Anda di halaman 1dari 39

CITRA KOTA JALAN MANGKUNEGARAN –GATOT SUBROTO

Disusun Oleh:

RIZKI ADI WIJAYA A0220016


DANANG SETYAJI A0220018

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN
SURAKARTA
2023
HALAMAN PENGESAHAN

Diajukan Oleh :

RIZKI ADI WIJAYA A0220016


DANANG SETYAJI A0220018

Judul :

CITRA KOTA JALAN MANGKUNEGARAN-GATOT SUBROTO

MENYETUJUI DAN MENGESAHKAN


Tanggal : Oktober 2023
Dosen Pengampu
Seminar Kota

Danarti
NIDN.

i
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah Melimpahkan
Rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah seminar kota ini disusun sebagai bagian dari tahapan proses riview yang
bertujuan untuk mempermudah dan memperlancar tahapan proses tersebut.
Keduanya merupakan persyaratan untuk mencapai Tugas Ujian Tengah Semester
di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta dengan judul sebagai berikut.
CITRA KOTA JALAN MANGKUNEGARAN-GATOT SUBROTO
Dalam penyusunan laaporan ini, tidak terlepas dari segala hambatan yang
penulis hadapi. Keberhasilan dalam penulisan ini tentunya berkat segala
bimbingan dan pengarahan semua pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati kami
sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Danarti selaku Dosen Pengampu Aplikasi Perancanaan kota
2. Seluruh pihak yang terlibat dan membantu dalam proses pembuatan tugas.
Penulis berharap tugas ini dapat memenuhi ketentuan dan dapat memenuhi
harapan pihak-pihak yang terlibat. Semoga Tugas Riview ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Surakarta, September 2023


Penulis

ii
DAFTAR ISI

PRAKATA...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Permasalahan.................................................................................................3
1.3 Tujuan dan Sasaran........................................................................................3
1.3.1 Tujuan.....................................................................................................3
1.3.2 Sasaran....................................................................................................3
1.4 Batasan dan Lingkup Pembahasan.................................................................4
1.5 Manfaat..........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
2.1 The Image of The City...................................................................................5
BAB III..................................................................................................................10
3.1 Tinjauan Lokasi............................................................................................10
3.2 Data Lokasi Jalan Ngarsopuro- Gatot Subroto............................................14
BAB IV..................................................................................................................15
4.1 Image Of The City.......................................................................................15
4.1.1 Path........................................................................................................15
4.1.2 Distrik ( Kawasan )...............................................................................22
4.1.3 Nodes....................................................................................................23
4.1.4 Edges.....................................................................................................27
4.1.5 Landmark..............................................................................................29

iii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pemahaman seseorang tentang suatu kota akan lebih mendalam
daripada sekedar kesan visual. Pada suatu kota terdapat banyak arti seperti
keindahan, kenangan, pengalaman, harapan, keramaian banyak orang,
keragaman bangunan serta drama kehidupan dan kematian, mempengaruhi setiap
orang yang mendiami dan memahami suatu kota (Spreiregen, 1996). Namun
sebagai penilaian sepihak terhadap kualitas suatu kawasan terutama aspek
citra/image kawasan walaupun obyektif. Dari sebuah lingkungan, bagi setiap
orang akan terbentuk gambaran citra (image) dalam hubungan fisik antara satu
lingkungan dengan yang lainnya. Citra itu sendiri sebenarnya hanya menunjukan
suatu “gambaran” (image) (Mangunwijaya, 1988). Menurut Kevin Lynch
(1960) terdapat lima kategori elemen yang digunakan orang untuk menyusun
kesadaran atas image kawasan yaitu: paths, edges, districts, nodes, dan
landmarks. Citra lingkungan perkotaan yang baik akan memberikan kesan
aman secara emosional pada manusia dan memungkinkan manusia untuk
membangun hubungan yang selaras dengan lingkungan perkotaannya. Pemaknaan
terhadap berbagai objek dalam lingkungan perkotaan dilakukan menurut berbagai
dimensi simbolik, fungsional, emosional, historic, budaya, dan politik
(Sudrajat, 1984).
Legibility atau kemudahan yang dapat dipahami adalah satu pola
yang koheren (Lynch, 1960). Suatu kota agar dapat dipahami dengan mudah
citranya maka kota itu harus memiliki karakter didalamnya, karena karakter kota
diperlukan untuk memberikan pemahaman tentang identitas kota tersebut.
Karakter yang spesifik dapat membentuk suatu identitas, karakter ini yang
dapat mengenalkan bentuk ruang suatu kota tersebut, yang secara garis besar
disebut sense of place. Pemahaman tentang nilai ini merupakan pemahaman
tentang keunikan dan Muhamad Juliarachman Lazuardi dkk, Analisis Citra
Kawasan. Kekhasan dari kota secara khusus. Pemahaman tentang legibility
ini selalu berkaitan dengan 3 komponen didalamnya yaitu identitas, struktur,
dan makna. Identitas merupakan objek-objek atau elemen yang berada pada

1
suatu kota yang dapat membedakan dengan kota lainnya. Struktur yaitu pola
hubungan yang saling berkaitan dengan elemen-elemen pembentuk citra kota
yang dapat dipahami oleh pengamat. Makna merupakan pemahaman dalam
kedua komponen (identitas dan struktur) berdasarkan dengan budaya, politik,
kultur, sejarah, symbol, maupun keunikan (Lynch, 1960).
Kota Solo atau Kota Surakarta merupakan kota yang terkenal akan
budaya dan kearifan lokalnya. Hal ini berkaitan erat dengan keberadaan dua
keraton besar yang berada pada kota ini yaitu Keraton Kasunanan dan Keraton
Mangkunegaran. Berbagai jenis budaya pada Kota Surakarta ini masih
dipegang oleh masyarakat. Budaya ini dapat terlihat pada bangunan, arsitektur,
bahkan ornamen yang masih melekat pada masyarakat Kota Surakarta.
Namun bukan berarti kebudayaan ini tidak hilang, setiap kota menginginkan
perkembangan bahkan Kota Surakarta saat ini merupakan kota yang sangat
signifikan dalam perkembangan pembangunan terutama dalam kegiatan
perdagangan dan jasa dan lain-lainnya. Hal ini dapat dilihat pada banyaknya
pertumbuhan mall, café, restaurant, bahkan hotel.
Pura Mangkunegaran adalah sebuah kadipaten yang pernah berkuasa
di wilayah Surakarta sejak tahun 1757 sampai dengan 1946. Pura
Mangkunegaran memiliki karakter tersendiri untuk dapat diingat oleh para
pengamat, karena Pura Mangkunegaran ini memiliki sejarah kebudayaan
yang kuat. Namun seiring berjalannya waktu dengan pesatnya perkembangan
di Kota Surakarta khususnya kawasan Mangkunegaran yang saat ini
mayoritas peruntukan lahannya adalah untuk perdagangan jasa. Dengan
didasarkan konsep legibility peneliti perlu menilai tingkat kekuatan Citra
Kawasan Mangkunegaran berdasarkan penilaian stakeholder. Karena dengan
adanya ini maka dapat mengembangkan suatu kawasan dengan karakter yang
unik dan memiliki kekhasannya dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Pertumbuhan serta Pembangunan didalam kota memiliki bengaruh yang
besar terhadap hubungan Masyarakat kota dengan ruang perkotaan. Pertumbuhan
kota disertain dengan adanya pembangunan ruang ruang public yang memadai
sebagai tempat terjadinya interaksi sosial. Ruang publik suatu kota secara umum
dapat berbentuk street dan square. Sementara itu, ruang publik perkotaan yang

2
paling utama adalah jalan dan jalur pedestriannya. Jika ruang jalan sebuah kota
terlihat menarik, maka kota tersebut menjadi menarik[. Jalan seharusnya menjadi
ruang publik dimana terjadi interaksi sosial antar masyarakat dan dapat diakses
dengan mudah oleh setiap orang dari segala umur
Koridor mangkunegaran – Gatot Subroto juga merupakan jalan arteri sekunder
menyebabkan tingginya lalu lintas kendaraan yang melalui koridor tersebut.
I.2 Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dikemukakan akan
dijabarkan ke dalam dua aspek yaitu permasalahan dan persoalan, sebagaimana
diuraikan di bawah ini.
Bagaimana permasalahan yang ada di jalan Mangkunegaran – jalan Gatot
Subroto di Surakarta dilihat dari teori image of the city sebagai sarana public
space yang berada di Surakarta?
I.3 Tujuan dan Sasaran
Tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut.
I.3.1 Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah
1. Untuk mengidentifikasi dengan teori image of the city di koridor Ngarsopuro
hingga jalan Gatot Subroto di Surakarta.
2. Untuk mengetahui pengimplementasian serta permasalahan pada koridor
Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto di Surakarta berdasarkan teori image
of the city.
I.3.2 Sasaran
Sasaran dari penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan serta mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di
Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto di Surakarta yang dilihat dari teori
image of the city.
2. Menciptakan suatu ide yang dapat mengatasi permasalahan yang ada di
Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto di Surakarta yang dilihat dari teori
image of the city.

3
I.4 Batasan dan Lingkup Pembahasan
Ruang lingkup substansial atau materi yang akan dikaji pada penelitian ini
dibatasi pada pembahasan mengenai kajian yang berkaitan dengan teori perkotaan
dari koridor Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto melalui observasi lapangan
dan studi pustaka. di koridor Ngarsopuro Surakarta.
Ruang lingkup spasial atau wilayah pada penelitian ini adalah koridor
Ngarsopuro hingga Jalan Gatot, Surakarta yang mempunyai batas-batas sebagai
berikut :
 Sebelah Utara : Puro Mangkunegara
 Sebelah Timur : Jalan R.A Kartini
 Sebelah Selatan : Jalan Dr. Rajiman
 Sebelah Barat : Jalan Teuku Umar
I.5 Manfaat
1. Guna menyelesaikan tugas Riview Koridor Jalan Mangkunegaran – Jalan
Gatot Subroto dalam mata kuliah Seminar Kota, Progam Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan Surakarta.
2. Bagi ilmu pengetahuan, dapat memperluas wawasan arsitektural
khususnya dalam aspek Arsitektur Kota yang dapat dimanfaatkan sebagai
dasar untuk penelitian selanjutnya.

4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
II.1 The Image of The City
Dalam bukunya Image of The City, Kevin Lynch mengungkapkan
ada 5 (lima) elemen pembentuk image kota secara fisik yakni; Paths, edgs,
distrik, nodes dan landmark.
Ada lima elemen penguat terbentuknya citra kota dapat diketahui
sebagai, berikut :
1. Elemen Path (jalan)
Path adalah jalur-jalur dimana pengamat biasanya bergerak dan
melaluinya. Path dapat berupa gang-gang utama, jalan raya, trotoar, jalur
transit, canal, jalur kereta api.

Gambar 2. 1 Path (jalan)


Sumber :
Bagi banyak orang keberadaan elemen path merupakan struktur
elemen yang dominan dalam gambaran mereka. Dikarnakan setiap pelaku
pengguna elemen path dapat merasakan sekaligus mengamati elemen ini
sembari bergerak melaluinya, keberadaan elemen path sebagai sirkulasi
penghubung antara elemen-elemen memiliki dampak yang sangat besar
apabila identitas sebuah path tidak jelas dalam sebuah kawasan maka
dapat mengakibatkat munculnya keraguan citra kota secara menyeluruh
pada kawasan tersebut.
Dalam upaya meningkatkan karakteristik dan kualitas path sebagai
suatu elemen pembentuk citra kota juga perlu diindahkan. Penguatan
kualitas Path dengan cara pengaturan kelebaran atau kesempitan jalan
dapat menguatkan citra path, serta pemberlakuan pengaturan trotoar dan

5
pengaturan aksesoris jalan seprti, tanaman dan facad bangunan dapat
memeperkuat citra path secara efektif.
2. Elemen edges (tepian)
Edges adalah elemen linear yang biasanya tidak digunakan atau
dipertimbangkan sebagai path oleh pengamat. Edges adalah batasbatas
atau pemutus linear antara dua wilayah, misalnya saja : pantai, potongan
jalur kereta api, tepian bangunan, pantai, dinding dan sebagainya.

Gambar 2. 2 Edges (Tepian)


Sumber :
Menurut Kevin Lynch (1960) Edges juga merupakan elemen linier
yang dikenali orang pada saat dia berjalan, tapi bukan merupakan jalur/
paths. Edges juga bisa berupa barrier antara dua kawasan yang berbeda,
seperti pagar, tembok, atau sungai. Fungsi dari elemen ini adalah untuk
memberikan batasan terhadap suatu area kota dalam menjaga privasi dan
identitas kawasan, meskipun pemahaman elemen ini tidak semudah
memahami paths.
Keberadaaan edges pada suatau kawasan ditunjukan sebagai
pemutus linier atau batasan penghalang yang membedakan suatu kawasan
atau districk dimana akan tampak berbeda apabila terdapat kontinunitas
kawasan yang jelas. Keberadaaan edges pada elemen path akan dapat
diefektifkan apabila karakteristik-karakteristik perbatasan lebih
ditonjolkan, maka image sirkulasi akan tampak lebih domain dalam
menggambarkan kawasan.
3. Elemen district (distrik)
Distrik merupakan suatu elemen kawsan yang bersidat dua dimensi
dan memiliki sekala-sekala tertentu, dimana distric dapat men-direct pola

6
pikir manusia seakan-akan merasakan “masuk” atau “keluar” dari kawasan
tersebut yang dikarnakan perbedaan karakteristik kawasan secara umum.

Gambar 2. 3 Distrik
Sumber :
Keberadaan distrik suatu tempat dapat mudah teridentifikasi apabila
kenampakan interior dan ekterior kawasannya jelas dan dikemas secara
homogen pada suatu tempat. Pembentukan karakteristik sebuah distrik
bisanya tersusun dari beberapa komponen-komponen yang memiliki
cakupan luas, seperti; ruang, bentuk, detail, tekstur, jenis bangunan,
symbol, aktivitas, penggunaan, penghuni, topografi dan lain sebagainya.
Pengidentifikasian distrik secara kasat mata dapat dilakukan dengan
mengamati homogenitas façade bangunan seperti kesamaan karakter/ciri
bangunan secara fisik, fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan
sebagainya sebagai salah satu petunjuk dasar pengidentifikasian.
4. Elemen Nodes (simpul)
Nodes adalah titik-titik, spot-spot strategis dalam sebuah kota
dimana pengamat bisa masuk dan keluar, elemen ini juga merupakan
fokus untuk ke dan dari mana dia berjalan. Nodes bisa merupakan
persimpangan jalan, tempat break (berhenti sejenak) dari jalur, persilangan
atau pertemuan path, ruang terbuka atau titik perbedaan dari suatu
bangunan ke bangunan lain
Ciri-ciri Nodes :
a. Pusat Kegiatan
b. Pertemuan beberapa ruas jalan
c. Tempat pergantian alat transportasi
Tipe Nodes :
a. Juncition Nodes, misalnya stasiun bawah tanah, stasiun kereta api utama

7
b. Thematic Concentration, berfungsi sebagai core, focus, dan symbol sebuah
wilayah penting

Gambar 2. 4 Nodes
Sumber :
Elemen ini juga berhubungan erat dengan elemen district, karena
simpul-simpul kota yang kuat akan menandai karakter suatu district.
Untuk beberapa kasus, nodes bisa juga ditandai dengan adanya elemen
fisik yang kuat. Nodes menjadi suatu tempat yang cukup strategis, karena
bersifat sebagai tempat bertemunya beberapa aktifitas yang membentuk
suatu ruang dalam kota. Setiap nodes dapat memiliki bentuk yang
berbeda-beda, tergantung dengan pola aktifitas yang terjadi didalamnya.
5. Elemen Landmark (penanda)
Landmark merupakan penanda suatu kawasan yang memiliki nilai
lebih dan biasanya paling menonjol pada kawasan tersebut sehingga sering
dijadikan patokan dalam mengenali suatu tempat. Cenderung memiliki
bentuk visual yang khas sehingga dapat memudahkan identifikasi melalui
pengindraan. Landmark biasanya merupakan benda fisik yang
didefinisikan dengan sederhana seperti: tugu, bangunan, tanda, toko, atau
pegunungan. Adapun unsur penting serta kriteria Landmark sebagai
berikut :
3 unsur penting Landmark :
a. Tanda fisik berupa elemen fisual
b. Informasi yang memberikan gambaran tepat dan pasti
c. Jarak yang dikenal
Kriteria Landmark :
a. Unique memorable

8
b. Bentuk yang jelas atau nyata (Clear From)
c. Identifiable

Gambar 2. 5 Landmark
Sumber :
Beberapa landmark adalah landmark-landmark jauh, dapat terlihat
dari banyak sudut dan jarak, atas puncak-puncak dari elemen yang lebih
kecil, dan digunakan sebagai acuan orintasi. Landmarklandmark lain
adalah yang bersifat lokal, hanya bisa dilihat di tempat-tempat yang
terbatas dan dari jarak tertentu. Mereka sering digunakan sebagai petunjuk
identitas dan bahkan struktur, dan diandalkan karena perjalanan menjadi
semakin familier.

9
BAB III
HASIL PEMBAHASAN
III.1 Tinjauan Lokasi
3.1.1. Letak Geografis Kota Surakarta
Kota surakarta terletak di antara 110° 45’ 15”dan 110°45’ 35” Bujur
Timur dan antara 7°36’ dan 7°56’ Lintang Selatan. Kota Surakarta juga termasuk
salah satu kota besar di wilayah provinsi Jawa Tengah seperti kota-kota lainya
yaitu kota Semarang ataupun Yogyakarta. Wilayah kota Surakarta atau terbiasa
dikenal dengan “Kota Solo” Merupakan Kota dengan dataran rendah dengan
ketinggian ± 92 m dari permukaan laut.
Kota Surakarta mempunyai batasan di sebelah utara dengan Kabupaten
Boyolali, Sebelah timur dengan Kabupaten Karanganyar, Sebelah selatan dan
barat dengan Kabupaten Sukoharjo. Dan Kota Surakarta mempunyai luas
mencapai sekitar 44,04 km².
Nama K L Pe Kep
Keca o u nd adat
matan d as ud an
e uk
P
o
s
Banja 5 1 15 10.630/km2
rsari 7 4, 7.
1 8 43
3 1 8
0
Jebre 5 1 13 11.019/km2
s 7 2, 8.
1 5 62
2 8 4
0
Lawe 5 8, 86 10.002/km2

10
yan 7 6 .3
1 4 15
4
0
Pasar 5 4, 74 15.383/km2
Kliw 7 8 .1
on 1 2 45
1
0
Seren 5 3, 44 13.830/km2
gan 7 1 .1
1 9 20
5
0

3.2.2. Kondisi Kota Surakarta

Gambar 3.2.1.1. Peta Administrasi Kota Surakarta


Sumber : (Internet)
Kota Surakarta atau yang sering disebut sebagai kota Solo atau sala
adalah wilayah otonom dengan status kota dibawah Provinsi Jawa Tengah,
Indonesia. Kota dengan luas 44 m², dilewati oleh sungai besar yang melegenda
yaitu sungai bengawan solo. Kota Surakarta terbagi menjadi 5 Kecamatan, yaitu :

11
Kecamatan Serengan, Laweyan, Pasar Kliwon, Jebres, dan Banjarsari. Sebagian
besar lahan di Kota Surakarta digunakan sebagai tempat pemukiman yaitu sebesar
65%, sedangkan lahan digunakan untuk kebutuhan ekonomi sebesar yaitu berkisar
antara 16% dari luas lahan yang ada.
3.2.3. Kondisi Klimotologi Kota Surakarta
Kota Surakarta memiliki iklim tropis dengan suhu berkisar antara 24,8 ° C
hingga 28,1° C , dengan kelembapan berkisar antara 66 – 84 %, tekanan udara
berkisar antara 998,48 – 1010,98 QFF dan kecepatan angin rata rata berkisar 5,83
knot dengan kecepatan tertinggi terjadi pada bulan oktober dengan kecepatan
angin sebesar 8 knot. Curah hujan rata-rata perbulan adalah 114,125 mm³/tahun.
Berdasarkan data topografi Kota Surakarta oleh BPS Kota Surakarta,
menunjukan bahwa kota Surakarta termasuk kota yang memiliki suhu dan
kelembapan yang sedang. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan februari
sampai agustus, sedangkan musim hujan terjadi pada bulan Oktober – Januari.
Kota Surakarta tergolong kota yang sedikit mengalami hujan. Namun pada bulan-
bulan tertentu, curah hujannya tergolong tinggi. Ancaman banjir untuk wilayah
bantaran sungai bengawan solo dan kali pepe kerap terjadi.
3.2.4. Regulasi Peraturan Daerah Kota Surakarta
Menurut Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2021 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2021–2041, tata guna lahan di kota
Surakarta terbagi menjadi berikut:

12
Gambar 3.2.1.1. Peta Tata Guna Lahan
Sumber : Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2021 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Surakarta Tahun 2021–2041
Dari gambar diatas, menjelaskan bahwa daerah jebres memiliki prosentasi
terbesar sebagai lahan ruang terbuka hijau kota. Pengembangan dan penambahan
fasilitas umum dan fasilitas sosial di Kota Surakart tercantum dalam Peraturan
Daerah Kota Surakarta tentang Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Surakarta
tahun 2021 pasal 46 yakni sebagai berikut:
(1) Kawasan fasilitas umum dan fasilitas sosial sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 42 huruf d dengan luas kurang lebih 340 (tiga ratus empat puluh) hektar
meliputi:
a. Kecamatan Laweyan dengan luas kurang lebih 66 (enam puluh enam)
hektar;
b. Kecamatan Serengan dengan luas kurang lebih 15 (lima belas) hektar;
c. Kecamatan Pasar Kliwon dengan luas kurang lebih 25 (dua puluh lima)
hektar;
d. Kecamatan Jebres dengan luas kurang lebih 151 (seratus lima puluh satu)
hektar; dan
e. Kecamatan Banjarsari dengan luas kurang lebih 83 (delapan puluh tiga)
hektar.
(2) Kawasan Fasilitas Umum dan Fasilitas Sosial sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) terdiri atas:
a. kawasan peribadatan;
b. kawasan pendidikan;
c. kawasan kesehatan; dan
d. kawasan olahraga.
Sedangkan ketentuan umum tentang zonasi struktur ruang bagian
infarstruktur dan prasarana kota tercantum pada pasal 63 yakni;
1. Ayat (7) Ketentuan umum zonasi untuk sistem jaringan pejalan kaki
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pembangunan fasilitas peneduh dan RTH;

13
b. diperbolehkan pemasangan papan informasi yang tidak menganggu pejalan
kaki; dan
c. dilarang kegiatan yang mengganggu pejalan kaki tanpa persetujuan institusi
yang berwenang.
2. Ayat (8) Ketentuan umum zonasi untuk jalur khusus sepeda sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf g disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pembuatan marka dan fasilitas pergerakan sepeda;
b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan untuk pemasangan papan reklame; dan
c. dilarang kegiatan yang membahayakan pelaku pergerakan sepada.
3. Ayat (9) Ketentuan umum zonasi untuk prasarana dan sarana TOD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf h disusun dengan ketentuan:
a. diperbolehkan pemanfaatan untuk pemasangan papan informasi;
b. diperbolehkan bersyarat pemanfaatan untuk fasilitas pendukung yang berupa
pertokoan, fasilitas transit, area bermain, dan fasilitas lain yang dibutuhkan
pelaku perjalanan; dan
c. dilarang untuk kegiatan yang mengganggu pejalan kaki, kegiatan parkir, dan
pergerakan angkutan umum.
III.2 Data Lokasi Jalan Ngarsopuro- Gatot Subroto

Gambar 3. 1 Peta Jalan Ngarsopuro - Jalan Gatot Subroto


Sumber : Google Eart, 2023

14
Ruang lingkup spasial atau wilayah pada penelitian ini adalah
Ngarsopuro hingga Jalan Gatot, Surakarta yang mempunyai batas-batas
sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Puro Mangkunegara
 Sebelah Timur : Jalan R.A Kartini
 Sebelah Selatan : Jalan Dr. Rajiman
 Sebelah Barat : Jalan Teuku Umar

BAB IV
ANALISIS PEMBAHASAN
IV.1 Image Of The City
Pada teori the image of the city terdapat 5 elemen pokok untuk
membentuk suatu kota yang baik. Dari teori tersebut maka dapat di
evaluasi apa saja kekurangan dan kondisi awal di jalan Ngarsopuro hingga
jalan Gatot Subroto sehingga dapat memberikan solusi untuk menjadikan
jalan tersebut menjadi nyaman dan baik.
IV.1.1 Path
Path (jalan) yang terdapat di jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot
Subroto pada kondisi awal koridor trotoar untuk pejalan kaki dan dan
terdapat beberapa rambu lalu lintas serta terdapat rel kereta api di jalan
Slamet Riyadi. Serta di jalan Gatot Subroto terdapat city walk. Dalam
keadaan malam hari area jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto
dijadikan tempat night market untuk UMKM kesenian serta makanan
ringan. Daerah ini juga disebut sebagai Malioboronya Kota Solo.
a. Kondisi Awal

15
Terdapat kondisi awal jalan di jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto
sebagai berikut.

Gambar 3. 2 Penghalang Motor pada Trotoar Jalan Ngarsopuro


Sumber : Penulis, 2023
Pemasangan bollard berpengaruh untuk meningkatkan keamanan dan
keselamatan pejalan kaki. Dengan memasang bollard, maka akan
mengurangi risiko cedera yang dapat menimpa pejalan kaki di trotoar
akibat kelalaian pengemudi kendaraan bermotor atau pula kelalaian
pejalan kaki itu sendiri. Keberadaan bollard juga dapat mengurangi
masuknya sejumlah kendaraan ke trotoar serta mencegah rusaknya
permukaan trotoar dan street furniture lainnya.
Bollard dapat dipasang pada ruang konflik atau pertemuan antara
pejalan kaki dengan kendaraan bermotor seperti pada akses masuk
kendaraan ke bangunan (driveway), persimpangan, dan penyeberangan.
Peletakan bollard tidak boleh mengganggu ruang pejalan kaki secara
umum, ubin pemandu, dan jalur sepeda. Bollard memiliki beragam jenis
dan/atau bentuk. Umumnya bollard berbentuk tiang dengan tinggi 1 meter,
selain itu terdapat pula tiang bollard yang lebih pendek, atau berbentuk
bola, atau dilengkapi dengan penanda lain, dan lain sebagainya. Pemilihan
bentuk bollard dapat didiskusikan berdasarkan lokasi peletakan dan
kegunaannya. Jarak antar bollard yang satu dengan yang lainnya adalah
90-100 cm. Hal ini menyesuaikan kebutuhan ruang pengguna kursi roda

16
yakni 75-80cm atau pula orang dengan barang bawaan yang membutuhkan
ruang sebesar 75-90cm.

Gambar 3. 3 Trotoar di Jalan Ngarsopuro


Sumber : Penulis, 2023
Trotoar adalah ruang jalan khusus untuk pejalan kaki yang
didefinisikan aman dari gangguan kendaraan bermotor. Ruang ini didesain
sesuai dengan kebutuhan dasar pejalan kaki termasuk untuk pemilihan
materialnya.

17
Gambar 3. 4 Jalan di Ngarsopuro
Sumber : Penulis, 2023
Jalur khusus kendaraan adalah jalur yang dapat dilalui baik untuk
mobil, motor, ataupun kendaraan bermotor lainnya. Jalur khusus bus atau
juga disebut busway adalah jalur terpisah dari kendaraan, baik secara fisik
ataupun marka, yang hanya dapat dilalui oleh bus dan/atau BRT
b. Permasalahan dan Solusi
Terdapat permasalahan yang ada di sepanjang jalan Ngarsopuro
hingga Gatot Subroto. Antara lain sebaigai berikut.

18
Gambar 3. 5 Tiket Parkir Elektronik di Jalan Gatot Subroto
Sumber : Penulis, 2023
Mesin tiket parkir yang terdapat di jalan Gatot Subroto tidak dapat
berfungsi. Evaluasi untuk pemerintah daerah untuk merawat dan menjaga
karena mesin tiket ini memberikan keuntungan bagi pengguna untuk
mempermudah dalam menemukan tempat memarkirkan kendaraannya.
Sistem ini dirancang karena banyak kendaraan namun susah mencari
tempat parkir dan banyaknya pengguna smart phone dengan aplikasi
android maka sistem dirancang dengan menggunakan arduino, aplikasi
android, dan berbasis Internet of Things. Cara kerja sistem ini adalah
dengan menggunakan sensor IR untuk mengetahui lokasi parkir yang
tersedia, kemudian data ditransmisikan ke server dengan modul WI-FI dan
pengguna bisa melakukan reservasi atau melihat ketersediaan lokasi parkir
melalui aplikasi android di smart phone. Keuntungan dari smart parking
system ini adalah pengguna layanan bisa mengetahui lokasi parkir yang
tersedia, dapat menghitung durasi waktu masuk dan keluar dari lokasi
parkir, serta menghitung biaya yang harus dibayar secara otomatis dari
aplikasi android pengguna. Kelebihan lain yang bisa diperoleh antara lain

19
menghemat waktu, hemat bahan bakar, dan bisa digunakan selama 24 jam
(A. Elsonbaty & Shams, 2020).

Gambar 3. 6 Koridor Jalan Gatot Subroto


Sumber : Penulis, 2023
Pemasangan fasilitas peneduh dapat meningkatkan kenyamanan saat
berjalan kaki. Fasilitas peneduh dapat berupa peneduh buatan ataupun
alami yang berfungsi sebagai pelindung cuaca bagi pejalan kaki. Termasuk
di antaranya adalah pepohonan, kanopi, atau juga atap bangunan. Suatu
ruang jalan juga dapat digolongkan telah memiliki peneduh bila pada jam
paling terik ruang berjalan tersebut tertutupi bayangan gedung yang ada di
sekitarnya (artinya pejalan kaki tidak terpapar sinar matahari) secara utuh.
Akan tetapi menimbulkan permasalahan yang dimana jarak ruko
dengan kanopi tidak ada penghubung sehingga dalam keadaan hujan
pengunjung dapat terkena hujan secara langsung. Solusi dari permasalahan
diatas dapat di tambah penghubung atau di perlebar kanopinya.

20
Gambar 3. 7 Parkiran di jalan Gatot Subroto
Sumber : Penulis, 2023
Parkir kendaraan di tepi jalan sering menjadi penyebab kemacetan
di jalan raya. Salah satu solusi mengatasi masalah parkir ini dengan
membangun tempat parkir sepeda motor dengan membangun tempat
parkir bertingkat sehingga tidak membutuhkan lahan parkir yang luas.
Adapun dapat disediakan tempat parkir yaitu kantong parkir agar lalu
lintas dapat berjalan lancer dan tidak saling menunggu untuk
mengeluarkan kendaraannya dari tempat parkir.

21
Sumber : Penulis, 2023
Gambar di atas menjelaskan akan sampah yang tidak tertata dengan
rapi atau di tempatkan di tempat yang sesuai. Dari segi estetika tempat
sampah tersebut mengganggu karna terletak di per 3 an.
Dengan keadaan diatas untuk tempat sampah dapat di ambil secara
berkala sehingga dalam keadaan siang hari tempat sampah tersebut dapat
dipakai dengan baik tanpa sampah yang menumpuk. Dan dapat diletakan
di dalam gang atau sedikit jauh dari area city walk. Sehingga dapat
menjadikan area city walk jalan Gatot Subroto menjadi bersih.

22
Sumber : Penulis, 2023

Terdapat pengendara motor yang masi saja melewati area trotoar


yang diperuntukan untuk pejalan kaki. Guiding block sering juga disebut
dengan ubin taktil atau istilah lainnya ubin pemandu merupakan fasilitas
yang ditempatkan di jalur pejalan kaki atau pedestrian jalan raya untuk
menunjukkan arah atau memberikan informasi pada pejalan kaki dengan
atau pengendara. Namun pada gambar di atas bollard yang menjadi
Batasan agar kendaraan tidak masuk namun menghadangi pengguna jalan
tuna netra.
Solusi dari gambar permasalahan di atas dapat memindahkan
bollard yang menghalangi pengguna jalan tersebut agar dapat dilewati
dengan lancar tanpa tertabrak atau salah arah. Serta penertipan agar
pengguna motor tidak masuk ke area pejalan kaki.

IV.1.2 Distrik ( Kawasan )


Menurut Kevin Lynch, District merupakan wilayah yang memiliki
kesamaan (homogen). Kesamaan tadi bisa berupa kesamaan karakter/ ciri

23
bangunan secara fisik, fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan
sebagainya. Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip
(bentuk, pola, wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, dimana orang
merasa harus mengakhiri atau memulainya.

Pada Jalan ngarsopuro hingga Jalan Gatot Subroto terdapat tiga


bentuk bangunan. Yaitu bangunan kawasan ekonomi, bangunan kawasan
pendidikan, dan bangunan kawasan hunian. Kawasan ekonomi bangunan
sebagian besar berbentuk ruko atau rukan yaitu bangunan yang secara
fungsi bisa digunakan sebagai toko

24
Kevin Lynch menjelaskan petunjuk diidentifikasinya adanya sebuah
district besar karena dikenal sebagai unit tematik dan dinilai memiliki
kesamaan komponen, seperti material fasad, tekstur, ruang, bentuk, detail,
simbol, jenis bangunan, kegunaan, aktivitas, penghuni, warna, topografi,
skyline, dll.
Oleh sebab itu, pada Kawasan Jalan ngarsopuro hingga Jalan Gatot
Subroto melalui kesamaan bentuk dan fungsi bangunan ruko tersebutlah
yang diingat oleh responden, sehingga memberikan kesan sebagai district
perdagangan jasa.

IV.1.3 Nodes
nodes (simpun) yang terdapat di jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot
Subroto pada kondisi awal ada beberapa titik simpun perempatan dan
pertigaan di jalan slamet riyadi dan beberapa titik lain,untuk penguna jalan
terdapat rambu lalu lintas untuk petunjuk arah.
a. Kondisi Awal

25
Terdapat kondisi awal jalan di jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto
sebagai berikut.

Gambar : Jalan Ngarsopuro


Sumber : dokumen pribadi, 2023

Rambu lalu lintas merupakan salah satu perlengkapan jalan, dalam


bentuk lambang, huruf, angka, kalimat, dan atau perpaduan dari empat
bentuk tersebut, memiliki fungsi sebagai peringatan larangan, perintah,
atau petunjuk bagi pengguna jalan.
Dalam upaya menjaga mobilitas terjaga secara aman dan nyaman,
hadirlah rambu lalu lintas di jalan raya. Namun, meski sangat familiar
masih ada orang yang belum memahami artinya.

Gambar : Jalan Ngarsopuro


Sumber : dokumen pribadi, 2023

Sebagai pejalan kaki, pasti kita sudah tidak asing lagi dengan
penyeberangan jalan atau yang dinamakan zebra cross. Ini dapat kita
temukan di berbagai sudut jalan di berbagai belahan dunia.

26
Zebra cross dikenal sebagai marka jalan yang dirancang untuk
memberikan jalur yang aman bagi pejalan kaki untuk menyeberang jalan.
Marka jalan ini biasanya terdiri dari garis putih yang melintang di
permukaan jalan seperti lambang zebra di tengah-tengahnya.
Marka jalan satu ini merupakan elemen penting dalam sistem
transportasi perkotaan. Ia berfungsi memberikan keamanan bagi pejalan
kaki dan mengatur interaksi antara pengendara kendaraan bermotor
dengan pejalan kaki.

Gambar : Jalan Ngarsopuro


Sumber : dokumen pribadi, 2023

Kawasan parkir adalah kawasan atau areal yang memanfaatkan


badan jalan sebagai fasilitas parkir dan terdapat pengendalian parkir
melalui pintu masuk. 2. Parkir di luar badan jalan (off street parking) a.

b. permasalahan dan solusi


a. permasalahan
1. Banyaknya pengguna jalan yang belum tertib serta mematuhi peraturan lalu
lintas, sehingga mengganggu kelancaran lalu lintas serta berpotensi menjadi
penyebab kemacetan lalu lintas.
2. Penyebab kemacetan juga terjadi, karena kurangnya jumlah petugas lalu lintas
dalam mengatur jalannya lalu lintasterutama di jalan-jalan yang rawan macet.
3. Terjadi arus lalu lintas yang melewati jalan serta melampaui kapasitas jalan itu
sendiri, dapat menyebabkan kemacetan di jalan.

27
4. Adanya beberapa kendaraan yang sedang keluar masuk, atau putar balik di
jalan tertentu yang mengakibatkan kemacetan lalu lintas.
5. kendaraan yang parkir di badan jalan juga menjadi hal yang menyebabkan
kemacetan lalu lintas dan parkir menjadi problem krusial yang tak tertuntaskan.

b. Solusi
1. Mengurangi konflik di persimpangan melalui pembatasan arus tertentu,
biasanya yang paling dominan adalah dengan membatasi arus belok kanan.
2. Melakukan pelebaran jalan, juga menambah lajur lalu lintas agar tidak terjadi
kemacetan, jika hal itu memungkinkan.

Gambar: Jalan Ngarsopuro


Sumber : dokumen pribadi, 2023

3. menambah lahan parkir.

Gambar: Jalan Ngarsopuro


Sumber : dokumen pribadi, 2023

IV.1.4 Edges
Edge (batas) dapat berupa pantai, dinding, deretan bangunan, atau
jajaran pohon. Edge juga dapat berupa pembatas antara dua kawasan yang
berupa pagar tembok, atau sungai. Dalam lingkup citra Kota Surakarta
yang menjadi pembatas adalah adanya deretan bangunan dan dinding pada

28
area koridor jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto untuk
membatasi kawasan jalan tersebut.
a. Kondisi Awal
Terdapat kondisi awal batas di jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot
Subroto sebagai berikut.

Deretan bangunan merupakan salah satu yang menjadi batas jalan


Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto. Deretan bangunan tersebut
membatasi antara Kawasan jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto
dengan permukiman masyarakat. Deretan bangunan merupakan kios-kios /
toko UMKM sebagai pusat berbelanja. Selain bisa menikmati beragam
kreasi UMKM Kota Solo, di Ngarsopuro Night Market ini juga terdapat
pertunjukan musik yang sering digelar, seperti pertunjukan keroncong,
musik etnis, jass, atau akustik yang berasal dari komunitas-komunitas di
kota Solo. Serta beragam acara lain seperti Solo Jazz Festival, Solo
Keroncong Festival, Festifal Jenang Solo dan beberapa festival serta event
yang menarik lainnya. Ngarsopuro Pasar Malam Kota Solo merupakan
salah satu area yang wajib dikunjungi bila anda sedang berakhir pekan di
Solo Raya.

29
Dan disisi lain juga terdapat batas tembok atau dinding sebagai batas
jalan Ngarsopuro hingga Jalan Gatot Subroto dengan permukiman
masyarakat. Tembok tembok tersebut juga memiliki fasad yang indah
dengan disertai gambar-gambar mural yang bermotif batik, untuk
memberikan kesan menarik bagi pengunjung, karena kota solo juga
terkenal dengan kebudayaannya.

IV.1.5 Landmark
Kota Surakarta memiliki 2 keraton yaitu Keraton Kasunanan dan
Keraton Mangkunegaran. Salah satunya adalah Pura Mangkunegaran yang
merupakan salah satu kadipaten yang berada di Kota Surakarta, Pura
Mangkunegaran ini sendiri memiliki historikal yang sangat kuat.
Berdasarkan karaketeristik dari Pura Mangkunegaran ini peneliti tertarik
untuk mengetahui elemen pembentuk citra kawasan apa saja yang berada
di Kawasan Pura Mangkunegaran ini berdasarkan konsep legibility yaitu
Identitas dan Struktur, hal ini disebabkan karena kawasan mangkunegaran
saat ini merupakan kawasan yang telah di fungsikan sebagai kawasan
modern. Sedangkan Keraton Surakarta Hadiningrat atau Keraton
Surakarta adalah istana resmi Kesunanan Surakarta Hadiningrat yang
terletak di Kota Surakarta. kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi
sebagai tempat tinggal Sri Susuhunan (Sunan) dan rumah tangga istananya
yang masih menjalankan tradisi kesunanan hingga sekarang. Keraton
Surakarta kini juga merupakan salah satu objek wisata utama di Kota

30
Surakarta. Sebagian kompleks keraton terbuka untuk masyarakat umum,
dan di dalamnya terdapat pula museum yang menyimpan berbagai koleksi
milik kesunanan, seperti benda-benda pemberian atau hadiah dari raja-raja
Eropa, replika pusaka keraton, dan gamelan. Dari segi bangunannya,
Keraton Surakarta merupakan salah satu contoh arsitektur istana
Jawa yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan
serta paviliun yang luas.
Diketahui bahwa ada gapura yang berdiri di sisi selatan merupakan
lambang dari Keraton Kasunanan Surakarta. Gapura ini didominasi warna
biru muda dengan sedikit perpaduan warna putih. Kedua warna tersebut
melambangkan penolak bala atau segala hal jahat. Pada puncaknya
terdapat bentuk kuncup bunga padma. Ini merupakan simbol dari bunga
teratai yang mengandung filosofi sebagai bunga kehidupan. Dikatakan
demikian, karena bunga ini dapat tumbuh sempurna, baik itu di lumpur
atau di permukaan air sekalipun. Dalam pewayangan, bunga ini ditemukan
pada wayang gunungan, tepatnya berada di paling puncak. Jika
dianalogikan, penempatan lambang bunga padma pada gapura tersebut
memuat pengharapan agar seluruh masyarakat Kota Solo tanpa terkecuali
bisa mendapatkan kehidupan yang harum dan sejuk, serta dapat hidup
berdampingan dengan semesta dengan baik.

31
Sementara, di seberangnya atau di sisi utara terdapat gapura yang
merupakan lambang dari Pura Mangkunegaran. Gapura ini berwarna
kuning dan hijau. Filosofi yang diangkat melalui warna tersebut adalah
simbol dari kehidupan yang subur. Makna dari gapura yang bisa diambil
adalah harapan supaya wilayah Kota Solo memiliki potensi yang bisa
memakmurkan warganya. Demikian, maka masyarakat Kota Solo dapat

hidup dikeliling dengan limpahan berkah.

32
BAB V
KESIMPULAN
Dari teori tersebut maka dapat di evaluasi apa saja kekurangan dan
kondisi awal di jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto sehingga
dapat memberikan solusi untuk menjadikan jalan tersebut menjadi nyaman
dan baik. Pengaplikasian teori perkotaan menurut Kevyn Linch.
Path (jalan) yang terdapat di jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot
Subroto pada kondisi awal koridor trotoar untuk pejalan kaki masih
terdapat beberapa masalah seperti kurangnya tempat parkir yang memadai,
guiding block yang belum tertata, bolard yg tidak sesuai standar, serta
beberapa barang yang berada di sekitar jalan sehingga menghalangi
pejalan kaki.
District (Kawasan) Kevin Lynch menjelaskan petunjuk
diidentifikasinya adanya sebuah district besar karena dikenal sebagai unit
tematik dan dinilai memiliki kesamaan komponen, seperti material fasad,
tekstur, ruang, bentuk, detail, simbol, jenis bangunan, kegunaan, aktivitas,
penghuni, warna, topografi, skyline, dll. Oleh sebab itu, pada Kawasan
Jalan ngarsopuro hingga Jalan Gatot Subroto melalui kesamaan bentuk
dan fungsi bangunan ruko tersebutlah yang diingat oleh responden,
sehingga memberikan kesan sebagai district perdagangan jasa.
Nodes (simpul) terdapat beberapa masalah seperti kemacetan,
pengguna jalan yang belum tertib serta mematuhi peraturan lalu lintas,
kendaraan yang parker di badan jalan. Maka diberikan solusi dengan
mengurangi konflik di persimpangan melalui pembatasan arus tertentu,
melakukan pelebaran jalan, juga menambah lajur lalu lintas agar tidak
terjadi kemacetan, jika hal itu memungkinkan, menambah lahan parker.
Edges (batas) Deretan bangunan merupakan salah satu yang menjadi
batas jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot Subroto. Deretan bangunan
tersebut membatasi antara Kawasan jalan Ngarsopuro hingga jalan Gatot
Subroto dengan permukiman masyarakat. Deretan bangunan merupakan
kios-kios / toko UMKM sebagai pusat berbelanja.

33
Landmark, dapat disimpulkan bahwa simbol sepanjang jalan
mangkunegaran –gatot Subroto adalah 2 gapura yang berada di
perempatan ngarsopuro. Gapura yang berdiri di sisi selatan merupakan
lambang dari Keraton Kasunanan Surakarta. Gapura ini didominasi warna
biru muda dengan sedikit perpaduan warna putih. Sementara, di
seberangnya atau di sisi utara terdapat gapura yang merupakan lambang
dari Pura Mangkunegaran. Gapura ini berwarna kuning dan hijau. Filosofi
yang diangkat melalui warna tersebut adalah simbol dari kehidupan yang
subur.

34
DAFTAR PUSTAKA

35

Anda mungkin juga menyukai