Anda di halaman 1dari 104

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

DIREKTORAT JENDERAL PENYEDIAAN PERUMAHAN

OUTLOOK
Penyediaan Perumahan 2019

Upaya
Memenuhi Kebutuhan Hunian
Berkualitas, Terjangkau dan Berimbang

1
OUTLOOK
Penyediaan Perumahan 2019

Upaya
Memenuhi Kebutuhan Hunian
Berkualitas, Terjangkau dan Berimbang
KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL
PENYEDIAAN PERUMAHAN

Pemenuhan kebutuhan rumah layak huni merupakan


amanah konstitusi yang ditegaskan undang-undang dasar
negara serta berbagai konvensi internasional. Berkaitan
dengan hal tersebut, pemerintah bertanggungjawab
membantu masyarakat untuk memperoleh haknya dengan
menyediakan hunian layak huni serta meningkatkan
kualitas permukiman dan lingkungan.

Sampai saat ini, ketimpangan antara pasokan (supply)


dan kebutuhan (demand) masih menjadi persoalan utama
dalam penyediaan infrastruktur dasar khususnya bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Keterbatasan
kapasitas pengembang yang belum didukung regulasi
yang bersifat intensif ditambah masih rendahnya
keterjangkauan (affordability) MBR baik untuk membangun
ataupun membeli rumah menjadi salah satu penyebab
utama masih banyaknya MBR yang belum tinggal dirumah
layak huni. Hal ini tentunya menjadi penyebab terjadinya
degradasi kualitas permukiman dan menciptakan
permukiman kumuh baru.

Program Satu Juta Rumah merupakan salah satu alternatif


solusi sekaligus wujud kehadiran nyata negara dalam
menyediakan rumah layak huni bagi seluruh masyarakat.
Penuntasan masalah ini tentunya memerlukan pendanaan
yang besar sehingga memerlukan kemitraan yang solid
antara pemerintah dengan swasta untuk bersama-sama
mengembangkan alternatif pembiayaan pembangunan
perumahan rakyat.

Sejalan dengan kebijakan tersebut pemerintah telah dan


akan terus melakukan berbagai upaya secara terencana
dan berkesinambungan agar pemenuhan perumahan,
khususnya bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR),
dapat terlaksana dengan efektif, optimal dan tepat sasaran.

4 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Program Satu Juta Rumah merupakan salah satu alternatif solusi sekaligus wujud
kehadiran nyata negara dalam menyediakan rumah layak huni bagi seluruh
masyarakat. Penuntasan masalah ini tentunya memerlukan pendanaan yang besar
sehingga memerlukan kemitraan yang solid antara pemerintah dengan swasta
untuk bersama-sama mengembangkan alternatif pembiayaan pembangunan
perumahan rakyat.

Di tahun 2019, Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan akan tetap melaksanakan


program-program pembangunan perumahan dan akan memprioritaskan
pemanfaatan anggaran untuk menyelesaikan target 2015-2019 yang belum
diselesaikan. Pemanfaatan anggaran tersebut akan difokuskan untuk berbagai
hal diantaranya: a. Penyelesaian direktif Presiden bagi proyek-proyek strategis
nasional; b. Revitalisasi kegiatan-kegiatan yang memerlukan penyempurnaan
agar pemanfaatan aset berlangsung optimal; dan c. Penanganan rumah tidak
layak huni agar dapat langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sambil
mendorong peningkatan ekonomi lokal melalui pendekatan padat karya.

Menyiasati salah satu tantangan pemenuhan ketersediaan rumah layak huni


bagi MBR di tengah keterbatasan anggaran pemerintah, juga telah dilakukan
dan akan semakin diintensifkan peluang-peluang pendanaan non APBN
untuk mempercepat pemenuhannya. Oleh katena itu, tahun 2019 juga akan
dimanfaatkan sebagai momentum penting untuk meningkatkan kualitas,
keterjangkauan dan perimbangan penyediaan hunian layak huni, sehingga
keberadaan dan pemanfaatannya akan semakin di rasakan oleh masyarakat, dan
berdampak pada peningkatan kesejahteraan.

Jakarta, Desember 2018

KHALAWI ABDUL HAMID


Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


5
DAFTAR
ISI

1 2
SAMBUTAN PENDAHULUAN TANTANGAN
PEMBANGUNAN
BIDANG PERUMAHAN
hal 11-19 hal 22-29

Sambutan ,
Direktur Jenderal Penyediaan • Pemerintah Harus Terlibat • Permasalahan Dasar
Perumahan 5 dalam Upaya Penyediaan • Tantangan yang Dihadapi
Perumahan yang Layak dalam Proses Penyediaan
Huni Perumahan
• Pada Konteks a) Pertumbuhan
Nasional, Pemenuhan Keluarga Baru
Hak Perumahan b) Urbanisasi
Mempertimbangkan
• Pada Konteks
Global, Pemenuhan
Hak Perumahan
Mempertimbangkan

6 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
3 4
PROGRAM PROSPEK DITJEN
SATU JUTA RUMAH PENYEDIAAN
PERUMAHAN TH 2019
hal 32-63 hal 64-83

• Stakeholder • Prospek Kinerja Ditjen


• Kontribusi Kementerian Penyediaan Perumahan
Pekerjaan Umum dan Tahun 2019
Perumahan Rakyat dalam • Prakondisi yang Harus
Pemenuhan Target Dipersiapkan untuk
Program Satu Juta Rumah Mengoptimalkan Kinerja
• Target dan Capaian Ditjen Penyediaan
Pembangunan oleh Ditjen Perumahan Tahun 2019
Penyediaan Perumahan • What Next? 2020 - 2024
• Target dan Capaian
Pembangunan oleh Ditjen
Pembiayaan Perumahan
5
LESSON LEARNED

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


7
Negara hanya mampu kelola 20 persen dari APBN untuk
bangun rumah, kemudian 30 persen nilai subsidi.
50 persen sisanya kita berharap swasta, para pengembang
mau membangun. Kita ingin mendorong semua pihak dan
masyarakat rapatkan barisan dalam pembangunan rumah
untuk MBR.

KHALAWI ABDUL HAMID


Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan 
Pendahuluan

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


9
PENDAHULUAN

Rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia.


Rumah berfungsi sebagai tempat untuk bernaung, memiliki
nilai ekonomi sehingga menjadi asset bagi pemilik, serta
tempat untuk membina keluarga. Di samping itu, kondisi dan
lokasi rumah sedikit banyak juga akan mempengaruhi citra dan
kualitas psiko-sosial penghuni.

Untuk dapat berfungsi dengan baik, bangunan rumah harus berada dalam kondisi
layak huni. Layak huni artinya adalah lokasi dan konstruksi rumah memenuhi
ketentuan keselamatan serta kesehatan, luas rumah cukup memadai sesuai
dengan jumlah penghuni, bangunan memiliki izin pembangunan dan ditempati
secara sah sehingga terdapat keamanan bagi penghuni untuk menempati
bangunan tersebut, serta memiliki akses terhadap fasilitas air bersih dan sanitasi.
Berdasarkan konsep Sustainable Development Goals (SDGs), semua komponen
tersebut harus dapat dipenuhi agar rumah dapat dikatakan layak huni. Disamping
itu, lokasi perumahan juga harus terintegrasi dengan sistem aktivitas lainnya.

Namun demikian, terdapat banyak tantangan yang dihadapi dalam proses


"Kesejahteraan
penyediaan dan penghunian rumah yang layak huni tersebut. Tantangan tersebut
masyarakat dapat
sangat potensial mengganggu optimalitas supply   dan demand  perumahan. Dari
terwujud dengan sisi supply , tantangan yang muncul diantaranya adalah kelangkaan lahan terutama
 peningkatan kualitas di sekitar pusat aktivitas sosial-ekonomi, proses perolehan izin pembangunan yang
hidup masyarakat belum esien, keterbatasan dukungan infrastruktur, dan keterbatasan kapasitas
melalui pembangunan anggaran pemerintah utuk membiayai pembangunan rumah-rumah murah bagi
infrasruktur yang MBR.
dimulai dari lingkungan
 permukiman masyarakat"  Sementara dari sisi demand , tantangan yang dihadapi dalam proses penghunian
antara lain adalah suplai jumlah rumah yang tidak sebanding dengan pertumbuhan
penduduk, tidak sinerginya lokasi dan segmentasi suplai rumah dengan kebutuhan

10 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
dan kemampuan ekonomi masyarakat, keterbatasan akses masyarakat terhadap Rumah Khusus Bencana
pembiayaan sektor perbankan, pembelian rumah dengan motif spekulasi Longsor Kabupaten
sehingga menimbulkan vacant houses, serta keterbatasan kemampuan penghuni Kuningan
untuk melakukan pemeliharaan terhadap kondisi sik rumah.

Terdapat 2 (dua) implikasi permasalahan yang timbul ketika kebijakan bidang


perumahan gagal mengatasi permasalahan supply-demand , yaitu:
• Terdapat housing backlog  yang potensial memicu homeless  dan household
crowding,
• Munculnya rumah tidak layak huni baik yang dibangun diatas tanah yang
dikuasai secara sah (slum) maupun liar (squatter ).

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


11
PENDAHULUAN

12 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Rumah Khusus Nelayan
Purirano, Kendari 

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


13
PENDAHULUAN

PEMERINTAH HARUS TERLIBAT DALAM UPAYA PENYEDIAAN


PERUMAHAN YANG LAYAK HUNI
Pada dasarnya pembangunan perumahan dan permukiman merupakan tanggung
 jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat, dalam bentuk tugas dan
peran masing-masing secara seimbang. Pemerintah dalam hal ini memiliki peran
yang lebih dominan dalam memfasilitasi dan memberikan mediasi, sedangkan
masyarakat diharapkan dapat lebih bertanggung jawab secara penuh dalam
memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal, terutama secara sik.

Perumahan, mungkin merupakan permasalahan lingkungan yang tidak


terduga sebelumnya (Bruce Stokes, 1982). Di masa lalu, penganut lingkungan
menganjurkan dikuranginya pertumbuhan perumahan yang telah meruntuhkan
impian banyak orang untuk dapat memiliki rumah keluarga tunggal di atas persil
lahan yang dimilikinya. Ironisnya dewasa ini impian tersebut telah mati, justru
karena masyarakat telah mengabaikan keterbatasan sumberdaya alam pada
pembangunan rumah yang tidak terencana. Penggunaan lahan untuk perumahan
di daerah perkotaan menacuk prosentase yang jauh lebih besar dibandingkan
dengan jenis penggunaan lahan yang lain (Sammis B. White, 1992).

Sektor perumahan memegang peran penting dalam perekonomian nasional, dan


merupakan kebijakan sosial nasional. Sebagian besar perumahan dimiliki secara
pribadi dan bersifat eksklusif, meskipun pemerintah ikut terlibat aktif dalam
berbagai aspek perumahan.

Pembangunan perumahan perlu diarahkan sehingga muncul kebersamaan


pandang antara pemerintah dan masyarakat, secara seimbang sesuai kedudukan
dan perannya masing-masing. Pemerintah berada pada posisi untuk dapat
memberikan fasilitas dan mediasi dalam menyediakan dan meningkatkan
perumahan dan permukiman agar lebih sehat dan nyaman dihuni. Sedangkan
masyarakat harus didorong agar memiliki kepedulian dan tanggung jawab penuh
dalam memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal secara swadaya namun tetap
memenuhi ketentuan dan peraturan yang berlaku.

Perumahan dan Permukiman dalam suatu tata ruang wilayah menunjukkan


dominasi pengembangan dan pembangunan yang tidak terkendali baik di wilayah
perdesaan dengan semakin menyusutnya lahan-lahan produktif menjadi lahan-
lahan terbangun untuk perumahan dan permukiman, maupun semakin padatnya
perumahan dan permukiman kota.

14 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Tanggung jawab pemerintah di bidang pembangunan perumahan dan permukiman
terdapat dalam beberapa aspek, yakni aspek ketersediaan, keterjangkauan dan
keberlanjutan. Ketiga aspek tersebut merupakan prinsip terpenuhinya hak setiap
warga negara seperti yang tercantum dalam konstitusi (Pasal 28 ayat 1 UUD
1945) menetapkan bahwa 'setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan'.

Demikian halnya dalam konsideran huruf b Undang-Undang No. 1 Tahun 2011


tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman (UU-PKP) menyatakan bahwa
negara bertanggung jawab melindungi segenap bangsa Indonesia melalui
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar masyarakat
mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan terjangkau
di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh
wilayah Indonesia. Hal tersebut diperkuat pula dengan UU No. 20 Tahun 2011
tentang Rumah Susun yang memperjelas bahwa negara bertanggung jawab
untuk memenuhi kebutuhan rumah bagi setiap orang terutama masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).

Pemenuhan hak atas perumahan sebagai hak dasar berasal dari keberlangsungan
hidup dan menjaga martabat kehidupan umat manusia. Hak atas perumahan
merupakan hak asasi manusia, oleh karenanya menimbulkan kewajiban pada
negara untuk melindungi, menghormati dan melaksanakannya. Kewajiban negara
tersebut telah jelas tertuang dalam Pasal 8 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia yaitu “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak
asasi manusia terutama menjadi tanggung jawab negara”.

Bahkan, Article 25 Universal Declaration of Human Right PBB menyebutkan


bahwa 'Everyone has the right to a standard of living adequate for the health
and well-being of himself and of his family, including food, clothing, housing and
medical care and necessary social services, and the right to security in the event of
unemployment, sickness, disability, widowhood, old age or other lack of livelihood
in circumstances beyond his control'.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


15
PENDAHULUAN

PADA KONTEKS NASIONAL, PEMENUHAN HAK


PERUMAHAN MEMPERTIMBANGKAN:

 Visi Indonesia 2045


Untuk mewujudkan visi Indonesia 2045, yaitu
Indonesia yang Berdaulat, Maju, Adil, dan Makmur,
pembangunan bidang perumahan menjadi bagian
dari upaya:
• Pemerataan Infrastruktur Prasarana Perkotaan
dan Perdesaan
Pembangunan bidang perumahan diarahkan
pada upaya peningkatan rumah vertikal, rumah
bergerak/terapung/underground,  penyediaan
bahan bangunan murah yang dapat diproduksi
massal, menggunakan desain futuristik dan
minimalis, memanfaatkan teknologi fast develop
(seft-assembled/knock-down material),  hemat
energi, tersedianya  housing information system,
menerapkan pendekatan housing career system,
dan melakukan pengendalian tata ruang.
• Pemerataan Infrastruktur Prasarana Dasar
Lingkungan
Perumahan harus dilayani oleh prasarana dasar.

 Visi dan Arah Pembangunan Jangka Panjang


Nasional (PJPN) Tahun 2005-2025
Dalam rangka mewujudkan pembangunan yang
lebih merata dan berkeadilan, pembangunan
bidang perumahan diarahkan pada:
• Penyelenggaraan  pembangunan perumahan
yang berkelanjutan, memadai, layak, dan
terjangkau oleh daya beli masyarakat serta
didukung oleh prasarana dan sarana permukiman
yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola
secara profesional, kredibel, mandiri, dan esien;

Rumah Khusus Nelayan, Desa Busung 


Kabupaten Bintan, Kep. Riau 

16 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019
17
PENDAHULUAN

• Penyelenggaraan  pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana


pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan
yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja,
serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan
• Pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang
memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hi dup.

Pada tahun 2025 ditargetkan akan dapat dipenuhinya kebutuhan hunian yang


dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat yang
didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang dan berkelanjutan,
esien, dan akuntabel sehingga terwujud kota tanpa permukiman kumuh.

 Visium PUPR 2030


Dalam rangka mewujudkan infrastruktur PUPR yang handal, ditetapkan Visium
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat 2030, yaitu:
• Bendungan multifungsi untuk memenuhi kapasitas tampung 120 m3/kapita/
tahun;
• Jalan 99% mantap yang terintegrasi antar moda dengan memanfaatkan
sebanyak-banyaknya material lokal dan menggunakan teknologi recycle;
• 100% SMART LIVING (Hunian Cerdas).
Hunian cerdas (smart living) merupakan permukiman yang layak huni, mampu
memitigasi dan adaptif terhadap risiko bencana, menerapkan konsep ramah
lingkungan/bangunan hijau, serta menerapkan inovasi teknologi informasi.

Pembangunan bidang perumahan yang merupakan bagian dari upaya


mewujudkan visi 100% smart living dilaksanakan melalui:
• 2017-2019
Pembangunan 814 ribu unit rumah oleh pemerintah dengan kebutuhan
anggaran sebesar Rp. 28,05 Triliun.
• 2020-2024
Pembangunan 976 ribu - 1.170 ribu unit rumah oleh pemerintah dengan
kebutuhan anggaran sebesar Rp. 156 Triliun - Rp. 234 Triliun.
• 2025-2030
Pembangunan 780 ribu - 1.464 ribu unit rumah oleh pemerintah dengan
kebutuhan anggaran sebesar Rp. 244 Triliun - Rp. 366 Triliun.

18 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019,
Rencana Strategis Kementerian PUPR 2015-2019

Pembangunan bidang perumahan pada tahun 2015-2019 ditujukan untuk


melaksanakan:
• Penyediaan 2,2 juta unit rumah oleh pemerintah melalui:
a. pembangunan 550.000 unit rumah susun;
b. pembangunan 50.000 unit rumah khusus;
c. pembangunan baru 250.000 unit rumah swadaya;
d. subsidi 900.000 unit rumah menggunakan fasilitas KPR FLPP;
e. subsidi 450.000 unti rumah menggunakan fasilitas KPR Swadaya;
• Peningkatan kualitas 1,5 juta unit rumah tidak layak huni yang dilaksanakan
melalui kolaborasi pemerintah dan masyarakat.

Secara rinci,  target bidang perumahan yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun
2015-2019 adalah sebagai berikut:

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


19
PENDAHULUAN

PADA KONTEKS GLOBAL, PEMENUHAN HAK PERUMAHAN


MEMPERTIMBANGKAN:

Agenda Internasional Pembangunan Perumahan: New Urban Agenda


(NUA)
Pada tahun 2016 dalam konferensi Habitat III di Quito, disepakati arah
pembangunan perkotaan untuk 20 tahun mendatang akan difokuskan pada upaya
untuk:
• Memperkuat hubungan antara urbanisasi dan pembangunan;
• Memberikan  Rasa aman bagi setiap penduduk yang tinggal di kawasan
perkotaan;
• Pengurangan risiko bencana dan peningkatan ketangguhan kawasan perkotaan
dalam menghadapi ancaman bencana;
• Pelaksanaan pembangunan secara demokratis dan penghargaan terhadap hak
asasi manusia;
• Pengentasan kemiskinan;
• Pengurangan  ketidak-adilan bagi semua dalam proses pembangunan dan
pemanfaatan sumberdaya perkotaan;
• Mewujudkan keberlanjutan pembangunan.
Terkait dengan perumahan, upaya penyediaan perumahan dilakukan sebagai
bagian dari upaya pemenuhan kebutuhan dasar bagi setiap penduduk.

Agenda Sustainable Development Goals  (SDGs)


SDGs merupakan blueprint   pembangunan yang ditetapkan oleh  United
Nations General Assembly pada tahun 2015 sebagai agenda global yang akan
dilaksanakan oleh para anggota UN untuk mengurangi kemiskinan, menjaga
kelestarian lingkungan, serta memastikan hak bagi setiap orang untuk memperoleh
kesejahteraan pada tahun 2030.

Secara umum, terdapat 17 tujuan pembangunan dalam agenda SDGs. Agenda


No. 6  (upaya penyediaan air bersih dan sanitasi) dan Agenda No. 11  (upaya
penyediaan layanan dasar, termasuk perumahan) terkait erat dengan kegiatan
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.

Dalam konteks nasional, terkait pembangunan bidang perumahan, Bappenas


menetapkan pemenuhan agenda SDGs dilakukan dengan menyediakan rumah
yang layak huni dan sehat berdasarkan indikator:
• Kecukupan luas tempat tinggal (7,2 m 2 per kapita);
• Ketahanan bangunan (kelayakan material dan keselamatan konstruksi);
• Memperoleh layanan dasar infrastruktur permukiman seperti air bersih, sanitasi,
persampahan, dan ruang terbuka hijau.

20 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Salah satu Rumah Swadaya di
Kelurahan Wawomalata, Kota Kendari 

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


21
Penerima bantuan swadaya BSPS di Tahun 2019 lebih efektif
bila dilakukan secara terpadu dengan program pengentasan
kemiskinan, program penanganan kumuh, dan program
peningkatan kualitas hidup MBR. Lokasinya perlu dikaitkan
dengan kawasan rawan bencana.

DWITYO A. SOERANTO
Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan 

22 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Permasalahan Pembangunan
Bidang Perumahan

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


23
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN BIDANG
PERUMAHAN
Berbagai perkembangan, isu strategis, dan permasalahan
perumahan dan permukiman tidak terlepas dari dinamika dan
kemajemukan perubahan-perubahan di dalam pembangunan
ekonomi, kesejahteraan sosial, dan pembangunan lingkungan,
 yang tidak saja mengikuti perubahan berdimensi ruang dan
waktu, tetapi juga perubahan kondisi khususnya bidang
ekonomi, sosial, dan budaya.

PERMASALAHAN DASAR
Kemampuan pengendalian pembangunan perumahan dan permukiman yang
masih relatif terbatas dan mulai bertumbuh-kembangnya peran dan potensi
masyarakat di dalam mengatur dan melaksanakan sendiri kebutuhannya akan
perumahan dan permukiman, juga sangat mendasari kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan permukiman.

Rumusan kebijakan dan strategi tersebut diharapkan realistik, dengan


mengkaitkannya dengan kebijakan ekonomi makro, sosial, demogra, lingkungan,
dan kebudayaan. Disamping itu, implementasinya dapat mendorong pendekatan
pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan, pemeliharaan dan rehabilitasi
perumahan dan permukiman di perkotaan dan perdesaan, serta t elah mengadopsi
dan melaksanakan pendekatan lintas sektoral dan desentralisasi.

Pemenuhan kebutuhan perumahan merupakan salah satu hak konstitusional yang


menjadi tanggung jawab pemerintah sebagaimana diatur dalam Pasal 28 H ayat
(1) UUD 1945. Pemerintah sudah melakukan berbagai terobosan kebijakan, namun
masih banyak kendala menerpa pemenuhan hak rakyat tersebut.

Beberapa masalah pokok di sektor perumahan rakyat yang masih harus


diselesaikan pemerintah antara lain masih tingginya angka desit rumah (backlog)

24 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
dan rumah kosong  (housing stock),  kawasan kumuh dengan rumah tidak layak Permasalahan kedua
huni (RTLH) yang belum teratasi tuntas, dari sisi kemitraan peran serta dan adalah masih banyaknya
rumah tidak layak huni di
keswadayaan masyarakat masih rendah. Daya beli masyarakat, khususnya yang
Indonesia.
berpenghasilan rendah (MBR) dan masyarakat berpenghasilan menengah (MBM)
masih lemah.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


25
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN BIDANG
PERUMAHAN

Masalah lain berkaitan dengan masih terjadinya penguasaan tanah skala besar
yang tidak berkeadilan, serta belum terbangunnya sistem kelembagaan dan tata
kelola perumahan.

Backlog Perumahan
Secara umum backlog perumahan merupakan kondisi kesenjangan antara
 jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat.
Dengan pengertian tersebut, backlog Perumahan adalah kuantitas rumah yang
belum/tidak tertangani. Backlog perumahan dihitung berdasarkan konsep bahwa
satu unit rumah per satu rumah tangga atau kepala keluarga.

Backlog Perumahan, pada dasarnya memiliki urgensi yang strategis bagi


implementasi perencanaan dan perancangan perumahan dan permukiman, serta
panduan bagi pemerintah dan masyarakat (termasuk usaha swasta di bidang
pengembang perumahan) untuk menciptakan kebersamaan dalam menentukan
arah dan bentuk pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman
secara terstruktur dan terukur, sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian
lingkungan hidup dan lingkungan binaannya. Mengingat dominasi pemanfaatan

Rumah Khusus Nelayan, Desa Busung 


Kabupaten Bintan, Kep. Riau 

26 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
ruang perumahan dan permukiman yang ada pada rencana tata ruang diharapkan
pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman yang tumbuh
secara swadaya maupun oleh pengembang dapat didukung oleh arahan dan
pengendalian yang benar untuk menghindari terganggunya kelangsungan
perkembangan wilayah, baik kegiatan fungsional maupun aktivitas penduduk di
dalamnya.

Mengutip data baseline  RPJMN Tahun 2015-2019 diketahui bahwa terdapat


7,6 juta unit angka backlog penghunian di Indonesia. Itu artinya, masih ada 7,6
 juta keluarga di Indonesia yang melakukan praktik sharing-houses   atau bahkan
homeless.  Disamping itu potensi backlog  bisa bertambah besar apabila tidak
dilakukan segera dilakukan penanganan yang tepat untuk memenuhi demand 
akibat dinamika demogra (urbanisasi dan pertumbuhan keluarga baru).

Beberapa hal yang menjadi penyebab terjadinya backlog perumahan, diantaranya


adalah:
• Jumlah suplai rumah yang lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan pasar
perumahan (demand   akibat backlog perumahan dan pertumbuhan keluarga
baru).

RINCIAN TARGET DAN POTENSI CAPAIAN KEGIATAN BSPS TAHUN 2015 - 2019

NO. TAHUN JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KELUARGA BARU

1. 2010 238.518.800 59.629.700

2. 2015 255.461.700 63.865.425

3. 2020 271.066.400 67.766.600

4. 2025 284.829.000 71.207.250


Sumber: Diolah dari BPS, 2013, Asumsi ukuran keluarga : 4 jiwa

• Suplai rumah diserap oleh pembeli dengan motif investasi. Spekulan perumahan
membeli rumah dan menjual kembali dengan harga diluar jangkauan kelompok
MBR/keluarga baru yang hendak memiliki rumah pertama.
• Harga rumah (harga jual dan/atau harga sewa) tidak terjangkau oleh kelompok
masyarakat yang menjadi bagian dari angka backlog.
• Lokasi pembangunan rumah jauh dari lokasi titik aktivitas ekonomi dan tidak
didukung oleh infrastruktur yang memadai.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


27
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN BIDANG
PERUMAHAN

Rumah Tidak Layak Huni


Di Indonesia masih terdapat rumah yang tidak layak huni yaitu rumah yang tidak
memenuhi persyaratan keamanan bangunan, kesehatan, serta tidak dilayani
oleh layanan sanitasi dan air bersih yang memadai. Namun terutama karena
ketidakberdayaan secara ekonomi, rumah-rumah tersebut masih dimanfaatkan
sebagai hunian keluarga.

Data baseline RPJMN Tahun 2015-2019 mencatat masih terdapat sekitar 3,4 juta
unit rumah yang tidak layak huni di Indonesia. Keberadaan rumah yang tidak
layak huni sedikitnya disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu:

• Tidak layak karena proses pembangunan; hal ini karena rumah tidak dibangun
mengikuti kaidah keselamatan dan kelayakan konstruksi, tidak memenuhi
standar kecukupan luas sesuai dengan jumlah penghuni, tidak memenuhi
standar kesehatan, tidak memiliki layanan air bersih dan sanitasi, tidak
dibangun diatas lahan peruntukan yang sesuai dan dikuasai secara sah, serta
tidak memiliki izin pembangunan.
• Tidak layak karena proses pemeliharaan; rumah dibangun mengikuti kaidah
kelayakan konstruksi, namun kualitas bangunan dan lingkungan terdegradasi
karena tidak dipelihara dengan baik atau menjadi tidak layak karena akibat
kejadian bencana.

Rumah tidak layak huni 

28 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
TANTANGAN YANG DIHADAPI DALAM PROSES PENYEDIAAN
PERUMAHAN
Pertumbuhan Keluarga Baru
Selain untuk memenuhi backlog eksisting, penyediaan perumahan idealnya juga
mampu mencukupi kebutuhan yang timbul akibat pertumbuhan keluarga baru.
Dengan demikian, tidak muncul tambahan angka backlog baru perumahan.

Dengan menggunakan data proyeksi jumlah penduduk Indonesia (BPS, 2013),


diketahui bahwa terdapat 7,341juta keluarga baru di Indonesia pada periode
tahun 1015 - 2025 atau setara dengan rata-rata sekitar 734.183 keluarga baru per
tahun.

Dengan asumsi bahwa setiap keluarga baru akan menghuni 1 (satu) unit rumah
tinggal, maka terdapat kebutuhan rata sekitar 734.183 unit rumah baru per tahun,
hanya untuk mengimbangi laju pertumbuhan keluarga.

Namun demikian, terdapat faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan rumah


untuk keluarga baru, misalnya saja, kemampuan ekonomi, lokasi kerja, dan
kebiasaan keluarga baru untuk tinggal dalam periode waktu tertentu di rumah
orang tua.

Sumber: BPS, 2013

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


29
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN BIDANG
PERUMAHAN

Urbanisasi
Tingginya proses urbanisasi atau perpindahan masyarakat dari desa ke kota
merupakan dampak dari ekonomi Indonesia yang sejauh ini bisa tetap tumbuh
tinggi. Namun demikian, pertumbuhan urbanisasi yang cukup ti nggi juga menjadi
ancaman ekonomi bisa tetap tumbuh secara berkelanjutan, terutama berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal.

Data BPS (2013) menyebutkan bahwa rasio penduduk perkotaan akan semakin
dominan di masa yang akan datang. Dominasi penduduk yang tinggal di wilayah
perkotaan antara lain disebabkan oleh intensikasi dan ekstensikasi aktivitas
perkotaan di kota-kota besar dan kota menengah yang secara eksisting telah
berkembang, serta tumbuhnya titik-titik pertumbuhan baru akibat kebijakan
pengembangan fungsi industri, pariwisata, dan kota-kota baru. Diperkirakan,
rasio penduduk perkotaan di Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 56,7%,
dan terus mengalami peningkatan hingga 60% pada tahun 2025.

Urbanisasi juga mengakibatkan urban sprawl   akibat spill over   perkotaan yang
berimbas kepada maraknya alih fungsi lahan perdesaan di wilayah sub urban tanpa
diawali dengan perencanaan yang baik. Karena kondisi ini daerah perkotaan dan
sub urban berkembang acak dan tidak terstruktur, karena tidak diawali dengan
perencanaan yang baik.

Perkembangan permukiman dan perumahan di wilayah sub urban sangat


membebani infrastruktur perkotaan yang tidak direncanakan untuk menampung
bangkitan fungsi perumahan dan permukiman baru di sub urban tersebut. Hal
ini mengakibatkan terjadinya perubahan morfologi kota menjadi tidak teratur,
sehingga struktur ruang perkotaan yang direncanakan tidak mampu mendukung
beban perkembangan di wilayah sub urban tersebut.

Berdasarkan berbagai kondisi tersebut, maka terdapat beberapa implikasi dari


proses urbanisasi terhadap trend kebutuhan perumahan di wilayah perkotaan,
diantaranya adalah:
• Jumlah rumah yang harus disediakan tidak hanya mempertimbangkan angka
pertumbuhan alami penduduk kota, namun juga kebutuhan yang timbul akibat
urbanisasi.
• Kebutuhan rumah secara keseluruhan akan lebih besar dibandingkan dengan
 jumlah kepala keluarga. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pekerja
migran bisa saja telah memiliki rumah di daerah asalnya namun membutuhkan
hunian lain di kawasan perkotaan yang menjadi lokasi kerjanya.

30 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
PERMASALAHAN LAHAN DALAM PENYEDIAAN
PERUMAHAN

• Menimbang aspek ketersediaan dan harga lahan, maka prioritas hunian yang
dikembangkan di wilayah perkotaan adalah berbentuk hunian vertikal.
• Menimbang pola kerja para migran, kemungkinan kepemilikan rumah di
wilayah asal, dan harga rumah yang tinggi di wilayah perkotaan, maka akan
terjadi peningkatan kebutuhan rumah sewa di wilayah perkotaan.
• Menimbang pada tingkat pendapatan pekerja migran yang sebagian
berpenghasilan rendah dan bekerja pada sektor informal, maka perlu ada
 jaminan ketersediaan suplai rumah sewa murah.
• Dalam konteks sustainabilitas lingkungan serta esiensi biaya transportasi dan
pergerakan perkotaan, maka lokasi hunian sebaiknya dikembangkan disekitar
titik-titik lokasi kerja atau disekitar hub transportasi massal (hunian dengan
konsep Transit Oriented Development /TOD).
• Pemerintah perlu melakukan pembangunan infrastruktur permukiman dan
transportasi untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah pengguna. Disamping
untuk menjamin aspek kualitas layanan, keberadaan infrastruktur juga krusial
untuk menghindari tumbuhnya kawasan kumuh diperkotaan.
• Pemerintah daerah perlu melakukan pengawasan pemanfaatan ruang untuk
mencegah timbulnya squatter .

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


31
PERMASALAHAN
PEMBANGUNAN BIDANG
PERUMAHAN

Keterbatasan Lahan
Lahan merupakan salah satu aspek krusial dalam pembangunan perumahan.
Rumah tidak bisa dibangun jika tidak terdapat tapakan lahan yang secara sik
layak bangun, secara administratif dikuasai secara sah dan bebas sengketa, serta
secara spasial diperuntukkan untuk fungsi perumahan/permukiman.

Dalam pelaksanaan pembangunan perumahan yang dilaksanakan oleh


pemerintah, ketersediaan lahan sangat bergantung pada kesiapan penerima
bantuan (lembaga pemerintahan atau lembaga sosial). Permasalahannya,
kadangkala lahan yang dimiliki oleh penerima bantuan jauh dari pusat aktivitas
sosial-ekonomi, tidak memiliki infrastruktur penunjang aktivitas permukiman,
kondisi sik yang belum siap bangun, atau secara legal belum didukung oleh
dokumen-dokumen penguasaan/kepemilikan yang sah.

Dalam konteks penyediaan perumahan yang dilakukan oleh pihak swasta, calon
pengembang membutuhkan biaya yang mahal untuk penyediaan lahan. Hal
tersebut diantaranya disebabkan terbatasnya lahan di lokasi yang layak bangun
yang menyebabkan tingginya harga, panjang dan rumitnya proses pembebasan
lahan karena negosiasi yang panjang dengan pemilik atau para spekulan atau
 jauhnya lokasi lahan dari pusat aktivitas sehingga membutuhkan investasi
tambahan untuk pembangunan infrastruktur.

Dalam proses penyediaan perumahan yang dilakukan oleh pemerintah, hambatan


dalam proses penyediaan lahan berimplikasi pada 2 (dua) hal, yaitu:
• Lokasi pembangunan hunian jauh dari pusat aktivitas sehingga tidak menarik
bagi calon penghuni, atau membutuhkan biaya tambahan untuk meningkatkan
aksesibilitas para penghuni;
• Pembangunan gagal dilaksanakan karena ketidaksiapan lahan sehingga
kelompok penerima manfaat kehilangan kesempatan untuk memperoleh
hunian yang layak.

Sementara pada kasus pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak s wasta, aspek
hambatan lahan mengakibatkan beberapa persoalan seperti :
• Kegagalan pembangunan perumahan sehingga suplai rumah menjadi tidak
optimal;
• Lokasi pembangunan rumah di wilayah hinterland/sub-urban karena lahannya
masih relatif tersedia dengan harganya relatif terjangkau;
• Terbatasnya suplai rumah murah karena harga lahan yang tinggi bersifat linier
dengan harga jual rumah.

32 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Persoalan lahan juga dihadapi oleh masyarakat atau individu-individu yang
membangun rumah secara swadaya. Alasan tingginya harga kemudian mendorong
mereka untuk membeli lahan dan membangun rumah di wilayah pinggiran kota
yang harga lahannya masih terjangkau.

Ketidakpastian Proses Perizinan Pembangunan Perumahan


Proses perizinan masih menjadi salah satu hambatan dalam mengoptimalkan
suplai perumahan. Hasil survei harga property residential   mengungkapkan
bahwa permasalahan perizinan masih merupakan salah satu kendala serius yang
dikeluhan para pengembang karena ketidakpastian prosesnya. Ketidakpastian
tersebut meliputi : ketidakpastian waktu, persyaratan, dan biaya yang harus
dikeluarkan. Hal ini sangat besar pengaruhnya karena proses pembangunan
belum dapat dimulai apabila izin mendirikan bangunan (IMB) belum diterbitkan
oleh pihak pemerintah daerah.

Selain berimplikasi pada jumlah suplai rumah, ketidakpastian perizinan


pembangunan juga mempengaruhi harga rumah yang harus dibayarkan konsumen
karena biaya produksi pada dasarnya memang dibebankan oleh pengembang
kepada konsumen.

Secara rinci, permasalahan terkait perizinan pembangunan perumahan di daerah


di antaranya meliputi:

• Persyaratan yang rumit disebabkan karena masih banyak Pemerintah Daerah


(Pemda) yang menerapkan sejumlah izin yang sudah dihapuskan. REI misalnya
pernah menyatakan bahwa untuk melaksanakan pembangunan perumahan
masih harus mengurus hingga 48 persyaratan untuk memperoleh IMB, padahal
 jika mengacu pada regulasi yang berlaku hanya terdapat 11 persyaratan yang
harus dipenuhi untuk pengajuan izin pembangunan perumahan bagi MBR
dengan luasan maksimal 5 hektar.
• Hasil kajian  Indonesia Property Watch, antara lain mengungkapkan bahwa
durasi waktu pengeluaran izin pembangunan perumahan masih cenderung
lama dengan rata – rata 6 (enam) bulan sampai 1 (satu) tahun.
• Hasil kajian lain dari Indonesia Property Watch juga mengungkap bahwa biaya
yang dikeluarkan untuk proses perizinan cukup mahal, berkisar 4,6% - 15% dari
harga jual rumah FLPP.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


33
Untuk mengurangi hambatan suplai rumah akibat proses perizinan yang panjang,
pemerintah melakukan penyederhanaan perizinan pembangunan perumahan
bagi MBR. Ketentuan tersebut meliputi:

• Paket Kebijakan Ekonomi XIII (tiga belas) tentang Perumahan untuk MBR, yaitu
terkait percepatan proses dan tahapan perizinan dari 13 menjadi 11 perizinan
dalam waktu 44 hari, penghilangan 7 perizinan, penggabungan beberapa
perizinan, serta penurunan biaya untuk pengurusan perizinan hingga 70%.
• Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Penyederhanaan Perizinan
Pembangunan Perumahan.
• PP No. 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan MBR yang
memberikan kemudahan persyaratan, waktu, dan biaya untuk pembangunan
MBR dengan hamparan lahan peruntukan bagi pembangunan rumah tapak
seluas 0,5 - 5,0 ha
• Permendagri No. 55 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Perizinan dan Non-
perizinan Pembangunan Perumahan bagi MBR yang menghapuskan beberapa
perizinan seperti izin lokasi, rekomendasi peil banjir, izin cut and fll , serta
Amdal.
• Permen PUPR No. 19 Tahun 2018 tentang IMB Gedung dan SLF Bangunan
Gedung Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
yang mendukung PP No. 24/ 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik.

Ketentuan penyederhanaan pelayanan perizinan pembangunan perumahan


diberikan melalui penghapusan sebagian perizinan, penggabungan perizinan;
dan percepatan waktu penyelesaian.

Belum Adanya Pengaturan Rental Housing


Rumah sewa merupakan salah satu alternatif pilihan untuk memenuhi kebutuhan
hunian di Indonesia. Data statistik (BPS, 2016) mengungkap bahwa 8,08% rumah
tangga di Indonesia memperoleh hunian dengan cara menyewa/mengontrak,
baik pada rumah sewa yang disediakan pihak pemerintah (social-rental housing)
maupun non-pemerintah (private-rental housing). Secara umum, rumah sewa di
Indonesia disediakan secara mandiri oleh masyarakat dalam bentuk rumah yang
dibangun untuk peruntukan sebagai kontrakan (secara bulanan atau tahunan)
berbentuk tunggal atau deret, kamar kost, unit hunian vertikal yang disewakan
secara komersial, rumah kosong yang disewakan secara temporer, serta rumah
susun sewa yang dibangun dan dikelola oleh pemerintah.

34 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Terdapat beberapa alasan yang mendorong pilihan penghunian rumah sewa.
Diantara factor penentu tersebut adalah keterbatasan ekonomi rumah tangga
untuk memiliki rumah, pola kerja yang mobile, serta lokasi kerja yang jauh dari
tempat domisili. Sementara itu, jika ditinjau dari sisi sebaran demogras, suplai
rumah sewa sebagian besar tersebar di wilayah perkotaan dan disekitar titik pusat
aktivitas social ekonomi.

Pada saat ini, rumah sewa di banyak negara berkembang (termasuk Indonesia)
masih dianggap sebagai bagian dari sector informal sehingga belum dikelola
secara optimal untuk pemenuhan kebutuhan hunian yang layak dan sehat bagi
masyarakat (Peppercorn, 2013) . Kondisi ini antara lain terlihat dari pola penyediaan
dan pengelolaan rumah sewa yang didominasi oleh inisiatif masyarakat secara
individual, tidak terdapat asosiasi tertentu yang menjadi media pengawasan dan
perlindungan bagi penyedia dan konsumen, belum adanya control terhadap
kualitas sik dan harga, terbatasnya regulasi yang mengatur tentang penyediaan
dan pengelolaan rumah sewa, serta terbatasnya dukungan pemerintah untuk
mengoptimalkan suplai dan pengawasan terhadap rumah sewa. Akibatnya
kemudian, rumah sewa tumbuh tanpa pengaturan dan pengawasan yang layak
untuk menjamin kesesuaian kondisi sik, dukungan infrastruktur, harga sewa,
persebaran lokasi dan kesesuaian dengan fungsi ruang, serta keamanan dan
kenyamanan bermukim.

Dalam rangka untuk mendukung optimalitas suplai rumah sewa di Indonesia


yang memenuhi persyaratan kelayakan dan kesehatan bangunan serta menjamin
perlindungan hak penyedia dan pengguna, maka perlu dirumuskan positioning
rumah sewa dan bentuk pembinaan rumah sewa di Indonesia.

Keterbatasan Anggaran Pembangunan


Alokasi APBN melalui Ditjen Penyediaan Perumahan untuk melaksanakan
kegiatan pembangunan perumahan pada periode tahun 2015-2018 adalah Rp.
34,014 Triliun.

Anggaran tersebut sangat minimal dibandingkan dengan target penanganan


sebagaimana ditetapkan dalam RPJMN Tahun 2015-2019. Bappenas pernah
memperkirakan bahwa kebutuhan anggaran untuk pembangunan infrastruktur
perumahan mencapai Rp. 336 Trilliun. Dengan demikian, alokasi APBN pada
periode 4 tahun hanya mampu memenuhi 10,12% dari kebutuhan pembangunan.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


35
Alokasi Anggaran Ditjen Penyediaan Perumahan
Tahun 2015-2018 (Rp T)

Sumber: emonitoring.pu.go.id

Keterbatasan Affordabilitas Kelompok Masyarakat Berpenghasilan Rendah


Keterbatasan daya jangkau masyarakat (affordabilitas) terutama dipengaruhi
oleh tingkat pendapatan yang rendah sehingga tidak mampu membeli tipe
kecil sebagai rumah pertama atau tidak mampu membayar sewa rumah/kamar
sebagai hunian yang layak. Akibatnya, sebagian besar kelompok MBR akhirnya
menempati Hunian yang tidak layak, tidak sehat, dan seringnya berada dalam
kawasan kumuh perkotaan.

Dalam konteks kepemilikan, data hasil Survei Property Residensial tahun


2013-Semester III 2018 yang dilaksanakan oleh BI mengungkap bahwa daya beli
kelompok pembeli rumah pertama di Indonesia relative terbatas serta sensitive
terhadap kenaikan harga rumah dan suku bunga KPR. Hal ini ditunjukkan oleh
beberapa kondisi seperti: serapan rumah terbanyak ada pada jenis rumah tipe
kecil, kenaikan harga rumah tertinggi pada jenis rumah tipe kecil, dan lebih dari
70% pembeli menggunakan fasilitas KPR untuk membeli rumah tersebut. Untuk
membantu masyarakat kelompok ini, pemerintah menerapkans ejumlah skema
pembiayaan perumahan serta menerbitkan PBI No. 20/8/PBI yang memungkinkan
bank untuk membiayai kredit perumahan hingga 100% dari nilai asset sehingga
pembeli tidak perlu menyediakan uang muka.

36 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Sementara dalam konteks kepenghunian, pemerintah melalui Ditjen Penyediaan
Perumahan berusaha menyediakan hunian layak dan murah dalam bentuk Rumah
Susun Sewa (Rusunawa) dan Rumah Khusus (Rusus) yang dapat dihuni oleh
kelompok MBR dengan cara menyewa.

Keterbatasan Kewenangan Pemerintah Daerah untuk Melaksanakan


Pembangunan Perumahan
Penyelenggaraan perumahan berkaitan dengan dua ketentuan dasar, yaitu
regulasi yang sectoral mengatur penyelenggaraan perumahan, serta regulasi
yang mengaturan pembagian kewenangan antarhirarki pemerintahan.

Merujuk pada peraturan sectoral (UU No. 1 Tahun 2011, dan UU No. 20 Tahun
2011), kewenangan penyelenggaraan perumahan dibagi antara Pemerintah, dan
pemerintah daerah. Sementara merujuk pada UU kewenangan pemerintahah,
urusan penyediaan perumahan untuk MBR menjadi kewenangan Pemerintah
semata. Adapun kewenangan pemerintah daerah menjadi lebih terbatas.

Kondisi ini menyebabkan kontribusi pihak pemerintah daerah dalam penyediaan


perumahan menjadi terbatas. Terdapat pemda yang memiliki kemampuan untuk
berkontribusi, namun dibatasi oleh batasan kewenangan. Disisi lain, sumberdaya
yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat untuk menyediakan rumah yang layak untuk
MBR juga sangat terbatas. Akibatnya, upaya pemenuhan hak masyarakat (terutama
pihak MBR) untuk memenempati Hunian yang layak huni menjadi tidak optimal.

Belum Memadainya Data dan Dokumen Perencanaan Bidang Perumahan


Data dan dokumen perencanaan memiliki fungsi krusial dalam proses penanganan
permasalahan di Daerah. Data memberikan gambaran dasar tentang anatomi
permasalahan yang harus ditangani, sementara dokumen perencanaan menjadi
acuan bagi stakeholder untuk melaksanakan proses penanganan secara sistematis
sesuai dengan potensi sumberdaya yan tersedia. Sesuai dengan UU No. 1 Tahun
2011, penyusunan basis data dan dokumen perencanaan merupakan salah satu
tugas yang harus dilaksanakan oleh pemda.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


37
Pada periode tahun 2015-2018, Ditjen Penyediaan Perumahan melalui Satuan
Kerja Non-vertikal Tertentu (SNVT) Penyediaan Perumahan pada masing-
masing provinsi melakukan pendampingan kepada pemda untuk melaksanakan
pendataan dan perencanaan. Pada akhir tahun 2018, telah terdapat ... kab/kota
dan ... provinsi yang telah menyusun rencana penanganan bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman dalam bentuk Rencana Pembangunan dan Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman (RP3KP).

Sinergi Antar Stakeholder


Terdapat banyak stakeholder dalam proses penyelenggaraan perumahan. Masing-
masing stakeholder memiliki fungsi berbeda, namun perlu saling mendukung
agar upaya suplai rumah yang layak huni dan sehat dapat dioptimalkan. Sebagai
contoh, untuk dapat melaksanakan pembangunan rumah, maka pengembang
swasta harus melakukan negosiasi pengalihan penguasaan lahan dari masyarakat
selaku pemilik awal, memperoleh izin pembangunan dan sertikat laik fungsi yang
diterbitkan oleh pemda, bekerja sama dengan industry perumahan yang menyuplai
bahan dan material, menggunakan inovasi teknologi konstruksi perumahan yang
dikembangkan oleh akademisi/peneliti, bekerja sama dengan perbankan untuk
mendukung pembiayaan konstruksi dan pembelian rumah, serta bekerja sama
dengan pemda/penyedia jaringan infrastruktur untuk menjamin agar rumah yang
dikonstruksi dilayani oleh sistem infrastruktur permukiman.

Untuk mengoptimalkan sinergi tersebut, sejak tahun 2016 Ditjen Penyediaan


Perumahan bekerja sama dengan pemda untuk melakukan pembentukan dan
pembinaan Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman (Pokja PKP)
yang mengakomodasi semua stakeholder perumahan di Daerah. Di dalam forum
pertemuan rutin Pokja dapat dibahas hambatan/permasalahan penyediaan
perumahan, serta solusi untuk permasalahan tersebut.

Hingga akhir tahun 2018, telah terbentuk 320 Pokja PKP di tingkat kab/kota dan
33 Pokja PKP dilevel provinsi. Untuk menjaga efektivitasan Pokja, perlu secara
kontinyu dilakukan pembinaan.

38 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019
39
Kolaborasi antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Kota/
Kabupaten dan M\masyarakat adalah kunci keberhasilan
dalam penanganan kumuh, mengubah wajah permukiman
kumuh dan mewujudkan keberlanjutan.

KHALAWI ABDUL HAMID


Direktur Jenderal Penyediaan Perumahan 

40 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Program
Satu Juta Rumah

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


41
42 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU
DAN BERIMBANG
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH
Program Satu Juta Rumah merupakan gerakan nasional yang dicanangkan
oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2015 dengan tujuan untuk
meningkatkan jumlah suplai perumahan di Indonesia, terutama untuk
pangsa pasar menengah ke bawah dan Masyarakat Berpenghasilan
Rendah (MBR). Peningkatan suplai rumah dengan harga yang relatif
terjangkau diharapkan akan memberikan kesempatan bagi kelompok
MBR untuk menghuni atau memiliki rumah pertamanya.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


43
Program Satu Juta Rumah bukan proyek besar yang seluruhnya dibiayai dengan
menggunakan dana pemerintah. Program ini pada dasarnya merupakan upaya
pemerintah untuk mendukung peningkatkan koordinasi dan sinergi antar
stakeholder dalam melaksanakan pembangunan perumahan seperti pemerintah
(pusat dan daerah), pengembang swasta, BUMN/BUMD, masyarakat, inovator
teknologi perumahan, akademisi/pemerhati bidang perumahan, perbankan,
organisasi sosial, dan pelaku industri perumahan. Masing-masing stakeholder
tersebut memiliki peran yang berbeda-beda namun melengkapi dalam proses
penyelenggaraan perumahan.

Pada tahun 2015-2017, capaian pembangunan perumahan di Indonesia masih


dibawah target angka satu juta, meskipun terlihat kecenderungan peningkatan
output di setiap tahunnya. Pada tahun 2018, angka pembangunan perumahan
berhasil melewati angka satu juta unit dan diharapkan akan semakin meningkat
pada tahun-tahun berikutnya.

44 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Sumber: Data Capaian PSR, Data tahun 2018 per tanggal ... Desember 2018

Sebagian besar rumah yang dibangun pada periode tahun 2015-2018 merupakan
rumah tipe kecil yang ditujukan untuk kelompok MBR. Secara rinci, rasio untuk
masing-masing kelompok pendapatan (MBR dan Non-MBR) adalah sebagai
berikut:

CAPAIAN
2015
PROGRAM SATU
JUTA RUMAH
2016
2015
BERDASARKAN 2017
2015
KELOMPOK 2018
SASARAN (%)

Sumber: Diolah dari data


capaian Program Satu Juta
Rumah Tahun 2015 - 2018

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


45
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Stakeholder
Penyediaan rumah dilaksanakan oleh seluruh stakeholder, terutama adalah
masyarakat, pemerintah (pusat dan daerah), pengembang, dan lembaga sosial
lainnya yang antara lain menggunakan dana CSR.

Berdasarkan rincian data capaian Program Satu Juta Rumah, diketahui kontribusi
masing-masing stakeholder sebagai berikut:

MBR

46 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
NON-MBR

TOTAL UNIT

Kontribusi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat dalam


Pemenuhan Target Program Satu Juta Rumah
Di lingkup Kementerian PUPR, penanganan bidang perumahan dilaksanakan oleh
2 (dua) unit organisasi (unor), yaitu Direktorat Jenderal Penyediaan Perumahan
dan Direktorat Jenderal Pembiayaan Perumahan.

Kedua unor tersebut menggunakan pendekatan yang berbeda. Ditjen Penyediaan


Perumahan melakukan penanganan permasalahan perumahan dengan cara
memberikan akses calon penerima manfaat untuk menghuni rumah yang layak,
melalui:
• Pembangunan unit hunian baru (rumah susun sewa, dan rumah khusus) yang
kemudian dimanfaatkan oleh penerima manfaat dengan cara menyewa dan
bukan menyewa;
• penanganan rumah tidak layak huni melalui Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS).

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


47
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Sementara Ditjen Pembiayaan Perumahan melakukan penanganan dengan cara


menyalurkan subsidi kepemilikan rumah dan skema pembiayaan lainnya untuk
meningkatkan daya beli konsumen kelompok MBR sehingga mampu memiliki
rumah pertama yang layak, menggunakan program-program sebagai berikut:
• Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP);
• Bantuan Uang Muka (Subsidi Bantuan Uang Muka/SBUM);
• Subsidi Selisih Bunga (SSB);
• Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT);
• Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera).

TARGET DAN CAPAIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN

48 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Target dan Capaian Pembangunan oleh Ditjen Penyediaan Perumahan
Pengertian, Rincian Target dan Capaian:

Pembangunan Rumah Susun Sewa


Rumah susun adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam
suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara
fungsional, baik secara horizontal maupun vertikal. Satuan-satuan yang masing-
masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat
hunian yang dilengkapi dengan bagian bersama, benda bersama, dan tanah
bersama (UU No 20 tahun 2011 pasal 1 ayat 2).

Dalam konteks bantuan pembangunan rumah susun sewa yang dilaksanakan


oleh Ditjen Penyediaan Perumahan, rumah susun hasil pembangunan diserahkan
kepada penerima bantuan untuk kemudian disewakan kepada kelompok
penerima manfaat yang terdiri atas Masyarakat Berpenghasilan Rendah, pekerja,
mahasiswa, dan santri.

Pada tahun 2015, selain pembangunan rumah susun untuk MBR, Kementerian
PUPR juga mendapat tugas untuk membangun rumah susun untuk TNI/POLRI.
Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 2,6 triliun, telah terbangun 5.015 unit rumah
susun TNI dan POLRI. Selain itu pembangunan rumah susun j uga diarahkan untuk
MBR yang telah terbangun sebanyak 5.482 unit. Dengan pembangunan 10.497
unit rumah susun sewa tersebut, maka capaian penyediaan rumah susun tahun
2015 hanya mencapai 51,20% dari target 20.500 unit. Belum optimalnya capaian
ini disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan APBN di tahun 2015.

Pada tahun 2016, dengan anggaran sebesar Rp 4,7 triliun telah terbangun 7.740 unit
rumah susun sewa dengan kelompok target sasaran 2.666 unit rumah susun sewa
MBR, 645 rumah susun sewa Pekerja, 2.075 unit rumah susun TNI dan POLRI, 1.754
unit rumah susun sewa Mahasiswa, dan 600 unit rumah susun sewa Asrama Ponpes.

Pada tahun 2017, berhasil dibangun sebanyak 13.251 unit rumah susun sewa, yang
didominasi oleh peruntukan MBR 10.673 unit, rumah susun sewa pekerja 822 unit,
rumah susun TNI dan Polri 130 unit, rumah susun sewa Asrama Mahasiswa 936
unit, dan rumah susun sewa Asrama Ponpes 690 unit.

Pada tahun 2018, ditargetkan pembangunan rumah susun sewa sejumlah 13.405
unit. Adapun target sasaran pembangunan rumah susun diantaranya 4.267 unit
rumah susun sewa MBR, 2.867 unit rumah susun sewa ASN, 600 unit rumah susun
sewa Pekerja, 2.770 unit rumah susun sewa Asrama Mahasiswa, dan 2.901 unit
rumah susun sewa Asrama Ponpes.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


49
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Secara rinci, distribusi pembangunan rumah susun sewa berdasarkan kelompok


penerima manfaat Tahun 2015-2018 adalah sebagai berikut:
Pembangunan Rumah Khusus

DISTRIBUSI PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN SEWA


BERDASARKAN KELOMPOK PENERIMA MANFAAT TAHUN 2015-2018

KELOMPOK
NO. 2015 2016 2017 2018 TOTAL
SASARAN

1. MBR 1,126 2,666 10,673 4,267 18,732

2. Pekerja 2,166 645 822 600 4,233

3. Mahasiswa 1,500 1,754 936 2,770 6,960

4. Santri 690 600 690 2,901 4,881

5. TNI 3,096 1,088 83 - 4,267

6. POLRI 1,919 987 47 - 2,953

7. ASN - - - 2,867 2,867

Total 10,497 7,740 13,251 13,405 44,893

50 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Tata Cara Pengusulan Bantuan Pembangunan Rumah Susun Sewa
Penyaluran bantuan rumah susun sewa dilaksanakan dengan berpedoman kepada
Peraturan Menteri PUPR Nomor 01/Prt/M/2018 Tentang Bantuan Pembangunan dan
Pengelolaan Rumah Susun. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh pengusul adalah
sebagai berikut:

ADMINSTRASI TEKNIS

1. Surat Permohonan; 1. Sesuai RTRW;


2. Gambaran Umum Kebutuhan 2. Tersedia Akses;
Perumahan; 3. Bebas Bencana Banjir & Longsor;
3. Surat Pernyataan Dukungan 4. Tidak melanggar GS bangunan, sungai, dan pantai;
Pemda atau K/L; 5. Tersedia Listrik;
4. Salinan sertifkat tanah; 6. Tersedia Air Bersih;
5. Surat Pernyataan Kesesuaian 7. Luas tanah dapat menampung pembangunan Rusun
Lokasi dengan RTRW Kab/Kota; sesuai rencana kota;
6. Surat Pernyataan Tanggungjawab 8. Tanah tidak dalam sengketa;
Pemohon Bantuan Rusun; 9. Kondisi tanah siap bangun;
7. Salinan Akta Pendirian Lembaga/ 10. Di atas Peil Banjir.
 Yayasan.

Mekanisme pengusulan bantuan adalah sebagai berikut:

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


51
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Rumah Khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan


khusus (UU Nomor 1 tahun 2011 pasal 1 ayat 11) yang diselenggarakan
berdasarkan Peraturan Menteri PUPR Nomor 20/PRT/M/2017 tentang Penyediaan
Rumah Khusus. Kelompok kebutuhan khusus yang disasar melalui skema bantuan
ini meliputi : nelayan berpenghasilan rendah, TNI/POLRI, masyarakat di daerah
tertinggal, terpencil dan pulau terluar, petugas perbatasan, masyarakat korban
bencana alam / sosial, masyarakat terkena dampak Program Pemerintah Pusat,
dan kebutuhan khusus lainnya (riset, rumah penitipan anak, dan lainnya).

Pada tahun 2015, telah dilakukan pembangunan 6.310 unit-unit rumah khusus
yang terdiri dari 2.705 unit rumah khusus TNI/POLRI, dan 4.615 unit unit rumah
khusus lainnya (daerah pasca bencana/konik, maritim/nelayan dan perbatasan
negara).

Pada tahun 2016, dengan alokasi total Rp 1,31 triliun, telah terbangun 6.048 unit
rumah khusus yang terdiri atas 32 unit rumah khusus untuk penduduk di pulau
terluar, 16 rumah khusus untuk kebutuhan riset, 25 unit rumah khusus untuk
masyarakat terkena program pemerintah, 639 unit rumah khusus untuk masyarakat
korban bencana, 674 unit rumah khusus untuk Kawasan perbatasan negara, 1.373
unit rumah khusus untuk daerah terpencil, 2.007 unit rumah khusus nelayan, dan
1.282 unit rumah khusus TNI/POLRI.

Pada tahun 2017, dialokasikan anggaran pembangunan rumah khusus sebesar Rp


1,16 triliun. Dari anggaran tersebut, dibangun 5.038 unit rumah dengan perincian
sebanyak 3.427 unit rumah khusus MBR/nelayan, 215 rumah khusus di Kawasan
perbatasan, 811 unit urmah khusus di daerah tertinggal, 144 unit rumah khusus
untuk masyarakat terkena program pemerintah, dan 450 unit rumah khusus untuk
korban bencana.

Untuk tahun 2018, penyediaan rumah khusus diharapkan mampu mancapai target
sebanyak 4.550 unit dengan kelompok sasaran target 1.855 unit rumah khusus
untuk MBR, 396 unit rumah khusus di kawasan perbatasan, 769 unit rumah khusus
untuk masyarakat terkena program pemerintah, 1.230 unit rumah khusus di daerah
tertinggal dan pulau terluar, 140 unit rumah khusus untuk korban bencana, dan
160 unit rumah khusus untuk Kodam.

52 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Berdasarkan kelompok sasaran penerima manfaat, diketahui kelompok sasaran
penerima bantuan rumah khusus adalah sebagai berikut:

DISTRIBUSI PEMBANGUNAN RUMAH SUSUN KHUSUS


BERDASARKAN KELOMPOK PENERIMA MANFAAT TAHUN 2015-2018

REALISASI
KELOMPOK
NO.
SASARAN
2015 2016 2017 2018 TOTAL

1. MBR/Nelayan 4,375 2,007 3,427 1,855 11.664

2. TNI 1,264 743 - - 2,007

3. POLRI 1,074 539 - - 1,613

4. Daerah tertinggal,
terpencil, pulau - 1,405 760 1,230 3.395
terluar

5. Petugas perbatasan - 674 215 396 1.114

6. Korban bencana alam


/ sosial - 639 450 140 1,229

7. Terkena dampak
Program Pemerintah - 25 144 769 1.028
Pusat

8. Lain-lain - 16 51 160 227

Total 6,713 6,048 5,047 4,550 22,777

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


53
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Tata Cara Pengusulan Bantuan Pembangunan Rumah Khusus


Pengusulan bantuan Rumah Khusus harus memenuhi persyaratan administratif dan teknis
sebagai berikut:

ADMINSTRASI TEKNIS

1. Surat Usulan; 1. Tanah bebas sengketa;


2. Gambaran Umum; 2. Kondisi tanah siap bangun;
3. Surat Pernyataan Pemda Provinsi dan Kab/ 3. Tidak memindahkan lokasi pembangunan;
Kota; 4. Tersedia Prasarana Listrik dan Air
4. Surat Pernyataan Calon Penerima; 5. Membantu pengurusan IMB;
5. Surat Keterangan Kesesuaian RTRW Kab/ 6. Tidak mengalihfungsikan bangunan rusus;
Kota; 7. Menerima dan mengelola aset rusus;
6. Keputusan Penetapan Calon Penerima 8. Melaksanakan penghunian oleh penerima
Manfaat: manfaat.
7. Bukti legalitas kepemilikan tanah;
8. Dokumen analisis lingkungan hidup.

Adapun alur mekanisme pengusulan adalah sebagai berikut:

54 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni dan Pembangunan Baru Rumah
Swadaya
Kegiatan ini dilaksananakn melalui program Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) dengan tujuan untuk memperbaiki rumah tidak layak yang dihuni
oleh MBR.

Tahun 2015, dengan alokasi anggaran Rp 1,51 triliun telah dilakukan Peningkatan
Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) terhadap 61.489 unit RTLH dengan
besaran bantuan berkisar antara Rp 7,5 - Rp 15 juta per unit. Pada tahun yang
sama juga dilakukan kegiatan Pembangunan Baru Rumah Swadaya sebanyak
20.756 unit dengan besar bantuan Rp 30 juta per unit.

Memasuki tahun 2016, terjadi pergeseran kebijakan, yaitu prioritas kegiatan BSPS
adalah Peningkatan Kualitas, sehingga komposisi Peningkatan Kualitas Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) jauh lebih banyak daripada Pembangunan Baru Rumah
Swadaya. Dengan alokasi BSPS Rp 1,60 triliun, telah dilakukan Peningkatan
Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) terhadap 96.881 unit dan Pembangunan
Baru Rumah Swadaya terhadap 1.007 unit.

Pada tahun 2017, alokasi BSPS mengalami peningkatan menjadi Rp 1,93 triliun.
Dari alokasi tersebut telah dilakukan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH) terhadap 110.732 unit RTLH dan Pembangunan Baru Rumah Swadaya
sejumlah 2.000 unit. Pada tahun 2017, lokasi kegiatan BSPS juga diarahkan untuk
mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.

Mulai tahun 2018, kegiatan BSPS diintegrasikan sebagai bagian dari kebijakan
Padat Karya Tunai. Dengan alokasi sebesar Rp 3,29 triliun dan tambahan NAHP
sebesar Rp 365 miliar yang diharapkan dapat menyelesaikan 203.300 unit rumah
tidak layak huni, dan tentunya masih mendukung pengembangan Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional.

Secara rinci, realisasi kegiatan BSPS tahun 2015 - 2018 adalah sebagai berikut:

REALISASI
NO. KELOMPOK SASARAN
2015 2016 2017 2018 TOTAL

1. Pembangunan Baru Rumah 20,756 1,007 2,000 6,000 29,763


Swadaya
2. Peningkatan Kualitas RTLH 61,489 96,881 110,732 197,300 466,402
Total 82,245 97,888 112,732 203,300 496.165

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


55
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Tata Cara Pengusulan BSPS


Kelompok sasaran BSPS adalah:
• Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) menghuni rumah tidak layak huni dengan
kerusakan ringan-sedang dan memiliki bukti penguasaan atas tanah;
• Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) menghuni rumah tidak layak huni dengan
kerusakan berat dan/atau tidak memiliki tempat tinggal tetapi memiliki bukti
penguasaan atas tanah;
Calon penerima BSPS harus memenuhi persyaratan administrasi dan teknis sebagai
berikut:

ADMINSTRASI TEKNIS

1. Surat Usulan Bupati/Walikota/ 1. Persyaratan Penerima BSPS:


Gubernur DKI atau Kementerian/ 2. WNI yang sudah berkeluarga;
Lembaga; 3. Memiliki atau menguasai tanah dengan alas hak yang
2. Usulan nama desa/kelurahan sah (tidak dalam status sengketa dan sesuai tata ruang
dilengkapi data: Jumlah RTLH wilayah);
dan Jumlah kekurangan rumah 4. Belum memiliki rumah, atau memiliki dan menempati
(backlog). rumah satu-satunya dengan kondisi tidak layak huni;
3. Data berdasarkan Basis Data 5. Belum pernah memperoleh BSPS atau bantuan
Terpadu (BDT) yang telah pemerintah untuk program perumahan
dimutakhirkan oleh pemda; 6. Berpenghasilan paling banyak sebesar upah minimum
4. Jumlah data RTLH atau backlog daerah provinsi; dan
per desa/kelurahan minimal 20 7. Bersedia berswadaya dan membentuk KPB dengan
unit. pernyataan tanggung renteng.

Adapun alur mekanisme pengusulan adalah sebagai berikut:

56 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Pembangunan PSU Perumahan Umum
Selain pembangunan hunian baru dan peningkatan kualitas rumah tidak layak
huni, Ditjen Penyediaan Perumahan juga melaksanakan pembangunan PSU
pada rumah umum yang diperuntukkan untuk MBR. Penyediaan PSU merupakan
insentif untuk meningkatkan minat pengembang untuk menyediakan rumah bagi
MBR, serta instrumen untuk meminimalkan harga jual rumah.

Jenis PSU yang disediakan sesuai dengan Permen PUPR No. 03 Tahun 2018 adalah
 jalan lingkungan, jaringan air minum, dan fasilitas tempat pembuangan sampah.
Pada periode tahun 2015 - 2018, telah dilaksanakan pembangunan PSU yang
melayani ... unit rumah umum, dengan perincian sebagai berikut:

JUMLAH RUMAH UMUM YANG DILAYANI


TAHUN
(UNIT)

1. 2015 28.778

2. 2016 26.884
3. 2017 17.266
4. 2018 27.011
Total 99.939

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


57
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Target dan Capaian Pembangunan oleh Ditjen Pembiayaan Perumahan

TARGET DAN CAPAIAN PENYALURAN SUBSIDI PERUMAHAN

58 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Pengertian, Rincian Target dan Capaian

Fasilitas LIKUIDITAS Pembiayaan Perumahan (FLPP)


Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan, yang selanjutnya disingkat FLPP,
adalah dukungan fasilitas likuiditas pembiayaan perumahan kepada MBR yang
pengelolaannya dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat.

FLPP merupakan mekanisme bantuan pembiayaan perumahan melalui penyediaan


dana murah jangka panjang yang berasal dari APBN yang dipadukan dengan dana
bank penerbit KPR dengan menggunakan metode blended fnancing  sebagai
pokok kredit. Proporsi pembiayaan adalah 90% dari dana APBN melalui BA. 999
dan 10% dana dari Bank Pelaksana.

Dengan blended nancing diharapkan tingkat suku bunga KPR dapat ditekan dan
dipertahankan sebesar 1 (satu) digit sepanjang masa tenor pinjaman.

Keuntungan yang diperoleh calon penerima dari KPR-FLPP antara lain suku bunga
maksimal 5% sudah termasuk premi asuransi kebakaran dan kredit tetap selama
tenor dengan metode perhitungan bunga anuitas serta jangka waktu KPR yang dapat
disesuaikan dengan kesepakatan antara Bank Pelaksana dengan calon penerima.
Jangka waktu maksimal KPR adalah 20 tahun sehingga cicilan menjadi ringan.

Saat ini, pengelolaan FLPP dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Pusat
Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU-P2DPP) melalui lembaga
perbankan. Tujuannya adalah untuk mewujudkan sistem pembiayaan perumahan
nasional yang berkelanjutan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan akan
tempat tinggal bagi MBR. Ke depan diupayakan agar sumber pembiayaan FLPP
tidak hanya sebatas dari dana APBN namun juga melibatkan dana-dana jangka
panjang lainnya seperti dana Taperum-PNS atau lainnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri PUPR/PRT/M/2014 tentang Fasilitas Likuiditas


Pembiayaan Perumahan dalam Rangka Perolehan Rumah melalui Kredit/
Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah,
kelompok sasaran KPR Sejahtera merupakan MBR dengan batasan penghasilan
sebagai berikut.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


59
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

BATASAN PENGHASILAN KELOMPOK SASARAN KPR SEJAHTERA

KELOMPOK SASARAN KPR PENGHASILAN MAKSIMAL PER


NO.
SEJAHTERA BULAN

1. KPR Sejahtera Tapak Rp. 4.000.000,00

2. KPR Sejahtera Syariah Tapak Rp. 4.000.000,00

3. KPR Sejahtera Susun Rp. 7.000.000,00

4. KPR Sejahtera Syariah Susun Rp. 7.000.000,00

Adapun realisasi KPR FLPP pada periode tahun 2015-2018 dapat ditampilkan
pada tabel berikut:

TARGET DAN REALISASI KPR-FLPP TAHUN 2015-2018

TARGET REALISASI
TAHUN
ANGGARAN (RP.) UNIT ANGGARAN (RP.) UNIT

2015 5.106.330.000.000 58.090 6.055.243.293.208 76.489

2016 9.227.931.000.000 95.913 5.627.538.999.307 58.469

2017 3.100.000.000.000 40.000 2.706.624.492.776 23.763

2018 2.180.000.000.000 42.000 811.065.537.000* 7.106*

*Data sampai dengan Mei 2018

60 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Bantuan Uang Muka (Subsidi Bantuan Uang Muka/SBUM)
Salah satu kendala yang dihadapi oleh MBR dalam memperoleh rumah melalui
KPR adalah kesulitan untuk menyediakan uang muka yang dipersyaratkan
bank dan dana-dana lain yang dibutuhkan untuk proses KPR. Di lain sisi, jika
permasalahan perumahan tidak segera ditanggulangi, maka backlog perumahan
akan semakin tinggi karena gap antara kemampuan MBR dengan harga rumah
akan semakin tinggi sehingga tidak akan mampu menempati tempat tinggal yang
layak. Karena itu, Pemerintah memandang perlunya diberikan bantuan bagi MBR
untuk mendapatkan akses terhadap KPR Bersubsidi dalam bentuk pemberian
bantuan uang muka KPR Bersubsidi.

Bantuan Uang Muka (BUM) bertujuan untuk meningkatkan akses MBR terhadap
pembiayaan perumahan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk
merumahkan masyarakat melalui pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi. BUM
diberikan sebagai stimulus kepada MBR yang masih mengalami kesulitan untuk
memenuhi persyaratan uang muka pembelian rumah sejahtera tapak sehingga
dapat menjadi lebih bankable mendapatkan pembiayaan perumahan. Nilai BUM
yang diberikan sebesar Rp. 4.000.000,-.

Untuk mengajukan permohonan BUM, calon penerima bantuan harus memiliki


Surat Penegasan Persetujuan Penyediaan Kredit (SP3K) KPR Bersubsidi dan
memiliki keterbatasan dalam melunasi uang muka yang dibuktikan dengan
surat pengakuan kekurangan bayar uang muka KPR bersubsidi dari MBR kepada
pengembang. Dengan demikian, BUM tidak menggantikan uang yang telah
diserahkan calon penerima kepada pengembang sebagai uang muka pembelian
rumah secara KPR.

TARGET DAN REALISASI BANTUAN SBUM TAHUN 2015-2019

TARGET REALISASI
TAHUN
ANGGARAN (RP.) UNIT ANGGARAN (RP.) UNIT

2015 220.000.000.000 55.000 800.000.000 200

2016 1.224.000.000.000 306.000 303.732.000.000 75.933

2017 1.120.000.000.000 278.000 826.384.000.000 206.596

2018 1.378.000.000.000 344.500 14.564.000.000* 3.641*

*Data sampai dengan Mei 2018

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


61
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Subsidi Selisih Bunga (SSB)


Subsidi Selisih Bunga (SSB) adalah subsidi Pemerintah yang diberikan kepada
masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) berupa selisih suku bunga/marjin antara
kredit/pembiayaan pemilikan rumah yang menggunakan suku bunga komersial
dengan suku bunga/marjin kredit/pembiayaan pemilikan rumah yang dibayar
oleh debitur/nasabah ditetapkan oleh Pemerintah.

Pemerintah menetapkan suku bunga 5% at kepada debitur yang memperoleh


rumah melalui KPR bersubsidi, sisa bunga yang ditetapkan oleh Bank Penyalur
ditanggung oleh Pemerintah. SSB bertujuan untuk meningkatkan keterjangkauan
MBR terhadap pembiayaan perolehan rumah sejahtera tapak dan satuan rumah
sejahtera susun.

Pada tahun 2015, subsidi ini berbentuk Subsidi Selisih Angsuran (SSA).

TARGET DAN REALISASI SSB TAHUN 2015-2017

TARGET REALISASI
TAHUN
ANGGARAN (RP.) UNIT ANGGARAN (RP.) UNIT

2015 - - 66.752.376.000* 13.152*

2016 1.337.363.916.000 431.096 259.210.087.172 111.585

2017 1.978.047.000.000 239.000 411.211.939.008 231.324

2018 2.529.737.000.000 225.000 - -

*Dalam bentuk SSA

Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT)


BP2BT adalah program bantuan pemerintah yang diberikan kepada MBR yang
telah mempunyai tabungan dalam rangka pemenuhan sebagian uang muka
perolehan rumah atau sebagian dana untuk pembangunan rumah swadaya melalui
kredit atau pembiayaan bank pelaksana. Bantuan berupa dana BP2BT diberikan
1 (satu) kali untuk pembayaran uang muka atas pembelian rumah atau sebagian
biaya atas pembangunan rumah swadaya melalui BP2BT yang disalurkan kepada
MBR yang memenuhi persyaratan. Jenis rumah yang dapat dibiayai dengan
BP2BT adalah rumah tapak dan/atau sarusun milik .

Adapun kelompok sasaran dari BP2BT adalah MBR perorangan yang berstatus
tidak kawin atau pasangan suami isteri dengan penghasilan tertentu. Penghasilan

62 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
kelompok sasaran merupakan seluruh pendapatan bersih yang bersumber dari
gaji, upah dan/atau hasil usaha gabungan untuk pasangan suami-isteri. Batasan
penghasilan dari kelompok sasaran ditetapkan melalui Kepmen PUPR No. 857/
KPTS/M/2017 tentang zona wilayah, Batasan penghasilan, saldo tabungan
terendah, Batasan harga rumah tapak dan sarusun, biaya pembangunan rumah
swadaya, Batasan luas tanah dan luas lantai rumah, Batasan dana BP2BT dan
indeks dalam Pelaksanaan BP2BT.

Untuk dapat menerima BP2BT, calon penerima bantuan harus memiliki tabungan
dengan minimal saldo sebesar Rp 2 juta - Rp 5 juta. Setelah itu, calon penerima
bantuan dapat melapor pada bank yang telah bekerja sama untuk pengajuan
bantuan hanya dengan memperlihatkan buku tabungan. Lama durasi tabungan
yang bisa dijadikan acuan pendaftaran program, minimal sudah berjalan selama 6
bulan. Calon penerima bantuan juga sebelumnya belum mendapat bantuan atau
subsidi perolehan rumah atau subsidi pembangunan rumah dari pemerintah

Pada tahun 2018, sebagai pilot project   terdapat 169 unit rumah yang menjadi
usulan BP2BT dengan sebaran sebagai berikut:

SEBARAN LOKASI
USULAN PB2BT
TAHUN 2018
DI 16 PROVINSI

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


63
PROGRAM
SATU JUTA RUMAH

Program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera)


Untuk memenuhi kebutuhan rumah layak dan terjangkau untuk masyarakat
Indonesia, Pemerintah meluncurkan program Tabungan Perumahan Rakyat
(Tapera). Tapera bertujuan menghimpun dan menyediakan dana jangka Panjang
yang berkelanjutan untuk pembiayaan perumahan.

UU No 4 Tahun 2016 tentang Tabungan Perumahan Rakyat telah disahkan pada


tanggal 24 Maret 2016. Tabungan Perumahan pada dasarnya dapat dibagi menjadi
3 yaitu, Tabungan Wajib Perumahan (compulsory saving), Perjanjian Tabungan
Uang Muka dan Cicilan (contractual saving), dan tabungan sukarela perumahan
(voluntary saving for housing).

64 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Tabungan perumahan merupakan salah satu konsep mobilisasi dana masyarakat
melalui cara menabung pada Lembaga Jasa Keuangan (LJK). Khusus untuk
contractual saving  Pemerintah dapat saja memberikan insentif atas nilai uang
yang ditabung oleh masyarakat. Dengan contractual saving, masyarakat
mengumpulkan sejumlah uang yang akan digunakan sebagai uang muka untuk
memanfaatkan fasilitas kredit dari LJK (dalam hal ini Bank) dengan keuntungan-
keuntungan tertentu, seperti suku bunga pinjaman yang lebih rendah, masa
pinjaman yang bisa lebih lama, dan lain sebagainya.

Bank sebagai pengelola contractual saving menerima tabungan dari masyarakat.


Tabungan tersebut dikenakan bunga tertentu dan ditambah dengan dana
pendamping dari Pemerintah. Hal ini dilakukan untuk memberikan insentif pada
masyarakat untuk menabung uang muka pada Bank sebelum mendapatkan fasilitas
pinjaman perumahan (KPR) dari Bank tersebut. Pengumpulan dana masyarakat
melalui BP Tapera tahun 2019 direncanakan mencapai Rp. 4.320.000.000.000,- dan
dapat dimanfaatkan untuk mendanai 36.000 unit rumah.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


65
Penerima bantuan swadaya BSPS di Tahun 2019 lebih efektif
bila dilakukan secara terpadu dengan program pengentasan
kemiskinan, program penanganan kumuh, dan program
peningkatan kualitas hidup MBR. Lokasinya perlu dikaitkan
dengan kawasan rawan bencana.

DWITYO A. SOERANTO
Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan 

66 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Prospek
Direktorat  
Jenderal Penyediaan Perumahan
Tahun 2019

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


67
PROSPEK DITJEN
PENYEDIAAN PERUMAHAN
TAHUN 2019

Target Kinerja 2019 • Berdasarkan sumber dana, 95,52% anggaran merupakan


dana Rupiah Murni, sementara 4,48% bersumber dari
pinjaman luar negeri.
Alokasi Anggaran • Berdasarkan alokasi kegiatan, penanganan rumah tidak
layak huni oleh Direktorat Rumah Swadaya memperoleh
• Anggaran Ditjen Penyediaan Perumahan Tahun 2019 porsi anggaran terbesar yaitu 53,24%, pembangunan
adalah Rp. 7.819,66 Milliar. rumah susun 33,55%, dan pembangunan rumah khusus
• Berdasarkan perspektif jenis belanja, 0,72% anggaran 8,70%.
digunakan untuk membiayai belanja pegawai, 91,40%
digunakan untuk membiayai belanja barang, dan 7,88%
untuk belanja modal.

Total
7.819,66 M

Target Pembangunan

68 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Fokus pada Upaya Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak Huni
Upaya pengurangan jumlah rumah tidak layak huni melalui kegiatan Bantuan
Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) memperoleh alokasi anggaran sebesar
53,24% dari total anggaran Ditjen Penyediaan Perumahan Tahun 2019.

Kegiatan ini mampu memberikan multiplier effect dalam bentuk kumulasi dana
keswadayaan masyarakat, pelaksanaan
pelaksanaan padat karya tunai yang mampu menyerap
tenaga kerja lokal dan meningkatkan daya beli, mampu menjangkau lebih banyak
penerima manfaat dibandingkan program bantuan perumahan lainnya, serta
mendukung penanganan Prioritas Pembangunan Nasional seperti KSPN, KPPN,
penanganan kumuh, KSP Papua dan Papua Barat, dan perbatasan negara.

Peningkatan Pendapatan Masyarakat melalui Kebijakan Padat Karya Tunai Tunai


Program Padat Karya Tunai merupakan inisiatif Presiden dengan tujuan membuka
lapangan pekerjaan dan memberikan penghasilan tambahan kepada masyarakat
yang tinggal disekitar lokasi kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh
pemerintah.

Pada tahun 2018, Program ini dilaksanakan dalam kegiatan Rumah Khusus (10.275
orang tenaga kerja, komponen upah kerja senil ai Rp. 140 M) dan Rumah Swadaya
(180.300 orang tenaga kerja, komponen upah kerja sekitar Rp. 478 M).

Program Padat Karya Tunai akan dilanjutkan untuk mendukung pelaksanaan


pembangunan Rumah Khusus dan Rumah Swadaya pada tahun 2019. Diperkirakan
akan mampu menyerap ... orang tenaga kerja dengan nilai uang untuk upah kerja
senilai Rp. ...

OUTLOOK Penyediaan
Penyediaan Perumahan 2019
69
PROSPEK DITJEN
PENYEDIAAN PERUMAHAN
TAHUN 2019

Pengembangan Rumah untuk ASN/TNI/Polri


Saat ini terdapat
terdapat 1.558.329 orang ASN/TNI/Polri yang belum memiliki rumah,
rumah,
dengan perincian 964.463 orang ASN, 318.866 TNI, dan 275.000 Polri.

Pemerintah berusaha agar ASN/TNI/Polri dapat menghuni rumah yang layak dan/
atau memiliki rumah.

Skema yang direkomendasikan untuk digunakan:


• KPR ASN/TNI/Polri, bagi yang ingin memiliki rumah pertama (melalui Ditjen
Pembiayaan Perumahan)
Merupakan pengembangan
pengembangan skema Kredit Kepemilikan
Kepemilikan Rumah Fasilitas
Likuiditas Pembiayaan Perumahan/KPR FLPP (penghasilan berdasarkan
gabungan gaji pokok dan tunjangan, digunakan untuk membeli rumah
pertama, berhak mendapat fasilitas KPR ASN/TNI/Polri minimal setelah bekerja
1 tahun, tenor angsuran dapat melewati batas usia pensiun).

• Penyediaan Rumah Susun Sewa ASN (melalui Ditjen Penyediaan Perumahan)


Menggunanan skema pembangunan
pembangunan rumah susun sewa bagi
bagi ASN yang
dilaksanakan oleh Direktorat Rumah Susun.

Bangunan rumah susun dapat dihuni dengan cara menyewa.

Terutama ditujukan
ditujukan bagi ASN yang belum ingin membeli rumah,
rumah, atau ASN
yang sering berpindah lokasi kerja karena alasan penempatan.

Implementasi Skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU)


Pembangunan rumah bagi ASN Kementerian PUPR menggunakan skema
KPBU pada lahan-lahan yang dimiliki oleh Kementerian PUPR. Sebagai langkah
awal, pada tahun 2019 perlu dilakukan penetapan lokasi dan penyusunan studi
kelayakan.

Penyediaan Regulasi Penyelenggaraan Perumahan


Pada tahun 2019, ditargetkan akan diselesaikan penyusunan ... Peraturan Menteri
sebagai acuan penyelenggaraan perumahan. Regulasi tersebut meliputi:
• Penyediaan

70 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
PRAKONDISI YANG
YANG HARUS DIPERSIAPKAN UNTUK MENGOPTIMALKAN
KINERJA DITJEN PENYEDIAAN PERUMAHAN TAHUN 2019

Kesiapan Lokasi/Lahan
Lahan yang diusulkan sebagai lokasi pembangunan, khususnya Rumah Susun
dan Rumah Khusus, harus memiliki legalitas yang jelas. Selain itu, kondisi sik
lahan sudah harus bersih dari bangunan lain dan siap bangun (clean and clear),
tidak butuh lagi pembersihan lahan dan cut and ll. Faktor keamanan lokasi
 juga harus dipastikan, sehingga tidak ada lagi hambatan atau gangguan ketika
pembangunan berlangsung.

Penetapan Lokasi
Lokasi-lokasi yang telah lolos verikasi teknis, selanjutnya ditetapkan dalam
bentuk SK Penetapan Lokasi yang dikeluarkan oleh Menteri PUPR. SK Penetapan
Lokasi ini sebaiknya dikeluarkan pada T-1
T-1 atau maksimal 3 bulan pertama T0 agar
tidak menghambat proses konstruksi.

Penyesuaian Desain
Perlu segera dilakukan penyesuaian desain sebelum pelaksanaan proses
Pengadaan Barang dan Jasa terhadap tipologi rumah yang dikeluarkan oleh
Ditjen Penyediaan Perumahan sesuai dengan lokasi pembangunan yang telah
lolos verikasi teknis sehingga tidak menghambat proses pembangunan.

Kemitraan dengan Badan Usaha


Skema KPBU merupakan salah satu upaya untuk mengoptimalkan keterlibatan
sektor non-pemerintah dalam melaksanakan penyediaan rumah bagi MBR. Skema
KPBU menjadi krusial dalam konteks upaya percepatan layanan perumahan
bagi MBR serta untuk mengurangi kesenjangan pembiayaan pemerintah dalam
pembangunan perumahan. Terdapat 3 (tiga) skema KPBU yang ditawarkan di
bidang perumahan, yaitu:
• Kerjasama Pemanfaatan (KSP),
• Kerjasama Penyediaan Infrastruktur (KSPI),
• Availability Payment (AP).

OUTLOOK Penyediaan
Penyediaan Perumahan 2019
71
PROSPEK DITJEN
PENYEDIAAN PERUMAHAN
TAHUN 2019

Masing-masing skema tersebut dapat dilaksanakan secara selektif sesuai dengan


karakteristik lokasi dan pemanfaatan, dengan mempertimbangkan daya tarik
investasi dan bankability. Tantangan utama mendorong KPBU sebagai alternatif
pembiayaan infrastruktur adalah peningkatan daya tarik investasi dari infrastruktur
layak ekonomi dan layak nansial sehingga mampu menarik minat badan usaha
untuk berinvestasi.

Aspek penyediaan lahan dan nilai pengembalian investasi yang cenderung rendah
apabila hanya mengandalkan pengembalian investasi hanya melalui pengenaan
tarif layanan. Perlu inovasi untuk mengelola risiko dan meningkatkan daya tarik
investasi, antara lain melalui konsep bundling dengan kegiatan komersial atau
 VGF (Viability Gap Fund) dengan nilai maksimal sebesar 49% dari nilai investasi
proyek.

Pelaksanaan KPBU dapat diprakarsai oleh pemerintah  (solicited project)  atau


badan usaha (unsolicited project). Hal ini sudah diatur secara detail dalam Perpres
No. 38 Tahun 2015 dan Permen PPN/ Bappenas No. 4 Tahun 2015 serta Permen
PUPR No. 21 Tahun 2018 yang baru diterbitkan pada 23 Agustus 2018. Meskipun
begitu jika menggunakan pola solicited program akan berlangsung dengan lama
sehingga akan lebih cepat dengan pola unsoli cited.

Beberapa Pola kerjasama yang bisa dikembangkan adalah pola KPBU-KSP,


KPBU-KSPI, dan KPBU-AP. Beberapa strategi yang bisa dilakukan diantaranya:
(1) Pemanfaatan lahan-lahan premium milik pemerintah dan lahan milik BUMN
menjadi lokasi pembangunan perumahan dengan skema KPBU; (2) Melakukan
bundling rusunawa atau rusunami dengan komersil; (3) Pembangunan perumahan
di area-area konsolidasi lahan yang memiliki nilai ekonomis tinggi untuk
dilaksanakan dengan skema KPBU.

Sebagai langkah awal penerapan skema KPBU, Ditjen Penyediaan perumahan


harus melakukan penyusunan studi kelayakan terhadap lahan siap bangun yang
dimiliki oleh Ditjen Penyediaan Perumahan/Kementerian PUPR agar dapat
dikembangkan oleh Badan Usaha.

72 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Kemitraan dengan Pemerintah Daerah
Saat ini setiap pemerintah daerah telah memiliki organisasi perangkat daerah dalam
bentuk Dinas Perumahan dan Permukiman (nama dinas bervariasi sesuai dengan
karakteristik pemda) yang bertanggung jawab melaksanakan penyelenggaraan
urusan perumahan sesuai dengan batasan kewenangan pemerintahan. Selain itu,
pemda juga telah memiliki Kelompok Kerja Perumahan dan Kawasan Permukiman
(Pokja PKP) sebagai media bagi stakeholder dari latar belakang berbeda untuk
menyelesaikan permasalahan bidang PKP.

Peran Daerah dalam pelaksanaan bantuan perumahan sangat krusial. Pemda


merupakan penyedia data kebutuhan penanganan permasalahan perumahan,
penerima bantuan, mitra dalam proses monitoring pembangunan bantuan
perumahan, serta pemilik dan pengelola aset terbangun.

Perlu kerja sama dan koordinasi secara reguler dengan pemda untuk memastikan
kebutuhan pembangunan, penyediaan lahan, kelancaran proses konstruksi,
ketepatan sasaran penerima manfaat, dan memastikan agar aset dimanfaatkan
dengan baik.

OUTLOOK Penyediaan
Penyediaan Perumahan 2019
73
PROSPEK DITJEN
PENYEDIAAN PERUMAHAN
TAHUN 2019

What Next?: 2020 - 2024

Penyusunan Rencana Strategis Ditjen penyediaan Perumahan Tahun Tahun


2020-2024
Pada tahun 2019, periode pembangunan jangka menengah tahun 2015-2019
selesai dilaksanakan, untuk itu perlu disusun kebijakan pembangunan jangka
menengah bidang perumahan untuk periode berikutnya. Ditjen Penyediaan
Perumahan sedang melakukan penyiapan penyusunan kebijakan pembangunan
perumahan dengan tahapan sebagai berikut:
• 2018,  Inventarisasi masukan stakeholder dan penyusunan rumusan awal
sebagai masukan terhadap arah kebijakan RPJMN dan Renstra Tahun 2020-
2024
• 2019,  Penyusunan draft teknokratik Renstra Ditjen Penyediaan Perumahan
antara lain mengacu pada RPJPN 2005-2025, arahan kebijakan awal yang
diterbitkan Bappenas, dan target Visium Kementerian PUPR 2030
Penyesuaian substansi teknokratik dengan visi dan
dan misi kepala
kepala negara terpilih.
• 2020,  Penerbitan Keputusan Dirjen untuk menetapkan dokumen Renstra
Ditjen Penyediaan Perumahan.
Kerangka waktu
waktu penyusunan dan substansi Renstra Ditjen Penyediaan
Penyediaan
Perumahan sinergi dengan RPJMN dan Renstra Kementerian PUPR.

Penyusunan Roadmap Pembangunan Perumahan sebagai sebagai Arah


Kebijakan dan Strategi Nasional Bidang Perumahan
Pasal 13 UU No. 1 Tahun
Tahun 2011 menugaskan Pemerintah untuk menyusun kebijakan
nasional bidang Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) sebagai pedoman
bagi stakeholder (Pemerintah dan pemerintah daerah) untuk melakukan
penanganan permasalahan sektor PKP secara sinergis.

Penyiapan masukan terhadap Rencana Pembangunan Jangka Panjang


(RPJPN) 2026 - 2045
Pada tahun 2025, RPJPN 2005-2025 selesai diimplementasi. Perlu disusun rumusan
masukan pembangunan bidang perumahan untuk diadopsi dalam dokumen
RPJPN sebagai arah kebijakan pembangunan nasional untuk mewujudkan visi
Indonesia 2045.

Penyediaan 976 ribu - 1.170 ribu unit hunian layak huni bagi MBR pada
tahun 2020-2024 dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 156 Triliun -
Rp. 234 Triliun.

74 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan
Penyediaan Perumahan 2019
75
Penerima bantuan swadaya BSPS di Tahun 2019 lebih efektif
bila dilakukan secara terpadu dengan program pengentasan
kemiskinan, program penanganan kumuh, dan program
peningkatan kualitas hidup MBR. Lokasinya perlu dikaitkan
dengan kawasan rawan bencana.

DWITYO A. SOERANTO
Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan 

76 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Lesson Learned

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


77
KABUPATEN KUNINGAN, JAWA BARAT

RUMAH YANG SANGAT


DIBUTUHKAN DAN SANGAT
DINANTIKAN

D
I AWAL PERTEMUAN, H.M. RIDWAN
SETIAWAN MENGUNGKAPKAN BAHWA
PEMBERIAN BANTUAN RUMAH KHUSUS OLEH
KEMENTERIAN PUPR SANGAT MEMBANTU
MASYARAKAT KABUPATEN KUNINGAN
KHUSUSNYA KORBAN BENCANA DAN WARGA
YANG TERKENA DAMPAK PEMBANGUNAN
WADUK KUNINGAN AGAR DAPAT HIDUP
NORMAL DAN BERAKTIVITAS KEMBALI DENGAN
TENANG.

H.M. Ridwan Setiawan


Kepala Dinas Perumahan, Permukiman dan Pertanahan
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat 

“Kami sangat bersyukur karena bantuan rumah dari Kementerian


PUPR berupa 40 unit rumah untuk masyarakat yang terdampak
pembangunan waduk Kuningan, serta 60 unit rumah untuk korban
bencana longsor Cilayung pada tahun 2016 sekarang sudah terhuni
semua. Saat ini mereka sudah menikmati tinggal di rumah baru yang juga
sudah dilengkap perabotannya. Mereka mengaku senang dan nyaman tinggal di
tempat baru, serta tidak ada lagi yang kembali ke lokasi rumah lamanya. Kondisi
ini tentu sangat menggembirakan kami karena itu artinya masyarakat bisa langsung
mendapatkan manfaat dari bantuan yang diberikan pemerintah”, tutur Ridwan
mengawali penuturannya.

78 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Ridwan menuturkan bahwa antusiasme warga Akibat kondisi tersebut di tahun 2018 telah terjadi
penerima bantuan rumah tersebut sangat luar musibah bencana akibat pergerakan tanah yang
biasa. Mereka tidak hanya pasif menunggu, tapi ikut berdampak pada 18 desa dan 10 kecamatan. Akibat
mendorong pemerintah daerah agar pembangunan kondisi tersebut sekitar 1.077 rumah terdampak,
cepat selesai karena mereka sudah tidak sabar segera dengan 585 orang dari 10 desa harus direlokasi.
pindah ke tempat baru.
“Pemerintah daerah telah mengambil langkah cepat
TINGGINYA KEBUTUHAN RUMAH UNTUK dengan menampung warga korban mencana dalam
KORBAN BENCANA hunian sementera (huntara) yang dibangun pemda.
Kebutuhan rumah akibat dampak bencana sangat Saat ini yang tertampung di sana kurang lebih 387
tinggi bagi masyarakat Kabupaten Kuningan karena KK dari 585 KK, sisanya memutuskan untuk tinggal di
posisi geograsnya yang terletak di lempengan Jawa rumah saudara. Ini adalah realitas yang kami hadapi
bagian Utara, dengan kontur tanah berbukit. Dengan dan harus segera dicarikan jalan keluarnya”.
kondisi tersebut, sebagian tanah di Kabupaten
Kuningan memiliki struktur labil yang menurut para
geolog pergerakan tanahnya termasuk dalam daerah
zona merah.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


79
MENDESAKNYA RUMAH UNTUK RELOKASI langsung lokasinya. Kebutuhan seluruhnya untuk
PEMBANGUNAN WADUK KUNINGAN warga yang terdampak pembangunan bendungan
Saat ini di Kabupaten Kuningan juga tengah cukup banyak yaitu sekitar 444 unit. Saat ini kami
diselesaikan pembangunan Waduk Kuningan sudah mempersiakan dan meratakan sekitar 17,5
dengan pembangunan sik yang sudah mencapai hektare. Di lahan tersebut juga telah dibangun jalan,
95%. Terkait kondisi tersebut, masyarakat yang drainase, aliran listrik, tembok penahan tebing dan
terdampak juga sudah menanyakan kapan mereka infrastruktur pendukung lainnya. Sementara untuk
akan dipindahkan ke lokasi baru. Permasalahan menampung warga terdampak bencana sudah
ini juga perlu segera dicarikan solusinya agar disiapkan juga lahan di Cilayung dan Cimanga.
bendungan yang rencananya akan dimanfaatkan Harapan kami tentu 585 warga yang berasal dari 3
untuk keperluan irigasi dan pembangkit tenaga listrik desa yang saat ini tinggal di rumah yang memang
ini dapat beroperasi secara optimal. sudah tidak layak huni bisa segera mendapatkan
hunian yang aman dan layak”, Ridwan menyampaikan
LANGKAH RESPONSIF PEMERINTAH kesiapan dan harapannya.
DAERAH
Pemda telah mengupayakan berbagai cara untuk mengatasi Menutup perbincangan Ridwan menyampaikan
permasalahan kebutuhan hunian khusus baik untuk korban terimakasih atas besarnya perhatian pemerintah
bencana maupun akibat pembangunan salah satunya dengan pusat serta berharap segera akan solusi komprehensif
mempersiapkan lahan. untuk memenuhi mendesaknya kebutuhan rumah
masyarakat korban bencana dan terdampak
“Kemarin kami sudah melakukan rapat koordinasi pembangunan waduk di Kabupaten Kuningan.
dengan Menteri PUPR, beliau juga sudah melihat

80 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019
81
Desa Cilayung
Rumah Khusus Terkena Dampak Bencana

DANTA HIDAYAT permanen yang bagus, lengkap dengan


Kepala Desa Cilayung, perabotan serta fasilitas listrik, air dan jalan
Kecamatan Ciwaru
yang sangat layak.

S
ebagai kepala desa, Danta Hidayat “Tidak hanya saya, warga tentunya
mengaku sangat bahagia dan lebih senang dan bersyukur atas
bersyukur karena warganya, bantuan pemerintah ini. Karena itu saya
masyarakat dusun Cimeong yang terkena menyampaikan terimakasih kepada
dampak bencana tanah lonsor kini sudah pemerintah pusat dan daerah yang telah
mendapatkan hunian baru yang sangat layak. peduli pada masalah yang kami alami.
Selanjutnya saya tentu berharap agar jika
Danta layak merasa bahagia karena warganya ada program lain untuk menyempurnakan fasilitas
yang sebelumnya tinggal dirumah yang retak-retak dikawasan perumahan ini kami masih bisa dapat,
dan sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan seperti tembok untuk penahan tebing agar tidak
nyawanya kini bisa tidur tenang dalam bangunan longsor dan tidak menutup jalan yang sekarang sudah
bagus”, tuturnya penuh harap.

HERRY KISWANTO NOVI


Warga Perumahan Mekarsari- Cilayung Warga Perumahan Mekarsari- Cilayung

“Saya sangat senang bisa “Saya terkena musibah longsor


mendapatkan rumah yang pada tahun 2017. Saat itu
bagus dan nyaman di sini. kami terpaksa mengungsi di
Lokasinya juga lebih dekat rumah warga lainnya selama
kemana-mana dibandingkan
setahun, makanya saat
lokasi rumah saya dulu.
Susah dijangkau dengan mendengar kabar bahwa
 jalanan sempit yang berkelok- saya bisa mendapatkan
kelok. Kalau sedang musim rumah bantuan pemerintah
hujan kami juga selalu khawatir rasanya senang, sangat terharu
kalau tiba-tiba terjadi longsor. Saya dan hampir tidak percaya. Saat melihat
 juga bangga punya kepala desa yang tanggap dan rumahnya saya nggak bisa menahan tangis, bagus
gigih bekerja 24 jam untuk mengurus kami. Beliau
sekali dan sudah lengkap dengan perabotannya.
hebat, tidak kenal lelah. Setiap hari melakukan survei,
mengontrol dan menanyakan kepada kami apa yang Terimakasih kepada pemerintah yang sudah membantu
masih kurang. Kami bersyukur bisa mendapatkan kami”.
bantuan ini”.

82 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Perumahan Resmi Mulya
Rumah Khusus Dampak Pembangunan

SAMSU adanya pembangunan waduk, tanah di RT 05 memang


Kepala Desa Tanjung Kerta
dalam kondisi tidak stabil dan retak-retak. Adanya

P
embangunan waduk pembangunan waduk kemudian membuat relokasi
Kuningan berdampak dilakukan lebih cepat.
pada masyarakat
yang disekitar lokasi “Alhamdulillah, kami bersyukur karena perjuangan
pembangunan waduk. Ada kami agar bisa segera direlokasi akhirnya mendapatkan
lima desa yang terdampak  jawaban. 40 unit rumah tipe 36 lengkap dengan
langsung yaitu Randusari, perabotan seperti sofa, meja dan kursi sudah dapat
Kawungsari, Sintajaya, Tanjung Kerta dan Suka Rapih. dihuni warga. Listrik dan air juga sudah tersedia.
Karena itu kami sangat berterimakasih kepada
Warga yang direlokasi ke lokasi baru yang kemudian pemerintah yang telah meringankan beban, dan
dinamai perumahan Resmi Mulya adalah warga RT 05 menghilangkan kekhawatiran kami jika tiba-tiba terjadi
yang terdiri dari 287 jiwa dengan 40 rumah. Sebelum bencana”, ungkap Samsu.

RUDISNA MARYATI
Warga Warga

Rudisna adalah salah satu “Saya sangat senang bisa pindah


warga dusun 3 RT 05 yang kesini, rumahnya jauh lebih
di relokasi ke perumahan bagus dari rumah saya
Resmi Mulya. Ia mengaku sebelumnya. Kalau rumah
sangat senang dan sangat saya dulu kondisinya
bersyukur.”Kondisi rumah di retak-retak, bocor disana
sini sangat layak dan nyaman, sini. Rumah yang baru ini
alhamdulillah. Apalagi selain bagus dan baru jadi merasa
rumah, saya juga mendapatkan lebih aman, nyaman dan juga
perabotan lain seperti kursi, sofa tenang. Perabotan yang lengkap juga
dan tempat tidur, sehingga rumah sudah bisa sangat saya syukuri karena tidak perlu repot-repot lagi,
langsung ditempati. Karena itu saya sangat berterima langsung masuk dan bisa bekerja seperti biasa. Semua
kasih kepada pemerintah atas bantuannya. Tanpa bagus, cuma saya punya harapan agar nantinya juga
mengurangi rasa syukur, kami merasa berat dengan ada tempat ibadah seperti mushola, agar warga punya
daya listrik terpasang sebesar 9000 kw. Bagi kami yang tempat ibadah bersama”, harapnya.
sebagian besar bekerja sebagai buruh tani, rasanya
agak berat”, ungkap Rudisna.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


83
 JAKARTA TIMUR, DKI JAKARTA

SASANA TRESNA WERDHA


RIA PEMBANGUNAN

R
USUN SASANA TRESNA WERDHA TERLIHAT
SANGAT BERBEDA DENGAN GAMBARAN
RUSUN PADA UMUMNYA. BANGUNAN
BERLANTAI TIGA YANG DICAT PUTIH TERSEBUT
TERLIHAT SANGAT BERSIH DENGAN POHON
BESAR DAN KEBUN ASRI YANG TERTATA RAPI
DAN SANGAT TERPELIHARA. TIDAK HERAN JIKA
PARA PENGHUNI RUSUN LANSIA PERTAMA DAN
SATU-SATUNYA DI INDONESIA INI MENGAKU
SANGAT NYAMAN TINGGAL DI TEMPAT INI.

Ibnu Abas
Kepala Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan

RUMAH BESAR LANSIA YANG PENUH CINTA


Sasana Tresna Werdha yang artinya Rumah besar penuh cinta bagi
para lanjut usia ini diprakarsai pendiriannya oleh Ibu Tien Soeharto
melalui Yayasan Karya Bhakti Ria Pembangunan. Yayasan Karya Bhakti
yang berarti kerja nyata atau layanan yang penuh keiklasan atau dedikasi
ini sejak awal pendiriannya memang berorientasi melakukan atau memberikan
pelayanan yang dilandasi keiklasan. Adapun RIA merupakan singkatan dari Rukun
Ibu Ampera (sesuai dengan nama kabinet pada saat itu). Pemberian nama tersebut
karena yayasan dijalankan oleh kelompok arisan istri kabinet Ampera.

84 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Sasana Tresna Werdha awalnya 3 (tiga) unit wisma. informasi bahwa Kementerian Pekerjaan Umum dan
Masing-masing unit wisma memiliki 26 kamar. Bersama Perumahan Rakyat (PUPR) memiliki program bantuan
waktu, kondisi wisma yang dibangun pada tahun 1984 pembangunan perumahan seperti asrama tentara,
tersebut semakin rusak dan tidak layak huni. Disisi mahasiswa atau polisi. Dengan pertimbangan
lain yayasan tidak memiliki dana yang cukup untuk tersebut kemudian diputuskan untuk mengajukan
melakukan renovasi. Kondisi ini sangat dilematis pembangunan rusun lansia. Setahu kami hal ini
mengingat para lansia yang tinggal ditempat ini masih merupakan terobosan pertama, baru satu-satunya di
banyak dan membutuhkan hunian yang layak. Indonesia”, tutur Ibnu.

RUSUN KHUSUS LANSIA SEBUAH Dalam proses pembangunannya, Ibnu mengaku


TEROBOSAN sangat puas, karena Kementerian PUPR menaruh
Pendirian rumah susun lansia awalnya di prakarsai perhatian sangat serius atas pemenuhan berbagai
oleh Ketua Pembina Yayasan, bapak Hayono kekhususan rusun ini. Dirjen Penyediaan Perumahan,
Suyono yang berupaya mencari solusi terobosan bahkan menyempatkan hadir beberapa kali sebelum
untuk mengatasi keterbatasan dana yayasan untuk peresmian untuk memastikan kelayakan dan kerapian
merenovasi wisma lama. “Beliau mendapatkan bangunan rusunnya.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


85
“Pada tahun 2015, saat perencanaan UPAYA KONSISTEN MEMBUAT PENGHUNI
pembangunannya, kementerian PUPR NYAMAN
mendengarkan dengan cermat masukan-masukan Setelah melalui proses perencanaan dan
yang kami berikan. Meskipun mereka telah memiliki pembangunan, bangunan rusun diserahterimakan
blue print untuk pembangunan rusun, khusus untuk pada bulan April tahun 2017 dan mulai dihuni pada
rusun lansia ini dilakukan berbagai penyesuaian. bulan September di tahun yang sama. Proses
Kami memberikan masukan seperti bagaimana pemindahan agak tertunda karena belum terbiasanya
bentuk kamar ideal, kamar mandi yang harus pakai penghuni untuk tinggal di bangunan bertingkat.
hand rail dan ada tempat duduknya, trail disepanjang
koridor, hingga lift. Disisi bangunan kalau dilihat “Untuk mempercepat proses kepindahan kami
lobi kami tertutup, tidak seperti lobi rusun yang berusaha keras meyakinkan mereka agar tidak
umumnya terbuka. Ram juga disediakan, yang akan perlu takut. Kami melakukan berbagai cara untuk
dimanfaatkan jika penghuni tidak memungkinkan meyakinkan, termasuk menyampaikan bahwa
naik lift atau memerlukan bantuan kursi roda. Pantry pemandangan dari atas lebih baik. Alhamdulilah
yang sebelumnya direncanakan ada disetiap kamar mereka akhirnya mau pindah setelah kami pastikan
 juga dihilangkan, karena kami anggap tidak aman. dan yakinkan bahwa kami selalu ada mendampingi
Cukup disediakan satu ruangan sebagai dapur mereka. Mereka juga bisa tetap mudah menghubungi
umum saja jika kakek atau nenek ingin memasak. kami di luar jadwal-jadwal kunjungan terjadwal
Saat perencanaan itulah kami mempertimbangkan seperti membawa pakaian kotor, mengantar pakaian
berbagai aspek untuk memastikan bahwa penghuni bersih, mengantar makanan dan   kunjungan petugas
benar-benar aman”. kesehatan. Karena kami komit untuk meakukan itu,
pelan-pelan mereka merasakan aman dan nyaman.
Terkait adanya berbagai masukan tersebut, Ibnu Sekarang semua sudah berjalan baik. Melihat apa
mengakui bahwa pihak PUPR sangat responsif yang kami capai, rasanya model rusun buat lansia
dan bersedia memenuhi hal-hal yang prinsip dan mungkin bisa diterapkan juga didaerah lainnya”,
sangat dibutuhkan seperti keberadaan pintu kaca pungkas Ibnu.
dipintu masuk utama dan exhaust atau ventilasi
untuk mengurangi cuaca panas di lantai 2 dan
3. Keistimewaannya tidak berhenti disitu saja.
Pemeliharaannya juga memerlukan materi dan
keahlian khusus karena menggunakan material yang
tidak biasa, seperti pada pipa air bersih dan kotornya.

86 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019
87
SITI CHOMSAH �OMA ALIT�
Bangunan Bagus Sesuai Kebutuhan Lansia

S
iti Chomsah yang akrab di senang karena tempatnya bagus dan bersih.
sapa oma Alit tinggal di Perabotannya juga sudah disesuaikan dengan
Sasana Tresna Werdha RIA kondisinya, misalnya adanya railing (pegangan)
Pembangunan sejak bulan Oktober di hampir semua tempat yang dilewati termasuk
tahun 2015. Sebelum menempati di kamar mandi.
Rumah Susun Khusus (Rusus) yang
berlantai tiga, Oma Alit menempati “Rasanya jauh lebih nyaman dibandingkan tinggal
paviliun Cempaka di gedung lama. Pada di rumah saya di Banten. Rumah dengan ruangan yang
saat awal mendapatkan informasi akan dipindahkan di besar tapi kosong tidak ada orang, tidak ada teman.
Rusus dengan gedung bertingkat ia mengaku sempat Repot kalau mau mengerjakan apa-apa. Belum lagi
menolak karena tidak terbiasa. kalau malam, gelap dan sepi. Beda dengan disini.
Banyak teman, ada kegiatan bersama dan selalu
“Banyak yang saya pikirkan. Bagaimana nanti naik ada yang mengurus dan menemani. Apalagi anak-
liftnya, bagaimana kalau lifnya macet, dan bagaimana anak Oma semua tinggal di Jakarta, jadi mereka jadi
harus naik atau turun kalau pas lagi ada perlu atau ikut gampang kalau mau menenggok Oma”.
acara. Buat orang seusia saya yang sudah susah jalan,
rasanya berat. Tapi setelah diyakinkan bahwa nanti Oma Alit yang nampak segar diusia yang telah
selalu akan ada yang menemani kalau mau naik atau melewati 80 tahun rajin menggikuti berbagai kegiatan
turun, saya mulai tenang. Dan akhirnya saya tidak bisa yang diselenggarakan pengelola seperti senan ringan
menunda lagi untuk pindah, karena bangunan lama di kamar, sekedar jalan-jalan di halaman, mengaji atau
yang saya tingali tambah hancur dimakan rayap”, tutur kelas lain untuk mengasah daya ingatnya. “ Perawat
oma Alit mengingat kembali kepindahannya ke Rusus. dan dokter yang merawat oma sudah oma anggap
sebagai anak dan cucu sendiri. Kami sudah sangat
Sekarang setelah setahun tinggak di rusun, akrab, itu juga yang membuat oma betah disamping
pendapatnya berubah. Ia mengaku sangat gedungnya yang bagus dan bersih”, pungkasnya.

ASFAN LUBIS DAN SITI ROCHAYATI


Fasilitas Membantu Keamanan Beraktivitas

O
pa Asfan Lubis dan Oma Siti Rochayati adalah di paviliun Wijaya Kusuma yang terletak di belakang
pasangan pensiunan tentara dan penulis rusun saat ini. Mengetahui keberadaan tempat ini dari
yang tinggal di Sasana Tresna Werdha RIA internet, opa Asfan kemudian berinisiatif untuk datang
Pembangunan sejak 1 Juni 2013. Sebelum pindah sendiri ke kantor pengelola untuk mendapatkan
ke rusun khusus, pasangan ini juga dulunya tinggal informasi lebih detail. Selanjutnya, opa Asfan dan oma

88 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Siti kemudian berdiskusi sekitar satu bulan kami tidak takut terjatuh saat beraktivitas
sebelum akhirnya mantap memutuskan sendirian”, tutur oma Siti.
untuk tinggal di tempat ini.
“Saya mengibaratkan hidup disini seperti
Pasangan ini kemudian memilih lantai di muara, tidak seperti samudera yang
bawah yang halaman belakangnya luas. Kecil tapi nyaman, karena memang
terdapat taman dan jalur khusus untuk saya sudah tidak perlu dan tidak mampu
 jalan kaki. “Tinggal di rusun ini sangat hidup ditempat yang sangat luas dengan
menyenangkan, sangat nyaman. Kami juga berbagai kesibukannya. Di sini tidak perlu
merasa lebih mandiri karena dapat mengurus diri memikirkan nyapu, ngepel atau beres-beres rumah. Di
sendiri. Jika ada hal yang tidak mampu kami lakukan, sini juga lebih esien juga, karena tidak perlu belanja
ada staf yang baik dan sangat responsif membantu macam-macam, cukup yang diperlukan saja karena
kami. Dari sisi tempat, bangunan ini juga sangat bagus semau sudah disediakan. Ini adalah tempat yang
dan layak. Fasilitasnya sesuai dengan kemampuan pas. Sangat bersih, aman dan nyaman untuk kami
kami yang sudah sangat terbatas. Kamar mandi menghabiskan usia tua bersama, tanpa merepotkan
dilengkapi pegangan, begitu pula dengan ruangan anak-anak yang semua sudah punya kesibukan sendiri-
dan bahkan lorong yang kami lewati. Dengan begitu sendiri”, opa Asfan menambahkan.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


89
RUMAH SUSUN KABIL, KOTA BATAM, KEPULAUAN RIAU

MENJADI ASRI LEBIH


UTAMA

S
EJAK TAHUN ����, RUMAH SUSUN UNIT
KABIL INI TELAH BEROPERASI DAN
DIPERUNTUKKAN BAGI ATAU PEKERJA KARENA
LETAKNYA YANG DEKAT DENGAN KAWASAN
INDUSTRI. TINGKAT HUNIANNYA SUDAH
MENCAPAI ��-��%. ADA � TOWER.

Sangkot Sihombing
Kepala Unit Rumah Susun Kabil 

Sejak tahun 2012, Rumah Susun Unit Kabil ini telah beroperasi dan
diperuntukkan bagi atau pekerja karena letaknya yang dekat dengan
kawasan industri. Tingkat huniannya sudah mencapai 60-70%. Ada 4 Tower.
 Yang pertama dibangun 2 queen block, blok CD dan EF. Kamarnya masing-
masing 80. Dengan tipe 2 kamar (24 dan 27) dan sudah dilengkapi dengan mebel dan
perabotan,” kata Pak Sangkot yang baru 4 bulan mengelola rusun.

Terkait biaya sewa, ia mengaku sempat menemui kendala. “Dulu, kita patok biaya sewa
per orang 85.000-115.000 per bulan. Namun, tahun Januari 2017, harga sewa kita naik
sebesar 50%. Jadi per orang dikenai harga sewa berkisar 127.500-172.500.”

90 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Untuk Januari 2018, tarif kamar kembali naik, yakni pendukung perminatan. Keduanya sedang kolaps.
sebesar 400.000-500.000 per unit per bulan. “Sekarang 127 galangan kapal di Batam, hanya 20 yang masih
ini, kita sedang banyak melakukan perbaikan dan beroperasi dan kondisi kolaps telah berlangsung sejak
melengkapi kelengkapan perabotan, seperti kasur dan 2016,” ujar Pak Sangkot.
seprai.” Untuk kenaikan tarif, ia sudah mensosialisasikan
hal tersebut ke seluruh penghuni supaya tidak ada yang TANTANGAN PENGELOLAAN RUSUN:
terkejut. MENGUBAH KEBIASAAN BURUK
PENGHUNI
PENGARUH TURUNNYA EKONOMI BATAM Tantangan pengelolaan Rusun menurut Pak Sangkot
Ekonomi Batam yang sedang down  30-40% ikut adalah mengubah kebiasaan buruk penghuni. Misalnya
mempengaruhi naiknya harga sewa Rusun dan turunnya buang sampah sembarangan, penggunaan toilet,
 jumlah hunian. “Di Kabil ini, ada dua industri yang dan penggunaan fasilitas lainnya. “Kebiasaan buruk
berkemban, industri galangan kapal dan industri mereka memang tidak mempengaruhi kualitas dan

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


91
umur bangunan, namun mempengaruhi maintenance sekaligus menata lokasi pemukiman supaya terlihat
bangunan. Nah, kendalanya adalah masih banyak lebih rapi.
fasilitas yang harus diperbaiki dari proses pembangunan
yang belum maksimal selesai. Jadi kita hanya bisa Untuk ke depannya, Pak Sangkot berharap pimpinan
menghimbau agar penghuni bisa lebih berhati-hati mengubah sudut pandangnya sehingga tidak hanya
dalam menggunakan fasilitas,” kata Pak Sangkot. berorientasi pada keuntungan. “Yang kedua, yang saya
lihat selama ini promosi terhadap rusun ini masih belum
UPAYA MEYAKINKAN PEMERINTAH gencar. Jadi kita sudah promosikan dengan memasang
Terkait biaya maintenance yang diambil dari anggaran, iklan di koran-koran, promosi di forum-forum supaya
Pak Sangkot mengakui ia hanya meyakinkan semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat
pimpinannya. Misalnya di Rusun Kabil ini biaya dari program rusun ini. Jadi program rusun ini umum,
operasional telah diberikan 4-5 kali karena ada beberapa bukan khusus untuk pekerja saja. ”
perbaikan. “Kalau misalnya dibilang perusahaan
nombok, ya, masih. Apalagi kalau dihitung dengan TIDAK PERLU PERSYARATAN KHUSUS
gaji. Nggak cukup. Cuma ini, kan, program pemerintah Tidak ada persyaratan khusus mengenai supaya bisa
ke masyarakat, jadi orientasinya seharusnya bukan tinggal di Rusun. “Kalau dulu, memang ada. Ada surat
pendapatan, tapi sosial. Ini yang perlu kita yakinkan ke keterangan dari tempat kerja. Tapi karena sekarang
pemerintah. ” untuk umum, tidak jadi persyaratan wajib,” tukas Pak
Sangkot. “Mungkin karena dulu namanya Rumah Susun
PENTINGNYA RUSUN BAGI PEKERJA Pekerja. Tapi sebenarnya pekerja yang informal seperti
Keberadaan Rusun ini membantu untuk pekerja dirasa pedagang dari dulu juga bisa tinggal di sini. Hanya saja
Pak Sangkot sangat penting. Selain jarak tempat harus ada surat keterangan dari RT atau RW kalau yang
kerja yang lebih dekat dengan rusun, pembangunan orang umum mau tinggal di sini.”
rusun berfungsi bagi pekerja berfungsi menekan laju
pembangunan rumah-rumah liar yang tidak berizin

SUPARNO
Nyaman Tinggal Di Sini
“Selain itu, air dan listriknya pun bisa berfungsi
“Saya sudah 26 tahun
dengan baik. Jalanan juga rapi dan bersih. Kalau
menetap di Batam. Begitu
ada kekurangan di rusun, cepat diperbaiki oleh
saya pensiun dari CV Bintang
petugas di rusun. Sangat responsif dan saya
Jaya Sejati, ada anak angkat
nyaman tinggal di sini.” tutur Pak Suparno yang
yang kasih tahu saya ada program
menyewa 2 unit, satu untuk tempat tinggal
rusun.” Kisah Pak Suparno saat pertama kali ia
dan satu untuk usaha warungnya. Untuk tarif,
tahu ada program rusun. Ia pun merasa bersyukur
Pak Suparno berharap agar tidak ada kenaikan
bisa tinggal di sini karena sewa tempatnya
dengan fasilitas sebaik dan selengkap ini.
terhitung murah, yakni 67.000 Rupiah per bulan.

92 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019
93
DAHLIA�PENGHUNI RUSUN BINTAN gampang. Selain itu, perlu adanya taman bermain
karena di sini banyak anak-anak.”

S
aya menghuni rusun ini Selain fasilitas, Pak Nasir mengungkapkan agar surat-
sejak Januari 2018. surat kepemilikan rusun segera diproses dan diterima.
Sebelumnya saya “Kami mohon supaya segera diproses karena pada
tinggal di kampung awal pemberitahuan saat dipindah, memang jadi
nelayan di bawah,” rumah hunian sementara saja. Tidak boleh jual dan
kisah Dahlia. Rumahnya segala macam. Jadi, kami butuh kejelasan.”
yang ada di kampung
nelayan telah dirobohkan
karena kondisinya sudah
memprihatinkan. Ia merasa
senang dan bersyukur karena bisa dipindahkan SABARIAH�PENGHUNI
RUSUN BINTAN
ke rusun. “Dulu waktu di kampung nelayan, kayu
dan papannya sudah lapuk, sering bocor, jadi

S
abariah pernah
membahayakan juga. Di rusun lebih bagus, lebih mendaftar di tahun-
luas. Air dan listrik juga sudah tersedia,” ujar Dahlia tahun sebelumnya
antusias. agar bisa mendapat program
rusun. Namun, baru tahun
Harapan perbaikan Dahlia untuk rusun ini adalah ini, keinginannya untuk tinggal
agar dilengkapi dengan dapur. “Untuk saat ini, saya di rumah yang layak dan bagus
mensiasati dengan masak di warung,” tutup ibu anak terkabul. “Saya tahu program rusun
dua ini. karena ada orang dari PUPR, kepala desa yang
mencatat penduduk yang rumahnya tidak layak huni.
Senang sekali bisa tinggal di rumah yang lebih layak
NASRI�PENGHUNI meskipun kecil. Rumah yang waktu itu di kampung
RUSUN BINTAN nelayan tidak layak. Akhirnya saya bisa tidur dengan

S
udah hampir setahun tenang karena sudah tidak takut lagi rumahnya bocor
Nasri menempati dan roboh,” kata Sabariah sambil menangis terharu.
rusun di Desa Busung. Selain mendapatkan rumah, Sabariah juga mendapat
Sebelumnya ia menempati tempat untuk usaha warung makan.
rumah panggung yang
tidak layak huni. “Saya Terkait dengan surat yang menunjukkan bahwa Bu
tahu rusun ini dari petugas Sabariah pemiliki unit, ia mengaku hanya untuk
yang survei dan datang ke keperluan pindah saja, belum ada kepastian akan
kampung. Katanya ada tinggal hingga jangka waktu tertentu. “Dari pihak desa,
pembangunan rusun bagi penduduk dijanjikan surat kepastian kepemilikan akan keluar
yang rumahnya tidak layak huni. Hanya perlu setahun setelah 6 bulan. Sudah setahun lebih saya tinggal,
untuk menunggu rusun bisa ditempati.” belum ada suratnya. Kalau ada surat, enak lah untuk
memperbaiki yang kurang-kurang, misalnya teras ini
Dibandingkan dengan tempat tinggal yang lama, bisa ditutup kain supaya jualan tidak basah saat hujan.”
Nasri merasa puas dan lebih nyaman tinggal di rusun.
“Di sini tidak bocor. Rumahnya juga sudah permanen Terkait fasilitas rusun, Sabariah mengaku sangat puas.
dan halamannya luas. Jadi bisa lebih nyaman tinggal “Semua fasilitas ada dan cukup terjangkau. Akses
di sini,” kata Pak Nasri yang tinggal bersama sang saya pulang ke Pinang juga ada, karena di depan ada
istri. “Saran saya, disediakan lampu jalan di simpang angkutan. Dagang juga lebih enak karena di sini ramai.
sana sekaligus sarana olahraga supaya olahraga lebih Ada saja yang beli meskipun sedikit.”

94 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019
95
KOTA BATAM, KEPRI

STUDENT CASTLE VITKA:


RUSUN PERTAMA KHUSUS
MAHASISWA

J
ADI MEMANG SUDAH ADA KEBIJAKAN BAGI
PARA MAHASISWA BARU TINGKAT � UNTUK
WAJIB MENGHUNI RUSUN INI SELAMA SATU
TAHUN. DI SINI ADA �� UNIT. �� YANG BIASA, �
UNIT UNTUK DIFABEL.

Kemal Mustafa
Pengelola Student Castle Vitka

Batam Tourism Polytechnic (BTP) adalah sebuah politeknik pariwisata


yang didirikan oleh Bapak Asman Abnur, S.E., M.Si, selaku pemilik
grup Vitka. Pada 15 September 2014, BTP diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak saat itu, BTP kebanjiran pendaftar
yang ingin memperdalam ilmu pariwisata. Oleh karena itu, BTP menyediakan
fasilitas pendukung mahasiswa, salah satunya Rusun Student Castle Vitka yang
bekerja sama dengan PUPR.

“Jadi memang sudah ada kebijakan bagi para mahasiswa baru tingkat 1 untuk wajib
menghuni rusun ini selama satu tahun. Di sini ada 37 unit. 35 yang biasa, 2 unit untuk
difabel. Satu unit dihuni 2 orang. Untuk fasilitas, diberikan masing-masing,” kata
Kemal. Fasilitas yang ada disediakan rusun pun terbilang lengkap. Fasilitas tersebut

96 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
berupa AC, tirai, seprai, bantal, Wi, CCTV di 16 titik, Tower. Yang beroperasi memang baru yang ini saja,”
 jemuran di setiap lantai, dan akses menggunakan Kata Kemal.
fnger print .
SEKAT: PEMBATAS ANTARA MAHASIWA
“Sedangkan meja, kursi, ranjang, dan lemari di setiap DAN MAHASIWI
unit disediakan oleh PUPR. Saat ini kita sedang “Agar mahasiswa dan mahasiswi lebih nyaman dan
berusaha menyediakan fasilitas rak sepatu karena terjaga, kami membangun sekat. Untuk lantai 3, kita
dilarang masuk ke rusun dengan sepatu. Jadi anak- khususkan untuk mahasiswi karena tahun ini lebih
anak nggak usah tenteng sepatu, cukup ditaruh di banyak perempuan yang masuk BTP. Jadi lantai 2
luar. Nanti rak ada tutupnya,” jelas Kemal. yang disekat. Lantai 3 hanya disekat di depannya,”
sahut Kemal. Untuk kapasitas rusun, Kemal mengaku
Rusun ini mulai dihuni sejak Agustus 2018 setelah rusun ini cukup menampung sekitar 70 mahasiswa
penyerahan resmi kunci pada Februari 2018. “Ini baru, terutama yang mendapatkan beasiswa dari
memang rusun pertama. Yang kedua yang tengah Pemda. “Ada yang dari Anambas, Natuna, Padang,
dibangun di sana. Rencananya nanti akan dibangun 3 dan masih banyak lagi.”

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


97
BANYAK PEMINAT PRIORITASKAN MAHASISWA LUAR BATAM
Terkait dengan fasilitas yang diberikan rusun ini, Persentase mahasiswa beasiswa dan reguler di rusun
Kemal mengaku para mahasiswa puas. “Bahkan sebanyak 80-20%. Mahasiswa yang diprioritaskan
mereka berharap agar unit kembali ditambah karena adalah yang mahasiswa yang datang dari luar Batam.
masih banyak yang belum dapat. Karena selain Meskipun begitu, Kemal meyakinkan bahwa tarif
dekat, rusun ini diminati karena tempat kos di daerah antara mahasiswa reguler dan penerima beasiswa
sini masih jauh,” ujarnya seraya tertawa lebar. Biaya pemda sama.
sewa rusun 600.000 Rupiah per orang per bulan pun
dinilai terjangkau jika dibandingkan ngekos di luar. Terkait kebersihan, ada dua petugas cleaning service
“Rata-rata harga sewa kosan di daerah sini dengan yang membantu membersihkan area rusun, mulai
fasilitas AC bisa mencapai 800.000-1.000.000 Rupiah. dari jam delapan hingga jam empat sore sehingga
Makanya banyak yang minat tinggal di sini.” kebersihan rusun tetap terjaga. “Untuk kebersihan
kamar memang menjadi tanggung jawab masing-
KANTIN: FASILITAS YANG DIDAMBAKAN masing. Tapi kalau mahasiswa mau pinjam alat
PENGHUNI RUSUN kebersihan kami, kami sediakan.”
Untuk penambahan fasilitas, mahasiswa berharap
agar ada kantin yang buka hingga malam hari karena Seperti layaknya tinggal di asrama, Student Castle
selama ini, kantin hanya buka hingga sore, Para  Vitka ini memberlakukan jam malam, yakni jam
mahasiswa juga belum bisa memasak karena belum sebelas malam. “ Yang kuliahnya masuk malam pun,
ada akses memadai untuk dapur. selesai kuliah jam sebelas. Jadi kami mengikuti jam
selesainya kuliah. Jika pulang di atas jam sebelas,
Sistem pembayaran pun sudah diatur layaknya hotel, nanti dikunci, kecuali memang ada izin yang
yakni memanfaatkan sistem deposit. Jadi langsung meyakinkan. Kita juga ada security yang tugasnya
setor ke rekening rusun. “Depositnya 500.000 Rupiah. mengecek sehingga keamanan dan kenyamanan
Jadi, nanti ketika mahasiswa sudah mau keluar, sekitar rusun terjamin. Secara sistem rusun sudah
uang itu dikembalikan. Tapi ini berlaku hanya untuk bagus dan siap ditempati.”
mahasiswa yang reguler. Kalau mahasiswa beasiswa,
tidak usah menyetor deposit.” Saat ini sudah ada tiga program studi BTP, yaitu
Manajemen Kuliner, Manajemen Divisi Kamar, dan
Manajemen Kuliner. “Selain itu di sini juga akan
dibangun Institut Teknologi Batam (ITEBA). Jadi
pembangunan rusun ini tidak hanya untuk BTP, tapi
 juga untuk mahasiswa ITEBA karena satu yayasan,”
pungkas Kemal cepat.

98 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019
99
OLIN�MAHASISWI BTP
Dia mengaku senang tinggal di
 Tinggal di Rusun rusun karena banyak teman-
Mempermudah teman seangkatannya yang
berasal dari Natuna tinggal
Sosialisasi di rusun. “Satu angkatan ada
11 orang,” kata Derry ceria.

S
elain dekat dengan kampus, Olin mengaku Untuk ke depannya, Derry
memilih tinggal di Rusun karena mempermudah berharap agar ada fasilitas
ia bersosialisasi dan mendapat teman-teman kantin yang memudahkan ia untuk
baru. Jarak kampus yang dekat dan bisa ditempuh
makan dan harganya bisa lebih murah, sesuai dengan
dengan berjalan kaki 2-3 menit, membuat Olin
memutuskan tinggal di rusun dibandingkan ngekos. harga mahasiswa.
“Selain itu, fasilitas di sini pun cukup memadai,
termasuk fasilitas untuk belajar.
Tinggal di sini pun merasa WELLY ANG�MAHASISWA BTP
aman karena ada tenaga Memilih Melanjutkan
security.” ujar Olin yang
berasal dari Padang, Sekolah di Indonesia
Sumatra Barat. Kedepannya
ia berharap, ada dapur

S
karena ia kesulitan mencari aya lama di
makan di sekitar rusun. Singapura karena
Papa orang sana,
sedangkan Mama asli
Medan. Alasan saya pilih
DERRY MARION RANESTHY� bersekolah di sini karena
MAHASISWA BTP saya mau menyumbangkan
pengetahuan dan
Bertekad Majukan keterampilan yang saya miliki
untuk Indonesia. Selain itu, Batam
Pariwisata Natuna  juga dekat dengan Singapura, jadi orangtua gampang
mengunjungi saya,” terang Welly.

S
aya memilih sekolah di sini karena
memanfaatkan kesempatan beasiswa dari Tentunya ia mengakui jika bersekolah di sini memang
Pemerintah Kabupaten Natuna. Sebelum kuliah, ada kekurangan dibandingkan bersekolah di
saya memang bekerja di bidang pariwisata, jadi Singapura. Namun, ia menyatakan bahwa pola pikir
untuk berubah dan maju ke depan lah yang membuat
memilih kuliah BTP supaya bisa menggali lebih dalam
ia memutuskan sekolah di BTP. “Kalau sudah ada
mengenai ilmu pariwisata,” ujar Derry yang berasal pola pikir untuk maju, pasti akan lebih mudah bagi
dari Natuna. “Terkait pariwisata, Natuna memang saya untuk belajar. Di sini saya juga sering berbagi
sedang berkembang karena aksesnya juga susah pengalaman saya sebagai orang yang tinggal lama di
dan lambat. Selain itu, masih kurang SDM-nya. Jadi, luar negeri. Jadi semakin memotivasi teman-teman
saya ambil kesempatan untuk sekolah di sini supaya supaya bisa lebih maju,” tegas Welly yang memilih
bisa memajukan pariwisata Natuna. Kalau bisa, kelak sebagai WNI.
setelah lulus, jadi pengusaha pariwisata di Natuna.”

100 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU


DAN BERIMBANG
Welly tahu BTP dari media sosial Instagram. memilih tinggal di asrama karena kesannya kotor dan
“Sebelumnya, ada salah satu teman di Tanjung tidak teratur. Tapi di sini tidak. Semua sudah rapi dan
Pinang yang memberi tahu mengenai BTP. Saya lihat bersih. Saya juga senang di sini karena bisa belajar
pengalaman para dosen-dosennya. Ada juga dosen bahasa daerah dari teman-teman satu asrama. Seru
yang lama tinggal di luar negeri, jadi saya makin rasanya bisa mengenal orang dengan latar belakang
mantap sekolah di Batam.” berbeda.

Sejauh ini, ia merasa nyaman dengan lingkungan Welly berharap agar ke depannya ada fasilitas
asrama. “Menurut saya, asrama di sini sudah seperti kesehatan, misalnya klinik supaya tidak repot jika sakit
luar negeri. Aman, indah, dan tertib. Awalnya saya ragu tengah malam.

OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019


101
102 UPAYA MEMENUHI KEBUTUHAN HUNIAN, BERKUALITAS, TERJANGKAU
DAN BERIMBANG
OUTLOOK Penyediaan Perumahan 2019
103

Anda mungkin juga menyukai