Menyetujui,
Prof. Dr. Ir. Arifuddin Akil, MT Dr. techn. Yashinta K. D. Sutopo, ST. MIP
NIP. 19630504 199512 1 001 NIP. 19790117 220011 2 002
PERNYATAAN KEASLIAN
Adalah karya tulisan saya sendiri dan bukan merupakan pengambilan alihan tulisan
orang lain dan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri.
Semua informasi yang ditulis dalam skripsi yang berasal dari penulis lain telah
diberi penghargaan, yakni dengan mengutip sumber dan tahun penerbitannya. Oleh
karena itu semua tulisan dalam skripsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab
penulis. Apabila ada pihak manapun yang merasa ada kesamaan judul dan atau hasil
temuan dalam skripsi ini, maka penulis siap untuk diklarifikasi dan
mempertanggungjawabkan segala resiko.
Segala data dan informasi yang diperoleh selama proses pembuatan skripsi, yang
akan dipublikasi oleh Penulis di masa depan harus mendapat persetujuan dari Dosen
Pembimbing.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan isi skripsi ini hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi atas perbuatan tersebut.
Gowa, Mei 2023
Yang Menyatakan
KATA PENGANTAR
Alhamdullilah, segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT
yang telah memberikan nikmat kesehatan dan rahmat-Nya sehingga penyusunan
laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam senantiasa
tercurahkan kepada Rasulullah SAW sebagai panutan hidup, beserta keluarga dan
para sahabatnya.
Terlepas dari itu penulis menyadari dalam tugas akhir ini masih jauh dari kata
sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran, tanggapan, dan
penilaian demi kemajuan tugas akhir ini dan kemajuan bagi penelitian-penelitian
selanjutnya agar penelitian menjadi bermanfaat.
Penulis berharap agar tugas akhir ini dapat bermanfaat dan turut memberi andil
dalam kemajuan ilmu pengetahuan serta almamater tercinta dan segala usaha yang
telah dilakukan diridhoi dan bernilai ibadah oleh Allah SWT dan dapat menjadi
penolong bagi penulis dan seluruh pihak yang membantu di kemudian hari. Akhir
kata penulis hendak berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu
dan mendukung dalam penyusunan tugas akhir ini.
ABTRAK
Kata Kunci: 15 Minute City, Sarana Sosial Ekonomi, Hexagon Grid Data Map
v
ABTRACT
Keywords: 15 Minute City, Social Economic Facilities, Hexagon Grid Data Map
vi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
Kota merupakan rumah atau tempat tinggal bagi suatu populasi yang memiliki ciri
kepadatan tinggi, konsentrasi kegiatan ekonomi pada bidang industri, perdagangan
dan jasa, serta merupakan kawasan yang menjadi pusat pelayanan dan pusat
pengembangan ekonomi. Kota merupakan pusat pelayanan, kegiatan produksi,
distribusi, dan jasa yang mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitarnya
(National Urban Development Strategy). Kota sebagai pusat pelayanan, dan pusat
ekonomi kemudian menjadi faktor penarik dalam tren pergeseran populasi dari
daerah pedesaan ke daerah perkotaan atau dikenal dengan urbanisasi.
Selain itu baru-baru ini hadir permasalaan perkotaan dimana permasalaan bukan
hanya tentang penataan namun juga tentang isu kesehatan yaitu pandemi. Menurut
2
Carlo Pisano (2020) Urbanisasi dipandang sebagai salah satu kendaraan paling
relevan untuk penyakit menular, kondisi lingkungan yang memungkinkan
penyebarannya yang cepat. Padatnya suatu kawasan dapat memberikan kondisi
sempurna untuk tersebarnya epidemi, sehingga menciptakan tantangan baru untuk
pemerintah daerah dan komunitas global dalam pengelolaan kota.
Ancaman utama dalam proses perkembangan perkotaan saat ini adala konsep
perembetan pembangunan kota yang belum didukung dengan keseimbangan
penggunaan lahan secara tiga dimensi berupa unsur sosial, ekonomi dan lingkungan
(Shirly Wunas, 2011). Serta hadirnya pandemi yang mengakibatkan dibatasinya
mobilitas pergerakan masyarakat yang tinggi dan cenderung bergerak antar zona
sehingga pada kondisi tersebut masyarakat terkendala dalam upaya memenuhi
kebutuhan hariannya. Ini kemudian menjadi fokus pemimpin-pemimpin dunia
dimana pada forum C40 Cities sebuah koalisi walikota internasional yang berfokus
pada perubahan iklim dan keberlanjutan merekomendasikan konsep 15 minute city
3
yang dipelopori oleh Carlos Moreno dengan konsep di mana sebagian besar
penduduk dapat memenuhi kebutuhan dan aktivitas sehari-hari dalam 15 menit
berjalan kaki atau bersepeda.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kota
Max Weber dalam Sarlito (1992) mengemukakan ciri khas suatu kota sebagai
berikut:
- Ada batas-batas kota yang tegas
- Mempunyai pasar
- Ada pengadilan sendiri dan mempunyai undang-undang yang khusus
berlaku bagi kota itu, disamping undang-undang yang berlaku lebih umum.
8
seperti kesenjangan dan ketimpangan kondisi antar golongan atau antar warga,
tidak tersedianya wahana atau tempat untuk menyalurkan kebutuhan-kebutuhan
sosial budaya, seperti untuk berinteraksi dan mewujudkan aspirasi-aspirasi
sosial budayanya. Serta jaminan perlindungan hukum dan keamanan dalam
melaksanakan kehidupannya.
4. Keamanan dan Ketertiban Kota
Penurunan kualitas kehidupan masyarakat perkotaan menimbulkan banyaknya
terjadi kerusuha dan konflik antar kelompok masyarakat. Diperberat dengan
tidak disiplinnya masarakat perkotaan, semisal disiplin berlalu-lintas. Atau
maraknya demonstrasi yang dilakukan masyarakat terkait kebijakan-kebijakan
pembangunan yang dirumuskan oleh pemerintah, terutama di kota-kota besar.
5. Kapasitas Daerah dalam Pengembangan dan Pengelolaan Perkotaan
Di era desentralisasi tantangan yang dihadapi pemerintah perkotaan terkusus
kawasan lokal adalah keterbatasan kemampuan teknis dan profesional dalam
menjaring aspirasi masyarakat. Pemerintah lokal memiliki kebutuhan yang
sangat mendesak untuk membangun kapasitas lokal dalam hal perencanaan
sehingga daerah dapat mendayagunakan sumberdaya yang ada.
6. Pertumbuhan antar Kota yang Belum Seimbang
Pertumbuhan kota menengah dan kecil di luar Jawa berjalan lambat dan
pembangunannya relatif tertinggal, dikarenakan saat ini masih terpusatnya
pembangunan dan aktifnya perekonomian di Pulau Jawa-Bali. Terlebih kondisi
sosial ekonomi masyarakat yang tinggal di perdesaan, umumnya jauh tertinggal
dibandingkan dengan yang tinggal di perkotaan. Ditambah dengan adanya
kesenjangan pembangunan antar wilayah, menumbuhkan urbanisasi yang tidak
terkendali.
7. Globalisasi
Bersaing di dunia internasional merupakan tantangan yang dihadapi
pembangunan kota di era globalisasi, terkhusus pada sektor ekonomi semisal
persaingan dalam peningkatan kualitas dan kuantitas produk-produk nasional
dan dapat masuk dalam pasar global.
10
adalah jenis pelayanan dalam rangka penyediaan barang dan/atau jasa kebutuhan
dasar yang berhak diperoleh oleh setiap warga negara secara minimal.
Objek utama dalam konsep ini adalah kebutuhan dan pergerakan pejalan kaki,
meskipun pada kondisinya mobil ataupun kendaraan lainnya merupakan sebuah
pilihan dalam melakukan pergerakan, namun pergerakan ini tidak dapat ditentukan
skala dan bentuknya dalam perkotaan. Skala pelayanan berdasarkan konsep ini
diilustrasikan seperti Gambar 1 berikut:
Dalam penerapannya konsep 15 minute city juga dikenal dengan istilah 15 minute
neighborhoods, kedua frasa tersebut memiliki maksud umum yang serupa namun
city/kota lebih lebih tepat dalam menggambarkan konsep ini mengingat wilayah
13
yang tersirat di dalam radius pejalan kaki dan bersepeda di konsep ini jauh lebih
besar dari pada satu lingkungan.
Menurut Jacobs Rhonda (2021), Konsep Kota 15 menit merupakan ide dimana kota
harus dirancang atau didesain ulang sehingga dalam jarak 15 menit berjalan kaki
atau bersepeda, masyarakat dapat menghayati esensi dari apa yang membentuk
pengalaman perkotaan: untuk mengakses pekerjaan, perumahan, makanan,
kesehatan, pendidikan, budaya dan waktu luang. Konsep kota ini merupakan
konsep yang berlawanan arah dengan urbanisme modern, upaya untuk menyatukan
kehidupan ke dalam ruang yang manusiawi dari pada memecahnya menjadi ukuran
yang tidak manusiawi dan kemudian memaksa kita untuk beradaptasi.
sekolah yang memiliki kualitas yang baik walaupun memiliki jarak yang jauh
dan aksesibilitas yang buruk.
2.2.3 Pelayanan
Dalam konsep kota 15 menit, pelayanan yang beragam harus ada dalam suatu
kawasan lokal agar masyarakat dapat memenuhi sebagian besar atau semua
kebutuhan mereka dengan berjalan kaki singkat atau bersepeda dari rumah. Ini
dimaksudkan untuk berfungsi sebagai model menghubungkan kembali orang ke
lingkungan mereka dan melokalkan kehidupan kota. Moreno dkk. (2021) dalam
Elizabeth (2022) menyatakan bahwa ada enam kategori utama harus ada yaitu
Living, Working, Commerce, Healthcare, Education, Entertaiment. Sementara itu
dalam beberapa penelitian lainnya, pelayanan dalam konsep 15 minute city
diinterpretasikan dalam poin yang berbeda, dikarenakan budaya dan prioritas
kebutuhan masyarakat yang berbeda ada setiap wilayah.
radius pertama dan kedua. Jangkauan total dalam radius ini adalah tiga mil dari
waktu tempuh sepeda selama 15 menit dengan populasi didalamnya berkisar
350.000 jiwa.
1. Ini adil secara sosial ekonomi — mereka yang tidak memiliki mobil dapat
dengan mudah mengakses semua kebutuhan mereka. Persyaratan ini akan
menjadi perpanjangan logis dari persyaratan aksesibilitas bangunan saat ini.
2. Areanya cukup kecil sehingga mengukur keragaman, secara seimbang,
menghasilkan indikator yang berguna. Di wilayah geografis yang lebih luas,
21
2.3 Mobilitas
pada lokasi tujuan sangat lama namun mereka dikatgorikan migran non
permanen dikarenakan tidak adanya niat menetap di daerah tersebut.
- Mobilitas ulang alik atau mobilitas hari
Yaitu pergerakan penduduk yang terjadi karena aktifitas harian
semisal pekerjaan yang harus melakukan perjalanan dari tempat
tinggal nya ke tempat kerjanya di daerah lain dengan pola pulang
pergi.
- Mobilitas bermusim / mondok
Yaitu pergerakan penduduk berupa pekerjaan atau keperluan tertentu
untuk sementara waktu menetap disuatu daerah dan dalam jangka
waktu tertentu untuk kembali ke tempat tinggalnya.
- Mobilitas tradisional
Yaitu penduduk melakukan mobilitas atas dasar untuk memenuhi
kebutuhan primer terutama pangan.
- Mobilitas pra-modern
Merupakan transisi dari mobilitas tradisional menuju mobilitas
modern. yaitu penduduk melakukan mobilitas dengan tujuan yang
lebih luas bukan hanya sekedar untuk cukup pangan, misalnya
kesenangan dan kenyamanan.
- Mobilitas modern
Yaitu mobilitas penduduk yang di lakukan melampaui batas negara
dengan berbagai macam-macam tujuan baik kegiatan perdagangan
maupun berwiraswasta.
Dua tujuan pergerakan pertama (bekerja dan pendidikan) disebut tujuan pergerakan
utama yang merupakan keharusan untuk dilakukan oleh setiap orang setiap hari,
sedangkan tujuan pergerakan lain sifatnya hanya pilihan dan tidak rutin dilakukan.
2.4 Aksesibilitas
2.4.1 Konsep Aksesibilitas
Aksesibilitas berdasarkan Penchansky dan Thomas (1981) dijelaskan dalam hal
keterjangkauan (affordability), akseptabilitas (acceptability), ketersediaan
(availability) dan kecukupan (adequacy). Black (1981) mengatakan bahwa
aksesibilitas adalah konsep yang menggabungkan sistem pengaturan tata guna
lahan secara geografis dengan sistem jaringan transportasi yang
menghubungkannya. Sementara itu, Edmonds (1994) menyampaikan bahwa
indikator aksesibilitas adalah nilai numerik, yang mengindikasikan mudah atau
sulitnya untuk mendapatkan akses ke barang-barang dan pelayanan.
26
desain keruangan unit-unit atau kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini
dapat terkait dengan bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai
konteks lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius area layanan terkait dengan kebutuhan dasar
sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area tertentu.
2 Identifikasi Jangkauan Pelayanan Penelitian ini bertujuan untuk Hasil dari penelitian ini Keterkaitan dengan Bhumiphala: Jurnal
Jangkauan Pelayanan 1. Fasilitas mengidentifikasi jangkauan pelayanan menunjukkan bahwa penelitian ini adalah Pengembangan
Fasilitas Publik di pendidikan fasilitas publik dengan teknik analisis persebaran jangkauan penggunaan metode Daerah, 1(1), 36-
Kecamatan Jumo, 2. Fasilitas spasial dimana dilakukan identifikasi pelayanan fasilitas spasial Network Analisis 44.
Kabupaten peribadatan persebaran fasilitas publik, kemudian pendidikan dan kesehatan di dalam melihat jangkauan
Temanggung. 3. Fasilitas kesehatan menganalisis jangkauan pelayanan Kecamatan Jumo belum pelayanan sarana sebagai
30
Kota 15 Menit
Parameter Determinan Aksesibilitas Eksisting Kawasan Suburban Kota Makassar Menerapkan Konsep 15 Arahan Peningkatan Aksesibilitas
Pelayanan Sarana Sosial Ekonomi Minute City Berdasarkan Parameter Determinan Berdasarkan Konsep 15 Minute City
Permasalahan Perkotaan Isu Perkotaan Pelayanan 15 Minute City Hirarki Pelayanan Aksesibilitas Sarana Lokal
Urbanisasi Pandemi Tempat tinggal, perkantoran, Radius berjalan kaki 5 menit Ketersediaan Sarana pelayanan
Kemiskinan di Sustainable pendidikan, kesehatan, Radius berjalan kaki 15 menit angkutan umum
perkotaan Development perdagangan, dan huburan. Radius bersepeda 5 menit umum Sarana pendidikan
Kualitas lingkungan Goals (SDGs) Radius bersepeda 15 menit Kondisi jalan Sarana kesehatan
hidup perkotaan Standar Jarak ke pusat Sarana sosial dan
Keamanan dan pelayanan aktifitas budaya
ketertiban kota
minimum Sarana
(SPM) perdagangan dan
Kapasitas Daerah dalam
niaga
Pengembangan dan Arahan Penataan Sarana Sosial Ekonomi Untuk
Meningkatkan Aksesibilitas Berbasis Konsep 15 Minute Sarana ruang
Pengelolaan Perkotaan terbuka publik
City di Kawasan Suburban Kota Makassar
Pertumbuhan kota yang
belum seimbang
Globalisasi
Gambar 9 Kerangka Konsep
Sumber: Penulis 2023
33
BAB III
METODE PENELITIAN
statistik. Digunakan dalam penelitian inferensial untuk menguji hipotesis. Hasil uji
statistik dapat menyajikan signifikansi hubungan yang dicari antar variabel.
Sehingga, arah hubungan yang diperoleh bergantung pada hipotesis dan hasil uji
statistik, bukan logika ilmiah.
Dalam penelitian ini dengan judul Arahan Penataan Sarana Sosial Ekonomi Untuk
Meningkatkan Aksesibilitas Berbasis Konsep 15 Minute City di Kawasan Suburban
Kota Makassar merupakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.
Untuk melakukan penelitian ini maka dibutuhkan beberapa komponen data yang
mendukung dalam proses analisis sesuai rumusan yang telah dilakukan. Adapun
data yang dibutuhkan seperti pada Tabel 3 berikut ini:
1. Sarana niaga
2. Sarana pendidikan
Network Analisis
3. Sarana kesehatan Eksisting kawasan suburban
Mengetahui gambaran eksisting Kondisi (Service Area) dan
4. Sarana transportasi Kota Makassar menerapkan
kawasan suburban Kota Makassar eksisting Analisis Spasial
2 5. Kepadatan bangunan konsep 15 minute city
menerapkan konsep 15 minute city kawasan (Hexagon grid data
6. Kepadatan penduduk berdasarkan parameter
berdasarkan parameter determinan. suburban map)
7. Jalur hijau/jalur determinan.
pedestrian
8. Konektivitas Jalan
Mengetahui parameter
determinan
aksesibilitas Sintesis Literatur dan
Bobot setiap parameter
1 pelayanan sarana Analisis AHP dengan
penentu
sosial ekonomi Expert Choice
berdasarkan konsep
15 minute city.
Mengetahui gambaran
Eksisting kawasan
eksisting kawasan Network Analisis
suburban Kota
suburban Kota (Service Area) dan
Makassar menerapkan
2 Makassar menerapkan Analisis Spasial
konsep 15 minute city
konsep 15 minute city (Hexagon grid data
berdasarkan parameter
berdasarkan parameter map)
determinan.
determinan.
Mengetahui arahan
penataan lokasi
saranan sosial
ekonomi untuk
meningkatkan
Arahan penataan lokasi
3 aksesibilitas Analisis Deskriptif
saranan sosial ekonomi.
pelayanan perkotaan
berdasarkan konsep
15 minute city di
kawasan suburban
Kota Makassar.
Sumber: Penulis, 2023
1. Sintesis Parameter
Berdasarkan paramater-parameter aksesibilitas dan konsep 15 Minute City
yang dikumpulkan sesuai dengan prinsip yang ada, maka langkah pertama
dimulai dengan menentukan variabel pendukung dan variabel penghambat.
Keberagaman
Jalur pejalan
Kondisi jalan yang baik
Walkability area kaki/Jalur hijau
lebar dan tidak rusak,
serta muda untuk dilalui Konektivitas Jalan
Tersedianya angkutan
umum ke arah lokasi dan Transportasi
muda dijangkau serta Umum
cepat mendapatkannya.
2. Parameter Determinan
Untuk mengetahui tingkat kepentingan parameter yang mempengarui
aksesibilitas lokal sarana sosial ekonomi digunakan analisis AHP. Menurut
Nugeraha (2017), AHP adalah sebuah konsep untuk pembuatan keputusan
berbasis multicriteria (kriteria yang banyak). Beberapa kriteria yang
dibandingkan satu dengan lainnya (tingkat kepentingannya). AHP adalah suatu
metode pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio terbaik dari
perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontiniu. AHP sangat cocok
dan flelsibel digunakan untuk menentukan keputusan yang menolong seorang
untuk mengambil keputusan yang efisien dan efektif berdasarkan segala aspek
yang dimilikinya (Riadi, 2020).
Nilai
Kepentingan Definisi
1. Jangkauan Pelayanan
Network Analisis digunakan untuk melihat area cakupan dari objek sarana,
dimana cakupan didasarkan pada standar jangkauan ataupun waktu tempuh
melalui objek jaringan jalan. Jangkauan pelayanan adalah jarak terjauh yang
harus ditempuh oleh masyarakat untuk menuju lokasi suatu pusat pelayanan.
43
1. 15 Minute City merupakan konsep kota mandiri dimana upaya pelayanan ideal
kebutuhan dan keinginan dasar masyarakat berada pada lingkungan yang dapat
diakses dengan berjalan kaki/berkendara selama 15 menit.
2. Pedestrian Oriented Development merupakan konsep ruang kota yang
berorientasi pada kebutuhan pejalan kaki.
45
Perlu adanya pergeseran penekanan perencanaan dari aksesibilitas lingkungan ke fungsi perkotaan menjadi kedekatan fungsi perkotaan
Latar
di dalam suatu lingkungan. Dimana lingkungan harus menjadi konteks spasial di mana penduduk memenuhi kebutuhan dasarnya,
berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain.
Rumusan
Masalah
Apa yang menjadi parameter determinan aksesibilitas Bagaimana gambaran eksisting Bagaimana arahan penataan lokasi
pelayanan sarana sosial ekonomi berdasarkan konsep kawasan suburban Kota Makassar saranan sosial ekonomi lokal untuk
15 minute city? menerapkan konsep 15 minute city meningkatkan aksesibilitas pelayanan
berdasarkan parameter determinan? perkotaan berdasarkan konsep 15 minute
Input
Prinsip Aksesibilitas
3. Sarana kesehatan
Tjiptono (2014) 4. Sarana transportasi
5. Pusat Kegiatan
Hirarki pelayanan
6. Kepadatan penduduk
(Duany dan Steuteville, 2021)
7. Jalur hijau/jalur pedestrian
8. Konektivitas tinggi
Analisis
Teknik
Arahan Penataan Sarana Sosial Ekonomi Untuk Meningkatkan Aksesibilitas Berbasis Konsep 15 Minute City Di Kawasan Suburban Kota Makassar
Output
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kota Makassar yang merupakan salah satu daerah pusat pelayanan di Provinsi
Sulawesi Selatan, dengan aktivitas utama sebagai pusat kegiatan industri, pusat
kegiatan pemerintahan, simpul jasa angkutan barang dan penumpang, pusat
pelayanan pendidikan dan kesehatan.
Kota Makassar merupakan salah satu pemerintahan kota dalam wilayah Provinsi
Sulawesi Selatan yang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun
1959 tentang Pembentukan Daerah-daerah Tingkat II di Sulawesi, sebagaimana
yang tercantum dalam Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor
74 dan Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1822. Kota
Makassar menjadi ibukota Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan Undang-Undang
Nomor 13 Tahun 1965, (Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 94), dan kemudian
berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 Daerah Tingkat II Kotapraja
Makassar diubah menjadi Daerah Tingkat II Kotamadya Makassar.
Berdasarkan data BPS tahun 2022 penduduk Kota Makassar pada tahun 2022
mencapai 1.427.619 jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk per tahun yakni
0,26% dan kepadatan penduduk 8.122 penduduk per km2. Kondisi demografi Kota
Makassar dapat dilihat pada Tabel 10 sebagai berikut:
Jumlah
Rasio Laju Kepadatan
Penduduk
No Kecamatan jenis pertumbuhan penduduk
Tahun 2021
kelamin penduduk (jiwa/km2)
(Jiwa)
1 Mariso 57.594 100,74 0,30 31.645
2 Mamajang 56.056 96,44 0,02 24.914
3 Tamalate 181.533 99,98 0,40 8.982
4 Rappocini 144.619 95,92 0,03 15.668
5 Makassar 82.142 98,20 0,10 32.596
6 Ujung Pandang 24.526 94,17 0,01 9.325
7 Wajo 30.033 99,81 0,21 15.092
8 Bontoala 55.102 98,47 0,20 26..239
9 Ujung Tanah 35.947 100,24 0,45 8.170
10 Kep. Sangkarang 14.187 98,81 0,45 9.212
11 Tallo 145.400 101,63 0,30 24.940
12 Panakkukang 139.635 99,64 0,04 8.190
13 Manggala 147.549 99,66 0,57 6.112
14 Biringkanaya 210.076 99,92 0,50 4.357
15 Tamalanrea 103.220 99,25 0,05 3.242
Makassar 1.427.619 99,22 0,26 8.122
Sumber: BPS Kota Makassar Tahun 2022
Secara geologis Kota Makassar terbentuk dari batuan hasil letusan gunung api
(vulkanik) dan endapan dari angkutan sedimen sungai Jeneberang dan sungai Tello.
Batuan dasar yang mengalami pengendapan di kawasan tersebut merupakan
sedimen marine kompak berumur moisen atas berupa: tufa, breksi, batu pasir, batu
gamping (RPJMD Kota Makassar Tahun 2021-2026).
jauh lebih baik dan berbudaya serta berbasis pada kepentingan masyarakat dan juga
bisa menjadi ruang tamu Indonesia Timur.
Secara garis besar Kota Makassar beriklim tropis karena wilayah ini dipengaruhi
monsoon barat dan pola curah hujan ekuatorial karena letak geografisnya di dekat
ekuator. Temperatur udara rata-rata bulanan Kota Makassar berkisar antara 25,3 –
26,13º C. Temperatur udara rata-rata bulanan tertinggi terjadi pada bulan Oktober
dan November, dan terendah pada bulan Agustus. Suhu udara minimum rata-rata
bulanan berkisar antara 25,3º C yang terjadi pada bulan Agustus dan tertinggi 28,4º
C pada bulan Oktober. Suhu udara maksimum ratarata bulanan berkisar antara 30,1º
C pada bulan Oktober dan minimum 22,3º C pada bulan September.
Curah hujan rata-rata bulanan terjadi di musim hujan dan musim kemarau, dengan
curah hujan rata-rata bulanan lebih besar dari 200 mm terjadi pada bulan Desember
sampai April. Musim kemarau dengan curah hujan rata-rata bulanan lebih kecil dari
200 mm terjadi pada bulan Mei sampai November. Besar curah hujan rata-rata
bulanan berkisar antara 10 sampai 664 mm dengan curah hujan terendah terjadi
pada bulan September dan tertinggi pada bulan Februari. Kelembapan udara yang
relatif tinggi yaitu berkisar antara 71,8 sampai 87,4%. Kelembapan udara tertinggi
terjadi pada bulan Januari kemudian menurun sampai terendah pada bulan
September dan naik lagi sampai pada bulan Desember.
Penyinaran matahari rata- rata bulanan di kota Makassar berkisar antara 43,7
sampai 92%. Penyinaran matahari cenderung meningkat dari bulan Mei sampai
mencapai maksimum pada bulan September, kemudian menurun sampai bulan
Desember. Kecepatan berkisar antara 8 sampai 14 knot (RPJMD Kota Makassar
Tahun 2021-2026).
51
Lokasi penelitian berada di lima kecamatan yang berada di lingkar luar administrasi
Kota Makassar yang terhubung dan termasuk kawasan suburban Kota Makassar
meliputi Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrean, Manggala, Rappocini, dan
Tamalate. Penentuan lokasi penelitian didasari dengan melihat fenomena
perkembangan kota yang mengarahkan pembangunan perumahan di wilayah
suburban, berfokus mengatasi kebutuhan hunian yang mengutamakan efisiensi
prasarana kota, cenderung berkembang tidak terpola dan terstruktur ( ).
a. Kecamatan Tamalate
Dari luas wilayah tersebut tercatat bahwa Kelurahan Barombong memiliki wilayah
terluas yaitu 8,31 km2, terluas kedua adalah Kelurahan Tanjung Merdeka dengan
luas wilayah 4,39 km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah
Kelurahan Bungaya yaitu 0,41 km2. (Rencana Strategis Kecamatan Tamalate Tahun
2014-2019).
52
b. Kecamatan Rappocini
Kecamatan Rappocini terdiri dari 10 kelurahan dengan luas wilayah 10,96 km2.
Dari luas wilayah tersebut tercatat bahwa Kelurahan Gunung Sari memiliki wilayah
terluas yaitu 3,64 km2, terluas kedua adalah Kelurahan Banta-bantaeng dengan luas
wilayah 1,46 km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kelurahan
Bontomakia yaitu 0,28 km2.
c. Kecamatan Manggala
Kecamatan Manggala terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 22,91 km2. Dari
luas wilayah tersebut tampak bahwa Kelurahan Tamangapa memiliki wilayah
terluas yaitu 7,4 km2 dengan persentase luas terhadap kecamatan adalah 31,6%,
terluas kedua adalah Kelurahan Antang dengan luas wilayah 5,27 km2, sedangkan
yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kelurahan Borong dan Kelurahan Batua
dengan luas masing-masing 1,33 km2 dan 1,89 km2.
53
d. Kecamatan Biringkanaya
Kecamatan Biringkanaya terdiri dari 7 kelurahan dengan luas wilayah 36,78 km².
Dari luas wilayah tersebut Kelurahan Paccerakkang memiliki wilayah terluas yaitu
7,32 km², terluas kedua adalah Kelurahan Sudiang Raya dengan luas wilayah 6,75
km², sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kelurahan Untia yaitu
2,93 km² (Kecamatan Biringkanaya Dalam Angka Tahun 2022).
e. Kecamatan Tamalanrea
Kecamatan Tamalanrea terdiri dari 6 kelurahan dengan luas wilayah 38,57 km2.
Dari luas wilayah tersebut tercatat bahwa Kelurahan Parangloe memiliki wilayah
terluas yaitu 10,63 km2, terluas kedua adalah Kelurahan Bira dengan luas wilayah
8,67 km2, sedangkan yang paling kecil luas wilayahnya adalah Kelurahan
Tamalanrea Jaya yaitu 3,67 km2.
54
Jumlah Penduduk yang ada di Lokasi penelitian pada tahun 2021 terhitung
sebanyak 807.992 jiwa, jika dibandingkan dengan jumlah penduduk dari Kota
Makassar maka didapatkan bahwa dalam lokasi penelitian terdapat 56,6% dari
jumlah penduduk di Kota Makassar. Jumlah Penduduk dan Kepadatannya dapat
dilihat pada Tabel 11 berikut ini:
Jumlah Kepadatan
Kecamatan Kelurahan Penduduk penduduk
(Jiwa) (jiwa/km2)
Jumlah Kepadatan
Kecamatan Kelurahan Penduduk penduduk
(Jiwa) (jiwa/km2)
Sesuai dengan tata guna lahan di lokasi penelitian bahwa terdapat beberapa jenis
penggunaan lahan yang berada di Kecamatan Tamalate, Rappocini, Manggala,
Biringkanaya dan Tamalanrea seperti permukiman, pendidikan, perdagangan dan
jasa, industri, sawah, ladang, dan sebagainya. Penggunaan lahan di lokasi penelitian
dapat dilihat pada Tabel 12 serta Gambar 15 berikut ini:
Berdasarkan kalkulasi secara total panjang jaringan jalan di Kota Makassar ialah
1894640,827 meter, meliputi 4 jenis jaringan jalan. Dengan persentase ruas jaringan
jalan yang berada pada lokasi penelitian yaitu sebesar 65,9 % dari total panjang
keseluruhan jalan. Adapun ruas jaringan jalan dapat dilihat pada Gambar panjang
ruas jaringan jalan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 13.
Berdasarkan kelasnya terdapat tiga ruas jalan yang dinilai memiliki tingkat volume
lalu lintas tinggi yaitu jalan tol, dan arteri primer. Dalam lokasi penelitian jalan
yang termasuk dalam kategori tersebut tersebut yaitu Jl. Tol Insinyur Sutami, Jl.
Perintis Kemerdekaan, Jl. A. P. Pettarani, dan Jl. Sultan Alauddin. Kondisi jaringan
jalan pada lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 16 dan Gambar 17 di atas.
Jenis Kecamatan
Sekolah Biringkanaya Manggala Tamalate Rappocini Tamalanrea Total
TK 121 81 52 59 54 367
KB 43 18 22 24 20 127
TPA 8 3 4 4 1 20
SPS 8 0 2 1 2 13
PKBM 6 8 8 4 1 27
SKB 1 0 0 0 0 1
SD 55 44 49 39 38 225
SMP 26 20 23 21 16 106
SMA 14 13 10 14 11 62
SMK 11 7 15 10 6 49
SLB 6 5 2 0 1 14
Total 299 199 187 176 150 1011
Sumber: Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan
Pendidikan Menengah Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan
Teknologi 2023
Sarana Kecamatan
Kesehatan Biringkanaya Manggala Tamalate Rappocini Tamalanrea Total
RSUD 2 0 1 0 0 3
RSU 1 0 0 0 1 2
RS 0 0 2 2 2 6
RSIA 1 2 0 5 2 10
Puskesmas 5 4 4 3 4 20
Total 9 6 7 10 9 41
Sumber: Sintesis Penulis 2023
Total dalam wilayah penelitian terdapat 3 RSUD, 2 RSU, 6 RS, 10 RSIA, dan 20
Puskesmas. Dimana berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanannya, di
wilayah penelitian terdapat 12 rumah sakit kelas C, 8 rumah sakit kelas A dan 1
rumah sakit kelas A. dimana Kecamatan Rappocini merupakan kecamatan dengan
sarana kesehatan terbanyak yaitu 10 sarana dan Kecamatan Manggala merupakan
kecamatan dengan sarana kesehatan tersedikit yaitu 6 sarana. Adapun persebaran
sarana kesehatan di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 20 dan Gambar
21.
66
Adapun dalam penelitian ini yang menjadi fokus sarana ekomomi/niaga ialah pasar
dan minimarket, dimana 2 sarana ini merupakan sarana utama dan yang paling
sering dituju masyarakat upaya memenuhi kebutuhan dasarnya. Adapun peneliti
melakukan pendataan mengenai pasar dan minimarket yang tersebar di wilayah
penelitian diperoleh data bahwa terdapat total 437 sarana ekonomi/niaga yang
tersebar di 5 kecamatan wilayah penelitian. Dimana Kecamatan Rappocini menjadi
kecamatan dengan sarana terbanyak yaitu 130 sarana dengan jumlah pasar dan
minimarket masing-masing yaitu 7 dan 123 sarana. Dan kecamatan Tamalanrea
menadi kecamatan dengan sarana tersedikit yaitu 57 sarana dengan jumlah pasar
dan minimarket masing-masing yaitu 1 dan 56 sarana. Lebih lengkapnya mengenai
persebarannya dapat dilihat pada Tabel 17.
Sarana Kecamatan
Ekonomi Biringkanaya Manggala Tamalate Rappocini Tamalanrea Total
Pasar 6 8 6 7 1 31
Alfa/Indomaret 90 61 76 123 56 406
Total 96 69 82 130 57 437
Sumber: Sintesis Penulis 2023
4.2.8 Transportasi
Adapun persebaran Halted dan Trayek di lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 24.
72
Parameter C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
C8 2,78 3,11 3,57 1,50 5,92 1,11 1,78 1,00
Jumlah 9,68 14,50 10,88 14,37 24,67 4,46 7,65 4,27
Sumber: Penulis 2023
Nilai dalam setiap cell pada matriks didapatkan dari gabungan empat responden
dengan cara mengalikan masing-masing nilai cell dari setiap responden dalam tabel
matriks yang sama lalu dilakukan skoring dan di akar pangkat empatkan. Matriks
nilai setiap responden dapat dilihat pada Lampiran 3.
bobot 0,23 dari nilai maksimal 1 atau memiliki bobot 23% dari nilai maksimal
100% yang menandakan 2 parameter ini merupakan nilai dominan dibandingkan
dengan parameter lain. Hal ini menunjukkan bahwa pelayanan utulitas prasarana
ternyata memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap keputusan masyarakat
dalam melakukan pergerakan di lingkungannya.
Kemudian parameter yang dirasa cukup penting yaitu pertama berada di jalan
dengan konektivitas tinggi dimana tingginya konektivitas jalan dapat
mempermudah opsi masyarakat dalam melakukan mobilitas menuju sarana dimana
parameter ini memiliki bobot 0,13 dari nilai maksimal 1 atau memiliki bobot 13%
dari nilai maksimal 100%, yang kedua yaitu dekatnya akses terhadap sarana
pendidikan dengan bobot 0,11 dari nilai maksimal 1 atau memiliki bobot 11% dari
nilai maksimal 100%, dan yang ketiga yaitu dekatnya akses terhadap sarana
ekonomi dengan bobot 0,10 dari nilai maksimal 1 atau memiliki bobot 10% dari
nilai maksimal 100%.
Adapun parameter yang dirasa tidak terlalu penting yaitu pertama berada dekat
dengan pusat kegiatan dimana parameter ini memiliki bobot 0,08 dari nilai
maksimal 1 atau memiliki bobot 8% dari nilai maksimal 100%, kedua yaitu
dekatnya akses pada sarana kesehatan dimana parameter ini memiliki bobot 0,07
dari nilai maksimal 1 atau memiliki bobot 7% dari nilai maksimal 100%, dan
terakhir yaitu berada di wilayah padat penduduk dimana parameter ini memiliki
bobot 0,04 dari nilai maksimal 1 atau memiliki bobot 4% dari nilai maksimal 100%.
Hasil penilaian yang dilakukan dalam perhitungan AHP tentunya perlu diuji apakah
bobot setiap prioritas telah valid atau belum. Pengujian validitas dari setiap faktor
dilakukan melalui indeks konsistensi dan rasio konsistensi yang dapat dilihat pada
Persamaan 1-3 berikut ini (Saaty, 1990);
maks = (ƩC1 x Bobot C1) +…..+ ( ƩCn x Bobot Cn) ................................. (1)
CI = ( maks – n)/(n-1) ........................................................................................ (2)
RI = 1,41
77
Keterangan:
CI = Indeks konsistensi (consistency index)
RI = Rasio Indek jumlah parameter (1,41)
CR = Rasio konsistensi (consistency ratio)
N = Jumlah parameter
Ukuran sisi grid hexagon ditetapkan menjadi 75 meter setiap sisi yang ditetapkan
berdasarkan pengamatan penulis dimana luas area yang dihasilkan hexagon tersebut
dapat diamati karakteristiknya secara jelas. Setiap grid hexagon kemudian akan
diberikan nomor khusus yang akan menjadi pembeda dan pengenal untuk setiap
grid hexagon.
Penilaian dilanjutkan dengan mengalikan setiap harkat pada grid dengan bobot
AHP untuk kriteria jarak terhadap parameter dekat dengan sarana pendidikan yaitu
0,11 atau 11%. Dapat dilihat pada Tabel 23.
Gambar 27 Peta Penilaian Grid Hexagon Terhadap Pelayanan TSD dan SMP
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
84
Gambar 28 Peta Penilaian Grid Hexagon Terhadap Pelayanan SMA dan SMK
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
85
Gambar 29 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Pelayanan Sarana Pendidikan
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
86
Standar Kecepatan
No Radius Standar Jangkauan
Barjalan
Penilaian dilanjutkan dengan mengalikan setiap harkat pada grid dengan bobot
AHP untuk kriteria jarak terhadap parameter dekat dengan sarana kesehatan yaitu
0,07 atau 7%. Dapat dilihat pada Tabel 25.
Gambar 30 Peta Penilaian Grid Hexagon Terhadap Pelayanan Puskesmas dan Rumah Sakit
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
88
Gambar 31 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Pelayanan Sarana Kesehatan
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
89
Penilaian dilanjutkan dengan mengalikan setiap harkat pada grid dengan bobot
AHP untuk kriteria jarak terhadap parameter dekat dengan sarana ekonomi yaitu
0,10 atau 10%. Dapat dilihat pada Tabel 27.
Gambar 32 Peta Penilaian Grid Hexagon Terhadap Pelayanan Pasar dan Minimarket
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
91
Gambar 33 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Pelayanan Sarana Ekonomi
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
92
Berdasarkan data Rencana Tata Ruang dan Wilayah Kota Makassar terdapat
beberapa pusat kegiatan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala,
Rappocini, dan Tamalate, dilakukan digitasi titik setiap sarana kemudian dilakukan
Network Analisis jangkauan pelayanan berdasarkan konsep 15 minute city. Adapun
Tabel jangkauan dapat dilihat pada Tabel 28.
Penilaian dilanjutkan dengan mengalikan setiap harkat pada grid dengan bobot
AHP untuk kriteria jarak terhadap parameter dekat dengan pusat kegiatan yaitu 0,08
atau 8%. Dapat dilihat pada Tabel 29.
Gambar 34 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Jangkauan Pusat Kegiatan
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
94
Berdasarkan data BPS Kota Maklassar tentang persebaran penduduk dan kepadatan
penduduk di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala, Rappocini, dan
Tamalate, dilakukan digitasi pengimputan nilai kepadatan penduduk pada setiap
kelurahan yang berada pada wilayah penelitian kemudian dilakukan di klasifikasi
kepadatan penduduk berdasarkan SNI 03-1733-2004. Adapun klasifikasi kepadatan
penduduk berdasarkan SNI 03-1733-2004 dapat dilihat pada Table 30.
Penilaian dilanjutkan dengan mengalikan setiap harkat pada grid dengan bobot
AHP untuk kriteria jarak terhadap parameter berada di wilayah padat penduduk
yaitu 0,04 atau 4%. Dapat dilihat pada Tabel 31.
Gambar 35 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Wilayah Padat Penduduk
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
96
Berdasarkan RTRW Kota Makassar terdapat beberapa ruang terbuka berupa taman,
lapangan, maupun jalur hijau di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea, Manggala,
Rappocini, dan Tamalate, kemudian dilakukan digitasi persebarannya dan
dilakukan Buffer untuk mengetahui jangkaun RTH dan jalur pejalan kaki dengan
rentan jarak tertentu. Adapun rentan jarak yang digunakan penulis dilihat pada
Tabel 32.
Tersedia jalur Jika pada unit grid telah tersedia taman pada jarak ≤50m.
1
pejalan kaki
Jika pada unit grid telah tersedia taman pada jarak 50-100m.
Berada dekat Jika pada unit grid telah tersedia taman pada jarak ≤50m.
2
dengan RTH Jika pada unit grid telah tersedia taman pada jarak 50-100m.
Sumber: Penulis, 2023
Penilaian dilanjutkan dengan mengalikan setiap harkat pada grid dengan bobot
AHP untuk kriteria jarak terhadap parameter dekat dengan sarana ekonomi yaitu
0,23 atau 23%. Dapat dilihat pada Tabel 33.
Tabel 33 Klasifikasi Nilai Berdasarkan Jangkauan Jalur Pejalan Kaki dan RTH
Kode Faktor Klasifikasi Harkat Bobot Nilai
50 m 4 92
Tersedia jalur pejalan kaki
100 m 3 69
C6 23
50 m 2 46
Berada dekat dengan RTH
100 m 1 23
Sumber: Penulis, 2023
Gambar 36 Peta Penilaian Grid Hexagon Terhadap Jangkauan Jalur Pejalan Kaki dan RTH
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
98
Gambar 37 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Jangkauan Jalur Pejalan Kaki dan RTH
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
99
Berdasarkan data jaringan jalan Kota Makassar dalam RTRW Kota Makassar,
dilakukan pengolahan menggunakan DepthamapX dan didapatkan ruas-ruas jalan
yang memiliki tingkat konektivitas tinggi di Kecamatan Biringkanaya, Tamalanrea,
Manggala, Rappocini, dan Tamalate, persebaran ruas-ruas konektivitas jaringan
jalan dapat dilihat pada Gambar 17. Adapun interval tingkat konektivitas jalan
dapat dilihat pada Tabel 34.
Penilaian dilanjutkan dengan mengalikan setiap harkat pada grid dengan bobot
AHP untuk kriteria jarak terhadap paramer konektivitas jaringan jalan yaitu 0,13
atau 13%. Dapat dilihat pada Tabel 35.
Gambar 38 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Konektivitas Jaringan Jalan
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
101
Penilaian dilanjutkan dengan mengalikan setiap harkat pada grid dengan bobot
AHP untuk kriteria jarak terhadap parameter pelayanan sarana transportasi yaitu
0,24 atau 24%. Dapat dilihat pada Tabel 37.
Gambar 39 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Pelayanan Sarana Transportasi
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
103
Gambar 40 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Aksesibilitas Sarana Sosial Ekonimi Berdasar Parameter Determinan
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
105
Dari peta penilain total grid hexagon terhadap aksesibilitas sarana sosial ekonomi
berdasarkan parameter determinan yang diamati karakteristiknya pada persebaran
permukiman diperoleh data pada Tabel 39 berikut ini:
Berdasarkan tabel diatas total grid hexagon di Kec. Biringkanaya yaitu sebanyak
1550 grid, Kec. Manggala yaitu sebanyak 960 grid, Kec. Rappocini yaitu sebanyak
759 grid, Kec. Tamalanrea yaitu sebanyak 752 grid, dan Kec Tamalate yaitu
sebanyak 903 grid, ini menunjukkan bahwa persebaran penduduk cukup luas di
Kec. Biringkanaya hal ini sesui dimana pada wilayah penelitian Kec. Biringkanaya
merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk yang paling tinggi. Adapun dari
total 4924 grid terdapat 457 grid dengan klasifikasi sangat rendah yang tersebar di
5 kecamatan dimana Kec. Biringkanaya dan Tamalanrea memiliki grid sagat rendah
terbanyak yaitu 182 grid dan 137 grid, dimana Kel. Sudiang merupakan kelurahan
dengan nilai grid sangat rendah terbanyak yaitu 48 grid. Dan terdapat 1160 hexagon
dengan klasifikasi sangat tinggi yang tersebar di 5 kecamatan dimana Kec.
Rappocini dan Tamalate memiliki grid sagat tinggi terbanyak yaitu 480 grid dan
221 grid, dimana Kel. Gunung Sari merupakan kelurahan dengan nilai grid sangat
tinggi terbanyak yaitu 117 grid. Adapun lebih jelasnya mengenai klasifikasi di
setiap kecamatan dapat dilihat pada Gambar 41-42 berikut ini:
107
Gambar 41 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Aksesibilitas Sarana Sosial Ekonimi Berdasar Parameter Determinan di
Kec. Biringkanaya dan Tamalanrea
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
108
Gambar 42 Peta Penilaian Total Grid Hexagon Terhadap Aksesibilitas Sarana Sosial Ekonimi Berdasar Parameter Determinan di
Kec. Manggala, Rappocini, dan Tamalate
Sumber: Ilustrasi oleh Penulis, 2023
109
Adapun skema konektivitas jalur pejalan kaki serta RTH dapat dilihat pada
Gambar 45 berikut:
Selain itu implementasi ruang multifungsi juga dapat dilakukan pada wilayah-
wilayah tertentu dalam lingkup kecamatan, seperti halnya car free day yang
mengadopsi perubahan fungsi ruang pada waktu-waktu tertentu. Pada implementasi
ruang multifungsi akan menjadi pusat-pusat kegiatan baru di setiap kecamatan,
114
akan menghidupkan komunitas lokal dan terbukanya ruang-ruang baru yang dapat
mengakomodasi kegiatan-kegiatan sosial dan ekonomi di lingkup lokal. Adapun
skema implementasi ruang dan bangunan multifungsi dapat dilihat pada Gambar
48 berikut:
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
115
116
Kec. Manggala sebanyak 217 grid, Kec Rappocini sebanyak 25 grid, Kec
Tamalanrea sebanyak 84 grid, Kec. Tamalate sebanyak 79 grid. 2058 grid
hexagon dengan nilai tinggi dimana Kec. Biringkanaya sebanyak 715 grid,
Kec. Manggala sebanyak 509 grid, Kec Rappocini sebanyak 214 grid, Kec
Tamalanrea sebanyak 261 grid, Kec. Tamalate sebanyak 359 grid. 1160 grid
hexagon dengan nilai sangat rendah dimana Kec. Biringkanaya sebanyak 181
grid, Kec. Manggala sebanyak 72 grid, Kec Rappocini sebanyak 480 grid, Kec
Tamalanrea sebanyak 206 grid, Kec. Tamalate sebanyak 221 grid. Dimana
kecamatan dengan nilai grid sangat tinggi terbanyak yaitu Kec. Rappocini dan
kecamatan dengan nilai grid sangat rendah terbanyak yaitu Kec. Biringkanaya.
3. Arahan penataan sarana sosial ekonomi untuk meningkatkan aksesibilitas
masyarakat terhadap sarana di kawasan suburban Kota Makassar diberikan
berdasarkan pertimbangan nilai eksisting wilayah berdasarkan parameter-
parameter yang telah ditentukan. Dimana arahan yang diberikan yaitu (1)
sentralisasi dan pemerataan pelayanan sarana sosial ekonomi, (2) peningkatan
konektivitas jalur pejalan kaki dan rth lingkungan, (3) pemodelan hirarki
pelayanan transportasi lingkup lokal maupun kota, (4) implementasi ruang
multifungsi dan arahan pembangunan bangunan multifungsi.
5.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat diberikan terkait penelitian ini adalah:
1. Hasil pada penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dalam perumusan
diagram skema pelayanan lingkungan kota 15 menit di Kota Makassar.
2. Lingkup penelitian ini yaitu skala kota dan makro sehingga pada penelitian-
penelitian selanjutnya dapat menjadikan parameter-parameter dalam penelitian
ini sebagai fokus pembentukan arahan dalam skala lebih mikro.
3. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan spasial
keruangan dimana sampel penentuan parameter cukup terbatas berdasarkan
subjektivitas ahli, sehingga pada penelitian selanjutnya yang lebih mikro dapat
menggunakan pendekatan yang lebih dalam dengan pendekatan langsung
dengan responden masyarakat yang lebih luas.
116
117
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik Kota Makassar. (2023). Kota Makassar dalam Angka
Tahun 2023. Makassar.
Badan Pusat Statistik Kota Makassar. (2023). Kecamatan Manggala dalam Angka
Tahun 2019-2023. Makassar.
Badan Pusat Statistik Kota Makassar. (2023). Kecamatan Rappocini dalam Angka
Tahun 2019-2023. Makassar.
Badan Pusat Statistik Kota Makassar. (2023). Kecamatan Tamalate dalam Angka
Tahun 2019-2023. Makassar.
Connolly, C., Ali, S.H., Keil, R. (2020). On the relationships between COVID-19
and extended urbanization. Sage Journals Dialogues in Human Geography.
10 (2): 213–216.
Connolly, C., Keil, R., Ali, S.H. (2020). Extended urbanisation and the spatialities
of infectious disease: demographic change, infrastructure and governance.
Sage Journals Urban Studies. https://doi.org/10.1177/0042098020910873.
Duany, Andres dan Robert Steuteville. (2021). Defining the 15-minute city.
https://www.cnu.org/publicsquare/2021/02/08/defining-15-minute-city.
Herdianti, Septi and , Drs. Priyono, M.Si. (2019). Analisis Migrasi Risen
berdasarkan Hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015 di
118
Leanage, Neluke dan Pierre Filion. (2020). Can the 15-Minute Walking City Save
Intensification Hubs In and Beyond The Covid-19 Pandemic?. Symposium
School of Planning. 18 Agustus 2020: 1-40.
Mutiarazani, Nanda. (2020). Analisis Lokasi Potensial Sekolah Dasar Yang Mendukung
Penerapan Sistem Zonasi Di Kota Makassar (Studi Kasus: Kecamatan Makassar,
Panakukkang, Dan Manggala).Skripsi. Tidak diterbitkan. Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Peraturan Daerah Kota Makassar Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kota Makassar 2015 – 2034
Prianka, Meika Dedy dan Eppy Yuliani. (2017). Analisis Tingkat Jangkauan
Pelayanan Pengembangan Minimarket Di Koridor Jalan Terhadap Perilaku
Konsumen. Jurnal Planologi. 14(1): 75-88.
Santoso, Budi Imam. (2019). Mobilitas Penduduk Dan Faktor -Faktor Penyebab
Terjadinya Mobilitas Di Desa Lebo Kecamatan Gringsing Kabupaten Batang.
(Publikasi No. 7101416061). Under Graduates thesis, UNNES.
http://lib.unnes.ac.id/id/eprint/38075
Sarkar, S., K., Ekram, K., M., M., dan Das, P., C., (2021) Spatial Modeling of
COVID-19 Transmission in Bangladesh. Korean Spatial Information Society.
https://doi.org/10.1007/s41324-021-00387-5.
119
Tjiptono, Fandy. (2014), Pemasaran Jasa –Prinsip, Penerapan, dan Penelitian, Andi
Offset, Yogyakarta.
Zeng, C., Jiajia Z., Zhenlong, L., Xiaowen, S., Bankole, O.,, Sharon, W., dan
Xiaoming, L., (2021). Spatial Temporal Relationship Between Population
Mobility and COVID-19 Outbreaks in South Carolina: A time series
Forecasting Analysis. MedRxiv Health Sciences. https://doi.org/10.1101/2021
.01.02.21249119.
120
CURICULUM VITAE
IDENTITAS PRIBADI:
Nama : Andi Aidil Fitriawan
Tempat, Tanggal Lahir : Bone, 15 Februari 1999
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat Sekarang : Jl. Punggawa, STPP, Bontomarannu, Gowa
Departemen : Teknik Perencanaan Wilayah & Kota
NIM : D521 16 007
E-mail : aidil.fitriawan.an@gmail.com
Nomor Telepon / HP : +6281 247 789 825
PENDIDIKAN FORMAL:
Tahun Sekolah Tempat
2004 – 2010 SD Negeri 1 Namlea Kab. Buru, Maluku
2010 – 2013 SMP Negeri 1 Namlea Kab. Buru, Maluku
2013 – 2016 SMA Negeri 2 Namlea Kab. Buru, Maluku
Departemen Teknik Perencanaan Wilayah
2016 - Sekarang Kab. Gowa, Sulawesi Selatan
dan Kota, Universitas Hasanuddin
ORGANISASI:
Periode Organisasi Posisi
Majelis Perwakilan Kelas SMA Negeri 2
2015 Ketua
Namlea
2015 Purna Paskibraka Indonesia Kab. Buru Anggota
Organisasi kemahasiswaan
2016 Anggota
FT-UH
2017 BU Indonesia Timur Anggota
Campus Sosial Responsibility (CSR)
2017 Anggota
FT-UH
2018 – 2019 Dewan Musyawarah HMPWK FT-UH Sekretaris
KEGIATAN PROESIONAL:
Tahun Kegiatan Posisi
Penyusunan Sistem Informasi Jaringan
2018 Surveyor
Jalan Kabupaten Takalar
Penyusunan Master Plan Jaringan Jalan
2018 Drafter
Kawasan Perkotaan Kabupaten Pinrang
Penyusunan RDTR Kawasan Industri
2020 Surveyor
Mangarabombang Kabupaten Takalar
Revisi Dokumen Dasar RDTR Kawasan
2020 Perkotaan Pattalassang Kabupaten Takalar Asisten Tenaga Ahli
Tahun 2019-2039
122
Lampiran 1
Data Persebaran Sarana Kesehatan di Wilayah Penelitian
Data Persebaran Rumah Sakit di wilayah penelitian
No Kode Nama Rumah Sakit Jenis Tipe Alamat Kecamatan
1 7371395 RSUD Kota Makassar RSUD B Jalan Perintis Kemerdekaan №14, Daya, Kec. Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90243 Kec. Biringkanaya
2 7371014 RSUD Sayang Rakyat RSUD C Jalan Pahlawan №100, Bulurokeng, Kec. Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90243 Kec. Biringkanaya
3 7371314 RSUP Dr. Tadjuddin Chalid RSU B Jalan Paccerakkang №67, Berua, Kec. Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90241 Kec. Biringkanaya
4 7371418 RSIA Malebuh Husada RSIA C Jalan Goaria №7, Sudiang, Kec. Biringkanaya, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90552 Kec. Biringkanaya
5 7371397 RSIA Gia Lestari RSIA C Jalan Toddopuli Raya №43, Borong, Kec. Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222 Kec. Manggala
6 7371420 RSIA Mutiara Aroepala RSIA C Jalan Tamangapa №1, Tamangapa, Kec. Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90235 Kec. Manggala
7 7371426 RS Hermina Makassar RS C Jalan Toddopuli Timur №7, Borong, Kec. Manggala, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231 Kec. Rappocini
8 7371293 RS Islam Faisal RS B Jalan A. P. Pettarani №56, Banta-Bantaeng, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222 Kec. Rappocini
9 7371410 RSIA Ananda Makassar RSIA C Jalan Andi Djemma №63, Banta-Bantaeng, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222 Kec. Rappocini
10 7371407 RSIA Bahagia RSIA C Jalan Minasa Upa №9, Minasa Upa, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90221 Kec. Rappocini
11 7371406 RSIA Budi Mulia RSIA C Jalan NIkel №21, Balla Parang, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 9023 Kec. Rappocini
12 7371428 RSIA Paramount RSIA B Jalan A. P. Pettarani №82, Banta-Bantaeng, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90231 Kec. Rappocini
13 7371432 RSIA Sayang Bunda Hertasning RSIA C Jalan Letjen Hertasning №52, Tidung, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222 Kec. Rappocini
14 7371351 RS Luramay RS D Jalan Yusuf Daeng Ngawing №11, Tidung, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90222 Kec. Tamalanrea
15 7371408 RS Universitas Hasanuddin RS B Jalan Perintis Kemerdekaan №10, Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245 Kec. Tamalanrea
16 7371425 RSIA Cahaya Medika RSIA C Jalan Perintis Kemerdekaan №217, Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245 Kec. Tamalanrea
17 7371413 RSIA Permata Hati RSIA C Jalan Tamalanrea №9, Tamalanrea, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245 Kec. Tamalanrea
18 7371325 RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo RSU A Jalan Perintis Kemerdekaan №11, Tamalanrea Indah, Kec. Tamalanrea, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90245 Kec. Tamalanrea
19 7371362 RSUD Haji Makassar RSUD B Jalan Daeng Ngeppe №14, Balang Baru, Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90224 Kec. Tamalate
20 7371041 RS Bhayangkara Makassar RS B Jalan Andi Mappaodang №63, Jongaya, Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90223 Kec. Tamalate
21 7371412 RS Wisata Universitas Indonesia Timur RS B Jalan Abdul Kadir №70, Balang Baru, Kec. Tamalate, Kota Makassar, Sulawesi Selatan 90224 Kec. Tamalate
123
Lampiran 2
Kuesioner Penelitian Tingkat Kepentingan Parameter Aksesibilitas
Pelayanan Sarana Sosial Ekonomi
Nama Responden :
Waktu :
Kuesioner ini bertujuan mengetahui bobot dari tiap parameter dalam menentukan
prospek dengan menggunakan skala peniliaian
Parameter Kode
Dekat dengan sarana pendidikan C1
Dekat dengan sarana kesehatan C2
Dekat dengan sarana ekonomi C3
Padat pembangunan C4
Padat penduduk C5
Memiliki jalur pedestrian C6
Jaringan jalan dengan konektivitas yang tinggi C7
Ketersediaan transportasi umum C8
Cara pengisian:
Kriteria pada kolom paling kiri dibandingkan dengan kriteria pada kolom
paling kanan. Bobot 9 s/d 2 (pada bagian kiri) adalah milik kriteria pada kolom
paling kiri, sedangkan bobot 9 s/d 2 (pada bagian kanan) adalah milik kriteria pada
kolom paling kanan. Beri tanda silang (x) pada kolom bobot yang sesuai berdasarkan
nilai ketergantungan yang telah dijelaskan pada tabel diatas.
Contoh pengisian:
Parameter 9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Parameter
C1 X C2
Ket: Berarti = Dekat dengan sarana pendidikan lebih penting dibandingkan Dekat
dengan sarana kesehatan
125
Dalam melakukan aktifitas harian berupa memenuhi kebutuhan harian baik itu
Pendidikan, Kesehatan dan Ekonomi. Faktor apa yang paling mempengaruhi
responden untuk melakukan pergerakan hanya di lingkungan sekitar dengan hanya
berjalan kaki atau bersepeda?
Februari 2023
Pemberi Penilaian
126
Lampiran 3
Rekapitulasi hasil (penilaian perbandingan) setiap
responden terhadap parameter aksesibilitas pelayanan sarana sosial ekonomi dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Responden 1
Parameter C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
C1 1,00 5,00 0,50 0,33 7,00 0,50 0,50 0,17
C2 0,20 1,00 2,00 1,00 3,00 0,20 0,33 0,14
C3 2,00 0,50 1,00 5,00 7,00 1,00 2,00 0,33
C4 3,00 1,00 0,20 1,00 5,00 0,25 4,00 0,50
C5 0,14 0,33 0,14 0,20 1,00 0,14 0,20 0,14
C6 2,00 5,00 1,00 4,00 7,00 1,00 3,00 1,00
C7 2,00 3,00 0,50 0,25 5,00 0,33 1,00 0,50
C8 6,00 7,00 3,00 2,00 7,00 1,00 2,00 1,00
Responden 2
Parameter C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
C1 1,00 5,00 7,00 0,33 3,00 0,33 3,00 0,20
C2 0,20 1,00 0,33 0,33 0,20 0,20 0,33 0,20
C3 0,14 3,00 1,00 1,00 5,00 1,00 1,00 0,33
C4 3,00 3,00 1,00 1,00 3,00 0,20 0,33 0,20
C5 0,33 5,00 0,20 0,33 1,00 0,14 0,20 0,14
C6 3,00 5,00 1,00 5,00 7,00 1,00 0,20 1,00
C7 0,33 3,00 1,00 3,00 5,00 5,00 1,00 0,20
C8 5,00 5,00 3,00 5,00 7,00 1,00 5,00 1,00
Responden 3
Parameter C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
C1 1,00 5,00 0,20 0,33 0,20 0,14 0,14 0,25
C2 0,20 1,00 0,33 0,20 0,20 0,13 0,17 0,13
C3 5,00 3,00 1,00 3,00 0,20 0,11 0,17 0,17
C4 3,00 5,00 0,33 1,00 1,00 0,17 0,20 0,33
C5 5,00 5,00 5,00 1,00 1,00 0,13 0,13 0,20
C6 7,00 8,00 9,00 6,00 8,00 1,00 4,00 2,00
C7 7,00 6,00 6,00 5,00 8,00 0,25 1,00 4,00
C8 4,00 8,00 6,00 3,00 5,00 0,50 0,25 1,00
Responden 4
Parameter C1 C2 C3 C4 C5 C6 C7 C8
C1 1,00 0,50 4,00 7,00 6,00 3,00 5,00 2,00
C2 2,00 1,00 5,00 8,00 7,00 4,00 6,00 3,00
C3 0,25 0,20 1,00 4,00 3,00 0,50 2,00 0,33
C4 0,14 0,13 0,25 1,00 0,50 0,20 0,25 6,00
C5 0,17 0,14 0,33 2,00 1,00 0,25 0,50 0,20
C6 0,33 0,25 2,00 5,00 4,00 1,00 3,00 0,33
C7 0,20 0,17 0,50 4,00 2,00 0,33 1,00 0,25
C8 0,50 0,33 3,00 0,17 5,00 3,00 4,00 1,00
127
Lampiran 4
Daftar bobot dan nilai sub parameter berdasarkan jangkauan sarana
Kode Faktor Jangkauan Harkat Bobot Nilai
1/4 Mil 24 264
3/4 Mil 23 253
Dekat dengan TK
1 Mil 22 242
3 Mil 21 231
1/4 Mil 20 220
3/4 Mil 19 209
Dekat dengan SD
1 Mil 18 198
3 Mil 17 187
1/4 Mil 16 176
3/4 Mil 15 165
Dekat dengan SMP
1 Mil 14 154
3 Mil 13 143
C1 11
1/4 Mil 12 132
3/4 Mil 11 121
Dekat dengan SMA
1 Mil 10 110
3 Mil 9 99
1/4 Mil 8 88
3/4 Mil 7 77
Dekat dengan SMK
1 Mil 6 66
3 Mil 5 55
1/4 Mil 4 44
3/4 Mil 3 33
Dekat dengan SLB
1 Mil 2 22
3 Mil 1 11
1/4 Mil 8 56
3/4 Mil 7 49
Dekat dengan puskesmas
1 Mil 6 42
3 Mil 5 35
C2 7
1/4 Mil 4 28
3/4 Mil 3 21
Dekat dengan RS
1 Mil 2 14
3 Mil 1 7
1/4 Mil 8 80
3/4 Mil 7 70
Dekat dengan pasar
1 Mil 6 60
3 Mil 5 50
C3 10
1/4 Mil 4 40
3/4 Mil 3 30
Dekat dengan minimarket
1 Mil 2 20
3 Mil 1 10
128
1/4 Mil 4 32
3/4 Mil 3 24
C4 Dekat dengan kawasan pusat kegiatan 8
1 Mil 2 16
3 Mil 1 8
1/4 Mil 4 16
Dekat dengan lingkungan padat 3/4 Mil 3 12
C5 4
penduduk 1 Mil 2 8
3 Mil 1 4
50 M 4 92
Dekat dengan jalur Pedistrian
100 M 3 69
C6 23
50 M 2 46
Dekat dengan jalur hijau/RTH
100 M 1 23
1/4 Mil 4 52
Dekat dengan jalan dengan konektivitas 3/4 Mil 3 39
C7 13
yang tinggi 1 Mil 2 26
3 Mil 1 13
1/4 Mil 4 96
3/4 Mil 3 72
C8 Dekat dengan halte transportasi 24
1 Mil 2 48
3 Mil 1 24