Anda di halaman 1dari 6

NAMA : ANASHIA MERLIANA SATRIANI

NIM : 152.170. 006

ELEMEN PEMBENTUK DIMENSI VISUAL KOTA


(SQUARE, STREET, AND BUILDING)

ELEMEN VISUAL KOTA

Dalam perancangan kota cenderung melihat kota dalam konteks estetika. Dimensi
visual ini terkait dengan dimensi persepsi dalam desain ruang kota. Dimensi visual dalam
konteks estetika juga mempertimbangkan selera publik dalam menilai lingkungannya1

Menurut Matthew Carmona, dimensi visual kota mengambil nilai estetika sebagai
dasar perancangan maupun menilai elemen-elemen pembentuk struktur dan ruang kota.2
struktur kota dibentuk oleh elemen utama yaitu Jalan, Blok, dan Ruang terbuka publik.3

Masing-masing elemen ini saling berhubungan dengan erat, mengubah salah satu
elemen berarti mempengaruhi elemen yang lainnya. Untuk menciptakan suatu lingkungan
binaan yang baik, secara keseluruhan elemen-elemen fisik kota ini perlu direncanakan
secara hati-hati pada skala yang proporsional dalam arti memberikan respon yang baik
terhadap aktivitas manusia sebagai penggunanya.4

1
Jack L Nasar. The Evaluative Image of the City. Thousand Oaks, CA: 1998. Sage Publications.

2
Matthew Carmona, Public Place – Rrban Space , 2003 Hal. 144

3
Peter Katz. The New Urbanism : Toward an Architecture of Community. New York u.a.: 1994. McGraw-Hill.

4
Julia Dewi. TRANSFORMASI MORFOLOGIS SEBAGAI DAMPAK PENGGABUNGAN TAPAK DALAM
PERKEMBANGAN KOTA Studi Kawasan Kebayoran Baru Jakarta‖. Bandung: 2006. Universitas Katolik
Parahyangan.
1. The Square
Square biasanya mengacu pada area yang dibatasi oleh bangunan.5 Memiliki
kecenderungan membentuk pola sirkulasi ke segala arah, acak, organik.6
Dalam Paul Zucker dalam Town and Square (1959) secara visual atau bentuknya
membagi urban square menjadi 5 tipe yakni:5

a) The Close Square (Square yang tertutup)


Square yang tertutup adalah ruangan terbuka yang memiliki batas geometris
yang solid, hanya terputus oleh akses atau jalan yang menuju kesana.
Contohnya: Place des Vosges, Paris

Gambar 1 Place des Vosges, Paris


Sumber:https://a0.muscache.com/im/pictures/13960038/c5682a48_original.
jpg?aki_policy=large

b) The Dominated Square (Square yang teratah)


Square yang terbentuk akibat dari adanya ‘sense of space’ sebuah bangunan
atau kelompok bangunan yang memiliki karakteristik yang kuat.
Contohnya: Piazza di Trevi, Roma

Gambar 2 Piazza di Trevi, Roma


Sumber: http://2.bp.blogspot.com/-
RytL5V97CRQ/Uz8Dv0GR06I/AAAAAAAAAD0/TQXf0FCl9Tg/s1600/Fontana_di_Trevi.jpg

5
Matthew Carmona, Public Place – Rrban Space , 2003 Hal. 144

6
Rob Krier, Urban Space (New York, 1979), hal 15-16
c) The Nuclear Squares
Square yang terbentuk akibat dari adanya suatu pusat, seperti sebuah
monumen, sebuah air mancur, sebuah tugu dsb.
Contohnya: Trafalgar Square, London

Gambar 3 Trafalgar Square, London


Sumber: http://londonairportransfers.com/wp-content/uploads/2016/03/trafalgar-square-panorama.jpg

d) Grouped Square
Square yang terbentuk karena kumpulan bangunan yang memiliki karakteristik
dominan.
Contohnya: Piazza San Marco, Venice

Gambar 4 Piazza San Marco, Venice


Sumber: https://antonio1028.files.wordpress.com/2015/02/northern-italy-094-venice-piazza-san-
marcos.jpg
e)
e) The Amorphous Square
Square yang tidak memiliki bentuk khusus, tidak terorganisasi, tidak
merepresentasikan unsur karakter suatu bangunan.
Contoh: Washington Square Park, New York

Gambar 5 Washington Square Park, New York


Sumber: https://www.nycgovparks.org/photo_gallery/full_size/9570.jpg

2. The Street
Jalan merupakan hubungan antara ruang terbuka dengan tempat, dimana terbentuk
dari penyebaran bangunan yang dibangun di semua ruang dan memberikan akses
ke bangunan. Jalan memiliki karakter dan fungsi yang jelas. Dan berdasarkan
ukurannya, jalan merupakan tempat yang menarik untuk melewatkan waktu dan
menikmati suasana. Ukuran yang dipakai merupakan skala manusia, jalan ini
direncanakan untuk sirkulasi dan aktivitas manusia.6

6
Rob Krier, Urban Space (New York, 1979)
1. Building

Bangunan berdiri di atas tapak. Bangunan dapat berdiri sendiri sebagai objek dalam ruang maupun
secara bersama-sama dengan bangunan lainnya mendefinisikan suatu ruang. “Transformasi major
dalam struktur ruang publik adalah bangunan sebagai elemen konstituen dalam blok urban..”
(Carmona 2003, 67)
Sesuai dengan posisinya sebagai objek tiga dimensi yang berdiri di atas tapak, maka bangunan
memiliki variabel dimensi yang meliputi panjang, lebar, dan tinggi. Bangunan memiliki volume
dengan lapisan-lapisan lantai yang membentuknya secara vertikal. Dalam relasinya dengan jalan,
bangunan memiliki setback atau sempadan.
Bangunan sebagai objek yang berdiri dalam ruang maupun secara bersama-sama membentuk ruang
berkaitan erat dengan skala. Untuk mampu berperan dalam pembentukkan ruang maupun untuk
tampil sebagai elemen yang menonjol maka skala bangunan menjadi faktor yang menentukan. Tidak
hanya skala, prinsip Gestalt dalam desain juga menjadi faktor yang penting dan menentukan.
Pengalaman ruang yang merasakan kehadiran dalam suatu tempat akan sulit untuk diperoleh dalam
ruang yang secara skala tidak memungkinkan untuk mampu merasakan kehadiran kecuali bila subjek
sampai pada suatu ruang yang sifatnya 'selesai' misalnya culdesac atau tempat parkir. Satu gejala
yang dapat diamati untuk menggambarkan fenomena ini adalah beberapa struktur kota baru yang
dirancang dalam skala (Panerai et al. 2004, 161). Bangunan merupakan wadah dari aktivitas di
dalamnya. Untuk mewadahi aktivitas yang berbeda-beda, bangunan menyesuaikan baik bentuk
maupun tampilannya. Penyesuaian bangunan bila dikaitkan dengan fungsi dapat dilakukan pada
level dimensi, tampak, level tapak yang menghubungkan bangunan dengan jalan maupun dengan
bangunan atau fungsi lain yang ada di sekelilingnya.
6
Rob Krier, Urban Space (New York, 1979)

DAFTAR PUSTAKA

Krier, R (1979). Urban Space.New Tork: Rizzoli International


Webb,M (1990) , The City Square. New York : Whitney Library of Design
Moughtin, C (2001). Urban Design: Street and Square (second edition).Oxford; Architectural Press

Anda mungkin juga menyukai