T SUZUKI
Maria Kencana Hanggana Raras
Mahasiswi S1 Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan
Abstract
Japan's elaborate architectural modernism with the understanding Zen taught by D.T
Suzuki during his lifetime. The museum was built in order to learn to understand Zen and
meditation for the people of Japan.
This museum has a modern architectural style of cubism and purism to represent the
era of the museum was built, but still contains elements of Zen philosophy in it and has a
sequence that describes the journey of life of D.T Suzuki.
The purpose of this study was to determine whether the Zen philosophy and
Japanese modern architecture influence D.T Museum Suzuki architecture and how
architecture can affect the Zen philosophy .This method used is qualitative-descriptive
method, the data obtained from the literature study and observation langung to the field.
Study discussion begins with an understanding of Zen philosophy and understanding of
modern Japanese architecture to understand the analysis of the influence of Zen on the
architecture of the museum D.T Suzuki.
The study shows that the architecture D.T Museum Suzuki influenced by Zen
philosophy, the architectural style of cubism and purism in the museum show that beauty
is reflected in the simplicity of form and material honesty. The building is a natural
substance and harmony with nature.
Keywords: Zen, Cubism, Purism
Abstrak
Museum D.T Suzuki merupakan salah satu mahakarya dari Yosio Tamaguchi yang
mengelaborasi arsitektur modernism Jepang dengan paham Zen yang diajarkan oleh D.T
Suzuki semasa hidupnya. Museum ini dibangun guna mempelajari paham Zen dan
tempat bermeditasi bagi masyarakat Jepang.
Museum ini memiliki gaya arsitektur modern cubism dan purism untuk
merepresentasikan era museum ini dibangun , namun tetap mengandung unsur filosofi
Zen di dalamnya dan memiliki sequence yang mendeskripsikan perjalanan hidup dari
D.T Suzuki.
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui apakah filosofi Zen dan arsitektur modern
Jepang mempengaruhi arsitektur Museum D.T Suzuki dan bagaimana filosofi Zen dapat
mempengaruhi arsitektur .Metode yang digunakan adalah metode kualitatif-deskriptif,
data diperoleh dari studi literatur serta pengamatan langung ke lapangan. Kajian
pembahasan diawali dengan pemahaman mengenai filosofi Zen dan pemahaman
mengenai arsitektur modern Jepang hingga analisa mengenai pengaruh paham Zen
terhadap arsitektur museum D.T Suzuki.
Hasil studi menunjukkan bahwa arsitektur Museum D.T Suzuki dipengaruhi oleh
filosofi Zen, gaya arsitektur cubism dan purism dalam museum menunjukkan bahwa
Filosofi Zen pada Arsitektur D.T Suzuki Museum
Maria Kencana H.R | 2012.420.057
PENDAHULUAN
Jepang merupakan negara yang dikenal dengan sebutan matahari terbit
disebabkan oleh kebudayaan masyarakat Jepang yang dikenal sangat religius
dan menghormati matahari. Kebudayaan Jepang yang telah ada tak lepas dari
agama yang terdapat di Jepang. Sebagian besar masyarakat Jepang menganut
kepercayaan Buddhist , Zen dan Sinto. Ritual keagamaan ini sangat kuat berakar
dalam kehidupan moralitas dan aktifitas masyarakat Jepang. Pengarajan paham
Zen di Jepang tidak lepas dari sosok D.T Suzuki. Daisetz Teitaro Suzuki (
Suzuki Daisetz, lahir 18 Oktober 1870 meninggal 12 Juli 1966 pada umur 95
tahun) (Nama Buddhist Daisetz yang berarti "Kesederhanaan Agung" / "Great
Simplicity", diberikan padanya oleh guru Zennya. Suzuki juga merupakan
seorang penerjemah literatur Cina, Jepang dan Sanskerta. Beliau adalah guru
besar yang mengajarkan paham Zen di berbagai universitas di Jepang bahkan
beliau mengajarkan Zen hingga benua barat. Beliau mengajarkan paham Zen
dengan perbuatan bukan dengan sebuah dokma atau berpatokan pada kitab
tertentu, namun pada refleksi diri manusia itu sendiri hingga mendapatkan titik
pencerahan tentang jati diri manusia itu sendiri.
Untuk mengenang ajaran dan karya dari D.T Suzuki, maka dirancang
Museum D.T Suzuki yang terletak di Kanazawa, Kyoto .Meskipun Zen
merupakan bagian dari paham dan kebudayaan tradisional Jepang, namun
arsitektur pada museum dibuat sesuai dengan era masa dibangunnya, dengan
mengkombinasikan arsitektur modern purism dan cubism Jepang. Daya tarik
arsitektur museum ini terletak pada bagaimana arsitek memasukkan roh dari
filosofi Zen yang memiliki sifat tradisional , namun gubahan bentuk serta gaya
arsitektur museum tetap mencerminkan era dibangunnya.
Nilai Hirishiyo merupakan nilai kesederhanaan dari filosofi Zen yang
merupakan cikal bakal dari perkembangan arsitektur modern Jepang. Hirishiyo
(kesederhanaan) mempengaruhi desain interior Jepang yang minim dengan
hiasan, tata ruang sederhana, dengan permainan garis lurus dan persegi , itulah
kesederhanaan dari Zen. Nilai We-wei merupakan filosofi untuk menghormati
alam sebagai substansial adalah salah satu paham yang melatarbelakangi
filosofi arsitektur ruang dan seni berkebun Roji Garden. Perkembangan lain yang
dipengaruhi oleh Zen, adalah residential architecture (rumah tinggal), terlihat
pada bangunan-bangunan kuil, vila,dan rumah para samurai dengan sentuhan
detail-detail arsitektur yangkhas dari Zen Budhisme.
Arsitektur modern Jepang berkembang dari awal tahun 1930. Arsitektur
modern berkembang di Jepang pada tahun 1930, diawali dari perkembagan
struktur dan kesederhanaan. Slogan Less is more diterima dengan baik di
Jepang, karena kesederhanaan merupakan salah satu paham yang diajarkan
oleh kedua kepercayaan mayoritas di Jepang yaitu Shinto dan Zen.
Teori Cubism arsitektur bersumber dari teori Cubism seni rupa, yaitu gerakan
paling revolusioner , yang berkembang di Perancis pada tahun 1907-1920-an.
Cubism berasal dari seni lukis yang tidak hanya membuat bentuk dan warna
dalam dimensi ruang tetapi juga dimensi waktu. Arsitektur bukan lagi selubung,
tetapi ruang menjadi aspek paling dominan.
Arsitektur Purism adalah suatu bentuk dari Cubism, merupakan salah satu
pendekatan estetika dalam arsitektur. Ekspresi dari Purism adalah ekspresi yang
menampilkan kemurnian bangunan minim dari ornamen. Ornament is a crime,
merupakan teori untuk melepaskan diri dari penggunaan ornamen dengan
berprinsip bahwa keindahan terdapat dalam kesederhanaan bentuk, kemurnian
material dan struktur dalam bangunan.
Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui bagaimana filosofi Zen dapat
dikombinasikan dengan gaya arsitektur modern cubism dan purism. Bagaimana
cara arsitek untuk memadukan unsur tradisional dalam arsitektur modern melalui
gubahan masa, sequence bangunan dan material. Penelitian menggunakan
metode kualitatif-deskriptif , data diperoleh dari studi lapangan dan studi literatur.
Diharapkan studi ini mampu memberikan pemahaman dan menginspirasi
perancangan bangunan dalam hal memadukan produk arsitektur modern dengan
paham dan nilai dari filosofi tradisional yang ada.
I. KAJIAN TEORI
A. Filosofi Zen
Zen merupakan konsep diri mengenai kekoangan besar dari ruang dan waktu
yang bebas dari bentuk, konsep dan bahasa. Karena dengan adanya bahasa,
dan konsep mahkluk hidup menjadi terkotakkan dan terppisahkan satu sama
lain, bentuk merupakan suatu hal yang sementara, seperti halnya tubuh manusia
pada akhirnya akan menjadi debu. Zen menuntut akan pengelihatan mengenai
kenyataan tidak ada ditambahi ataupun dikurangi. Sesuatu itu sungguh benar
apa adanya, hidup itu dari kejernihan dari saat ke saat,yang kemudian akan
timbul suatu sikap manusiawi, sehingga hidup itu dibaktikan untuk alam[1].
[1].
Zen merupakan paham yang tidak memiliki paham yang jelas, tidak ada suatu
tradisi, tidak ada dokma-dokma atau pengajaran berdasarkan kitab atau bukubuku. Dalam Zen tidak ada sosok pribadi tertentu . Zen tidak memiliki forma, teori
dan konsep yang hakiki. Pada prinsipnnya Zen tidak melekat pada bentuk-bentuk
pikiran, namun sebelum pikiran muncul bahkan sebelum ada nama yang
membeda-bedakan mahkluk hidup. Zen merupakan sebuah konsep diri manusia
itu sendiri. Bahwa manusia seharusnya kembali kepada titik awal dan menyadari
bahwa jati diri merupakan substansi dari alam semesta. Berikut merupakan
landasan teori mengenai paham Zen :
- Argumen merupakan kekosongan jati diri
- Tidak dapat dipahami secara teoritis, pemahaman teoritis mengakibatkan
nihilisme, namun Zen bukanlah seperti hal itu.
- Bentuk dari segala sesuatu merupakan sementara.
- Jati diri sebagai menusia tidak pernah berubah.
Filosofi Zen pada Arsitektur D.T Suzuki Museum
Maria Kencana H.R | 2012.420.057
http://tamandharma.com
II PEMBAHASAN
A. Arsitektur Museum D.T Suzuki
D.T Suzuki Museum merupakan salah satu museum karya dari Yosio Tamaguchi
yang mengelaborasi arsitektur modernism Jepang dengan paham Zen yang
diajarkan oleh D.T Suzuki semasa hidupnya. Museum ini dibangun guna
mempelajari paham Zen dan tempat untuk bermeditasi bagi masyarakat Jepang.
Museum ini dibangun oleh Kanazawa Kota pada tahun 2011 untuk tujuan
memperkenalkan pemahaman dari Daisetsu Suzuki dan menciptakan tempat
untuk meditasi di kawasan tersebut. Perancangan D.T Suzuki Museum berada di
Kyoto, disebabkan D.T Suzuki lahir dan memulai pengajarannyan mengenai
paham Zen berawal pada daerah Kyoto. Beliau banyak membawa pengaruh
positive terhadap pengajaran Zen di Kyoto.
Data Arsitek :
Outline of Facilities
Total floor area
Groundbreaking
Completion
Designed by
Kesederhanaan bentuk dan gubahan masa merupakan daya tarik dari museum
yang mengadopsi gaya arsitektur purism dan cubism. Kesederhanaan
mencerminkan filosofi Zen , selain berfungsi sebagai museum, bangunan ini
difungsikan untuk memberikan ketenangan batin bagi pengunjung.
Museum ini terdiri dari tiga sayap dihubungkan oleh koridor : sebuah Entrance
Wing , Pameran Wing dan kontemplatif Wing , dan tiga kebun : Vestibule
Garden, Water Mirror Garden dan Roji Garden. Pengunjung dapat belajar
tentang filosofi Daisetz Suzuki dan terlibat dalam perenungan sendiri ketika
mereka bergerak melalui sayap dan kebun
Salah satu ikon yang dikenal masyarakat tentang bangunan ini adalah water
miror garden. Reflecting Garden ini sangat baik dalam merefleksi objek,
bayangan yang terjadi memiliki perbandinngan 1:1 dengan objek nyata. Refleksi
merupakan salah satu filosofi terpenting dalam Zen, manusia harus
merefleksikan dirinya sebelum mencapai jati diri yang sesungguhnya.
B. Analogi Ruang
Zen mengajarkan bahwa manusia merupakan salah satu substansi alam dan
akan kembali kepada alam. Bahwa tingkat kebatinan tertinggi adalah berawal
dari kekosongan batin hingga penemuan jati diri yang sebenarnya. Untuk
menggambarkan dan menerapkan poin mengenai Zen , maka dibagi menjadi 2
poin : yaitu Kekosongan (Dark Corridor dan Pencerahan (Light Corridor).
1. Kekosongan (Dark Corridor)
pada cat korridor dan dinding dengan lapisan batu alam warna cream. Sehingga
suasana di luar ruangan menjadi sangat contrast dengan interior ruang dalam.
C. Sequence
Berikut merupakan sequence setiap ruang D.T Suzuki Museum
10
11
Gambar 3.15
Museum
Interior
DT.Suzuki
12
Jepang.
13
14
IV. KESIMPULAN
Bangunan D.T Suzuki Museum dipengaruhi oleh filosofi Zen. Bangunan
dianalogikan sebagai substansi dari alam semesta, yang tidak ada batas
pemisah antara bangunan dengan alam semesta. Penerapan paham wu-wei
bahwa harmonisasi serta penghormatan bangunan dengan alam diterapkan
dalam bangunan . Sequence ruang, kontras yang terjadi antara ruang luar dan
dalam, dan nuansa ketenangan batin yang merupakan konsepsi Zen ,
terelaborasi ke dalam bangunan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa bangunan
ini dipengaruhi oleh arsitektur modern Jepang dan nilai-nilai dalam Zen.
Dengan mempelajari arsitektur bangunan D.T Suzuki Museum kita dapat
menyadari bahwa arsitektur merupakan salah satu bagian dari substansial alam,
bahwa arsitektur tidak dapat dipisahkan dari alam. Ekspresi, material dan
sequence dalam bangunan merupakan suatu nyawa penting untuk mewujudkan
jati diri bangunan tersebut. Hal terpenting adalah dampak yang ditimbulkan
dengan adanya bangunan terhadap alam, karena semua akan kembali kepada
alam.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan penulis mengenai materi Zen
dan Arsitektur D.T Suzuki yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya
banyak kekurangan dan kelemahan yang terdapat dalam tulisan ini. Penulis
banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran
yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis.
Acuan
Souyb , Joesoef. (1996). Agama-agama Besar di Dunia.
Jakarta: Pt Al Husna ZIkra.
Huston, Smith. (2001). Agama-agama Manusia.
Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
15