Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ANASHIA MERLIANA SATRIANI

NIM : 152.170. 006

DIMENSI URBAN DESIGN MENURUT MATTHEW CARMONA

Dalam bukunya Public Place – Urban Spaces, Matthew Carmona membagi 6 dimensi Urban Design,
meliputi:

1. Dimensi Morfologis
Urban morfologi menelaah mengenai bentuk dan struktur serta proses yang menyertai
pembentukan tersebut. Pendekatan morfologis membantu perancang kota untuk lebih
memperhatikan pola-pola pengembangan lokal serta proses perubahannya. Telaah ini juga
memperhatikan elemen-elemen yang mampu bertahan atau berubah.

Tinjauan Morfologis dilakukan dalam penelitian yang berdasarkan pada pengamatan


Figure Ground (Trancik,1986). Penelitian tentang terjadinya perubahan atau pertumbuhan
karena bentuk-bentuk tertentu yang dihasilkan melalui proses kebijakan pertanahan (tata guna
lahan). Pendekatan tipologis sebagai cara untuk melihat bagaimana bentuk yang dapat
diklasifikasikan dalam kesamaan pemahaman atau nilai tertentu untuk menghasilkan
penyelesaian masalah-masalah desain.

Contohnya:
Morfologi Kota Jakarta:
• Jakarta di Masa Penjajahan Portugis
- Dimulai dengan dibangunnya tepian sungai Ciliwung sebagai pusat pemerintahan
dan perekonomian.
- Dibangunnya gudang-gudang portugis pada sisi barat sungai Ciliwung

• Jakarta di Masa Penjajahan Belanda


- Ditandai dengan diperbolehkannya membangun Benteng pertahanan dan
membuat permukiman untuk warga Belanda.
- Dibangunnya kanal-kanal, infrastruktur seperti pelabuhan, pusat pemerintahan,
permukiman dsb.
- Mulai dibangunnya kota dengan preseden kota Amsterdam, dimana
menggunakan kanal-kanl dan jalan yang berbentuk grid

1
- Kanal-kanal tersebut kemudian ditutup karena menjadi sumber penyakit malaria
pada masa deandles

Kota Jakarta di Masa Penjajahan Belanda


Sumber:https://cdn.brilio.net/news/2016/02/25/45078/184386-jakarta-dulu-kini.jpg

• Jakarta di Masa Setelah Penjajahan hingga Sekarang


Pada masa gubernur dari Ali Sadikin hingga Basuki Tjahja Poernama kota Jakarta
disibukan dengan perbaikan fasilitas-fasilitas umum, infrastruktur, dsb.
Di masa saat ini Jakarta masuk dalam salah satu dari sepuluh , Megacity didunia
dimana penduduknya sudah melampaui lebih dari 10 Juta Jiwa.

Kota Jakarta di Masa Setelah Penjajahan


Sumber: https://postimg.org/image/6vff2lwc7/

2. Dimensi Perseptual
Meninjau kota berdasarkan dari pengalaman pengguna. Pendekatan kota melalui
dimensi perseptual menghasilkan teori-teori mengenai “Place” yang dikaitkan dengan
psikologi (persepsi). Persepsi mempengaruhi pemahaman yang kemudian menjadi identitas
suatu tempat.
Dimensi perseptual juga menghasilkan teori yang berkaitan dengan image kota seperti
yang dituliskan oleh Kevin Lynch.

2
Faktor pembentuk dimensi perseptual:

Skema Dimensi Perseptual


Sumber: Carmonna, Public Place – Urban Place ,
2003

Yang dimaksud dengan sense of place tempat yang memiliki karakter yang dapat di
visualisasikan melalui arsitektur sehingga tercipta tempat-tempat bermakna sebagai “tempat
manusia”. Suatu lingkungan dikatakan place jika memnuhi kebutuhan fisik dan pikiran
(menyerap, membentuk, merasakan) sehingga memperkuat unsur perseptualnya.
(Christian Norberg Shlutz – Extential Space)

Contohnya:
Monas sebagai salah satu landmark yang memiliki nilai Sense Of Place.
Adanya perasaan jika ke kota Jakarta harus mengunjungi Monas. Jika belum mengunjungi
Monas maka perjalanana ke Jakarta belum dianggap lengkap.

Kawasan Ruang Publik, Monas


Sumber: http://www.netralnews.com/foto/l/43037151638-
monas.jpg

3
3. Dimensi Sosial
Dalam perancangan kota melihat relasi antara ruang kota dengan masyarakat
penggunanya. Hal ini menekankan bahwa dimensi sosial mengungkapkan bagaimana
masyarakat tidak hanya beraktivitas dalam likungannya melainan juga mampu mempengaruhi
dan dipengaruhi oleh lingkungannya.
Contohnya:
Simpang lima kota Semarang, selain befungsi sebagai Ruang publik terbuka. Simpang Lima
ini juga merupakan tempat yang sering digunakan untuk kegiatan lainnya.

Kawasan Ruang Publik, Simpang Lima Semarang


Sumber: http://www.indonesia-tourism.com/central-
java/images/lima.jpg

4. Dimensi Visual
Dalam perancangan kota cenderung melihat kota dalam konteks estetika. Dimensi
visual ini terkait dengan dimensi persepsi dalam desain ruang kota. Dimensi visual dalam
konteks estetika juga mempertimbangkan selera publik dalam menilai lingkungannya.
Dimensi visual ini dapat digunakan untuk meningkatkan estetika dan memperkuat atau
meningkatkan Sense of Place
Contohnya:
Museum Louvre yang terletak di kota Paris memiliki bentuk yang menyerupai piramida
mesir. Museum ini secara visual menjadi landmark kota Paris .

Museum Louvre, Paris


Sumber:https://id.wikipedia.org/wiki/Berkas:Louvre_pyramids_at_
night.JPG

4
5. Dimensi Fungsional
Menelaah bagaimana ruang kota mampu mendukung dan menfasilitasi aktivitas.
Dimensi fungsi terutama dikaitkan dengan kebutuhan manusia mulai dari yang paling dasar.
Dimensi fungsi akhirnya juga berkaitan erat dengan dimensi sosial mengingat manusia adalah
makhluk sosial yang tidak lepas dari kehidupan kolektifnya.
Contohnya:
Penggunaan alun-alun selain sebagai ruang publik terbuka juga sebagai sarana untuk
berkumpul dan bersosialisasi.

Alun-alun Kota Bandung


Sumber:http://assets.kompas.com/data/photo/2014/12/27/1136313bandungray
a780x390.jpg

6. Dimensi Temporal
Meninjau bagaimana kota dalam setiap siklus waktunya. Ruang dalam kota
dimanfaatkan dalam waktu-waktu yang berbeda dengan hal-hal yang berubah maupun yang
tetap. Dimensi waktu atau dimensi temporal dapat berkaitan juga dengan jarak tempuh dalam
pemanfaatan ruang kota.
Contohnya:
Pada awalnya gedung ini digunakan oleh Perusahaan Asuransi Hindia Belanda (Nederlandsch
Indische Levensverzekering En Lijfrente Maatschappij). Pada masa setelah kemerdekaan
gedung ini sempat digunakan sebagai Gedung Pertemuan Warga Semarang, namun dalam
perkembangan selanjutnya fungsi gedung dikembalikan lagi sebagai Kantor Asuransi, yaitu
menjadi Kantor Asuransi Jiwasraya dan sebagian ruang juga disewakan untuk bangunan
perkantoran.

Kantor Jiwa Sraya di Kawasan Kota Lama Semarang


Sumber: http://riskmanagement.co.id/wp-
content/uploads/2015/05/6783910528_a4f759d99b_b.jpg 5
Kesimpulan:
Penggolongan atau pembagian dimensi tersebut bermaksud menelaah kota sebagai suatu produk yang
dapat ditinjau melalui dimensi morfologis dan fungsional yang juga dapat dipengaruhi oleh dimensi
sosial. Pemahaman mengenai peran elemen pembentuk struktur kota dan kaitanyya secara fungsional
dan sosial dengan elemen di sekitarnya digunakan untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh
tentang peranan elemen tersebut dalam pembentukan kualitas ruang kota.

Daftar Pustaka:
Carmona, Matthew. 2003. Public Place – Urban Space : The Dimensions of Urban Design. Oxford:
Architectural Press

Anda mungkin juga menyukai