Menurut Pierre Merlin dan Francoise Choay (1988: 677 & 851) perancangan kota adalah proses dari konsep dan
realisasi arsitektur yang memungkinkan penguasaan pengaturan formal dari perkembangan kota, yang
menyatukan perubahan dankemapanan. la adalah pertengahan dari praktek arsitek yang berkonsentrasi pada
konsep formal dan realisasi arsitektural dalam konstruksi bangunan dan perancang kota yang berkonsentrasi pada
pembagian dan penggunaan yang kurang sempurna dari sumber-sumber kepemilikan dan penghancuran yang
tidak perlu dari bagian-bagian bersejarah sehingga terintegrasinya kesatuan dan keindahan dalam lingkungan
terbangun
Kevin Lynch telah melakukan sebuah studi terhadap apa yang diserap secara mental oleh orang-orang dan realitas fisik sebuah
kota. Hasil studinya ini disajikan dalam bentuk buku yaitu The image of the city dimana menurut Lynch perkotaan yang ideal
adalah yang dapat memberikan image
Secara garis besar Prof.Kevin Lynch menemukan dan mengumpulkan ada lima elemen pokok atau dasar yang oleh orang digunakan
untuk membangun gambaran mental mereka terhadap sebuah kota, adalah Path, Edges, District, Landmark , Nodes
Konsep arsitektur kota atau tepatnya urban artefak sebagai karya seni selalu muncul dan diketemukan dalam bentuk-bentu
bervariasi; dalam segala jaman dan kehidupan sosial religius. Urban artefak selalu berkaitan dengan tempat, peristiwa dan
wujud kota. (Benny Poerbantanoe, 1999).
Suatu arsitektur kota seharusnya dipandang sebagai tissue yang mencakup elemen-elemen fisik spatial dan membentuk suatu
jalinan konfigurasi secara sinergis.
Dengan demikian kesinambungan produk-produk sejarah dan segala proses morfologi pembentukan dan perubahan entitas fisik
spatialnya dapat terlihatsecara utuh.
Selain itu dinamika perkembangan dan perubahan kota juga dipengaruhi oleh interaksi antara tatanan fisik dengan
penghuni kota. (Sandi A Siregar, 2004).
Arsitektur kota dapat diamati dari segi bentuk, waktu, serta susunannya yang melibatkan banyak aspek dan prinsip arsitektural
yang bersifat universal, tetapi perlu diterapkan secara kontekstual. Terbagi atas 3 konsepsi : konsepsi pertama adalah pemahaman
bahwa ruang perkotaan adalah ruang yang bersifat fisik dengan dimensinya yang sosial dan mental (psikis). Konsepsi kedua
adalah pemahaman terhadap ruang perkotaan dari dua tingkat, yaitu dari atas dan dari bawah ( perspektif politik dan prespektif
kehidupan sehari-hari), Konsepsi ketiga adalah bahwa pemahaman terhadap ruang perkotaan, dalam segala dimensinya, paling
dimungkinkan melalui perhatian pada proses perkembangannya ( Marcus Zahnd )
Arsitektur Perkotaan dipandang sebagai obyek buatan manusia dalam skala besar (urban artifact), dan sebuah arsitektur yaitu
berupa konsentrasi elemenelemen fisik spasial yang selalu tumbuh dan berkembang. (Aldo Rossi )
Jane Jacobs (1961)
Dalam bukunyaThe Death and Life of Great American Cities
Kota berdasarkanmultiple usesakanakan menghasilkan keberagaman dalm ekonomi dan sosial.Fenomena esensial dari kota adalah gabungan
dari aktivitas yang didukung.
Lebih lanjutnya, kawasan perkotaan hendaknya memiliki beberapa prinsip arsitektural dalam skala makro.Jika tidak maka akan timbul masalah
yang cenderung buruk dalam kehidupan bermasyarakat. Sebab jika ukuran sebuah kota dan wilayahnya tidak disusun dengan menciptakan ruang-
ruang efektif melalui pengorganisasian sebuah daerah pedalaman yang lebih besarberdasarkan hirarki-hirarki tertentu, maka kualitas identitas
masyarakat perkotaan terhadaptempat dan lingkungannya akan menurun.
Sumber:Kaitan antara keberagaman, Meliana, FT UI, 2008
Robert Dannenbrink (dalam Branch, 1995: 200) mendeskripsikan perancangan kota sebagai berikut: Perancangan kota adalah proses dan hasil
pengorganisasian dan pengintegrasian seluruh komponen lingkungan (buatan dan alam), sedemikian rupa sehingga akan meningkatkan citra
setempat dan perasaan berada di suatu tempat (sense of place), dan kesetaraan fungsional, serta kebanggaan warga dan diinginkannya suatu
tempat menjadi tempat tinggal. Hal tersebut dapat diterapkan pada berbagai seting dan kepadatan fisik, mulai dari daerah perkotaan, pinggiran
kota, hingga pedesaan, mulai dari skala lingkungan permukiman hingga keseluruhan daerah, dan dapat terpusatkan pada permasalahan kota secara
keseluruhan atau komponen khusus, misalnya lingkungan permukiman, pusat bisnis, sistem ruang terbuka, atau karakter jalan utama.
Amos Rapaport (1985) yang melakukan studi permukiman tradisional dibeberapa negara menyimpulkan bahwa, pengaturan lingkungan
permukiman manusia, merupakan wujud pengejawantahan manusiayang merasa perlu mengatur jagad raya ini, dimana semua kebudayaan
mempunyai suatu system pengaturan lingkungan permukiman secara sendiri sendiri; mereka berkomunikasi secara simbolis melalui pengaturan
lingkungan. Semua lingkungan mempunyai makna dan mereka menggambarkan makna itu dalam bentuk skema, prioritas, preferensi dan
kebudayaan dari penciptanya. Pada kebudayaan tradisional, pengaturan berdasarkan agama dengan maksud untuk mengatur kekacauan dunia
dengan meniru suatu pengatura ideal, yaitu pengaturan dan harmoni surgawi.
Menurut Weber (1947) beberapa kriteria untuk merancang sebuah kota yaitu sebuah wilayah yang luas dimana habitat hidup bersama, sekumpulan
rumah rumah yang membentuk Aglomerasi yang luas dan spesifik, tempat berdagang dimana sebagian besar penduduknya hidup dari industri,
sebuah organisasi ekonomi sekaligus pengaturan kota.
Kesimpulan :
Arsitektur Kota merupakan suatu perwujudan wadah
sejarah bagi penduduknya yang secara fisik tertata
dengan baik dan perkembangannya merupakn proses
morfologi kota
Rangkuman Definisi
- Image kota,
- Perkembangan bentuk kota
- Urban Artefak,
- Wujud kota
- Tatanan fisik kota,
- Produk Sejarah,
- Morfologi kota
- keberagaman ekonomi sosial
- kebudayaan tradisional
- Hunian
DEFINISI KRITERIA
Urban Artefak : Mempertahankan Karakter Kota
Terkait dengan pembentukan jati diri atau identitas sebuah kota, kekhasan kota yang berangkat dari
Suatu peninggalan yang memiliki kearifan lokal dapat menjadi titik tolak pembentukannya.
nilai historis bagi suatu wilayah,
dapat mengarahkan
perkembangan dan pola wilayah
tersebut, termasuk mengubah
image dari kota
Efisiensi
Tatanan Fisik kota : Sistem Ekologi Kota
Sistem ekologi kota merupakan faktor yang sangat penting dalam menciptakan kota yang sehat
Merupakan suatu susunan unsur-unsur fisik dan berkelanjutan.
sangat banyak dipengaruhi atau dicirikan
oleh struktur-struktur bikinan manusia
(artifisial), seperti pola jaringan jalan,
bangunan-bangunan, permanen dan
monumentalis, pertamanan, kesibukan lalu
lintas, dan lain-lain
Access = Pencapaian
kemudahan pencapaian ke suatu tempat, pencapaian informasi, kemudahan mendapatkan
pekerjaan, kemudahan memasuki jenjang pendidikan.
Control
menentukan penilaian baik tidaknya bentuk kota karena dengan mengontrol berarti menata dan
menjaga serta mengawasi warga dan kegiatan dan lingkungannya.
Density + mix ( D ) Intensitas pembangunan dan berbagai kegunaan yang berbeda (seperti perumahan,
komersial, institusional atau menggunakan rekreasi).
Height + massing Skala bangunan dalam kaitannya dengan tinggi dan luas lantai, dan bagaimana mereka
( HM ) berhubungan dengan bentuk tanah sekitarnya, bangunan dan jalan-jalan. Hal ini juga
mencakup selubung bangunan, cakupan situs dan orientasi matahari. Tinggi dan massa
menciptakan rasa keterbukaan atau kandang, dan mempengaruhi kemudahan jalan-jalan,
ruang dan bangunan lainnya.
Streetscape + Desain ruang publik seperti jalan-jalan, ruang terbuka dan jalur, dan termasuk lansekap,
landscape ( SS ) iklim mikro, shading dan penanaman.
Faade + interface ( F ) Hubungan bangunan ke bangunan lokasi, jalan dan tetangga (alignment, kemunduran,
pengobatan batas) dan ekspresi arsitektur fasad mereka (proyeksi, bukaan, pola dan bahan).
Details + materials Penampilan close-up dari objek dan permukaan dan pemilihan bahan dalam hal detail,
( DM ) pengerjaan, tekstur, warna, daya tahan, keberlanjutan dan pengobatan. Ini termasuk
ELEMEN perancangan kota
Sumber : Urban Design Handbook
Signage ( S ) mengintegrasikan semua tanda-tanda dengan lingkungan sekitar mereka dalam hal ukuran,
bentuk, warna, tekstur dan pencahayaan sehingga mereka saling melengkapi dengan desain
keseluruhan bangunan, dan tidak bersaing visual dengan tanda-tanda lain di daerah.
Lighting ( L ) memperhitungkan jenis dan kuat cahaya yang diperlukan untuk tujuan khusus dari lingkungan
Parking ( P ) Jenis dan jumlah ruang parkir harus mencerminkan penggunaan yang diinginkan dari setiap
situs. Lansekap dari area parkir juga disarankan untuk memberikan keteduhan, meningkatkan
keindahan sebuah situs, dan memungkinkan untuk serapan air
Service Area ( SA ) Lokasi area servis ( TPA, Sumber Air, Sumber Listrik, dan sejenisnya ) harus berorientasi ke arah
belakang bangunan untuk meminimalkan merusak pemandangan visual.
Fencing ( Fe ) Pemagaran yang berfungsi sebagai batas wilayah, batas visual, atau hal yang sifatnya harus
tertutup.
Builiding Articulation Artikulasi bangunan mengacu pada pemodelan tiga dimensi bangunan dan permukaan nya,
( BA ) giv-ing penekanan pada elemen arsitektur (jendela, balkon, beranda, entri, dll) yang
menciptakan pola pelengkap atau irama, membagi bangunan besar menjadi potongan-
potongan yang lebih kecil dapat diidentifikasi.
Transportation ( Ts ) Transportasi publik mengurangi jumlah kendaraan di jalan, sehingga mengurangi lalu lintas dan
Emisi-keputusan, serta memberikan mereka tanpa kendaraan sarana untuk bepergian,
berbelanja dan pergi bekerja.
Elemen Keyword
Menurut Weber (1947)
Beberapa kriteria untuk merancang sebuah kota yaitu
- sebuah wilayah yang luas dimana habitat hidup bersama,
- sekumpulan rumah rumah yang membentuk Aglomerasi yang luas dan
Wilayah, tempat tinggal, fasilitas umum
spesifik,
- tempat berdagang dimana sebagian besar penduduknya hidup dari
industri
- sebuah organisasi ekonomi sekaligus pengaturan kota.
Kostov, 1991):
SQUARE ; open space sebagai paru-paru
CENTER ; pusat kota sebagai jantung yang memompa darah
JARINGAN JALAN ; sebagai saluran arteri darah dalam tubuh
Open space, center, jaringan jalan,
KEGIATAN EKONOMI ; sebagai sel yang berfikir Fasilitas umum
BANK, PELABUHAN, KAWASAN INDUSTRI ; sebagai jaringan khusus dalam
tubuh
UNSUR KAPITAL (keuangan & bangunan) ; sbg energi yg mengalr ke
seluruh sistem kota
Kus Handinoto membagi kota dalam empat elemen :
- Elemenwismamerupakan perpaduan antara wadah dan isi (manusia,
penduduk).
- Elemenkaryaatau tempat kerja dan usaha diaplikasikan dalam bentuk
tata guna lahan dan fungsi bangunan yang meliputi penggunaan lahan,
kondisi lokasi, hubungan fisik, agrarian dan peraturan
Transportasi, fasilitas umum,
- Elemenmargadiaplikasikan dalam transpormasi dalam arti luas yang
meliputi perhubungan darat, laut dan sungai serta udara.
- Elemensukadiaplikasikan dalam bentuk lapangan olah raga, sekolah,
ibadah, kesehatan dan keperluan sehari hari.
- elemen lainnya adalahpenyempurnayang terdiri dari saluran air minum,
Elemen Keyword
Roger Trancik (1986) Massa bangunan, monumen, hunian, edges,
Urban solid terdiri dari; ruang terbuka, jalan utama, nodes
(1). massa bangunan, monumen;
(2). persil lahan blokhunian yang ditonjolkan;
(3).edges, yang berupa bangunan.
Vitality : Ketahanan vitalitydalam hal ini adalah tolok ukur yang menunjang fungsi vital
kehidupan, kebutuhan biologis manusia dan menjaga kelangsungan hidup
manusia dan lingkungannya. Dalam bukunya Kevin Lynch juga menyatakan
bahwa kota yang baik itu harus mampu menyediakan ketercukupan suplai
makanan, energi, air, udara dan pembuangan sampah, dan segala
sesuatunya harus selalu tersedia sepanjang waktu untuk kelangsungan
hidup warganya. (Kevin Lynch : Good City Form)
MORFOLOGI KOTA
Fungsional dan Struktur Kota Cakupan aspek detail (bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan
prasarana kota) aspek tata bentuk kota/townscape (terutama pola tata
ruang, komposisi lingkungan terbangun terhadap pola bentuk di sekitar
kawasan studi) aspek peraturan (totalitas rencana dan rancangan kota
yang memperlihatkan dinamika kawasan kota
TEORI X KRITERIA
Access = Pencapaian
kemudahan pencapaian ke suatu
tempat, pencapaian informasi,
kemudahan mendapatkan pekerjaan,
kemudahan memasuki jenjang
pendidikan.
Fungsional dan Struktur Kota Teori Konsentrik (concentriczone concept) yang dikemukakan EW.Burkss.
Dalam teori konsentrik ini, Burgess mengemukakan bahwa bentuk guna lahan kota
membentuk suatu zona konsentris. Dia mengemukakan wilayah kota dibagi dalam 5
(lima) zona penggunaan lahan yaitu:
1. Lingkaran dalam terletak pusat kota (central business distric atau CBD) yang
terdiri bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan pusat
perbelanjaan
2. Lingkaran kedua terdapat jalur peralihari yang terdiri dari: rumah-rumah sewaan,
kawasan industri, dan perumahan buruh
3. Lingkaran ketiga terdapat jalur wisma buruh, yaitu kawasan perumahan untuk
tenaga kerja pabrik
10
4.Lingkaran keempat terdapat kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja
kelas menengah
5.Lingkaran kelima merupakan zona penglaju yang merupakan tempat kelas
menengah dan kaum berpenghasilan tinggi.
Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Dalam teori ini
Hoyt mengemukakan beberapa masukan tambahan dari bentuk guna lahan kota yang
berupa suatu penjelasan dengan penggunaan lahan permukiman yang lebih
memfokusan pada pusat kota dan sepanjang jalan transportasi. Dalam teorinya ini,
Hoyt membagi wilayah kota dalam beberapa zona, yaitu:
1. Lingkaran pusat, terdapat pusat kota atau CBD
2. Sektor kedua terdapat kawasan perdagangan dan industri
3. Sektor ketiga terdapat kawasan tempat tinggal kelas rendah
4. Sektor keempat terdapat kawasan tempat tinggal kelas menengah
5. Sektor kelima terdapat kawasan ternpat tinggal kelas atas.
Custodianship Memastikan bahwa sistem berada di tempat untuk operasi yang sedang Melakukan evaluasi berkala terhadap
berlangsung, manajemen dan pemeliharaan sehingga tempat ini terpelihara kebijakan/ desain
dengan baik dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Metode Perancangan Kota
Sumber : Creating Places for People, Urban Design Protocol
Custodianship ( CU ) Memastikan bahwa sistem berada di tempat untuk operasi yang sedang Melakukan evaluasi berkala terhadap
berlangsung, manajemen dan pemeliharaan sehingga tempat ini kebijakan/ desain
terpelihara dengan baik dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
Metode Perancangan Kota
Sumber : Urban Design, Methods and Techniques
Metode Pengertian Proses/ Pihak Terkait
Synoptic ( S ) metode sinoptik menghasilkan perencanaan dari analisis untuk definisi target Tim ahli tentang SDA, Penduduk
diikuti dengan mencari alternatif dan metode perencanaan bandingan.Synoptic Sipil
dalam beberapa kasus proses pelaksanaan dengan teknik berguna untuk umpan
balik dari informasi yang
Incremental ( I ) Hanya sejumlah tindakan alternatif yang dipertimbangkan dalam konteks Politikus dan Penduduk Sipil
pembangunan dan ini sedikit berbeda dari status quo. Sebuah solusi yang baik
dalam perencanaan inkremental tidak didefinisikan oleh tingkat pencapaian
tujuan, tetapi bagaimana implementasi layak adalah dengan cara yang tersedia
dan tingkat kesepakatan di antara para pembuat keputusan kunci
Transactive ( T ) menempatkan penekanan besar pada saling belajar dan dialog antara mereka Pemerhati Lingkungan, Politikus,
yang terkena dampak perencanaan. berusaha untuk membangun badan Penduduk Sipil, Komunitas Sosial
perencanaan desentralisasi yang dapat memberikan populasi kontrol lebih besar
atas proses-proses sosial yang mempengaruhi kesejahteraan mereka.
Advocacy ( A ) Seperti namanya, menunjukkan bahwa perencana menjadi juru bicara (dari segi Pemerhati Lingkungan, Politikus dan
hukum atau sejenis lembaga formal ) untuk berbagai kelompok. Perencana Penduduk Sipil
memberikan kontribusi kepada proses pembangunan dengan menciptakan situasi
dengan banyak proposal rencana bersaing.
Radical ( R ) Para firstis pendekatan anarkis yang diilhami menekankan kontrol desentralisasi Tim Ahli tentang SDA, Komunitas
dan eksperimen dengan organisasi masyarakat alternatif Sosial
Metode Perancangan Kota x Kriteria
Kriteria Metode
URBAN ARTEFAK CO E EX CU S I T A R
Mempertahankan Karakter Kota v v v
Vitality : Ketahanan v v v v v
Sense : Rasa v v v
MORFOLOGI KOTA
Fungsional v v v v v
Efisiensi v v v v v
Acsess : Pencapaian v v v v
Control v v v v
Uraian diatas sesuai dengan kondisi kawasan penelitian yang berada di kawasan bencana alam, yaitu adanya perubahan pola tata ruang lingkungan permukiman (kampung kota) mengarah
kepada tatanan kawasan mitigasi bencana alam yang nantinya melalui tahapan proses terus menerus yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidup dan manusianya.
Dalam kaitanya dengan kota dan arsitektur, morfologi memiliki dua aspek yaitu aspek diakronik yang berkaitan dengan perubahan ide dalam sejarah dan aspek sinkronik yaitu hubungan antar
bagian dalam kurun waktu tertentu yang dihubungkan dengan aspek lain. Aspek metamorfosis adalah sejarah individual dari bangunan dan kota, kesemuanya harus dilakukan dalam analisis
morfologi.
Karya arsitektur merupakan salah satu refleksi dan perwujudan kehidupan dasar masyarakat menurut makna yang dapat dikomunikasikan (Rapoport, 1969). Keseragaman dan keberagaman
sebagai ungkapan perwujudan fisik yang terbentuk yaitu citra dalam arti identitas akan memberikan makna sebagai pembentuk citra suatu tempat (place).
Tipologi lebih menekankan pada konsep dan konsistensi yang dapat memudahkan masyarakat mengenai bagian-bagian arsitektur.
Morfologi lebih menekankan pada pembahasan bentuk geometris, sehingga untuk memberi makna pada ungkapan ruang harus dikaitkan dengan nilai ruang tertentu, nilai ruang sangat
berkaitan dengan organisasi ruang, hubungan ruang dan bentuk ruang, perwujudan spasial fisik merupakan produk kolektif perilaku budaya masyarakat serta pengaruh kekuasaan
tertentu yang melatarbelakanginya.
Karakteristik suatu tempat dalam hal ini penggunaan suatu lingkungan binaan tertentu bukan hanya sekedar mewadahi kegiatan fungsional secara statis, melainkan menyerap dan
menghasilkan makna berbagai kekhasan suatu tempat antara lain setting fisik bangunan, komposisi dan konfigurasi bangunan dengan ruang publik serta kehidupan masyarakat setempat.
Perubahan morfologi tidak lepas dari pendukung kegiatan (activity support) karena adanya keterkaitan antara fasilitas ruang-ruang umum kawasan dengan seluruh kegiatan yang menyangkut
penggunaan ruang yang menunjang keberadaan ruang-ruang umum.
Kegiatan dan ruang-ruang umum merupakan hal yang saling mengisi dan melengkapi, keberadaan pendukung kegiatan mulai muncul dan tumbuh, bila berada diantara dua kutub kegiatan
yang ada di kawasan tersebut keberadaan pendukung kegiatan tidak lepas dari tumbuhnya fungsi kegiatan publik yang mendominasi penggunaan ruang kawasan, semakin dekat dengan pusat
kegiatan semaking tinggi intensitas dan keberagaman kegiatan.
aspek detail (bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan prasarana kota)
aspek tata bentuk kota/townscape (terutama pola tata ruang, komposisi lingkungan terbangun terhadap pola bentuk di sekitar kawasan studi)
aspek peraturan (totalitas rencana dan rancangan kota yang memperlihatkan dinamika kawasan kota
Perkembangan morfologi suatu kota dipengaruhi oleh banyak faktor.
Faktor-faktor yang berkembang umumnya memiliki karakter tertentu yang mempengaruhi wajah kota dalam kurun waktu yang sangat panjang.
Kompleksitas wajah kota dalam suatu kronologis waktu dipengaruhi diantaranya oleh sejarah, gaya bangunan, peraturan, struktur jalan, teknologi membangun, perkembangan regional, ataupun karena suatu landasan kosmologi yang
berkembang di suatu daerah.
Morfologi sifatnya never ending dalam artian terus berkembang dan waktu ke waktu.
proses formal (melalui proses planning dan design)
kota diarahkan sesuai dengan potensi dan karakteristik dasar wilayah (potensi alamiah, ekonomi, sosial budaya)
Ada intervensi terhadap perkembangan kota
proses organis (proses yang tidak direncanakan dan berkembang dengan sendirinya).
DEFINISI
Morfologi kota merupakan kesatuan organik elemen-elemen pembentuk kota
Morfologi kota terbentuk melalui proses yang panjang,
setiap perubahan bentuk kawasan secara morfologis dapat
memberikan arti serta manfaat yang sangat berharga bagi
penanganan perkembangan suatu kawasan kota
Cakupan
aspek detail (bangunan, sistem sirkulasi, open space, dan prasarana kota)
aspek tata bentuk kota/townscape (terutama pola tata ruang, komposisi lingkungan terbangun terhadap pola bentuk di sekitar kawasan studi)
aspek peraturan (totalitas rencana dan rancangan kota yang memperlihatkan dinamika kawasan kota
Proses Morfologi Kota/Perkembangan Bentuk Kota
Perkembangan morfologi suatu kota dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor yang berkembang umumnya memiliki karakter tertentu yang mempengaruhi wajah kota dalam kurun waktu yang sangat panjang. Kompleksitas wajah kota
dalam suatu kronologis waktu dipengaruhi diantaranya oleh sejarah, gaya bangunan, peraturan, struktur jalan, teknologi membangun, perkembangan regional, ataupun karena suatu landasan kosmologi yang berkembang di suatu daerah.
Morfologi sifatnya never ending dalam artian terus berkembang dan waktu ke waktu.
Jenis Proses Perkembangan
proses formal (melalui proses planning dan design)
kota diarahkan sesuai dengan potensi dan karakteristik dasar wilayah (potensi alamiah, ekonomi, sosial budaya)
Ada intervensi terhadap perkembangan kota
proses organis (proses yang tidak direncanakan dan berkembang dengan sendirinya).
1. Bagaimana Kita Memahami Morfologi Kota
Dalam beberapa dekade terakhir, kita mencermati terjadinya proses transformasi sosial yang
sangat pesat di kawasan perkotaan yang telah mengubah morfologi kota-kota Indonesia.
Transformasi tersebut semakin dipercepat pasca diberlakukannya otonomi daerah sejak
ADYA DHIPTA ATYASA 052.10.002
tahun 1999.
Pemahaman kita tentang morfologi kota tidak dapat dilepaskan dari wujud fisik kota yang
terbentuk utamanya oleh kondisi fisik-lingkungan maupun interaksi sosial ekonomi
masyarakat yang dinamis. Sebagai sebuah cabang ilmu geografi dan arsitektur, morfologi
mempelajari perkembangan bentuk fisik di kawasan perkotaan, yang tidak hanya terkait
dengan arsitektur bangunan, namun juga sistem sirkulasi, ruang terbuka, serta prasarana
perkotaan (khususnya jalan sebagai pembentuk struktur ruang yang utama). Secara garis
besar, wujud fisik kota tersebut merupakan manifestasi visual dan parsial yang dihasilkan
dari interaksi komponen-komponen penting pembentuknya yang saling mempengaruhi satu
sama lainnya (Allain, 2004).
Dalam proses perwujudannya, maka morfologi kota dapat dilihat sebagai evolusi dari sejarah
kota masa lalu, perancangan kota untuk masa kini serta perencanaan kota untuk masa
depan. Di satu sisi, dalam konteks kekinian morfologi merupakan sesuatu yang kasat mata
secara fisik, namun di sisi lain, tersimpan makna sejarah yang sifatnya lebih abstrak, yang
menjadi alasan dari keberadaannya.
Selain itu, morfologi merupakan hasil dari proses perencanaan dan perancangan kota
melalui sistem formal yang berlaku (misal : Rencana Tata Ruang Wilayah/RTRW, Rencana
Detail Tata Ruang/RDTR, hingga Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan/RTBL). Namun
demikian, morfologi kota juga terbentuk dari proses yang bekerja diluar jangkauan atau
kendali sistem formal yang ada, sebagaimana yang banyak kita jumpai di kota-kota
Indonesia. Secara keseluruhan, baik dalam kerangka formal maupun informal, kota dengan
morfologinya menjadi cermin peradaban masyarakatnya (urban artifact)
.
1 Paparan ini disampaikan dalam Seminar dengan tema Morfologi Transformasi dalam Ruang
Perkotaan yang Berkelanjutan, yang diselenggarakan oleh Program Pasca Sarjana Universitas
Diponegoro (UNDIP) Indonesia, 20 November 2010 di Semarang - Indonesia.
Tidak hanya itu, terjadi peningkatan jumlah kota di Indonesia secara progresif untuk
Sumber : BPS (2010), diolah
periode yang sama. Pada awal tahun 1970, hanya terdapat 45 kota otonom saja, namun pada
tahun 2010 telah berkembang menjadi 98 kota otonom. Artinya dalam 40 tahun terakhir,
jumlah kota telah meningkat 2 (dua) kali lipat. Khususnya dalam 10 tahun terakhir (2000 Dengan kondisi yang kritis tersebut, penduduk miskin perkotaan akan menjadi korban
2010), telah lahir 25 kota otonom baru sebagai hasil pemekaran wilayah dengan maksud pertama. Tanpa akses ke pelayanan dasar perkotaan, penduduk miskin tersebut kini
untuk meningkatkan pelayanan publik. 4
Dari sisi penyebaran kota-kota mendiami hunian kumuh yang sangat padat (slums dan squatters) di ruang-ruang sempit
otonom, maka 34 kota berada perkotaan yang sama sekali tidak layak huni. Penduduk miskin menjadi kelompok sosial
Pulau Sumatera dan 35 kota di yang sangat rentan terhadap berbagai bencana perkotaan, antara lain : banjir, kebakaran dan
Pulau Jawa. Sedangkan 29 kota penyebaran wabah penyakit. Dalam jangka panjang, apabila kita memasukkan parameter
lainnya tersebar di Pulau perubahan iklim, kerentanan penduduk miskin perkotaan akan semakin tinggi. Wujud fisik
dan arsitektur kota yang kontras (antara kemewahan dan kekumuhan) merupakan bukti
Kalimantan, Sulawesi, Maluku,
yang solid, bagaimana kesenjangan dan segregasi sosial-ekonomi terjadi di kawasan
Nusa Tenggara dan Papua. Artinya, perkotaan.
70% dari kota otonom Indonesia 3. Transformasi Sosio-Fisik di Kawasan Perkotaan
berada di Pulau Jawa dan Urbanisasi mengubah morfologi kota secara drastis, baik dilihat dari struktur, fungsi maupun
Sumatera, ekivalen dengan 70% wajah kotanya. Secara sosio-kultural, fenomena mengkota menandakan terbentuknya
konsentrasi PDB nasional di kedua network society yang baru dan berbeda dalam tuntutan pelayanan infrastruktur (Graham &
Pulau tersebut. Marvin, 2001). Tiga contoh berikut, Jakarta, Bandung dan Gorontalo, dapat memberikan
Sumber : Ditjen Penataan Ruang, 2010 ilustrasi betapa cepat perubahan telah terjadi di kota-kota Indonesia.
Pada masa yang akan datang, urbanisasi diyakini akan terus terjadi di Indonesia, baik karena Pada awal tahun 1960-an, Jakarta tidak lebih dari sebuah kampoeng besar dengan
sebuah hotel berbintang, Hotel Indonesia dan sebuah department store Sarinah.
pertumbuhan penduduk kota secara alamiah, migrasi dari desa ke kota maupun pemekaran
Namun dalam tempo 50 tahun terakhir, perkembangan yang sangat pesat telah
wilayah. Dengan laju pertumbuhan moderat sebesar 1,5%/tahun, maka proporsi penduduk terjadi. Jakarta telah bermetamorfosa menjadi sebuah kota metropolitan, dengan
kota diperkirakan akan meningkat menjadi 56,05% di tahun 2015 lalu menjadi 60,39% di gedung-gedung modern pencakar langit yang megah (hotel, apartemen, kantor
tahun 2020. hingga mall/pusat-pusat perbelanjaan), khususnya di kawasan Segitiga Emas. Dalam
Bagaimanapun, proses transformasi sosial yang demikian cepat tidak mudah untuk dikelola. prosesnya, transformasi sosio-fisik dilakukan dengan mengkonversi kampungkampung
Di satu sisi, kota merupakan katalis pertumbuhan ekonomi yang utama (engine of growth). yang banyak berada di dataran rendah (rawa dan kebun)2 ke segala arah:
Kota merupakan inkubasi yang ideal untuk lahirnya berbagai inovasi: locus dimana ide-ide Barat, Selatan dan Timur.
Kini, dengan statusnya sebagai multi-function3 yang mengakumulasi berbagai
ADYA DHIPTA ATYASA 052.10.002 fungsi tertinggi secara nasional (pusat pemerintahan, perdagangan dan jasa, bahkan
kebudayaan), Jakarta telah menjema menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi
yang menjanjikan di kawasan Asia-Pasifik. Selain itu, perkembangan yang sangat
pesat terjadi di kawasan pinggiran, dimana tidak kurang dari 7 (tujuh) kotabaru
berskala besar telah terbangun di Jabodetabek sejak tahun 1980-an (Gani, 2010)4.
esensial dari sistem internal kotanya. Proses urbanisasi telah terjadi secara cepat
mulai tahun 1980-an, ditandai dengan okupansi lahan-lahan di Bandung Utara dan
Bandung Selatan. Perubahan morfologi kota semakin tajam pada awal tahun 2000-
an, ditandai dengan pemekaran Kota Cimahi dan Kabupaten Bandung Barat, serta
dibukanya akses jalan tol Cipularang pada tahun 2005 yang memangkas jarak waktu
Jakarta Bandung secara signifikan. Bandung mengalami metamorfosa, dari kota
tempat peristirahatan para mandor perkebunan tempoe doeloe menjadi kota
tujuan wisata urban tourism dengan atraksi wisata kuliner, kesejukan alami
dataran tinggi, serta pusat belanja (factory outlets). Kawasan Dago, Setiabudi dan
sekitarnya kini menjadi pusat kegiatan komersial utama di Kota Bandung, padahal
lama sebelumnya ia direncanakan sebagai pusat hunian yang tenang. Sementara itu,
kawasan Bandung Utara yang sebelumnya merupakan kawasan lindung untuk
peresapan air, kini telah beralih fungsi menjadi salah satu pusat permukiman elit
serta pusat kegiatan pariwisata yang dipadati oleh turis domestik saat weekend.
Kota Gorontalo hingga akhir tahun 1990-an hanya merupakan ibukota
Kabupaten Gorontalo dengan fasilitas sosial-ekonomi yang sangat terbatas (hotel,
rumah sakit, restoran, dsb.). Sejak beralih status menjadi kota otonom sekaligus
Ibukota Provinsi Gorontalo pada tahun 1999, aliran investasi yang mengalir cukup
deras dipicu oleh kegiatan pemerintahan telah merubah wajah kota secara
signifikan. Pusat-pusat kegiatan komersial dan jasa (perbankan, restoran, hotel dsb)
tumbuh subur. Infrastruktur sosial-ekonomi semakin membaik, khususnya yang
berkaitan dengan sektor industri perikanan (pelabuhan) dan sektor pertanian
tanaman pangan (industri pengolahan komoditas jagung). Wajah kota yang relatif
sederhana, secara perlahan kini berubah mengikuti perkembangan zaman.
Dari tiga contoh diatas, kita dapat mengamati bahwa transformasi sosial telah mengubah
morfologi kota. Beberapa faktor tampaknya cukup dominan dalam proses tersebut : (1)
aliran investasi yang mendorong peningkatan produktivitas kota, khususnya yang penduduk miskin tersebut masih sangat tinggi. Tidak kurang dari 47.000 kantong-kantong
digerakkan oleh investasi swasta ; (2) keberadaan infrastruktur sosial-ekonomi, seperti jalan kemiskinan kini tersebar di berbagai kota di Indonesia.
dan pelabuhan, serta (3) peningkatan status kota otonom (ibukota provinsi). Ketiga faktor
tersebut menjadi penyebab utama terjadinya urbanisasi dan mengakselerasi alih-fungsi
ruang perkotaan. Perbedaannya terletak pada titik awal terjadinya perubahan (Jakarta sejak
1960-an, Bandung sejak 1980-an, dan Gorontalo sejak 2000-an), serta kecepatan
transformasi yang terjadi yang banyak ditentukan oleh peran sektor swasta.
Walaupun demikian, modernisasi kota tidak serta-merta menghapus kekumuhan akibat
kemiskinan perkotaan yang belum dapat teratasi sepenuhnya. Pada kurun waktu tiga dekade
terakhir (1980 2010), jumlah penduduk miskin di kawasan perkotaan justru menunjukkan
6
grafik yang meningkat dari 9,5 juta menjadi 11,91 juta jiwa. Hal ini berlawanan dengan
jumlah penduduk miskin di kawasan perdesaan yang menunjukkan kecenderungan
menurun dari 32,8 juta (1980) menjadi 20,62 juta jiwa (2010). Secara keseluruhan, angka
Konsep arsitektur kota atau tepatnya urban artefak sebagai karya seni selalu muncul dan diketemukan dalam bentuk-bentu Perkembangan bentuk kota, Urban Artefak, Wujud kota
bervariasi; dalam segala jaman dan kehidupan sosial religius. Urban artefak selalu berkaitan dengan tempat,
peristiwa dan wujud kota. (Benny Poerbantanoe, 1999).
Suatu arsitektur kota seharusnya dipandang sebagai tissue yang mencakup elemen-elemen fisik spatial dan membentuk Perkembangan kota, Tatanan fisik kota, Produk Sejarah,
suatu jalinan konfigurasi secara sinergis. Morfologi kota
Dengan demikian kesinambungan produk-produk sejarah dan segala proses morfologi pembentukan dan perubahan
entitas fisik spatialnya dapat terlihatsecara utuh.
Selain itu dinamika perkembangan dan perubahan kota juga dipengaruhi oleh interaksi antara tatanan fisik
dengan penghuni kota. (Sandi A Siregar, 2004).
Arsitektur kota dapat diamati dari segi bentuk, waktu, serta susunannya yang melibatkan banyak aspek dan prinsip Tatanan fisik, Perkembangan bentuk kota
arsitektural yang bersifat universal, tetapi perlu diterapkan secara kontekstual. Terbagi atas 3 konsepsi : konsepsi pertama
adalah pemahaman bahwa ruang perkotaan adalah ruang yang bersifat fisik dengan dimensinya yang sosial dan
mental (psikis). Konsepsi kedua adalah pemahaman terhadap ruang perkotaan dari dua tingkat, yaitu dari atas dan dari
bawah ( perspektif politik dan prespektif kehidupan sehari-hari), Konsepsi ketiga adalah bahwa pemahaman terhadap
ruang perkotaan, dalam segala dimensinya, paling dimungkinkan melalui perhatian pada proses perkembangannya
( Marcus Zahnd )
Arsitektur Perkotaan dipandang sebagai obyek buatan manusia dalam skala besar (urban artifact), dan sebuah arsitektur Produk sejarah, Tatanan Fisik kota
yaitu berupa konsentrasi elemenelemen fisik spasial yang selalu tumbuh dan berkembang. (Aldo Rossi )
ELEMEN perancangan kota DHIKA PUSPA PRATIWI 052.09.020
Sumber : Creating Places for People, Urban Design Protocol
Elemen Pengertian Elemen
Urban structure ( US ) Kerangka keseluruhan kota, wilayah atau kantor polisi, menunjukkan hubungan antara zona bentuk dibangun, bentuk lahan,
lingkungan alam, kegiatan dan ruang terbuka. Ini meliputi sistem yang lebih luas termasuk jaringan transportasi dan
infrastruktur.
Urban grain ( UG ) Keseimbangan ruang terbuka untuk membentuk dibangun, dan sifat dan tingkat pengelompokan daerah dalam paket yang
lebih kecil atau blok. Misalnya 'butir perkotaan baik' mungkin merupakan jaringan streetscapes kecil atau rinci. Dibutuhkan
mempertimbangkan hirarki jenis jalanan, keterkaitan fisik dan gerakan antara lokasi, dan sarana transpor.
Density + mix ( D ) Intensitas pembangunan dan berbagai kegunaan yang berbeda (seperti perumahan, komersial, institusional atau
menggunakan rekreasi).
Height + massing ( HM ) Skala bangunan dalam kaitannya dengan tinggi dan luas lantai, dan bagaimana mereka berhubungan dengan bentuk tanah
sekitarnya, bangunan dan jalan-jalan. Hal ini juga mencakup selubung bangunan, cakupan situs dan orientasi matahari.
Tinggi dan massa menciptakan rasa keterbukaan atau kandang, dan mempengaruhi kemudahan jalan-jalan, ruang dan
bangunan lainnya.
Streetscape + landscape ( SS ) Desain ruang publik seperti jalan-jalan, ruang terbuka dan jalur, dan termasuk lansekap, iklim mikro, shading dan
penanaman.
Faade + interface ( F ) Hubungan bangunan ke bangunan lokasi, jalan dan tetangga (alignment, kemunduran, pengobatan batas) dan ekspresi
arsitektur fasad mereka (proyeksi, bukaan, pola dan bahan).
Details + materials ( DM ) Penampilan close-up dari objek dan permukaan dan pemilihan bahan dalam hal detail, pengerjaan, tekstur, warna, daya
tahan, keberlanjutan dan pengobatan. Ini termasuk struktur publik dan swasta dan ruang, furnitur jalan, paving,
pencahayaan dan signage. Ini memberikan kontribusi untuk kenyamanan manusia, keselamatan dan kenikmatan dari
domain publik atau swasta.
Public Realm ( PR ) Sebagian besar desain perkotaan berkaitan dengan desain dan pengelolaan ruang publik digunakan (juga disebut sebagai
ranah publik atau public domain) dan cara ini dialami dan digunakan. Ranah publik meliputi lingkungan alam dan dibangun
digunakan oleh masyarakat umum pada sehari-hari, seperti jalan-jalan, plaza, taman, dan infrastruktur publik.
Topography, Landscape ( T ) Lingkungan alam meliputi topografi bentang alam, air dan lingkungan
Social + economic fabric ( SE ) Non-fisik aspek bentuk perkotaan meliputi faktor-faktor sosial (budaya, partisipasi, kesehatan dan kesejahteraan) serta
kapasitas produktif dan produktivitas ekonomi masyarakat. Ini menggabungkan aspek-aspek seperti demografi dan tahap
kehidupan, interaksi sosial dan jaringan dukungan.
ELEMEN perancangan kota DHIKA PUSPA PRATIWI 052.09.020
Sumber : Urban Design Handbook
Elemen Pengertian Elemen
Signage ( S ) mengintegrasikan semua tanda-tanda dengan lingkungan sekitar mereka dalam hal ukuran, bentuk, warna, tekstur dan
pencahayaan sehingga mereka saling melengkapi dengan desain keseluruhan bangunan, dan tidak bersaing visual dengan
tanda-tanda lain di daerah.
Lighting ( L ) memperhitungkan jenis dan kuat cahaya yang diperlukan untuk tujuan khusus dari lingkungan
Parking ( P ) Jenis dan jumlah ruang parkir harus mencerminkan penggunaan yang diinginkan dari setiap situs. Lansekap dari area parkir
juga disarankan untuk memberikan keteduhan, meningkatkan keindahan sebuah situs, dan memungkinkan untuk serapan air
Service Area ( SA ) Lokasi area servis ( TPA, Sumber Air, Sumber Listrik, dan sejenisnya ) harus berorientasi ke arah belakang bangunan untuk
meminimalkan merusak pemandangan visual.
Fencing ( Fe ) Pemagaran yang berfungsi sebagai batas wilayah, batas visual, atau hal yang sifatnya harus tertutup.
Builiding Articulation ( BA ) Artikulasi bangunan mengacu pada pemodelan tiga dimensi bangunan dan permukaan nya, giv-ing penekanan pada elemen
arsitektur (jendela, balkon, beranda, entri, dll) yang menciptakan pola pelengkap atau irama, membagi bangunan besar
menjadi potongan-potongan yang lebih kecil dapat diidentifikasi.
Transportation ( Ts ) Transportasi publik mengurangi jumlah kendaraan di jalan, sehingga mengurangi lalu lintas dan Emisi-keputusan, serta
memberikan mereka tanpa kendaraan sarana untuk bepergian, berbelanja dan pergi bekerja.
DHIKA PUSPA PRATIWI 052.09.020
Metode Perancangan Kota
Sumber : Creating Places for People, Urban Design Protocol
Custodianship ( CU ) Memastikan bahwa sistem berada di tempat untuk operasi yang sedang Melakukan evaluasi berkala terhadap
berlangsung, manajemen dan pemeliharaan sehingga tempat ini kebijakan/ desain
terpelihara dengan baik dan berkelanjutan dalam jangka panjang.
DHIKA PUSPA PRATIWI 052.09.020
Metode Perancangan Kota
Sumber : Urban Design, Methods and Techniques
Metode Pengertian Proses/ Pihak Terkait
Synoptic ( S ) metode sinoptik menghasilkan perencanaan dari analisis untuk definisi target Tim ahli tentang SDA, Penduduk
diikuti dengan mencari alternatif dan metode perencanaan bandingan.Synoptic Sipil
dalam beberapa kasus proses pelaksanaan dengan teknik berguna untuk umpan
balik dari informasi yang
Incremental ( I ) Hanya sejumlah tindakan alternatif yang dipertimbangkan dalam konteks Politikus dan Penduduk Sipil
pembangunan dan ini sedikit berbeda dari status quo. Sebuah solusi yang baik
dalam perencanaan inkremental tidak didefinisikan oleh tingkat pencapaian
tujuan, tetapi bagaimana implementasi layak adalah dengan cara yang tersedia
dan tingkat kesepakatan di antara para pembuat keputusan kunci
Transactive ( T ) menempatkan penekanan besar pada saling belajar dan dialog antara mereka Pemerhati Lingkungan, Politikus,
yang terkena dampak perencanaan. berusaha untuk membangun badan Penduduk Sipil, Komunitas Sosial
perencanaan desentralisasi yang dapat memberikan populasi kontrol lebih besar
atas proses-proses sosial yang mempengaruhi kesejahteraan mereka.
Advocacy ( A ) Seperti namanya, menunjukkan bahwa perencana menjadi juru bicara (dari segi Pemerhati Lingkungan, Politikus dan
hukum atau sejenis lembaga formal ) untuk berbagai kelompok. Perencana Penduduk Sipil
memberikan kontribusi kepada proses pembangunan dengan menciptakan situasi
dengan banyak proposal rencana bersaing.
Radical ( R ) Para firstis pendekatan anarkis yang diilhami menekankan kontrol desentralisasi Tim Ahli tentang SDA, Komunitas
dan eksperimen dengan organisasi masyarakat alternatif Sosial
Metode Perancangan Kota x Kriteria
DHIKA PUSPA PRATIWI 052.09.020
Kriteria Metode
URBAN ARTEFAK CO E EX CU S I T A R
Mempertahankan Karakter Kota v v v
Vitality : Ketahanan v v v v v
Sense : Rasa v v v
MORFOLOGI KOTA
Fungsional v v v v v
Efisiensi v v v v v
Acsess : Pencapaian v v v v
Control v v v v
Keyword : proses dan hasil pengorganisasian dan pengintegrasian seluruh komponen lingkungan (buatan dan alam) yaitu
misalnya lingkungan permukiman, pusat bisnis, sistem ruang terbuka, atau karakter jalan utama
CINDY MICHELLE 052.10.014
Amos Rapaport (1985) yang melakukan studi permukiman tradisional dibeberapa negara menyimpulkan bahwa,
pengaturan lingkungan permukiman manusia, merupakan wujud pengejawantahan manusiayang merasa perlu
mengatur jagad raya ini, dimana semua kebudayaan mempunyai suatu system pengaturan lingkungan permukiman
secara sendiri sendiri; mereka berkomunikasi secara simbolis melalui pengaturan lingkungan. Semua lingkungan
mempunyai makna dan mereka menggambarkan makna itu dalam bentuk skema, prioritas, preferensi dan kebudayaan
dari penciptanya. Pada kebudayaan tradisional, pengaturan berdasarkan agama dengan maksud untuk mengatur
kekacauan dunia dengan meniru suatu pengatura ideal, yaitu pengaturan dan harmoni surgawi.
Keyword : kebudayaan
Menurut Weber (1947)tradisional
beberapa kriteria untuk merancang sebuah kota yaitu sebuah wilayah yang luas dimana habitat
hidup bersama, sekumpulan rumah rumah yang membentuk Aglomerasi yang luas dan spesifik, tempat berdagang
dimana sebagian besar penduduknya hidup dari industri, sebuah organisasi ekonomi sekaligus pengaturan kota.
http://arcaban.blogspot.com/2011/12/elemen-pembentuk-kota.ht
ml
Elemen pembentuk kota CINDY MICHELLE 052.10.014
Berdasarkan pendekatan - pendekatan diatas Kus Handinoto membagi kota dalam empat elemen :
- Elemenwismamerupakan perpaduan antara wadah dan isi (manusia, penduduk).
- Elemenkaryaatau tempat kerja dan usaha diaplikasikan dalam bentuk tata guna lahan dan fungsi bangunan yang
meliputi penggunaan lahan, kondisi lokasi, hubungan fisik, agrarian dan peraturan
- Elemenmargadiaplikasikan dalam transpormasi dalam arti luas yang meliputi perhubungan darat, laut dan sungai
serta udara.
- Elemensukadiaplikasikan dalam bentuk lapangan olah raga, sekolah, ibadah, kesehatan dan keperluan sehari hari.
- elemen lainnya adalahpenyempurnayang terdiri dari saluran air minum, sampah, segala potensi yang ada dan
hambatan, utilitas, fisik dan lain lain
http://arcaban.blogspot.com/2011/12/elemen-pembentuk-kota.ht
ml
CINDY MICHELLE 052.10.014
http://arcaban.blogspot.com/2011/12/elemen-pembentuk-kota.ht
ml
CINDY MICHELLE 052.10.014
Elemen Keyword
Menurut Weber (1947)
Beberapa kriteria untuk merancang sebuah kota yaitu
- sebuah wilayah yang luas dimana habitat hidup bersama,
Wilayah, tempat tinggal, fasilitas umum
- sekumpulan rumah rumah yang membentuk Aglomerasi yang luas dan spesifik,
- tempat berdagang dimana sebagian besar penduduknya hidup dari industri
- sebuah organisasi ekonomi sekaligus pengaturan kota.
Kostov, 1991):
SQUARE ; open space sebagai paru-paru
CENTER ; pusat kota sebagai jantung yang memompa darah
JARINGAN JALAN ; sebagai saluran arteri darah dalam tubuh Open space, center, jaringan jalan, Fasilitas umum
KEGIATAN EKONOMI ; sebagai sel yang berfikir
BANK, PELABUHAN, KAWASAN INDUSTRI ; sebagai jaringan khusus dalam tubuh
UNSUR KAPITAL (keuangan & bangunan) ; sbg energi yg mengalr ke seluruh sistem kota
http://politicawave.files.wordpress.com/2012/08/jakarta-131.jpg
http://3.bp.blogspot.com/_VwiNj7JF1N0/TS7D9qlte6I/AAAAAAAAANY/yeSm
KE4YQxc/s1600/Tamrin+ok.jpg
http://us.images.detik.com/content/2012/01/07/157/angke2.jpg
http://www.anneahira.com/images/trans-jakarta.jpg
http://3.bp.blogspot.com/-Wq3v1Awg_Fk/T5YTNo49RTI/AAAAAAAAAo8/aeEp
FXLS8UI/s1600/blog1.jpg
http://stat.ks.kidsklik.com/statics/files/2012/05/1336194600272177173.jp
g
http://proyekindonesia.com/wp-content/uploads/2011/08/wisma46.jpg
http://www.yluva.com/wp-content/uploads/2012/03/pesanggrahan.jpg
http://3.bp.blogspot.com/_NQDl12ki9W0/TJiAPJOAuwI/AAAAAAAAAMA/DJ03t
_0nt6s/s1600/Picture+358.jpg
http://fridayanabaabullah.files.wordpress.com/2012/01/foto-hutan-kota-ui
-depok-27.jpg
http://corlena.files.wordpress.com/2010/02/maket-jakarta4.jpg
http://www.jakartaad.org/wp-content/uploads/Kepolisian.gif
http://www.jasaraharja.co.id/files/2012/11/IMG_2645.jpg
http://planning.city.cleveland.oh.us/cwp/glossary/images/land_usePlan.jpg
http://imageshack.us/photo/my-images/6/solohighrise.jpg/
TEORI X KRITERIA HENDRIKO MULYADITYO 052.10.024
Sistem Ekologi Kota (J.Catanese, '1979): '1)
Upaya-upaya pelestarian ekologi kota dapat
dilakukan pada lingkungan perkotaan dengan karakteristik sebagai berikut: (J.
Catanese,
'1979):
'1)
memiliki nilai estetika/nilai arsitektur, yang menggambarkanbentuk, gaya, struktur atau tata kota pada pada masa
tertentu,
2) kelangkaan; memiliki gaya tertentu mewakili jamannya dan tidak dimiliki oleh daerah lain,
3) keluarbiasaan/keistimewaan/; misalnya tertinggi, terbesar, yang pertama, dan sebagainya serta memberi tanda atau
ciri bagi kawasan tertentu,
4) Peranan sejarah; memiliki nilai sejarah atau mencatat rangkaian sejarah dan babak perkembangan suatu kota,
5) memperkuat kawasan di dekatnya; kehadiran suatu objek akan mempengaruhi kawasan-kawasan sekitarnya dan
bermakna untuk meningkatkan mutu dan citra lingkungannya
Access = Pencapaian
kemudahan pencapaian ke suatu tempat, pencapaian
informasi, kemudahan mendapatkan pekerjaan,
kemudahan memasuki jenjang pendidikan.
Fungsional dan Struktur Kota Teori Konsentrik (concentriczone concept) yang dikemukakan EW.Burkss.
Dalam teori konsentrik ini, Burgess mengemukakan bahwa bentuk guna lahan kota
membentuk suatu zona konsentris. Dia mengemukakan wilayah kota dibagi dalam 5
(lima) zona penggunaan lahan yaitu:
1. Lingkaran dalam terletak pusat kota (central business distric atau CBD) yang
terdiri bangunan-bangunan kantor, hotel, bank, bioskop, pasar dan pusat
perbelanjaan
2. Lingkaran kedua terdapat jalur peralihari yang terdiri dari: rumah-rumah sewaan,
kawasan industri, dan perumahan buruh
3. Lingkaran ketiga terdapat jalur wisma buruh, yaitu kawasan perumahan untuk
tenaga kerja pabrik
10
4.Lingkaran keempat terdapat kawasan perumahan yang luas untuk tenaga kerja
kelas menengah
5.Lingkaran kelima merupakan zona penglaju yang merupakan tempat kelas
menengah dan kaum berpenghasilan tinggi.
Teori sektor (sector concept) yang dikemukakan oleh Hommer Hoyt. Dalam teori ini
Hoyt mengemukakan beberapa masukan tambahan dari bentuk guna lahan kota yang
berupa suatu penjelasan dengan penggunaan lahan permukiman yang lebih
memfokusan pada pusat kota dan sepanjang jalan transportasi. Dalam teorinya ini,
Hoyt membagi wilayah kota dalam beberapa zona, yaitu:
1. Lingkaran pusat, terdapat pusat kota atau CBD
2. Sektor kedua terdapat kawasan perdagangan dan industri
3. Sektor ketiga terdapat kawasan tempat tinggal kelas rendah
4. Sektor keempat terdapat kawasan tempat tinggal kelas menengah
5. Sektor kelima terdapat kawasan ternpat tinggal kelas atas.
Sebuah kejelasan emosional suatu kota yang dirasakan secara jelas oleh warga kotanya.Artinya suatu kota atau bagian kota atau kawasan bisa dikenali dengan cepat dan jelasmengenai distriknya,
landmark
nya atau jalur jalannya dan bisa langsung dilihat polakeseluruhannya.b. Identitas dan SusunanIdentitas artinya
image
orang akan menuntut suatu pengenalan atas suatu obyek dimanadidalamnya harus tersirat perbedaan obyek tersebut dengan obyek yang lainnya, sehinggaorang dengan mudah bisa mengenalinya. Susunan
artinya adanya kemudahan pemahamanpola suatu blok-blok kota yang menyatu antar bangunan dan ruang terbukanya .c. ImageabilityArtinya kualitas secara fisik suatu obyek yang memberikan peluang
yang besar untuktimbulnya
image
yang kuat yang diterima orang.
Image
ditekankan pada kualitas fisik suatukawasan atau lingkungan yang menghubungkan atribut identitas dengan strukturnya.Kevin Lynch menyatakan bahwa image kota dibentuk oleh 5 elemen pembentukwajah
kota.i.
Paths:
adalah suatu garis penghubung yang memungkinkan orang bergerak denganmudah.
Paths
berupa jalur, jalur pejalan kaki, kanal, rel kereta api, dan yang lainnya.ii.
E
dges
: adalah elemen yang berupa jalur memanjang tetapi tidak berupa
paths
yangmerupakan batas antara 2 jenis fase kegiatan.
E
dges
berupa dinding, pantai hutankota, dan lain-lain.
iii.
Districts. Districts
hanya bisa dirasakan ketika orang memasukinya, atau bisadirasakan dari luar apabila memiliki kesan visual. Artinya
districts
bisa dikenalikarena adanya suatu karakteristik kegiatan dalam suatu wilayah.iv.
Nodes
: adalah berupa titik dimana orang memiliki pilihan untuk memasuki districtsyang berbeda. Sebuah titikkonsentrasi dimana transportasi memecah,
paths
menyebardan tempat mengumpulnya karakter fisik.v.
F
igure Ground Theory
It is the articulation and differention of solidand voids that make up the fabric ofthecity and establish the pysical sequences and visual
orientation between places.
Pendekatan
figure ground
adalah suatu bentuk usaha untuk memanipulasi ataumengolah pola
existing figure ground
dengan cara penambahan, pengurangan, ataupengubahan pola geometris dan juga merupakan bentuk analisa hubungan antara
massabangunan dengan ruang terbuka. Istilah
urban solid
digunakan untuk menyebut lahanterbangun,sedangkan
urban void
untuk lahan terbuka.
Urban Solid
.
Urban solid
terdiri dari; (1). massa bangunan, monumen; (2). persil lahan blokhunian yang ditonjolkan; (3).
edges
yang berupa bangunan.
Urban Void
.
Urban void
terdiri dari: (1). Ruang terbuka berupa pekarangan yang bersifattransisi antara publik dan privat; (2). Ruang terbuka di dalam atau dikelilingi
massa bangunanbersifat semi privat sampai privat; (3). Jaringan utama jalan dan lapangan bersifat publikkarena mewadahi aktivitas publik
berskala kota; (4). Area parkir publik bisa berupa tamanparkir sebagai nodes yang berfungsi preservasi kawasan hijau; (5). Sistem ruang terbuka
yangberbentuk
linier
dan
HENDRIKO MULYADITYO 052.10.024
.
L
inkage Theory
Linkage is simply the glue of the city. It is the act by which we unite all the layers ofactivity and resulting form in the city.. Urban design is concerned with
the question ofmaking comprehensible link between discrete things. As a corollary, it is concerned withmaking an extremely large entitycomprehensible by
articulating its parts.Linkage
artinya berupa garis semu yang menghubungkan antara elemen yang satudengan yang lain, nodes yang satu dengan
nodes
yang lain, atau distrik yang satu denganyang lain. Garis ini bisa berbentuk jaringan jalan, jalur pedestrian, ruang terbuka yangberbentuk segaris dan
sebagainya.
Linkage
adalah semacam perekat kota yang sederhana,suatu bentuk upaya untuk mempersatukan seluruh tingkatan kegiatan yang menghasilkanbentuk fisik suatu
kota.
C
.
Place Theory
Teori ini berkaitan dengan
space
terletak pada pemahaman atau pengertian terhadapbudaya dan karakteristik manusia terhadap ruang fisik.
Space
adalah
void
yang hidupmempunyai suatu keterkaitan secara fisik.
Space
ini akan menjadi place apabila diberikanmakna kontekstual dari muatan budaya atau potensi muatan lokalnya.
D
engan kata lain,sebuah
place
adalah sebuah
space
yang memiliki suatu ciri khas tersendiri
Arsitektur kota adalah sebuah wadah hasil dari
realisasi arsitektur berskala makro dimana
penduduknya bisa melakukan kegiatan. Arsitektur
kota juga merupakan gabungan dari komponen
buatan dan komponen alam.