Anda di halaman 1dari 113

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/314305090

Peradaban dan Arsitektur DUNIA KUNO:


SUMERIA-MESIR-INDIA

Book · March 2017

CITATIONS READS

0 1,273

1 author:

Ashadi Ashadi
Universitas Muhammadiyah Jakarta
23 PUBLICATIONS 2 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

keraton jawa View project

tentang jawa View project

All content following this page was uploaded by Ashadi Ashadi on 08 March 2017.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Ashadi

Peradaban dan Arsitektur


DUNIA KUNO:
SUMERIA-MESIR-INDIA

Arsitektur UMJ Press


Ada 3 peradaban awal
manusia di muka bumi
ini, yaitu Peradaban
Sumeria, Mesir dan
India. Ketiga peradaban
ini menunjukkan kepada
kita bagaimana puncak-
puncak kebudayaan dan
arsitektur awal muncul.
Buku ini dilengkapi
banyak gambar, sehingga
sangat memudahkan
dalam memahami
peradaban dan arsitektur
Dunia Kuno tersebut.

Ashadi, lahir 25 Pebruari 1966, di Cepu, Jawa Tengah. Pendidikan


terakhir: sedang menempuh S3 Arsitektur di Unpar. Ia aktif
sebagai dosen di Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Jakarta (FT-UMJ), sejak tahun 1993.
Jabatan Struktural yang pernah dan sedang diemban yakni:
Kepala Laboratorium Arsitektur FT-UMJ (1996-2000); Ketua
Program Studi Arsitektur FT-UMJ (2000-2004 dan 2015-sekarang);
Wakil Dekan FT-UMJ (2004-2006); Kepala Pusat Afiliasi, Kajian
dan Riset Teknologi FT-UMJ (2007-2011); Kepala Lembaga
Pengembangan Bisnis FT-UMJ (2011-2015). Kegiatan ilmiah yang
pernah dan sedang dilakukan: Penelitian Hibah Bersaing DIKTI,
publikasi jurnal nasional maupun internasional, dan presentasi
ilmiah pada forum-forum seminar skala nasional maupun
internasional. Jabatan Fungsional Dosen terakhir: Lektor Kepala.
Peradaban dan Arsitektur
DUNIA KUNO:
SUMERIA-MESIR-INDIA

Ashadi

Penerbit Arsitektur UMJ Press


2016
Peradaban dan Arsitektur
DUNIA KUNO: SUMERIA-MESIR-INDIA

|arsitekturUMJpress|
|
Penulis: ASHADI

CETAKAN PERTAMA, AGUSTUS 2016

Hak Cipta Pada Penulis


Hak Cipta Penulis dilindungi Undang-Undang Hak Cipta 2002
Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara
apapun tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Desain Sampul : Abu Ghozi


Tata Letak : Abu Ghozi

Perpustakaan Nasional – Katalog Dalam Terbitan (KDT)


ASHADI
Peradaban dan Arsitektur Dunia Kuno: Sumeria-Mesir-India
Jumlah halaman 100

ISBN 978-602-74968-0-4

Diterbitkan Oleh Arsitektur UMJ Press


Jln. Cempaka Putih Tengah 27 Jakarta Pusat 10510
Tetp. 021-4256024, Fax. 021-4256023
E-mail: arwityas@yahoo.com

Gambar Sampul: Persepolis


(http://www.bigstockphoto.com, akses 31 Mei 2016)

Dicetak dan dijilid di Jakarta


Isi di luar tanggung jawab percetakan
Sanksi Pelanggaran Pasal 72:
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (1) dan (2) dipidana dengan pidana
penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda
paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana
penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/ atau denda paling banyak
Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah)
2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan,
mengedarkan, atau menjual kepada umum
suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak
Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling
banyak Rp. 500.000.000,00 (limaratus juta rupiah).
KATA PENGANTAR

Peradaban Sumeria, Mesir dan India Kuno adalah puncak-


puncak awal kebudayaan dan arsitektur sebagai hasil olah
pikir manusia. Dunia Kuno didominasi oleh peradaban
dan arsitektur yang dibangun oleh manusia-manusia yang
menggantungkan hidupnya di tepian sungai. Peradaban
dan arsitektur Sumeria dibangun tidak jauh dari Sungai
Eufrat. Mesir Kuno mengandalkan Hilir dan Lembah
Sungai Nil, dan India memiliki dua kota kuno (Harappa
dan Mohenjo-Daro) yang letaknya di Lembah Sungai
Indus.
Buku ini menguraikan benang merah peradaban
dan arsitektur di ketiga wilayah tersebut. Dengan
mengeksplorasi kota-kota, bangunan-bangunan, ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan kehidupan manusianya,
dapat ditengarai bahwa di sana terdapat persamaan-
persamaan. Kelengkapan gambar yang disajikan sangat
membantu dalam memahami isi buku ini.
Ucapan terimakasih saya haturkan kepada
Penerbit Arsitektur UMJ Press, yang telah bersedia
menerbitkan buku ini. Semoga buku ini bermanfaat bagi
kalangan pencinta buku.

Jakarta, Agustus 2016


Penulis

i
ii
PENGANTAR PENERBIT

Alhamdulillah, tulisan Ashadi, berjudul Peradaban dan


Arsitektur Dunia Kuno: Sumeria-Mesir-India, dapat kami
terbitkan. Buku ini adalah buku pertama dari empat buku
yang diterbitkan dalam waktu bersamaan. Empat buku
tersebut: (1) Peradaban dan Arsitektur Dunia Kuno:
Sumeria-Mesir-India; (2) Peradaban dan Arsitektur Klasik
Yunani-Romawi; (3) Peradaban dan Arsitektur Zaman
Pertengahan Byzantium, Kekristenan, Arab dan Islam; dan
(4) Peradaban dan Arsitektur Modern.
Dalam buku ini, penulis berusaha menelusuri akar
peradaban dan arsitektur Sumeria, Mesir dan India,
melalui tema-tema yang menarik, dengan menempatkan
peristiwa-peristiwa yang terjadi pada kurun waktu yang
panjang, yang menurutnya memiliki keterkaitan antara
satu dengan lainnya.
Kekuatan buku ini adalah deskripsi mendalam
sejarah dan arsitektur dalam kerangka peradaban besar
manusia. Kehadiran buku ini perlu mendapat apresiasi
sebagai suplemen dalam khasanah ilmu pengetahuan.

Jakarta, Agustus 2016


Penerbit

iii
iv
DAFTAR ISI

HAL.
KATA PENGANTAR i
PENGANTAR PENERBIT iii
DAFTAR ISI v

Bagian 1 Awal Peradaban Manusia 1


Bagian 2 Migrasi Ke Tanah Kanaan 11
Bagian 3 Babilonia 17
Bagian 4 Persia Kampium Di Timur 35
Bagian 5 Fir’aun Membangun Piramida 49
Bagian 6 Fir’aun vs Musa 69
Bagian 7 Warisan Harappa Dan Mohenjo-Daro 81

DAFTAR PUSTAKA 89

v
vi
BAGIAN 1
AWAL PERADABAN MANUSIA

Sekitar lima ribu tahun yang lalu, suku-suku bangsa yang


berbahasa Semit bermigrasi dari kampung halaman
mereka, Jazirah Arab, menuju Utara, Asia Barat hingga ke
Lembah Sungai Tigris dan Eufrat, Mesopotamia. Yang
termasuk orang-orang berbahasa Semit adalah Bangsa
Akkadia, Amoriah, Kanaan, Yahudi dan Arab, yang
sekarang dikenal sebagai Irak, Syria, Yordania, Palestina,
Israel dan Arab.
Sementara, Rusia Selatan, atau Asia Tengah
bagian Utara, di balik Pegunungan Kaukasus, wilayah di
sekitar Laut (Danau) Kaspia dan Laut (Danau) Aral,
disinyalir merupakan tempat asal suku-suku bangsa yang
berbahasa Indo-Eropa, yang menurunkan bangsa-bangsa
besar di kemudian hari. Empat ribu tahun yang lalu,
orang-orang Indo-Eropa menyebar dari kampung halaman
mereka ke segala arah, kecuali Utara. Mereka menuju
Timur sampai di Mongolia (Bangsa Mongol), ke arah
Selatan sampai di Mesopotamia – Irak sekarang – (Bangsa
Mittani), Iran (Bangsa Media dan Persia) dan India (Bangsa
Arya), ke arah Barat Daya sampai di Asia Kecil – Turki
sekarang – (Bangsa Hittite), Asia Barat dan Mesir (Bangsa
Hyksos), dan Yunani (Bangsa Achaea), dan ke arah Barat
sampai di Eropa Tengah (Bangsa Celtic – Jerman). Pada
1
2

akhirnya kedua rumpun suku bangsa nomaden itu –


Semit dan Indo-Eropa – bertemu dan saling berebut
pengaruh dan kekuasaan di wilayah Mesopotamia dan
Asia Barat.
Pada sekitar 4000-an SM, di wilayah yang dikenal
dengan Daerah Bulan Sabit Subur, di Lembah Sungai
Tigris dan Eufrat (sekitar Irak sekarang), sudah tumbuh
dan berkembang sebuah peradaban. Sejumlah manusia
awal tinggal di wilayah itu, dan mereka menyebut wilayah
yang berlumpur itu dengan Sumeria. Wilayah itu
kemudian dikenal juga dengan Mesopotamia (Bahasa
Yunani : mesos = tengah dan potamos = sungai) , yang
artinya tanah di antara dua aliran sungai. Begitu
suburnya daerah ini hingga seorang Pujangga Yunani,
Herodotus, pernah menyatakan dalam salah satu
karyanya, bahwa bumi Mesopotamia yang letaknya
beribu-ribu kilometer dari Yunani itu bagaikan sebuah
taman surga nan cantik jelita.
Kesuburan tanah Sumeria boleh jadi adalah
berkah dari peristiwa banjir besar yang terjadi belum lama
berselang di wilayah itu. Kitab Suci Agama Samawi
(Taurat, Injil, dan Al-Qur’an) memberitakan seorang suci
bernama Nuh Alaihissalam, yang beserta sedikit
pengikutnya selamat dari terjangan banjir bandang
tersebut.
Peradaban Sumeria dianggap sebagai peradaban
yang paling tua di muka bumi ini. Ketika Sumeria
semakin kaya, makin banyak desa dibangun: selain Eridu
yang dibangun berkali-kali, juga dibangun Ur, Uruk,
Lagash, Umma, Nippur, Larak, dan Kish. Masing-masing
3

diperintah oleh kuilnya. Desa tumbuh berkembang


menjadi kota.

Gambar 1.1 Peta lokasi wilayah Bulan Sabit (garis titik-titik)


(Sumber: https://www.google.co.id, akses 25 Mei 2016, elaborasi lanjut)

Gambar 1.2 Peta lokasi wilayah Mesopotamia dan sekitarnya


(Sumber: https://martinhumanities.com, akses 25 Mei 2016)
4

Kota-kota Sumeria memiliki pemerintahan sendiri


seperti sebuah negara sehingga dikenal dengan sebutan
Negara Kota. Kota-kota Sumeria biasanya dilengkapi
dengan kuil, Ziggurat. Bangunan ini dibuat dari batu bata
yang telah dibakar, bentuk arsitekturnya seperti piramida
yang didirikan di atas sebuah bukit buatan. Di puncak
bangunan ada ruangan untuk dewa kota. Ruangan itu
dapat dicapai melalui tangga besar dari lantai dasar.
Untuk keperluan membuat patung dewanya, para
pemahat mendatangkan batu dari daerah lain. Salah satu
yang terkenal, ziggurat di kota Ur, memiliki ukuran denah
dasar 150 x 200 kaki, dan tingginya 70 kaki.

Gambar 1.3 Kota Berbenteng (Citadel) Ur


(Sumber: http://cw.routledge.com, akses 25 Mei 2016)
5

Gambar 1.4 Pusat Kota Ur


(Sumber: http://q8imcs.egloos.com, akses 25 Mei 2016)
6

Gambar 1.5 Ziggurat di Kota Ur


(Sumber: http://whenintime.com, akses 25 Mei 2016)

Agama orang-orang Sumeria mengenal banyak


dewa, dan Marduk dianggap dewa tertinggi, yang
dilambangkan sebagai matahari yang memancarkan
sinarnya ke bumi dan memberi kesuburan kepada para
petani.
Karena yang menjalankan negara kota di Sumeria
adalah kuil, maka para pendeta terpaksa menciptakan
tulisan untuk mencatat segala pembukuan mereka.
Tulisan itu, yang disebut Cuneiform (Tulisan Paku)
diguratkan di atas lempeng tanah liat yang ribuan di
antaranya masih awet hingga sekarang.
Setiap kuil, baik yang besar, sedang maupun kecil,
tidak hanya menjadi pusat kegiatan keagamaan, tetapi
juga pusat kegiatan pendidikan, perdagangan, dan
pertukangan. Kuil juga menyelenggarakan festival-festival
musik dan olah raga.
7

Gambar 1.6 Contoh Tulisan Paku


(Sumber: https://www.thinglink.com, akses 25 Mei 2016)

Pada sekitar 3000 SM, Sumeria nampaknya


dibanjiri orang asing, di antaranya orang-orang dari
padang pasir Jazirah Arab, yang berbicara dalam
kelompok Bahasa Semit. Mereka berdiam di sebelah Utara
dan Barat Sumeria, mulai dari Kota Kish, melalui Lembah
Tigris-Eufrat bagian Utara sampai ke pantai Kanaan, dan
ada juga yang tinggal di Sumeria, bercampur-baur dengan
Bangsa Sumeria.
Dan pada sekitar 2700 SM, dimulailah zaman
kepahlawanan di Sumeria, artinya tampilnya pemimpin
yang kuat di antara mereka, kalau perlu seorang
pemimpin harus lebih daripada manusia biasa. Salah satu
pemimpin kuat, Gilgamesh, dari Uruk, menjadi pahlawan
Sumeria paling kesohor. Dan ketika ia meninggal, pada
pemakaman sang pahlawan, puluhan budak yang
8

mengenakan pakaian terbaik mereka masuk ke liang


kubur bersama jenazahnya dan minum racun.

Gambar 1.7 Gilgamesh


(Sumber: http://www.powerthoughtsmeditationclub.com,
akses 17 Juni 2016)

Selama lima atau enam abad pertama dalam


sejarah Peradaban Sumeria, negara-negara kota muncul
berdampingan tanpa saling berseteru. Namun sejak
sekitar paro milenium ketiga SM, ciri yang menonjol
adalah perseteruan antar negara kota. Hingga kemudian
Sargon, seorang pejabat muda Bangsa Akkadia, yang
berbahasa Semit, muncul sebagai pemimpin melalui
serangkaian penaklukkan. Setelah menaklukkan Raja
Kish, ia memenangkan pertempuran penting melawan
9

tentara gabungan Sumeria yang dipimpin oleh Zaggesi,


pada sekitar 2370 SM.
Dinasti Akkadia merepresentasikan kerajaan sejati
pertama di Mesopotamia, yang wilayahnya membentang
dari Teluk Persia di Selatan, hingga Asia Kecil di Utara,
dan mencakup Irak, Syria, Lebanon, dan bagian-bagian
Turki serta Iran; dan memiliki pengaruh di Mesir, Ethiopia
dan Siprus. Kerajaan ini mencapai masa puncaknya di
bawah lima raja pertamanya, yaitu Sargon I, Rimush,
Manishtusu, Naram-Sin, dan Shar-kali-sharri.
Raja Akkadia, Naram-Sin, adalah tokoh yang
dalam Kitab Suci Agama Islam, Al-Qur’an disebut Raja
Namrud (Nimrud), musuh bebuyutan orang suci, Ibrahim
Alaihissalam. Kota dimana ditemukan kompleks istana
raja ini kemudian dinamakan Kota Nimrud. Raja ini
menyandang gelar kebangsawanan ‘Raja Empat Penjuru
Dunia’ dan ‘Dewa Akkadia’ (Dewa Ninurta). Mengikuti
jejak kakeknya, Sargon I, dia menjadikan putrinya,
Enmenna, sebagai pendeta tertinggi Dewa Bulan, yaitu
Dewa Sin, di Ur, salah satu kota di Mesopotamia Kuno
yang sekte utamanya menyembah bulan.
Sejak sekitar tahun 2130-2120 SM, baik Sumeria
maupun Akkadia – Sumero-Akkadia, berada di bawah
kekuasaan orang-orang barbar dari Pegunungan Utara.
Selama periode ini, orang-orang Amoriah dari Syria, yang
berbahasa Semit masuk ke Akkadia dari arah Barat Daya
dan kemudian mendirikan dinasti baru di Kota Babilon.
10

Gambar 1.8 Denah Kota Berbenteng (Citadel) Nimrud


(Sumber: http://oracc.museum.upenn.edu, akses 26 Mei 2016)

Gambar 1.9 Perspektif istana Nimrud


(Sumber: http://www.wisdomlib.org, akses 26 Mei 2016)
BAGIAN 2
MIGRASI KE TANAH KANAAN

Sekitar tahun 2000-an SM, sekelompok orang di Kota Ur,


di bawah pimpinan Abram atau Abraham atau Ibrahim,
meninggalkan kota pergi menuju ‘tanah yang dijanjikan
Tuhan’, yakni Kanaan. Para peneliti menduga bahwa
Abraham mungkin sekali merupakan salah seorang
pemimpin kafilah pengembara yang membawa rakyatnya
dari Mesopotamia menuju Laut Mediterranean (Laut
Tengah) pada akhir milenium ketiga SM. Para pengembara
ini – sebagian dari mereka disebut Abiru, Apiru, Habiru,
dalam sumber-sumber Mesopotamia dan Mesir – berbicara
dalam Bahasa Semit Barat, yang mana Bahasa Ibrani
adalah salah satunya.
Kisah dalam Alkitab tentang Abraham dan anak
keturunannya mengindikasikan adanya tiga gelombang
kedatangan orang-orang Ibrani di Kanaan. Yang pertama,
terkait dengan kedatangan Abraham dari Mesopotamia;
kemudian, setelah kematian istrinya, Sara, ia membeli
tanah dan menetap di Hebron, sekitar tahun 1850 SM.
Gelombang kedua, berkaitan dengan cucu Abraham,
Yakub; ia menetap di Sikhem, yang sekarang menjadi kota
Arab, Nablus, di Tepi Barat. Dan gelombang ketiga, terkait
dengan kedatangan suku-suku yang mengaku keturunan
Abraham, tiba di Kanaan dari Mesir, sekitar 1200 SM.
11
12

Mereka mengatakan bahwa mereka telah dijadikan budak


oleh orang Mesir, tetapi dimerdekakan oleh Tuhan yang
bernama Yahweh, yang juga merupakan tuhannya
pemimpin mereka, Musa. Setelah mendesak masuk ke
Kanaan, mereka beraliansi dengan orang Ibrani yang ada
di sana dan kemudian disebut sebagai orang Israel, nama
yang dinisbatkan kepada nama Yakub.

Gambar 2.1 Peta rute perjalanan Abraham dan Musa


(Sumber: http://just-another-inside-job.blogspot.co.id,
akses 26 Mei 2016)

Jauh sebelum Abraham, sekitar 3000 SM, banyak


suku-suku Arab yang berhijrah dari Jazirah Arab menuju
Utara. Suku Funisia (Phoenicia) adalah yang pertama;
mereka berdiam di tepi pantai Laut Mediterranean, di Asia
Barat. Daerah pantai ini sebenarnya terlalu sempit,
karena di sebelah Baratnya dibatasi oleh laut, dan di
sebelah Timurnya oleh gunung-gunung (wilayah yang
sekarang dikenal Lebanon). Oleh karenanya, mereka
menuju ke laut dan berlayar, yang dengan cara itu mereka
13

dapat berhubungan dengan banyak negara untuk


berdagang. Di sebelah Selatan kawasan yang didiami oleh
Bangsa Funisia itu, tinggal pula Bangsa Arab lainnya,
Bangsa Kanaan, yaitu sekitar 2500 SM. Mereka mendiami
tepian Sungai Yordan sebelah Barat yang terbentang ke
Laut Mediterranean. Daerah yang didiami Bangsa Kanaan
ini, oleh Alkitab dinamakan ‘Tanah Kanaan’.
Di sebelah Timur Laut Sungai Yordan, hidup
orang-orang Aramaean yang datang dari Lembah Sungai
Eufrat, Mesopotamia; negeri mereka kemudian dikenal
dengan Syria (Suriah). Kedatangan orang-orang
Aramaean, yang juga berbahasa Semit, di Syria, bisa jadi
karena mereka terdesak oleh Bangsa Mitanni yang
berbahasa Indo-Eropa, yang mulai menghuni Lembah
Sungai Eufrat; dan waktunya, kemungkinan, menjelang
tahun 1500 SM. Salah satu kota yang dapat didirikan oleh
Bangsa Aramaean ialah Kota Damaskus, yang sejak itu
menguasai perdagangan di seluruh Asia Barat. Di sebelah
Timur Sungai Yordan, dan Selatan Laut Mati (Laut Luth),
terdapat tiga kerajaan, yakni Amon, Moab, dan Edom,
yang juga menggunakan Bahasa Semit.
Sekitar tahun 1000 SM, Bangsa Aramaean dapat
menciptakan suatu macam tulisan, yang apabila
dibandingkan dengan Huruf Hieroglyph atau Huruf Paku
lebih sempurna. Karena Bangsa Syria menjadi bangsa
yang maju perdagangannya di Asia Barat, maka Bahasa
Aramaean juga berkembang dan dipergunakan oleh
segenap bangsa di Asia Barat dan Laut Mediterranean,
mengalahkan bahasa-bahasa lokal lainnya. Sebagai
contoh, Yesus, yang sesungguhnya orang Yahudi,
14

berbicara, tidak dalam Bahasa Ibrani, melainkan dengan


Bahasa Aramaean.
Kedekatan hubungan antara Tanah Kanaan,
tempat lahirnya agama-agama samawi, Yahudi dan
Kristen, dengan Jazirah Arab, tempat lahirnya agama
samawi, Islam, cukup menjadi petunjuk bahwa Abraham,
‘Bapak Bangsa-Bangsa’ dan ‘Bapak Para Nabi’ pernah
berdakwah menyampaikan Risalah Tuhan di kedua
wilayah itu. Ishak, putra kedua Abraham dan
keturunannya berdakwah di Tanah Kanaan dan
sekitarnya, sementara Ismail, putra pertama Abraham dan
keturunannya berdakwah di Jazirah Arab.
Menurut Al-Qur’an, Abraham dan Ismail
Alaihissalam adalah bapak dan anak yang saling bahu-
membahu membangun Ka’bah, Bait Allah, di Mekah, jauh
sebelum Sulaiman membangun Bait Suci di Yerusalem.
Istri Abraham, Hajar (Hagar), bersama Ismail yang masih
kecil ditinggal oleh Abraham di lembah Bakkah (Mekah).
Di tempat itu, kemudian terbangun permukiman
masyarakat Arab. Dari tempat ini pula, Muhammad bin
Abdullah mendapat perintah dari Allah Subhanahu Wa
Ta’ala untuk mengajarkan agama Islam ke seluruh umat
manusia.
Hampir bersamaan waktunya dengan kedatangan
orang-orang Israel di Kanaan dari Mesir, sekitar 1200 SM,
gelombang orang-orang Suku Filistin dari Pulau Krete
(Kreta) di Laut Mediterranean, datang di tepi Pantai Asia
Barat mencari tempat kediaman baru setelah kediaman
mereka sebelumnya dihancurkan oleh serangan dari
Utara. Mereka mendiami daerah antara Yava dan Gaza.
Maka bercampurlah mereka dengan orang-orang Kanaan
15

yang terlebih dulu ada di sana. Wilayah ini kemudian


dikenal dengan Palestina. Karena wilayah Palestina
terletak di antara kedua negara besar, Mesir di Barat dan
Babilonia di Timur, di mana di sanalah muncul dan
tumbuhnya kemegahan peradaban pada Zaman Kuno,
maka ia paling banyak dipengaruhi oleh kedua negara itu.
Perebutan pengaruh atas Palestina diramaikan pula oleh
Kerajaan Hittite (Hatti) di Utara, yang kekuasaannya
meliputi wilayah Asia Kecil (Turki sekarang). Tumbuhnya
Kerajaan Hittite hampir sezaman dengan tumbuhnya
kesatuan politik di Palestina.

Gambar 2.2 Peta rute perjalanan Abraham, Hajar, dan Ismail


(Sumber: http://www.angelfire.com, akses 29 Mei 2016)
16

Gambar 2.3 Perspektif Kota Berbenteng di Kanaan (sebuah model)


(Sumber: http://realhistoryww.com, akses 20 Juni 2016)

Sekitar 4000 SM, di Kanaan orang-orang yang


sebagian besar adalah para petani, membangun rumah-
rumah mereka dari bahan bata-lumpur. Mereka hidup
dalam sebuah kota yang berdinding tebal terbuat dari
bahan batu kasar dan bata-lumpur. Dalam kota yang
berdinding ini, para petani menghasilkan berbagai produk
hortikultura lokal, seperti: zaitun, anggur, dan gandum.
Para petani juga menggembalakan ternak.
Dengan berjalannya waktu, kota-kota awal tumbuh
lebih kompleks, dengan penambahan dinding kota di
bagian luar dinding pertama, sehingga sebuah kota bisa
memiliki dua atau tiga dinding pelindung kota; ia sebagai
dinding pertahanan. Keberadaan dinding-dinding kota
yang dijaga ketat, adalah bukti bahwa ini bukan periode
damai.
BAGIAN 3
BABILONIA

Di bawah kepemimpinan Hammurabi (1792-1750 SM),


Kerajaan Babilonia yang ibukotanya di Babilon,
mengalami kemajuan pesat, wilayahnya mencakup
Assyria, Mesopotamia Utara (di bagian Barat Laut
Mesopotamia) dan Mesopotamia Selatan (di bagian
Tenggara Mesopotamia). Selama pemerintahannya, ia
memajukan pendidikan, seni, ilmu pengetahuan,
perdagangan, dan mengeluarkan hukum tertulis.
Hukum itu dikenal dengan Undang-Undang
Hammurabi; terdiri atas 280 pasal. Undang-Undang
Hammurabi, antara lain mengatur: soal pencurian dan
tukang tadahnya, korupsi, pembunuhan, penculikan,
penipuan, perpajakan, pencemaran nama baik, dan
kehidupan keluarga. Salah satu isi Undang-Undang
Hammurabi: dalam perkawinan Bangsa Babilonia,
pengantin laki-laki memasang cadar pada mempelai
perempuannya sebagai tanda bagi laki-laki lain bahwa
perempuan itu adalah miliknya dan tidak boleh
diperebutkan lagi. Si laki-laki berusaha meyakinkan
perempuannya bahwa cadar itu demi kebaikan mereka
sendiri – bahkan itu adalah hak istimewa. Menurut
hukum Babilonia, perempuan budak dan selir dilarang
mengenakan cadar. Hammurabi juga punya gagasan-
17
18

gagasan segar: dia menjadikan Marduk sebagai raja


semua dewa, mitos kuno pun diciptakan, seperti ‘ Marduk
menciptakan langit dan bumi’. Hammurabi membangun
ibukotanya menjadi kota terbesar di antara Mesir dan
India. Sepeninggal Hammurabi, Babilonia mengalami
kemunduran.

Gambar 3.1 Undang-Undang Hammurabi. Dewa Marduk, sedang


duduk di singgasananya, memegang gulungan undang-undang, yang
hendak diserahkannya kepada baginda.
(Sumber: https://www.awesomestories.com, akses 25 Mei 2016)
19

Pada tahun 1739 SM, bangsa barbar dari Timur,


Bangsa Kassit, berhasil menaklukkan ibukota Babilon
dan menguasai Mesopotamia Selatan. Dan, pada tahun
1595 SM, Raja terakhir Dinasti Babilonia, Samsuditana,
ditaklukkan oleh Raja Mursilis I (1620-1590 SM), dari
Kerajaan Hittite. Namun, Bangsa Hittite, tidak
sepenuhnya memerintah di Mesopotamia, dan wilayah ini
dibiarkan begitu saja, sehingga Bangsa Kassit masih
memerintah di Mesopotamia Selatan. Dan, sekitar 1500
SM, wilayah di Hulu Sungai Eufrat, Mesopotamia Utara,
dikuasai sepenuhnya oleh Bangsa Mitanni.
Sementara, di bagian wilayah Utara Mesopotamia,
muncul kekuatan baru, Bangsa Assyria, yang berpusat di
Kota Ashur (Assur), di Hulu Sungai Tigris. Bangsa
Assyria, sebelumnya, menjadi bagian dari kekuasaan
Babilonia. Dimulai sekitar abad 17 SM, dengan
melakukan serangkaian ekspedisi militer dan berusaha
memperluas pengaruhnya, Bangsa Assyria, empat abad
berikutnya (abad 13 SM), berhasil menduduki dan
menguasai daerah-daerah yang letaknya di sebelah Utara.
Pada masa kekuasaan raja-raja Tiglath-Pilaser III, Sargon
II, Sennacherib, dan Assarhaddon, yang memerintah pada
abad 9-7 SM, Kerajaan Assyria mengalami kejayaannya.
Sekitar abad 7 SM, Sargon II menjadi penguasa
Assyria. Pada masa pemerintahannya, Sargon II
memindahkan ibu kota dari Assur ke Dur-Sharrukin,
kira-kira 20 km di sebelah Timur Laut Nineveh, dekat
desa Khorsabad zaman sekarang.
Istana Sargon II dibangun bersamaan dengan
pembangunan ibu kota baru. Arsitektur istana Sargon II
20

memiliki 200 ruangan di lahan seluas hampir 10 ha yang


dibuat lebih tinggi 7,5 m daripada wilayah sekitarnya.
Patung-patung lembu raksasa yang bersayap dan
berkepala manusia menjaga gerbang istana. Tembok-
tembok istana dihiasi lukisan maupun relief yang
menggambarkan kampanye militer dan prestasi sang raja.

Gambar 3.2 Denah Kota Khorsabad


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 17 Juni 2016)
21

Gambar 3.3 Perspektif kota berbenteng Sargon II di Khorsabad


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 25 Mei 2016)

Gambar 3.4 Perspektif istana Sargon II di Khorsabad


(Sumber: http://www.crystalinks.com, akses 26 Mei 2016)
22

Gambar 3.5 Perspektif gerbang istana Sargon II di Khorsabad


(Sumber: http://www.istockphoto.com, akses 26 Mei 2016)

Sepeninggal Sargon II, Assyiria dipimpin oleh


putranya yang bernama Sennacherib. Sennacherib
membangun istana baru di Kouyunjik, tidak jauh dari
Khorsabad, masih termasuk wilayah Nineveh. Pada masa
Sennacherib, arsitektur kota Nineveh yang semula kurang
menarik, segera diperindah, dengan patung-patung yang
besar dan tinggi menghiasai kota. Dinding kotanya amat
kokoh; tingginya duapuluh lima meter. Di setiap sudut
dinding kota dilengkapi menara-menara berbentuk segi
empat yang jumlahnya mencapai seratus enampuluh
tujuh buah. Jalan masuk ke kota yang merupakan
benteng itu berupa delapan buah pintu gerbang yang
dibuat dari perunggu. Pintu gerbang tadi diperkuat
semuanya; di kiri dan kanannya, ditempatkan patung
lembu besar yang bersayap. Semua pintu gerbang kota
dan pintu masuk ke istana di kerajaan Assyria dijaga oleh
23

lembu bersayap, tubuhnya menyerupai lembu jantan,


tetapi kepalanya meniru kepala manusia. Patung lembu
yang bersayap itu dinamakan Lamassu; ia selalu dibuat
berkaki lima, sehinga selalu tampak empat buah kaki dari
manapun ia dilihat.

Gambar 3.6 Denah istana Sennacherib di Kouyunjik


(Sumber: http://picssr.com, akses 26 Mei 2016)

Hingga tahun 650 SM, Assyria menjadi sebuah


kerajaan yang tiada tertandingi, wilayahnya hampir
meliputi seluruh kawasan Timur Tengah sekarang, yang
membentang mulai dari Teluk Persia di Timur hingga
Lembah Sungai Nil di Barat, dan dari Gurun Arabia di
Selatan hingga Tanah Palestina di Laut Tengah. Untuk
sementara Yerusalem selamat dari sepak terjangnya.
24

Gambar 3.7 Perspektif istana Sennacherib di Kouyunjik


(Sumber: http://www.bbc.com, akses 26 Mei 2016)

Gambar 3.8 Interior istana Sennacherib di Kouyunjik


(Sumber: www.crystalinks.com, akses 26 Mei 2016)
25

Gambar 3.9 Lukisan taman istana Sennacherib di Kouyunjik


(Sumber: https://gatesofnineveh.files.wordpress.com, akses 26 Mei 2016)

Sementara itu di wilayah Asia Barat, sekitar abad


11 SM, untuk pertama kalinya orang Israel berperang
melawan orang Filistin, di Tanah Kanaan, mereka
langsung kalah total. Suku-suku Israel, yang merujuk
kepada keduabelas putra Yakub, melawan dengan
mentaati perintah tunggal seorang raja, Saul. Setelah Saul
meninggal, salah satu suku, Yehuda, mengangkat seorang
suci, Daud, sebagai raja, sementara suku-suku Israel
lainnya mengikuti Isyboset, putra Saul. Selama dua
tahun, kedua pihak itu bertempur, dan akhirnya Isyboset
berhasil dibunuh. Sekarang, gantian Bangsa Filistin
diserang dan dikalahkan oleh Yehuda pimpinan Daud.
Karena terkesan posisinya yang kuat dan sulit dijangkau
musuh, setelah berhasil menaklukkan Yerusalem, Daud,
menjadikannya sebagai ibu kota kerajaan. Kemenangan
Daud atas orang-orang Filistin membuatnya ditaati oleh
26

seluruh suku Israel. Namun, bangsa Filistin dapat


mempertahankan independensinya sampai tahun 734 SM,
ketika Filistin diserbu oleh Raja Tiglath-Pileser III, dari
Assyria.
Kemudian, Daud mengalahkan kerajaan-kerajaan
Moab, Amon, dan Edom. Kejayaan Daud diperlihatkan
dengan keberhasilannya menyatukan seluruh wilayah
Syria Selatan, kecuali Filistin, sampai jauh ke Utara di
pedalaman, ke ujung Selatan Dataran Anti Lebanon,
sampai di sebelah Utara Damaskus. Setelah Daud
meninggal, pada tahun 955 SM, putranya, Salomo,
menggantikannya.
Salomo mewujudkan keinginan ayahnya, Daud,
untuk membangun sebuah Bait Suci bagi Tuhan Yahweh
di Yerusalem. Raja Hiram di Tyre, Funisia, memberi
Salomo bantuan teknologi yang diperlukan dalam
pembangunan itu. Salomo membangun Bait Suci bagi
Yahweh di atas bukit kota sebelah Timur, di mana Kubah
Batu, tempat suci Muslim yang sangat penting, saat ini
berdiri. Bangunan Salomo berbentuk empat persegi
panjang dengan serambi menghadap Timur. Tempat yang
paling suci, di bagian tengah, berisi Tabut Perjanjian, dan
seluruh bangunan dikelilingi tembok tebal.
Bait Suci itu mulai dibangun pada tahun 968 SM.
Tujuh tahun kemudian dapat diadakan upacara
pembukaan Bait Suci oleh Raja Salomo. Di tengah-tengah
tampak sebuah gedung, yang lebih tinggi dari yang lain. Di
situlah terdapat ‘tempat suci’ dan ‘tempat yang maha
suci’. Gedung itu dikelilingi oleh ruang-ruang dengan
pembatas yang terbuat dari batu. Di ruangan itulah
disimpan alat-alat upacara yang diperlukan ketika ada
27

kebaktian. Seluruh gedung induk itu dikelilingi oleh dua


pelataran, satu untuk pendita-pendita dan yang sebuah
lagi untuk rakyat. Pelataran tempat pendita-pendita lebih
tinggi letaknya daripada pelataran untuk rakyat. Tepat di
bagian depan gedung induk itu didirikan sebuah mezbah
tempat membakar kurban, dan di situlah juga dijumpai
‘kolam tembaga’. Setelah Bait Suci ini berumur seratus
tahun, pernah mengalami perbaikan-perbaikan. Namun,
pada tahun 597 SM, oleh Nebuchadnezzar, Bait Suci ini
dihancurkan.

Gambar 3.10 Bait Suci yang dibangun Salomo di Yerusalem


(Sumber: http://www.bijbelseplaatsen.nl, akses 26 Mei 2016)

Menjelang akhir kekuasaan Salomo, kerajaan yang


dibangun Daud, mulai menunjukkan kemunduran.
Dimulai oleh orang-orang Edom dan Damaskus, yang
berhasil memberontak pada akhir masa kekuasaan
Salomo.
28

Setelah kematian Salomo, sekitar tahun 935 SM,


orang-orang Israel non-Yehuda pun melepaskan diri dari
Yehuda dan membangun sebuah kerajaan sendiri yang
terpisah. Sekarang kerajaan terpecah menjadi dua:
Yehuda dan Israel. Kerajaan Yehuda, dipimpin oleh
Rehabeam, putra Salomo, beribukota di Yerusalem,
menguasai wilayah bagian Selatan. Kerajaan Israel,
dipimpin oleh Yerobeam, seorang pegawai istana raja,
beribukota di Sikhem (kemudian pindah ke Samaria),
menguasai wilayah bagian Utara. Dalam kondisi demikian,
mereka harus menghadapi serangan Assyria.
Menghadapi serangan Assyria, para pemimpin
Yehuda, Israel, Damaskus, Moab, Amon, dan Edom
mengesampingkan pertikaian mereka, dan mengadakan
koalisi. Dan ternyata koalisi mereka berhasil menahan
serangan Assyria untuk sementara dalam pertempuran
tahun 853 SM.
Pasukan Assyria terus bergerak maju, dan
akhirnya pada 722 SM, Samaria, ibukota Israel jatuh.
Lebih dari 27.000 penduduk diusir, dan tamatlah
kerajaan Israel. Para penduduk yang diusir itu kemudian
dikenal sebagai Sepuluh Suku Israel Yang Hilang.
Sementara Raja Yehuda memberi banyak hadiah untuk
Raja Assyria. Namun, pada 701 SM, setelah mengetahui
Yehuda berkomplot dengan Mesir, pasukan Assyria benar-
benar menyerang Yehuda, dan mengepung Yerusalem.
Tiba-tiba datanglah wabah yang menyerang pasukan
Assyria, sehingga Yerusalem terselamatkan.
Pada tahun 612 SM, Nineveh, ibukota Assyria,
berhasil dihancurkan oleh pasukan gabungan: Bangsa
Chaldea, suatu bangsa yang juga berbahasa Semit dan
29

menguasai tanah Mesopotamia bagian Selatan – bekas


kerajaan Babilonia Lama – , dan dua bangsa yang
berbahasa Indo-Eropa, yakni Bangsa Media dan Persia.
Kerajaan Chaldea, yang juga dikenal sebagai Kerajaan
Babilonia Baru, memilih Babilon sebagai ibukotanya.
Raja Babilonia Baru yang terkenal adalah
Nebuchadnezzar. Pada tahun 597 SM, ia berhasil
menaklukkan Yehuda, merebut dan menghancurkan
Yerusalem; dan memindahkan sekitar 20.000 warga kelas
atas Bangsa Yehuda ke Babilon.
Ketika Cyrus, Raja Persia, menguasai Babilonia,
pada tahun 539 SM, maka secara otomatis, ia menjadi
penguasa atas Yehuda. Raja Persia memperkenankan
Bangsa Yehuda kembali ke Yerusalem, dan siap
membantu pembangunan kembali Yerusalem. Persia
menisbatkan Bangsa Yehuda dengan nama Yahudi, dan
menamakan keyakinan mereka sebagai agama Yahudi.
Sejak saat itu sebutan ‘Yahudi’ dilekatkan pada orang
yang menganut agama Yahudi.
Ketika Nebuchadnezzar diangkat menjadi raja,
Kota Babilon masih merupakan sebuah kota yang tidak
menarik, karena seringnya diserang dan dihancurkan
musuh. Maka, segera setelah itu, ia memugar dan
mendirikan bangunan-bangunan baru di Kota Babilon,
dan jadilah sebuah kota yang mengagumkan.
Keadaan arsitektur Kota Babilon: bentuknya
segiempat dikelilingi tembok yang dihiasi dengan gambar-
gambar binatang buas, dengan Sungai Eufrat yang
mengalir di tengahnya. Di kota itu terdapat beberapa kuil,
di antaranya Kuil Marduk. Di dalam kuil terdapat Ziggurat
30

Etemenanki. Di bagian tengah kuil juga dijumpai Menara


Babel. Tidak jauh dari Kuil Marduk terdapat Taman
Gantung yang terkenal itu, yang merupakan salah satu
dari Tujuh Keajaiban Dunia. Taman Gantung Babilon
dibangun di atas bukit buatan, tingginya sekitar 107
meter, bentuknya berupa podium bertingkat yang
ditanami dengan pohon, rumput, dan bunga-bungaan.
Ada air terjun buatan berasal dari air sungai yang
dialirkan ke puncak bukit, lalu mengalir melalui saluran
buatan; jadilah tempat yang asri dan sejuk di daerah yang
panas dan kering.

Gambar 3.11 Denah Kota Berbenteng (Citadel) Babilon


(Sumber: http://www.bible-history.com, akses 26 Mei 2016)
31

Gambar 3.12 Perspektif Kota Babilon


(Sumber: http://www.historyfiles.co.uk, akses 26 Mei 2016)

Gambar 3.13 Perspektif Gerbang Utama (Ishtar Gate) Kota Babilon


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 26 Mei 2016)
32

Gambar 3.14 Perspektif Taman Gantung di Kota Babilon


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 26 Mei 2016)

Gambar 3.15 Perspektif Ziggurat Etemenanki di Kota Babilon


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 26 Mei 2016)
33

Agama orang Babilonia lebih mengutamakan


kesejahteraan di dunia daripada kebahagiaan di akhirat
nanti. Ilmu sihir, penujuman, dan ilmu perbintangan lebih
banyak dikembangkan di sini daripada tempat-tempat
lain. Dari Babilonia pun lahir beberapa hal yang tergolong
ilmu pengetahuan: pembagian hari menjadi 24 jam, 1
jam=60 menit, 1 menit=60 detik, dan lingkaran menjadi
360 derajat; juga ditemukannya siklus gerhana, yang
memungkinkan terjadinya gerhana bulan bisa diramal
dengan tepat, dan gerhana matahari dengan beberapa
perkiraan.

Gambar 3.16 Astronomi Babilonia


(Sumber: http://www.crystalinks.com, akses 17 Juni 2016)
34

Gambar 3.17 Lamassu


(Sumber: http://www.proprofs.com, akses 26 Mei 2016)
BAGIAN 4
PERSIA KAMPIUM DI TIMUR

Pada sekitar 2000 SM, suku-suku bangsa yang


mengembara dari kampung halaman mereka di Rusia
Selatan ke arah Tenggara sampailah di Iran. Sebagian dari
mereka ada yang terus mengembara ke India. Mereka
yang menetap di Iran kemudian menjadi nenek moyang
Bangsa Media dan Bangsa Persia. Sementara, mereka
yang masuk ke India menjadi Bangsa Arya.
Setelah menetap di Iran, Bangsa Media dan Bangsa
Persia hidup bertani, dan menjadi penggembala domba
dan kuda. Mula-mula, sekitar abad 8 SM, yang berkuasa
adalah Bangsa Media. Sesudah menaklukkan Bangsa
Persia, Bangsa Media mendirikan kerajaan (kekaisaran)
yang luasnya membentang dari Teluk Persia di Selatan
sampai Laut Kaspia di Utara, beribukota di Ekbatana
(Hamadan sekarang). Rajanya yang bernama Cyaxares
(620-584 SM), pada tahun 612 SM, ikut menggempur kota
Nineveh. Setelah kematian Cyaxares, dan diganti oleh
Astyages (585-550 SM), Kerajaan Media mengalami
kemunduran, hingga pada 550 SM, dapat ditaklukkan
oleh Persia di bawah pimpinan Cyrus (600-530 SM).
Setelah berkuasa, Cyrus, Raja Persia, memutuskan
untuk melancarkan politik perluasan wilayah. Pada tahun
548-547 SM, Persia berperang melawan Kerajaan Lydia di
35
36

Asia Kecil (Turki sekarang). Persia dapat menghancurkan


ibukota kerajaan, Sardis, dan menangkap Croesus, Raja
Lydia.
Kerajaan Persia (Kekaisaran Akhemeniyah), yang
didirikan oleh Cyrus, yang semula lebih lemah dan
senantiasa menjalin hubungan baik dengan Babilonia,
berbalik menjadi musuh. Dan pada tahun 539 SM, Persia
menaklukkan Babilonia Baru. Bangsa Yahudi, yang sejak
Raja Nebuchadnezzar di tawan di kota Babilon, oleh Cyrus
diperbolehkan pulang ke negeri Yehuda.
Pada tahun 530 SM, Cyrus berhasil menguasai
sebagian tanah India bagian Barat Laut. Tidak lama
kemudian ia terbunuh dalam upaya memukul mundur
serangan di wilayah Utara kekaisarannya yang dilakukan
oleh suku-suku nomaden. Ia digantikan putranya,
Cambyses, yang dapat mengembalikan ketentraman
dalam negeri.
Pada 525 SM, Cambyses, pengganti Cyrus,
menaklukkan Mesir dan beberapa tempat lain di kawasan
Afrika Utara, dan kemudian pasukannya juga menyerbu
ke Ethiopia (Abisinia). Di segenap negeri yang ditaklukkan
itu, adat istiadat masing-masing bangsa itu dihormati oleh
Cambyses.
Setelah Raja Cambyses meninggal, sekitar tahun
522/521 SM, Darius naik takhta. Pada masa Darius (521-
486 SM), Persia mengalami masa kejayaannya; wilayahnya
meliputi Baktria, Parthia, Media, Babilonia, Syria, Yehuda,
Armenia, Thracea, Karthago, Mesir, dan Afrika Utara,
sehingga membentang dari Indus, India, di Timur hingga
Yunani di Barat. Bila diambil patokan sekarang, wilayah
itu meliputi negara-negara Rusia Selatan, Afghanistan,
37

India Barat Laut, Iran, Irak, Syria, Lebanon, Yordania,


Palestina, Israel, Turki, Bulgaria, Macedonia, Yunani,
Tunisia, dan Mesir.

Gambar 4.1 Peta wilayah kekuasaan Persia


(Sumber: http://www.israelnationalnews.com, akses 31 Mei 2016)

Sejak Darius memerintah, wilayah Persia yang luas


itu dibagi menjadi beberapa provinsi. Provinsi-provinsi
yang dikenal sebagai satrap itu dipimpin oleh pejabat
negara yang disebut satrapi. Tugas seorang satrapi hampir
sama dengan tugas seorang gubernur di zaman modern
ini. Untuk memudahkan lalu-lintas, baik untuk keperluan
ketentaraan maupun untuk perdagangan, dibuatlah jalan-
jalan raya yang dimulai dari Susa. Masing-masing kota
besar dihubungkan satu dengan lainnya melalui sistem
38

pos, yang dilengkapi dengan kuda-kuda pilihan dan


petugas-petugas yang cakap. Di tiap-tiap tempat yang
agak besar disediakan tempat perhentian untuk
mengganti kuda yang lelah. Sebagai perbandingan,
sebuah pesan dari Kota Sardis ke Susa, yang jaraknya
sekitar 2000 km, baru tiba setelah tiga bulan perjalanan
lamanya. Sedangkan tukang-tukang pos yang bekerja
secara estafet dapat mempersingkat waktu hingga empat
belas hari saja.
Para raja Persia membangun kota-kota dan istana-
istana di Pasargadae, Susa, dan Persepolis. Pasargadae
adalah ibukota kerajaan Persia pada zaman kekuasaan
Raja Cyrus. Susa adalah ibukota kerajaan Persia pada
zaman kekuasaan Raja Darius, letaknya agak jauh ke
arah Barat Laut dari Pasargadae. Persepolis adalah salah
satu kota terindah yang pernah dibangun oleh Darius,
letaknya tidak jauh ke arah Barat Daya dari Pasargadae.
Para ahli sejarah kuno, menemukan bahwa
reruntuhan istana Pasargadae yang dibangun oleh Raja
Cyrus, dahulunya dilengkapi dengan taman bunga yang
luas. Istana yang asri itu dibuat bertingkat-tingkat dengan
tembok yang dibuat dari batu bata yang kokoh. Yang
mengesankan dari bangunan istana itu adalah bahan
yang digunakan berupa bubukan semen. Para ahli
memastikan bahwa untuk pertama kalinya semen
digunakan sebagai bahan bangunan yang utama. Jenazah
Cyrus dikuburkan di dekat istananya di Pasargadae. Di
atas kuburnya berdiri bangunan besar (cungkup).
39

Gambar 4.2 Lay Out Pasargadae


(Sumber: http://class.lism.catholic.edu.au, akses 31 Mei 2016)

Gambar 4.3 Perspektif Kompleks Istana Pasargadae


(Sumber: http://kavehfarrokh.com, akses 31 Mei 2016)
40

Gambar 4.4 Perspektif Apadana (Balairung) Istana Pasargadae


(Sumber: http://www.heritageinstitute.com, akses 31 Mei 2016)

Gambar 4.5 Cungkup makam Raja Cyrus di Pasargadae


(Sumber: http://www.untoldiran.com, akses 31 Mei 2016)

Di ibukota Kerajaan Persia, Susa, Raja Darius,


membangun sebuah istana yang bercitra dunia. Para
arsitek dari segala penjuru didatangkan ke Kota Susa.
Bangsa Mesir yang terkenal mahir mencipta bangunan
yang berkekuatan tinggi, tugasnya khusus mencipta
semua tembok istana yang megah. Sementara, arsitek dari
Babilonia tugasnya membuat batu bata yang terbaik
41

mutunya; terbukti mereka mampu membuat ziggurat-


ziggurat yang baik dan kokoh. Pengerjaan kayu
dipercayakan kepada Bangsa Serdian yang dibantu oleh
sebagian orang Mesir. Ornamen-ornamen istana dicipta
dengan material kualitas terbaik. Emas penghias istana
khusus didatangkan dari Sardis (Lydia). Hanya tempat
inilah di dunia yang paling masyhur menghasilkan logam
mulia itu. Sedangkan perak kemilauan yang menghiasi
berbagai ornamen dikirimkan khusus sebagai upeti dari
Mesir. Aneka ornamen gading didatangkan dari negeri
Ethiopia, dan kayu-kayu penyangga istana didatangkan
khusus dari Ghandara, India.

Gambar 4.6 Lay Out Kota Susa


(Sumber: http://www.heritageinstitute.com, akses 31 Mei 2016)
42

Gambar 4.7 Denah Istana Susa


(Sumber: http://www.bible-archaeology.info, akses 31 Mei 2016)

Gambar 4.8 Perspektif Apadana (Balairung) Istana Susa


(Sumber: http://www.heritageinstitute.com, akses 31 Mei 2016)
43

Raja Darius, juga memerintahkan pembangunan


kota dan istana di Persepolis. Dalam bahasa Persia kuno,
kota ini disebut Parsa, yang berarti "Kota Bangsa Persia".
Persepolis adalah terjemahan bahasa Yunani: Persēs polis,
yang artinya "Kota Persia".
Bangunan di kompleks Persepolis terbagi atas tiga
kelompok: kawasan militer, kawasan perbendaharaan
(ruang harta), dan balai resepsi serta kediaman sementara
Raja. Struktur utama antara lain: Tangga Agung, Gerbang
Semua Bangsa (Gerbang Xerxes), Istana Apadana Darius,
Balai Seratus Tiang, Balai Tripylon Hall, Istana Tachara
milik Darius, Istana Hadish milik Xerxes, Istana
Artaxerxes III, Bendahara Kemaharajaan, Istal kuda
kerajaan, dan rumah Kereta Perang
Darius membangun istana megah di Persepolis.
Istana ini disebut Apadana (Apadana Palace), yang
digunakan sebagai balairung audiensi resmi. Istana ini
memiliki balai agung berbentuk bujur sangkar, tiap
sisinya berukuran panjang 60 meter dengan 72 tiang
besar, 30 diantaranya masih tegak berdiri. Setiap pilar
besar ini tingginya 19 meter. Pilar ini menopang atap yang
luas dan sangat berat. Puncak tiang dihasi patung batu
hewan, seperti banteng berkepala dua, singa, atau
rajawali. Tiang ini terhubung oleh batang penopang datar
dari kayu ek atau kayu sedar Lebanon. Dindingnya
dilapisi lumpur dan stuko setebal 5 cm, sebagai perekat,
kemudian dilapisi stuko hijau. Di sisi Barat, Utara, dan
Timur istana terdapat serambi persegi yang memiliki 12
tiang tersusun dalam dua baris masing-masing enam
tiang. Di sisi Selatan balairung terdapat serangkaian
44

kamar sebagai tempat penyimpanan. Dua tangga bergaya


Persepolis dibangun secara simetris terhubung dengan
fondasi batu. Di keempat sudut Apadana, dibangunlah
empat menara yang menjorok ke luar. Dinding dilapisi
tegel dan dihiasi gambar singa, banteng, dan bunga.
Tangga simetris bergaya Persepolis dibangun di sisi utara
dan timur untuk mengatasi perbedaan ketinggian. Ketika
Alexander, Raja Macedonia, menaklukkan Persia, sebagian
besar istana-istana Persia dihancurkan, yang tersisa
hanya reruntuhannya saja.

Gambar 4.9 Denah Kompleks Istana Persepolis


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 31 Mei 2016)
45

Gambar 4.10 Perspektif Kompleks Istana Persepolis


(Sumber: http://brookcruz.blogspot.co.id, akses 31 Mei 2016)

Gambar 4.11 Interior Balai Seratus Tiang Istana Persepolis


(Sumber: http://brookcruz.blogspot.co.id, akses 31 Mei 2016)
46

Gambar 4.12 Reruntuhan Istana Persepolis


(Sumber: http://brookcruz.blogspot.co.id, akses 31 Mei 2016)

Gambar 4.13 Detail kolom Istana Persepolis


(Sumber: http:// http://kavehfarrokh.com, akses 31 Mei 2016)

Orang Persia sejak abad 6 SM, mengenal suatu


agama yang mulanya dianut oleh orang-orang Media.
Tokoh yang dianggap mengajarkan agama itu adalah
47

seorang bijak bernama Zoroaster (Zarathustra). Ia, yang


tidak diketahui masa kehidupannya, terkenal sebagai
tokoh Iran Kuno yang memurnikan kembali ajaran-ajaran
asli kepercayaan Persia. Ia mengajarkan bahwa ada Dewa
Tertinggi yang harus dihormati manusia, yakni Ahura
Mazda, Dewa Penerang. Ahura Mazda, yang disimbolkan
dengan api, dianggap sebagai pencipta alam semesta dan
pemelihara kehidupan. Di dunia ini hingga di akhirat
nanti, Ahura Mazda, selalu berjuang demi kebaikan,
sehingga dikenal pula sebagai Dewa Kebaikan, melawan
Angro Mainyu, Dewa Kejahatan, yang akhirnya akan
dimenangkan oleh Ahura Mazda. Bagi orang-orang yang
menjadi pengikut dan penolong Ahura Mazda, dengan cara
mereka harus berbuat baik dan berkata benar, maka
ketika meninggal, mereka akan masuk ke surga.
Sebaliknya bagi para pengikut Angro Mainyu, ketika
meninggal, mereka akan masuk ke neraka. (Gambar 4.14).

Gambar 4.14 Ahura Mazda


(Sumber: http://www.bigstockphoto.com, akses 31 Mei 2016)
48

Gambar 4.15 Perspektif Istana di Susa (sebuah model)


(Sumber: http://www.bible-archaeology.info, akses 31 Mei 2016)

Gambar 4.16 Reruntuhan tangga utama Istana Persepolis


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 31 Mei 2016)
BAGIAN 5
FIR’AUN MEMBANGUN PIRAMIDA

Sementara itu di belahan bumi lainnya, di Benua Afrika,


muncul pula peradaban yang hampir bersamaan
waktunya dengan kemunculan Peradaban Sumeria di
Asia. Di Lembah Sungai Nil, suatu jalur hijau sepanjang
kurang lebih 1.200 kilometer, seperti halnya di Asia,
ketika penduduk Mesir mulai bercocok tanam,
populasinya membesar, dan raja-raja setempat bersaing
berebut kekuasaan.
Selama bertahun-tahun ada dua kerajaan: Mesir
Hilir dan Mesir Hulu. Pada sekitar 3000 SM, Raja Menes,
dari Abydos di Mesir Hulu menaklukkan Mesir Hilir, dan
dimulailah Zaman Dinasti.
Terdapat perbedaan yang penting antara
keagamaan Babilonia dan Mesir. Agama orang-orang Mesir
Kuno lebih tertuju pada soal kematian, dan mereka
percaya bahwa jiwa orang mati turun ke dunia-bawah di
mana mereka diadili oleh Osiris, raja orang-orang mati,
sesuai dengan cara hidupnya di dunia. Mereka pun
percaya bahwa pada akhirnya jiwa akan kembali ke
tubuh; inilah yang mengilhami pembuatan mummi dan
pusara-pusara yang elok.

49
50

Gambar 5.1 Peta Wilayah Mesir Kuno


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 2 Juni 2016)

Kehidupan yang nyaman di Mesir membuat


penduduknya menyukai kemewahan dan kesenangan,
sangat berbeda dengan rekan sezamannya, orang Sumeria
51

yang sangat serius. Ketika orang Sumeria masih memakai


kulit domba, orang Mesir sudah belajar menenun linen
tipis. Alih-alih menulis di lumpur, mereka menggunakan
semacam kertas lembut yang terbuat dari batang buluh
papyrus. Keelokan seni mereka tak tertandingi di dunia,
bahkan tulisan mereka pun berseni. Mereka masih
terkenal karena kosmetik, cat rambut, rambut palsu, dan
barang untuk bersolek lainnya. Barang kali manisnya
hidup mereka itulah yang membuat orang Mesir begitu
mengkhawatirkan kematian. Pada masa Pradinasti, raja
dihukum mati bila sudah terlalu lemah untuk dapat
memerintah. Para pendeta menghibur raja dengan
gagasan bahwa dia akan hidup setelah mati. Maka dari itu
orang Mesir berusaha agar supaya badan jasmani orang
yang telah mati tidak akan rusak. Untuk mencapai tujuan
itu mayat manusia harus dijadikan mummi; ia diberi obat-
obatan, sehingga kering dan tidak dapat rusak. Umumnya
pembuatan mummi dimulai segera setelah kematian, tapi
bila jasad perempuan bangsawan, keluarganya lebih suka
membiarkan mayatnya membusuk lebih dulu selama
beberapa hari – untuk menghindari nafsu birahi tukang
balsem.
Pada masyarakat Mesir Kuno, cara penguburan
mayat, jenazah hanya ditimbun pasir tanpa ditandai.
Ketika badai gurun datang, maka kuburan itu akan
hilang, atau mayatnya dimangsa binatang buas. Melihat
pengalaman yang tidak menguntungkan itu, orang Mesir
mulai berfikir untuk mempertahankan kuburan nenek
moyang mereka. Maka kuburan harus ditutup pada
bagian atasnya, muncullah bangunan Mastaba.
52

Disebut mastaba karena bentuknya seperti bangku


yang biasa terdapat di teras rumah orang Mesir Kuno
(Bahasa Arab mastaba artinya bangku). Sedangkan untuk
makam orang yang meninggal, bentuk mastaba bagian
atasnya datar dan mempunyai sisi miring yang terbuat
dari batu bata. Agar lebih indah pada sisi yang miring
dihiasi dengan pola-pola seni geometrik.
Mastaba mempunyai beberapa kamar, salah
satunya dipergunakan untuk menyimpan jenazah dan
yang lainnya dipergunakan untuk menampung barang-
barang. Lama-kelamaan mastaba yang dibuat diperbesar
dan semakin tinggi, sampai-sampai ada yang lima meter
tingginya. Penataannya pun semakin rumit. Pada masa
selanjutnya ada mastaba yang dibangun secara besar-
besaran, dan mempunyai 30 ruangan.

Gambar 5.2 Tipikal Mastaba


(Sumber: http://www.nemo.nu, akses 4 Juni 2016)
53

Gambar 5.3 Detail Mastaba


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 4 Juni 2016)

Gambar 5.4 Mastaba di Sakhara


(Sumber: http://www.bbc.co.uk, akses 4 Juni 2016)
54

Jika di atas mastaba itu dibuatkan beberapa


mastaba yang makin ke atas makin kecil bentuk dan
ukurannya, maka mastaba itu menjelma menjadi sebuah
Piramida – piramida berundak. Pada masa kemudian,
karena orang selalu mencari jalan untuk memperkuat
makam, maka piramida berundak itu, pada bagian
luarnya, tepatnya pada bagian undaknya, ditambahkan
lapisan batu yang tebal, akhirnya tumbuhlah bentuk
piramida lurus – piramida sejati. Salah satu dari piramida
berundak itu ialah makam Raja Zoser (Cho-ser) di
Sakhara, yang tingginya 60 meter lebih. (Gambar 5.5 dan
Gambar 5.6).

Gambar 5.5 Perkembangan Mastaba menjadi Piramida


(Sumber: http://wiredcosmos.com, akses 4 Juni 2016)
55

Gambar 5.6 Piramida Berundak (makam Zoser) di Sakhara


(Sumber: https://id.wikipedia.org, akses 4 Juni 2016)

Pada sekitar 2700 SM, Raja Zoser meminta


arsiteknya, Imhotep, agar membuat makam yang
memperlihatkan ketinggian statusnya. Imhotep
merancang makam dari batu, bukan batu bata, bahan
yang biasa digunakan untuk membangun makam. Di
bawah makam dan kuil-kuilnya, dia merancang salah satu
jaringan lorong bawah tanah paling ruwet yang pernah
dibangun. Dia mengerahkan ribuan pekerja selama musim
banjir, yang normalnya adalah saat libur mereka. Batu-
batu yang sangat besar didatangkan dari tempat yang
jauh dengan melalui Sungai Nil dan gurun.
Kemudian dibangun satu piramida sejati, mungkin
untuk Raja Sneferu, pada sekitar 2600 SM. Adalah anak
laki-laki Sneferu, Khufu (Cheops-Kheops), yang
memutuskan untuk mengabadikan namanya dengan
56

piramida raksasa. Secara keseluruhan, 100.000 orang


menghabiskan waktu 20 tahun membangun makam
Khufu di Kota Gizeh. Dia bahkan menutup kuil dan
menyuruh para pendetanya bekerja, boleh jadi itu karena
mereka menentang sifat Khufu yang mengagungkan diri
sendiri. Seperti yang Khufu harapkan, nama dan
makamnya tetap bertahan.

Gambar 5.7 Piramida (makam Sneferu) di Gizeh


(Sumber: https://commons.wikimedia.org, akses 4 Juni 2016)

Gambar 5.8 Sphinx (kepala manusia, badan singa):


Penjaga Piramida di Gizeh
(Sumber: https://commons.wikimedia.org, akses 4 Juni 2016)
57

Gambar 5.9 Susunan Ruang Piramida (makam Sneferu) di Gizeh


(Sumber: http://www.egyptian-pyramids.co.uk, akses 4 Juni 2016)

Era para fir’aun (‘per-o’ = ‘istana agung atau rumah


besar’) yang berkuasa selama 500 tahun semenjak Zoser,
dikenal sebagai Kerajaan Mesir Tua. Pada masa Kerajaan
Mesir Tua, kehidupan penduduk Mesir mulai mengikuti
‘irama tak kenal waktu’.
Pada sekitar 2200 SM, sebuah revolusi
menjatuhkan kekuasaan raja dan mulai Periode Peralihan
Pertama. Setelah 150 tahun tanpa pemerintah pusat,
Mentuhotep, dari Thebes menaklukkan kembali Mesir.
Untuk melakukan itu, dia harus berbagi kekuasaan dan
tanah dengan para bangsawan lain, sehingga Zaman
Kerajaan Mesir Pertengahan juga dikenal sebagai Zaman
Feodal.
Pada akhir masa Kerajaan Mesir Pertengahan,
ketika para bangsawan sedang cekcok lagi, Mesir Hilir
diserang bangsa asing yang mengendarai kereta perang
yang ditarik kuda. Makhkluk-makhkluk barbar itu – kuda
58

dan orang berambut merah – aslinya berasal dari balik


Pegunungan Kaukasus, di wilayah Selatan Rusia. Pada
suatu waktu sekitar 2000 SM, mereka mulai berimigrasi
ke negeri-negeri yang lebih beradab di Selatan. Dengan
bantuan kuda-kuda perang mereka, satu kelompok
menyatakan diri sebagai penguasa Kanaan, dan pada
sekitar 1780 SM, mereka memasuki Mesir.
Bangsa Mesir yang terpecah belah dan takut kuda,
menyerah tanpa perlawanan pada ‘Bangsa Hyksos’ atau
‘Raja-raja Asing’, yang pemerintahannya sangat dibenci.
Mereka menguasai Mesir antara tahun 1780-1580 SM.
Bangsa Hyksos itu mendirikan ibukota baru di Avaris, di
sebelah Timur Delta Sungai Nil.
Dua ratus tahun pemerintahan Hyksos memberi
orang Mesir satu pelajaran berharga, yaitu menyerang
dengan menggunakan kereta perang. Setelah menguasai
keahlian mengendarai kereta perang, Ahmosis, seorang
bangsawan dari Thebes menyerang Hyksos. Setelah
pengepungan panjang, pada tahun 1580 SM, tentara
Ahmosis mengusir orang-orang asing itu sampai ke ujung
Kanaan, Palestina. Di kemudian hari, Bangsa Hyksos
berdiam di Syria Utara.
Sekembalinya ke Mesir, Ahmosis menyingkirkan
para bangsawan pesaingnya satu persatu. Ahmosis dan
pewaris takhtanya, Amenhotep I, membangun Thebes,
tempat kekuasaan Dewa Amon menjadi kota yang indah.
Dan mulailah Zaman Kerajaan Mesir Baru, yang nantinya
berakhir sekitar tahun 525 SM, setelah Mesir ditaklukkan
Persia. Sejak Zaman Kerajaan Mesir Pertengahan, Dewa
Amon dipersamakan dengan Dewa Re dan kemudian
menjadi dewa dwimurti yang disebut Amon-Re.
59

Raja terbesar pada Zaman Kerajaan Mesir Baru


ialah Thutmosis III (sekitar 1490-1436 SM); ia semula
memerintah Mesir bersama-sama ibu tiri yang juga
bibinya, Hatshepsut. Hal ini terjadi karena Raja Mesir
sebelumnya, Thutmosis II (sekitar 1495-1490 SM), yang
adalah saudara kandung dan sekaligus menjadi suami
Hatshepsut, tidak memiliki keturunan. Menjelang
kematiannya, sang raja mengawini seorang selir, dan
darinya diperoleh seorang anak laki-laki yakni Thutmosis
III. Untuk mencegah krisis pemerintahan, maka Ratu
Hatshepsut bertindak sebagai wali Thutmosis III dalam
memerintah Kerajaan Mesir. Tak lama kemudian sang
Ratu mengangkat dirinya sebagai fir’aun wanita dengan
mengesampingkan Thutmosis III.
Hampir duapuluh tahun, Thutmosis duduk di
Takhta selalu dibayangi oleh kekuasaan Ratu Hatshepsut.
Di antara para fir’aun, Hatshepsut termasuk yang paling
aktif membangun Mesir. Setelah sang Ratu meninggal,
Thutmosis memperluas wilayahnya dengan menaklukkan
sebagian besar wilayah Asia Barat: Palestina, Syria,
Funisia, hingga ke Pegunungan Taurus, di Turki Selatan
sekarang. Sementara negeri-negeri di Mesopotamia,
seperti Mitanni yang berkuasa di Hulu Sungai Eufrat,
Kerajaan Babilonia, yang semakin lemah, dan Assyria,
yang belum kuat, menyatakan tunduk dan bersedia
memberi upeti berupa barang-barang berharga dan tenaga
kerja (budak) kepada Mesir. Dengan kekayaan dan tenaga
kerja dari negeri-negeri taklukkan, Thutmosis dapat
mendirikan kuil, rumah pendewaan, untuk Dewa Amon-
Re yang sangat besar dan indah di Karnak dan Luxor.
60

Gambar 5.10 Lokasi Kuil di Karnak dan Luxor (wilayah Thebes), dan
kuil-kuil lain di sekitarnya
(Sumber: http://www.vazyvite.com, akses 17 Juni 2016)

Karnak dan Luxor termasuk dalam wilayah


Thebes, yang berada di bagian Timur Sungai Nil. Di bagian
Barat Sungai Nil, terdapat beberapa kuil seperti kuil
Ramesseum di Theban Necropolis, kuil Sethi I di Abydos,
kuil Thutmosis III dan kuil Hatshepsut di Deir El-Bahari.
Pada masa Raja Amenhotep IV (sekitar 1380-1363
SM), negeri Mesir tidak lagi merupakan negeri yang
tertutup, karena hubungan dengan Asia sedemikian
eratnya; bahkan Thebes menjadi kota dunia, yang sangat
ramai.
61

Gambar 5.11 Denah Kompleks Kuil di Karnak


(Sumber: http://www.setterfield.org, akses 4 Juni 2016)

Gambar 5.12 Perspektif Kompleks Kuil di Karnak


(Sumber: http://www.setterfield.org, akses 4 Juni 2016)
62

Gambar 5.13 Denah Kuil Amon ( kuil utama) di Karnak


(Sumber: http://www.setterfield.org, akses 4 Juni 2016)

Gambar 5.14 Denah Kuil Khonsu di Karnak


(Sumber: http://s464659611.onlinehome.us, akses 4 Juni 2016)

Raja Amenhotep IV adalah penguasa Mesir


pertama yang memaklumatkan bahwa dewa yang patut
disembah hanyalah satu dewa saja di seantero wilayah
kekuasaan Mesir, yakni Dewa Aton (berupa bulatan
matahari). Untuk memperlihatkan bahwa ia berbakti
kepada Aton, namanya diganti dengan Echn-Aton
63

(Akhenaton). Semua dewa lain, betapapun tua dan


regional, dicekal. Kemudian, matahari menjadi dewa
tunggal, pencipta dan pemberi makan. Sudah barang
tentu tindakan raja itu ditentang oleh pendeta-pendeta
agama Amon di Thebes; untuk menghindarkan tentangan
itu ia memindahkan ibukota kerajaan dari Thebes ke kota
baru, Tell-el-Armana.

Gambar 5.15 Perspektif Kuil Khonsu di Karnak:


Tipologi Kuil Mesir Kuno
(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 4 Juni 2016)

Nefertite, yang terkenal sebagai ‘putri tercantik dari


Zaman Kuno’, istri Raja Akhenaton, sangat mendukung
kebijakan suaminya. Tuan putri selalu menyertai baginda,
sampai-sampai pada upacara-upacara ketika menerima
duta negeri asing. Pada waktu yang sedemikian duduklah
Nefertite di samping baginda. Nefertite memberikan
baginda tujuh orang putri.
64

Gambar 5.16 Denah Kuil di Luxor


(Sumber: http://www.ancientluxor.com, akses 4 Juni 2016)

Gambar 5.17 Perspektif Kuil di Luxor


(Sumber: http://jeanclaudegolvin.com, akses 4 Juni 2016)
65

Gambar 5.18 Pilar Kuil Amon di Karnak (sebuah model)


(Sumber: http://www.ancient-wisdom.com, akses 4 Juni 2016)

Gambar 5.19 Bentuk alam (pohon papirus dan lotus) sebagai acuan
bentuk pilar dan kapital Kuil di Mesir Kuno
(Sumber: https://in.pinterest.com, akses 4 Juni 2016)
66

Gambar 5.20 Reruntuhan Kuil Amon di Karnak


(Sumber: http://www.anniebees.com, akses 4 Juni 2016)

Sang raja yang monoteis itu pun meninggal dan


digantikan oleh salah seorang menantunya, Tut-Anch-
Aton. Para pendeta berhasil memaksa raja baru ini untuk
kembali berbakti kepada Dewa Amon, dan dewa-dewa
lama dikembalikan ke tempat-tempat pemujaan mereka.
Kemudian raja juga mengganti namanya dengan Tut-
Anch-Amon (Tutenkhamon).

Gambar 5.21 Akhenaton


(Sumber: http://www.ancientegyptonline.co.uk, akses 4 Juni 2016)
67

Fir’aun-fir’aun Mesir Kuno selalu menyuruh


membuatkan lukisan maupun patung mereka dalam
segala kebesarannya. Mereka ingin dipandang sebagai
dewa, sebab mereka sendiri sudah menganggap dirinya
dewa.
Pada Gambar 5.21, tampak Akhenaton memakai
mahkota kembar dari Mesir Utara dan Selatan. Pada
bagian depan mahkota tampak ukiran ular keramat pada
tingkat pertama, yakni lambang kebijaksanaan dan
kehidupan.

Gambar 5.22 Bentuk pilar dan kapital Kuil di Mesir Kuno,


(Sumber: http://pix-hd.com, akses 4 Juni 2016)
68

Gambar 5.23 Pembuatan batu bata di Mesir Kuno,


(Sumber: http://www.egypt-shape.com, akses 19 Juni 2016)

Tampak pada Gambar 5.20, hamba sahaya bangsa


Asia sedang membakar dan menimbun batu bata. Orang
Mesir belum mengenal gambar perspektif, oleh karena itu
segala yang tampak terlukis di bagian atas sesuatu
haruslah dibayangkan bahwa letaknya sebenarnya di
bagian belakang. Di sebelah kiri tampak sebuah kolam; di
dalamnya ada tumbuh-tumbuhan. Dua orang sedang
menimba air untuk membasahi tanah liat, bahan
membuat batu bata. Kendi yang seorang telah penuh,
tetapi yang seorang lagi masih asyik menimba. Di sebelah
paling kanan, tampak orang Mesir yang mengawasi
pekerjaan itu. Orang itu memegang sebuah tongkat. Di
bagian depan gambar, tampak dua orang sedang
mencangkul tanah liat kering. Di sebelah kiri bagian
belakang gambar, tampak seorang yang memasukkan
tanah liat yang dibasahkan ke dalam tuangan. Di sebelah
kanan depan, kelihatan orang-orang yang mengangkut
batu bata yang telah selesai dibakar.
BAGIAN 6
FIR’AUN VS MUSA

Sesudah Raja Tut-Anch-Amon meninggal, Mesir terpecah-


pecah; di antara raja yang terkenal setelah penyatuan
kembali Mesir ialah Ramses II (sekitar 1275-1220 SM); ia
dapat menguasai seluruh wilayah Palestina dan
mengalahkan Bangsa Hittite (Hatti) yang mengacau di
wilayah Asia Barat.
Pada masa kekuasaan Ramses II, terjadi stabilitas
politik yang luar biasa; di sana tidak ada krisis dalam
negeri, dan segala macam kekayaan dari luar dibawa ke
Mesir sebagai upeti tanda pengakuan akan kedewaan
fir’aun. Monumen-monumen dan patung-patung dirinya
menggambarkannya sejajar dengan para dewa, dan ia
sendiri mengaku sebagai keturunan dewa.
Pada masa kejayaannya, Ramses II membangun
istana dan kuil di mana-mana, seperti Kuil Abu Simbel di
Nubia, Ramesseum di Thebes, kuil-kuil di Karnak dan
Abydos, dan memperindah Pi-Ramesses. Kuil-kuil yang
dibangun Ramses II terdapat di kota-kota di dua wilayah
pinggiran Sungai Nil, yaitu wilayah bagian Timur dan
Barat Sungai Nil.

69
70

Gambar 6.1 Peta Lokasi kuil-kuil Mesir Kuno


(Sumber: http://chezrenejeanine.net, akses 4 Juni 2016)
71

Gambar 6.2 Denah dan Potongan Gambar Kuil Abu Simbel di Nubia
(Sumber: http://www.bellabs.ru, akses 4 Juni 2016)

Gambar 6.3 Gerbang Kuil Abu Simbel, dengan 4 patung Ramses


(Sumber: http://www.dewigog.co.uk, akses 4 Juni 2016)
72

Gambar 6.4 Panorama Kuil Abu Simbel di Nubia, terlihat Sungai Nil
(Sumber: http://www.crystalinks.com, akses 4 Juni 2016)

Gambar 6.5 Interior Kuil Abu Simbel di Nubia


(Sumber: http://www.8thingstodo.com, akses 4 Juni 2016)
73

Gambar 6.6 Denah Kuil Ramesseum di Thebes


(Sumber: http://www.egyptianparadise.com, akses 4 Juni 2016)

Gambar 6.7 Perspektif Kuil Ramesseum di Thebes


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 4 Juni 2016)
74

Gambar 6.8 Reruntuhan Kuil Ramesseum di Thebes


(Sumber: https://commons.wikimedia.org, akses 4 Juni 2016)

Gambar 6.9 Denah Kuil Ramses II di Abydos


(Sumber: https://commons.wikimedia.org, akses 4 Juni 2016)
75

Gambar 6.10 Perspektif Kuil Ramses II di Abydos


(Sumber: http://www.yaplakal.com, akses 4 Juni 2016)

Gambar 6.11 Lokasi Kota Pi-Ramesses


(Sumber: http://josetaboadaberenguer.blogspot.co.id, akses 5 Juni 2016)
76

Gambar 6.12 Kota Pi-Ramesses


(Sumber: http://www.hist-chron.com, akses 5 Juni 2016)

Gambar 6.13 Pusat Kota Pi-Ramesses


(Sumber: http://ramessesthesecond.weebly.com, akses 5 Juni 2016)
77

Gambar 6.14 Reruntuhan Kota Pi-Ramesses


(Sumber: http://www.hist-chron.com, akses 5 Juni 2016)

Raja Ramses II sering dihubungkan dengan sejarah


Bangsa Israel. Orang-orang Ibrani (Israel) datang ke Mesir
bersamaan waktunya dengan penyerangan Bangsa Hyksos
terhadap Mesir.
Selama masa kekuasaan raja-raja Hyksos, kurang
lebih 200 tahun, Bangsa Ibrani yang bermukim di Mesir
mengalami kehidupan yang menyenangkan, yang kelak
diakhiri dengan masa-masa penindasan. Salah seorang
Bangsa Ibrani yang dianggap saleh dan bekerja sebagai
administrator di pemerintahan pada masa itu ialah Yusuf,
putra Yakub.
Setelah Bangsa Hyksos berhasil diusir dari wilayah
Mesir, sebagai akibat lain adalah munculnya gerakan-
gerakan Anti Semitisme, dimana suku-suku Israel – dan
78

barang kali orang Semit lain di Mesir – diperbudak karena


dianggap pengikut Hyksos. Penguasa baru Mesir
memerintahkan orang-orang Israel, yang dianggap sebagai
budak, mendirikan bagi fir’aun kota-kota perbekalan,
yaitu Pitom dan Ramses (Ramesses atau Pi-Ramesses),
dan berbagai pekerjaan berat lainnya. Tetapi, semakin
ditindas, mereka makin bertambah banyak jumlahnya,
menyebabkan penguasa Mesir ketakutan. Ketentuan baru
diberlakukan: setiap bayi laki-laki yang baru lahir harus
dimatikan, dengan cara dilemparkan ke dalam Sungai Nil.
Tetapi, di lain pihak, sebenarnya, penguasa Mesir sangat
membutuhkan orang-orang Ibrani yang bisa dipaksa
melakukan kerja rodi. Dalam suasana yang demikian,
lahirlah seorang pemimpin Ibrani yang kuat dan saleh,
yakni Musa Alaihissalam.
Kota Pitom memiliki arti ‘rumah dewa Mesir’; kata
‘Pi’ berarti ‘rumah’, dan ‘tom’ atau ‘tum’ setara dengan
‘Atum’ ialah Dewa Mesir. Sementara Kota Pi-Ramesses
mengandung arti ‘rumah raja Mesir yang bernama
Ramses’. Nama kota ini merujuk pada periode Ramses.
Setelah berkuasa selama setahun lebih, Ramses I
menyerahkan mahkota kepada putranya, Sethi I, yang
tampaknya berbagi kekuasaan dengan ayahnya sejak awal
berkuasa. Sethi I memerintah selama empatbelas tahun
dan sejak periode kedua kekuasaannya, ia berbagi
kekuasaan dengan Pangeran Ramses yang kelak bergelar
Ramses II. Pembagian kekuasaan sebagai model suksesi
kedua putra mahkota itu mengisyaratkan bahwa sejak
awal, Dinasti Ramses mengkhawatirkan akibat-akibat dari
pergantian kekuasaan.
79

Pembangunan Kota Pi-Ramesses dilaksanakan


pada zaman Musa; awal pembangunan dilaksanakan oleh
Sethi I yang meliputi pendirian gedung-gedung secara
keseluruhan dan diselesaikan oleh Ramses II. Ramses II
meninggal dalam usia lanjut, 85 atau 90 tahun, dan
digantikan oleh anak laki-lakinya, Mineptah; ia
memerintah selama sekitar sepuluh atau duapuluh tahun.
Pada masa Mineptah, Musa, yang usianya sekitar 80
tahun, menerima Sepuluh Perintah Tuhan di Gunung
Sinai, dan mulai ‘berdakwah’; namun ia mendapat
tentangan keras dari penguasa Mesir itu. Yang pada
akhirnya, Musa mengajak orang-orang Israel yang ada di
Mesir untuk keluar dari negeri itu, dan terjadilah eksodus
besar-besaran. Jadi, kehidupan Musa meliputi kekuasaan
tiga fir’aun: Sethi I, Ramses II, dan Mineptah.

Gambar 6.15 Peta Rute Eksodus dari Mesir ke Kanaan


(Sumber: https://leewoof.org, akses 5 Juni 2016)
80

Gambar 6.16 Torah: Kitab Suci orang-orang Yahudi


(Sumber: http://www.cjvoices.org, akses 5 Juni 2016)

Orang-orang Yahudi memiliki Kitab Suci yang


dinamakan Torah. Torah dibagi-bagi dalam berpuluh
bagian, tiap bagian disebut ‘buku’, yang mempunyai nama
sendiri-sendiri. Kelima ‘buku’ pertama dalam kitab itu
kiranya Musa sendiri yang menuliskannya. Oleh karena
itu disebutlah bagian itu ‘Buku Musa Yang Lima’. Orang
Yahudi menyebutnya ‘Sefer Torah’ atau dengan singkat
‘Torah’, yang berarti ‘Kitab Hukum’. Kelima ‘buku’ itu
disalin orang pada gulungan perkamen, yang diberi ikatan
tongkat kayu pada kedua ujungnya. Pada kedua tongkat
itulah perkamen tadi digulung, sehingga bertemu di
tengah seakan-akan merupakan dua gulungan. Pada Hari
Sabbat, dibacalah bagian-bagian ‘Torah’ itu di Synagoge,
yaitu tempat kebaktian orang Yahudi.
BAGIAN 7
WARISAN HARAPPA DAN
MOHENJO-DARO

Ada satu lagi peradaban yang tampil ke muka bumi yang


waktunya hampir bersamaan dengan kemunculan
Peradaban Sumeria dan Mesir Kuno, yakni Peradaban
Lembah Sungai Sindhu (Indus), di wilayah India sekarang.
Kira-kira tahun 3000 SM, di Lembah Sungai Sindhu telah
berdiam satu bangsa, Dravida, yang memiliki ciri-ciri:
berambut keriting, berbibir tebal, dan bermata agak sipit.
Kebudayaa bangsa ini serupa dengan kebudayaan bangsa-
bangsa di negeri Sumeria, bahkan huruf yang dipakai
hampir sama dengan huruf yang dipergunakan oleh
Bangsa Sumeria.
Dari penggalian di Kota Harappa (di Punjab) dan
Mohenjo-Daro (di Sind) ditemukan beberapa arca. Dari
Kota Harappa ditemukan dua buah arca yang telah hilang
kepalanya, yang mempunyai bentuk badan yang lebih
bersifat naturalistik. Salah satu dari arca itu yang mula-
mula bertangan empat dan berkepala tiga berdiri di atas
kaki kanan, sementara kaki kirinya terangkat.
Di beberapa tempat di Mohenjo-Daro ditemukan
beberapa benda arca, di antaranya berupa seorang
pendeta yang berjanggut. Arca ini memakai pita yang

81
82

melingkari kepalanya, sedangkan ia berpakaian baju yang


berhiaskan gambar-gambar yang menyerupai daun
semanggi yang berdaun tiga. Hiasan daun semanggi ini,
rupanya juga lazim dipakai di Sumeria, Mesir dan Krete.
Dari kedua kota itu juga ditemukan sejumlah
materai tanah liat dengan hiasan bermacam-macam.
Gambar-gambar itu diduga menggambarkan dewa-dewi.
Salah satu gambar wanita dilukiskan dengan bagian-
bagian badan yang besar. Ciri yang demikian mengacu
kepada Dewi Kesuburan. Ada juga gambar-gambar hewan,
seperti buaya, gajah dan badak. Materai dengan gambar-
gambar dewa-dewi dan hewan ternyata sama dengan
benda sejenis yang ditemukan di Sumeria. Kenyataan ini
menunjukkan bahwa telah ada hubungan antara kedua
tempat itu (India dan Sumeria). Hubungan ini mungkin
berupa hubungan perdagangan.
Berdasarkan penggalian di Harappa dan Mohenjo-
Daro, ditemukan pula beberapa bukti tentang adanya
perencanaan dan perancangan kota dan arsitektur yang
sudah sangat baik pada Zaman Kuno. Di kedua tempat itu
ditemukan bekas-bekas kota besar yang ditata
berdasarkan petunjuk-petunjuk yang berhubungan
dengan kesehatan, keindahan dan pertahanan. Rumah-
rumah yang besar, yang terbuat dari batu bata, didirikan
di tepi jalan raya yang sudah sesuai dengan arah tiupan
angin. Jalan dibuat selebar 8 meter, membujur arah
Utara-Selatan. Setiap 40 meter, terdapat jalan kecil
selebar 1,5 – 3 meter memotong dari arah Barat-Timur
sehingga membentuk blok-blok. Semua pintu rumah
menghadap ke jalan. Dengan ini angin yang membawa
hawa sejuk dapat masuk ke jalan raya dan ke rumah-
83

rumah. Rumah-rumah besar yang bertingkat tiga


mempergunakan pipa-pipa dari tanah untuk mengalirkan
air dan segala kotoran dari tingkat yang atas ke bawah,
yang akhirnya dimasukkan ke dalam selokan di dalam
tanah. Bentuk bangunan baik di Harappa maupun di
Mohenjo-Daro menyerupai benteng. Di Mohenjo-Daro
ditemukan sebuah bangunan yang berfungsi sebagai
kolam pemandian besar dilengkapi pipa-pipa air,
ukurannya sekitar 45 x 22,5 meter persegi. Selain itu ada
gudang gandum, tempat peleburan logam, tempat
menenun kain, tempat bermusyawarah, dan bangunan
stupa, tempat pemujaan Agama Budha, lengkap dengan
arcanya.

Gambar 7.1 Peta wilayah Lembah Indus


(Sumber: http://kids.britannica.com, akses 17 Juni 2016)
84

Gambar 7.2 Denah Mohenjo-Daro


(Sumber: https://www.pinterest.com, akses 17 Juni 2016)

Gambar 7.3 Reruntuhan Mohenjo-Daro,


terlihat tempat mandi (Great Bath) dan kuil berbentuk bulat
(Sumber: http://blog.pardesilink.com, akses 17 Juni 2016)
85

Gambar 7.4 Harappa (rekonstruksi),


terlihat gerbang utama dan drainase
(Sumber: http://blog.pardesilink.com, akses 17 Juni 2016)

Gambar 7.5 Blok-blok rumah di Harappa dan Mohenjo-Daro


(Sumber: http://www.funwithcy.com, akses 17 Juni 2016)
86

Gambar 7.6 Denah rumah di Harappa dan Mohenjo-Daro


(Sumber: http://mrholmes.pbworks.com, akses 17 Juni 2016)

Gambar 7.7 Potongan interior rumah di Harappa dan Mohenjo-Daro


(Sumber: https://www.studyblue.com, akses 17 Juni 2016)
87

Gambar 7.8 Materai bergambar binatang bison di Mohenjo-Daro


(Sumber: http://www.sindhishaan.com, akses 18 Juni 2016)

Peradaban Kota Harappa dan Mohenjo-Daro rusak


atau hancur, diduga akibat serangan bangsa barbar, yang
datang dari Utara, sekitar 1500 SM. Pada tahun 2000 SM,
mereka mengembara, dari kampung halaman mereka di
wilayah Rusia Selatan, ke Selatan hingga sampai di
Afghanistan. Pada 1700 SM, mereka pindah lagi dari
Afghanistan menuju Selatan, dan akhirnya sampailah di
sekitar aliran Sungai Sindhu dan Sungai Gangga, di India.
Dan bertemulah mereka dengan penduduk setempat,
suku bangsa asli India, Bangsa Dravida. Penduduk
setempat itu menyebut mereka sebagai bangsa asing:
Bangsa Arya. Bagi Bangsa Arya yang menyusuri Sungai
Gangga bisa diterima dan bahkan hidup berdampingan
dengan penduduk setempat. Di daerah inilah mulai
berkembang kebudayaan Arya yang diawali dengan
88

penulisan Kitab Reg Weda, yang kelak menjadi hasil


kesusasteraan di India.
Manusia Bangsa Arya memiliki ciri: bertubuh
tinggi, berhidung mancung, kulit putih, dan rambut
pirang. Tidak seperti saudaranya yang di Gangga, Bangsa
Arya yang menyusuri aliran Sungai Sindhu, sebelum
sampai di Harappa dan Mohenjo-Daro, mereka dihadang
oleh beratus-ratus pasukan Bangsa Dravida. Dan untuk
sementara Bangsa Arya kalah. Setelah menyusun
kekuatan kembali, mereka melakukan balas dendam. Lalu
terjadilah pertempuran dahsyat, dan kali ini pasukan
Dravida dapat ditaklukkan. Benteng-benteng kota
Harappa dan Mohenjo-Daro dihancurkan, seluruh isi dan
kemegahan kedua kota itu diporak-porandakan dan
akhirnya hancur lebur.
DAFTAR PUSTAKA

LITERATUR

Achadiati S., Y. (Ed)


1988 Sejarah Peradaban Manusia Zaman Mesir Kuno 1 & 2. Jakarta:
Multiguna.
Sejarah Peradaban Manusia Zaman Persia Kuno 1. Jakarta:
Multiguna.
Sejarah Peradaban Manusia Zaman India Kuno 1 & 2. Jakarta:
Multiguna.
Sejarah Peradaban Manusia Zaman Mesopotamia. Jakarta:
Multiguna.

Beckner, Chrisanne
2008 100 Kota Paling Penting di Dalam Sejarah Dunia. Tangerang:
Karisma Publishing Group.

Berg, H.J. Van Den; H. Kroeskamp; I.P. Simandjoentak


1953 Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia. Djakarta: J.B. Wolters.

Bergant, Dianne & Robert J. Karris (Ed)


2002 Tafsir Alkitab Perjanjian Lama. Yogyakarta: Kanisius.

Bucaille, Maurice
2007 Fir’aun dalam Bibel dan Al-Qur’an. Bandung: Mizania

Burke, Gerald
1971 Towns in The Making. London: Edward Arnolt Ltd.

Crompton, Samuel Willard


2007 100 Peperangan yang Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia.
Tangerang: Karisma Publishing Group.

Delius, Peter (Chief Ed)


The Story of Architecture from Antiquity to the Present. Cologne:
Konemann.

89
90

Dirks, Jerald F.
2006 Ibrahim Sang Sahabat Tuhan. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

Field, D.M.
2002 The World’s Greatest Architecture, Past and Present. Kingsnorth
Industrial Estate, UK: Grange Books.

Fletcher, Banister
1954 A History of Architecture. London: B.T. Batsford Ltd.

Gardner’s, Helen
1959 Art Through The Ages. New York: Harcourt, Brace & World Inc.

Gonick, Larry
2006 Kartun Riwayat Peradaban Jilid I,II,III. Jakarta: Kepustakaan
Populer Gramedia.

Grant, Neil
2000 Bangsa Mesir. Batam Centre: Interaksara.

Gympel, Jan
1996 The Story of Architecture, From Antiquity to The Present. Cologne:
Konemann.

Hart, Michael H.
2005 100 Tokoh Paling Berpengaruh Sepanjang Masa. Batam Centre:
Karisma Publishing Group.

Kostof, Spiro
1991 The City Shape. London: Thames and Hudson Ltd.

Mansur, Moh. Dahlan


1956 Kita Dan Dunia. Djakarta: J.B. Wolters.

Mumford, Lewis
1961 The City in History, Its Origins, Its Transformations, and Its
Prospects. New York: Harcourt, Brace & World, Inc.

Pane, Armijn
1951 Djalan Sedjarah Dunia. Djakarta: W. Versluys N.V.

Paparchontis, Kathleen
100 Pemimpin Dunia yang Berpengaruh di dalam sejarah Dunia.
Batam Centre: Karisma Publishing Group.
91

Pevsner, Nikolaus
1976 A History of Building Types. London: Thames and Hudson Ltd.

Placzek, Adolf K. ( Editor in Chief )


1982 MacMillan Encyclopedia of Architecs. London: Collier MacMillan
Publishers.

Sharif, Zelda
2004 Mesir Purba. Batam Centre: Karisma Publishing Group.

Toynbee, Arnold
2005 Sejarah Umat Manusia.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Trachtenberg, Marvin & Isabelle Hyman


1986 Architecture, From Prehistory to Post-Modernism. London:
Academy Editions.

Van Den Berg, H. J.; H. Kroeskamp; I. P. Simandjoentak


1953 Dari Panggung Peristiwa Sedjarah Dunia II. Djakarta : J.B.
Wolters.

Watterson, Joseph
1968 Architecture A Short History. New York: W.W. Norton & Company
Inc.

Wirjosuparto, R.M. Sutjipto


1956 Sedjarah Dunia. Jakarta: Balai Pustaka

Yahya, Harun
2007 Pustaka Sains Populer Islami, Jejak Bangsa-Bangsa Terdahulu.
Bandung: Dzikra

Yenne, Bill
2005 100 Peristiwa yang Berpengaruh di dalam Sejarah Dunia. Batam
Centre: Karisma Publishing Group.

Zucker, Paul
1959 Town and Square. New York : Columbia University Press.
92

INTERNET

http://an-emission-impossible-world.blogspot.co.id/?view=classic

http://arynews.tv/en/world-heritage-day-how-pakistans-archaeological-
sites-remain-neglected/

http://bhoffert.faculty.noctrl.edu/REL255/01.ReligiousFoundations.html

http://blog.pardesilink.com/2015/12/22/indus-valley-civilization-the-
life-culture-and-science/

https://boudica.wikispaces.com/Khorsabad

http://brookcruz.blogspot.co.id/2014/02/persian.html

http://chezrenejeanine.net/egypte_fichiers/carteegypte2.jpg

http://class.lism.catholic.edu.au/dvd/ahist-
hsc/HSC%20Persians/pages/04%20pasargadae.html

http://codythesis1011.blogspot.co.id/2011/01/mohenjo-daro.html

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Plan_Abydos_Temple_Ramses_
II_Complete.png

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Pyramid_of_Khafre_Giza_Egyp
t_in_2015_2.jpg

https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Ramesseum_08.JPG

http://cw.routledge.com/textbooks/9780415498647/images2.asp

http://davelivingston.com/nimrod.htm

https://ehistory.osu.edu/biographies/amenhotep-iv-akhenaton

https://en.wikipedia.org/wiki/Indus_Valley_Civilisation

http://etc.usf.edu/clipart/58000/58066/58066_khorsabad.htm

http://exityourbox.blogspot.co.id/2010/08/great-pyramid-of-giza.html

https://gatesofnineveh.files.wordpress.com/2012/02/sennacheribgarden
.gif
93

http://guardians.net/hawass/articles/news_on_the_robot_Dec_2005.hm

http://honeydrippings.weebly.com/

https://id.wikipedia.org/wiki/Persepolis

https://id.wikipedia.org/wiki/Piramida_Djoser

http://indulgy.com/post/AmMH2YutY2/indus-valley-ancient-
civilization-bc-matur

https://in.pinterest.com/pin/393290979931046416/

http://jeanclaudegolvin.com/luxor/

http://josetaboadaberenguer.blogspot.co.id/

http://just-another-inside-job.blogspot.co.id/2007/05/israeli-
palestinian-struggle.html

http://kavehfarrokh.com/iranica/achaemenid-era/pasargardae-the-
persian-gardens/

http://kavehfarrokh.com/news/achaemenid-engineers-knew-of-the-
value-of-pi/

http://kids.britannica.com/elementary/art-89036/The-Indus-Valley-
civilization-occupied-land-in-what-is-now

https://leewoof.org/2013/05/23/why-didnt-moses-lead-gods-people-
into-the-holy-land/

http://livelovelaughtoday.com/LLLHoliday/LLLBibleBreakdown/TheLaw.
html

https://martinhumanities.com/category/mesopotamia/

https://maryrubow.wordpress.com/2014/01/

http://michaelbrewerphotos.photoshelter.com/image/I0000NqeQYf2caoA

http://mrholmes.pbworks.com/w/page/23905956/chris-sam-Mohenjo-
Daro
94

http://oracc.museum.upenn.edu/nimrud/ancientkalhu/thecity/ziggurat
andtemples/index.html

http://pharaons.free.fr/index.php?post/2011/12/05/La-Pyramide-de-
Khephren

https://phillipkay.wordpress.com/2014/05/13/harappa/

http://picssr.com/photos/psulibscollections/interesting/page197?nsid=
40717756@N08

http://pix-hd.com/gallery/types+egyptian+art/3

https://quizlet.com/81014561/indianasickle-valley-of-the-kings-final-
exam-flash-cards/

http://q8imcs.egloos.com/m/9216295

https://ramanan50.wordpress.com/tag/harappa/

http://ramessesthesecond.weebly.com/pi-ramesses.html

http://realhistoryww.com/world_history/ancient/Canaan_1.htm

http://recedingrules.blogspot.co.id/2011/03/what-ill-blog-about-
today.html

http://renaudossavi.mondoblog.org/2015/04/15/quelques-tres-grands-
esprits-1/

http://sargonsennacherib-amaic.blogspot.co.id/2012/05/analysis-of-
palace-of-sargon-ii-pdf.html

http://smarthistory.org/archaeological-reconstructions/

http://s464659611.onlinehome.us/education/Nuckollsfund/04/timeline
/templeatkarnak.html

https://traveltoeat.com/evening-at-the-temple-of-luxor-egypt/

http://whenintime.com/EventDetails.aspx?e=f70e49d8-1cce-4946-85e8-
fc40873924b7&t=/tl/a19coenj/Humanities_6_review_timline/

http://wiredcosmos.com/2014/02/11/ancient-egypt-evolution-of-the-
great-pyramids/
95

http://www.amazon.com/Ancient-Egypt-Simbel-Travel-
Poster/dp/B00DHJS4Z4

http://www.ancient-asia journal.com/articles/10.5334/aa.06109/

http://www.ancientegyptonline.co.uk/akhenaten.html

http://www.ancient-egypt-online.com/temples-of-ancient-egypt.html

http://www.ancientluxor.com/temple-luxor.htm

http://www.ancientwisdom.com/Images/countries/Pakistani%20Pics/ha
rappamap.gif

http://www.ancient-wisdom.com/egyptkarnak.htm

http://www.ancient-wisdom.com/iranpersepolis.htm

http://www.ancient-wisdom.com/Pakistanmohenjo.htm

http://www.angelfire.com/ga3/galkie/Islam.html

http://www.anneahira.com/peradaban-persia.htm

http://www.anniebees.com/Egypt/Karnak-1.htm

https://www.awesomestories.com/asset/view/HAMMURABI-S-LAWS-
Hammurabi-and-His-Code-of-Laws//1

http://www.bbc.com/news/magazine-35669056

http://www.bbc.co.uk/history/ancient/egyptians/pyramid_gallery_02.sh
tml

http://www.bellabs.ru/Egypt/picts/AbuSimbel_plan.png

http://www.bible-archaeology.info/esther.htm

http://www.biblearchaeology.org/post/2006/10/30/Who-Was-
Nimrod.aspx

http://www.biblehistory.com/babylonia/BabyloniaHistory_of_Babylonia.
htm
96

http://www.bigstockphoto.com/image-5970589/stock-photo-ancient-
persian-king

http://www.bigstockphoto.com/image-83909477/stock-photo-persepolis

http://www.bijbelseplaatsen.nl/plaatsen/O/Onrein%20/%20Heilig/730/

http://www.brynmawr.edu/cities/Cities/wld/00140/00140i.jpg

http://www.cjvoices.org/article/the-torah-reading/

http://www.crystalinks.com/AbydosTemples.html

http://www.crystalinks.com/kassites.html

http://www.crystalinks.com/nineveh.html

http://www.crystalinks.com/Ramesses_II.html

http://www.dewigog.co.uk/Egypt/Day04-
Abu%20Simbel/index.html#10%20Abu%20Simbel.JPG

http://www.digilibraries.com/html_ebooks/110860/27988/www.digilibr
aries.com@27988@27988-h@27988-h-6.htm

http://www.dkfindout.com/us/history/indus-valley-civilization/houses-
in-indus-cities/

http://www.egyptianparadise.com/luxor.html

http://www.egyptian-pyramids.co.uk/the-great-pyramid.htm

http://www.egypt-shape.com/gallery/

https://www.etsy.com/listing/216389278/1929-ramesseum-egypt-
antique-map

https://www.etsy.com/listing/78795776/antique-chromolithograph-
babylon-the

http://www.ezida.com/khorsabad_dur_sharrukin.htm

http://www.funwithcy.com/harappa-mohenjo-daro-and-the-civilizations-
of-the-indus-valley/

https://www.google.co.id/maps/@33.0045323,40.4045876,6z
97

https://www.harappa.com/indus/8.html

https://www.harappa.com/slideshows/wheelers-mohenjo-daro-1950

http://www.heritageinstitute.com/zoroastrianism/achaemenian/pasarga
dae.htm

http://www.heritageinstitute.com/zoroastrianism/susa/

http://www.hist-chron.com/judentum-aktenlage/AT/Fink-Silb-
ENGL/Finkelstein-Silberman00_fake-and-truth-in-OT-all-chapters.html

http://www.historyfiles.co.uk/KingListsMiddEast/MesopotamiaBabylon.
htm

http://www.israelnationalnews.com/Blogs/Message.aspx/7749

http://www.istockphoto.com/illustrations/assyrian?facets=%7B%22text
%22:%5B%22assyrian%22%5D,%22pageNumber%22:1,%22perPage%22:
100,%22abstractType%22:%5B%22illustrations%22%5D,%22order%22:%
22bestMatch%22,%22f%22:true%7D

http://www.juancole.com/2015/03/militants-demolish-ancient.html

http://www.kadingirra.com/proc_street.html

http://www.nemo.nu/ibisportal/0egyptintro/2aegypt/mastabatype.htm

http://www.noahsark.site/html/121212_sanherib_de.html

http://www.nonbillablehours.com/2015/01/03/karnak/

https://www.pinterest.com/fugitivegnome/sequential-architecture/

https://www.pinterest.com/jsilcott/indus-valley-civilization-history-
timeline/

https://www.pinterest.com/latezolin/arquitetura-eg%C3%ADpcia/

https://www.pinterest.com/magistramichaud/assyrians/

https://www.pinterest.com/marillevankampe/sethy-ramses-trip/

https://www.pinterest.com/pin/161425967866124527/
98

https://www.pinterest.com/pin/166422148705576637/

https://www.pinterest.com/pin/355432595568248327/

https://www.pinterest.com/pin/378513543658195599/

https://www.pinterest.com/pin/38351034301685134/

https://www.pinterest.com/pin/455778424765194163/

https://www.pinterest.com/pin/547680004657488311/

https://www.pinterest.com/pin/550424385685116484/

https://www.pinterest.com/pin/553872454143504759/

https://www.pinterest.com/pin/554576141589119958/

https://www.pinterest.com/pin/7107311887243630/

https://www.pinterest.com/schulner/thebes/

http://www.powerthoughtsmeditationclub.com/ancient-history-of-
mankind-part-2-sumeria-and-the-ancient-giants/

http://www.proprofs.com/flashcards/story.php?title=exam-4-
ftgtgtgtgtgtgml

https://www.sealpa.org/ms/staff/dlongwell/Shared%20Documents/Mes
opotamia/The%20Rise%20of%20Sumer.pdf

http://www.setterfield.org/dodwell_manuscript_8.html

http://www.sewerhistory.org/grfx/wh_region/indus1.htm

http://www.sindhishaan.com/gallery/manuscripts.html

https://www.studyblue.com/notes/note/n/arc-150-study-guide-2011-
12-huppert-/deck/9732036

https://www.studyblue.com/notes/note/n/arch-249-exam-
1/deck/2038577

https://www.studyblue.com/notes/note/n/egyptian-exam-
final/deck/8884648
99

https://www.studyblue.com/notes/note/n/examination-2/deck/67404

https://www.studyblue.com/notes/note/n/final-review/deck/11284226

https://www.studyblue.com/notes/note/n/g4-history-of-architecture-
exam-study/deck/7081941

https://www.studyblue.com/notes/note/n/larrabee-egyptian-
art/deck/7337731

https://www.studyblue.com/notes/note/n/lecture-12-south-
asia/deck/6309975

https://www.thinglink.com/scene/444597555339198464

http://www.untoldiran.com/shiraz/attractions/historical%20sites/pasar
gadae.shtml

http://www.vazyvite.com/html/egypte/egypte_luxor.htm

http://www.wfltd.com/persians/darius4.htm

http://www.wikistrike.com/article-traduction-en-fran-ais-du-code-d-
hammurabi-66925501.html

http://www.wisdomlib.org/mesopotamian/book/myths-and-legends-of-
babylonia-and-assyria/d/doc7174.html

http://www.yaplakal.com/forum3/topic1322510.html

http://www.8thingstodo.com/temple-of-abu-simbel-egypt
100
RIWAYAT PENULIS

Ashadi, lahir 25 Pebruari 1966, di Cepu, Jawa Tengah.


Pendidikan terakhir: sedang menempuh S3 Arsitektur di
Unpar. Ia aktif sebagai dosen di Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta (FT-
UMJ), sejak tahun 1993. Jabatan Struktural yang pernah
dan sedang diemban yakni: Kepala Laboratorium
Arsitektur FT-UMJ (1996-2000); Ketua Program Studi
Arsitektur FT-UMJ (2000-2004 dan 2015-sekarang); Wakil
Dekan FT-UMJ (2004-2006); Kepala Pusat Afiliasi, Kajian
dan Riset Teknologi FT-UMJ (2007-2011); Kepala Lembaga
Pengembangan Bisnis FT-UMJ (2011-2015). Kegiatan
ilmiah yang pernah dan sedang dilakukan: Penelitian
Hibah Bersaing DIKTI, publikasi jurnal nasional maupun
internasional, dan presentasi ilmiah pada forum-forum
seminar skala nasional maupun internasional. Jabatan
Fungsional Dosen terakhir: Lektor Kepala.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai