Anda di halaman 1dari 50

PENGEMBANGAN SMART VILLAGE MELALUI

PROGRAM IRIGASI GRATIS GUNA MEMPERKUAT

EKONOMI MASYARAKAT DESA KRANDEGAN

KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

Disusun oleh :
Nur Rohmat 1810101048
Ailin Muliyawati 1810101063
1
Nur Anisa Mulyani 1810101072
PENGEMBANGAN SMART VILLAGE MELALUI

PROGRAM IRIGASI GRATIS GUNA MEMPERKUAT

EKONOMI MASYARAKAT DESA KRANDEGAN

KECAMATAN BAYAN KABUPATEN PURWOREJO

Disusun oleh :
Nur Rohmat 1810101048
Ailin Muliyawati 1810101063
2

Nur Anisa Mulyani 1810101072


KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamuaallaikum warahmatullah wabarakatuh

Rasa syukur kami haturkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan
karunianya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan penelitian yang berjudul Pengembangan
Smart Village Melalui Program Irigrasi Gratis Guna Memperkuat Ekonomi Masyarakat Desa
Krandegan Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo.

Laporan ini dibuat dan diajukan dalam rangka memenuhi tugaspraktik lapangan kami di Badan
Perencanaan Daerah Kabupaten Purworejo. Selain itu tujuan dari adanya penulisan laporan
penelitian ini adalah untuk menambah referensi dan pengetahuan kepada pembaca. Selama
penyusunan laporan ini kami banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu kami
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Badan perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Purworejo


2. Dosen pembimbing mahasiswa magang
3. Kepala desa dan masyarakat Desa Krandegan

Kami menyadari bahwa laporan penelitian yang kami buat masih jauh dari kata sempurna, baik
dari segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya karena adanya keterbatasan ilmu dan juga
pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pembaca guna menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi
dimasa yang akan datang. Penulis berharapsemoga laporan penelitian ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak yang memerlukan.

Purworejo, agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

DAFTAR TABEL ......................................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................................... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar belakang ..................................................................................................... 1


B. Rumusan masalah ................................................................................................ 4
C. Tujuan ................................................................................................................. 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................... 5

BAB 3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 10

A. Lokasi penelitian ................................................................................................. 10


B. Waktu penelitian.................................................................................................. 10
C. Bentuk penelitian ................................................................................................. 10
D. Sumber data penelitian ........................................................................................ 11
E. Teknik pengumpulan data .................................................................................... 11

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 13

A. Sejarah munculnya ide-ide yang menjadikan smart village di Desa Krandegan .... 13
B. Potensi penerapan konsep smart village di Desa Krandegan................................. 15
C. Temuan penelitian ............................................................................................... 18

BAB 5. PENUTUP ......................................................................................................... 39

Kesimpulan ..................................................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 40

LAMPIRAN .................................................................................................................. 41

ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. distribusi responden petani berdasarkan tingkat usia .......................................... 23
Tabel 2. distribusi responden petani berdasarkan pendidikan terakhir .............................. 24
Tabel 3. distribusi responden petani berdasarkan pendapatan petani ................................ 25

Tabel 4. Permasalahan/kendala yang dialami petani ........................................................ 26

Tabel 5. Analisa dan strategi SWOT................................................................................ 30


Tabel 6. Biaya pengeluaran petani untuk pembelian pupuk .............................................. 37

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Wawancara dengan Kepala Desa Krandegan via zoom meeting ..................... 43
Gambar 2. Koordinasi dengan pemerintah Desa Krandegan ............................................ 43
Gambar 3. Wawancara dengan petani Desa Krandegan ................................................... 43
Gambar 4. Mesin diesel pusat yang berada di sungai Dulang ........................................... 43
Gambar 5. Mesin diesel untuk mengairi area sawah ........................................................ 44
Gambar 6. Wawancara dengan petani Desa Krandegan ................................................... 44
Gambar 7. Paparan hasil penelitian dengan Bappeda ....................................................... 44

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Teknologi informasi yang terus berkembang pada saat ini tidak dapat dihindari, terlebih
untuk era saat ini penguasaan terhadap teknologi informasi menjadi salah satu indikator
terpenting untuk menilai keberhasilan suatu negara. Telah terjadi konvergensi teknologi yang
kemudian mereduksi kebiasaan tradisional yang berkembang di masyarakat menjadi
kebiasaan modern berbasis teknologi informasi.
Teknologi informasi dalam konteks pemerintahan telah berkembang sejak
diberlakukannya intruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 yang menjadi fondasi atas penerapan
electronic government dan menjadi manifestasi akan komitmen pemerintah dalam
penyelenggaran pemerintahan dengan berbasis kepada pemanfaatan infrastruktur teknologi
informasi (Hatta, 2009 ). Di dalam penyelenggaraan sistem pemerintahan teknologi informasi
terus mengalami perkembangan, dimana teknologi informasi tidak hanya digunakan dalam
penyelenggaran administrasi pemerintahan saja, akan tetapi memberikan pelayanan public
juga terhadap masyarakat yang berbasis elektronik (Fahlefi, 2017 ) (Holle, 2011 ) (Nugroho,
2018 ).
Penggunaan teknologi informasi yang semakin pesat dan berkembang di seluruh aspek
kehidupan mulai dari lingkungan pemerintah sampai dengan masyarakat telah mendorong
beberapa kota khususnya di Indonesia untuk menerapkan terkait hubungan pemanfaatan
teknologi informasi yang ada berupa integrasi elemen-elemen kota untuk mendukung
kesinambungan kehidupan di perkotaan yang berbasis teknologi informasi atau yang sering
disebut dengan smart city (S.Essabela, n.d.). Untuk menerapkan smart city di Indonesia
sekurang-kurangnya harus di dukung oleh tiga hal antara lain kapasitas kelembagaan
pemerintah, sumber daya manusia, serta infrastruktur teknologi (Hariadi, 2016).
Seiring dengan berkembangnya smart city dalam konteks yang lebih kecil yaitu desa,
mulai diterapkan konsep desa yang berbasis teknologi informasi atau yang sering disebut
dengan smart village. Pada umumnya suatu desa dapat dikatakan sebagai desa yang cerdas,
apabila desa tersebut secara kreatif dan inovatif telah menggunakan teknologi informasi untuk

1
mencapai peningkatan terhadap kualitas hidup, efisiensi, dan daya saing dalam aspek
ekonomi, sosial dan juga lingkungan (Munir, 2017 ) (Ramesh, 2018 ).
Sejak 10 tahun terakhir, pengembangan kota cerdas dilakukan dengan gencar, dan
membuat efek negatif berupa ketimpangan pembangunan antara kota dan desa. Hal ini terjadi
karena strategi pengembangan masyarakat lebih berfokus pada kota, sehingga mengakibatkan
permasalahan yang rumit (Santoso et al., 2020). Di beberapa kasus, dana desa mampu
merangsang meningkatnya usaha membangun desa dari bawah. Berdasarkan kajian dari
berbagai media, beberapa desa di Indonesia sudah berhasil mengoperasikan dana desa untuk
mempercepat pertumbuhan ekonomi. Geliat pembangunan desa melalui program desa yang
kreatif akan mengenalkan terciptanya model pembangunan desa yang berbasis konsep smart
village. Konsep tersebut diambil dari konsep smart city yang lebih awal dikenal di Indonesia
(Subekti & Damayanti, 2019). Adapun desa yang sudah dinyatakan sebagai desa cerdas
khusunya di wilayah Provinsi Jawa Tengah yaitu Desa Krandegan, Kecamatan Bayan,
Kabupaten Purworejo yang telah dinyatakan sebagai desa cerdas di Jawa Tengah, karena
berhasil mengembangkan inovasinya seperti irigasi gratis, pasar bergerak, meja anti lapar dan
lainnya yang kemudian mengantarkan Desa Krandegan menjadi juara Kampung Siaga Candi
bidang inovasi tingkat Jawa Tengah. Berkaitan dengan digitalisasi, Desa Krandegan telah
membuat inovasi digital yakni aplikasi toko online Desaku Mart dan Sistem Pelayanan Online
Desa Krandegan (Si Polgan). Aplikasi Si Polgan mempunyai konsep One Touch Service,
artinya dengan satu aplikasi, warga bisa mengakses beragam manfaat yang telah disediakan
oleh desa. Mulai dari pelayanan surat menyurat, belanja online, sampai dengan melihat
APDes. Selain itu, kemajuan teknologi juga membantu masyarakat dalam memenuhi
kebutuhannya ditengah masa pendemi Covid-19 melalui aplikasi toko desaku, dimana aplikasi
ini memudahkan para penjual dan pembeli utuk bertransaksi tanpa menyebabkan kerumunan.
Dari beberapa inovasi yang dimiliki Desa Krandegan untuk mencapai sebuah desa
cerdas, inovasi yang paling mempunyai pengaruh bagi masyarakat Desa Krandegan adalah
adanya program irigasi gratis.
Irigasi merupakan usaha penyediaan dan pengaturan air guna mendukung pertanian
yang meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan
irigasi tambak. Irigasi dimaksudkan untuk menunjang produktivitas usaha tani untuk
meningkatkan produksi pertanian dalam rangka ketahanan pangan nasional dan kesejahteraan

2
masyarakat, khususnya petani yang diwujudkan melalui keberlanjutan sistem irigasi.
Pembangunan saluran irigasi sangat diperlukan untuk menunjang penyediaan bahan pangan,
sehingga ketersediaan air di daerah irigasi akan terpenuhi walaupun daerah irigasi tersebut
berada jauh dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik
irigasi yaitu memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan
cara yang efektif dan ekonomis. Daerah irigasi (D.I.) adalah suatu wilayah daratan yang
kebutuhan airnya dipenuhi oleh sistem irigasi. Daerah irigasi biasanya merupakan areal
persawahan yang membutuhkan banyak air untuk produksi padi. Untuk meningkatkan
produksi pada areal persawahan dibutuhkan sistem irigasi yang handal, .yaitu sistem irigasi
yang dapat memenuhi kebutuhan air irigasi sepanjang tahun (Manalu, 2016).
Irigasi gratis di Desa Krandegan ini mampu menjadi terobosan yang dapat mengalirkan
air secara teratur sesuai kebutuhan tanaman pada saat persedian air tanah tidak mencukupi
untuk mendukung pertumbuhan tanaman, sehingga tanaman bisa tumbuh secara normal dan
optimal. Pencapaian ini mampu memenuhi kebutuhan masyarakat karena dalam setahun para
petani di Desa Krandegan mampu memanen hasil pertaniannya sebanyak 3x, sehingga tujuan
dari kesejahteraan masyarakatnya akan tercapai. Hal ini tidak terlepas dari inovasi-inovasi
tersebut yang memberikan keuntungan terutama untuk masalah waktu dan biaya sehingga
lebih efektif dan efisien, yang kemudian akan meningkatkan produktivitas dari pemerintah
maupun masyarakat. Akan tetapi disisi lain ketersediaan mesin diesel sebagai pendukung
program irigasi gratis ini dirasa masih kurang dalam jumlahnya. Untuk masa tanam yang
dilakukan secara serentak, masih ditemukan para petani yang harus bergantian untuk
pemanfaatan irigasi tersebut, sehingga keterlambatan pengairan lahan tidak bisa dihindari.
Desa Krandegan menjadi bukti adanya pengembangan potensi desa berdasarkan
kemampuannya. Namun jika dilihat dari konteks smart village, masih belum adanya
kesepahaman seperti apa idealnya konsep “cerdas”. Karena pada dasarnya konsep smart
village tidak hanya mampu menerapkan penggunaan teknologi informasi, akan tetapi juga
harus mampu mengembangkan potensi desa, meningkatkan ekonomi, dan menciptakan
kualitas hidup masyarakat yang berkualitas dan berbasis kepada pemanfaatan teknologi
informasi. Selain itu, permasalahan utama dalam proses pengembangan smart village bukan
terletak pada penciptaan aplikasinya, tetapi terletak pada bagaimana menerapkan literasi
digital kepada masyarakat Desa Krandegan.

3
Dari uraian diatas dapat ditemukan permasalahan yang akan kami kaji dalam artikel ini
yaitu Pengembangan Smart Village Melalui Program Irigasi Gratis Guna Memperkuat
Ekonomi Masyarakat Desa Krandegan Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo. Dari uraian
di atas, maka diharapkan artikel ini dapat digunakan sebagai alternatif untuk memaksimalkan
pengembangan desa cerdas khususnya untuk Desa Krandegan sendiri dan juga bagi desa-desa
lain yang ada di Kabupaten Purworejo.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1. Bagaimana penerapan konsep smart village di Desa Krandegan?
2. Bagaimana potensi penerapan konsep smart village di Desa Krandegan?
3. Bagaimana penerapan konsep smart village melalui program irigrasi gratis di Desa
Krandegan?
4. Bagaimana dampak program irigrasi gratis terhadap perekonomian masyarakat Desa
Krandegan?

C. Tujuan
Tujuan dari adanya penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana penerapan konsep smart village di Desa Krandegan
2. Untuk mengetahui potensi penerapan konsep smart village di Desa Krandegan
3. Untuk mengetahui penerapan konsep smart village melalui program irigrasi gratis di Desa
Krandegan
4. Untuk mengetahui dampak program irigrasi gratis terhadap perekonomian masyarakat
Desa Krandegan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Secara etimologis kata desa berasal dari bahasa sansekerta, yaitu deca yang berarti tanah
air atau tanah kelahiran. Sedangkan dilihat dari segi perspektif geografisnya, desa atau village
dimaknai sebagai “a groups of hauses or shops in a country area, smaller than a town”. (H.A.W,
2005) mengungkapkan bahwa desa merupakan sebuah kesatuan dari masyarakat yang sah secara
hukum dan mempunyai sususan asli berdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan
dari sebuah pemikiran mengenai pemerintahan desa adalah tentang keanekaragaman, partisipasi,
otonomi asli, demokratisasi, dan pemberdayaan masyarakat, karena sejatinya desa merupakan
tulang punggung untuk pertumbuhan ekonomi suatu negara, karena banyak aktivitas dari sektor
primer yang ada di desa-desa. Pembangunan yang dilakukan di wilayah perdesaan dilakukan atas
dasar kebijakan yang ditujukan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di desa. Pembangunan
desa dan kawasan perdesaan terjadi secara komprehensif, menjadi salah satu faktor yang penting
bagi pembangunan daerah tersebut dalam rangka pengentasan kemiskinan dan pengurangan
kesejangan yang terjadi antar wilayah.

Terbentuknya desa didasari atas prakarsa dari masyarakat dengan memperhatikan dan tidak
mengesampingkan asal-usul dari desa dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. Lahirnya
undang-undang yang mengatur tentang desa dan menyatakan bahwa desa dipandang sebagai
sebuah terobosan penting dalam tata kelola pemerintahan dan pembangunan desa-desa yang ada
di Indonesia. Maka dari itu melalaui undang-undang yang telah diterbitkan, desa mendapatkan
pengakuan sebagai subyek dalam pemerintahan dan pembangunan. Undang-undang pasal 1 No.6
tahun 2014 menyatakan bahwa, “desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama
lain, yang selanjutnya disebut desa adalah kesatuan dari masyarakat yang berlandaskan hukum dan
memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan
setempat yang sesuai dengan keinginan masyarakat dengan memmperhatikan hak, asal usul, adat
istiadat yang berkembang di wilayah tersebut.

Dari pengertian diatas, maka desa memiliki wewenang dan kemampuan untuk mengatur
dan mengurus urusan pemerintahaanya sendiri secara otonom. Lebih lanjut lagi, untuk
memperjelas otonomi tersebut, Undang-undang Desa menggaris bawahi pada asaa asal-usul dan
asas subsidiaritas (penetapan kewanangan dan pengambilan keputusan yang berskala lokal untuk

5
menunjang kepentingan masyarakat desa). Maka dari itu Desa merupakan Self Governing
Community yaitu suatu komunitas yang memiliki hak untuk mengurus, mengatur, dan
menyelenggarakan pemerintahannya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia
berdasarkan kepentingan masyarakatnya serta sesuai dengan kondisi budaya yang berkembanga
di wilayah tersebut. Oleh karena itu Desa merupakan garda terdepan dalam menentukan arah
kebijakan dan pembangunan nasional. Maka pemerintah memiliki tanggung jawab besar dalam
mengangkat desa menjadi poros dalam pembangunan infrastruktur, ekonomi, dan sosial dan dalam
hal ini menandakan bahwa penguatan atas wilayah perdesaan harus diutamakan.

Pengertian smart village menurut Ramachandra et al dalam (Andari & Ella, 2019) diartikan
sebagai desa yang mampu memenuhi kebutuhan secara mandiri dan tidak bergantung terhadap
pihak lain yaitu dengan memberdayakan sumber daya manusia melalui pemanfaatan sumber daya
alam desa dan penggunaan teknologi secara tepat berbasis manajemen serta partisipatif. Dimensi
yang dibutuhkan dalam penerapan smart village dibagi menjadi 4 (empat), yaitu:

1. Sumber daya

a) Manusia

b) Lahan

c) Air

d) Energi

2. Institusi

a) Pemerintah desa

b) Kelompok sukarela (selfhelp group)

c) Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

d) Laboratorium penelitian

3. Teknologi

a) Biaya terjangkau

b) Mudah diakses (user friendly)

6
c) Efisien dan tahan lama

d) Perawatan mudah

4. Keberlanjutan

a) Ramah lingkungan

b) Efisien dan layak guna

c) Dapat digunakan dalam jangka panjang

d) Pendekatan desentralisasi

Desa cerdas atau smart village merupakan suatu konsep dari desa pintar yang bertujuan
untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan dan juga pelayanan kepada warganya agar
lebih baik. Adapun konsep dasar yang digunakan dalam smart village adalah untuk mengumpulkan
masyarakat dari berbagai aliran yang kemudian diintegrasikan dalam teknologi informasi dengan
tujuan untuk memberikan kebermanfaatan bagi masyarakat desa (Huda et al., 2020). Konsep yang
ada pada smart village dapat dijadikan sebagai sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan yang
sering muncul didalam peneyelenggraan pemerintahan desa. Hal tersebut berarti menandakan
bahwa smart village merupakan sebuah perangkat layanan yang diberikan kepada masyarakat dan
atau kelompok dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Dalam pengembangan smart village
tidak hanya berfokus kepada optimalisasi penggunaan digital saja, namun juga berfokus pada
pembantukan dan penguatan human investment dan juga modal sosial yang dimiliki oleh desa
tersebut seperti investasi pada infrastruktur desa.

Menurut (Viswanadham, 2010 ), menyatakan bahwa konsep smart village yang diberikan
kepada masyarakat untuk memudahkan pemberian pelayanan ditekankan pada empat aspek yaitu
institusi, sumber daya, rantai pelayanan, dan teknologi serta mekanisme penyampaian layanan.
Konsep yang diterapkan dalam smart village menjadi sebuah alternatif dan solusi yang dapat
digunakan untuk menjawab berbagai permasalahan yang umum terjadi di lingkungan perdesaan.
Adanya berbagai inovasi yang muncul sehingga menjadikan desa sebagai desa cerdas yang mampu
mewujudkan kemajuan dan kemandirian desa. Ditambah lagi sampai dengan saat ini permasalahan
yang ada di desa menjadi sangat kompleks dan apabila dibiarkan akan menjadi suatu permasalahan
yang berkepanjangan, sehingga dalam kondisi ini lingkungan perdesaan membutuhkan suatu

7
solusi yang startegis, namun mampu mengikuti perkembangan zaman yang salah satunya adalah
melalui banyak meng-upgrade cara dan proses tradisonal dalam pola pikir dan berinteraksi.

Untuk mewujudkan smart city, maka juga harus ada dukungan yang kuat dari desa yaitu
dengan cara menjadikan desa sebagai desa cerdas atau “smart village”. Desa yang cerdas haruslah
memiliki modal berupa sumber daya manusia yang cerdas, dan ditopang oleh kebijakan dan
infrastruktur dari mobility, governance, economy, dan environment yang juga cerdas sehingga
akan mampu menghasilkan kualitas hidup masyarakat yang cerdas sesuai dengan yang diinginkan.

Smart village memiliki enam karakter yang harus dimiliki sebuah desa untuk menjadi smart
village yaitu :

1) Smart Economy
Sebuah desa dapat dikatakan sebagai smart village, apabila desa tersebut dapat menjadi
tempat berlangsungnya kegiatan perekonomian yang juga berkelanjutan. Selain itu
produktivitas yang tinggi dan semangat berinovasi yang tinggi untuk menwujudkan smart
village.
2) Smart Mobility
Smart village ataupun smart city selalu erat kaitannya dengan kemajuan teknologi. Salah
satu kriteria yang harus dimiliki adalah adanya infrastruktur ICT dan serta sistem
transportasi yang aman.
3) Smart Environment
Selain mengutamakan kemajuan teknologi untuk mewujudkan smart village juga harus
memperhatikan lingkungan, karena antara kemajuan tekonologi dengan lingkungan harus
tetap berjalan seimbang atau selaras, yang artinya kriteria untuk smart village adalah
rendahnya tingkat polusi.
4) Smart People
Terwujudnya smart village tidak hanya berfokus pada pembangunan fisik saja, melainkan
masyarakat juga berperan aktif dalam mewujudkan smart village tersebut, dimana dalam
hal ini masyarakat dituntut berperan secara aktif dalam kepentingan publik serta menjaga
kemurnian homogenitas etnik maupun sosial, dan masyarakat juga harus memiliki
pemikiran yang open minded.
5) Smart Living

8
Pendidikan dan juga kesehatan menjadi faktor utama untuk mendukung terwujudnya smart
village. Maka dari itu ketersediaan akan fasilitas kesehatan dan pendidikan menjadi sangat
penting.
6) Smart Governance
Dalam perwujudan desa menjadi smart village, pemerintah desa selalu menjadi pemeran
penting untuk mengatur semuanya. Transparansi dan keterbukaan menjadi kunci atas
keberhasilan dalam mewujudkan smart village. Selain itu pelayanan dari pemerintah desa
juga harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, sehingga tidak menyulitkan
masyarakat.

9
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten
Purworejo. Pemilihan tempat ini karena Desa Krandegan merupakan salah satu desa yang
telah menerapkan konsep smart village di Kabupaten Purworejo.
B. Waktu penelitian
Penelitian tentang pengembangan smart village di Desa Krandegan dilaksankan
selama 1 bulan, yaitu dari tanggal 5 Juli 2021-5 Agustus 2021.
C. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif deskriptif. Bogdan dan Tylor
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati
(Lexy J. Moleong, 2010: 4).
Metode kualitatif deskriptif menyesuaikan pendapat antara peneliti dengan
informan. Pemilihan metode ini dilakukan karena analisisnya tidak bisa dalam bentuk
angka dan peneliti lebih mendeskripsikan segala fenomena yang ada dimasyarakat secara
jelas.
Penelitian ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan jadwal yang telah
dikemukakan di atas, yaitu untuk memperoleh data secara lengkap. Data yang telah didapat
dari proses wawancara dan observasi adakan disajikan dengan bentuk deskripsi dengan
menggunakan kata-kata yang mudah dimengerti. Selain itu ada juga data yang mendukung
yaitu denah lokasi dan foto-foto hasil observasi.
D. Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian kualitatif deskriptif yaitu melalui wawancara,
observasi, foto, dan lainnya. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer diperoleh melalui wawancara dan pengamatan langsung di
lapangan. Sumber data primer merupakan data yang diambil langsung oleh peneliti dari
sumbernya tanpa ada perantara dengan cara menggali sumber asli secara langsung

10
melalui responden. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah Kepala Desa
Krandegan dan masyarakat desa yang berprofesi sebagai petani sebanyak 30 jiwa.
Akan tetapi penelitian ini dilakukan dalam keadaan atau kondisi yang sangat terbatas,
dikarenakan sedang berada dimasa pandemi covid-19 dan dalam situasi PPKM
(pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat), jadi dalam pengumpulan data dan
obsevasi yang kami lakukan juga masih jauh dari kata cukup.
2. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder diperoleh melalui dokumentasi dan studi kepustakaan dengan
bantuan media cetak dan media internet serta catatan lapangan. Sumber data sekunder
merupakan sumber data tidak langsung yang mampu memberikan data tambahan serta
penguatan terhadap data penelitian.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu cara memperoleh data-data yang
diperlukan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang digunakan antara lain
sebagai berikut:
1. Wawancara
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), wawancara adalah tanya
jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai
keterangan atau pendapatnya mengenai suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar,
disiarkan melalui radio, atau ditayangkan pada layar televisi. Sedangkan menurut Lexy
J Moleong, wawancara adalah percakapan dengan maksud-maksud tertentu. Pada
metode ini peneliti dan responden berhadapan langsung (face to face) untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan tujuan mendapatkan data yang dapat
menjelaskan permasalahan penelitian.
Melalui wawancara inilah peneliti menggali data, informasi, dan kerangka
keterangan dari subyek penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan adalah
wawancara bebas terpimpin, artinya pertanyaan yang dilontarkan tidak terpaku pada
pedoman wawancara dan dapat diperdalam maupun dikembangkan sesuai dengan
situasi dan kondisi lapangan. Wawancara dilakukan kepada Kepala Desa Krandegan.
2. Metode angket (Kuesioner)

11
Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi
seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, dapat diberikan
secara langsung atau melalui pos atau internet. Jenis angket ada dua, yaitu tertutup dan
terbuka. Kuesioner ini ditujukan kepada 27 petani di Desa Krandegan yang
menggunakan fasilitas irigasi gratis untuk kebutuhan pertanian.

12
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah munculnya ide-ide yang menjadikan Smart Village di Desa Krandegan


Berawal dari seorang laki-laki yang melihat belum ada kemajuan di desanya tempat
ia lahir dan dibesarkan. Selain itu besarnya semangat untuk ikut serta secara aktif
mamajukan desanya, menjadikan ia merealikasikan ilmu yang telah didapatkan selama
menempuh pendidikan. Melihat dari berbagai peluang yang ada serta melihat bahwa ini
sudah saatnya desa menuju ke arah perubahan yang lebih baik lagi yaitu dengan
memanfaatkan kemajuan teknologi dan informasi yang ada, akan tetapi bagaimana caranya
itu berkembang namun tidak meninggalkan nilai-nilai budaya setempat. Sosok yang
dulunya masih memiliki mimpi kini telah menjadi pemimpin. Ia adalah Dwinanto, seorang
kepala Desa Krandegan dan kini telah menjabat sebagai Kepala Desa selama 2 periode dan
saat beliau berada pada masa pemerintahannya yang kedua, beliau memiliki banyak inovasi
untuk mendukung terwujudnya pelayanan desa yang baik, sehingga tidak menyulitkan
masyarakat.
Dengan melakukan sebuah terobosan bahwa jalannya pemerintahan desa dan
kegiatan masyarakat harus berjalan secara efektif dan efisien, serta bagaimana caranya
untuk meningkatkan perekonomian masyarakat. Di tengah masa pandemic covid-19 yang
menyebabkan krisis ekonomi memberikan dampak hampir di seluruh masyarakat
Indonesia, tidak terkecuali di Desa Krandegan. Dimana atas kondisi tersebut setiap wilayah
dituntut harus mampu menyesuaikan pada aktivitas sehari-harinya.
Terlepas dari adanya pandemic covid-19, saat ini juga sudah masuk pada era 4.0 yang
secara tidak langsung telah banyak mengalami perubahan dari aktivitas konvensial menjadi
teknologi. Masa pandemic seperti sekarang ini menyebabkan digitalisasi utamanya bukan
lagi sebuah pilihan melainkan sebuah keniscayaan atau keharusan yang harus dilalui,
karena semua akan berubah sesuai dengan perkembangan zaman yang lebih maju dan
menuju desa cerdas, cerdas dalam membaca peluang dan cerdas akan kemajuan teknologi.
Kepala Desa Krandegan bergerak sebagai promotor penggerak masyarakat, adapun
beberapa inovasinya dibidang teknologi informasi yaitu aplikasi Toko Desaku, Si Polgan
(pelayanan surat-menyurat dari pemerintah desa untuk masyarakat), Ngojol (ojek online

13
yang beroperasi di Desa Krandegan). Selain mewujudkan berbagai aplikasi yang kemudian
dapat memudahkan dalam pelayanannya kepada masyarkat, beliau juga menciptakan
irigasi gratis yang kemudian dapat membantu para petani dalam meningkatkan hasil
pertaniannya, meja anti lapar, dapur umum, dan pasar berjalan. Kegiatan-kegiatan tersebut
berjalan dibidang sosial dan dikelola lembaga zakat, infaq, dan sedekah Desa Krandegan.
Dari beberapa inovasi yang telah beliau luncurkan, mampu mengeluarkan Masyarakat
Desa Krandegan dari lingkaran kemiskinan karena saat ini masyarakat sudah memiliki
penghasilan yang sudah jauh lebih baik, baik melalui penggunaan layanan Toko Desaku
ataupun terbantu dari adanya kegiatan sosial desa.
Dalam wawancaranya setelah beliau berhasil mewujudkan berbagai Inovasinya yang
kini dikelola oleh BUMDes Desa Krandegan, beliau juga menyampaikan bahwa dalam
perjalanannya tidak selalu mudah melainkan pasti ada saja kendala yang dihadapi yaitu
“ tantangan dalam melakukan digitalisasi adalah bukan pada pembuatan aplikasinya,
melainkan pada literasi digital yang dimiliki oleh masyarakat, tentang bagaimana
mengajari masyarakat untuk bertransformasi ke digital, serta bagaimana mengubah pola
pikir masyarakat dan mengedukasinya, itu semua membutuhkan waktu yang tidak sebentar,
sehingga dalam pengimplementasiannya program ini membutuhkan kesabaran, karena
harus membimbing masyarakat dari awal. Maka dari itu, dalam pengenalan dan
pengedukasiannya kami pemerintah desa menggandeng mahasiswa dan generasi muda
yang ada di Desa Krandegan. Dan Alhamdulillah berkat perjuangan dan juga adanya
semangat ingin maju dari masyarakat sekarang masyarakat desa karandegan baik yang
golongan muda maupun golongan tua sudah mengetahui dan sudah menguasai, dan mampu
menjadikan Desa Krandegan sebagai desa pelopor pertama yang mampu memonitor
seluruh kegiatan baik pemerintah desa maupun masyarakat dengan memanfaatkan
kemajuan teknologi, jadi kunci dari kesuksesan adalah harus percaya dan yakin bahwa
semua akan terwujud dengan diiringi doa serta usaha yang sungguh-sungguh”.
Dari penjelasan diatas , dapat disimpulkan bahwa terwujudnya Smart village di Desa
Krandegan tidak langsung ada, melainkan juga melalui proses yang sangat panjang dari
tahun 2013 dan baru terwujud ditahun 2020.

14
B. Potensi Penerapan Konsep Smart Village di Desa Krandegan ditinjau dari beberapa
Aspek
1. Aspek Geografis Desa Krandegan
Desa Krandegan merupakan salah satu desa yang ada di Kabupaten Purworejo,
yang berada di kecamatan bayan, dimana Krandegan berada pada titik lintang 7.721230
LS”LU”, dan berada pada titik bujur 109.939760 BT”BB”.
Desa Krandegan yang memiliki kontur geografis landai disisi utara dan selatan dan
memiliki pola kehidupan masyarakat yang berbeda-beda. Wilayah Desa Krandegan
baik sisi utara dan selatan memilki kontur tanah yang landai dan datar, sehingga pola
yang terbantuk di dalam masyarakat merupakan bercocok tanam berupa padi, palawija,
dan tanaman pertanian lainnya.
Desa dengan luas total 161 Hektar , dimana 70 hektar diantaranya merupakan
sawah, dengan luasnya lahan pertanian yang dimiliki Desa Krandegan menjadikan
sebagian penduduknya berprofesi sebagai petani, baik petani pemilik lahan dan buruh
tani. Masyarakat di Desa Krandegan yang berprofesi sebagai petani yaitu sebanyak 303
jiwa, sedangkan sisanya berprofesi sebagai PNS, pedagang, ABRI, dll.

2. Aspek Demografis
Penduduk Desa Krandegan sampai dengan tahun 2021 tidak kurang dari 3000 jiwa,
tingginya jumlah penduduk yang ada menyebabkan Desa Krandegan memiliki pasar
yang besar dan sangat potensial untuk berkembang dengan masyarakat sebagai obyek
sasaran utamanya. Hal ini juga didukung dengan status Desa Krandegan sebagai desa
cerdas, sehingga memiliki segmen perekonomian yang baik dan mampu mencakup
seluruh aspek kehidupan masyarakat. Selain itu penduduk Desa Krandegan banyak
yang berusia muda dan produktif, sehingga mempermudah pemeritah desa untuk
melakukan edukasi kepada masyarakat secara luas. Setelah Desa Krandegan ditetapkan
menjadi desa cerdas, Desa Krandegan lebih sering mendapatkan kunjungan mahasiswa
dari berbagai perguruan tinggi baik yang ada di Purworejo maupun dari luar Purworejo
untuk melakukan riset dan pengembangan potensi smart village di Desa Krandegan,
supaya mampu diterapkan juga di desa-desa lain terutama di Kabupaten Purworejo.

15
3. Aspek Sumber Daya Manusia
Kekompakan dan kerukunan dari masyarakat Desa Krandegan sangat mendukung
terciptanya kualitas perekonomian dan kebersihan lingkungan, sehingga hal ini
menyebabkan semakin bertumbuhnya semangat untuk bekerja keras dan bergotong-
royong demi kemaslahatan bersama. Selain itu, tekad yang kuat untuk menjadi pribadi
yang berkemajuan, menjadi pendorong tiap individu di Desa Krandegen menguasai
teknologi.

4. Aspek peralatan
Dalam mendukung terciptanya pelayanan yang baik dari pemerintah desa untuk
masyarakat dan juga untuk mendukung terciptanya kesejahteraan serta kenyamanan
masyarakat, maka di Desa Krandegan di sediakan ruang terbuka publik, sehingga
masyarakat dapat melakukan diskusi bersama ditempat tersebut. Selain itu di bidang
pertanian untuk meningkatkan hasil pertanian masyarakat yang dahulunya dalam satu
tahun hanya mampu panen sebanyak satu kali, kepala desa membuat sebuah terobosan
baru untuk meningkatkan hasil pertanian petani. Yaitu dengan cara meningkatkan
irigasi supaya lahan sawah seluas 70 hektar yang dimiliki mampu teraliri air semua
dengan baik, adapun cara yang digunakan adalah menyediakan 10 pompa air
denganmemanfaatkan air dari Sungai Dulang yang kemudian dialirkan ke lahan para
petani. Terobosan tersebut memberikan dampak yang positif berupa peningkatan hasil
pertanian yang terjadi di masyarakat, dimana para petani dapat melakukan panen 3 kali
dalam 1 tahun, dan otomatis peningkatan hasil pertanian itu mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.

5. Pola kehidupan masyarakat Desa Krandegan


Berbeicara tentang pola kehidupan masyarakat Desa Krandegan, maka pola
kehidupan disana bisa dikatakan normal seperti halnya masyarakat biasa, namun ada
beberapa perbedaan yang terjadi sebelum Desa Krandegan berubah menjadi desa
cerdas atau “smart village”. Salah satunya adalah mengenai hal pekerjaan, pola

16
masyarakat di Desa Krandegan yang dahulu belum menjadi desa cerdas bisa dikatakan
masih banyak ditemui masyarakat yang menganggur karena masih mencari pekerjaan.
Pola masyarakat di Desa Krandegan berkaitan dengan kesehariannya sudah terjalin
sikap gotong royong yang sangat baik. Pertanian yang tadinya masih sulit irigasi,
menjadikan masyarakat terdorong untuk bersama-sama membangun terwujudnya
irigasi gratis sebagai solusi permasalahan pengairan bagi semua petani, dan hal tersebut
kini telah berhasil diwujudkan sehingga mampu memperbaiki pendapatan. Dari adanya
irigasi gratis, para petani secara bergantian melakukan piket untuk mengelola, seperti
mengoperasikan diesel, perawatan mesin dan selang, pengecekan debit air sungai dan
segala hal tentang irigasi tersebut.
Kebersamaan yang terjalin tidak hanya sampai disitu saja, masih banyak hal
tentang kebersamaan yang terjadi di Desa Krandegan salah satunya acara rutin yang
mereka adakan yaitu acara bersama rembug desa, dimana warga diberikan keluasaan
untuk menyampaikan berbagai masukan dan kritik terhadap pemerintah desa, sehingga
kedepannya pemerintah desa akan melakukan perbaikan supaya lebih baik lagi.
Dalam wawancaranya dengan Bapak Dwinanto selaku Kepala Desa, Desa
Krandegan beliau mengatakan :
“ bahwa setiap terjadinya perubahan pasti mau tidak mau, secara langsung ataupun
tidak langsung masyarakat yang ada di dalam perubahan tersebut akan ikut berubah
juga, yang awalnya masyarakat tidak tertata, sekarang menjadi lebih tertata, ditambah
lagi desanya sering mendapatkan kunjungan dari pemerintah daerah dan instansi
lainnya, yang awalnya hanya diam saja, sekarang masyarakat lebih aktif dalam
melakukan produktifitas sesuai dengan keahlian yang dimiliki. Hal-hal yang kurang
baik dahulunya, karena adanya perubahan, maka lama-kelamaan pasti akan berubah,
jadi tidak mungkin tidak ada perubahan dalam pola kehidupan masyarakat”.
Dari penuturan Bapak Dwinanto tersebut, dapat kita simpulkan bahwa adanya
perubahan akan mampu menggeser kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik dahulunya,
meskipun pada awalnya masyarakat merasa berat dan bahkan masyarakat juga merasa
terganggu dengan adanya perubahan, akan tetapi adanya dorongan untuk tetap maju
dan berkembang membuat masyarakat perlahan mampu menerima, karena dengan
berubahnya status Desa Krandegan yang tadinya hanya desa biasa seperti desa-desa

17
lainnya yang ada di Kabupaten Purworejo, dan sekarang menjadi desa cerdas yang
kemudian membawa dampak kebaikan untuk perekonomian dan kehidupan
masyarakat.

C. TEMUAN PENELITIAN

Dari enam kriteria untuk mewujudkan smart village utamanya Desa Krandegan,
Desa Krandegan memiliki potensi tiga indikator fokus utama dalam perwujudannya, antara
lain:

1) Smart Governance
Smart governance, yaitu pemerintah memposisikan dirinya sebagai fasilitator dalam
mewujudkan smart village, sedangkan warga menjadi konsumen yang menerima
pelayanan publik dari pemerintah. Selain itu transparansi dan keterbukaan dari
pemerintah desa harus dilakukan, supaya masyarakat juga mengetahui informasi terkait
anggaraan, pendanaan, dan juga aset desa yang dimiliki. Dan Desa Krandegan sudah
memenuhi untuk kriteria tersebut, karena di Desa Krandegan indikator pemanfaatan
TIK untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dalam hal ini yaitu adanya
terobosan irigasi gratis guna memudahkan petani desa untuk pengairan lahan sawahnya
sudah berjalan. Selain itu, Pemerintah Desa Krandegan sudah menjalankan transparansi
dan juga keterbukaan akan data desa, dimana dalam pelaporan akan kepemilikan harta
desa bisa diketahui melalui aplikasi yang dinamakan Si Polgan, yang mana di dalam
aplikasi tersebut sudah disediakan berbagai situs sehingga masyarakat dapat dengan
mudah untuk memanfaatkannya, selain itu pemerintah desa juga memanfaatkan
Whatshap grup desa sebagai media pelaporan/penyampaian anggaran desa secara
berkala. Jadi masyarakat dapat mengetahui informasi tentang transparansi anggaran
desa yang dimiliki.
2) Smart Community/Smart People
Dalam mewujudkan smart village tidak hanya peran dari pemerintah desa saja, namun
juga harus adanya peran aktif dari masyarakat desa. Dan masyarakat di Desa Krandegan
sudah mewujudkan hal tersebut, mereka sudah berperan secara aktif dalam berbagai
kegiatan publik, selain itu masyarakat krandegan juga rata-rata berusia produktif dan

18
lulusan yang ditamatkan sebagian besar adalah Sekolah Menengah Atas, jadi atas
dukungan hal tersebut Desa Krandegan sudah dapat dikatakan memenuh kriteria, juga
didukung dengan semangat berinovasi untuk mewujudkan kesejahteraan petani melalui
program irigasi gratis dan juga semangat pantang menyerah terus maju dari masyarakat
telah mampu membuktikan bahwa masyarakat Desa Krandegan kompak dalam menjalin
hubungan sosial.
3) Smart Environment
Smart environment ini berkaitan dengan eksplorasi ide lingkungan cerdas di mana
informasi dan layanan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat lokal, seperti
informasi konsumsi energi dan paparan polusi; keterlibatan masyarakat dalam aktivitas
lingkungan maupun dalam pengelolaan energi terbarukan dan penggunaan teknologi
inovatif yang berdampak secara keberlanjutan. Desa Krandegan sudah memenuhi akan
kriteria tersebut. Dikarekan selain Desa Krandegan berada di wilayah perdesaan dan
luasnya lahan yang difungsikan untuk pertanian yang juga di Desa Krandegan dalam
melakukan kegiatan masyarakat khusunya dibidang pertanian masih menggunakan alat-
alat yang ramah lingkungan. Masyarakatnya juga mampu terlibat dalam aktivitas
lingkungan.
1. “Irigasi Gratis” sebagai potensi pegembangan konsep Smart Village Desa
Krandegan
Wilayah pedesaan secara geografis terdiri dari ladang, rumput, hutan, sungai dan
gunung, dimana permukiman tersebar dengan infrastruktur fisik yang minim. Secara
ekonomis, sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian. Disisi lain, arus
globalisasi yang semakin kuat mendorong kemajuan teknologi, informasi, dan
komunikasi, sehingga kita dituntut untuk memanfaatkan teknologi secara optimal di
berbagai sisi kehidupan, khususnya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki desa.
Desa Krandegan merupakan sebuah desa dengan sebagian besar lahannya berupa
pertanian, dan sektor pertanian Desa Krandegan ini sudah unggul karena keberhasilan
desanya yang telah mampu memanfaatkan teknologi sebagai solusi dari beberapa
permasalahan pertanian. Inovasi yang sudah lama berkembang di Desa Krandegan
dalam hal ini berupa sistem irigasi gratis untuk pengairan sawah dimana ide ini
dicetuskan oleh Kepala Desa Krandegan tahun 2013 ini dilatarbelakangi adanya

19
tuntutan zaman bahwa keluar dari lingkaran kemiskinan adalah suatu keharusan, yaitu
bersahabat dengan kemajuan teknologi karena kemajuan teknologi merupakan sebuah
keniscayaan dan keharusan yang harus kita hadapi. Sampai dengan saat ini tuntutan
zaman memang bertitik pada teknologi dan informasi, contohnya saja untuk mengairi
70 hektar lahan sawah supaya mampu menghasilkan jumlah padi yang melimpah Desa
Krandegan memunculkan teknologi irigasi yang mana irigasi ini memanfaatkan 10
diesel yang airnya berasal dari Sungai Dulang dimana airnya ini tidak pernah habis, dan
diesel tersebut menyala selama 24 jam. Dengan terairinya 70 hektar lahan sawah dengan
baik menjadikan para petani Desa Krandegan dapat memanen padi sebanyak 3 kali
dalam setahun. Sehingga kebutuhan keluarga para petani dapat terpenuhi. Secara
otomatis dapat meningkatkan kesejahteraan para petani.
Akan tetapi kami akan mencoba mengkajinya dengan lebih mendalam. Dalam
penelitian ini kami menekankan pada bidang pertanian yang telah menjadikan Desa
Krandegan menjadi desa cerdas, karena dari irigasi tersebut mampu menjadikan
masyarakat Krandegan jadi lebih produktif dalam menghasilkan produk pertanian,
karena dalam satu tahunnya mampu melakukan panen raya sebanyak tiga kali. Hal ini
jauh lebih baik dari sebelumnya yang masih memanfaatkan irigasi manual untuk
pengairan area persawahan.
Dengan adanya program irigasi gratis mempu meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan masyarakat Desa Krandegan dalam meningkatkan perekonomian
masyarakatnya, karena sesungguhnya Allah menciptakan manusia untuk menjadi
khalifah fil ard dengan dibekali akal untuk berfikir, untuk menggali setiap potensi yang
ada, sehingga bumi ini menjadi terawat, aman, dan nyaman. Dengan akal akan
menunjukkan kita dari hal yang salah menuju hal kebenaran.. Oleh karena itu,
pentingnya dalam menajemen pikiran melalui akal sangatlah penting. Kebiasaan buruk,
akan menghasilkan perbuatan buruk sebagai buahnya. Sebaliknya jika kita bisa
manajemen waktu untuk hal yang baik, maka lingkungan tempat kita tinggal juga akan
mendukung setiap perbuatan kita. Maka sudah selayaknya kita harus menjaga dan tetap
istiqomah dalam mewujudkan ketiga aspek dalam kehidupan ini yang meliputi
hubungan dengan Tuhan, hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan dengan
lingkungan. Oleh karena itu penting sekali adanya perawatan dan peningkatan

20
perekonomian dari alam yang Tuhan sediakan untuk kita kelola dan dimanfaatkan
sebaik mungkin.
Selain peningkatan perekonomian yaitu secara tidak langsung dapat mengangkat
mutu pekerjaan masyarakat Desa Krandegan. Dalam rangka mengembangkan setiap
sumber daya manusia, maka tidak ada hal lain kecuali melalui pengembangan potensi
daerah dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang disesuaikan dengan
kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini pemanfaatkan kemajuan teknologi menjadi jalan
untuk mengembangkan potensi-potensi daerah yang ada.
Sebagaimana uraian daiatas, maka penulis akan menyajikan data tentang:
1. Kontribusi program irigasi gratis dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
Desa Krandegan
Program irigasi gratis yang diberikan oleh pemerintah desa kepada
masyarakat merupakan suatu bentuk kontribuasi yang diberikan sebagai wujud untuk
menjadikan Desa Krandegan sebagai desa cerdas, serta adanya program tersebut
untuk meningkatkan perekonomian warga yaitu dengan memberikan pengairan yang
baik untuk pertaniannya.
Sebelum adanya program irigasi gratis di Desa Krandegan, dahulunya hanya
mengandalkan sawah tadah hujan, tetapi kini telah memiliki pompa air. Dan ada hal
yang cukup istimewa dalam sistem ini, karena para petani tidak dipungut biaya untuk
bahan bakar pompa air.
Sedangkan para petani di desa lain wilayah Kabupaten Purworejo bisa
mengeluarkan biaya mencapai jutaan rupiah hanya untuk pengairan dalam satu
musim tanam. Dengan perhitungan 14 kali menyedot dengan pompa air dan estimasi
biaya bahan bakar minyak untuk satu hektar yaitu sekitar Rp 4.000.000.
Sejak Bapak Dwinanto maju dalam kontes pemilihan kepala desa di tahun
2013 untuk periodenya yang pertama, program unggulannya memang irigasi gratis,
karena beliau merasa prihatin dengan kondisi petani pada saat itu yang hanya bisa
panen setahun sekali dan itupun mengandalkan hujan untuk pengairan. Akan tetapi
kini Desa Krandegan telah berinovasi dan telah memiliki 10 pompa air yang tersebar
di seluruh wilayah Desa Krandegan. Untuk air mengambil dari Sungai Dulang yang
memang tidak pernah kekurangan air.

21
Dimana untuk menjalankan program tersebut pemerintah Desa Krandegan
mengeluarkan biaya untuk BBM sebesar Rp 500.000 dan dana tersebut diperoleh dari
para donatur dan dermawan yang ada di Desa Krandegan. Ada sekitar 70 hektare
sawah yang mampu dilairi air secara gratis.
Guna mendukung sektor ekonomi dan sosial masyarakat, warga diminta
untuk menyetorkan sebesar 2,5% dari hasil panen mereka yang kemudian disetorkan
untuk zakat dan sedekah ke Posko Gugus tugas covid-19 di balai Desa Krandegan.
Dengan adanya program irigasi gratis tersebut memberikan dampak yang
baik kepada petani, dimana menjadikan para petani menghemat uang sebesar Rp
4.000.000 untuk sekali musim tanam. Sehingga hal ini mampu menciptakan
ketahanan pangan bagi warga Desa Krandegan.
Pada wawancara yang dilakukan dengan kepada Kepala Desa Krandegan
menuturkan :
“ bahwa dalam penarikan zakat dan sedekah disesuaikan dengan syariat islam.
Dimana pemerintah desa menarik sesuai dengan nisob atau batasan pendapatan hasil
panen. Penarikan zakat melihat situasi, kalau pada saat musim panen, maka petani
yang hasil panenya melebihi nisob akan diarahkan untuk membayar zakat. Dan
penyalurannya juga tetap disesuaikan dengan aturan agama. Khusus zakat pertanian,
akan disalurkan untuk kegiatan sosial dengan sasaran para mustahik atau orang yang
berhak menerima zakat. Kegiatan tersebut kemudian kita sebut dengan nama dapur
umum dan bantuan cair langsung. Sebagian besar petani di Desa Krandegan memberi
dalam bentuk sedekah, hanya saja ada beberapa petani yang memang wajib
membayar zakat, karena tidak banyak petani di Krandegan memiliki hasil panen yang
melebihi dari hitungan zakat. Dimana dalam kurun waktu kurang lebih empat tahun
terakhir ini zakat dan sedekah sudah terkumpul sebanyak Rp 200.000.000. Dan dana
tersebut direkap yang kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat.
Berikut kami sajikan tabel dari hasil analisis observasi mengenai program
irigasi gratis sebagai terobosan pengembangan smart village di Desa Krandegan,
yaitu sebagai berikut :

22
A. Analisis responden (Petani)
Analisis deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan responden para
petani, penelitian untuk mengetahui dampak yang diterima oleh petani dengan adanya
program irigasi gratis di Desa Kradegan. Identitas responden yang diugkap pada
penelitian ini meliputi : usia, pendidikan, pendapatan, hambatan, dan lain-lain yang
selengkapnya ditampilkan pada lampiran 1. Dalam penelitian yang kami lakukan, kami
mengambil sampel dari petani di Desa Krandegan sejumlah 30 petani. Dan berikut
adalah gambaran umum terhadap identitas responden dalam penelitian ini.

1) Usia petani di Desa Krandegan


Berikut ini adalah distribusi responden penelitian berdasarkan usia petani di Desa
Krandegan.
Tabel 1. distribusi responden petani berdasarkan tingkat usia
Kelompok usia Jml Petani
30 – 40 2
41 – 50 8
51 – 60 12
61 – 70 4
71 – 80 1
Total 27
Sumber : data primer diolah, 2021
Hasil penelitian yang dilakukan dengan petani Desa Krandegan melalui
pengambilan sampel sebanyak 27 petani, menunjukkan bahwa sebagian besar
petani berusia 51 – 60 tahun, dari data tersebut menunjukkan tingkat pengalaman
dalam pengolahan lahan cukup tinggi, sebanyak 8 responden petani dengan usaia
41 – 50 tahun, yang artinya dari data tersebut menunjukkan peran masarakat dalam
pengelolaan lahan pertanian mengalami penurunan.

23
2) Pendidikan terakhir
Tabel 2. distribusi responden petani berdasarkan pendidikan terakhir
Pendidikan Petani
Tidak sekolah 2
SD 6
SMP 10
SMA sederajat 8
D3, D4, S1 1
Total 27
Sumber : data primer diolah, 2021
Hasil penelitian yang dilakukan dengan petani Desa Krandegan melalui
pengambilan sampel sebanyak 27 petani, menunjukkan bahwa sebagian besar
petani berpendidikan SMP sebanyak 10 responden, mempunyai pendidikan sampai
dengan S1 yang paling sedikit yaitu sebanyak 1 petani.
Membahas tentang pendidikan yang ditempuh oleh petani di Desa
Krandegan bisa dikatakan kurang, dikarenakan dilihat dari rata-rata pendidikan
yang ditamatkan. Hal tersebut terjadi, dikarenakan pada zaman dahulu adanya
ketidakmampuan orang tua untuk menyekolahkan putra-putrinya, selain itu juga
dikarenakan adanya ketidakmampuan untuk melanjutkan pendidikan dan lebih
memilih untuk bekerja. Akan tetapi pekerjaan yang didapatkan sebanding dengan
pendidikan yang ditamatkan, yang tidak merantau ke luar kota lebih memilih untuk
menjadi petani.

24
3) Pendapatan petani setelah adanya program irigasi gratis
Tabel 3. distribusi responden petani berdasarkan pendapatan petani
Pendapatan Petani Jml Petani
Rp 500.000 – Rp 1.000.000 9
Rp 1.000.000 – Rp 2.000.000 11
Rp 2.000.000 – Rp 3. 000.000 2
Rp 3.000.000 – Rp 4.000.000 2
Diatas Rp 5.000.000 1
Lainnya 1
Tidak naik 1
Total 27
Sumber : data primer diolah, 2021
Hasil penelitian dari sampel 27 petani menunjukkan bahwa dengan adanya
program irigasi gratis di Desa Krandegan, dapat meningkatkan pendapatan petani
dalam satu kali masa tanam. Dimana rata-rata pendapatan petani berkisar antara Rp
1.000.000 – Rp 2.000.000, hal ini jauh lebih baik dari kondisi sebelumnya yang
pada satu kali masa tanam hanya mampu menghasilkan Rp 5.000.000 – Rp
1.000.000.
Dari hasil penelitain yang dilakukan pada petani di Desa Krandegan
didapatkan bahwa penghematan biaya yang didapatkan, karena tidak membayar
biya pengairan, tetapi biaya yang masih cukup tinggi juga masih dikeluarkan untuk
pembiayaan yang lain seperti pembelian pupuk, obat, tanam, pembayaran buruh
tanam, dan lain sebagainya yang dapat menunjang untuk baiknya hasil pertanian.

25
4) Permasalahan/kendala yang dialami petani
Tabel 4. Permasalahan/kendala yang dialami petani

No Nama petani Kendala dalam irigasi gratis


Masih dijumpai adanya keterlambatan
dalam pendistribusian air, sehingga yang
pada akhirnya menyebabkan petani
1 Sandimin
berusaha sendiri untuk mendapatkan air
yaitu dengan cara menyedot air sendiri
dengan alat yang dipunyai.
Apabila ada salah satu diesel yang rusak
menyebabkan sawah yang terhubung
pengairannya dengan diesel yang rusak
harus menunggu terlebih dahulu untuk
bergantian dengan yang lain, dan hal ini
2 Sujono
menyebabkan terhambatnya proses dalam
pertanian, serta kendala yang lainnya
yaitu petugas penjaga untuk irigasi perlu
ditata kembali supaya lebih tertib dan
tidak berebut.
Tidak ada kendala yang dihadapi, karena
3 Tri Yanto adanya irigasi gratis sangat membantu
kami.
Tidak ada kendala yang dihadapi, karena
4 Wandi adanya irigasi gratis sangat membantu
kami.
Tidak ada kendala yang dihadapi dalam
irigasi gratis, karena sudah sangat
5 Anwar Soleh
membantu. Akan tetapi permasalahan lain
muncul yaitu dari mahalnya harga pupuk

26
untuk pertanian dan murahnya harga
gabah.
Tidak ada kendala yang dihadapi dalam
irigasi gratis, karena sudah sangat
membantu. Akan tetapi permasalahan lain
6 Dahono
muncul yaitu dari mahalnya harga pupuk
untuk pertanian dan murahnya harga
gabah.
Tidak ada kendala yang dihadapi dalam
irigasi gratis, karena sudah sangat
7 Miftahudin membantu. Akan tetapi permasalahan lain
muncul yaitu dari mahalnya harga pupuk
untuk pertanian.
Tidak ada kendala yang dihadapi, karena
8 Jurwanto irigasi gratis sudah sangatmembantu kami
dalam meningkatkan hasil pertanian.
Tidak ada kendala yang dihadapi selama
9 Sarwan
program irigasi gratis ini berjalan.
Tidak ada kendala sama sekali yang kami
10 Kasmito
hadapi.
Semuanya lancar saja, karena tidak ada
11 Ahmad Mafakih kendala yang kami hadapi, justru malah
sangat membantu kami.
Tidak ada kendala, justru malah
12 Muh. Tachyudin membantu, karena pengeluaran kami jadi
dapat ditekan.
Sama sekali tidak ada hambatan dan
13 Fadholin
kendala yang kami hadapi.
Tidak ada Kendal yang kami hadapi,
14 Amat Wahib karena adanya irigasi gratis sangat
membantu kami.

27
Tidak ada kendala yang kami dapatkan,
15 Mustangin karena adanya irigasi gratis sangat
membantu kami dalam pengairan.
Tidak ada kendala, karena justru malah
16 Untoro
sangat membantu kami.
Tidak ada kendala yang kami temukan
17 Wage
selama adanya program irigasi gratis.
Adanya keterlambatan dalam pengairan
dikarenakan adanya kerusakan diesel dan
18 Wahyudi
jatah penerimaan dilakukan secara
bergantian.
Adanya keterlambatan dalam pengairan
19 Ngatijo
dikarenakan BBM sulit didapatkan.
Adanya keterlambatan dalam pengairan
yang kemudian menyebabkan pengerasan
20 Robiyati
pada tanah dan berakibat pada rusaknya
tanaman.
Air kurang maksimal dalam penemuhan
21 Slamet satu kali musim tanam untuk lahan yang
luas.
Air kurang maksimal untuk pemenuhan
22 Suyanto
lokasi sawah yang jauh dan luas.
Tidak ada kendala yang kami rasakan,
23 Muthohar
karena malah justru sangat membantu.
Kurang maksimalnya pengairan,
24 Wagito dikarenakan fasilitas yang belum
mecukupi.
Adanya keterlambatan pengairan, karena
penggunaan irigasi yang bersama-sama,
25 Nurfuadi
sehingga menjadikan sawah yang berada
di posisi bawah terlambat.

28
Tidak ada kendala yang kami temui,
26 Tayusman
karena irigasi gratis sangat membantu.
Tidak ada kendala yang kami temui,
justru malah semakin membantu dan
27 Sutoyo
menyebabkan pengairan kami menjadi
lebih baik dari sebelumnya.
Sumber : data primer diolah, 2021
Berdasarkan tabel penelitian diatas, dari hasil observasi lapangan dalam
bentuk kusioner mengenai program pengembangan irigasi gratis yang didapatkan
dari 27 responden berprofesi sebagai petani di Desa Krandegan, 16 dari 27
responden mengatakan bahwa dalam pemanfaataan program irigasi gratis tidak
ditemukan hambatan atau kendala, justru adanya program tersebut dinilai sangat
membantu dalam memaksimalkan produktivitas pertanian. Sedangkan 9 responden
lainnya menemukan hambatan dalam program irigasi gratis yang ada. Yang mana
rata-rata dari mereka mengatakan bahwa hambatan dari program irigasi gratis
terletak pada pendistribusian air yang kurang maksimal, dikarenakan masih sering
dijumpai kerusakan pada mesin diesel dan jumlah mesin diesel yang terbatas,
sehingga mengakibatkan pada keterlambatan air untuk pengairan yang dilakukan
secara bersama-sama atau serentak.
Sehingga dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa Desa
Krandegan telah mampu mengembangkan konsep desa cerdas atau “smart village”,
karena desa yang cerdas adalah desa yang mampu memanfaatkan teknologi secara
maksimal untuk melayani kebutuhan masyarakat dan penyelesaian masalah dan
juga mampu meminimalisir hambatan guna terwujudnya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini diperkuat dari hasil observasi yang dilakukan,
dimana responden mengalami peningkatan hasil pertanian dari adanya program
irigasi gratis, yang awalnya pendapatan para petani di Desa Krandegan berkisar
sebesar Rp 500.000 – Rp. 1.000.000 untuk luas rata-rata lahan 2.800 m2, dan kini
pendapatan naik sekitar 17,3%. Sedangkan untuk pendapatan petani yang awalnya
berkisar sebesar Rp Rp 2.000.000 – Rp 4.000.000 untuk luas rata-rata lahan 13.860
m2, dan kini pendapatan naik sekitar 27%.

29
Dari nominal yang peneliti dapat di atas hal tersebut program irigasi gratis
dinilai sangat menguntungkan pendapatan perekonomian warga di Desa
Krandegan, dan dari pendapatan tersebut warga sekitar dapat menghemat
pengeluaran pengairan sebesar Rp 4.000.000 untuk satu kali masa tanam, sehingga
pengehematan biaya tersebut dapat dialokasikan untuk tabungan dan pembiayaan
kebutuhan hidup lainnya, seperti pembelian bahan pokok makanan.

Tabel 5. Analisa dan strategi SWOT faktor-faktor internal dan eksternal peluang
pengembangan irigasi gratis di Desa Krandegan, Kecamatan Bayan, Kabupaten
Purworejo

Faktor internal
Keterangan
dan eksternal
1. Kondisi wilayah yang potensial untuk pertanian, karena
didukung dengan adanya sumber mata air yang tidak
pernah surut yaitu dari sungai Dulang.
Strengths 2. Adanya kelompok tani.
3. Adanya system pemerintahan yang baik untuk
mengkoordinasi berjalannya program irigasi gratis di
Desa Krandegan.
1. Adanya semangat dari anggota kelompok tani yang
tidak stabil. Contohnya : akhir-akhir ini tidak ada
penjagaan yang rutin di pusat irigasi.
2. Jumlah mesin diesel yang masih terbatas untuk
menjangkau 70 ha lahan pertanian yang ada di Desa
Weaknesses Krandegan.
3. Kerusakan pada mesin diesel yang seringkali terjadi
pada saat air dibutuhkan oleh petani. Dan pada saat
kerusakan itu terjadi tidak langsung segera ditangani
dan hal ini berakibat pada tertundanya pengairan untuk
sawah.

30
1. Meningkatkan permintaan gabah oleh tengkulak,
karena hasil panen yang mengalami peningkatan.
2. Sumber mata air yang tidak pernah surut, mendukung
untuk pengairan lahan.
Opportunities 3. Lahan pertanian yang luas berpotensi untuk
menghasilkan produktivitas padi yang optimal.
4. Adanya koordinasi yang baik dari pemerintah desa
kepada anggota kelompok tani.
5. Adanya donator tetap untuk menganggung biaya BBM.
1. Meningkatkan pembinaan kepada petani di Desa
Krandegan untuk mengelelola sumber mata air yang
ada dengan baik dan berkesinambungan.
2. Pemanfataan BUMDES dengan kelompok tani untuk
Strategi SO ekspansi usaha tani yang lebih luas.
3. Mengembangkan usaha kelompok tani dan BUMDES
dengan cara menjual hasil pertanian secara lebih luas
dengan memanfaatkan media sosial atau aplikasi yang
sudah dimiliki oleh pemerintah Desa Krandegan.
1. Memberikan pembinaan kepada anggota kelompok
tani, bahwasannya program irigasi gratis merupakan
tanggung jawab bersama, maka dalam pengelolaannya
merupakan tanggung jawab bersama.
2. Menambah jumlah mesin diesel atau memperpanjang
Strategi WO
selang air diesel supaya menjangkau semua lahan
pertanian.
3. Penambahan mesin diesel bisa dimanfaatkan sebagai
cadangan ketika ada salah satu diesel yang rusak, ketika
air sedang dibutuhkan oleh petani.
1. Cuaca dan curah hujan
Thrests 2. Hama dan penyakit tanaman
3. Harga pupuk yang mahal

31
4. Harga gabah yang rendah

1. Pemberdayaan kelompok tani untuk meningkatkan


hasil pertanian melalui teknologi baru yang
berkembang.
2. Memanfaatkan kotoran dari hewan ternak untuk
Strategi ST pembuatan pupuk pertanian yang ramah lingkungan,
sehingga langka dan mahalnya harga pupuk tidak lagi
menjadi permasalahan.
3. Memanfaatkan tenaga kerja untuk membasmi hama
lebih optimal.
1. Peningkatan SDM melalui pelatihan dengan
mendatangkan ahli pertanian.
2. Meningkatkan pengembangan usaha dan teknologi baru
di bidang pertanian, contohnya : menggunakan digital
Strategi WT
marketing untuk pemasaran yang lebih luas yaitu
dengan cara bisa dimasukkan di aplikasi online desa.
3. Meningkatkan pembaruan mesin diesel, supaya tidak
sering mati pada saat digunakan oleh petani.

Stretegi Kekuatan – Peluang ( S-O)

Strategi kekuatan – peluang ( S-O ) dibuat dengn cara memanfaatkan


kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang yang ada :

1. Pembinaan kepada kelompok tani yang harus dilakukan secara insentif dan
berkesinambungan. Karena dengan adanya pembinaan kepada petani yang
dilakukan secara insentif dan berkesinambungan akan mampu meningkatkan
kualitas sumber daya manusia petani di Desa Krandegan, hal ini dirasa perlu
dilakukan mengingat petani di Desa Krandegan mayoritas menempuh
pendidikan hanya sampai SMP, maka adanya pelatihan tersebut akan
membentuk petani lebih siap dalam menghadapi perkembangan teknologi baru

32
ataupun permasalahan yang ada khususnya di bidang pertanian. Penyuluhan
yang dilakukan kepada petani merupakan unsur yang sangat penting untuk
menyampaikan berbagai informasi dan teknologi baru di bidang pertanian.
2. Optimalisasi lahan pertanian
Penggunaan lahan pertanian yang optimal khususnya di Desa Krandegan akan
mampu memberikan pengaruh terhadap produktivitas pertanian. Lahan yang ada
di Desa Krandegan sangat cocok untuk ditanami pertanian. Melalui kelompok
tani yang didampingi oleh anggota penyuluhan pertanian dan pemerintah,
membuat masyarakat selaku pelaku pertanian bisa menerapkan system tenam
pada lahan pertanian yang tersebar di Desa Krandegan dengan baik, sehingga
pemanfaatan ini akan mampu memenuhi kebutuhan konsumen akan gabah.
3. Mengembangkan usaha pertanian untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Strategi yang dapt ditempuh untuk meningkatkan semuan ini adalah dengan
melakukan pemupukan dengan baik dan benar sesuai dengan rasio kebutuhan
pohon yang ada. Karena secara mendasar permasalahan yang muncul dari
pertanian adalah irigasi dan juga pemupukan yang kurang baik.

Strategi Kelemahan – Peluang ( W – O )


Strategi kelemahan – peluang dibuat dengan cara meminimalkan kelemahan
untuk memanfaatkan peluang yang ada.
1. Peningkatan kemampuan petani dalam penerapan teknologi baru di bidang
pertanian.
Di Desa Krandegan sendiri sudah memiliki aplikasi jual beli secara online, dari
hal tersebut dikembangkan dengan cara pemasaran secara digital.
2. Meningkatkan kemampuan kelompok tani melalui pengembangan teknologi
baru yang ada, hal ini didukung dengan kepemilikan aplikasi jual beli yang ada
di Desa Krandegan. Pemanfaatan aplikasi ini bisa digunakan untuk pemasaran
yang lebih luas, supaya tidak menjadikan petani monoton hanya menjual produk
pertanian di tengkulak saja.
3. Meningkatkan peran lembaga penyuluhan dan juga pemerintahan desa,
penyuluhan ini dilakukan supaya petani menjadi lebih terbuka dalam

33
pengelolaan lahan pertanian, dan tidak hanya mengamdalkan pengalaman dan
juga tradisi turun temurun yang dimiliki.

Strategi Kekuatan – Ancaman ( S – T )

Strategi kekuatan – ancaman ini di buat dengan cara menggunakan kekuatan


yang ada untuk meminimalisir adanya ancaman.

1. Pemberdayaan kepada kelompok tani bertujuan untuk meningkatkan


pemanfaatn SDA yang ada melalui teknologi yang berkembang. pendampingan
dan juga pembinaan ini dilakukan untuk merubah perilaku dari para petani,
supaya dapat lebih bijaksana dalam mengelola potensi yang sudah ada. Seperti
menjadikan para petani lebih bertanggung jawa untuk mau menjaga saluran
pusat dari irigasi. Sebab adanya penjagaan yang terstruktur akan mampu
mengasilkan hasil yang optimal pula.
2. Mengembangkan metode biogas, sebagai penganti bahan bakar.
Pada saat ini pemerintah sedang menggalakkan biogas sebagai bahan bakar yang
ramah lingkungan dan selain itu adalah untuk meminimalisir penggunaan bahan
bakar minyak secara berlebihan. Hal ini bisa dilakukan di Desa Krandegan ,
karena warga di krandegan banyak yang memiliki hewan ternak seperti sapi, jadi
hal ini bisa dikembangkan. Selain itu kotoran sapi juga dapat dimafaatkan untuk
pupuk pertanian, hal bisa menjawab permasalahan yang mendasar yaitu adanya
kelangkaan dan mahalnya harga pupuk pertanian.
3. Meningkatkan peran kelompok tani untuk membasmi hama pada tanaman
pertanian.
Mengingat keberhasilan suatu produk pertanian tidak hanya dari baiknya irigasi
saja, melainkan juga dari sedikitnya hama yang merusak, maka perlu untuk
meningkatkan peran kelompok tani dalam membasmi hama, dengan cara
membuat formula pembasmi hama dan penyakit tanaman secara
berkesinmabungan yaitu dengan menciptakan pestisida alami dari bahan-bahan
organic yang ada di lingkungan sekitar, seperti lada, bawang putih, minyak dan
cabe yang diproses dengan cara dihancurkan dan kemudian ditambahkan dengan

34
air serta tidak lupa tambahkan sabun cuci piring dan yang selanjutnya masukkan
dalam botol air.
4. Pengembangan usaha tani melalui kegiatan kelompok tani dan didukung dengan
adanya sumbangan dari donator dan demawan yang ada di Desa Krandegan
Donator yang ada di Desa Krandegan memberikan peran sangat penting untk
berjalannya program irigasi gratis, karena donator bertindak sebagai
penyumbang dana usaha. Sehingga dapat menekan biaya produksi pertanian
yang seharusnya petani keluar biaya sebanyak Rp 4.000.000 dalam satu kali
masa tanam.

Strategi Kelemahan – Ancaman ( W- T )


Strategi kelemahan dan ancaman ini dibuat dengan cara meminimalkan
kelemahan yang ada serta untuk menghindari ancaman atau merubah kelemahan
menjadi kekuatan dan merubahan ancamaan yang ada menjadi peluang.
1. Meningkatkan system kelembangaan dari kelompok tani di Desa Krandegan,
supaya tidak ada lagi rasa apatis dan memikirkan dirinya sendiri. Munculnya
rasa tanggungjawab dan kepemilikan bersama akan mampu menghasilkan
kinerja yang berkualitas dan menyebabkan peningkatan pada hasil pertanian.
2. Pemberdayaan kelompok tani untuk mengembangkan usaha baru dibidang
pertanian. Sebab kelompok tani yang mandiri dan berwawasan luas akan mampu
memberikan kontribusi yang baik pula pada peningkatan hasil pertanian. Yang
mana, potensialnya lahan yang ada di Desa Krandegan semestinya juga bisa
dimanfaatkan untuk selain lahan tanaman pertanian, tetapi juga bisa ditanami
tanaman sayur mayor dan sejenisnya yang kemudian dapat dijual dipasar.

B. Forcasting Untuk Pengembangan Usaha Tani


Smart village di Desa Krandegan dengan program irigasi gratis sebagai role
modelnya telah berhasil menjadikan masyarakat Desa Krandegan yang khusunya
berprofesi sebagai petani meningkat pendapatannya. Karena yang awalnya hanya
mampu melakukan panen satu kali dalam satu tahunnya, setelah adanya program irigasi
gratis menjadikan petani mampu panen tiga kali dalam satu tahun. Keberhasilan

35
pemerintah Desa Krandegan dalam bidang pertanian utamanya irigasi gratis, juga harus
dikembangkan lagi dengan program-program lainnya. Mengingat perkembangan
teknologi yang semakin maju serta didukung dengan kondisi Desa Krandegan yang
telah memiliki aplikasi jual beli desa dapat digunakan untuk pengembangkan jual beli
hasil pertanian, karena hasil pertanian telah meningkat. Perencanaan dan peramalan
untuk pengembangan usaha pada beberapa tahun mendatang, adalah sebagai berikut :
1. Kebutuhan pupuk
Keberhasilan pertanian di Desa Krandegan dengan program irigasi gratis, kedepan
dapat ditingkatkan pada program pembuatan pupuk organik. Mengingat kebutuhan
pupuk pada beberapa tahun sekarang mulau mengalami kelangkaan dan juga harga
jual yang tinggi. Maka harus diberikan alternative untuk permasalahan tersebut, hal
tersebut juga menjadi perhatian khusus dikarenakan pupuk merupakan faktor utama
dalam menghasilkan produktivitas pertanian yang baik. Pupuk organic ini dapat
dibuat dengan kompos jerami.
Jumlah jerami akan sangat melimpah pada saat musim panen. Kita ambil contoh
apabila hasil gabah rata-rata 5 t/ha, maka dalam 1 haktare akan diperoleh jerami
kurang lebih 7,5 ton degan asumsi nisbah jerami adalah 2 : 3. Dimana jerami
memiliki kandungan zat hara yang sangat lengkap baik unsur hara makro maupun
mikro, maka dengan jumlah yang melimpah tersebut pengambilan jerami ke dalam
tanah merupakan cara yang baik untuk tetap mempertahankan kesuburan tanah.
a) Kompos Jerami
Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan kompos jerami :
 Jerami padi
 Kotoran ternak seperti sapi, ayam, dan kambing ambil 10% dari berat jerami
 Larutan UREA 10%
 Plastic cover

Cara pembuatan kompos jerami

 Jerami padi yang sudah kering dipercikkan larutan UREA 10%.


 Pada permukaan jerami yang basah tersebut kemudian ditaburi kotoran ternak
 Ulangi langkah tersebut sampai dengan tumpukan jerami setinggi 1.80 meter

36
 Setelah itu tutup tumpukan jerami dengan plastic cover yang sudah disedikan,
dan setelah 2 minggu balik jerami tadi, kemudian tutup kembali dan tunggulah
sampai dengan 1 bulan, maka kompos jerami akan jadi dan dapat digunakan
untuk pemupukan pertanian.
Kegiatan tersebut dapat menekan pengeluaran yang seharusnya dikeluarkan
oleh petani untuk pembelian pupuk dan juga dapat membantu petani dalam
menjawab permasalahan adanya kelangkaan dan juga mahalnya harga pupuk.

Tabel 6. Biaya pengeluaran petani untuk pembelian pupuk

Penggunaan pupuk Biaya


pertanian
Pupuk kimia (berimbang) Rp 6.000.000 – Rp 10.000.000
- Pupuk UREA Rp
600.000/kwintal
Pupuk organic Rp 4.000.000 – Rp 6.000.000/ha
- Rp 20.000/karung
Sumber : data primer diolah, 2021
Dari hasil nominal diatas dapat dilihat bahwa dengan penggunaan pupuk
organic mampu menekan pengeluaran sebesar Rp 4.000.000 untuk tiap satu
hektarenya. Jadi ketika pengeluaran pengairan dan pupuk dapat di minimalisir
pendapatan petani akan semakin meningkat. Selain dengan memfermentasikan
jerami pembuatan pupuk organic juga dapat menggunakan kotoran sapi saja.
Pupuk organic ini juga baik dugunakan untuk lahan pertanian dikarenakan
oleh tanah pupuk organic dapat teruarai dengan baik, berbeda dengan pupuk kimia
yang akan mengakibatkan pengerasan pada lahan pertanian.

Dan dengan demikin, untuk lima tahun mendatang saving yang dimiliki oleh
petani, ketika pengairan dan pupuk beralih adalah sebesar Rp.40.000.000. Dengan
rincian pengehematan Rp 4.000.000 untuk pengairan dan Rp 4.000.000 untuk
pupuk.

2. Digital marketing

37
Kemajuan teknologi yang tidak dapat dihindari dan sudah menjadi keharusan
menjadikan kita juga harus berkembang dan mulai bersahabat dengan kemajuan
teknologi, ditambah lagi Kradengan sudah memiliki aplikasi sendiri untuk
memfasilitasi warganya. Maka adanya hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk
pemasaran hasil pertanian. Pemasaran secara digital ini dapat menggunakan
facebook, WA, Instagram, atau menggunakan aplikasi yang telah dimiliki oleh desa.
Hal ini ditempuh untuk menekan penjualan petani dengan para tengkulak yang
membeli dengan harga yang murah.
Dimana dari hasil observasi yang telah peneliti lakukan menggunakan sampel
petani sebanyak 27 orang di Desa Krandegan, hanya satu petani yang menggunakan
media online dalam penjualannya, alasan dalam penggunaan media sosial untuk
pemasaran yaitu karena cakupan media sosial yang luas dan hampir semua orang
pada saat ini menggunakan media sosial. Ketika hal ini sudah terjadi, maka hal yang
perlu diperbaiki dimasa mendatang selain pengairan yaitu pemasaran.
Hal yang perlu diperhatikan :
a. Pengemasan hasil pertanian, pengemasan peru diperhatikan karena wujud
Dari kemasan sangat berpengaruh terhadap haga jual sebuah produk.
b. Branding, pemberian nama dalam sebuah produk sangat diperlukan, karena
Untuk memikat minat konsumen supaya membeli.

38
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pertanian menjadi produk lokal unggulan di Desa Krandegan, karena wilayah ini
mempunyai kelebihan diantaranya Kondisi lahan pertanian yang luas dan potensial,
didukung dengan adanya inovasi teknologi berupa irigasi gratis sebagai kebutuhan utama
dalam sistem pengairan sawah yang diperuntukkan untuk semua petani di Desa Krandegan,
sehingga dapat meminimalisir pengeluaran pertanian. Selain itu, adanya kelompok tani dan
adanya sistem pemerintahan yang baik untuk mengkoordinasi berjalannya program irigasi
gratis di Desa Krandegan merupakan faktor yang mendukung dalam proses pengembangan
desa cerdas. Keberhasilan pemerintah Desa Krandegan dalam bidang pertanian utamanya
irigasi gratis yaitu menjadikan petani mampu panen tiga kali dalam satu tahun.
Desa Krandegan telah mampu mengembangkan konsep desa cerdas atau “smart
village”, karena desa yang cerdas adalah desa yang mampu memanfaatkan teknologi secara
maksimal untuk melayani kebutuhan masyarakat guna terwujudnya peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini diperkuat dari hasil observasi yang dilakukan, dimana
responden mengalami peningkatan hasil pertanian dari adanya program irigasi gratis.

B. Saran
1) Saran untuk BAPPEDA
a. Melakukan pendampingan kepada masyarakat Desa Krandegan untuk memperkuat
potensi yang dimiliki Desa Krandegan agar lebih siap untuk menerapkan konsep
Desa Cerdas.
b. Melakukan kajian tentang Smart Village, sehingga literatur tentang smart village
bisa lebih banyak lagi yang nantinya dapat disimpulkan suatu kebijakan yang dapat
diterapkan di desa lain khususnya Kabupaten Purworejo.

39
2) Saran untuk pemerintah Desa Krandegan dan kelompok tani
a. Untuk meningkatkan literasi digital yang meliputi kemampuan dan keterampilan
para petani di era sekarang, maka pemerintah desa perlu melakukan kegiatan
sosialisasi, pelatihan, mapun pendampingan untuk penggunaan teknologi informasi
maupun komunikasi terutama aplikasi digital marketing yang dimiliki Desa
Krandegan guna meningkatkan akses pemasaran produk pertanian.
b. Untuk mengembangkan irigasi gratis yang sudah berjalan saat ini perlu adanya
pengembangan lebih lanjut terkait irigasi gratis supaya menghemat bahan bakar
yang digunakan, yaitu dengan cara mengupgrade irigasi gratis dari irigasi yang
memanfaatkan BBM menjadi irigasi tetes yang menggunakan jjaringan aliran
dengan memanfaatkan gaya gravitasi.
c. Para petani didesa krandegan sebaiknya mempunyai alternatif usaha supaya tidak
hanya mengandalkan dari hasil pertanian, dikarenakan cuaca yang tidak menentu
atau beberapa hambatan yang dapat berpotensi menggagalkan produksi pertanian.
Seperti menambah usaha dengan cara membuka warung, membuat peternakan,
disamping bisa menjadi usaha sampingan dan usaha ternak bisa memanfaatkan
rumput pertanian sehingga lebih hemat pengeluaran untuk pakan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Fahlefi, Z. (2017 ). penerapan teknologi informasi bagi pelaksanaan pelayanan publik (studi
kasus pada BP2TSP Kota Samarinda) . jurnal paradigma , 155-166.
H.A.W, W. (2005). Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulat dan Utuh . Jakarta : PT.
Raja Grafindo Persada .
Hariadi, E. C. (2016). strategi pembangunan smart city dan tantangannya bagi masyarakat kota .
strategi dan bisnis , 159-176.
Hatta, D. N. (2009 ). Perancangan sistem informasi terpadu pemerintahan daerah kabupaten
paser. ilmiah ilmu komputer , 47-54.
Holle, S. (2011 ). pelayanan publik melalui electronik government : upaya meminimalisir
praktek maladministrasi dalam meningkatkan publik service . jurnal sasi .
Munir, D. (2017 ). SMART VILLAGE : Desa maju, desa bahagia. . APEKSI : Asosiasi
pemerintah kota seluruh indonesia .
Nugroho, T. J. (2018 ). E-Government dan pelayanan publik (studi tentang elemen sukses
pengembangan E-Governement Di Pemerintah Kabupaten Sleman). Jurnal komunikasi
dan kajian media , 32-42.
Ramesh, B. (2018 ). Concept of smart village and it's impact on rurbanization. . international
journal of trend in scientific researh and development , 1948-1950.
S.Essabela. (n.d.). menuju konsep smart city. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/322303099_Menuju_Konsep_Smart_City.
Viswanadham, N. (2010 ). Service scienceand engineering research in india : agenda for the third
service revolution in india, report presented to the science advisory council to the prime
minister of india .

Andari, R. N., & Ella, S. (2019). Developing A Smart Rural Model for Rural Area Development
in Indonesia. Jurnal Borneo Administrator, 15(1), 41–58.
41
https://doi.org/10.24258/jba.v15i1.394

Huda, H. A., Suwaryo, U., & Sagita, N. I. (2020). PENGEMBANGAN DESA BERBASIS
SMART VILLAGE ( Studi Smart Governance pada Pelayanan Prima Desa Talagasari
Kabupaten Karawang ). Jurnal MODERAT, 6(3), 539–556.

Manalu, C. (2016). PENGUKURAN KEMIRINGAN DASAR SALURAN PADA PROYEK


REHABILITASI DI PUSIAN MOLONG. Doctoral dissertation, Politeknik Negeri Manado.

Santoso, A. D., Fathin, C. A., Effendi, K. C., Novianto, A., Sumiar, H. R., Angendari, D. A. D.,
& Putri, B. P. (2020). Desa Cerdas: Transformasi Kebijakan dan Pembangunan Desa
Merespon Era Revolusi Industri 4.0 (E. A. Purwanto & D. Permadi (eds.); Issue May).
Center for Digital Society.

Subekti, T., & Damayanti, R. (2019). Penerapan Model Smart Village dalam Pengembangan
Desa Wisata: Studi pada Desa Wisata Boon Pring Sanankerto Turen Kabupaten Malang.
Journal of Public Administration and Local Governance, 3(1), 18–28.

42
LAMPIRAN

Gambar 1. Wawancara dengan Gambar 2. Koordinasi dengan pemerintah

Kepala desa krandegan via zoom meeting Desa Krandegan

Gambar 3. Wawancara dengan petani Gambar 4. Mesin diesel pusat yang

Desa Krandegan berada di sungai Dulang

43
Gambar 5. Mesin diesel untuk Gambar 6. Wawancara dengan

mengairi area sawah Petani Desa Krandegan

Gambar 7. Paparan hasil penelitian dengan BAPPEDA

44
45

Anda mungkin juga menyukai