Anda di halaman 1dari 12

TEMA II

PENDEKATAN PERENCANAAN KOTA (MODERN)


GARDEN CITY MALANG
MATA KULIAH PERENCANAAN KOTA

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

1. AHMAD MUJAHID F231 15 050

2. ZUL ANGGARA F231 16 127

3. ARMELIA ANATASYA F231 17 100

4. MUH. RIZALDY PUTRA F231 17 114

5. WISKA SUCI HERLIANI F231 17 138

PROGRAM STUDI S-1


PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
JURUSAN TEKNIK ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS TADULAKO
2020 i|Page
KATA PENGANTAR
PERENCANAAN WILAYAH DAN KO

Assalamualaikum, Warahmatullahi, Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah ini dengan judul “PENDEKATAN
PERENCANAAN KOTA (MODERN) GARDEN CITY MALANG” ini selesai tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan jalan yang diridhai Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih banyak terdapat kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan dengan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, pada makalah ini
masih terdapat kekurangan dan kekeliruan baik didalam penulisan maupun penyajian, oleh
karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk dapat menjadi acuan
bagi penulis demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi yang membaca.

Palu, Mei 2020

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................................... i


DAFTAR ISI ................................................................................................................................... ii
BAB I ............................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG ........................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ....................................................................................................... 2
1.3 TUJUAN .............................................................................................................................. 2
1.4 SASARAN ........................................................................................................................... 2
BAB II ............................................................................................................................................ 3
PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 3
2.1 PENDEKATAN PERENCANAAN KOTA ............................................................................ 3
2.2 KONSEP PENGEMBANGAN KOTA .................................................................................. 3
2.3 FUNGSI KOTA .................................................................................................................... 4
2.3.1 UMUM .......................................................................................................................... 4
2.3.2 KHUSUS ...................................................................................................................... 5
2.4 INDIKATOR KOTA.............................................................................................................. 5
BAB III ........................................................................................................................................... 7
PENUTUP ...................................................................................................................................... 7
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 8
LAMPIRAN .................................................................................................................................... 9

ii | P a g e
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Ruang Terbuka Hijau (RTH) aatau dalam istilah asing disebut Garden City, pada
mulanya sebuah novel utopis tahun 1888 karya pengarang Amerika, Edward Bellamy, “Looking
Backward” ( kisah futuristik tentang Boston tahun 2000 ), Ebenezer Howard mengawali mimpinya
memperbaiki kondisi hidup masyarakat sekitar tempat tinggalnya. Terinspirasi visi kota dan
masyarakat masa depan yang dilibatkan untuk membawa peradaban baru yang lebih baik dalam
buku itu, Howard bertekad melahirkan garden city.

Kota di Indonesia mempunyai kecenderungan menghilangkan ciri karakter historis


peninggalan zaman Hindu-Budha dan memunculkan “ketunggal-rupaan” arsitektur kota
(Budiarjo,1984). Hal ini disebabkan oleh diabaikannya aspek kesejarahan pembentukan kota
sehingga kesinambungan sejarah kawasan kota seolah terputus sebagai akibat pengendalian
perkembangan yang kurang memperhatikan aspek morfologi kawasan, demikian halnya dengan
Kota Malang. Morfologi Kota Malang merupakan salah satu hasil karya perencana Kota Thomas
Karsten mengadaptasi konsep Garden City, dengan mengutamakan pejalan kaki sebagai elemen
terpenting dalam koridor suatu kawasan. Warisan perencanaan pada zaman kolonial sangat
terlihat pada bentukan fisik bangunan dan tata lingkungan (Hadinoto,1996). Beberapa kawasan
yang memiliki nilai historis hingga kini adalah Jl Ijen, alun-alun bundar (alun-alun Kota Malang)
dan wilayah Kayutangan di Kecamatan Klojen.

Kota-kota yang direncanakan dengan baik, biasanya langsung dikenali orang. Aspek
penting Garden City adalah denah yang fleksibel dan kepercayaan yang tinggi pada potensi
tapak. Untuk mewujudkannya, memang bukan pekerjaan mudah. Demikian pula saat
melestarikannya, yang bisa mengakomodir kebutuhan jaman. Meningkatnya jumlah bangunan
akibat pertambahan penduduk serta hadirnya kendaraan bermotor terbukti menyebabkan
penyimpangan desain di Letchwoth dan Welwyn, juga kota-kota yang menerapkan Garden City.

Pelebaran jalan telah memangkas jarak yang diperlukan untuk mengagumi keindahan
deretan bangunan yang ada untuk dirajut dalam memori kita. Apalagi merobohkannya sama
sekali. Desain kota memang sangat rentan pada pengaruh luar dan respon itu tak perlu mirip
pada kondisi sama. Kita harus tetap melirik aspek lokal sehingga kota kita mempunyai ciri khas
yang membuat kita selalu rindu untuk pulang ke „kampung halaman‟.

Konsep Ruang Terbuka Hijau terdapat dalam konsep Garden City yang memadukan
kawasan permukiman, Kawasan Industri dan kawasan Pertanian. Konsep Garden City berusaha
menjaga keserasian antara bangunan huni dan permukiman dengan keberadaan lahan yang
digunakan untuk bangunan taman lingkungan yang berada di sekitar lokasi hunian sehingga
suatu permukiman harus memiliki area khusus untuk perletakan pertamanan.

1|Page
Konsep ini di Indonesia dikenal dengan konsep Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang
tercantum dalam Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataaan Ruang.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan uraian latar belakang, permasalahan pembangunan Ruang Terbuka Hijau
(RTH/ Garden City) pada beberapa kota besar di Indonesia pada pokoknya adalah permasalahan
kecukupan 30 % RTH dari luas wilayah Kota yang ada. Kondisi tersebut bukan hanya terjadi di
Kota Malang saja namun secara umum kota-kota di Indonesia memiliki luas dari 30 %, terutama
kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Semarang dan Jogjakarta. Dengan demikian
ketersediaan RTH di Kota Malang masih sangat jauh dari luas yang diamanatkan dalam undang-
undang tata ruang. Apabila berdasarkan undang-undang tata ruang maka Kota Malang harus
membangun RTH, RTH Publik dan RTH Privat. Permasalahan pokok kota besar di Indonesia
dalam pembangunan RTH adalah sebagai berikut :

1. Kurangnya kepedulian dan ketaatan Pemerintah Daerah, dalam hal ini pemerintah Kota
untuk membangun ruang terbuka hijau.
2. Kurangnya lahan dalam rang pembangunan RTH disebabkan rata-rata kota di Indonesia
berkembang dengan sendirinya, sehingga alokasi lahan untuk pembangunan
memerlukan biaya yang mahal.
3. Tidak adanya sanksi yang tegas terhadap pelanggaran Undang-undang Nomor 26
Tahun 2007, sehingga pembangunan RTH hanya sebatas wacana yang tercantum
dalam RTRW Kota.
4. Kesadaran masyarakat, terutama sektor swasta dalam turut serta mengembangkan
RTH/Garden City masih kurang. Pada beberapa kota kecil belum ada kewajiban bagi
pengembang perumahan untuk membangun 10 % dari pemukiman yang dibangun
sebagai ruang terbuka hijau.

1.3 TUJUAN
Sebagaimana yang diruaikan dalam rumusan masalah, maka yang menjadi tujuannya
adalah Kota Malang harus membangun RTH (Garden City) untuk mengatasi permasalahan
pokok kota besar di Indonesia dalam pembangunan RTH (Garden City) sesuai dengan Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.

1.4 SASARAN
Sasarannya adalah mewujudkan Perencanaan Kota Malang sebagai Kota Taman/RTH
(Garden City) untuk mengatasi permasalahan pokok Kota besar di Indonesia dalam
pembangunan RTH (Garden City).

2|Page
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENDEKATAN PERENCANAAN KOTA


Pendekatan Perencanaan adalah titik tolak atau sudut pandang kita dalam proses
penetapan tujuan. Agar tujuan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Pendekataan
perencanaan diperlukan agar kota yang ingin direncanakan memiliki dasar yang jelas terhadap
arah pembangunan ke depan dan mempercepat proses pembangunan ekonomi bagi
kesejahteraan masyarakat. Dalam melakukan pendekataan perencanaan terhadap Kota Indah
ada beberapa sudut pandang yang perlu diperhatikan diantaranya: (1) Penataan jalan, dimana
dalam hal ini jalan merupakan unsur pelengkap, memperindah bentuk kota dan sebagai arah
penentu pola suatu kota. Apabila jalan yang di tata terstruktur dengan mengikuti pola yang rapi
maka bentuk kota akan terlihat lebih indah. Jalan juga mempengaruhi aktivitas penduduk kota,
dimana dari aktivitas tersebut akan muncul kondisi lingkungan yang baik apabila aktivitas
tersebut dapat di kendalikan. (2) Taman / RTH, dimana dalam hal ini RTH merupakan salah satu
unsur kota yang perlu dieperhatikan, di karenakan RTH memiliki beberapa peran tersendiri dalam
suatu kota salah satunya RTH sebagai paru – paru kota dan suatu tempat yang mana
masyarakat kota itu sendiri dapat saling berinteraksi satu sama lain. Sehingga suatu kota dapat
terlihat lebih baik bahkan lebih indah jika penataan RTH-nya tertata dengan sebaik mungkin pada
suatu kota. Dalam hal ini pendekatan perencanaan yang di gunakan yaitu Pendekataan
perencanaan rasional menyeluruh yang mencakup berbagai unsur atau subsistem yang
membentuk suatu organisme atau. sistem secara menyeluruh Pertimbangan ini termasuk pula
hal-hal yang berkaitan dengan seluruh rangkaian tindakan pelaksanaan serta berbagai
pengaruhnya terhadap usaha pengembangan. Produk perencanaan rasional menyeluruh
mencakup suatu totalitas dari seluruh aspek tujuan pembangunan. Jadi permasalahan yang
ditinjau tidak dilihat secara terpilah pilah melainkan dalam suatu kesatuan cakupan. Digunakan
pendekatan perencanaan rasional menyeluruh karena setiap hal yang menyangkut suatu kota
tersebut akan saling berhubungan dan saling mempengaruhi karena suatu kota bersifat
kompleks.

2.2 KONSEP PENGEMBANGAN KOTA


Kajian pengembangan wilayah perkotaan di Indonesia selama ini selalu didekati dari
aspek sektoral dan aspek spasial. Pada kajian aspek sektoral lebih menyatakan ukuran dari
aktifitas masyarakat suatu wilayah perkotaan dalam mengelola sumberdaya alam yang
dimilikinya. Sementara itu, kajian aspek spasial (keruangan) lebih menunjukkan arah dari
kegiatan sektoral atau dimana lokasi serta dimana sebaiknya lokasi kegiatan sektoral tersebut.

Pendekatan yang mengacu pada aspek sektoral dan spasial tersebut mendorong
lahirnya konsep pengembanan wilayah perkotaan yang harus mampu meningkatkan efisiensi
penggunaan ruang sesuai daya dukung, mampu memberi kesempatan kepada sektor untuk
berkembang tanpa konflik dan mampu meningkatkan kesejahteraan secara merata. Konsep
tersebut digolongkan dalam konsep pengembangan wilayah perkotaan yang didasarkan pada

3|Page
penataan ruang.Kaitan dengan perihal diatas, ada tiga kelompok konsep pengembangan wilayah
yaitu konsep pusat pertumbuhan, konsep integrasi fungsional dan konsep pendekatan
desentralisasi (Alkadri et all, Manajemen Teknologi Untuk Pengembangan Wilayah, 1999).

Konsep pusat pertumbuhan menekankan pada perlunya melakukan investasi secara


besar-besaran pada suatu pusat pertumbuhan atau wilayah/kota yang telah mempunyai
infrastruktur yang baik. Pengembangan wilayah di sekitar pusat pertumbuhan diharapkan melalui
proses tetesan ke bawah (trickle down effect). Penerapan konsep ini di Indonesia telah
melahirkan adanya 111 kawasan andalan dalam RTRWN.

Konsep integrasi fungsional mengutamakan adanya integrasi yang diciptakan secara


sengaja diantara berbagai pusat pertumbuhan karena adanya fungsi yang komplementer.
Konsep ini menempatkan suatu kota atau wilayah mempunyai hirarki sebagai pusat pelayanan
relatif terhadap kota atau wilayah yang lain. Sedangkan konsep desentralisasi dimaksudkan
untuk mencegah tidak terjadinya aliran keluar dari sumberdana dan sumberdaya manusia.

Pendekatan tersebut mempunyai berbagai kelemahan. Dari kondisi ini muncullah


beberapa konsep untuk menanggapi kelemahan tersebut. Konsep tersebut antara lainpeople
center approach yang menekankan pada pembangunan sumberdaya manusia,natural resources-
based development yang menekankan sumberdaya alam sebagai modal pembangunan, serta
technology based development yang melihat teknologi sebagai kunci dari keberhasilan
pembangunan wilayah. Kenyataan menunjukkan bahwa aplikasi konsep tersebut kurang berhasil
dalam membawa kesejahteraan rakyat.

Ruang terbuka hijau (RTH) adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. (Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007). Berdasarkan
Undang-undang tersebut proporsi Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah 30 % (tiga puluh persen)
dari luas wilayah perkotaan. Ruang Terbuka Hijau (RTH) terdiri atas Ruang Terbuka Hijau (RTH)
Publik dan Ruang Terbuka Hijau RTH) Privat, dimana luas untuk RTH Publik minimal 20 % (dua
puluh persen) dari luas wilayah kota. (UU No. 26 Tahun 2007, pasal 28). Dengan mempedomani
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tersebut, maka setiap Kota wajib mengalokasikan
wilayahnya sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dituangkan dalam Rencana Tata Ruang
Wilayah Kota. Konsep tentang Ruang Terbuka Hijau (RTH) ini merupakan wujud dari penerapan
Garden City pada negara-negara maju.

2.3 FUNGSI KOTA

2.3.1 UMUM
Sesuai Undang – undang Nomor 22 tahun 1999, kota memiliki 3 fungsi yakni kota
sebagai pusat pemerintahan, kota sebagai pusat pendidikan dan kota sebagai pusat informasi.

a. Kota sebagai Pusat Pemerintahan


Perkembangan kota membutuhkan aparat dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat. Pelayanan tersebut baik bersifat pemenuhan kebutuhan hidup, administratif,

4|Page
maupun kebutuhan sosial budaya. Hal ini berarti kota memiliki berbagai peraturan dan
pengendalian pemerintahan di tingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten dan kota. Kota
digunakan sebagai pusat pemerintahan dikenal sebagai ibu kota neara, ibu kota provinsi dan
kabupaten atau kota.

b. Kota sebagai Pusat Pendidikan


Melihat dari sejarah, perkembangan sekolah-sekolah justru berada di wilayah perkotaan,
terutama kota-kota besar. Perkembangan sekolah di kota besar ini karena terbatasnya
kalangan yang bisa mengenyam pendidikan. Pada zaman penjajahan Belanda dan Jepang
hanya keturunan bangsawan yang bisa sekolah. Namun, sekarang pendidikan sudah
berkembang hingga ke pelosok negeri. Semua kalangan bisa belajar dan menempuh
pendidikan. Ini yang membuat pendidikan terus brkembang dan menyebar di berbagai
wilayah Indonesia dan beragam jenjang.

c. Kota sebagai Pusat Informasi


Untuk bisa mewujudkan pembangunan baik di kota maupun daerah, dibutuhkan informasi
yang cepat dan akurat. Keberadaan masyarakat yang kebanyakan tinggal di pedesaan
mengharuskan pemerintah untuk membangun pedesaan. Dengan infomasi yang cepat dan
akurat maka pembangunan pedesaan bisa terlaksana. Informasi yang masuk ke wilayah
pedesaan beragam dan kebanyakan berasal dari kota. Sehingga masyarakat desa bisa
mendapatkan pengaruh dari kemajuan yang sudah berkembang di kota. Berbagai informasi
yang berasal dari kota ke desa bisa dilakukan dengan berbagai media, di antaranya majalah,
koran, radio, televisi, dan internet.

2.3.2 KHUSUS
Penggunaan vegetasi berupa pohon-pohon besar sebagai materi penghijauan ruang
kota merupakan penciri kota taman di Indonesia. Kondisi iklim tropis dengan pencahayaan
matahari sepanjang tahun di Kota Malang menjadikan vegetasi bertajuk besar mampu berfungsi
efektif sebagai pencipta iklim mikro, produsen oksigen, peneduh, penyerap polutan, penahan
angin,penunjang habitat satwa serta fungsi-fungsi ekologis lainnya. Selain itu juga mempunyai
nilai estetika diantaranya adalah berfungsi sebagai pembentuk faktor keindahan arsitektural dan
menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area terbangun dan tidak terbangun.

2.4 INDIKATOR KOTA


Kualitas suatu kota dapat di nilai dengan ukuran yang sudah ditentukan, dimana variable
yang mengukur perubahan tersebut memilih dengan menilai kualitas suatu kota baik secara fisik
maupun non fisik.

a. Fisik
Perubahan suatu kota dapat di lihat melalui fisik kota yang ditunjukan oleh kumpulan
bangunan-bangunan, jalan maupun bentuk ukuran sirkulasi yang mengisi ruang kota, dimana
setiap tahunnya ruang kota yang tadinya hanya berupa vegetasi dapat berubah menjadi
permukiman yang di tandai dengan munculnya bangunan serta diikuti dengan dibentuknya

5|Page
penataan jalan yang menjadi akses penghubung. Adanya bangunan dan jalan tersebut maka
bentuk ukuran sirkulasi dalam kota dapat terbentuk sesuai porsi yang tersedia.
b. Non-fisik
Selain melalui fisik kota, perubahan suatu kota juga di lihat berdasarkan non-fisik yang
ditunjukkan dengan kemudahan akses atau jarak yang ditempuh oleh penduduk,
ketersediaan dan kualitas sarana prasarana, kondisi lingkungan yang mempengaruhi
kesehatan penghuni ruang kota.

6|Page
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Beberapa hal yang dapat disimpulkan dari uraian makalah mengenai Garden City/
Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah sebagai berikut :

1. Pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH)/ Garden City adalah merupakan amanat
Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, yang harus dilaksanakan
oleh Pemerintah Daerah/Pemerintah Kota dalam rangka mewujudkan Kota sebagai tempat
tinggal yang nyaman bagi penghuninya.
2. Penyediaan Ruang Terbuka Hijau merupakan tanggungjawab Pemerintah dan juga
tanggungjawab masyarakat dimana Ruang Terbuka yang harus ada sebesar 30 % dari luas
wilayah kota, 20 % merupakan ruang publik dan 10 % merupakan ruang privat.
3. Implemetasi Perencanaan Kota penyediaan/pembangunan ruang terbuka hijau di kota-kota
di Indonesia masih sangat jauh dari amanat undang-undang terutama di Kota Malang
4. Sebagaimana yang diruaikan dalam rumusan masalah, maka yang menjadi tujuannya adalah
Kota Malang harus membangun RTH (Garden City) untuk mengatasi permasalahan pokok
kota besar di Indonesia dalam pembangunan RTH (Garden City) sesuai dengan Undang-
undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang.
5. Sasarannya adalah mewujudkan Perencanaan Kota Malang sebagai Kota Taman/RTH
(Garden City) untuk mengatasi permasalahan pokok Kota besar di Indonesia dalam
pembangunan RTH (Garden City).

7|Page
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/33928077/GARDEN_CITY_DAN_KONSEP_PEMBANGUNAN_KOTA
_IDEAL

Identifikasi Pola Morfologi Kota (Studi Kasus : Sebagian Kecamatan Klojen, Di Kota Malang)

https://www.kompas.com/skola/read/2020/01/20/190000069/kota--pengertian-klasifikasi-ciri-dan-
fungsinya?page=all

https://www.researchgate.net/publication/329091255_Bentuk_Implementasi_Konsep_Kota_Tama
n_di_Jepang_Konseptualisasi_dan_Prinsip_Perencanaan_Dalam_Uraian_Sejarah

8|Page
LAMPIRAN

NAMA STAMBUK JOBDESK


Armelia Anatasya F 231 17 100 BAB 1,2 & BAB 3 ( tema 2 )
Muhammad Rizaldy Putra F 231 17 114 BAB 1,2 & BAB 3 ( tema 2 )
Wiska Suci Herliani F 231 17 138 BAB 2 & BAB 3 Power Point
( tema 2 )

9|Page

Anda mungkin juga menyukai