OLEH :
KELOMPOK : 7 (TUJUH)
ANGGOTA : DEBBY PANGESTU 1810233026
ZALDI YAHYA 2010231009
ALFINO ANDESTOPANO 2010231022
RAHMATIWI AGITA SIGIT 2010233010
LENGGOGENI LIMASRIT 2010233023
AISYA MUHALNA INDAH P. 2010233027
KELAS : TANAH B
DOSEN PENJAB : Prof. Dr. Ir. Aprisal, MP
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.................................................................................................1
A. Latar Belakang..........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................2
BAB II. PEMBAHASAN..................................................................................................3
A. Kawasan Agropolitan Yang Ideal.............................................................3
B. Tata guna dan kesesuaian lahan................................................................4
C. Komoditas subsektor hortikultura unggul.................................................5
D. Dampak agropolita terhadap perekonomian perdesaan.............................6
BAB III. PENUTUP...........................................................................................................7
A. Kesimpulan................................................................................................7
B. Saran..........................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................8
ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan pertanian berperan strategis dalam perekonomioan nasional.
Peran strategis tersebut ditunjukkan oleh perannya dalam pembentukan kapital,
penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi, penyerap
tenaga kerja, sumber devisa negara, dan sumber pendapatan, serta pelestarian
lingkungan melalui praktek usaha tani yang ramah lingkungan. Pembangunan
pertanian di Indonesia diarahkan menuju pembangunan pertanian yang
berkelanjutan (sustainable agriculture), sebagai bagian dari implementasi
pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Pembangunan pertanian
(termasuk pembangunan perdesaan) yang berkelanjutan merupakan isu penting
strategis yang menjadi perhatian dan pembicaraan disemua negara dewasa ini.
Pembangunan pertanian berkelanjutan selain sudah menjadi tujuan, tetapi juga
sudah menjadi paradigma pola pembangunan pertanian. Globalisasi ekonomi telah
berdampak pada suatu keharusan bahwa pada pola pendekatan pembangunan
pertanian ke depan, diarahkan kepada “Paradigma Pembangunan Pertanian
Berkelanjutan” yang berada dalam konteks pembangunan manusia. Paradigma
pembangunan pertanian ini, bertumpu pada kemampuan bangsa untuk
mewujudkan kesejahteraaan masyarakat dengan kemampuan sendiri.
1
Konsep dasar pengembangan kawasan agropolitan adalah sebagai upaya
menciptakan pembangunan inter-regional berimbang. Artinya adalah untuk
meningkatkan keterkaitan pembangunan kota-desa melalui pengembangan
kawasan perdesaan yang terintegrasi dalam sistem perkotaan. Adapun tujuan dari
agropolitan yaitu (1) Jangka panjang: meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan
masyarakat khususnya petani di kawasan agropolitan. (2) Jangka menengah: (a)
Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha petani on/off farm yang efektif,
efisien, dan berdaya saing; (b) Menumbuhkan iklim usaha yang mendorong
perkembangan usaha masyarakat. (3) Jangka pendek: (a) Menetapkan lokasi yang
memenuhi persyaratan sebagai pusat dan wilayah pendukung kawasan
agropolitan; (b) Membuat perencanaan bagi pengembangan kawasan agropolitan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kawasan agropolitan yang ideal?
2. Apa salah satu komoditas subsektor hortikultura yang unggul dan layak
untuk dikembangkan?
3. Bagaimana tata guna dan kesesuaian lahan?
4. Apa dampak pertanian hortikultura terhadap perekonomian perdesaan?
C. Tujuan
1. Mengetahui konsep kawasan agropolitan yang ideal.
2. Mengetahui komoditas subsektor hortikultura yang unggul dan layak untuk
dikembangkan.
3. Mengetahui tata guna dan kesesuain lahan.
4. Menegetahui dampak pertanian hortikultura terhadap perekonomian
perdesaan.
2
BAB II. PEMBAHASAN
A. Kawasan Agropolitan Yang Ideal
Kawasan Agropolitan merupakan kawasan yang terdiri atas satu atau lebih
pusat kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan
pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya
keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan
sistem agribisnis. Program pengembangan kawasan sentra produksi pangan
(agropolitan) adalah pembangunan ekonomi berbasis pertanian yang
dilaksanakan dengan jalan mensinergikan berbagai potensi yang ada secara
utuh dan menyeluruh, berdaya saing, berbasis kerakyatan, berkelanjutan,
terdesentralisasi, digerakkan oleh masyarakat, dan difasilitasi oleh pemerintah.
Kawasan perdesaan harus dikembangkan sebagai satu kesatuan pengembangan
wilayah berdasarkan keterkaitan ekonomi antara desa-kota (urbanrural
linkages) dan menyeluruh hubungan yang bersifat interdependensi/timbal balik
yang dinamis.
Suatu kawasan sentra produksi pangan (agropolitan) yang sudah berkembang
harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Sebagian besar kegiatan masyarakat di ka- wasan tersebut didominasi oleh
kegiatan pertanian dan atau agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh
dan terintegrasi mulai dari: (a) Subsistem agribisnis hulu (up stream
agribusiness) yang mencakup: mesin, peralatan pertanian, pupuk, dan lain-
lain. (b) Subsistem usaha tani/pertanian primer (on farm agribusiness)
yang mencakup usaha: tanaman pangan, hortikultura, perkebunan,
perikanan, peternakan, dan kehutanan. (c) Subsistem agribisnis hilir (down
stream agribusiness) yang meliputi: industri-industri pengolahan dan
pemasarannya, termasuk perdagangan untuk kegiatan ekspor. (d)
Subsistem jasa-jasa penunjang (kegiatan yang menyediakan jasa bagi
agribisnis) seperti: perkreditan, asuransi, transportasi, penelitian dan
pengembangan, pendidikan, penyuluhan, infrastruktur, dan kebijakan
pemerintah.
2) Adanya keterkaitan antara kota dengan desa (urban-rural linkages) yang
bersifat interdependensi/timbal balik dan saling membutuhkan di mana
kawasan pertanian di perdesaan mengembangkan usaha budidaya (on
farm) dan produk olahan skala rumah tangga (off farm), sementara kota
menyediakan fasilitas untuk berkembangnya usaha budidaya dan
agribisnis seperti penyediaan sarana pertanian antara lain: modal,
teknologi, informasi, peralatan pertanian, dan lain sebagainya.
3) Kegiatan sebagian besar masyarakat di kawasan tersebut didominasi oleh
kegiatan pertanian atau agribisnis, termasuk didalamnya usaha industri
(pengolahan) pertanian, perdagangan hasil-hasil pertanian (termasuk
perdagangan untuk kegiatan ekspor), perdagangan agribisnis hulu (sarana
pertanian dan permodalan), agrowisata, dan jasa pelayanan.
4) Kehidupan masyarakat di kawasan sentra produksi pangan (agropolitan)
sama dengan su asana kehidupan di perkotaan karena prasarana dan
3
infrastruktur yang ada di kawasan agropolitan diusahakan tidak jauh
berbeda dengan di kota.
Kawasan agropolitan dicirikan dengan kawasan pertanian yang tumbuh
dan berkembang karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat
agropolitan yang diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-
kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya.
4
Kawasan agropolitan dengan kawasan pertanian yang tumbuh dan berkembang
karena berjalannya sistem dan usaha agribisnis di pusat agropolitan yang
diharapkan dapat melayani dan mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan
pertanian (agribisnis) di wilayah sekitarnya. Salah satu komoditi sektor
pertanian yang berpotensi dalam meningkatkan agribisnis perdesaan adalah
sroberi.
5
atau budidaya tanaman stroberi di Indonesia belum seoptimal seperti di negara
lain yang juga merupakan negara penghasil komoditas stroberi seperti
Amerika, Jepang dan beberapa negara di Eropa. Hal ini dikarenakan metode
dari budidaya stroberi di Indonesia yang belum diterapkan dengan tepat
(Budiman dan Saraswati, 2006).
6
D. Dampak agropolita terhadap perekonomian perdesaan
Untuk memberikan penilaian viabilitas ekonomi berbagai komoditas yang
dianggap signifikan untuk dikembangkan di kawasan agropolitan berikut
dibuat suatu analisis yang merangking perkiraan prospek pengembangan
komoditas-komoditas tersebut. Kriteria yang ditimbang meliputi tradisi
produksi setiap komoditas, keterkaitan sistemik komoditas dalam spektrum
produksi yang lebih luas, keterkaitan antarwilayah yang diciptakan, skala
produksi di tingkat produsen atau petani serta kemampuan relatif komoditas
untuk menyerap tenaga kerja. Selanjutnya turut diperhitungkan juga sifat-sifat
komoditas seperti durabilitas komoditas, ketersediaan pasar sebagai penyerap
komoditas, sifat-sifat pasar yang ada dan kompetitor keunikan komoditas.
Dimensi lain yang juga sangat penting dan perlu dipertimbangkan dalam
memilih komoditas budidaya di kawasan agropolitan adalah kemampuan
komoditas dalam mendukung cash flow harian petani serta ada tidaknya
ketergantungan terhadap input produksi langka yang hanya tersedia di daerah
lain.
Dampak pada perekonomian masyarakat diantaranya membuka harapan baru
bagi petani untuk meningkatkan kontribusi pendapatan rumah tangga petani,
memperbanyak perluasan kesempatan kerja di pedesaan. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Basuki (2012) menyatakan bahwa pengembanagn
agropolitan di daerah mampu memberikan kontribusi perluasan lapangan
pekerjaan sehingga meningkatkan pendapatan masyarakat setempat. Variabel
perekonomian yang dimaksud dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan
pendapatan yang diterima petani. Perbandingan pendapatan yang diterima
sebelum dan sesudah adanya program sangat dirasakan peningkatannya.
7
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
konsep kawasan agropolitan yang ideal di pengaruhi oleh sebagian besar
kegiatan masyarakat yang berada dikawasan tersebut dan didominasi oleh
kegiatan pertanian atau agribisnis dalam suatu kesisteman yang utuh dan
terintegrasi, disamping konsep Kawasan yang disiapkan juga harus
diperhatikan tata guna dan kesesuaian lahan perlu diperhatikan seperti kondisi
fisik dasar lahan. Analisis fisik bertujuan untuk mengetahui kemampuan fisik
untuk mengakomodir kegiatan agropolitan dengan tujuan dapat melayani dan
mendorong kegiatan-kegiatan pembangunan pertanian (agribisnis) di wilayah
yang menjadi sasaran kegiatan agropolitan. Setelah didapatkan data analisis
fisik lahan ditentukan komoditas yang akan di kembangkan di Kawasan
tersebut dengan pertimbangan komoditas tersebut cocok dengan kondisi fisik
lahan yang tersedia. Stoberi sebagai komoditas unggulan merupakan salah satu
komoditas hortikultura yang mempunyai potensi ekonomi yang tinggi, hal ini
dikarenakan stoberi memiliki daya tarik tersendiri yang terletak pada bentuk,
rasa dan warna memerlukan kestabilan jumlah produksi mengingat masih
terdapat beberapa hal perlu dipertimbangkan dalam memilih komoditas
budidaya di kawasan agropolitan adalah kemampuan komoditas dalam
mendukung cash flow harian petani serta ada tidaknya ketergantungan terhadap
input produksi langka yang hanya tersedia di daerah lain.
B. Saran
Pengembangan komoditas unggulan ke depan harus memperhatikan beberapa
analisis agroklimatologis yang membatasi (limiting factors) agar dapat
dirumuskan dengan baik cara mengatasinya dan besaran potensi untuk
dikembangkannya komoditas tersebut. Penetapan zonasi komoditas yang baik
diikuti sosialisasi rencana program yang mantap dan disertai kemudahan bagi
petani hortikultura untuk mendapatkan input berupa sarana produksi baik
modal kerja, bibit unggul berkualitas, bimbingan teknis yang memadai.
8
DAFTAR PUSTAKA