Disusun Oleh:
Nama : Versanudin Hekmatyar, S.KPm, M.Kesos
NIP : 19940321 201902 1 002
Jabatan : Calon Dosen (Asisten Ahli)
Unit Kerja : Poltekesos Bandung
Angkatan : VIII
Nomor Presensi : 36
Mentor : Admiral Nelson Aritonang, P.hD
Coach : Dra. Lilies Susilawati, M.Si
Coach, Mentor,
Mengetahui,
Penguji
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Aktualisasi yang berjudul
“Penggunaan Mind map berbasis digital sebagai panduan mahasiswa
dalam membangun alur pikir logis dan sistematis di Polikteknik
Kesejahteraan Sosial Bandung”. Laporan Aktualisasi ini disusun sebagai
salah satu syarat dan tahapan dalam kegiatan Pelatihan Dasar CPNS
Golongan III Kementerian Sosial Republik Indonesia. Penulis ucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. Kepala Bidang Penyelenggara Diklat Aparatur Pusdiklat
Kesejahteraan Sosial beserta seluruh jajarannya yang telah
mendukung penuh pelaksanaan kegiatan Latsar Golongan III CPNS
Kementerian Sosial Tahun 2019 Angkatan VII dan VII.
2. Bapak Admiral Nelson Aritonang, P.hD, sebagai mentor yang
senantiasa memberikan pengarahan dan masukan-masukan dalam
penyusunan Laporan Aktualisasi ini.
3. Ibu Dra. Lilies Susilawati, M.Si sebagai coach yang memberi
bimbingan dan arahan kepada penulis dalam penyusunan Laporan
Aktualisasi.
4. Tim penguji yang dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya
membangun penulis sehingga Laporan Aktualisasi ini dapat
disempurnakan dan disahkan.
5. Teman-teman Latsar CPNS Golongan III Angkatan VII dan VIII yang
telah membantu penulis dalam proses penyusunan Laporan
Aktualisasi ini.
Terakhir, semoga Laporan ini bermanfaat.
iii
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
v
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyambut seratus tahun Indonesia merdeka pada tahun 2045,
prioritas pemerintah pada pembangunan sumberdaya manusia yang
tangguh, berdaya saing, dan berkeativitas tinggi, mutlak diperlukan untuk
mampu bersaing di tingkat internasional, tidak tertinggal oleh disrupsi
teknologi, dan tidak luntur oleh globalisasi. Hal ini sejatinya selaras dengan
visi Negara Indonesia untuk mencerdasakan kehidupan bangsa
sebagaimana tertuang dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Berdasarkan tuntutan nasional dan tantangan global tersebut, maka
PNS sebagai profesi harus memiliki nilai-nilai dasar. Berdasarkan
Peraturan Kepala LAN-RI Nomor 38 Tahun 2014 penyelenggaran Latsar
pola baru, peserta diharapkan mampu menginternalisasikan nilai-nilai dasar
profesi PNS mencakup nilai akuntabilitas, nasionalisme, etika publik,
komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA) dengan cara mengalami sendiri
dalam penerapan dan aktualisasi pada tempat tugas, sehingga peserta
merasakan manfaatnya secara langsung. Selanjutnya, Pegawai Sipil
Negeri (PNS) yang merupakan bagian dari Aparatur Sipil Negara (ASN)
memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas dan fungsinya yang
dibebankan oleh negara secara profesional sesuai dengan amanat dari
Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Di dalam
Undang-undang tersebut dijabarkan bahwa tugas dan fungsi ASN adalah
sebagai: 1) Pelaksana kebijakan publik; 2) Pelayan publik; dan 3) Perekat
dan pemersatu bangsa.
Atas dasar tersebut, penulis sebagai salah satu peserta latihan dasar
CPNS pola baru akan melaksanakan aktualisasi nilai-nilai dasar profesi
PNS di unit kerja penulis yaitu Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial
Bandung atau yang saat ini secara organisasi dan tata kerja, baru saja
1
berubah menjadi Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung
dengan berdasarkan pada Permensos Nomor: 4 tahun 2019, tanggal 19
Juni 2019. Setelah sebelumnya melakukan perjanjian kerjasama antara
Kemenristekdikti dengan Kementerian Sosial RI Nomor: 1/A/PKS/2018 dan
Nomor: 1/HUK/2018 tentang Penyelenggaraan Politeknik Kesejahteraan
Sosial Bandung di lingkungan Kementerian Sosial RI pada tanggal 21 Maret
2018. Menristekdikti memberikan rekomendasi tentang Perubahan bentuk
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS) Bandung menjadi politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung dengan surat Nomor: 180/M/IX/2018,
tanggal 4 September 2018. Selanjutnya, izin pembukaan dua Program
Studi baru (Program Studi Perlindungan dan Pemberdayaan Sosial dan
Program Studi Rehabilitasi Sosial Program Sarjana terapan) sesuai dengan
Surat Keputusan Menristekdikti Nomor: 436/KPT/I/2018 tanggal 9 Mei
2018, izin pembukaan Program Studi Pekerjaan Sosial Program Magister
Terapan dengan Keputusan Menristekdikti Nomor:661/KPT/I/2018, tanggal
14 Agustus 2018.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan tinggi dilingkungan kementerian
sosial, Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial memiliki tanggungjawab untuk
menjalankan tridharma perguruan tinggi dan sekaligus mewujudkan
kesejaheraan sosial masyarakat sebagai visi dari kementerian sosial.
Didalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
menjelaskan bahwa Perguruan Tinggi memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat atau yang dikenal dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Pada
Undang-Undang tersebut juga menjelaskan bahwa profesi dosen memiliki
tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan
menyebarluaskan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi melalui Tridharma
perguruan tinggi. Sehingga, dosen yang juga merupakan ASN dalam
melaksanakan tugasnya tersebut harus juga menjujung tinggi nilai-nilai
dasar ASN untuk mencapai perannya sebagai dosen yang professional dan
berintegritas. Oleh karena itu, isu yang akan dibahas dalam Laporan
2
aktualisasi ini akan banyak berkaitan dengan tugas dan fungsi dosen
pendidikan tinggi sebagai ASN.
B. Visi, Misi, Tujuan dan Nilai-nilai serta Struktur Organisasi
1. Visi Politeknik Kesejahteraan Sosial
Untuk melaksanakan tugasnya menyelenggarakan pendidikan di
bidang kesejahteraan sosial Poltekesos Bandung memiliki visi yakni “Pada
tahun 2024 Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung menjadi
Pusat Pendidikan Pekerjaan Sosial berkualitas internasional dan berperan
aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial”.
2. Misi Politeknik Kesejahteraan Sosial
Untuk mewujudkan visi tersebut maka Politeknik Kesejahteraan Sosial
Bandung memiliki misi yaitu:
a. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yang professional
dan dalam rangka menghasilkan pekerja social yang unggul melalui
jenis pendidikan vokasi dan profesi.
b. Menyelenggarakan penelitian pekerjaan sosial yang berkontribusi
pada pengembangan pendidikan pekerjaan sosial dan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial
c. Menyelenggarakan pengabdian kepada masyarakat yang
berkualitas sebagai wujud tanggung jawab sosial untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
d. Mengembangkan fungsi-fungsi manajemen pelayanan pendidikan
pekerjaan social yang berkualitas dan unggul
3. Tujuan Politeknik Kesejahteraan Sosial
Sejalan dengan visi dan misi Politeknik Kesejahteraan Sosial
Bandung. Poltekesos memiliki tujuan yaitu:
a. Tersedianya lulusan Pekerjaan Sosial yang memiliki kompetensi
sebagai sarjana terapan Pekerjaan Sosial, Profesi Pekerja Sosial,
dan Spesialis 1 Pekerjaan Sosial.
3
b. Tersedianya hasil-hasil penelitian Pekerjaan Sosial yang
diselengggarakan oleh sivitas akademika untuk mengembangkan
pendidikan dan praktek Pekerjaan Sosial Indonesia.
c. Terwujudnya kontribusi sivitas akademika dalam meningkatkan
kesejahteraan sosial masyarakat melalui pengabdian masyarakat
yang berkelanjutan.
d. Terwujudnya jejaring kerja sama di dalam dan luar negeri yang
memperkuat penyelenggaraan pendidikan dan praktek Pekerjaan
Sosial Indonesia.
e. Meningkatnya penyelenggaraan pelayanan pendidikan dari sisi
kualitas, akurasi dan kecepatan.
4. Nilai-Nilai Politeknik Kesejahteraan Sosial
Penyelenggaraan Latsar bertujuan untuk membentuk PNS yang
profesional yaitu PNS yang karakternya dibentuk oleh nilai-nilai dasar
profesi PNS, sehingga mampu melaksanakan tugas dan perannya secara
profesioanal sebagai pelayan masyarakat. Nilai-nilai dasar profesi terdiri
dari akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti
korupsi (ANEKA) yang disampaikan pada saat Latsar. Pada dasarnya, nilai-
nilai ANEKA tersebut, selaras dengan nilai-nilai yang dianut Kementerian
Sosial yaitu: disiplin, berkinerja, bersinergi dan bermartabat sebagai bentuk
komitmen untuk selalu memperbaiki layanan di Kementerian Sosial
Republik Indonesia. Selajalan dengan hal tersebut, Politeknik
Kesejahteraan Sosial sebagai lembaga pendidikan tinggi dilingkungan
Kementerian Sosial juga memegang nilai-nilai yang dijiwai dari nilai-nilai
dasar profesi (ANEKA) dan nilai-nilai dari Kementerian Sosial, yakni:
kejujuran akademik, komitmen terhadap IPTEK, inovatif, empati dalam
pelayanan, disiplin, berkinerja, bersinergi dan bermartabat.
Berdasarkan hasil proses pembelajaran dan telaah latihan dasar
dapat diidentifikasi nilai-nilai dasar sebagai berikut: Pertama, akuntabilitas
mencakup: bersinergi, kepemimpinan, transparan, integritas,
tanggungjawab, keadilan, kepercayaan, keseimbangan, kejelasan, dan
4
konsistensi (Kusumasari, Dwiputrianti, & Allo, 2015). Kedua, nasionalisme
mencakup: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab (LAN,
Modul Pelatihan Dasar PNS: Nasionalisme, 2015).
Ketiga, etika publik mencakup memegang teguh nilai-nilai dalam
ideologi, setia dan mempertahankan Undang-undang Dasar Negara
Kesatuan Republik Indonesia 1945, menjalankan tugas secara professional
dan tidak berpihak, membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian,
menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif, memelihara dan
menjunjung tinggi standar etika luhur, mempertanggung jawabkan tindakan
dan kinerjanya kepada publik, memiliki kemampuan dalam melaksanakan
kebijakan dan program pemerintah, memberikan layanan kepada publik
secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna bermartabat,
mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi, menghargai komunikasi,
konsultasi, dan kerjasama, mengutamakan pencapaian hasil dan
mendorong kinerja pegawai, mendorong kesetaraan dalam pekerjaan,
meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai
perangkat sistem karir (Kumorotomo, Wirapradja, & Imbaruddin, 2015).
Keempat, komitmen mutu mencakup berkinerja dengan
mengedepankan komitmen terhadap kepuasan customers/clients,
memberikan layanan yang menyentuh hati, untuk menjaga dan memelihara
agar customers/clients tetatp setia, menghasilkan produk/jasa yang
berkualitas tinggi, tanpa cacat tanpa kesalahan, dan tidak ada pmborosan,
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi, baik berkaitan dengan
pergeseran tuntutan kebutuhan customers/clients maupun perkembangan
teknologi, menggunakan pendekatan ilmiah dan inovatif dalam pemecahan
masalah dan pengambilan keputusan, melakukan upaya perbaikan secara
berkelanjutan melalui berbagai, antara lain: pendidikan, pelatihan,
pengembangan ide kreatif, kolaborasi dan benchmark, efektif, efisien,
5
kreatif dan inovatif, ketepatan waktu, peningkatan produksi (Yuniarsih &
Taufiq, 2015). Kelima, anti korupsi mencakup jujur, peduli, mandiri, disiplin,
tanggung jawab, kerja keras, sederhana, berani, adil dan bermartabat.
Seluruh berbagai nilai yang telah diuraikan di atas merupakan bekal bagi
peserta Latsar dalam proses aktualisasi nilai-nilai dasar profesi PNS secara
langsung di unit kerjanya masing-masing, secara khusus di Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung (LAN, Modul Pelatihan Dasar Calon PNS:
Anti Korupsi, 2015).
5. Struktur Organisasi Politeknik Kesejahteraan Sosial
Struktur organisasi politeknik kesejahteraan sosial Bandung terdiri dari
dewan Pembina, senat, direktur, dan satuan pengawas internal. Pada
Kepemimpinan di tingkat Politeknik dilaksanakan oleh direktur, yang
menjalankan fungsi penetapan kebijakan nonakademik dan pengelolaan
Poltekesos Bandung. Direktur sebagai organ pengelola terdiri atas, direktur
dan wakil direktur, bagian, program studi, pusat, dan unit pelaksana teknis.
Wakil direktur terdiri atas, wakil direktur bidang akademik, wakil direktur
bidang umum, dan wakil direktur bidang kemahasiswaan dan alumni.
Kedudukan penulis dalam struktur politeknik kesejahteraan sosial
Bandung, sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Sosial RI Nomor:
ORPEG. 7A- 01- I/2019 penulis diangkat sebagai Calon Dosen pada
politeknik kesejahteraan sosial Bandung dimana dosen di politeknik
kesejahteraan sosial Bandung termasuk kedalam kelompok jabatan
fungsional dimana berdasarkan Peraturan Menteri Sosial RI Nomor 4
Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Poltekesos Bandung pasal
44 ayat 5 dijelaskan bahwa kelompok jabatan fungsional berada dan
bertanggung jawab secara langung kepada Direktur politeknik
kesejahteraan sosial Bandung.
Selain itu, sesuai dengan Nota Dinas Direktur Poltekesos Bandung
Nomor 062/6.1.8/KP.04.01/07/2019 perihal Penempatan Pegawai di
politeknik kesejahteraan sosial Bandung, selama masih berlangsungnya
proses pengangkatan jabatan pertama dari calon dosen menjadi dosen
6
fungsional, penulis saat ini ditugaskan di salah satu unsur pelaksana
akademik yaitu di Pusat Penelitian politeknik kesejahteraan sosial
Bandung. Secara lengkap struktur organisasi dapat dilihat pada gambar
1.1.
7
b. Pelaksanaan dan pengembangan pendidikan vokasi dan/atau
profesi bidang kesejahteraan social
c. Pelaksanaan penelitian untuk pengembangan pendidikan vokasi
dan/atau profesi bidang kesejahteraan social
d. Pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
e. Pelaksanaan pembinaan civitas akademika
f. Pelaksanaan penjaminan mutu penyelenggaraan pendidikan vokasi
dan/atau profesi bidang kesejahteraan social
g. Pelaksanaan kerjasama dibidang pendidikan vokasi dan/atau profesi
h. Pengelolaan sistem, data, dan informasi pendidikan vokasi dan/atau
profesi
i. Pelaksanaan urusan hubungan masyarakat
j. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan dibidang pendidikan vokasi
dan/atau profesi kesejahteraan social
k. Pelaksanaan pelayanan administrasi akademik, kemahasiswaan
l. Pelaksanaan pelayanan umum
D. Jabaran dan Uraian Tugas
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen, pada pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa
dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
Pada Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan
Tinggi dikatakan bahwa Perguruan Tinggi memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan Pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada
masyarakat atau biasa disebut dengan Tridharma Perguruan Tinggi. Dalam
Undang-Undang tersebut juga dikatakan bahwa dosen memiliki tugas
utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi melalui Tridharma perguruan tinggi. Sehingga,
dosen yang juga merupakan ASN dalam melaksanakan tugasnya tersebut
8
harus juga menjujung tinggi nilai-nilai dasar ASN untuk mencapai perannya
sebagai dosen yang professional dan berintegritas. Oleh karena itu, isu
yang akan dibahas dalam Laporan aktualisasi ini akan berkaitan dengan
tugas dan fungsi dosen pendidikan tinggi sebagai ASN.
Terkait dengan uraian tugas / unsur kegiatan dosen yang diatur dalam
Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 17 Tahun 2013 pada pasal 7 unsur dan sub unsur kegiatan
jabatan Akademik Dosen terdiri dari :
1. Pelaksanaan Pendidikan
a. Melaksanakan perkulihan/tutorial dan membimbing, menguji serta
menyelenggarakan pendidikan di laboratorium, praktik keguruan
bengkel/ studio/kebun percobaan/teknologi pengajaran dan praktik
lapangan;
b. Membimbing seminar;
c. Membimbing kuliah kerja nyata, praktek kerja nyata, praktek kerja
lapangan;
d. Membimbing dan ikut membimbing dalam menghasilkan disertasi,
tesis, skripsi, dan laporan akhir studi;
e. Melaksanakan tugas sebagai penguji pada ujian akhir;
f. Membina kegiatan mahasiswa;
g. Mengembangkan program kuliah;
h. Mengembangkan bahan kuliah;
i. Menyampaikan orasi ilmiah;
j. Menduduki jabatan pimpinan perguruan tinggi;
k. Membimbing Akademik Dosen di bawah jenjang jabatannya; dan
l. Melaksanakan kegiatan detasering dan pencangkokan jabatan
Akademik Dosen.
2. Pelaksanaan penelitian, meliputi:
a. Menyusun karya ilmiah;
b. Menerjemahkan/menyadur buku ilmiah;
c. Mengedit/menyunting karya ilmiah;
9
d. Membuat rencana dan karya teknologi yang dipatenkan; dan
e. Membuat Laporan dan karya teknologi, Laporan dan karya seni
monumental/seni pertunjukan/karya sastra.
3. Pelaksanan pengabdian kepada masyarakat, meliputi:
a. Menduduki jabatan pimpinan pada pendidikan tinggi;
b. Melaksanakan pengembangan hasil pendidikan dan penelitian;
c. Memberi latihan/ penyuluhan/ penataran/ ceramah pada
masyarakat;
d. Memberi pelayanan kepada masyarakat atau kegiatan lain yang
menunjang pelaksanaan tugas umum pemerintah dan
pembangunan; dan
e. Membuat/menulis karya pengabdian
Secara teknis, uraian tugas penulis sebagai Calon Dosen di Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung yang merupakan turunan dari tugas
Tridarma Perguruan Tinggi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya,
adalah sebagai berikut:
1. Menjadi pengawas pelaksanaan Ujian Semester
2. Menjadi pengawas pelaksanaan Ujian Praktikum Prodi Sarjana
Terapan Semester Genap 2018/2019
3. Menjadi notulen pelaksanaan Ujian Praktikum Prodi Sarjana Terapan
Semester Genap 2018/2019
4. Menjadi notulen pelaksanaan Ujian Skripsi Prodi Sarjana Terapan
Semester Genap 2018/2019
5. Menjadi notulen pelaksanaan Ujian Proposal Skripsi Sarjana Terapan
Semester Ganjil 2019/2020
6. Menjadi pengolah data penelitian
7. Menulis karya ilmiah artikel jurnal/ kontributor buku
8. Mengikuti konfrensi/seminar ilmiah
9. Membantu pelaksanaan administrasi di unit pengelola kegiatan
10
BAB II
PELAKSANAAN AKTUALISASI
11
(WoG) dan thidharma perguruan tinggi, yaitu pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Setelah itu, penulis mengkonsultasikan
isu yang telah teridentifikasi kepada rekan sejawat, Coach dan Mentor
untuk kemudian dapat di analisis secara mendalam sehingga terpilihlah
sebuah core issue.
Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung selain
melaksanakan tridharma perguruan tinggi, juga memiliki tanggungjawab
untuk mewujudkan kesejahteraan sosial sebagai visi dari Kementerian
Sosial. Berkaitan dengan hal tersebut sebagai lembaga pendidikan tinggi,
Poltekesos diharapkan mampu untuk mencetak pekerja sosial dan menjadi
Pusat Pengembangan Pendidikan Pekerjaan Sosial Indonesia.
Mencermati hal tersebut, demi terciptanya kompetensi mahasiswa yang
memiliki kemampuan menghadapi berbagai tantangan masa depan,
berbagai inovasi dalam pendidikan, khususnya inovasi/pengembangan
model pembelajaran di Perguruan Tinggi telah dilakukan oleh banyak
dosen, tak terkecuali di Politeknik Kesejahteraan Sosial yang mengemban
visi untuk menjadi Pusat Pendidikan Pekerjaan Sosial berkualitas
internasional dan berperan aktif dalam penyelenggaraan kesejahteraan
sosial.
Sejalan dengan hal tersebut, selain pengembangan model yang
dilakukan oleh dosen, kemandirian mahasiswa dalam meningkatkan
kompetensi diri juga menjadi tuntutan dalam menghadapi globalisasi dan
menjadi bagian dari masyarakat global. Berdasarkan pengamatan, teramati
bahwa kemandirian belajar mahasiswa relatif masih rendah. Hal ini terlihat
setidaknya dari dua hal: (1) jika karena sesuatu hal dosen berhalangan
memberi kuliah, maka belum ada inisitif mahasiswa untuk langsung belajar
secara mandiri, (2) sebagian besar mahasiswa mengakui bahwa mereka
belajar lebih serius pada satu-dua hari menjelang ujian. Sehingga dapat
dikatakan kemandirian belajar mahasiswa dalam meningkatkan
kompetensi diri masih kurang.
12
Selain itu, dalam rangka menjadi Pusat Pendidikan Pekerjaan Sosial
berkualitas internasional dan berperan aktif dalam penyelenggaraan
kesejahteraan sosial, cara pandang terbuka, kritis, logis dan sistematis
terkait isu-isu dan persoalan dimasyarakat dalam kerangka kesejahteraan
sosial juga menjadi tuntutan yang sudah seharusnya mampu dijawab dari
setiap civitas akademika Politeknik Kesejahteraan sosial. Kemampuan
berpikir logis diperlukan individu, pada saat beraktivitas dalam mengambil
keputusan, menarik kesimpulan, dan melakukan pemecahan masalah.
Heryadi, (2017) menjelaskan yang dimaksud dengan pola berpikir logis atau
berlogika adalah bernalar secara sistematis dalam menghasilkan
keputusan-keputusan yang benar. Berlogika dengan benar dalam proses
mendengarkan kuliah meliputi tiga tahapan, yaitu diawali dengan tahap
pemahaman konsep (conception), kemudian tahap pembentukan proposisi-
proposisi (conceptualisation), dan diakhiri dengan tahap pengambilan
keputusan (coclusion). Untuk membentuk model perkuliahan demikian,
yang dapat menumbuhkan sikap kritis, kreatif, teliti, dan tanggung jawab,
para dosen perlu memiliki pijakan teoretis (approach) yang tepat pada satu
sisi, dan disisi lain mahasiswa mampu untuk memberikan respon secara
kritis.
Untuk sampai pada tahap tersebut, mahasiswa diharuskan mampu
untuk berpikir secara logis dan sistematis dalam membangun argumen-
argumen sehingga diskursus yang terbangun bersifat konstruktif. Namun
faktanya, mahasiswa umumnya hanya menjadi penerima materi secara
pasif dari dosen, sehingga diskursus yang bersifat konstruktif dalam
perkuliahan belum dapat terbangun. Hal demikian, terjadi diantaranya
karena kurangnya kemampuan mahasiswa dalam membangun alur
pikir yang logis, dan sistematis dalam memahami materi perkuliahan.
Dengan demikian, untuk menunjang proses perkuliahan dan mencetak
calon-calon pekerja sosial yang professional, sebuah stimulus untuk
menstimulan mahasiswa menjadi isu yang penting untuk dirumuskan dan
dicari alternatif penyelesaiannya.
13
Kebutuhan akan sumber referensi pada akhirnya menghendaki
kemudahan akses terhadap buku-buku, jurnal, monograf, dan termasuk
juga karya-karya ilmiah akhir mahasiswa. Untuk hal ini, penulis menemukan
isu kurang optimalnya pengelolaan karya ilmiah akhir (skripsi)
mahasiswa. Hal ini dikarenakan karya ilmiah akhir (skripsi) mahasiswa
belum bisa diakses secara online oleh seluruh civitas akademika Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung.
1. Analisis Isu (USG)
Isu-isu tersebut kemudian dinilai dengan indikator Urgency,
Seriousness, dan Growth (USG). Urgency artinya seberapa mendesaknya
suatu isu untuk segera dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness
artinya seberapa serius suatu isu harus segera dibahas dan dikaitkan
dengan akibat yang akan ditimbulkan jika isu tersebut tidak diselesaikan.
Sedangkan Growth diartikan sebagai seberapa besar kemungkinan
memburuknya isu tersebut jika tidak segera ditangani. Pada metode ini,
analisis dilakukan dengan memberikan nilai dari skala 1 (terendah) hingga
5 (tertinggi) untuk setiap indikator penilaian isu. Selanjutnya, nilai dari setiap
indikator pada masing-masing permasalahan dijumlahkan, sehingga
penulis dapat menentukan permasalahan/isu untuk diangkat sebagai
kegiatan aktualisasi melalui perolehan nilai tertinggi. Adapun analisis isu
berdasarkan kriteria USG dapat dilihat pada tabel 2.1.
14
Tabel 2.1 Hasil Analisis Isu dengan USG
Skor USG
Total
No Isu Ranking
U S G Skor
Keterangan:
Urgency Seriousness Growth
(Mendesak) (Keseriusan) (Pertumbuhan)
5 = Sangat Penting 5 = Sangat Serius 5 = Sangat Cepat
4 = Penting 4 = Serius 4 = Cepat
3 = Cukup Penting 3 = Cukup Serius 3 = Cukup Cepat
2 = Kurang Penting 2 = Kurang Serius 2 = Kurang Cepat
1 = Tidak Penting 1 = Tidak Serius 1 = Tidak Cepat
15
2. Faktor Penyebab (Fishbone)
Analisis Fishbone adalah suatu pendekatan terstruktur yang
memungkinkan dilakukan suatu analisis lebih terperinci dalam menemukan
penyebab-penyebab suatu masalah, ketidaksesuaian, dan kesenjangan
yang ada (Hamidy, 2016). Ada beberapa fungsi dasar dari Diagram
Fishbone yaitu 1) mengkategorikan berbagai sebab potensial dari suatu
masalah atau pokok persoalan dengan cara yang rapi; 2) menganalisis
tentang apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu proses; 3)
mengajarkan kepada tim dan individu tentang proses serta prosedur saat
ini atau yang baru (Widyahening, 2018). Diagram Fishbone dapat
digunakan untuk mengidentifikasi dan mengorganisir sebab-sebab yang
mungkin muncul dari efek-efek khusus. Kemudian memisahkan akar
penyebabnya dan menyebutkan beberapa permasalahan yang muncul.
16
Metode belajar
mahasiswa kurang
efektif
Sistem belajar dilakukan
Mahasiswa hanya hanya saat menjelang ujian
mengandalkan materi
presentasi dari dosen
Kurangnya kemampuan mahasiswa
dalam memahami materi
perkuliahan secara logis dan
sistematis
17
3. Gagasan Pemecahan Isu (Tapisan)
Berdasarkan analisis isu prioritas pada gambar 2.1 dengan diagram
fishbone, maka gagasan pemecahan isu terkait Kurangnya kemampuan
mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan secara logis dan
sistematis didasarkan pada aspek metode, material dan Environtment.
Untuk menentukan aspek pemecahan isu yang efektif dan efisien serta
memudahkan dalam proses implementasinya maka dilakukan analisis
tapisan terhadap ketiga aspek tersebut. Dalam Analisa tapisan yang dinilai
adalah efektivitas, efesiensi, dan kemudahan dalam pemecahan isu. Dalam
gagasan pemecahan isu dari aspek metode, material, dan environtment
dapat dipecahkan dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Aspek Metode: Metode penyajian teori dan konsep dalam bentuk
mind map berbasis digital
2. Aspek Material: Berkoordinasi dengan program studi terkait
penyusunan modul perkuliahan pada setiap mata kuliah.
3. Aspek Environtment: Sosialisasi dan menciptakan ruang-ruang
diskusi informal terkait bidang keilmuan.
Atas dasar tersebut, untuk menentukan gagasan pemecahan isu yang
tepat, maka dibuatkan dalam tabel analisa tapisan sebagai berikut:
18
Berdasarkan analisis tapisan di atas dapat dilihat bahwa untuk
pemecahan isu “Kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami
materi perkuliahan secara kritis dan sistematis” akan mampu dioptimalkan
dengan Penggunaan mind map berbasis digital sebagai panduan
mahasiswa dalam membangun alur pikir logis dan sistematis.
Tentunya dalam prosesnya memerlukan langkah-langkah kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai optimalisasi penggunaan Penggunaan mind map
berbasis digital sebagai panduan mahasiswa dalam membangun alur pikir
logis dan sistematis. Langkah kegiatan yang akan dilakukan adalah sebagai
berikut:
1. Konsultasi dengan pimpinan, mentor dan program studi, untuk
membahas rencana aktualisasi
2. Melakukan studi dokumentasi dan pustaka terkait metode mind map
berbasis digital
3. Merumuskan instrumen yang digunakan dalam menyusun panduan
metode mind map berbasis digital
4. Konsultasi dengan mentor terkait instrumen penggunaan metode
mind maps berbasis digital
5. Finalisasi instrumen dalam menyusun metode mind map berbasis
digital
6. Melakukan sosialisasi penggunaan metode mind map berbasis
digital
7. Evaluasi kegiatan dan penyempurnaan instrumen metode mind map
berbasis digital.
19
B. Pelaksanaan Aktualisasi
Pada bagian ini akan diuraikan pelaksanaan aktualisasi mulai dari kegiatan yang dilakukan jadwalnya hingga proses yang dilakukan
dalam pengimplementasian laporan aktualisasi ini. Pada bab ini hal tersebut akan terbagi dalam tiga subbab yakni pengisian formulir 1,
jadwal pelaksanaan aktualisasi dan catatan bimbingan.
Berikut adalah formulir 1 dari laporan aktualisasi penggunaan mind map berbasis digital sebagai panduan mahasiswa dalam
membangun alur pikir logis dan sistematis di Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung:
20
1. Matrik Pelaksanaan Aktualisasi
Tabel 2.3 Laporan Aktualisasi
Kontribusi Penguatan nilai Paraf
No Kegiatan Tahapan kegiatan Output Nilai Dasar Mentor
visi - misi organisasi
1 2 3 4 5 6 7
a) Menghadap 1. Catatan dan • Akuntabilitas, dimana Kegiatan Nilai organisasi
pimpinan untuk izin saran hasil proses dapat koordinasi akan yang terkandung
melakukan pertemuan dipertanggungjawabkan mendukung dari kegiatan
kegiatan, dengan ditunjukan dengan pencapaian visi koordinasi ini
b) Konsultasi dan pimpinan. adanya pencatatan Poltekesos adalah nilai
diskusi dengan 2. Catatan dan terhadap hasil Bandung sebagai bersinergi,
pimpinan terkait isu saran pertemuan koordinasi berupa Pusat Pendidikan berkinerja,
Konsultasi
dan langkah yang dengan Kaprodi notulensi. Pekerja Sosial profesional.
dengan
ingin dilakukan 3. Catatan dan • Nasionalisme, yang berkualitas, Sinergi terjermin
pimpinan,
sekaligus meminta saran hasil ditunjukan dengan dengan dari adanya
mentor dan
saran terkait pertemuan musyawarah dan menerapkan keinginan untuk
1 program studi,
penggunaan dengan mentor mufakat yang misinya dalam melibatkan
untuk
metode mind map 4. Foto kegiatan diterapkan dalam meningkatkan berbagai pihak
membahas
berbasis digital. diskusi sebagai wujud kualitas terkait untuk
rencana
c) Konsultasi dan pengimplementasian manajemen mendukung
aktualisasi
diskusi bersama nilai sila ke-4. penyelenggaraan pembahasan isu
kaprodi untuk • Etika Publik di pendidikan.
membahas wujudkan dalam
kegiatan koordinasi dengan
penggunaan pimpinan dan pihak
metode mind map terkait yang dalam
berbasis digital prosesnya terdapat
21
Kontribusi Penguatan nilai Paraf
No Kegiatan Tahapan kegiatan Output Nilai Dasar Mentor
visi - misi organisasi
1 2 3 4 5 6 7
d) Konsultasi mentor, sikap menghargai
untuk menjelaskan komunikasi, konsultasi,
isu serta dan kerja sama.
penggunaan • Komitmen Mutu,
metode mind map dimana koordinasi
berbasis digital dimaksudkan untuk
e) Pendokumentasian menentukan inovasi
dan berfikir kreatif.
• Manajemen ASN
dimana koordinasi
dilakukan dengan yang
memiliki peran dan
keahlian.
• Pelayanan Publik
yakni untuk
meningkatkan kualitas
kinerja dosen,
mahasiswa
• Whole of Government
diwujudkan Kegiatan
koordinasi dengan
stakeholder terkait.
22
Kontribusi Penguatan nilai Paraf
No Kegiatan Tahapan kegiatan Output Nilai Dasar Mentor
visi - misi organisasi
1 2 3 4 5 6 7
2 Melakukan studi a) Mencari dan 1. Hasil review • Nilai Akuntabilitas Kegiatan studi Nilai organisasi
dokumentasi mereview bahan studi pustaka tercermin dari adanya dokumentasi yang terkandung
dan pustaka pustaka terkait 2. Operasionalisasi integritas karena dalam akan mendukung dari kegiatan
terkait metode penggunaan metode studi dokumentasi dan pencapaian visi koordinasi ini
mind map metode mind map pustaka sumber Poltekesos adalah nilai
berbasis digital berbasis digital informasi dicantumkan Bandung sebagai berkinerja dan
serta ada unsur Pusat Pendidikan bermartabat,
tanggung jawab Pekerja Sosial dimana kegiatan ini
perseorangan untuk yang berkualitas, dilakukan untuk
mencantumkan dengan mencapai nilai
informasi tersebut. menerapkan kejujuran
• Komitmen Mutu yang misinya dalam akademik,
tercermin dari adanya meningkatkan komitmen
proses berpikir kreatif penyelenggaraan terhadap IPTEK,
dalam merumuskan pendidikan dan dan inovatif
metode mind map pengajaran dengan
berbasis digital memperhatikan
• Nilai Anti Korupsi kaidah dan kode
tercermin dari dalam etik dalam
melakukan studi melakukan
dokumentasi dan studi identifikasi dan
pustaka selalu inventarisir
mencantumkan sumber
informasi sehingga hal
23
Kontribusi Penguatan nilai Paraf
No Kegiatan Tahapan kegiatan Output Nilai Dasar Mentor
visi - misi organisasi
1 2 3 4 5 6 7
tersebut menunjukkan
adanya nilai kejujuran
dalam penulisan hasil
review.
3 Merumuskan a) Membuat 1. Draft instrumen • Akuntabilitas karena Kegiatan Berkinerja,
instrumen yang instrumen metode mind adanya transparansi membuat komitmen
digunakan panduan map berbasis dalam perumusan instrumen terhadap IPTEK,
dalam penggunaan digital berbentuk instrumen panduan metode dan inovatif
menyusun metode mind map panduan ringkas • Komitmen Mutu mind map tercermin dari
panduan berbasis digital tercermin dari adanya berbasis digital adanya upaya dan
metode mind instrumen panduan akan mendukung komitmen untuk
map berbasis metode pencapaian perumusan
digital • Whole of Government misinya dalam instrumen
karena melibatkan meningkatkan
stakeholder penyelenggaraan
pendidikan dan
pengajaran, serta
meningkatkan
kualitas
manajemen
penyelenggaraan
pendidikan.
24
Kontribusi Penguatan nilai Paraf
No Kegiatan Tahapan kegiatan Output Nilai Dasar Mentor
visi - misi organisasi
1 2 3 4 5 6 7
4 Konsultasi a) Memaparkan 1. Catatan dan • Etika Publik tercermin Kegiatan Bersinergi
dengan mentor instrumen masukan hasil dari adanya itikat untuk konsultasi akan tercermin dari
terkait penggunaan mind diskusi berkonsultasi dengan mendukung adanya koordinasi
instrumen map berbasis 2. Pemantapan mentor pencapaian visi sedangkan
penggunaan digital instrumen • Komitmen Mutu Poltekesos Berkinerja
metode mind b) Meminta masukan 3. Dokumentasi tercermin dari adanya Bandung sebagai tercermin dari
maps berbasis dan saran hasil pertemuan diskusi lanjutan terkait Pusat Pendidikan adanya upaya
digital c) Melakukan diskusi 4. Foto kegiatan hasil dari diskusi awal Pekerja Sosial untuk umelakukan
terkait instrumen untuk mencapai inovasi yang berkualitas, konsultasi
penggunaan mind yang dapat bermanfaat dengan
map berbasis bagi Poltekesos menerapkan
digital Bandung. misinya dalam
d) pendokumentasian • Whole of Government meningkatkan
karena melibatkan penyelenggaraan
mentor dalam pendidikan dan
menentukan instrumen pengajaran
5 Finalisasi a) Melakukan 1. Instrumen final, • Akuntabilitas Kegiatan Berkinerja,
instrumen finalisasi instrumen yang siap untuk tercermin dari adanya finalisasi akan kejujuran
dalam metode mind map disosialisasikan integritas dalam mendukung akademik,
menyusun berbasis digital melakukan uji coba pencapaian visi komitmen
metode mind metode Poltekesos terhadap IPTEK,
map berbasis • Komitmen Mutu yang Bandung sebagai dan inovatif
digital tercermin dari adanya Pusat Pendidikan tercermin dari
uji coba Pekerja Sosial
25
Kontribusi Penguatan nilai Paraf
No Kegiatan Tahapan kegiatan Output Nilai Dasar Mentor
visi - misi organisasi
1 2 3 4 5 6 7
yang berkualitas, adanya finalisasi
dengan metode
menerapkan
misinya dalam
meningkatkan
penyelenggaraan
pendidikan dan
pengajaran
6 Melakukan a) Melakukan 1. Notulensi hasil • Kegiatan ini memiliki Kegiatan Nilai organisasi
sosialisasi presentasi sosialisasi, yang keterkaitan dengan sosialisasi yang terkandung
penggunaan dihadapan memuat seluruh subtansi mata mendukung dari kegiatan
metode mind pimpinan, dosen, masukan dan pelatihan yakni pencapaian visi sosialisasi ini
map berbasis dan sub-subbagian saran terkait Akuntabilitas, Poltekesos adalah nilai
digital terkait penggunaan dengan Nasionalisme, Etika Bandung sebagai berkinerja dan
dan pemanfaatan penggunaan Publik, Komitmen Mutu, Pusat Pendidikan bermartabat,
metode mind map metode mind Anti Korupsi, Pekerja Sosial dimana kegiatan ini
berbasis digital map berbasis Manajemen ASN, yang berkualitas, dilakukan untuk
b) Melakukan digital Pelayanan Publik, dan dengan mencapai nilai
presentasi dan 2. Laporan hasil uji Whole of Government. menerapkan Professionalisme,
pelatihan kepada coba metode misinya dalam kejujuran
mahasiswa mind map meningkatkan akademik,
berbasis digital penyelenggaraan komitmen
3. Foto kegiatan pendidikan dan terhadap IPTEK,
pengajaran dan inovatif
26
Kontribusi Penguatan nilai Paraf
No Kegiatan Tahapan kegiatan Output Nilai Dasar Mentor
visi - misi organisasi
1 2 3 4 5 6 7
dengan
memperhatikan
kaidah dan kode
etik dalam
melakukan
sosialisasi
7 Evaluasi a) Melakukan evaluasi 1. Catatan dan • Kegiatan ini memiliki Kegiatan Berkinerja dan
kegiatan dan terhadap kegiatan masukan keterkaitan dengan sosialisasi bermartabat,
penyempurnaan yang sudah terhadap metode seluruh subtansi mata mendukung dimana kegiatan ini
instrumen dilakukan mind map pelatihan yakni pencapaian visi dilakukan untuk
metode mind b) Membuat berbasis digital Akuntabilitas, Poltekesos mencapai nilai
map berbasis penyempurnaan dalam proses Nasionalisme, Etika Bandung sebagai Professionalisme,
digital instrumen metode penyajian materi Publik, Komitmen Mutu, Pusat Pendidikan kejujuran
mind map berbasis dan membuat Anti Korupsi, Pekerja Sosial akademik,
digital catatan belajar Manajemen ASN, yang berkualitas, komitmen
2. Perbaikan Pelayanan Publik, dan dengan terhadap IPTEK,
terhadap Whole of Government. menerapkan dan inovatif
instrumen misinya dalam dengan
metode mind meningkatkan memperhatikan
map berbasis penyelenggaraan kaidah dan kode
digital, dalam pendidikan dan etik dalam
bentuk panduan pengajaran melakukan
ringkas sosialisasi
27
2. Pengendalian Aktualisasi oleh coach/ mentor
28
Penyelesaian Kegiatan Catatan Mentor Paraf Mentor
posisi birokrasi sebelum melakukan kegiatan pada Lembaga memerlukan ijin dari
pimpinan terlebih dahulu. Selain itu, ijin kepada pimpinan menunjukkan adanya
Komitmen Mutu dan Akuntabilitas karena bersama pimpinan berdiskusi agar tujuan
aktualisasi yang dibuat tercapai
Kontribusi Terhadap Visi-Misi Organisasi ;
Melakukan konsultasi dengan pimpinan bertujuan untuk memperoleh izin
penyelenggaraan aktualisasi oleh CPNS di lingkungan Poltekesos Bandung. Untuk
itu, adanya konsultasi ini dapat berkontribusi terhadap misi "Meningkatkan kualitas
manajemen penyelenggaraan pendidikan."
Penguatan Nilai Organisasi;
Tujuan dari melakukan konsultasi dengan pimpinan adalah untuk memperoleh izin
dan mendapatkan masukan sehingga kegiatan ini berkontribusi pada nilai
Poltekesos Bandung yakni kejujuran akademik, komitmen terhadap IPTEK, inovatif,
empati dalam pelayanan, disiplin, berkinerja, bersinergi dan bermartabat.
Kegiatan 2 : Melakukan studi dokumentasi dan pustaka terkait metode mind maps
29
Penyelesaian Kegiatan Catatan Mentor Paraf Mentor
pertanggungjawaban sumber dari konsep yang digunakan untuk studi pustaka. Hasil
dari dokumentasi didapatkan operasionalisasi konsep
Keterkaitan Substansi Mata pelatihan;
Dalam kegiatan ini dalam melakukan studi pustaka dan dokumentasi adalah bentuk
dari adanya Etika Publik dan Komitmen Mutu dalam mencapai penyusunan
instrumen yang sesuai serta dapat dipertanggungjawabkan. Studi pustaka dan
dokumentasi yang dilakukan dicatat sehingga menunjukkan adanya nilai
Akuntabilitas.
Kontribusi Terhadap Visi-Misi Organisasi ;
Melakukan studi pustaka dan dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan referensi
yang sesuai untuk penyusunan instrumen. Untuk itu, kegiatan ini dapat berkontribusi
terhadap misi "Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan pendidikan."
Penguatan Nilai Organisasi;
Tujuan dari melakukan studi pustaka dan dokumentasi adalah untuk mendapatkan
referensi yang sesuai dengan kebutuhan Poltekesos Bandung sehingga kegiatan ini
dapat berkontribusi terhadap nilai organisasi, yakni kejujuran akademik, komitmen
terhadap IPTEK, inovatif, disiplin, berkinerja, bersinergi dan bermartabat.
Kegiatan 3 : Merumuskan instrumen yang digunakan dalam menyusun metode mind map berbasis digital
30
Penyelesaian Kegiatan Catatan Mentor Paraf Mentor
Output kegiatan terhadap pemecahan isu;
Hasil dari kegiatan ini adalah darft konsep instrumen panduan penggunaan metode
mind map.
Keterkaitan Substansi Mata pelatihan;
Kegiatan ini menunjukan bentuk dari adanya Etika Publik dan Komitmen Mutu
dalam mencapai penyusunan instrumen panduan yang sesuai serta dapat
dipertanggungjawabkan.
Kontribusi Terhadap Visi-Misi Organisasi ;
Melakukan studi pustaka dan dokumentasi bertujuan untuk mendapatkan referensi
yang sesuai untuk penyusunan instrumen. Untuk itu, kegiatan ini dapat berkontribusi
terhadap misi "Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan pendidikan."
Penguatan Nilai Organisasi;
Tujuan dari melakukan konsultasi dengan pimpinan adalah untuk mendapatkan
masukan sehingga konsep yang disusun matang dan siap diujikan, serta kegiatan
yang dilaksanakan dapat berkontribusi pada nilai Poltekesos Bandung kejujuran
akademik, komitmen terhadap IPTEK, inovatif, empati dalam pelayanan, disiplin,
berkinerja, bersinergi dan bermartabat.
Kegiatan 4 : Konsultasi dengan mentor terkait instrumen penggunaan metode mind maps
31
Penyelesaian Kegiatan Catatan Mentor Paraf Mentor
Keterkaitan Substansi Mata pelatihan;
Kegiatan ini menunjukan bentuk dari adanya Etika Publik, Komitmen Mutu dan
Whole of Government dalam mencapai penyusunan instrumen yang sesuai, dapat
dipertanggungjawabkan, dan melibatkan stakeholder.
Kontribusi Terhadap Visi-Misi Organisasi ;
Kegiatan ini dapat berkontribusi terhadap misi "Meningkatkan kualitas manajemen
penyelenggaraan pendidikan."
Penguatan Nilai Organisasi;
Tujuan dari melakukan konsultasi dengan pimpinan adalah untuk mendapatkan
masukan sehingga konsep yang disusun matang dan siap diujikan, serta kegiatan
yang dilaksanakan dapat berkontribusi pada nilai Poltekesos Bandung yakni
kejujuran akademik, komitmen terhadap IPTEK, inovatif, empati dalam pelayanan,
disiplin, berkinerja, bersinergi dan bermartabat.
Kegiatan 5 : Finalisasi instrumen dalam menyusun metode mind map berbasis digital
32
Penyelesaian Kegiatan Catatan Mentor Paraf Mentor
Kontribusi Terhadap Visi-Misi Organisasi ;
Kegiatan ini dapat berkontribusi terhadap misi "Meningkatkan kualitas manajemen
penyelenggaraan pendidikan."
Penguatan Nilai Organisasi;
Tujuan dari melakukan ini adalah untuk mendapatkan Instrumen panduan
penggunaan metode mind yang disusun matang dan siap diujikan, serta kegiatan
yang dilaksanakan dapat berkontribusi pada nilai Poltekesos Bandung yakni
kejujuran akademik, komitmen terhadap IPTEK, inovatif, empati dalam pelayanan,
disiplin, berkinerja, bersinergi dan bermartabat.
33
Penyelesaian Kegiatan Catatan Mentor Paraf Mentor
Penguatan Nilai Organisasi;
Kegiatan yang dilaksanakan dapat berkontribusi pada nilai Poltekesos Bandung
yakni kejujuran akademik, komitmen terhadap IPTEK, inovatif, empati dalam
pelayanan, disiplin, berkinerja, bersinergi dan bermartabat.
Kegiatan 7 : Evaluasi kegiatan dan penyempurnaan instrumen metode mind map berbasis digital
34
C. Kendala dan Strategi Mengatasi
35
hambatan dalam menurunkan konsep kedalam instrumen untuk
diaplikasikan, kedalam tahapan-tahapan proses penyusunan mind map.
Kendala ini dapat diatasi diantaranya dengan mengkonsultasikannya
dengan mentor yang membahas tahapan-tahapan inti yang perlu untuk
disusun berdasarkan prioritas. Keempat, terkait dengan menentukan
sasaran kepada siapa sosialisasi awal terkait metode mind map dilakukan.
Mengingat tujuan dari penggunaan metode mind map berbasis digital
adalah membantu mahasiswa dalam membangun alur pikir logis, namun
disisi lain, sosialisasi awal pada tim pengajar juga dianggap penting dengan
mencermati bahwa tim pengajarlah yang berperan untuk mengawali dan
mengenalkan metode mind map berbasis digital.
36
D. Pelaksanaan Kegiatan
Berdasarkan pelaksanaan aktulisasi ada beberapa perubahan yang terjadi sebagai konsekuensi dari penyesuaian dengan
kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung. Berikut adalah perbandingan antara rencana
kegiatan dan realisasi kegiatan aktualisasi:
37
Tabel 2.5 Rencana Kegiatan dan Realisasi Kegiatan
38
BAB III
PELAKSANAAN PENGUATAN KOMPETENSI TEKNIS BIDANG
TUGAS
39
A. Nama Kegiatan
Adapun kegiatan penguatan kompetensi teknis bidang tugas yang
diikuti adalah sebagai berikut:
40
4. Network Societies in Indonesia: Expansion and Reconfiguration of
Social Structure (Masyarakat Jaringan di Indonesia: Ekspansi dan
Rekonfigurasi Struktur Sosial)
5. Constructing Legal Resilience in Network Society (Membangun
Resiliensi Hukum dalam Masyarakat Jaringan)
6. Strengthening Network Governance for Sustainable Development
(Memperkuat Tata Kelola Jaringan untuk Pembangunan
Berkelanjutan)
7. Social Connectedness in Maximizing Psychological Well-being
(Keterhubungan Sosial dalam Memaksimalkan Kesejahteraan
Psikologis)
Kegiatan kedua, Bedah Kasus Populer Tanda dan Makna Wacana
Terorisme dalam Bingkai Media Berita Daring, yang disajikan dalam bentuk
seminar pada 28 agustus 2019 oleh Pusat Telaah dan Linguistik Forensik
(Telisik) Universitas Pendidikan Indonesia. Kegiatan ketiga, seminar Social
Work Update: Kebijakan, Pendidikan, dan Praktik Pekerjaan Sosial di Era
Revolusi Industri 4.0 yang diselenggarakan Ikatan Pekerja Sosial
Profesional Indonesia (IPSPI) pada 31 agustus 2019.
B. Narasumber
1. Seminar Internasional Asia Pasific Research in Social Science and
Humanities (APRiSH) dengan menghadirkan narasumber dari dalam
dan luar negeri, serta penyaji disetiap panel sub tema. Adapun
narasumber utama, sebagai berikut.
Tabel 3.27Narasumber Seminar APRiSH
Narasumber Instansi
Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc Dekan Fisip, Universitas Indonesia
Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met Rektor Univeristas Indonesia
Rudiantara, S.Stat., MBA. Menteri Komunikasi dan informasi
Prof. Manuel Castells University of Southern California
Prof. Jan van Dijk University of Twente, Netherlands
Prof. Andrew Mitchell University of Melbourne, Australia
Prof. Abidin Kusno York University, Canada
Dr. Imam Ardhianto Universitas Indonesia
41
Narasumber Instansi
Roby Muhamad, Ph.D Universitas Indonesia
Dr. Dina Wahyuni Swinburne University of Technology,
Australia
Prof. Huck-ju Kwon Seoul National University, South Korea
Yandri Kurniawan, S.ST, M.Si, M.Sc Universitas Indonesia
I Dewa Gede Karma Wisana, Ph.D Lembaga Demografi FEB UI
Prof. Ian O. Wiliamson Victoria University of Wellington, New
Zealand
Evi Fitriani, Ph.D Universitas Indonesia
Narasumber Instansi
Prof. Dr. Karim Suryadi Guru Besar Komunikasi Politik UPI
Drs. Alex Sobur, M.Si Penulis dan Pakar Media
R. Dia-an Muniroh, Ph.D Direktur Telisik UPI
Drs. Imam Jahrudin Priyanto, M.Hum Pikiran Rakyat
Dr. Aceng Ruhendi Saifullah Penulis
Narasumber Instansi
Drs. Teta Sudrajat, M.Si Direktur Yayasan Sayangi Tunas Cilik
Prof. Adi Fahrudin, Ph.D Guru Besar UMJ
Dr. Puji Pujiono, MSW Pekerja Sosial
42
(APRiSH), artinya belajar memahami isu-isu sosial kontemporer, dan
updating metode penelitian. Terutama terkait dengan perkembangan
permasalahan-permasalahan sosial di era digital, dan dampak dari
terwujudnya masyarakat global dalam jaringan (global network society)
dalam menjawab tantangan-tantangan dari isu perkembangan sosial
ekonomi berkelanjutan (sustainable development goals).
Pada kesempatan lain, dalam Seminar Bedah Kasus Populer penulis
mendapatkan perspektif baru dalam melihat isu dan permasalahan sosial
dengan menggunakan semiotika. Dalam semiotika, setiap tanda
memberikan makna, artinya dengan semiotika mengajarkan kita untuk peka
terhadap lingkungan masyarakat dan persoalan-persoalan yang melekat
padanya. Lebih lanjut, Seminar Social Work Update: Kebijakan,
Pendidikan, dan Praktik Pekerjaan Sosial di Era Revolusi Industri 4.0,
memberikan fondasi pada penulis untuk bersikap dan bersiap menghadapi
tantangan pada pendidikan dan praktik pekerjaan sosial setelah
disahkannya UU Pekerja Sosial.
Selanjutnya, dengan mengikuti seminar atau forum-forum ilmiah dapat
juga meningkatkan kompetensi calon dosen di Poltekesos Bandung
terutama dalam memahami kondisi sosial ekonomi masyarakat di era digital
dalam revolusi industri 4.0. Selain itu, penting bagi para calon dosen dan
civitas akademika lainnya di Poltekesos Bandung untuk terus melakukan
peningkatan kompetensi diri melalui forum-forum ilmiah lainnya di lingkup
nasional maupun internasional sehingga mampu mengikuti perubahan
sosial yang terjadi pada saat ini maupun yang kemungkinan dapat terjadi di
masa mendatang. Harapan setelah memperoleh penguatan kompetensi
teknis bidang tugas melalui kegiatan ini adalah mampu memaksimalkan
pekerjaan di Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.
43
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan Laporan aktualisasi yang penulis susun dapat
disimpulkan bahwa:
1. Menurut Undang-undang No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil
Negara, memuat nilai-nilai dasar, Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika
Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi, ASN harus mampu
berfungsi sebagai pelaksana kebijakan, pelayan publik, serta
perekat dan pemersatu bangsa.
2. Pelatihan dasar tahun ini diselenggarakan dengan 4 agenda besar
yaitu agenda bela negara, agenda aneka, agenda kedudukan dan
peran PNS, serta agenda habituasi yang dimaksudkan agar peserta
dapat menunjukkan sikap bela negara, mengaktualisasikan
kedudukan dan peran PNS dalam kerangka NKRI, serta dapat
menunjukkan penguasaan kompetensi teknis yang dibutuhkan
sesuai dengan bidang tugas.
3. Berkaitan dengan aktualisasi, penulis mengambil isu prioritas yaitu
kurangnya kemampuan mahasiswa dalam memahami materi
perkuliahan secara logis dan sistematis sedangkan untuk strategi
pemecahan isu yang dipilih adalah Penggunaan Mind map berbasis
digital sebagai panduan mahasiswa dalam membangun alur pikir
logis dan sistematis. Isu dan strategi tersebut dipilih berdasarkan
urgensi, keseriusan, dan potensi berkembangnya isu jika tidak
segara ditindaklanjuti. Selanjutnya, pemecahan isu didasarkan pada
alternatif yang paling efektif, efisien dan kemudahannya serta
kesesuaiannya dengan uraian tugas serta nilai dasar ASN.
44
B. Lesson Learned
Pada pelaksanaan aktualisasi ini penulis mendapatkan banyak
pengetahuan, pemahaman dan pembelajaran baru sebagai Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) di Lingkungan Kementerian Sosial. Penulis belajar
bagaimana merumuskan persoalan dan membuat skala prioritas dalam
menyelesaikan persoalan-persoalan tersebut berdasarkan sumberdaya
yang tersedia, serta alternatif-alternatif yang ada. Penulis juga belajar
tentang fungsi-fungsi lain diluar tugas dan fungsi jabatan penulis, yang
terkait dengan erat. Fungsi ini adalah fungsi birokrasi. Birokrasi meliputi
keseluruhan dari organisasi proses dan mekanisme pengambilan
keputusan di mana setiap tahap evolusi berturut-turut mewakili pendalaman
keahlian dan meningkatnya kecanggihan aparatur organisasi.
Adanya aktualisasi yang dilakukan oleh CPNS memberikan ruang
untuk lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan pekerjaan serta
mengenal lingkungan pekerjaan. Penulis merasakan adanya hal ini ketika
melakukan aktualisasi dimana membuat penulis tidak hanya mengenal
pihak yang ada di unit penempatannya yakni Pusat Penelitian (PPM) tetapi
juga mengenal pihak lain yang terkait karena adanya fungsi konsultasi dan
koordinasi yang dilakukan dalam pengimplementasian aktualisasi. Untuk
itu, setiap pengalaman yang didapat dalam pengimplementasian aktualisasi
akan menjadi pembelajaran bagi penulis dalam melaksanakan pekerjaan.
Selain itu, hal lain yang dapat dipelajari dari aktualisasi ini adalah adanya
komitmen untuk memberikan usaha terbaik dan berupaya memberikan
sumbangsih bagi satuan kerja.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Produk Hukum
Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
tahun 2003. Jakarta: Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14
Tahun 2005. Jakarta: Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5
tahun 2014. Jakarta: Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2009). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 37 tahun 2009. Jakarta: Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 32 tahun 2013. Jakarta: Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2013). Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 17 tahun
2013. Jakarta: Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2014). Peraturan Kepala Lembaga Administrasi
Negara Nomor 38 Tahun 2014. Jakarta: Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2019). Peraturan Menteri Sosial Nomor 4 tahun 2019.
Jakarta: Republik Indonesia.
47
LAMPIRAN
48
1. Foto pertemuan dengan pimpinan
49
3. Foto konsultasi dengan ketua prodi
50
5. Foto penguatan kompetensi bidang
51
Ver
sanudi
nHekmat
yar
,S.
KPm,M.
Kesos