Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN

PERTANIAN
“PARADIGMA KEBIJAKAN PERTANIAN”

KELOMPOK 3

ANGGOTA :

1. SUKIRMAN

2. ARDAWIA

3. JUSRIL

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, segala puji atas kehadirat Allah SWT, atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang
dianugerahkan kepada kita semua, terutama kepada kami sehingga dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya.

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pada matakuli


ah kebijakan pemnangunan pertanian dengan judul “PARADIGMA KEBIJAKAN
PERTANIAN”

Adapun penulisan dalam makalah ini, disusun secara sistematis


dan berdasarkan metode-metode yang ada, agar mudah dipelajari dan
dipahami sehingga dapat menambah wawasan pemikiran para pembaca.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari sepenuhnya adanya


kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun kami
harapkandari para pembaca agar dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

MAKASSAR, 10 JUNI 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................1

DAFTAR ISI ........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................3

A. Latar belakang ..........................................................................................3


B. Rumusan masalah .....................................................................................3
C. Tujuan .......................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................5

A. Pengertian akhlak .....................................................................................5


B. Akhlak terhadap lingkungan ....................................................................5
C. Peran akhlak dalam menjaga alam dan lingkungan .................................6
D. Implementasi akhlak terhadap lingkungan dalam kehidupan sehari-hari. 10

BAB III PENUTUP ..............................................................................................13

A. Kesimpulan ...............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14


BAB I

PENDAHULUAAN

A. Latar belakang

Kebijakan pembangunan pertanian ditujukan untuk meningkatkan ketahanan


pangan, mengembangkan agribisnis dan meningkatkan kesejahteraan petani,
mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi syarat
kuantitas, kualitas dan syarat keberlanjutan sehingga memiliki daya saing dan
mudah diperoleh dengan harga yang terjangkau (direktorat serealia,
2003).pembangunan pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari
pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral karena berperan dalam
meletakkan dasar yang kokoh bagi perekonomian negara. Hal ini ditunjukkan dari
banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada sektor pertanian. Hasil
sensus pertanian tahun 2009 menunjukkan bahwa dari 237 juta penduduk
indonesia, sekitar 45,3 persen bekerja pada sektor pertanian. Sektor pertanian
sangat diharapkan sebagai pemacu pertumbuhan ekonomi, baik sebagai penyedia
atau sumber bahan baku industri maupun sektor andalan indonesia selain minyak
dan gas bumi (badan pusat statistik sumatera barat, 2010).

Salah satu usaha untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional di sektor


pertanian adalah pada tanaman pangan dan hortikultura. Komoditas tanaman
pangan dan hortikultura terdiri dari tanaman padi, palawija, sayur-sayuran, buah-
buahan, tanaman hias serta tanaman obat yang dapat meningkatkan kesejahteraan,
taraf hidup, serta kemampuan petani dalam sistem agribisnis dengan
memanfaatkan keunggulan komparatif berupa iklim, kesesuaian dan kualitas lahan,
ketersediaan tenaga kerja dan peluang pasar, baik di dalam maupun di luar negeri
(anonim, 1994).dalam konsep pembangunan pertanian merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional, yang memiliki warna sentral
karena berperan dalam meletakkan dasar yang kokoh bagi perekonomian negara.
Hal ini ditujukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang bekerja pada
sektor pertanian, sektor pertanian sebagai bagian dari perekonomian nasional
memiliki peranan penting, karena sektor ini mampu menyerap sumber daya
manusia yang paling besar dan memanfaatkan sumber daya secara efisien serta
merupakan sumber pendapatan mayoritas masyarakat indonesia (soekartawi,
2003).

Teori-teori pembangunan sepakat bahwa semakin berkembang suatu negara, maka


makin kecil kontribusi sektor pertanian atau sektor tradisional dalam produk
domestic bruto (pdb). Makin besarnya kontribusi sektor pertanian atau sektor
tradisional suatu negara tidak berarti makin terbelakangnya negara tersebut
dipandang di mata dunia. Adanya suatu tranformasi menuju pembangunan yang
berbasis agribisnis dan agroindustri akan mampu memberikankontribusi yang lebih
terhadap perekonomian negara. Namun pembangunan pertanian selama ini
berorientasi kepada usahatani (on farm agribusiness) dengan sasaran utama
peningkatan produksi dan kurang mengacu pada system agribisnis, sehingga
hasilnya tidak sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik terhadap perekonomian
nasional maupun terhadap petani sebagai pelaku usaha terbesar sektor ini
(soekartawi, 1993).kegiatan ekonomi yang berbasis pada tanaman pangan dan
hortikultura serta tanaman palawija merupakan kegiatan yanng sangat penting di
indonesia. Dengan kedudukannya sebagai bahan pokok, produk tanaman
pangan,hortikultura dan palawija menjadi faktor utama dalam menentukan biaya
hidup di indonesia (saragih, 2001).

B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan pembangunan pertanian?
2. Paradigma dalam kebijakan pertanian?
3. Bagaiamana Kebijakan agribisnis?

A. Tujuan

Makalah ini dibuat selain dari untuk memenuhi tugas mata kuliah kebijakan
pembangunan pertanian juga bertujuan untuk mengetahui:

1. Untuk mengetahui apayang dimaksud dengan kebijakan pembangunan


pertanian?
2. Untuk mengetahui apa paradigma kebijakan pertanian?
3. Untuk mengetahiu bagaimana kebijakan agribisnis ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PERTANIAN

Kebijakan pertanian adalah serangkaian tindakan yang telah, sedang dan akan
dilaksanakan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan tertentu. Adapun tujuan umum
kebijakan pertanian kita adalah memajukan pertanian, mengusahakan agar pertanian
menjadi lebih produktif, produksi dan efisiensi produksi naik dan akibatnya tingkat
penghidupan dan kesejahteraan petani rneningkat. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini,
pemerintah baik di pusat maupun di daerah mengeluarkan peraturan-peraruran
tertentu; ada yang berbentuk Undang-undang, Peraturan-peraturan Pemerintah,
Kepres, Kepmen, keputusan Gubernur dan lain-lain. Peraturan ini dapat dibagi menjadi
dua kebijakan-kebijakan yang b-ersifat pengatur (regulating policies) dan pembagian
pendapatan yang lebih adil merata (distributive policies). Kebijakan yang bersifat
pengaturan misalnya peraturan rayoneering dalam perdagangan/distribusi pupuk
sedangkan contoh peraruran yang sifatnya mengatur pembagian pendapatan adalah
penentuan harga kopra minimum yang berlaku sejak tahun 1969 di daerah-daerah kopra
di Sulawesi.

B. PERADIGMA BARU

Reformasi total di sektor pertanian, diperlukan perubahan paradigma yang selama


ini pembangunan pertanian masih bersifat statis harus menjadi lebih dinamis
melalui upaya optimalisasi pemberdayaan sumber daya petani dan optimalisasi
pemberdayaan sumber daya pertanian dengan menerapkan teknologi tepat guna
menuju modernisasi dan menerapkan prinsip-prinsip bisnis menuju
profesionalisme dalam memasuki mekanisme pasar global yang mampu bersaing
secara sehat. pembangunan pertanian modern secara bertahap dan berkelanjutan
yang mencakup komoditas pangan, holtikultura, peternakan,
perikanan,perkebunan dan hutan produksi tidak lagi dipandang sebagai kegiatan
teknis produksi semata, tapi harus dilihat sebagai suatu sistem agribisnis yang
meliputi empat kelompok kegiatan yaitu :

1. Kegiatan pertahanan dan penyediaan Saprodi

2. Kegiatan budidaya tanaman ( on farm agrobusiness),

3. Kegiatan pengelolaan dan pemasaran hasil ( off farm agrobusiness)

Kegiatan pendukung berupa layanan dan jasa.


Dengan sistem agribisnis tersebut, pendekatan sektor dalam pembangunan
pertanian harus ditinggalkan karena egoisme sektoral yang selama ini menjadi
telah menimbulkan ambisi masing-masing sektor dengan mempermainkan data
dan program untuk mencapai target-target tertentu agar " bos " senang ( asal
bapak senang). pendekatan dari atas atau top down harus dirubah menjadi
pendekatan dari bawah atau beton up dalam satu atap secara terpadu dengan
pandangan holistik, menyeluruh dan simultan. petani sebagai pelaku agribisnis
harus menyatu dengan pelaku agribisnis lainnya seperti pengusaha, peneliti,
praktisi dan pemerintah sebagai kaum tani Indonesia dalam sinergi kerja yang
sama saling mendukung dan saling menguntungkan.

Tanah sebagai salah satu faktor produksi telah mengalami fragmentasi karena
adanya sistem warisan sehingga pemilik lahan perkapita menjadi semakin kecil.
Pemilikan lahan dengan luas kurang dari 0,5 ha per kepala keluarga petani
semakin meningkat dari waktu ke waktu , dalam 10 tahun saja yakni dari 1983
sampai dengan 1993 telah meningkat dari 9,5 juta menjadi 10,9 juta kepala
keluarga. peningkatan jumlah kepala keluarga yang memiliki lahan dengan luas
yang semakin kecil memberi implikasi terhadap meningkatnya petani gurem
yakni petani yang memiliki lahan sama atau kurang dari 0,25 ha per kepala
keluarga.

dengan pemilikan luas lahan yang relatif kecil dan tersebar dalam berbagai ragam
karakteristik wilayah, akan semakin tidak menarik secara ekonomi jika tidak
dilakukan manajemen pengelolaan yang lebih baik dan profesional. kondisi ini
memberi dampak terhadap produktivitas sektor pertanian yang semakin menurun
yang ditunjukkan dengan menurunnya pangsa relatif sektor pertanian terhadap
PDB (produk domestik bruto) dari 22% pada tahun 1990 menjadi 17% pada tahun
1995, sementara di lain pihak di terlihat tenaga kerja nasional yang bekerja di
sektor pertanian semakin besar 43% dan yang masih menggantungkan hidupnya
di sektor pertanian sebesar 53% dari total rumah tangga nasional.

B. KEBIJAKAN AGRIBISNIS
Kebijakan Agribisnis Untuk membangun pertanian moderen dengan system
agribisnis, diperlukan kebijakan agribisnis yang mencakup konsepsi dan
strategi menyeluruh sebagai upaya menyusun kembali platform pembangunan
perekonomian nasional dengan menggunakan pertanian sebagai basis utama.
Untuk mengatasi Serbagai kendala yang dihadapi selama ini, dapat
dikelompokkan dalam 5 kelompok strategis yang perlu dibenahi agar
pengembangan agribisnis dapat tumbuh dengan cepat yaitu: 1) penataan lahan
dan peningkatan saprodi,
2 ) pengembangan system informasi bisnis dan teknologi pertanian,
3)pengembangan koperasi agribisnis, 4) penataan system pembinaan petani
5) restrukturisasi institusi birokrasi agar lebih efektif dan efisien.
Langkah – langkah kebijakan yang perlu dilakukan terhadap 5 kelompok
strategis tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:
Pertama; untuk mencapai pendayagunaan sumber daya pertanian terutama
lahan secara optimal, perlu dilakukan zonasekomoditas unggulan atas dasar
kessamaan karakteristik wilayah dalam bentuk Kawasa – kawasan
Pengembangan Agribisnis (KPA) yang dituangkan dalam peta pengembangan
agribisnis secara nasional. Untuk menentukan skala prioritas pembangunan
KPA, perlu dilakukan penetapan quota produksi atas dasar upaya memenuhi
kebutuhan dornestik dan tujuan ekspor serta pemerataan pembangunan dalam
rangka otonomi daerah.
Kedua; petani sering kesulitan dalam memperoleh informasi bisnis dari
teknologi pertanian karena jarak yang relatif jauh dari pusat – pusat informasi
tersebut. Kalaupun ada informasi yang mereka peroleh .dari masmedia, pada
umumnya petani ragu – ragu dalam penerapannya karena resiko yang sangat
besar. Untuk menghilangkan kendala tersebut perlu dilakukan upaya jalan
pintas (shor cut), agar inforrnasi tersebut dapat diterima petani secara “ cepat,
tepat, mudah dan murah”, melalui lembaga khusus berupa Pusat – pusat
Pengembangan Agribisnis (PPA) yang dibangun disentra – sentra produksi
terutama untuk melayani KPA – KPA dan wilayah sekitarnya.

Ketiga; untuk mengkoordina- sikan dan menerapkan aspek – aspek


agribisnis secara terpadu diperlukan wadah bagi petani dan yang tepat saat in I
adalah pengembangan koperasi agribisnis dengan skala prioritas ditujukan
kepada petani yang berada di wilayak KPA. Keberadaan KUD (Koperasi Unit
Desa) dengan sluruh instansi yang terkait dengan KUD perlu ditata kembali,
agar tidakmenjadi tempat bagi pelaku – pelaku bisnis yang bertindak hanya
sebagi mediator dan koruptor yang sangat merugikan petani. Pengembangan
koperasi agribisnis dilakukan dengan pendekatan komoditas dan profesi-
onalisme, tidak lagi menggunakan pendekatan kewilayahan dan pendekatan
multi usaha seperti yang dilakukan dalam pengembangan KUD selama ini.
Keempat; pembinaan petani selama ini banyak yang tumpang tindih, dan
tidak terfokus kepada kepentingan petani sehingga terjadi pemborosan baik
tenaga, waktu dan dana. Semua kegiatan pembinaan petani perlu
disempurnakan baik metoda maupun materinya dengan pola “diklatoh “ atau
pendidikan, pelatihan dan percontohan langsung di lapangan melalui
KPAIPPA, dengan prinsip iptek diantar ke desa sesuai dengan kebutuhan
pertanian sebagai “ problem solving “. Melalui KPAIPPA tersebut diharapkan
dapat dibangun model – model agribisnis komoditas unggulan tertentu sebagai
percontohan bagi kaum tani dengan pengendalian pemerintah dalam ha1
pemenuhan kuota produksi untuk menghindari terjadinya over produksiyang
Dapat merugikan petani.
Kelima; keberhasilan reformasi dengan paradigma baru sangat tergantung
kepada keberanian dan konsistensi pemerintah nielakukan restrukturisasi
institusi birokrasi yang selama ini dianggap kurang efektif dan efisien.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

DAFTAR PUSRAKA

Anda mungkin juga menyukai