Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH PENGANTAR ILMU PERTANIAN

“MULTIFUNGSI PERTANIAN”

Disusun Oleh

Rey Fasha Syihab Ulwan (H0223136)

Program Studi S-1 Ilmu Tanah

Fakultas Pertanian

Universitas Sebelas Maret

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, Saya
sebagai penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Multifungsi Pertanian"
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian.
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah pengetahuan dan memperluas
wawasan tentang berbagai fungsi pertanian terutama di Indonesia sebagai negara agraris baik
bagi pembaca dan juga penulis.

Saya selaku penulis makalah ini mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr.
Ir. Suntoro Wongso Atmojo, MS. selaku dosen Mata Kuliah Pengantar Ilmu Pertanian. Serta
saya ucapkan terima kasih juga untuk semua pihak yang telah membantu dalam proses
penyelesaian makalah ini. Saya selaku penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini.

Surakarta, 15 September 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

SAMPUL DAN JUDUL JURNAL……………………………………………………………1

KATA PENGANTAR................................................................................................................2

DAFTAR
ISI ..............................................................................................................................3

BAB I
PENDAHULUAN ..........................................................................................................4

1.1. Latar Belakang ...................................................................................................................


4

1.2. Rumusan
Masalah ...............................................................................................................5

1.3. Tujuan
Penulisan .................................................................................................................5

1.4. Manfaat Penulisan……………………………………………………………………...


….5

BAB II
PEMBAHASAN............................................................................................................6

2.1. Pengertian Multifungsi Pertanian .......................................................................................6

2.2. Konseptualisasi Multifungsi Pertanian dari Perspektif


Global............................................8

3
2.3. Pengembangan Multifungsional Pertanian di
Indonesia......................................................8

2.4. Tantangan dan Perubahan Pada Sektor Pertanian di Indonesia………………..…...


…….10

BAB III PENUTUP…………………………………………………………………………..12

Kesimpulan...............................................................................................................................12

Saran.........................................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia sebagai negara agraris tentunya tidak akan pernah lepas dengan keterkaitan
antara sektor pertanian dan Indonesia itu sendiri sebagai satu kesatuan yang padu. Usaha
tani yang berdampak besar bagi keberlangsungan bangsa Indonesia, memiliki berbagai
macam fungsi yang disebut sebagai multifungsi pertanian. Berbagai usaha tani telah
dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan, kesejahteraan petani, stabilitas
ekonomi, dan menjaga kelestarian lingkungan hidup. Sebuah usaha tani dalam skala
wilayah, akan berdampak pada skala nasional juga, terutama dalam menjaga ketahanan
pangan.
Kemampuan sektor pertanian dalam peningkatan produksi produk pertanian dan
pemberantasan kemiskinan (zero poverty) memiliki tiga faktor penentunya, yaitu 1)
kemampuan mengatasi kendala pengembangan produksi, 2) kesanggupan atau kapasitas
dalam melakukan reorientasi dan implementasi arah dan tujuan pengembangan pada

4
sektor agribisnis padi, dan 3) kesuksesan pelaksanaan program diversifikasi usaha tani di
lahan sawah dengan mengambil pertimbangan berupa komoditas alternatif nonpadi
seperti palawija dan hortikultura.
Bagi bangsa Indonesia, kebijakan-kebijakan terkait fungsi pertanian seharusnya
mengutamakan kesejahteraan bersama terutama para petani dan berbasis berkelanjutan
untuk menjaga kelestarian lingkungan. Paradigma multifungsi pertanian merupakan
peralihan dari fungsi pertanian yang hanya sekedar produksi saja, menjadi banyak fungsi
produksi dan jasa sebagai tanggapan dari lajunya angka peningkatan penduduk ,
pertumbuhan ekonomi, urbanisasi masyarakat, dan intensifikasi pertanian. Beragam hal
tersebut telah menyebabkan krisis pada konsep keberlanjutan dan penurunan diversifikasi
permintaan (demand) oleh masyarakat perkotaan pada daerah hinterland.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari multifungsi pertanian?
2. Apa saja faktor yang termasuk mempengaruhi multifungsi pertanian?
3. Apa dampak yang ditimbulkan bila multifungsi pertanian tidak berjalan sebagaimana
mestinya?
4. Apa perspektif global tentang multifungsi pertanian?
5. Bagaimana perkembangan multifungsi pertanian di Indonesia?
6. Apa saja tantangan dan perubahan yang mungkin dihadapi sektor pertanian dalam
mengutamakan fungsinya?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Mengetahui definisi multifungsi pertanian.
2. Mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi multifungsi pertanian.
3. Mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan oleh pertanian bila fungsi-fungsi
pertanian tidak berjalan sebagaimana mestinya.
4. Mengetahui perspektif global tentang multifungsi pertanian.

5
5. Mengetahui perkembangan multifungsi pertanian di Indonesia.
6. Mengetahui tantangan dan perubahan yang mungkin terjadi dalam multifungsi
pertanian.

1.4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang bisa diambil dari penulisan ini adalah untuk membantu para
pembaca dalam mengetahui dan memahami serta menerapkan multifungsi pertanian terutama
di Indonesia dengan baik dan komprehensif dengan tujuan kesejahteraan bangsa Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Multifungsi Pertanian

A. Pengenalan dan Latar Belakang Multifungsi Pertanian

Eco Summit 1992 di Rio de Janeiro dan Putaran Uruguay (The Uruguay Round) telah
berhasil menarik perhatian dunia tentang perdagangan multilateral. Terlebih lagi di disiplin
ilmu pada bidang ekonomi, sosiologi, geografi, ekologi, dan ekonomi politik. Berbagai
macam pertanyaan bermunculan dari summit ini dan menghasilkan beberapa penelitian lebih
lanjut dan menghasilkan isu-isu ekonomi pertanian, diantaranya 1) Identifikasi output
multifungsi pertanian, 2) Sinergi antara pasar dan barang produksi multifungsi, 3) Kebijakan

6
yang berkaitan dengan biaya transaksi yang ditargetkan untuk mempromosikan keluaran
multifungsi yang dipisahkan dengan biaya produksi dalam sistem operasional pelaksanaan
perdagangan.

Eco Summit tersebut tentunya membuahkan hasil notulensi yang berbeda di setiap
negara dikarenakan perbedaan sudut pandang tentang multifungsi pertanian. Interpretasi yang
berbeda tentunya menghasilkan kesimpulan yang berbeda pula terkait hal ini. Perbedaan
kesimpulan diantara negara-negara di dunia, didasari berbagai pertimbangan dan data aktual.
Karena hal inilah, perbedaan pendekatan menghasilkan perbedaan kesimpulan berupa hal
yang paling mereka (negara) butuhkan dan komponen yang krusial berupa sektor pendukung
sebagai pilar multifungsi pertanian.

Multifungsi pertanian adalah fungsi-fungsi yang mencakup aspek produksi produk


pertanian, ketahanan pangan, peningkatan kesejahteraan petani, pengentasan kemiskinan, dan
menjaga kelestarian lingkungan hidup atau biasa disebut sistem pertanian terpadu
berkelanjutan. Indonesia yang merupakan negara agraris, sangat mempertimbangkan segala
aspek dan faktor pembentuk multifungsi pertanian. Pertimbangan-pertimbangan yang
dilakukan termasuk dalam penetapan kebijakan struktur insentif. Hal ini haruslah dilakukan
dengan sungguh-sungguh sebagai komitmen pemahaman penuh dari peran multifungsi
pertanian. Multifungsi pertanian tidak hanya mencakup definisi sempit seperti kebijakan
insentif ekonomi (subsidi dan proteksi), tetapi juga dukungan perkembangan sistem dan
usaha agribisnis. Perwujudan dari lahan pertanian abadi akan dapat terealisasikan bilamana
nilai multifungsi pertanian dapat memberikan manfaat terutama pada kesejahteraan para
petani dan pemberantasan kemiskinan.

B. Multifungsi Pertanian dari Sudut Pandang Ekonomi

Multifungsi pertanian dari sudut pandang ekonomi terdefinisikan sebagai 2 tipe yang
mencakup permukaan yang berbeda, 1) eksternalitas teknis dan/atau kebutuhan publik, dan 2)
eksternalitas uang (Blandford dan Boisvert, 2005). Tipe yang pertama mengandung faktor
ekosistem (habitat liar dan bioma), manfaat pembuatan ulang, manfaat rekreasional, dan
perlengkapan lanskap pertanian.

Barang-barang dan jasa yang diproduksi memiliki keterkaitan erat satu sama lain,
yaitu hubungan produksi antara pasar dan hasil non-pasar melalui sifat dependency

7
(ketergantungan) produksi dan pembagian keuntungan. Eksternalitas teknis yang dimaksud
adalah penyebab kegagalan pasar diakibatkan oleh kurangnya penyediaan pangan atau bahan
umum yang bersifat eksternalitas positif dan kelebihan bahan publik yang bersifat
eksternalitas negatif. Kegagalan pasar ini dapat diatasi dengan menginternalisasikan
eksternalitas positif melalui subsidi Pigouvian dan secara optimal menyediakan barang dan
jasa dengan metode kolektif. Subsidi pigouvian sendiri adalah subsidi yang dirancang untuk
memperbaiki eksternalitas positif dimana eksternalitas positif menyebabkan rendahnya
konsumsi barang dan jasa.

Tipe kedua yaitu eksternalitas keuangan melibatkan ketahanan pangan nasional,


keamanan dan mutu pangan, kualitas hewan ternak, dan pembangunan perdesaan.
Eksternalitas yang dikenala sebagai eksternalitas keuangan ini digolongkan sebagai
eksternalitas teknis keuangan yang esensinya adalah untuk tidak melibatkan hilangnya pasar
(kegagalan pasar) atau ineffieciency (inefisiensi) dalam alokasi sumber daya, sehingga tidak
membutuhkan subsidi Pigouvian atau tindakan kolektif.

Konseptualisasi multifungsi pertanian sebagai empat warna jenis fungsi : (i) fungsi
hijau, yaitu mengacu pada berbagai jasa lingkungan dan ekosistem seperti habitat satwa liar,
keanekaragaman hayati, daur ulang nutrisi, absorbsi karbon; (ii) fungsi biru mengacu pada
layanan terkait pengairan, seperti air pengelolaan, penjernihan air tanah, dan pengendalian
banjir; (ii) fungsi kuning yang mencakup kohesi dan vitalitas pedesaan, wisata agro, warisan
budaya dan sejarah; dan (iv) fungsi putih termasuk ketahanan pangan, keamanan dan mutu
pangan (Van Huylenbroeck, G., Vandermeulen, V., Mettepenningen, E., Verspecht, A.,
2007).

2.2 Konseptualisasi Multifungsi Pertanian dari Perspektif Global

Pada bagan ini, teori-teori yang komprehensif menjabarkan penjelasan yang


sistematik tentang multifungsi pertanian. Teori pertama yaitu, Amerika Serikat yang
menyandang gelar sebagai catur dunia telah mengambil posisi yang sangat ambigu secara
resmi mengenai hal ini, yaitu konsep pertanian multifungsi (Losch, 2004). Hal ini
berdasarkan analisis yang mendalam, tentang Amerika Serikat hampir atau bahkan sama
sekali tidak mempunya prinsip pertanian multifungsi. Secara spesifik, dalam proses negosiasi

8
dengan World Trade Center (Pusat Perdagangan Dunia) dalam hal perdagangan multilateral,
WTO sendiri sampai menghabiskan subsidi dalam jumlah besar untuk mempromosikan dan
meningkatkan aspek multifungsi pertanian AS dengan bertuju pada program pertanian
lingkungan berkelanjutan dan lestari, pengawasan dan proteksi habitat satwa liar, program
peremajaan (revitalisasi) atau restorasi lahan basah termasuk juga semi-arid, dan program
konservasi tanah.

Teori kedua yaitu terkait penunjukkan dan pembuktian bahwa permintaan masyarakat
terhadap ruang terbuka dan fasilitas pedesaan adalah motivasi utama di balik kepemimpinan
undang-undang (UU AS) tersebut untuk program konservasi lahan pertanian di sebagian
besar negara bagian di AS (Hellerstein, D., Nickerson, C., Cooper, J., Feather, P., Gadsby,
D., Mullarkey, D.,Tegene, A., Barnard, C., 2003). Faktanya, peneliti dari AS telah meneliti
tentang hal ini tapi dengan label ‘program pelestarian lahan pertanian’ bukan sebagai
program multifungsi pertanian, hal ini juga membuat teori ini berada pada validitas yang abu-
abu untuk dilakukan pendekatan secara mendalam.

2.3 Pengembangan Multifungsional Pertanian di Indonesia

Pengembangan multifungsional pertanian di Indonesia merupakan cerminan dari


pentingnya pemenuhan kebutuhan pangan berskala nasional. Berbagai aspek yang telah
diterapkan untuk memenuhi kebutuhan pangan terlihat baik dalam pelaksanaannya. Namun,
tidak sedikit juga wilayah yang terganggu aktivitas pertaniannya untuk alih fungsi lahan yang
berakibat kurangnya pemasukan pangan pada daerah tersebut. Sebagai contoh, hasil analisis
pada Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum, Jawa Barat menunjukkan alih fungsi lahan seluas
15%, dampak langsungnya berada pada kurangnya produksi padi dan sektor ekonomi
pertanian yang menurun produktivitasnya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal
(Agus et al. 2002). Kasus diatas merupakan contoh dari kehilangan nilai riil dari multifungsi
pertanian bila dihitung dengan metode Replacement Cost Method (RCM), maka dari 15%
total konversi lahan sawah mencapai US$ 27,20 juta. Dan jika total nilai eksternal juga
dihitung maka total kehilangan manfaat atau keuntungan mencapai 12,25 juta, jika
diakumulasikan maka mencapai angka US$ 39,45 juta.

9
Berbagai aspek yang bisa membantu kelancaran penerapan nilai-nilai multifungsional
pertanian antara lain:

1. Pengembangan ekonomi pedesaan, Program penyuluhan dan pemberdayaan haruslah


gencar dilakukan untuk mencapai kesejahteraan. Program yang bisa dilakukan seperti
pembangunan desa, pemberdayaan ekonomi pedesaan, dan penciptaan lapangan kerja
telah terbukti membantu perekonomian masyarakat pedesaan dan penyuluhan
kesejahteraan komunitas usaha tani di pedesaan.
2. Pemenuhan kebutuhan pangan, sebagai negara agraris, tentunya sumber pangan
Indonesia adalah sektor pertanian. Perkembangan dan inovasi teknologi pertanian,
diversifikasi tanaman, dan peningkatan produktivitas telah membantu meningkatkan
produksi pangan.
3. Diversifikasi pertanian, diversifikasi pertanian sendiri merupakan pilar dari upaya
untuk meningkatkan ketahanan pangan yang berkelanjutan. Petani sudah mulai
beralih dari penanaman satu varietas atau satu tanaman utama menjadi budidaya
beragam tanaman untuk mengurangi risiko dan peningkatan pendapatan, Metode ini
identik dengan yang namanya crops rotation (rotasi tanaman) untuk menjaga
kesuburan sub lahan supaya penanaman tanaman bisa berlangsung sepanjang tahun
serta mengandalkan metode Livestock Farming dimana menggunakan hewan ternak
untuk memakan rumput liar yang tumbuh di sub lahan yang tidak terpakai untuk
mengembalikan kesuburan lebih cepat.
4. Kelestarian lingkungan, semakin banyak kesadaran tentang pentingnya kelestarian
lingkungan dalam pertanian. Pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan menjadi
fokus utama, termasuk penggunaan praktik pertanian organik dan teknik-teknik
pengelolaan yang berkelanjutan.
5. Pemberdayaan petani, program pemberdayaan petani dan pelatihan dalam teknik-
teknik pertanian yang lebih modern telah membantu petani meningkatkan
produktivitas dan efisiensi mereka.
6. Inovasi teknologi, tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi merupakan salah satu
faktor penting dalam pengelolaan dan pengembangan produk pertanian. Baik secara
biologis, sifat kimia tanah, monitoring usaha tani, pemupukan, dan pemasaran produk
pertanian.

10
7. Promosi produk lokal, adanya perhatian yang semakin besar terhadap produk
pertanian lokal dan tradisional, yang membantu mempromosikan keanekaragaman
produk dan budaya makanan di Indonesia.
8. Kemitraan dan Kerjasama, dalam pendistribusian hasil tani, para petani tidak serta
merta terlibat langsung dengan pasar namun memiliki mitra untuk membantunya
memasarkan produknya dan memperoleh keuntungan yang optimal. Pemerintah,
lembaga penelitian, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan sektor swasta turut
membantu proses pemasaran ini sehingga tercapainya keharmonisan berbagai pihak
dalam satu kesatuan usaha tani.

2.4 Tantangan dan Perubahan Pada Sektor Pertanian di Indonesia

Berbagai tantangan dan perubahan akan menyertai pengembangan sektor pertanian di


Indonesia, terutama dalam mempertahankan fungsi-fungsinya. Penjabaran terkait
tantangan dan perubahan faktanya bersifat empiris, yaitu berdasarkan data dan
pengamatan langsung tentang berbagai dinamika perubahan sosial serta alam yang
mempengaruhi sektor pertanian.

Perubahan iklim merupakan masalah global yang dialami seluruh negara di berbagai
belahan dunia. Dampak dari kenaikan suhu yang signifikan, menjadikan perubahan iklim
memiliki potensi untuk mempengaruhi pola cuaca, suhu, dan curah hujan secara
keseluruhan, baik dalam micro-scale dan macro-scale. Sehingga, hal ini dapat berdampak
negatif pada produksi pertanian. Oleh karena itu, penting untuk mengadaptasi teknik
pertanian dan pengelolaan sumber daya air agar sesuai dan bisa beradaptasi dengan
perubahan iklim tersebut.

Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pertanian adalah kepemilikan dan akses
lahan. Dengan meningkatnya urbanisasi dan konversi lahan pertanian menjadi
pemukiman atau perkebunan, masalah kepemilikan lahan menjadi semakin rumit. Selain
itu, ada juga masalah pergantian generasi dalam dunia pertanian. Banyak petani yang
sudah tua dan kurang minat dari generasi muda untuk terlibat dalam pertanian. Hal ini
mengubah demografi petani serta pengetahuan dan teknologi yang digunakan.

11
Kualitas tanah juga merupakan isu serius dalam pertanian. Erosi tanah, degradasi
kualitas tanah, dan penggunaan pupuk yang berlebihan menyebabkan penurunan kualitas
tanah secara signifikan. Oleh karena itu, diperlukan praktik pengelolaan tanah yang
berkelanjutan.

Dalam menghadapi pertumbuhan populasi yang terus meningkat, tantangan lain


adalah memastikan pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk Indonesia. Ini
memerlukan peningkatan produktivitas serta diversifikasi pangan. Kebijakan pemerintah
di bidang pertanian juga memiliki dampak besar pada sektor ini. Kebijakan seperti
subsidi, regulasi, dan dukungan pemerintah dapat mempengaruhi arah dan perkembangan
pertanian secara keseluruhan. Oleh karena itu, perubahan dalam kebijakan dapat memiliki
konsekuensi yang signifikan.

Perkembangan teknologi pertanian, seperti penggunaan data dan sistem irigasi cerdas
atau smart farming, juga berpotensi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi
dalam pertanian. Namun, adopsi teknologi ini mungkin menjadi tantangan bagi beberapa
petani karena mayoritas petani pada masa sekarang mayoritasnya adalah generasi tua.
Terakhir, ketergantungan pada impor pangan membuat Indonesia rentan terhadap
fluktuasi harga global dan ketidakpastian pasokan pangan di tingkat global.

Menghadapi tantangan dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman tanpa


bergantung pada pestisida kimia, serta mengembangkan varietas tanaman yang tahan
terhadap perubahan iklim adalah hal yang sangat relevan.Melakukan perbaikan pada
rantai pasokan, distribusi, dan akses pasar bagi produk pertanian merupakan hal yang
krusial untuk meningkatkan pendapatan petani.

BAB 3

12
PENUTUP

KESIMPULAN

Multifungsi pertanian mencakup berbagai hal yang kompleks dan


komprehensif untuk didalami. Berbagai aspek, konsep, prinsip, dan faktor dalam sisi
positif dan negatif bisa berdampak besar pada sebuah nilai fungsi esensial pertanian.
Pertanian yang memiliki beragam fungsi, tidak akan berjalan dengan baik bila salah satu
nilainya tidak terjalani dengan baik dan bahkan akan memicu kericuhan masa.
Pengembangan pertanian di Indonesia sendiri merupakan hal yang penting untuk
dilakukan oleh berbagai kalangan. Baik itu pemerintah, sebagai pendukung dari segi
penelitian dan finansial, masyarakat sebagai pelaku kegiatan,dan LSM sebagai
penyempurna resonansi antara pemerintah dan masyarakat non organisasi. Kerjasama ini
bisa mengatasi berbagai macam hal seperti perubahan negatif dan tantangan yang
mungkin menghadapi masyarakat Indonesia kedepannya dalam menjaga ketahanan
pangan nasional dan proteksi multifungsional pertanian.

SARAN

Dengan adanya penulisan multifungsional pertanian ini, diharapkan pembaca


dan penulis dapat menerapkan nilai-nilai multifungsional pertanian sebaik mungkin
dalam perjalanan menuju Indonesia yang sejahtera rakyatnya. Aksi yang dilakukan bisa
berupa hal kecil dengan hanya mengikuti seminar penyuluhan pertanian dan menyebarkan
ilmu yang didapat. Dengan implementasi nilai tersebut, pertanian di Indonesia sudah
terbantu walau di skala mikro, untuk itu penulis mengajak pembaca untuk menerapkan
nilai-nilai multifungsional pertanian di Indonesia sebisa dan sebaik mungkin agar sistem
pertanian terpadu dan berkelanjutan dapat terealisasi.

DAFTAR PUSTAKA

1. Song B. et al., 2023. Multifunctional agriculture in a peri-urban fringe: Chinese


farmers’ responses to shifts in policy and changing socio-economic conditions.
Land Use Policy. 133(2023) 106869.

13
2. Pribadi O. D. et al., 2017. Multifunctional adaption of farmers as response to
urban growth in the Jabodetabek Metropolitan Area, Indonesia. Journal of Rural
Studies. 55(2017) 100-111.
3. Zhang Y. et al., 2023. The development of multifunctional agriculture in farming
regions of China: Convergence or divergence?. Land Use Policy. 127(2023)
106576.
4. Wahyudi K.D. 2012. KEBIJAKAN STRATEGIS USAHA PERTANIAN
DALAM RANGKA PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENGENTASAN
KEMISKINAN. Majalah Ilmiah “Dian Ilmu”. 11(2) 78-91.
5. Moon W. 2015. Conceptualising multifunctional agriculture from a global
perspective: Implications for governing agricultural trade in the post-Doha Round
era. Land Use Policy. 49(2015) 252-263.
6. Valerio E. et al., 2022. Analysis of the agricultural innovation system in
Indonesia: A case study of the beef sector in Nusa Tenggara Barat. Agricultural
Systems. 203(2022) 103529.
7. Noordwijk M.v. et all., 2006. Kriteria dan Mekanisme Pemberian Imbalan kepada
Petani Miskin di Hulu atas Jasa Lingkungan yang Mereka Hasilkan. Multifungsi
dan Revitalisasi Pertanian. 1(0) 123-154.
8. KAPUTRA I. 2013. ALIH FUNGSI LAHAN, PEMBANGUNAN PERTANIAN
DAN KEDAULATAN PANGAN. Antropologi Sosial Universitas Negeri Medan.
1(1) 25-39.
9. P.H. Vereijken (2003) Transition to multifunctional land use and agriculture,
NJAS: Wageningen Journal of Life Sciences, 50:2, 171-179, DOI:
10.1016/S1573-5214(03)80005-2.

14

Anda mungkin juga menyukai