Wakely, Patrick.2014. Urban Public Urban Public Housing is government efforts for Perumahan Urban
Housing Strategies in developing housing production for its citizens. with low cost and merupakan
countries: whence and whither low maintenance. upaya pemerintah
paradigms, polcies, programmes and untuk produksi
project. perumahan bagi
warganya. dengan
https://www.ucl.ac.uk/ bartlett biaya yang murah
/development/ sites/bartlett/ dan maintenance
files/wp163.pdf yang rendah
Martin, Reinhold. 2009. Public Public Housing known as “affordable housing” or Public housing
Housing: A New Conversation. “mixed-income housing.” Perumahan yang
“public” can and ought to carry a positive meaning. terjangkau
https://cdn.filepicker.io/ It can mean the sebagai bentuk
api/file/EmD9xFFGTEmT2EdKTXF0 kind of responsibility that government upholds on pemenuhan
behalf of its citizens tanggung jawab
Diakses pada Rabu, 12 September pemerintah untuk
2018 Pukul 22.29 WIB warganya
1
KESIMPULAN
Perumahan Urban Penyediaan perumahan yang dikelola oleh negara atau disediakan oleh pemertintah untuk
masyarakat yang bertujuan untuk memberikan subsidi. Biasanya disebut perumahan urban ini dikenal juga
dengan perumahan yang terjangkau.
Bentuk Perumahan Urban satu atau banyak blok hunian atau apartemen yang bertingkat tinggi atau bertingkat
rendah
2
masyarakat, terutama di daerah
pedesaan, masih relatif rendah.
• Pembangunan yang belum merata pada
berbagai daerah sehingga memicu
timbulnya kesenjangan sosial dan
ekonomi, dimana hal ini berdampak
terhadap persaingan antara golongan
berpenghasilan tinggi dengan
masyarakat yang berperngahasilan
rendah, seolaholah fasilitas dan
kemajuan pembangunan (termasuk
perumahan) hanya dapat dinikmati oleh
kaum yang berpenghasilan tinggi.
Pribumi Daerah “Kampung” dihuni oleh orang Indonesia Asli. Daerah ini
memiliki ciri tidak teratur, sarana jalan sempit, tidak ada air ledeng
dan tidak ada listrik. Daerah permukiman orang pribumi ini
karakteristiknya semrawut, sumpek dan tidak ada pekarangan;
3
Pelaksanaan ketentuan tersebut dilakukan oleh Departement Van Verkeer en Waterstaat yang
menangani perumahan rakyat (Volkshuisvesting) dan bangunan gedung/rumah
negara/Pemerintah (Landsgebouwen)
1964 • UU No. 1 tahun 1964 (Perpu tahun 1962) dimana Kantor Urusan
Perumahan (KUP) mengurusi rumah-rumah sebelum Indonesia
4
merdeka.
• Bentuk perumahan mengikuti YKP.
Pengertian Dampak:
Menurut Fandeli (2004)Pengertian dampak merupakan identifikasi dampakmerupakan langkah yang
sangat penting. Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mengidentifikasi dampak adalah:
Menyusun berbagai dampak yang menonjol yang diperkirakan akan timbul dan menuliskan semua
aktivitas pembangunan yang menimbulkan dampak sebagai sumber dampak.
5
A. Dampak Sosial Masyarakat:
Menurut Bintarto (1989:31),perubahan dalam suatu lingkungan akan dipengaruhi oleh
lingkungan itu sendiri,manusia dan pola aktivitasnya. Perubahan yang terjadi dapat dijelaskan
kedalam tiga bentuk perubahan yakni perubahan perkembangan,perubahan lokasi dan
perubahan perilaku. Penjelasan mengenani perubahan tersebut sebagai berikut:
C. Dampak Lingkungan:
Yunus (2008). Adapun dampak terhadap bentuk pemanfaatan lahan adalah sebagai berikut:
6
pendatangnya. Bentukpemanfaatan lahan permukiman di kawasan pinggiran
menawarkan faktor kenyamanan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan suasana di
dalam kota
Undang- Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang Gedung bertingkat, tempat
Undang No.16 dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam hunian, bagian bersama, benda
Tahun 1985 bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional bersama, tanah bersama
tentang Rumah dalam arah horisontal maupun vertikal dan merupakan
Susun satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan
digunakan secara terpisah terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda
bersama dan tanah bersama
WJS. Rumah susun adalah bangunan yang direncanakan dan Tempat kediaman, tingkat
Poerwodaminta digunakan sebagai tempat kediaman oleh beberapa minimum dua lantai, unit hunian
, 1976. Kamus keluarga serta mempunyai tingkat minimum dua lantai
Besar Bahasa dengan beberapa unit hunian.
Indonesia
Kesimpulan:
Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang senantiasa mengandung sistem kepemilikan
perseorangan dan hak bersama, yang penggunaannya bersifat hunian atau bukan hunian. Secara mandiri
ataupun terpadu sebagai satu kesatuan sistem pembangunan.
7
STRATEGI PEMENUHAN KEBUTUHAN RUMAH DI DKI JAKARTA
Backlog Perumahan di DKI Jakarta selama 10 tahun kurang lebih 700.000, sehingga setiap tahunnya
dibutuhkan 70.000 unit rumah
Gambar 1.1 Blacklog Perumahan DKI Jakarta dan Presentase Klasifikasi Rumah Susun
Sumber: Hasil Kajia Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi DKI Jakarta, 2017
8
1. SK. Gubernur No. 1478 Th. 2007 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Daerah
Percepatan Pembangunan Rusuna, dan Tim Kelompok Kerja Daerah, sebagai tindak
lanjut atas Kepres No. 22 Th. 2006
2. Pergub. No. 136 Th. 2007 tentang Percepatan Pembangunan Rusuna di DKI Jakarta,
yang pada intinya memberikan insentif bagi pengembang dan masyarakat yang akan
membangun Rumah Susun berupa:
B. ASPEK TEKNIS
1. Mencari lahan pembangunan Rusuna dengan Skala Besar sedikit di pinggir kota yang
masih terjangkau sarana, prasaran dan utilitas kota
2. Memanfaatkan lahan-lahan milik Daerah dan BUMD/BUMN yang belum difungsikan.
3. Mengadakan peremajaan / peningkatan intensitas Rusuna dengan pola Mixed gjgg Use,
untuk Rusuna yang secara struktur sudah tidak layak huni dan mempunyai nilai
ekonomi tinggi;
4. Menghimbau para pengembang yang mempunyai kewajiban membangun Rusuna untuk
segera melaksanakan kewajibannya (Pengembang pemegang SIPPT)
5. Merangsang dan mengkondisikan pengembang / masyarakat agar berperan aktif dalam
pembangunan Rusuna/Rusunami dengan memberikan insentif khusus (Pergub 136 Th.
2007
9
Gambar 1.2 Peta Lokasi Rumah Susun di Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Hasil Kajian Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi DKI Jakarta, 2017
Gambar 1.3 Peta Lokasi Rusunawa yang Sedang dan Akan dibangun di Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Hasil Kajian Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi DKI Jakarta, 2017
10
Gambar 1.4 Peta Lokasi Rusunami yang Sedang dan Akan dibangun di Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Hasil Kajian Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi DKI Jakarta, 2017
11
Gambar 1.5 Beberapa Lokasi Rusunami yang ditinjau Oleh Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Hasil Kajian Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi DKI Jakarta, 2017
12
Gambar 1.6 Peta Lokasi Rusunami Kemayoran
Sumber: Hasil Kajian Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi DKI Jakarta, 2017
13
memiliki tata cara turun temurun yang diwarisi sebagai bagian yang tak terlepaskan seperti
halnya sebuah nama yang melekat pada diri seseorang.
Budaya Bermukim Masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia yang agraris itu dalam waktu yang telah berlangsung
lama, (beberapa generasi) telah memiliki budaya bermukim yang memiliki ciri khas
tersendiri. Dan diakui dalam waktu yang lebih lama konsep yang dikembangkan
secara evaluasi dan adaptasi itu dianggap sebagai konsep yang cocok dalam tatanan
kehidupan komunitasnya.
Konsep permukiman beberapa masyarakat adat Minangkabau, Bai, Jewa,
Dayak, Toraja dan sebagainya memiliki ciri-ciri tersendiri yang masing-masing ada
kelebihan dan kekurangannya sejauh itu dikaitkan dengan budaya dan kondisi
alamnya. Tatanan komunitas yang cocok dalam masyarakat selalu berusaha
dipertahankan lebih lama sesuai dengan kemampuan dan perkembangan yang terjadi.
Masyarakat pada dasarnya akan berusaha membentuk keseimbangan yang dapat
mempertahankan konsep-konsep yang baik serta terus berusaha meningkatkannya
menjadi lebih baik lagi. Jarang sekali masyarakat melakukan perubahan sporadis
terhadap kondisi yang sudah ada, kecuali revolusi
7. Isu Keterjangkauan
Pengertian Keterjangkauan (affordability)
Keterjangkauan masyarakat terhadap rumah harus diperhatikan dalam upaya
penyediaan perumahan untuk semua kelompok masyarakat.
Keterjangkauan (affordability) terhadap rumah merupakan kemampuan dan kemauan
suatu rumah tangga untuk untuk mengeluarkan sebagian pendapatannya untuk biaya
perumahan.
Terdapat keterkaitan yang sangat erat dan saling memengaruhi antara rumah tangga,
keuangan rumah tangga, dan rumah yang diinginkan.
Hal ini dikarenakan keterjangkauan terhadap perumahan dipengaruhi pula oleh tingkat
pendapatan keluarga, harga rumah yang ditawarkan, dan harga lainnya yang
memengaruhi.
Biasanya pengeluaran masyarakat untuk perumahan berkisar antara 15-20 persen dari
penghasilan, hampir sama dengan pengeluaran untuk kebutuhan pangan (Yusminar,
2002).
14
- accessible, artinya pembangunan perumahan tetap memungkinkan kelompok
sasaran terutama kelompok masyarakat berpenghasilan rendah dalam
menjangkau kemudahan kredit perumahan yang dilihat dari tingkat pendapatan
dan pengeluaran.
Contohnya:
1. Pengadaan oleh Perumnas melalui Rumah Sangat Sederhana (RSS), Rumah
Sederhana (RS) dan Rumah Sederhana Sehat (RSH)
15
Dalam Repelita I dilaksanakan uji coba teknis pembangunan rumah
sederhana, yaitu rumah tipe T-36 dengan luas 36 meter persegi sampai tipe T-70
dengan luas 70 meter persegi. Dalam Repelita II dimulai pembangunan rumah
sederhana dan rumah inti oleh Perumnas sebanyak 23.126 unit yang tersebar di 11
kota. Melihat bahwa rintisan tersebut cukup berhasil, sejak tahun terakhir
Repelita II Perumnas dan dunia usaha mengembangkan pembangunan rumah
sederhana melalui fasilitas Kredit Pemilikan Rumah Bank Tabungan Negara (KPR
BTN).
Dalam Repelita V telah berhasil dibangun 339.700 unit rumah sederhana.
Dari jumlah tersebut Perumnas membangun sebanyak 67.940 unit (20 persen),
sementara dunia usaha dan masyarakat membangun rumah sebanyak 271.760 unit
(80 persen). Guna melayani kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah
dikembangkan pembangunan rumah sangat sederhana (RSS) di sekitar kota
metropolitan dan kota besar. ( PUPR, 2014)
Contohnya:
Self-help housing ialah pengertian umum yang digunakan dalam sektor perumahan
di dunia sebagai konsep yang merujuk pada kemampuan masyarakat miskin untuk
bertahan/berlindung bagi diri dan keluarganya. Self-help housing merupakan perumahan
bagi individu atau kelompok rumah tangga menyediakan perumahan tanpa akses maupun
tanpa adanya kontrol dari industri perumahan, tanpa dukungan finansial, ataupun tanpa
campur tangan administasi dari pemerintah untuk membuat legalitas perumahan. (Harris,
1998)
16
memperoleh izin dari pemilik lahan yang sah. Unauthorized development menilai perumahan
informal dari sisi legalitas pembangunan perumahan.
17