Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

Minimnya Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi


pada Tahun 2020 - 2021

Disusun oleh :
Azka Hunafa
Dziaulhaq Athaillah
Muhammad Umar Fatihuddin
Raynar Andaru Ahnaf

SAGA LIFESCHOOL
SBS YOUNG ENTREPRENEUR SCHOOL
BEKASI
2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat,
karunia, dan kasih sayangNya, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Minimnya Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi pada Tahun 2020 - 2021”. Sholawat
serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, nabi kita, Nabi Besar
Muhammad SAW., serta para sahabatnya sehingga bisa hidup di zaman yang terang
benderang ini.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari bahwa masih banyak terdapat
kesalahan atau kekeliruan, baik dari materi pembahasan maupun dalam pengetikan.
Walaupun begitu, ini adalah salah satu usaha maksimal kami selaku penulis.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan. Kami juga sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca
sehingga dapat berguna untuk memperbaiki kesalahan kami sebagaimana mestinya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Bekasi, Agustus 2021


Tim Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................1
1.3 Tujuan...............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................................3
2.1 Landasan Teori..................................................................................................................3
2.2 Permasalahan....................................................................................................................6
2.3 Solusi.................................................................................................................................6
BAB III PENUTUP.........................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................8

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Pasal
29 disebutkan bahwa proporsi RTH minimal di kawasan perkotaan yaitu 30% dari luas
wilayah. Proporsi tersebut terbagi menjadi 20% untuk RTH publik dan 10% untuk RTH
privat. Komposisi ini dimaksudkan guna terciptanya keseimbangan lingkungan kawasan
perkotaan yang dapat terwujud apabila RTH berdasarkan kualitas dan kuantitas dapat
terpelihara serta terjaga keberadaannya.

Menurut Ghofara 2020, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dimaksud terbagi menjadi
dua, yaitu Ruang Terbuka Hijau publik dan Ruang Terbuka Hijau privat dengan proporsi
masing-masing 20% untuk RTH publik dan 10% untuk RTH privat. Namun, di Kota
Bekasi merupakan salah satu wilayah yang Ruang Terbuka Hijaunya belum mencapai
30%, RTH Publiknya sebesar 3,57% dan RTH Privat sebesar 7,7% Lahan kondisi yang
luas wilayahnya sekitar 210km2. Sementara penduduknya berjumlah 2,7 juta jiwa. Hal itu
membuat kota Bekasi dipadati pemukiman dari luar daerah.

RTH adalah jarak ke pusat kota yang membawahi, luas RTH tahun 2003, jarak ke
fasilitas sosial, perubahan lahan terbangun, luas lahan kosong tahun 2003, jarak ke
fasilitas pendidikan, dan perubahan jumlah fasilitas ekonomi.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan hasil penelitian tentang Minimnya Ruang Terbuka Hijau, maka dapat
dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana distribusi keruangan RTH di Kota Bekasi?


2. Apa dampak negatif terhadap minimnya ruang terbuka hijau?
3. Bagaimana cara agar persentase ruang terbuka hijau di Bekasi bisa memenuhi
standar pemerintah?

1
1.3 Tujuan
1. Mengidentifikasi distribusi keruangan RTH di Kota Bekasi,
2. Mengidentifikasi dampak negatif terhadap minimnya ruang terbuka hijau,
3. Mengidentifikasi cara agar persentase ruang terbuka hijau di Bekasi bisa
memenuhi standar pemerintah.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Ruang Terbuka Hijau
Berdasarkan Gofara (2020), Ruang terbuka hijau (RTH) merupakan ruang yang
direncanakan karena kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di
udara terbuka. Ruang terbuka (open spaces), Ruang Terbuka Hijau, Ruang publik (public
spaces) mempunyai pengertian yang hampir sama. Secara teoritis yang dimaksud dengan
ruang terbuka (open spaces) adalah ruang yang berfungsi sebagai wadah (container)
untuk kehidupan manusia, baik secara individu maupun berkelompok, serta wadah
mahkluk lainnya untuk hidup dan berkembang secara berkelanjutan (UUPR No.24 Tahun
1992).

Ruang Terbuka Hijau kota adalah bagian dari ruang-ruang terbuka (open spaces)
suatu wilayah perkotaan yang diisi oleh tumbuhan, tanaman, dan vegetasi guna
mendukung manfaat langsung atau tidak langsung yang dihasilkan oleh RTH dalam kota
tersebut yaitu keamanan, kenyamanan, kesejahteraan, dan keindahan wilayah perkotaan
tersebut (Departemen Pekerjaan Umum, 2008).

Klasifikasi Ruang Terbuka Hijau Klasifikasi RTH menurut Inmendagri No.14 tahun
1988, yaitu: taman kota, lapangan olahraga, kawasan hutan kota, jalur hijau kota,
perkuburan, pekarangan, dan RTH produktif. Bentuk RTH yang memiliki fungsi paling
penting bagi perkotaan saat ini adalah kawasan hijau taman kota dan kawasan hijau
lapangan olahraga. RTH harus tetap minimal 30% dari total luas wilayah. Terbagi
menjadi 2 macam RTH Publik sebasar 20% dan RTH Privat sebesar 10%.

a. Fungsi RTH :

- Penyerap Karbondioksida (CO2)


- Tempat hidup habitat liar
- Menambah Oksigen (O2)
- Meredam kebisingan

3
- Menjadi tempat teduh

b. Dampak Positif

- Mengurangi polusi udara


- Mencegah banjir
- Menurunkan suhu di kota
- Menciptakan keindahan dan kenyamanan
- Sebagai sarana olahraga

c. Dampak Negatif minimnya RTH

- Menurunnya kualitas lingkungan perkotaan


- Tingginya polusi dan meningkatnya kerawanan sosial, contohnya : kriminalitas,
tawuran, dll.

2.1.2 Ruang Terbuka Hijau di Kota Bekasi


a. Tahun 2015
Menurut Pambudi dan Sungkawa (2015), Kota Bekasi merupakan salah satu wilayah
yang Ruang Terbuka Hijaunya belum mencapai 30% RTH di Kota Bekasi dan RTH
Publik sebesar 3,57%
RTH Privat sebesar 7,7%, Lahan kondisi yang luas wilayahnya sekitar 210 km 2.
Sementara penduduknya berjumlah 2,7 juta jiwa. Hal itu membuat kota Bekasi dipadati
pemukiman dari luar daerah.

b. Tahun 2003 - 2010


Pada periode tahun 2003 hingga 2010 terjadi penurunan RTH di Kota Bekasi. Hal ini
ditandai dengan laju perubahan RTH per tahun yang bernilai negatif, yaitu Jumlah
penduduk Kota Bekasi terus meningkat dengan ratarata laju pertumbuhan penduduk
sebesar 3,8% per tahun dan rata-rata laju kepadatan penduduk sebesar 4% per tahun.
Hasil analisis skalogram sederhana tahun 2003 dan 2006 menunjukkan terjadi
peningkatan hirarki pada Kota Bekasi yang ditandai dengan bertambahnya kelurahan
berhirarki 2 dan berkurangnya kelurahan berhirarki 3. Secara umum laju konversi RTH
besar terjadi pada hirarki wilayah 1 dan perubahan luas RTH terbesar terjadi pada
4
wilayah berhirarki 3. Pada tahun 2010, Kota Bekasi tidak mampu mencukupi kebutuhan
RTH berdasarkan jumlah penduduk. RTH eksisting pada tahun 2010 sebesar 2.547,59 ha,
sedangkan kebutuhan RTH berdasarkan jumlah penduduk sebesar 4.672,98 ha. Upaya
penambahan RTH dengan mengidentifikasi areal yang berpotensi untuk RTH dipilih
penggunaan berupa lahan kosong (541,686 Ha) tetap tidak dapat mencukupi kekurangan
RTH berdasarkan jumlah penduduk. Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan luas
RTH adalah jarak ke pusat kota yang membawahi, luas RTH tahun 2003, jarak ke
fasilitas sosial, perubahan lahan terbangun, luas lahan kosong tahun 2003, jarak ke
fasilitas pendidikan, dan perubahan jumlah fasilitas ekonomi. Upaya-upaya yang dapat
dilakukan dalam usaha penambahan RTH adalah

1) Mengoptimalkan kinerja badan-badan pengelola RTH dengan koordinasi tugas yang


jelas,

2) Peningkatan hubungan kerjasama pemerintah dengan pihak ketiga,

3) Memanfaatkan wilayah Kota Bekasi bagian Selatan yang masih berpotensi tinggi
untuk RTH dan optimalisasi lahan di wilayah Utara Kota Bekasi dengan pembangunan
vertikal,

4) Pengambilan kebijakan yang tegas dari pemerintah daerah mengenai okupasi


pemukiman liar,

5) Optimalisasi kerjasama dengan pihak ketiga untuk penggalangan dana pengelolaan


RTH,

6) Pengembangan RTH selain di atas tanah,

7) Memberdayakan masyarakat sekitar

Banyaknya lahan yang beralih fungsi menjadi lahan pemukiman membuat


pemerintah mengalami kesulitas dalam membangun ruang terbuka hijau, dalam hal ini
taman kota. Saat ini jumlah taman kota di Kota Bekasi berjumlah lima taman, sebagian
taman tersebut memiliki infrastruktur taman yang memadai. Walaupun begitu dengan
adanya infrastruktur taman yang memadai, masih banyak masyarakat yang belum mampu
menjaga fasilitas publik yang banyak digunakan orang. Penelitian ini bertujuan untuk

5
mengetahui peran masyarakat dalam mengidentifikasi faktor yang mempengaruhi
masyarakat dalam memanfaatkan taman kota dan mengetahui respon pemerintah
terhadap keberadaan taman kota yang ada.

c. Tahun 2020 – 2021

(Masukkan hasil riset: tabel dan kesimpulan tabelnya)

2.2 Permasalahan
Masalah :
1. Meningkatnya kebutuhan lahan yang diiringi dengan meningkatnya pertumbuhan
penduduk.
2. Suhu udara di Bekasi lumayan panas karena kurangnya RTH, daya penyerapan tanah
berkurang karena banyaknya bangunan dan jalanan, tingginya polusi udara di Bekasi
menjadi kotor atau kurang sehat akibat kurangnya RTH.
3. Ruang terbuka di perkotaan sering diabaikan baik oleh masyarakat maupun
pemerintah, karena dianggap tidak memberikan keuntungan ekonomi dan ini
berakibat kepada luas ruang terbuka yang semakin berkurang.

2.3 Solusi
1. Meminta bantuan ke pihak yang berwenang terkait kurangnya ruang terbuka hijau di
Bekasi, tetapi kita harus memberikan bukti/foto yang valid dari hasil penelitian.
2. Meningkatkan kualitas taman, menambah dan memperbaiki pepohonan, mengawasi
kebersihan dan keamanan.
3. Mengajak masyarakat bersama-sama untuk membuat RTH Privat di masing-masing
RT. Dengan meminta bantuan kepada pihak berwenang setempat.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Jadi, kesimpulan pada makalah ini adalah RTH merupakan suatu bentuk
pemanfaatan lahan pada suatu kawasan yang dimanfaatkan untuk penghijauan tanaman.
RTH berfungsi untuk perlindungan habitat tertentu atau budaya pertanian dan juga untuk
meningkat kualitas atmosfer serta menunggang kelestarian air dan tanah. Kenapa kita
membahas ini? Karena dari hasil penelitian dari mata kami dan di media sosial
bahwasanya di Kota Bekasi masih minim atau sedikit sekali ruang terbuka hijau. Hal ini
bisa berdampak negatif jika tidak segera diatasi.

Tujuan kami ialah :

 Mengidentifikasi distribusi keruangan RTH di Kota Bekasi,


 Mengidentifikasi dampak negative terhadap minimnya ruang terbuka hijau,
 Mengedintifikasi cara agar persentase ruang terbuka hijau di Bekasi bisa memenuhi
standar pemerintah.

Cara mengatasi masalah ini, solusinya adalah :


Meminta bantuan ke pihak yang berwenang terkait kurangnya ruang terbuka hijau di
Bekasi, tetapi kita harus memberikan bukti/foto yang valid dari hasil penelitian.
Meningkatkan kualitas taman, menambah dan memperbaiki pepohonan, mengawasi
kebersihan dan keamanan.

7
DAFTAR PUSTAKA

Ghofara, Ganida (2020). “Analisis Penentuan Prioritas Lokasi Penyediaan Ruang Terbuka Hijau
(Rth) Publik Di Kota Bekasi”. https://repository.its.ac.id/79963/, Diakses pada tanggal 3
September 2021 pukul 5.16

Lova, Cynthia. 2020. "Bekasi Sulit Sediakan 30 Persen Ruang Terbuka Hijau",
https://megapolitan.kompas.com/read/2020/02/21/14014291/bekasi-sulit-sediakan-30-persen-
ruang-terbuka-hijau, diakses pada tanggal 31 Agustus 2021 pukul 13.24

Pambudi, Bayu. 2015. “Optimalisasi Pemanfaatan Taman Kota Oleh Masyarakat Kota Bekasi”.
https://sg.docs.wps.com/l/sAOyrqzK3jbpZ7amv56mnFA, diakses pada tanggal 31 Agustus 2021
pukul 12.42

Pambudi, Bayu. Dadang Sungkawa. 2015. “Optimalisasi Pemanfaatan Taman Kota Oleh
Masyarakat Kota Bekasi”,
http://antologi.upi.edu/file/Optimalisasi_Pemanfaatan_Taman_Kota_oleh_Masyarakat_Kota_Be
kasi.pdf, diakses pada tanggal 3 September 2021 pukul 06.49

Redaksi Kota. 2019. "69 tahun Kota Bekasi Membangun, Menumbuhkan Kesadaran Pentingnya
RTH". https://beritalima.com/69-tahun-kota-bekasi-membangun-menumbuhkan-kesadaran-
pentingnya-rth/, diakses pada tanggal 31 Agustus 2021 pukul 13.01

Anda mungkin juga menyukai