Anda di halaman 1dari 23

01 Pertemuan BAHAN AJAR

MORFOLOGI DAN ARSITEKTUR KOTA

Morfologi
&
Struktur Ruang Kota

Ardiana Yuli Puspitasari


PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA
ardianapuspitasari FAK U LTAS TE K N I K
ardianayp23@gmail.com UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
KONTRAK PERKULIAHAN (kelas pagi)
• Kuliah: Senin
• Jam: 15.30 WIB → boleh diganti (sesuai kesepakatan) dan kegiatan yang sesuai
• Keterlambatan masuk kelas: 15 menit
• Koordinator kelas: ………….
• Nilai: UAS → Tertulis (70%) & Tugas (30%)
• Kuliah dilaksanakan secara offline (tatap muka langsung di kelas), dan sesekali dilaksanakan
secara online (jika kuliah offline tidak memungkinkan untuk dilaksanakan), berdasarkan
kesepakatan bersama.
• Mahasiswa wajib presensi pada SIAKAD dan manual presensi kelas
• Materi kuliah bisa diakses pada laman SIAKAD pada setiap pertemuan
• Tidak boleh bermain gadget selama kuliah berlangsung→ kecuali diinstruksikan oleh dosen utk
mencari referensi materi/tugas.
• Dilarang memakai jaket (kecuali jika sakit) dan wajib menggunakan sepatu
• Mahasiswa siap mengikuti perkuliahan dengan baik
APA ITU MORFOLOGI
Merupakan kesatuan organik elemen-elemen
pembentuk kota.

Morfologi kota terbentuk melalui proses


yang panjang, setiap perubahan bentuk
kawasan secara morfologis dapat
memberikan arti serta manfaat yang
sangat berharga bagi penanganan
perkembangan suatu kawasan kota.
CAKUPAN
Bangunan, sistem sirkulasi, open space,
ASPEK DETAIL dan prasarana kota

ASPEK TATA
Pola tata ruang, komposisi lingkungan
BENTUK
terbangun terhadap pola bentuk di
KOTA/
sekitarnya
TOWNSCAPE

Totalitas rencana dan rancangan kota


ASPEK
yang memperlihatkan dinamika
PERATURAN
kawasan kota
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
✓ Perkembangan morfologi Kompleksitas wajah kota dalam
suatu kota dipengaruhi oleh suatu kronologis waktu
dipengaruhi oleh:
banyak faktor.
1. sejarah,
✓ Faktor-faktor yang 2. gaya bangunan,
berkembang umumnya 3. peraturan,
memiliki karakter tertentu 4. struktur jalan,
yang mempengaruhi wajah 5. teknologi membangun,
kota dalam kurun waktu 6. perkembangan regional,
yang sangat panjang. 7. landasan kosmologi yang
berkembang di suatu daerah.

MORFOLOGI KOTA
sifatnya never ending dalam artian terus
berkembang dan waktu ke waktu
PROSES PERKEMBANGAN
Melalui Proses Planning & Design
Kota diarahkan sesuai dengan potensi

FORMAL
dan karakteristik dasar wilayah (potensi
alamiah, ekonomi, sosial budaya)
→ Ada intervensi terhadap
perkembangan kota

ORGANIS
Proses yang tidak direncanakan dan
berkembang dengan sendirinya
APA ITU STRUKTUR RUANG
KOTA
Struktur Ruang
Susunan pusat-pusat permukiman, sistem jaringan serta sistem
prasarana maupun sarana. Semua hal itu berfungsi sebagai
pendukung kegiatan sosial-ekonomi yang secara hirarki
berhubungan fungsional

Konsepsi spasial yang merupakan kerangka dan menjadi


determinan dari pola atau pattern perkotaan
ELEMEN PEMBENTUK STRUKTUR KOTA
perdagangan, pemerintahan, keuangan yang
Kumpulan dari cenderung terdistribusi secara berkelompok
Pelayanan Jasa dalam pusat pelayanan

Kumpulan dari pergudangan dan perdagangan grosir


Industri yang cenderung untuk berkumpul pada
Sekunder suatu tempat.

Lingkungan tempat tinggal dari manusia dan ruang


Permukiman terbuka hijau.

Jaringan
Menghubungkan ketiga tempat di atas.
transportasi
POLA STRUKTUR RUANG KOTA
kumpulan bangunan individu yang
COMPOSITIONAL
dikomposisikan pada bidang 2 dimensi, linkage
FORM
spasial lebih jelas

struktur ruang skala besar dihubungkan ke dalam


MEGA FORM kerangka linier secara hirarkis

terbentuk dari akumulasi struktur sepanjang


GROUP FORM magnet ruang terbuka komunal dan linkagenya
berkembang secara alami (natural) maupun
organik
ARSITEKTUR KOTA
• BUDAYA & ANTROPOLOGI adalah bentuk ekspresi kehidupan orang
sebagai pelaku & pembuatnya.
• EKSPRESI → penting dan perlu diperhatikan karena kota tidak memiliki
makna yang berasal dari dirinya, melainkan dari kehidupan yang ada di
dalamnya.
• Kawasan Kota → memiliki sifat yang sangat mempengaruhi kehidupan
tempatnya (place).
• Konkritnya:
– dapat diamatinya kota dari suasana yang ada di dalam kota apakah
kurang baik dan dimana masyarakatnya menderita oleh wujud dan
ekspresi tempatnya (place).
– bukan berarti suatu tempat yang terlihat mewah pasti akan memiliki
kehidupan perkotaan yang baik, begitu juga sebaliknya.
• ANGGAPAN bahwa arsitektur hanya dimiliki oleh kelompok sosial
menengah ke atas pada prinsipnya tidak benar. Setiap kawasan perkotaan
perlu memperhatikan prinsip dan elemen perkotaan yang arsitektural
supaya kehidupan dan segala aktivitias masyarakat setempat merasa
nyaman di tempat tersebut.
ARSITEKTUR & PERKOTAAN
Sebagai hasil bentuk build environment dan kehidupan manusianya (sebagai
container dan content) terjadi dalam proses yg terencana dan terancang
(design) secara formal maupun tidak, mrpkn karya manusia.

ILMU PERENCANAAN (PLANNING) DAN PERANCANGAN (DESIGN)

ARSITEKTUR PERANCANGAN KOTA

MIKRO MEZO
Aspek Arsitektur & Perkotaan
Arsitektur & Perkotaan tdk terlepas dari setting ekonominya.

1. Lokasi → bagian terpenting dari kota, dimana fasilitas


perdagangan dan perkantoran skala besar cenderung
berada di pusat kota, sdgkan industri menempati pinggiran
kota.
2. Kegiatan → formal dan informal
a) Formal → kegiatan pada bangunan/lahan ttn & tercatat
dlm tata guna lahan, spt: perdagangan, permukiman,
industri, dan kemasyarakatan
b) Informal → kegiatan yg tdk tercatat dlm tata guna lahan,
spt: PKL.
3. Infrastruktur → investasi utk menumbuhkan kegiatan
ikutan, dsb.
PENDEKATAN
DASAR ARSITEKTUR KOTA

Kumpulan berbagai Tempat untuk


bangunan dan artefak berhubungan sosial
→ PRODUK → PROSES
PEMBUATAN

BANGUNAN & INTERAKSI SOSIAL


ARTEFAK → RUANG &
WAKTU
Teori Arsitektur Kota
Roger Trancik (1986) → “Finding Lost Space” menyebutkan bahwa
ada 3 teori pendekatan arsitektur rancang kota, yaitu:

Kota secara fisik merupakan hasil bentukan antara bangunan dengan ruang terbuka
FIGURE
yang mendukung identifikasi tekstur dan pola bentukan ruang kota.
GROUND Teori yang menjelaskan hubungan tekstural antara bentuk yang dibangun
(building massa) dan ruang terbuka (open space).

Teori yang menjelaskan bahwa jaring-jaring sirkulasi yang menghubungkan antar


LINKAGE bagian kawasan atau bangunan turut membangun struktur kota dan jaring-jaring
sirkulasi menjadi acuan dalam mengorganisasikan sistem pergerakan.

Teori yang menjelaskan mengenai makna sebuah kawasan di perkotaan secara


arsitektural.
PLACE Proses rancang kota harus dapat merespon dan mewadahi nilai-nilai
konstekstual yang ada dengan memperhatikan nilai budaya, sejarah, dan hal-
hal yang lain secara arsitektural.
Teori figure/ground diartikan secara terpisah yaitu, figure adalah massa yang dibangun
Figure Ground (biasanya di dalam gambar ditunjukkan dengan warna hitam) dan ground adalah semua
ruang di luar massa itu (biasanya ditunjukkan dengan warna putih)

A. HOMOGEN

Susunan kawasan yang bersifat dimana hanya ada satu pola


penataan. Contoh: Kota Algier, Maroko dan Amsterdam, Belanda.
Kedua kota ini memilik pola kawasan yang bersifat homogen.

B. HETEROGEN

Susunan kawasan yang bersifat dimana ada dua atau lebih pola
berbenturan, Contoh: dua buah kawasan di Kota Aachen, Jerman.
Kedua kawasan tersebut memiliki pola yang bersifat heterogen.

C. MENYEBAR

susunan kawasan yang bersifat menyebar dan kecenderungan


kacau. Sebagai contoh adalah Kota Bonn dan Hamburg, Jerman.
Kedua kawasan ini memiliki pola yang bersifat agak kacau.
Sistem hubungan di dalam tekstur figure/ground Solid & Void
mengenal dua kelompok elemen, yaitu solid Sebagai Elemen Perkotaan
(bangunan) dan void (ruang terbuka).

3 elemen dasar a. Blok tunggal, bersifat individu, namun juga dapat dilihat sebagai
bagian dari satu unit yang lebih besar.
yg bersifat b. Blok yang mendefinisi sisi, yang berfungsi sebagai pembatas secara
linier.
SOLID c. Blok medan yang memiliki bermacam-macam massa dan bentuk,
namun masing-masing tidak dilihat sebagai individu-individu.

a. Sistem tertutup linier, elemen yang paling sering dijumpai di kota.


b. Sistem tertutup yang memusat, pola ruang yang terfokus dan 4 elemen
tertutup misalnya pusat kota.
c. Sistem terbuka yang sentral, bersifat terbuka namun masih tampak
dasar yg
fokus, misalnya alun-alun besar, taman kota, dan lain-lain. bersifat VOID
d. Sistem terbuka linier, contoh pola tersebut adalah kawasan sungai.
Teori Kota adalah sesuatu yang kompleks dan rumit, maka perkembangan kota sering mempunyai
kecenderungan membuat orang merasa tersesat dalam gerakan di daerah kota yang belum
Linkage dikenal. Hal ini sering terjadi di daerah yang tidak mempunyai linkage (penghubung), yang
memperhatikan dan menegaskan hubungan-hubungan dan gerakan-gerakan sebuah tata ruang
perkotaan.

A. VISUAL
Dua atau lebih banyak fragmen kota yang dihubungkan menjadi satu
kesatuan secara visual. Karena sebuah linkage yang visual mampu
menyatukan daerah kota dalam berbagai skala.

B. STRUKTURAL

Dalam linkage struktural yang baik, pola ruang perkotaan dan


bangunannya sering berfungsi sebagai sebuah stabilisator dan
koordinator di dalam lingkungannya, karena setiap kolase (penghubung
fragmen-fragmen) perlu diberikan stabilitas tertentu dan koordinasi
tertentu dalam strukturnya.
C. BENTUK KOLEKTIF

Memperhatikan secara langsung keadaan rupa bentuk yang bersifat


kolektif di dalam kawasan kota, karena dengan hal tersebut akan dicapai
landasan perancangan untuk memperkuat kualitas kawasan melalui
pengelompokkan berbagai obyek bagian dari satu bentuk kolektif.
Teori Proses rancang kota harus dapat merespon dan mewadahi nilai-nilai konstekstual yang ada dengan
memperhatikan nilai budaya, sejarah, dan hal-hal yang lain secara arsitektural.
Place Manusia memerlukan suatu tempat untuk mengembangkan kehidupan dan budayanya, tidak hanya
sekedar space tetapi lebih dirasakan sebagai place. Kebutuhan itu timbul karena adanya kesadaran
orang terhadap suatu tempat yang lebih luas daripada hanya sekedar masalah fisik saja.
REFERENSI

• Bambang Heryanto, 2011, “Roh dan Citra Kota, Peran


Perancangan Kota sebagai Kebijakan Publik”, Brillian
International, Surabaya.
• Doxiadis, 1968, “Human Settlement are, by Definition,
Settlement Inhabited by Man”.
• Hestin Mulyandari, 2011, “ Pengantar Arsitektur Kota”,
Andi Offset, Yogyakarta.
• Markus Zahnd, 1999, “Perancangan Kota Secara
Terpadu”, Kanisius, Yogyakarta.
Terimakasih.......

Anda mungkin juga menyukai