Anda di halaman 1dari 22

ANALISIS KUALITAS APLIKASI CIBUNTU EXPRESS SEBAGAI LAYANAN

TRANSPORTASI ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN


TEKNOLOGI DI DESA CIBUNTU, KABUPATEN KUNINGAN

Naskah Gagasan Kreatif

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mengikuti

Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan


(KEMENDIKBUD) 2022

Oleh:

ULFIAH SYUKRI

NIM. 105641100719

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2022
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul Kegiatan : Cibuntu Express: Layanan Transportasi Online untuk
Meningkatkan Kesadaran Teknologi di Desa Cibuntu Kab.
Kuningan
2. Penulis Utama
a. Nama Lengkap : Ulfiah Syukri
b. NIM : 1054641100719
c. Jurusan/Fakultas : Ilmu Pemerintahan / Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
d. Universitas : Universitas Muhammadiyah Makassar
e. Alamat : Jl. Pahlawan No.95 Mangempang, Kec.Barru, Kab.Barru
f. No.HP : 082347521890
g. Email : ulfiahsyukri1717@gmail.com

Makassar, 15 April 2022

Menyetujui

Ketua Program Studi Ilmu Pemerintahan Peneliti

Dr. Nuryanti Mustari, S.IP.,M.Si Ulfiah Syukri


NIP 0905068003 NIM 105641100719

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan karya tulis ilmiah yang
berjudul “Analisis Kualitas Aplikasi Cibuntu Express Sebagai Layanan Transportasi Online
Untuk Meningkatkan Kesadaran Teknologi di Desa Cibuntu, Kabupaten Kuningan”. Tidak
lupa juga peneliti mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Tentunya karya tulis ini
tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Sebagai penyusun, peneliti menyadari bahwa masih terdapat kekurangan baik dari
penyusanan hingga tata bahasa penyampaian dalam karya tulis ilmiah ini. Oleh karena itu,
peneliti dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar peneliti dapat
memperbaiki karya tulis ini.
Dengan segala harapan, bahwa tulisan ini dapat memberikan manfaat dan juga inspirasi
bagi pembaca.

Makassar, 15 Juni 2022

Peneliti

iii
DAFTAR ISI
COVER ....................................................................................................................

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................

KATA PENGANTAR .............................................................................................

DAFTAR ISI ...........................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................

A. Latar Belakang ..........................................................................................


B. Rumusan Masalah .....................................................................................
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................
BAB 2 PEMBAHASAN INTI .................................................................................
A. Lingkup Pembahasan ................................................................................
B. Identifikasi Potensi dan Kebutuhan ...........................................................
C. Solusi ........................................................................................................
D. Rumusan Target Pembangunan .................................................................
E. Analisis Cara Pencapaian Target ...............................................................
F. Penjabaran Rencana Kerja .........................................................................
G. Penjabaran Informasi Tambahan ...............................................................
H. Visualisasi Gagasan ..................................................................................
BAB 3 KESIMPULAN ............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................
LAMPIRAN ............................................................................................................

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang No.6 Tahun 2014 merupakan kesatuan masyarakat hukum yang


memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak
asal-usul dan atau hak tradisional. Secara historis desa merupakan cikal bakal
terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia jauh sebelum negara dan
bangsa ini terbentuk, struktur sosial yang sejenis dengan desa adalah masyarakat adat dan
lain sebagainya telah menjadi institusi sosial yang mempunyai posisi sangat penting. Desa
berbeda dengan kota yang dinilai lebih maju dan berkembang. Namun, siapa sangka
bahwa pembangunan desa merupakan wujud dari pembangunan nasional. Sebab, desa
kaya akan sumber daya alam maupun manusia serta wilayah strateginya (Dispmd, 2021).
Meski begitu, tidak bisa dipungkiri bahwa desa memiliki permasalahan yang besar.
Mulai dari kemiskinan lebih tinggi, kesehatan yang rendah, konsumsi masyarakat rendah,
SDM rendah, pendidikan rendah dan sarana prasarana belum memadai (masterplandesa,
2021). Oleh karena itu, pemerintah dituntut mengambil langkah strategis demi kemajuan
desa. Desa wisata merupakan salah satu solusi alternatif pembangunan desa yang dapat
dikembangkan pada era sekarang ini. Desa wisata menjadi relevan dengan terjadinya
pergeseran model pembangunan pariwisata yang menitikberatkan pada aspek sosial dan
ekologis dengan tujuan untuk menggapai konsep smart village.
Pada konsep smart village, tradisi, jaringan. dan layanan baru ditingkatkan melalui
teknologi digital yang lebih baik (Hasan, 2021). Telekomunikasi, inovasi dan penggunaan
pengetahuan, untuk kepentingan komunitas pedesaan dan bisnis. Teknologi digital dan
inovasi dapat mendukung kualitas kehidupan, standar hidup yang lebih tinggi, layanan
publik untuk warga negara, penggunaan sumber daya yang lebih baik, lebih kecil dampak
lingkungan, dan peluang baru untuk rantai nilai pedesaan dalam hal produk yang lebih
baik. Hal penting dalam smart village adalah teknologi dalam investasi dalam
infrastruktur, pengembangan bisnis, pengembangan kapasitas sumber daya manusia
komunitas. Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
pembangunan desa wisata dengan menerapkan pemanfaatan teknologi.

1
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat digunakan
yaitu bagaimana kualitas penggunaan aplikasi Cibuntu Express sebagai layanan
transportasi online di Desa Cibuntu, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, adapun tujuan dari
penelitan ini yaitu untuk mengkaji mengenai kualitas aplikasi Cibuntu Express sebagai
media teknologi demi mendukung layanan transportasi di Desa Cibuntu, Kabupaten
Kuningan, Provinsi Jawa Barat

2
BAB II
PEMBAHASAN INTI
A. Lingkup Pembahasan
Desa Cibuntu merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan pasawahan,
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat dengan luas wilyah 274,651 ha. Letak geografis berada
diantara 108 berada diantara 108° 25' 34" (108.4261°) bujur timur dan 6° 51' 6" (6.8517°)
lintang selatan. Pada tahun 2012, Desa Cibuntu ditetapkan oleh pemerintah Kabupaten
Kuningan sebagai desa wisata dengan wujud seperti pengelolaan homestay. Meskipun
dikelola oleh pemerintah desa tetapi pelaksanaannya diserahkan kepada masyarakat
sehingga adanya nilai kerjasama disana. Berikut gambaran peta wilayah, desa Cibuntu,
Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa Barat:

Gambar 1. Peta Wilayah Desa Wisata Cibuntu Sumber: Docplayer.info


Desa Cibuntu meraih penghargaan sebagai desa wisata terbaik di Jawa Barat dan
mewakili Indonesia untuk Asia Tenggara hingga pada tahun 2017 dinobatkan sebagai desa
terbaik ke-5 tingkat ASEAN untuk bidang homestay. Dan yang terbaru mendapatkan
penghargaan Green dalam ISTA 2019 dengan kategori Tata Kelola Destinasi (Wamad,
2017). Pada dasarnya desa Cibuntu memang memiliki potensi yang sangat besar untuk
dijadikan sebagai salah satu destinasi pilihan tidak hanya untuk wisatawan lokal tetapi
mancanegara (Aditya, 2020). Hal ini sangat relevan dengan konsep penelitian peneliti
yang berfokus pada pengembangan desa wisata. Oleh karena itu, peneliti memilih daerah
desa Cibuntu sebagai lokus penelitian
B. Identifikasi Potensi Dan Kebutuhan
1. Potensi Desa Cibuntu
Secara umum desa Cibuntu terletak pada ketinggian 600 meter dari permukaan
laut dengan kontur permukaan tanah 15% datar dan 50% berbukit dan 35% berupa
lereng. Desa Cibuntu merupakan desa yang terletak di kaki gunung Ciremai. Akibat
letak geografisnya tersebut, desa Cibuntu meiliki banyak kekayaan alam yang

3
berpotensi ujntuk dijadikan sebagai objek wisata alam. Tak hanya itu, kebudayaan dan
kearifan lokal masyarakat setempat menjadikan desa Cibuntu unik dan menambah nilai
saingnya sebagai desa wisata. Melihat potensi dari segi fisik, desa Cibuntu memiliki
objek wisata alam, budaya dan sejarah. Objek wisata alam meliputi air terjun kahuripan
(sumber mata air murni dari gunung Ciremai), kampung domba (peternakan yang
memiliki tempat tersendiri), kaki gunung camsite (area perkemahan memiliki tenda,
kolam renang, kamar mandi, tong sampah organik dan nonorganik, serta area parkir).
Adapun wisata sejarah meliputi situs bujal dayeuh, situs hulu dayeuh, situs
sahurip kaler dan situs sahurip kidul. Wisata Budaya meliputi workshop pentas seni di
mana wisatawan dapat menyaksikan ataupun turut serta dalam pentas seni tari dan
musik khas masyarakat Sunda. Tak hanya itu, terdapat juga workshop kerajinan tangan
yang baru saja diresmikan oleh Kemenparekraf tahun 2021 sebagai tempat bagi
wisatawan melihat langsung dan membuat kerajinan tangan dari kayu dan tanah liat
yang bisa dibawa pulang sebagai souvenir.
Selain itu, ada juga produk wisata lain yaitu homestay. Homestay Cibuntu ini
mendapat perhargaan juara ke-3 dalam skala ASEAN. Wisatawan yang datang akan
menginap di homestay milik warga, dimana sekitar 62 rumah telah berubah fungsi
sebagai homestay. Tidak hanya kesempatan menginap, tetapi wisatawan juga mendapat
jatah makanan 3 kali sehari setelah reservasi di POKDARWIS dan dapat berinteraksi
langsung dengan warga yang ramah-baik. Pemerintah juga membantu memfasilitasi
kalangan ibu-ibu yang tidak memiliki pekerjaan untuk tergabung di Kelompok Wisata
Tani (KWT), dimana tempat mereka dapat membuat produk makanan khas daerah yang
kemudian dapat dipasarkan sebagai penghasilan tambahan warga sekitar.
2. Hambatan dan Kebutuhan Desa Cibuntu
Desa Cibuntu sebagai salah satu desa wisata terbaik dengan segala potensi yang
dimiliki berupa wilayah geografis, potensi sumber daya alam dan lainnya. Oleh karena
itu, aparat pemerintah bersama masyarakat harus bekerja sama untuk mempertahankan
penghargaan, potensi dan bahkan mengembangkan desa Cibuntu jauh lebih baik lagi.
Dalam proses pengembangan Cibuntu, tidak bejalan dengan lurus karena dihadapi
dengan berbagai tantangan. Menilik sejarah Cibuntu, daerah tersebut dulunya sebelum
dinobatkan sebagai desa wisata hanya sebuah desa kumuh yang memilki lahan gersang
dan tandus.
Seiring waktu, salah seorang akademisi dari Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti
yang juga aktif meneliti fenomena lingkungan, kemudian tertarik membangun desa

4
Cibuntu menjadi citra desa di Indonesia sebagai percontohan negara-negara di dunia.
Pada tahap pertama, dimulai dengan komunikasi bersama aparat pemerintah daerah
setempat. Sebagai aktor yang memiliki otoritas, aparat desa berorientasi untuk
membangun desa oleh karena itu segala masukan yang dapat memberikan income bagi
desa akan mendapatkan dukungan penuh. Sejatinya komunikasi bersama pemerintah
tidak menghadapi permasalahan serius, akan tetapi bagian tersulit adalah membangun
kepercayaan masyarakat yang secara pemikiran masih berpandangan bahwa
pembangunan akan merusak desa dan mengeksploitasi potensi yang dimiliki.
Kekhawatiran masyarakat tersebut perlahan mulai teratasi secara pelahan dengan
cara pendekatan dari hati ke hati. Aparat pemerintah desa pada dasarnya tidak ingin
memaksa masyarakat untuk setuju dengan rancangan proyek, akan tetapi melakukan
pendekatan secara lebih serius untuk beberapa waktu kepada masyarakat adalah solusi
yang digunakan pemerintah. Sebagai contoh adalah musyawarah dan/atau sosialisasi
bersama dengan akademisi yang membuat wacana, ahli, aparat pemerintah desa dan
tentunya masyarakat. Pada akhirnya, baik pemerintah dan masyarakat setuju dengan
usulan proyek tersebut. Mulai dari sana, semua pihak bekerja keras untuk membangun
desa beralih menjadi desa wisata. Adapun wujud dari peralihan desa Cibuntu menjadi
desa wisata yaitu homestay, camping ground, kolam renang, air terjun, tempat
pembuatan gerabah dan keseniaan pengolahan kayu.
Selanjutnya, adalah masalah akses jalan. Desa Cibuntu berjarak sangat jauh dari
pusat kota Bandung, kurang lebih 2 jam setengah menggunakan kendaraan mobil.
Akses jalan kesana sebahagian mengalami kerusakan, apalagi persoalan logistik atau
pengiriman barang. Masyarakat setidaknya harus keluar kota ke pusat kota Bandung
atau Cirebon untuk melakukan transaksi dan/atau mengirim barang ke jasa kurir.
Padahal secara geografis, Cibuntu memiliki wilayah strategis apabila dibangun akses
jalan yang lebih bagus. Permasalahan terakhir adalah penggunaan teknologi. Meskipun
sebahagian besar masyarakat sudah beralih ke perangkat yang disebut HP (Mobile
Phone) tapi tidak menutup kemungkinan terjadinya kerusakan jaringan dan beberapa
pekerjaan seperti bajak sawah/berkebun masih menggunakan tenaga manual manusia.
Padahal seharusnya Cibuntu sebagai desa wisata terbaik dalam kategori ASEAN sudah
maju dan tidak ketinggalan dalam teknologi, hampir semua lini kehidupan manusia
sekarang tersentuh oleh teknologi sebagaimana kata masyarakat sebagai era revolusi
menuju 5.0.

5
Beberapa permasalahan yang disebutkan diatas, sebagaimana didapatkan penulis
melalui wawacanra yang dilakukan bersama Ibu Wanti selaku pemilik homestay
sewaktu melakukan observasi/penelitian langsung ke desa Cibuntu. Sebagai warga asli
desa Cibuntu, apakah ada kesulitan yang mungkin dirasakan selama tinggal disini?
“Nah, disini itu sulit sekali kalau mau pesan transportasi online. Disamping
banyak masyarakat tidak paham gunakan aplikasi ojek online, harganya juga sangat
mahal karena jauh sekali dari kota. Kalau mau ke luar daerah, paling tidak harus ke
kota terdekat dulu (Cirebon), disana baru ambil transportasi. Itu juga, soal kalau mau
mengirim barang, biasanya harus ke outlet yang ada di kota. Kurir paket bisa sampai
kesini, tapi biasanya butuh waktu lama sampai ke alamat betulnya”.
Dari pernyataan tersebut, peneliti dapat menganalisis bahwa layanan transportasi
masih sulit untuk dijangkau mengingat kondisi wilayah geografis desa Cibuntu. Untuk
itu pemerintah harus menyediakan kebutuhan masyarakat akan layanan transportasi
baik soal pengiriman barang, pengantaran makanan, maupun lainnya. Pernyataan ibu
Wanti, juga sama halnya yang disampaikan ibu Hera sebagai warga desa Cibuntu.
Bagaimana masyarakat memperoleh pendapatan disini? Apakah ada fasilitas khusus
yang diberikan oleh pemerintah setempat?
“Mata pencaharian masyarakat desa, ada yang jadi pekebun, petani, peternak.
Pemerintah desa juga baik, karena membangun KWT (Kelompok Usaha Tani) utk ibu-
ibu yg ingin berwirausaha dengan menjual produk makanan khas daerah. Tapi,
kendalanya hanya sekitar 4 orang yg bekerja. Jadi, kami juga tidak bisa membuat
produk nya banyak meskipun permintaan meningkat. Ouh iya, promosi juga bisa jadi
kendalanya, saya pikir. Karena, disini tidak semua masyarakat paham menggunakan
teknologi. Anak muda, sudah jarang ada yang tinggal disini, mereka ke luar kota utk
belajar. Jadi, mau promosi online2 seperti yang lain juga susah, paling produk
makanan itu kami tawarkan ke wisatawan yang datang kesini”
Dari pernyataan ibu Hera, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa ada kendala
dalam penggunaan teknologi. Hal itu disebabkan karena kurangnya pemahaman
masyarakat akan pemanfaatan teknologi masa kini. Padahal, jika dilihat mereka
memiliki berbagai banyak potensi. Tidak hanya potensi dari SDA nya saja tapi juga
kualitas sumber daya manusia nya. Pemerintah harus memberikan kebijakan strategis
untuk menunjang potensi itu agar tidak menjadi sia-sia.

6
C. Solusi Ideal
Berangkat dari permasalahan yang dijelaskan diatas, peneliti tertarik untuk membuat
sebuah program inovasi berbasis teknologi sebagai langkah untuk kemajuan peradaban
desa Cibuntu. Bentuk inovasi pertama yang peneliti tawarkan adalah pembuatan aplikasi
Cibuntu Express sebagai layanan transportasi online. Kehadiran aplikasi Cibuntu Express
akan membantu masyarakat Cibuntu dalam beberapa hal berikut seperti logistik
(pengiriman barang ke luar daerah), pembayaran urusan rumah tangga (meliputi
pembayaran token listrik, pembelian pulsa) dan atau ingin meng-order makanan. Aplikasi
ini akan dibantu oleh beberapa pihak antara lain badan khusus yang dibentuk dan juga
armada transportasi (driver). Untuk langkah selanjutnya, diperlukan pengamatan atau
analisis dengan tujuan agar dapat melihat kelayakan aplikasi tersebut diterapkan di desa
Cibuntu.
Sejalan dengan program pembuatan aplikasi Cibuntu Express, peneliti juga ingin
merangkaikan program tersebut dengan pemberian kelas mentoring mengenai
“pemanfaatan teknologi masa kini dalam kehidupans sehari-hari”. Peneliti tidak ingin
masyarakat hanya diberikan pemahaman mengenai cara menggunakan aplikasi Cibuntu
Express tetapi peneliti ingin memberikan pemahaman lebih kepada masyarakat mengenai
teknologi itu sendiri. Misalnya, pemanfaatan teknologi untuk mempromosikan produk
UMKM, cara membuat konten video/foto menarik di media sosial untuk mempromosikan
produk wisata desa dan masih banyak hal lainnya yang dapat diberikan.
Aplikasi Cibuntu Express berbasis android sebagai media penyedia layanan
transportasi di desa wisata Cibuntu dirancang agar dapat mengimplementasikan kebutuhan
fungsional sebagai berikut:
1) Pengguna (Client Side).
a) Aplikasi ini menyediakan menu utama yang terdiri dari fitur layanan transportasi
antara lain; motor, makanan, mobil, pengantaran, mitra, pulsa, dan top up
b) Aplikasi ini menyediakan pengaturan bahasa yang terdiri dari bahasa Indonesia dan
bahasa Inggris.
c) Aplikasi ini menyediakan scene yang memiliki deskripsi tentang jam operasional,
lokasi, tempat tujuan, no. Telefon, dan lain-lain tergantung fitur layanan yang
dipilih.
d) Aplikasi ini menyediakan promo menarik untuk pengguna. Fitur ini dapat digunakan
sewaktu-waktu untuk mendapatkan pemotongan biaya transportasi.
2) Administrator (Server Side).

7
Kebutuhan fungsional administrator Cibuntu Express berbasis android sebagai media
penyedia layanan transportasi di desa wisata Cibuntu sebagai berikut:
a) Aplikasi menyediakan menu utama dari beranda, username dan password untuk
kebutuhan login. Jika belum terdaftar, dapat mengggunakan fitur sign up untuk
mendaftar akun. Dilengkapi juga dengan fitur contact person untuk menghubungi
admin jika mengalami kendala.
b) Aplikasi menyediakan fitur group obrolan. Dimana masyarakat dapat berkomunikasi
dengan warga lainnya (termasuk pemerintah desa).
c) Aplikasi menyediakan fitur memasukkan akun dengan menggunakan wajah maupun
sidik jari.
Adapun kebutuhan non-fungsional dari aplikasi yang dikembangkan yaitu dibuat
dengan user friendly agar menarik pemakai aplikasi.
D. Rumusan Target Pembangunan
Tujuan Utama: mendukung upaya kemajuan teknologi di desa wisata Cibuntu
melalui sebuah aplikasi yang bergerak dalam bidang transportasi (express).
Analisis SMART
Specific (1) Penerima manfaat tertentu: Masyarakat desa wisata Cibuntu,
Kab.Kuningan, Provinsi Jawa Barat. Meningkatkan kesadaran
teknologi bagi masyarakat Cibuntu (2) Tujuan tertentu: kemudahan
layanan transportasi seperti pengiriman barang ke luar daerah dan
pembayaran urusan rumah tangga, (token listrik, pembelian pulsa dll)
serta tujuan promosi
Measurable (1) menghadirkan aplikasi Cibuntu Express sebagai layanan
transportasi (2) pemberian pemahaman kepada masyarakat melalui
kelas menthoring tentang teknologi masa kini.

8
Degree of difficulity Kemungkinan error system pada aplikasi, olehnya diperlukan
and effectiveness tim pengembangan aplikasi untuk mengatasi hal tersebut.
Selain itu, komunikasi efektif kepada masyarakat. Informasi
mengenai wacana harus benar-benar disampaikan dengan baik
Time/duration Terdiri dari 2 sampai 6 bulan untuk proses pengembangan
aplikasi meliputi tahap konsepsi, analisis, simulasi, algoritma,
konstruksi, dan evaluasi.
Stakeholders Meliputi (1) pemerintah setempat (2) pihak swasta sebagai
involvement investor (3) staf kantor pelayanan dan armada lapangan
(driver) dengan batas minimal usia 18 tahun.

1. Teknologycal Menthoring dari relawan yang ahli dibidangnya untuk masyarakat desa
Cibuntu
Funding and Funding (1) sponsorship (2) wisatawan (3) APBD. Expenses:
Expenses (1) Tutor ahli teknologi untuk keperluan mentoring (2) alat
tulis menulis (3) konsumsi
Degree of difficulity Degree of difficulity and effectiveness: manajemen waktu.
and effectiveness Beberapa warga memiliki kesibukan karena pekerjaan masing-
masing. Jadi, memerlukan waktu untuk kesepakatan bersama
dari setiap lapisan masyarakat desa Cibuntu untuk menentukan
jadwal kelas menthoring.
Time/duration Time/duration: 1 bulan. Proses belajar dan pemberian
pemahaman kepada masyarakat umumnya membutuhkan
waktu yang cukup lama. Mengingat skala geografis yang
dituju adalah pedesaan, dimana hampir semua masyarakat
belum begitu mahir menggunakan teknologi.
Stakeholders Pemerintah daerah setempat dan pakar teknologi berbasis
involvement aplikasi.

Berdasarkan hasil analisis, maka dari itu solusi terbaik adalah “Cibuntu Express:
Layanan Transportasi Online Untuk Meningkatkan Kesadaran Teknologi di Desa
Cibuntu Kab. Kuningan”.
Dengan beberapa argumen:

9
1. Keterlibatan relawan tutor untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat
bagaimana pemanfaatan teknologi di era revolusi industri. Memungkinkan membuka
kesempatan bagi masyarakat yang ingin berwirausaha baik kuliner, jasa, ataupun
yang lain melalui pembekalan teknologi oleh ahlinya.
2. Kehadiran relawan tutor memungkinkan mengembangkan hard dan soft skill mereka
dan bagaimana mereka beradaptasi dengan lingkungan pedesaan.
3. Keseimbangan kearifan lokal dan teknologi menjadi poin utama yang perlu
diperhatikan.
E. Penjabaran Rencana Kerja
Step 1 Analisis: Pengamatan dengan cara meneliti kondisi lingkungan secara fisik dan
non fisik (meliputi perilaku masyarakat). Semua data dikumpulkan untuk kemudian
dianalisis sebagai referensi utama kelayakan pengembangan aplikasi di desa tersebut
(rentan waktu 1 bulan). Comunication: pembuatan proposal mengenai program yang akan
diterapkan di wilayah tersebut. Pertama, pendekatan (komunikasi) kepada Pemerintah
daerah setempat dalam hal ini kepala desa. Apabila aparat desa telah menyetujui
pengajuan proposal maka masuk kelangkah selanjutnya yaitu melakukan sosialisasi
ataupun musyawarah bersama masyarakat desa Cibuntu. Dimana dalam hal ini pemerintah
daerah setempat menjadi pemimpin acara didampingi oleh devisi komunikasi (sebagai
pihak pelopor program) (rentan waktu untuk keduanya sekitar 1 bulan).
Step 2 Pengembangan Aplikasi meliputi:
1. Pembuatan aplikasi meliputi tahap konsepsi, analisis, simulasi, algoritma, konstruksi,
dan evaluasi (kisaran waktu 6 bulan).
2. Pendaftaran domain ke Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia
(KEMENFO RI). Tujuan dilakukannya pendaftaran domain adalah untuk memenuhi
pelaksanaan Undang-Undang No. 14 Tahun 2008, tentang Keterbukaan Informasi
Publik (tidak ada spesifik waktu, tergantung persetujuan dari pusat)
3. Implementasi aplikasi di desa wisata Cibuntu, uji coba penggunaan aplikasi di desa
Cibuntu untuk menguji terkait dengan kelayakan aplikasi (1 bulan).
Step 3 Menthoring: setelah aplikasi selesai, kelas menthoring bisa dibuka. Masyarakat
akan dikumpulkan di balai desa untuk menerima orientasi (penentuan jadwal, konsep
kelas mentoring, manfaat, dan lain-lain) terkait kelas “mentoring teknologi masa kini”.
Masyarakat tidak hanya diberi pemahaman mengenai cara penggunaan aplikasi Cibuntu
Express. Tetapi, melalui kelas mentoring ini, masyarakat akan dibimbing untuk
memanfaatkan teknologi di kehidupan sehari-hari. Contohnya: bagaimana cara

10
pemasaran produk menggunakan teknologi (kelas berlangsung selama 1 bulan). Selama
proses kelas mentoring akan dipandu oleh tutor pilihan yang ahli bidang teknologi dan
juga 3 orang relawan (dalam hal ini mahasiswa) untuk mendampingi masyarakat diluar
jadwal kelas tetap.
Step 4 Evaluation, and follow up: setelah uji coba penggunaan aplikasi selama 1 bulan,
maka dilakukan tahap terakhir. Devisi evaluasi akan berkunjung ke desa Cibuntu untuk
melakukan follow up terkait penggunaan aplikasi setelah uji coba selama sebulan. Devisi
evaluasi akan mendata tanggapan masyarakat, apakah itu berisi kekurangan aplikasi,
kendala jaringan, fitur, error system atau hal lainnya yang mungkin akan terjadi. Data
tersebut kemudian akan diberikan devisi evaluasi kepada devisi pengembangan aplikasi.
Note: semua tahap/proses pelaksanaan program akan dipantau oleh POKDARWIS
(Kelompok Sadar Wisata) sebagai perwakilan dari pemerintah desa Cibuntu dengan
tujuan agar ada keseimbangan peran pemerintah, badan khusus, dan juga masyarakat
setempat.
Informasi Tambahan (Tampilan Aplikasi):
Implementasi perangkat lunak berbasis Apk mobile android

Gambar 2. Menu beranda Gambar 3. Menu fitur layanan aplikasi

11
Gambar 4. Menu fitur deskripsi layanan

12
F. Penjabaran Informasi Tambahan
1. Struktur Organisasi Pelaksana
Pemerintah Daerah Desa
Wisata Cibuntu

POKDARWIS (Kelompok
Sadar Wisata)

Badan Khusus Pengembangan


Tim Menthoring
Aplikasi Cibuntu Ekspress

Devisi Devisi Devisi Relawan Tutor Bidang


Komunikasi Pengembang Evaluasi Teknologi
an Aplikasi

Armada Transportasi
(Driver)

2. Jumlah, sumber dan cara pengumpulan dana


Anggaran dana yang dibutuhkan
Manajemen Penyelenggaraan Program
No Komponen Jumlah Ket Harga Total
Pembiayaan
1. Badan khusus Tim Tim 30.000.000 30.000.000
pengembangan
Aplikasi Cibuntu
Express (sudah
termasuk pembuatan
aplikasi)
2. Transportasi dan 3 orang 1.000.000 3.000.000
konsumsi

13
3. Armada (Driver) 5 orang 3.000.000 15.000.000
Proses Menthoring
1. Tutor Ahli Teknologi 1 orang 3.000.000 3.000.000
2. Papan Tulis 1 buah 300.000 300.000
3. Proyektor 1 buah 500.000 500.000
4. Konsumsi dan 3 orang 500.000 1.500.000
transportasi relawan
Jumlah 53.300.000

3. Sumber dan cara pengumpulan dana


Sumber dana: didapatkan melalui APBD Desa Cibuntu, sumbangsi wisatawan yang
datang, investor khusus desa Cibuntu dan sektor swasta
Cara pengumpulan dana: APBD desa Cibuntu dilakukan melalui komunikasi kepada
pemerintah Kab. Kuningan terkait dengan program yang akan digalakkan. Sumber dana
dari wisatawan, didapatkan dengan dari anggaran daerah hasil kunjungan/reservasi
paket wisata (homestay, camping ground, tempat pembuatan gerabah/pengolahan kayu,
pameran budaya Sunda, dan lainnya) atau pemda bisa menyediakan kotak donasi di
Balai Desa. Investor khusus: desa Cibuntu memiliki investor tetap yang membantu
pengembangan pembangunan desa. Dan terakhir adalah sektor swasta: walaupun desa
Cibuntu tidak menerima investor luar (seseorang investor bukan berasal dari desa
Cibuntu) tetapi hal ini bisa menjadi bahan pertimbangan untuk dikomunikasikan
kepada Pemda Desa Cibuntu mengingat anggaran yang dibutuhkan cukup banyak.

15
G. Visualisasi Gagasan
SASARAN SMART
Specific: penerima manfaat & tujuan
utama
Measurable:
Acceptable: Ekonomi, Digitalisasi, dan
logistik
Realistic: potensi masyarakat dan desa
Time-Bound: 1 tahun

SITUASI SAAT INI


Batasan Lingkungan:
Desa Wisata Cibuntu, Kab. Kuningan
Provinsi Jawa Barat HAMBATAN
Potensi Lingkungan: Faktor Eksternal: meliputi besarnya
Desa Cibuntu memiliki daya tarik angaran dana yang dibutuhkan dan tidak
wisata yaitu wisata alam (meliputi ingin menerima investor dari luar desa
camping ground, air terjun, kampung Faktor Internal: pemahaman masyarakat
domba, dll), wisata budaya (tempat desa dan infrstruktur kurang memadai
pameran budaya) dan wisata sejarah
(situs-situs purbakala, situs Hulu
Dayeuh dll). Selain itu, ada juga BANTUAN
homestay sebagai penginapan Faktor Eksternal: adanya pihak investor
wisatawan. untuk penambahan anggaran dan donasi
Situasi krusial: dari wisatawan
1. Infrastruktur kurang memadai Faktor Internal: komunikasi yang
2. Masih minimnya penggunaan dilakukan aparat desa dan didampingi
teknologi oleh Badan khusus pengembangan
3. Akses jalan ke desa Cibuntu aplikasi
4. Kesulitan logistik
5. Kurangnya edukasi tentang
pemangaatan teknologi TINDAKAN
6. Promosi/periklanan Step 1: Analisis
Step 2: Pengembangan Aplikasi
Step 3: Menthoring
Step 4: Evaluation dan Follow up

15
BAB III

KESIMPULAN

Pembangunan desa sangat penting untuk diperhatikan sebab tolak ukur kemajuan
peradaban bangsa khususnya di Indonesia di mulai dengan pembangunan desa. Salah satu
contoh pembangunan desa yang dapat dilihat adalah desa wisata. Sebagaimana yang
diterapkan di desa Cibuntu Kab. Kuningan. Namun, pada faktanya di desa Cibuntu,
penggunaan teknologi masih belum berjalan maksimal. Kebanyakan pekerjaan masih
dilakukan dengan metode konvensional padahal desa tersebut merupakan desa terbaik dalam
skala ASEAN. Oleh karena itu, penulis berinisiatif melaksanakan program inovasi berbasis
teknologi yaitu melaluipenggunaan aplikasi bernama Cibuntu Express sebagai layanan
transportasi online. Dimana aplikasi tersebut sangat relevan dengan kebutuhan masyarakat
Cibuntu yaitu terkait masalah logistik (pengiriman barang), pembayaran urusan rumah tangga
(token listrik, pembelian pulsa, promosi UMKM, dll). Tidak hanya itu, dalam program
tersebut peneliti juga ingin memberikan kelas menthoring teknologi untuk memberikan
pemahaman kepada masyarakat bagaimana memanfaatkan teknologi masa kini dalam
kehidupan sehari-hari. Diharapkan dengan kedua program tersebut dapat meningkatkan
kesadaran masyarakat desa Cibuntu akan kehadiran teknologi di tengah-tengah kehidupan
mereka.

16
DAFTAR PUSTAKA
Aditya, N. R. (2020, Desember 20). Mengenal Desa Cibuntu yang Jadi Juara Tingkat
ASEAN. Dipetik April 16, 2022, dari travel.kompas:
https://travel.kompas.com/read/2020/10/20/172000227/mengenal-desa-wisata-cibuntu
Dispmd. (2021, Juli 28). Contoh Potensi Desa Yang Dapat Dikembangkan di Era Digital.
Dipetik April 16, 2022, dari Dispmd.bulelengkab.go.id:
https://dispmd.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/43-contoh-potensi-desa-
yang-dapat-dikembangkan-di-era-digital
Hasan, N. (2021, Februari 1). Smart Village Mendorong Perubahan Sosial Masyarakat Desa.
Dipetik April 16, 2022, dari popmasepi: https://www.popmasepi.com/smart-village-
mendorong-perubahan-sosial-masyarakat-desa/
masterplandesa. (2021, Juli 14). Pentingnya Pembangunan Desa dalam Pembangunan
Nasional. Dipetik April 16, 2022, dari masterplandesa.com:
https://www.masterplandesa.com/penataan-desa/pentingnya-pembangunan-desa-
dalam-pembangunan-nasional/
Sukmadewi, N. P., Putra, I. D., & Suardana, I. (2019, Januari 2). Potensi dan Pengembangan
Desa Wisata Suranadi di Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat. JUMPA,
05(02), 426-430.
Wamad, S. (2017, Desember 3). Keren! Desa Cibuntu Kuningan Terbaik di ASEAN dan
Indonesia. Dipetik April 16, 2022, dari news.detik.com: https://news.detik.com/berita-
jawa-barat/d-3752876/keren-desa-cibuntu-kuningan-terbaik-di-asean-dan-indonesia

16
LAMPIRAN
Kegiatan Pertukaran Pelajar di Desa Wisata Cibuntu, Kab. Kuningan (Observasi)

16

Anda mungkin juga menyukai