7. Apakah anda pernah melawan batasan-batasan yang telah dibuat oleh orang
tua anda?
8. Apa yang membuat anda merasa wajar atau tidak wajar orang tua anda
melakukan batasan-batasan dulu?
9. Pesan apa yang ingin anda sampaikan kepada orang tua anda?
10. Apa alasan anda sampai melakukan perlawanan terhadap orang tua anda?

B. Pertanyaan Wawancara
1. Seberapa seringkah Bapak/Ibu mengatur kehidupan sosial anak Bapak/Ibu?
2. Apa alasan Bapak/Ibu mengatur kehidupan sosial anak Bapak/Ibu?
3. Setujukah Bapak/Ibu kalau dengan mengatur kehidupan sosial anak akan
mempengaruhi pembentukan karakter anak?
17

DAFTAR PUSTAKA

DosenSosiologi.Com. 2021.”Pengertian Kontrol Sosial, Teori, Fungsi, dan


Contohnya” https://dosensosiologi.com/kontrol-sosial/, diakses pada 23
Oktober 2022 pukul 17.42
Devi, Sulastri. 2018. “PENGAWASAN SOSIAL TERHADAP REMAJA DI
KELURAHAN SIMPANG KANAN KECAMATAN SIMPANG
KANAN KABUPATEN ROKAN HILIR (Studi Pada Pelaku Tindak
Kriminal)” file:///C:/Users/LENOVO/Downloads/20004-38721-1
SM%20(2).pdf, diakses pada 23 Oktober 2022 pukul 18.13
DosenSosiologi.Com. 2022. “Pengertian Peran Sosial, Teori, Jenis, dan
Contohnya” https://dosensosiologi.com/peran-sosial/, diakses pada 23
Oktober 2022 pukul 18.20
JeroanayamEducationEnthusiast. 2022. “Buku Wangsit SBMPTN 2022 Materi,
Soal dan Pembahasan per BAB SOSIOLOGI”. Serang. WangsitEducation.

Anda mungkin juga menyukai