Anda di halaman 1dari 19

CITRA KOTA DILIHAT DARI

KAWASAN KELUARAHAN SEMANGGI SURAKARTA

Disusun Oleh:

Antonius Bayu Sandewa A0220004

Prapteng Cahyo Gumilang A0220009

FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

UNIVERSITAS TUNAS PEMBANGUNAN

SURAKARTA

2023
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa yang telah Melimpahkan
Rahmat, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah seminar kota ini disusun sebagai bagian dari tahapan proses riview yang
bertujuan untuk mempermudah dan memperlancar tahapan proses tersebut.
Keduanya merupakan persyaratan untuk mencapai Tugas Ujian Tengah Semester
di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta dengan judul sebagai berikut.

RIVIEW KAWASAN KELUARAHAN SEMANGGI SURAKARTA

Dalam penyusunan laaporan ini, tidak terlepas dari segala hambatan yang
penulis hadapi. Keberhasilan dalam penulisan ini tentunya berkat segala
bimbingan dan pengarahan semua pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati kami
sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu selaku Dosen Pengampu aplikasi perancangan kota


2. Seluruh pihak yang terlibat dan membantu dalam proses pembuatan tugas.

Penulis berharap tugas ini dapat memenuhi ketentuan dan dapat memenuhi
harapan pihak-pihak yang terlibat. Semoga Tugas Riview ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.

Akhir kata, penulis ucapkan terima kasih.

Surakarta, September 2023

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota merupakan pusat pemukiman dan kegiatan masyarakat, memiliki


batasan wilayah administrasi yang sifatnya non agraris, orang-orang didalamnya
bersifat individualis. Kota erat kaitannya dengan desa dimana kota merupakan
hasil dari perkembangan desa. Seperti yang kita tahu bahwa pada awalnya
kotakota merupakan desa dan tempat bermukim para petani, peternak, nelayan
dan lain-lainnya. Mereka saling berhubungan, berkomunikasi dan
berinteraksi.Tahap terbentuknya kota mengalami proses yang sangat panjang,
tidak terlepas dari berbagai proses kultural dari masyarakat sehingga melahirkan
sebuah kota.

Hal ini dapat di baca dalam Mirsa (2012:13) mengatakan bahwa kota
merupakan suatu daerah yang memiliki wilayah batas administrasi dan bentang
lahan luas, penduduk relatif banyak, adanya heterogenitas penduduk, sektor
agraris sedikit atau bahkan tidak ada dan adanya suatu sistem pemerintahan.

Kelurahan Semanggi adalah 1 dari 51 kelurahan di Kota Surakarta.


Kelurahan ini berada di paling Tenggara Kota Solo. Kelurahan ini merupakan
bagian dari Kecamatan Pasar Kliwon. Penduduknya campuran antara
masyarakat Jawa dan Arab. Pada tahun 2020, kelurahan ini berpenduduk 23.805
jiwa.

Di Kelurahan Semanggi banyak ditemui masjid dan majelis. Semanggi


bagian Timur berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo ditandai dengan
adanya Sungai Bengawan Solo. Nama Semanggi didapat dari tanaman Semanggi
(Marsilea drummondii) karena dulu banyak terdapat tanaman ini di Semanggi
bagian Timur atau yang berdekatan dengan Sungai Bengawan Solo.

Kota Surakarta, dengan luas delineasi kawasan kumuh di lahan HP-16


sebesar 5,36 Ha. Sebagian lahan HP-16 tersebut dihibahkan untuk pembangunan
perumahan warga, serta untuk pembangunan Mako Brimob dan bangunan SMA.
Sebelum penataan, dalam kawasan tersebut terdapat 571 unit bangunan dengan
penghuni sebanyak 465 KK dan total penduduk 1.733 jiwa. Mayoritas warga
bermata pencaharian sebagai buruh, karyawan, dan pedagang, dengan penghasilan
Rp 1 juta – Rp 2,5 juta. Warga ber-KTP Kota Surakarta akan mendapatkan
bantuan hunian, sedangkan warga dengan KTP luar Surakarta diberikan biaya
transportasi untuk dapat kembali ke daerah asal.

Berdasarkan Data Dinas Perumahan Kawasan Permukiman dan


Perumahan Kota Surakarta, kawasan Semangi meliputi wilayah Kelurahan
Kedung Lumbu, Sangkrah, Mojo, dan Semanggi. Masih tersisa kawasan
kumuh 35,450 hektare pada 2020 lalu. Dalam beberapa tahun terakhir, pemkot
fokus untuk penanganan kawasan kumuh Semanggi dengan melibatkan berbagai
pihak. Baik dari pusat, provinsi, hingga dana CSR dari swasta seperti yang
dilakukan di RW 05 Semanggi ini.

I.1 Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas masalah yang dikemukakan akan


dijabarkan ke dalam dua aspek yaitu permasalahan dan persoalan, sebagaimana
diuraikan di bawah ini.

Bagaimana permasalahan yang ada di Kawasan Kelurahan Semanggi,


dilihat dari teori image of the city sebagai sarana public space yang berada di
Surakarta?

I.2 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dan sasaran yang akan dicapai adalah sebagai berikut.

I.2.1 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Untuk mengidentifikasi dengan teori image of the city di Kawasan Kelurahan


Semanggi,
2. Untuk mengetahui pengimplementasian serta permasalahan pada Kawasan
Kelurahan Semanggi, berdasarkan teori image of the city.
I.2.2 Sasaran

Sasaran dari penelitian ini adalah:


1. Mendapatkan serta mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada di
Area Kawasan Kelurahan Semanggi, yang dilihat dari teori image of the
city.
2. Menciptakan suatu ide yang dapat mengatasi permasalahan yang ada di
Kawasan Kelurahan Semanggi, yang dilihat dari teori image of the city.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kota

Menurut Amos Rapoport, kota adalah suatu pemukiman yang relatif


besar, padat dan permanen, terdiri dari kelompok individu yang heterogen dari
segi sosial. Kota merupakan tempat bergabungnya berbagai hal dan merupakan
kumpulan keanekaragaman banyak hal. Berbagai strata masyarakat bergabung
dalam satu tempat yang dinamakan kota. Begitu juga dengan kegiatan ekonomi
saling melengkapi dan saling bergantung. Kota juga merupakan simbol dari
kesejahteraan, kesempatan berusaha dan dominasi terhadap wilayah sekitarnya.
Namun kota juga merupakan sumber polusi, kemiskinan dan perjuangan untuk
berhasil (Zahnd, 2006).

Menurut Amos Rapoport dalam Zahnd (2006), ada sepuluh kriteria yang
secara lebih spesifik untuk merumuskan kota, yaitu sebagai berikut:

1. Ukuruan dan jumlah penduduknya yang besar terhadap massa dan tempat

2. Bersifat permanen

3. Kepadatan minimum terhadap massa dan tempat

4. Struktur dan tata ruang perkotaan seperti yang ditunjukkan oleh jalur jalan dan
ruang-ruang perkotaan yang nyata

5. Tempat dimana masyarakat tinggal dan bekerja

6. Fungsi perkotaan minimum yang terperinci, yang meliputi sebuah pasar, sebuah
pusat administratif atau pemerintahan, sebuah pusat militer, sebuah pusat
keagamaan atau sebuah psuat aktivitas intelektual bersama dengan kelembagan
yang sama

7. Heterogenitas dan pembedaan yang bersifat hirarki pada masyarakat

8. Pusat ekonomi perkotaan yang menghubungkan sebuah daerah pertanian ditepi


kota dan memproses bahan mentah untuk pemasaran yang lebih luas

9. Pusat pelayanan bagi daerah-daerah lingkungan setempat


10. Pusat penyebaran, memiliki suatu falsafah hidup perkotaan pada masa dan
tempat itu .

Selain itu sebuah pemukiman dapat dirumuskan sebagai sebuah kota bukan
dari segi ciri-ciri morfologi tertentu, atau bahkan kumpulan ciri-cirinya saja,
melainkan dari segi suatu fungsi khusus yaitu menyusun sebuah wilayah dan
menciptakan ruang-ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah
pedalaman yang lebih besar berdasarkan hirarki-hirarki tertentu (Rapoport,
1987). Artinya ciri-ciri morfologi, bentuk dan wujud suatu kota dapat sangat
berbeda antara suatu wilayah dengan wilayah lainnya, namun beberapa prinsip
dan elemen arsitektur perkotaan tetap dapat diamati dimanapun terkait dalam
susunannya.

2.2 Teori Citra

Citra pada kawasan perkotaan adalah gambaran pertama yang sangat kuat
tentang rasa tempat yang dimiliki kota tersebut, dan tidak dimiliki ditempat lain.
Citra terbentuk dari struktur pemukiman dengan legenda sejarahnya, aktifitas
setempat, bentukan arsitektur dengan ekspresi komponen pendukung seperti
bentuk, jalan, massa, dan lain lain. Pengaruh citra terhadap ruang publik tidak
terlepas dari kualitas visual pembentuk ruang publik itu sendiri, dimana kualitas
visual ini memunculkan kesan yang signifikan (bermakna), yaitu mudah dikenali
oleh elemen-elemen pembentuknya. Misalnya dengan adanya patung–patung, dan
pola jalan yang jelas (The Image of The City, Kevin Lynch, 1986).
Face The Street

Kota dapat diatur oleh sekumpulan titik-titik vokal, atau dipecah dalam
daerah-daerah, atau dihubungkan dengan jalan-jalan yang mudah diingat.

Unsur gambaran yang dapat membentuk


kotaadalah; path, landmark, edge, node, dan district (The Image of The
City, Kevin Lynch, 1986).

5th element

1. Path

merupakan jalur yang dilewati pengamat, dapat berupa jalan, pedestrian,


jalur bis/trem, saluran air. Orang dapat mengamati kota pada waktu
melewati paths. Jaringan pergerakan dalam konteks urban, merupakan alat yang
paling kuat untuk mengatur keseluruhannya. Path yang paling utama, mempunyai
suatu sifat tersendiri yang membedakan dari Paths(jalur-jalur) di sekitarnya,
misalnya dengan suatu konsentrasi kegunaan tertentu, atau dengan tekstur yang
tertentu pada lantai, fasade bangunan, atau dengan cara penanaman tanaman
tertentu, dan lain sebagainya.
pedestrian di freiburg, Germany

Busway, Cambridge

2.Edge

unsur linier yang tidak dianggap path, yaitu batas antara dua phase,
pemutusan dari suatu kontinuitas, misalnya; pantai, pemotongan oleh jalur kereta
api, batas suatu pembangunan, dan bisa juga dinding. Edge adalah suatau penahan
(yang kadang-kadang bisa ditembus) yang menutup suatu daerah dari daerah lain,
atau bisa juga merupakan kolom diantara dua daerah yang menghubungkan
daerah tersebut. Unsur ini meskipun tidak lebih dominan daripada path, tetapi
untuk banyak orang merupakan alat (sifat) yang penting untuk membedakan
daerah-daerah misalnya; batas suatu kota oleh air (sungai), atau tembok batas
kota.

Jika edge penting diberikan hubungan (visual dan sirkulasi) dengan


arsitektur lokal lainnya, maka dapat menjadi sesuatu untuk mempermudah
pengenalan. Suatu cara memeperbesar visibility dari edge adalah dengan
memperbesar kegunaannya atau accesbility-nya
the market area

3. Landmark

semacam titik pengenal, dalam hal ini pengamat ada di luar. Biasanya sesuatu
yang mudah didefinisikan, misalnya sebuah gedung, tanda, toko, atau gunung.
Gunanya untuk mengenal satu unsur dari banyak ragam. Kadang
kadang landmark bisa jauh letaknya. Namun jika dilihat dari berbagai sudut dan
berbagai jarak, landmark akan nampak jelas, di atas unsur-unsur lainnya.

Landmark itu bisa di dalam kota, atau juga bisa terlihat dari jauh,
misalnya; menara, kubah emas, atau gunung kecil yang besar. Tetapi ada
juga landmark yang lokal yang hanya terlihat didaerah tertentu saja, misalnya;
papan nama, tampak toko, pohon, dan sebagainya. Landmark tidak selalu benda
besar, tetapi tempatnya yang penting, harus sedemikian rupa sehingga mudah
dilihat.

Minaret

4. Node
titik-titik strategis dalam kota, dimana pengamat dapat masuk, atau dari
mana dia bepergian. Nodes dapat merupakan penghubung-penghubung utama,
tempat-tempat pemberhentian dalam perjalanan, persilangan atau pertemuan
jalan-jalan, saat-saat perubahan dari satu struktur ke srtuktur lainnya.
Nodes mungkin hanya konsentrasi yang penting karena penggunaan tertentu atau
karena karakter fisik, misalnya sudut jalan, tempat berkumpul, atau lapangan
tertutup. Beberapa dari nodes merupakan inti dari suatu kawasan.

Konsep nodes ada hubungannya dengan konsep paths, karena nodes pada
hakekatnya adalah pertemuan dari paths. Dalam tiap gambaran kota biasanya ada
beberapa nodes yang menjadi dominan.

Node juga merupakan anchorpoints dalam kota, tempat-tempat untuk


memecah kemonotonan jalan.

Nodes

5. District

suatu bagian dari kota (daerah yang tidak terlalu kecil), yang memiliki
karakter atau identitas yang khusus. Didalam distrik sendiri terdapat
elemen path, nodes atau bahkan landmark, yang sudah banyak dikenal orang.
Kekhasan karakter pada distrik biasanya berdasar pada aktifitas tertentu
yang terpusat pada daerah tersebut atau sejarah yang pernah terjadi dan bermakna
bagi masyarakat yang berada pada daerah tersebut

district

Kelima unsur; path, edge, node, landmark, dan district, dianggap sebagai
alat untuk memudahkan penggolongan informasi. Unsur-unsur tersebut
merupakan building block bagi perencana.
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Data Lokasi

Gambar 3. 1 Peta Monument Perjuangan 45

Sumber : id.wikipedia.org/wiki/

Ruang lingkup spasial atau wilayah pada penelitian ini adalah


Taman Perjuangan 45 Banjarsari, Surakarta yang mempunyai batas-batas
sebagai berikut :

 Sebelah Utara :
 Sebelah Timur :
 Sebelah Selatan :
 Sebelah Barat :

3.2 Teori Citra Kota

Pada teori Citra Kota terdapat 5 elemen pokok untuk membentuk


suatu kota yang baik. Dari teori tersebut maka dapat di evaluasi apa saja
kekurangan dan kondisi awal di area Kawasan Kelurahan Semanggi
sehingga dapat memberikan solusi untuk menjadikan jalan tersebut
menjadi nyaman dan baik.
3.2.1 Path

Path (jalan) yang terdapat pada Kawasan Kelurahan Semanggi


beberapa kondisi yang ada di Kawasan ini sudah cukup baik dengan
tetapi ada beberapa kawasan yang perlu adanya perbaikan agar tidak
membahyakan keselamatan pengendara.

A. Kondisi Jalan bagus

Pada kondisi ini sudah memiliki jalan yang lebih baik setelah beberapa
saat ini pada Kawasan ruko ini memiliki kondisi jalan yang bagus dan
adanya trotoar sehinggi aktivitas pejalan kaki tidak tergangu oleh
aktivitas sepeda motor

Gambar 1.1 Jalan Minument 45

Sumber : Penulis, 2023


B. Kondisi Jalan rusak
Namun setKawasan memiliki masalah tersendiri salah satunya pada
jalan Kawasan perdagangan memiliki jalan yang harus di perbaiki
sehingga tidak membahaykan aktivitas pengendara

Gambar 1.1 Jalan Minument 45

Sumber : Penulis, 2023


3.2.2 Districh
Menurut Kevin Lynch, District merupakan wilayah yang memiliki
kesamaan (homogen). Kesamaan tadi bisa berupa kesamaan karakter/
ciri bangunan secara fisik, fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan
sebagainya. Sebuah kawasan district memiliki ciri khas yang mirip
(bentuk, pola, wujudnya) dan khas pula dalam batasnya, dimana orang
merasa harus mengakhiri atau memulainya.
Pada Kawasan Kelurahan Semanggi terdiri menajdi beberapa
Kawasan yaitu pada warna hijau merupakan Kawasan permukiman
pada warna kuning sebagai Kawasan ruko pada warna biru sebagai
Kawasan perdagangan dan pada warna merah merupakan Kawasan
Kesehatan.
3.2.3 landmark
Tidak dipungkiri bahwa fakta Solo pada zaman dulu, merupakan
wilayah perairan yang sangat terkenal. Sungai Bengawan Solo yang
menjadi induk dari anak-anak sungai di wilayah pedalaman Solo,
menjadi jalur transportasi air yang sangat vital. Perdagangan tumbuh
dengan pesat, karena hadirnya kapal-kapal besar yang berlabuh di
bandar atau pelabuhan besar di tepi Bengawan Solo.

Kapal-kapal besar yang membawa berbagai komoditas dari


beberapa wilayah kerajaan di Jawa Timur, diangkut oleh perahu-
perahu kecil yang melintas di banyak anak sungai, seperti kali Pepe,
Kali Jenes dan lain sebagainya. Salah satu bandar atau dermaga besar
yang pernah dimiliki adalah Bandar Semanggi, yang berada di
Kampung Semanggi. Letaknya memang persis berada di pinggir
Bengawan Solo.
Jejak Bandar Semanggi memang sudah tidak bisa dilihat. Tidak ada
bangunan sedikit pun yang memperlihatkan sisa bandar besar tersebut
dibangun. Namun, perkiraan titik pelabuhan besar itu, kini bisa dilihat
di Kampung Semanggi. Oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surakarta,
jejak tersebut dibangun sebuah taman yang dilengkapi semacam
replika kapal yang diberi nama Bandar Semanggi.

Taman Bandar Semanggi yang kini dibangun oleh Pemkot


Surakarta berada di bawah Jembatan Kyai Mojo, Pasar Kliwon, Solo.
Konon sebelum berubah nama menjadi Bengawan Solo, sungai
tersebut dikenal sebagai Bengawan Semanggi dan pernah dibangun
sebuah dermaga bernama Bandar Semanggi. Bengawan Semanggi
menjadi jalur sungai yang cukup sibuk sebagai perlintasan kapal-kapal
besar yang membawa berbagai komoditas, seperti garam, ikan dan lain
sebagainya dari Kerajaan Mojopahit di Jawa Timur.

Kapal-kapal besar tersebut berlabuh di Bandar Semanggi dan


Bandar Nusupan. Bandar Nusupan secara geografis letaknya masuk
wilayah Kadokan, Grogol, Sukoharjo. Bandar Nusupan, letaknya tak
jauh dari Bandar Semanggi dan berada di Belakang RSUD Bung
Karno, Semanggi. Bagi warga asli di kawasan Nusupan, ada beberapa
warga yang sempat menyaksikan tonggak-tongak kapal dari kayu jati
masih terpasang di sekitar pinggir sungai. Tonggak-tonggak kayu
tersebut dipercaya sebagai pengikat kapal bila berlabuh di Bandar
Nusupan. Namun tonggak-tonggak kayu itu sudah tidak terlihat lagi,
disebabkan oleh usia dan terbawa arus sungai.

Tak hanya kapal-kapal dagang, namun kapal-kapal pasukan


kerajaan juga berlabuh di Bandar Semanggi yang berada di Desa
Semanggi. Oleh masyarakat setempat, kala itu Bandar Semanggi
mempunyai sebutan nama lain yaitu Waluyu. Waluyu sendiri dimaknai
sebagai penambangan (penyeberangan di bandar) paling hulu.
Kesibukan sebagai jalur perdagangan di Bandar Semanggi
diperkirakan sudah ada sejak abad XIII atau XIV. Pelayaran sungai
menjadi pilihan paling utama kala itu untuk mengembangkan jalur
perdagangan ke berbagai wilayah, termasuk Jawa Timur.

Bandar Semanggi disebut dalam sejarah, merupakan bandar yang


ke-44 atau yang terakhir, bila dihitung dari muara bengawan di Ujung
Galuh (Gresik), Jawa timur. Maka, Bandar Semanggi termasuk jalur
padat tempat hilir mudik kapal-kapal besar yang menjadi urat nadi
perekonomian dari Jawa Timur menuju Jawa Tengah.

Di Bandar Semanggi dahulu sebagai saksi kejayaan maritim yang


pernah dimiliki Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Raja-raja Keraton
Kasunanan Surakarta Hadiningrat pernah berlayar dengan Kapal Kyai
Rajamala hingga ke Madura dan banyak wilayah lain. Bahkan Bupati
Madura juga pernah melakukan kunjungan ke Keraton Surakarta
Hadiningrat dan berlabuh di Bandar Semanggi. Tak hanya Kapal Kyai
Rajamala yang pernah bersandar di Bandar Semanggi. Namun kapal-
kapal kecil seperti Kyai Sekonyar Rarasati, Kyai Bintang Timur, Nyai
Wilutama dan lainnya pernah bersandar di Bandar Semanggi.

Bandar Semanggi digunakan untuk sarana transportasi dengan


berbagai kepentingan. Tidak hanya kepentingan perekonomian, namun
juga sosial dan diplomasi politik. Utusan-utusan penting raja dari
berbagai kerajaan, sering berlabuh di Bandar Semanggi untuk menjalin
hubungan diplomatik dengan Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

Lokasi yang diperkirakan pernah menjadi Bandar Semanggi, oleh


Pemkot Surakarta dibangun taman Bandar Semanggi. Letaknya
menyatu dengan Semanggi Kampung Harmoni. Sebuah replika kapal
sengaja dibangun, guna menjadi pengingat bahwa di tempat tersebut
pernah ada sebuah dermaga besar yang menjadi tempat bersandarnya
kapal-kapal besar di Bengawan Semanggi atau Bengawan Solo.

Gambar 1.1 Jalan Minument 45

Sumber : Penulis, 2023


3.2.4 Nodes
Kota Solo selain terkenal akan batiknya juga terkenal akan
keberagaman pasar nya. Salah satunya adalah Pasar Klithikan
Notoharjo yang berlokasi di Jalan Sungai Serang I No.313, Semanggi,
Kecamatan Pasar Kliwon. Pasar ini berdiri sejak tahun 2006. Yang
mana, pasar ini menjadi tempat relokasi PKL yang berasal dari
kawasan Taman Monumen 45 Banjarsari. Ada sekitar 1000 PKL yang
hijrah dari lokasi penjualan lama menuju pasar ini.
Pasar Klithikan dikenal sebagai pasar barang-barang bekas satu-
satunya di Solo. Sehingga menjadikan pasar ini sebagai pasar
primadona bagi warga Solo dan sekitarnya. Selain itu pasar ini juga
istimewa, karena berhasil mendapatkan penghargaan dari MURI.
Penghargaan tersebut didapatkan karena Pemkot Surakarta berhasil
merelokasi pedagang sebelumnya tanpa diwarnai aksi kekerasan.
Ada berbagai jenis barang dagangan dijajakan di pasar ini. Mulai
dari kebutuhan rumah tangga seperti pakaian dan peralatan listrik,
mainan, kendaraan dan hewan pun tersedia di pasar ini. 90 persen
barang yang dijual di waktu pagi adalah barang bekas. Meskipun, ada
juga beberapa pedagang yang menjual barang baru seperti helm dan
pakaian. Barang-barang yang dijual di pasar ini dipatok dengan harga
yang sangat terjangkau. Hal ini lah yang membuat Pasar Klithikan
selalu ramai akan pengunjung.
3.2.4 Nodes
Pada Kawasan Kelurahan semanggi sendiri memiliki batas wilayah
dan salah satunya merupakan batas wilayah kota solo dengan kota lain
yaitu pada Sungai bengawan solo Sebelum terjadi sedimentasi
(pendangkalan) berat, Bengawan Solo merupakan jalur pembuka
perdagangan dari barat ke timur melalui kapal-kapal besar.

Gambar 1.1 Jalan Minument 45

Sumber : Penulis, 2023

Anda mungkin juga menyukai