OUTLOOK
Penyediaan Perumahan 2019
Upaya
Memenuhi Kebutuhan Hunian
Berkualitas, Terjangkau dan Berimbang
1
OUTLOOK
Penyediaan Perumahan 2019
Upaya
Memenuhi Kebutuhan Hunian
Berkualitas, Terjangkau dan Berimbang
KATA PENGANTAR
DIREKTUR JENDERAL
PENYEDIAAN PERUMAHAN
1 2
SAMBUTAN PENDAHULUAN TANTANGAN
PEMBANGUNAN
BIDANG PERUMAHAN
hal 11-19 hal 22-29
Sambutan ,
Direktur Jenderal Penyediaan • Pemerintah Harus Terlibat • Permasalahan Dasar
Perumahan 5 dalam Upaya Penyediaan • Tantangan yang Dihadapi
Perumahan yang Layak dalam Proses Penyediaan
Huni Perumahan
• Pada Konteks a) Pertumbuhan
Nasional, Pemenuhan Keluarga Baru
Hak Perumahan b) Urbanisasi
Mempertimbangkan
• Pada Konteks
Global, Pemenuhan
Hak Perumahan
Mempertimbangkan
Untuk dapat berfungsi dengan baik, bangunan rumah harus berada dalam kondisi
layak huni. Layak huni artinya adalah lokasi dan konstruksi rumah memenuhi
ketentuan keselamatan serta kesehatan, luas rumah cukup memadai sesuai
dengan jumlah penghuni, bangunan memiliki izin pembangunan dan ditempati
secara sah sehingga terdapat keamanan bagi penghuni untuk menempati
bangunan tersebut, serta memiliki akses terhadap fasilitas air bersih dan sanitasi.
Berdasarkan konsep Sustainable Development Goals (SDGs), semua komponen
tersebut harus dapat dipenuhi agar rumah dapat dikatakan layak huni. Disamping
itu, lokasi perumahan juga harus terintegrasi dengan sistem aktivitas lainnya.
Pemenuhan hak atas perumahan sebagai hak dasar berasal dari keberlangsungan
hidup dan menjaga martabat kehidupan umat manusia. Hak atas perumahan
merupakan hak asasi manusia, oleh karenanya menimbulkan kewajiban pada
negara untuk melindungi, menghormati dan melaksanakannya. Kewajiban negara
tersebut telah jelas tertuang dalam Pasal 8 UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia yaitu “Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak
asasi manusia terutama menjadi tanggung jawab negara”.
Secara rinci, target bidang perumahan yang ditetapkan dalam RPJMN Tahun
2015-2019 adalah sebagai berikut:
DWITYO A. SOERANTO
Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan
PERMASALAHAN DASAR
Kemampuan pengendalian pembangunan perumahan dan permukiman yang
masih relatif terbatas dan mulai bertumbuh-kembangnya peran dan potensi
masyarakat di dalam mengatur dan melaksanakan sendiri kebutuhannya akan
perumahan dan permukiman, juga sangat mendasari kebijakan dan strategi
penyelenggaraan perumahan dan permukiman.
Masalah lain berkaitan dengan masih terjadinya penguasaan tanah skala besar
yang tidak berkeadilan, serta belum terbangunnya sistem kelembagaan dan tata
kelola perumahan.
Backlog Perumahan
Secara umum backlog perumahan merupakan kondisi kesenjangan antara
jumlah rumah terbangun dengan jumlah rumah yang dibutuhkan rakyat.
Dengan pengertian tersebut, backlog Perumahan adalah kuantitas rumah yang
belum/tidak tertangani. Backlog perumahan dihitung berdasarkan konsep bahwa
satu unit rumah per satu rumah tangga atau kepala keluarga.
RINCIAN TARGET DAN POTENSI CAPAIAN KEGIATAN BSPS TAHUN 2015 - 2019
• Suplai rumah diserap oleh pembeli dengan motif investasi. Spekulan perumahan
membeli rumah dan menjual kembali dengan harga diluar jangkauan kelompok
MBR/keluarga baru yang hendak memiliki rumah pertama.
• Harga rumah (harga jual dan/atau harga sewa) tidak terjangkau oleh kelompok
masyarakat yang menjadi bagian dari angka backlog.
• Lokasi pembangunan rumah jauh dari lokasi titik aktivitas ekonomi dan tidak
didukung oleh infrastruktur yang memadai.
Data baseline RPJMN Tahun 2015-2019 mencatat masih terdapat sekitar 3,4 juta
unit rumah yang tidak layak huni di Indonesia. Keberadaan rumah yang tidak
layak huni sedikitnya disebabkan oleh 2 (dua) hal yaitu:
• Tidak layak karena proses pembangunan; hal ini karena rumah tidak dibangun
mengikuti kaidah keselamatan dan kelayakan konstruksi, tidak memenuhi
standar kecukupan luas sesuai dengan jumlah penghuni, tidak memenuhi
standar kesehatan, tidak memiliki layanan air bersih dan sanitasi, tidak
dibangun diatas lahan peruntukan yang sesuai dan dikuasai secara sah, serta
tidak memiliki izin pembangunan.
• Tidak layak karena proses pemeliharaan; rumah dibangun mengikuti kaidah
kelayakan konstruksi, namun kualitas bangunan dan lingkungan terdegradasi
karena tidak dipelihara dengan baik atau menjadi tidak layak karena akibat
kejadian bencana.
Dengan asumsi bahwa setiap keluarga baru akan menghuni 1 (satu) unit rumah
tinggal, maka terdapat kebutuhan rata sekitar 734.183 unit rumah baru per tahun,
hanya untuk mengimbangi laju pertumbuhan keluarga.
Urbanisasi
Tingginya proses urbanisasi atau perpindahan masyarakat dari desa ke kota
merupakan dampak dari ekonomi Indonesia yang sejauh ini bisa tetap tumbuh
tinggi. Namun demikian, pertumbuhan urbanisasi yang cukup ti nggi juga menjadi
ancaman ekonomi bisa tetap tumbuh secara berkelanjutan, terutama berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan tempat tinggal.
Data BPS (2013) menyebutkan bahwa rasio penduduk perkotaan akan semakin
dominan di masa yang akan datang. Dominasi penduduk yang tinggal di wilayah
perkotaan antara lain disebabkan oleh intensikasi dan ekstensikasi aktivitas
perkotaan di kota-kota besar dan kota menengah yang secara eksisting telah
berkembang, serta tumbuhnya titik-titik pertumbuhan baru akibat kebijakan
pengembangan fungsi industri, pariwisata, dan kota-kota baru. Diperkirakan,
rasio penduduk perkotaan di Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 56,7%,
dan terus mengalami peningkatan hingga 60% pada tahun 2025.
Urbanisasi juga mengakibatkan urban sprawl akibat spill over perkotaan yang
berimbas kepada maraknya alih fungsi lahan perdesaan di wilayah sub urban tanpa
diawali dengan perencanaan yang baik. Karena kondisi ini daerah perkotaan dan
sub urban berkembang acak dan tidak terstruktur, karena tidak diawali dengan
perencanaan yang baik.
• Menimbang aspek ketersediaan dan harga lahan, maka prioritas hunian yang
dikembangkan di wilayah perkotaan adalah berbentuk hunian vertikal.
• Menimbang pola kerja para migran, kemungkinan kepemilikan rumah di
wilayah asal, dan harga rumah yang tinggi di wilayah perkotaan, maka akan
terjadi peningkatan kebutuhan rumah sewa di wilayah perkotaan.
• Menimbang pada tingkat pendapatan pekerja migran yang sebagian
berpenghasilan rendah dan bekerja pada sektor informal, maka perlu ada
jaminan ketersediaan suplai rumah sewa murah.
• Dalam konteks sustainabilitas lingkungan serta esiensi biaya transportasi dan
pergerakan perkotaan, maka lokasi hunian sebaiknya dikembangkan disekitar
titik-titik lokasi kerja atau disekitar hub transportasi massal (hunian dengan
konsep Transit Oriented Development /TOD).
• Pemerintah perlu melakukan pembangunan infrastruktur permukiman dan
transportasi untuk mengimbangi pertumbuhan jumlah pengguna. Disamping
untuk menjamin aspek kualitas layanan, keberadaan infrastruktur juga krusial
untuk menghindari tumbuhnya kawasan kumuh diperkotaan.
• Pemerintah daerah perlu melakukan pengawasan pemanfaatan ruang untuk
mencegah timbulnya squatter .
Keterbatasan Lahan
Lahan merupakan salah satu aspek krusial dalam pembangunan perumahan.
Rumah tidak bisa dibangun jika tidak terdapat tapakan lahan yang secara sik
layak bangun, secara administratif dikuasai secara sah dan bebas sengketa, serta
secara spasial diperuntukkan untuk fungsi perumahan/permukiman.
Dalam konteks penyediaan perumahan yang dilakukan oleh pihak swasta, calon
pengembang membutuhkan biaya yang mahal untuk penyediaan lahan. Hal
tersebut diantaranya disebabkan terbatasnya lahan di lokasi yang layak bangun
yang menyebabkan tingginya harga, panjang dan rumitnya proses pembebasan
lahan karena negosiasi yang panjang dengan pemilik atau para spekulan atau
jauhnya lokasi lahan dari pusat aktivitas sehingga membutuhkan investasi
tambahan untuk pembangunan infrastruktur.
Sementara pada kasus pembangunan yang dilaksanakan oleh pihak s wasta, aspek
hambatan lahan mengakibatkan beberapa persoalan seperti :
• Kegagalan pembangunan perumahan sehingga suplai rumah menjadi tidak
optimal;
• Lokasi pembangunan rumah di wilayah hinterland/sub-urban karena lahannya
masih relatif tersedia dengan harganya relatif terjangkau;
• Terbatasnya suplai rumah murah karena harga lahan yang tinggi bersifat linier
dengan harga jual rumah.
• Paket Kebijakan Ekonomi XIII (tiga belas) tentang Perumahan untuk MBR, yaitu
terkait percepatan proses dan tahapan perizinan dari 13 menjadi 11 perizinan
dalam waktu 44 hari, penghilangan 7 perizinan, penggabungan beberapa
perizinan, serta penurunan biaya untuk pengurusan perizinan hingga 70%.
• Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Penyederhanaan Perizinan
Pembangunan Perumahan.
• PP No. 64 Tahun 2016 tentang Pembangunan Perumahan MBR yang
memberikan kemudahan persyaratan, waktu, dan biaya untuk pembangunan
MBR dengan hamparan lahan peruntukan bagi pembangunan rumah tapak
seluas 0,5 - 5,0 ha
• Permendagri No. 55 Tahun 2017 tentang Pelaksanaan Perizinan dan Non-
perizinan Pembangunan Perumahan bagi MBR yang menghapuskan beberapa
perizinan seperti izin lokasi, rekomendasi peil banjir, izin cut and fll , serta
Amdal.
• Permen PUPR No. 19 Tahun 2018 tentang IMB Gedung dan SLF Bangunan
Gedung Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik
yang mendukung PP No. 24/ 2018 tentang Pelayanan Perizinan Berusaha
Terintegrasi Secara Elektronik.
Pada saat ini, rumah sewa di banyak negara berkembang (termasuk Indonesia)
masih dianggap sebagai bagian dari sector informal sehingga belum dikelola
secara optimal untuk pemenuhan kebutuhan hunian yang layak dan sehat bagi
masyarakat (Peppercorn, 2013) . Kondisi ini antara lain terlihat dari pola penyediaan
dan pengelolaan rumah sewa yang didominasi oleh inisiatif masyarakat secara
individual, tidak terdapat asosiasi tertentu yang menjadi media pengawasan dan
perlindungan bagi penyedia dan konsumen, belum adanya control terhadap
kualitas sik dan harga, terbatasnya regulasi yang mengatur tentang penyediaan
dan pengelolaan rumah sewa, serta terbatasnya dukungan pemerintah untuk
mengoptimalkan suplai dan pengawasan terhadap rumah sewa. Akibatnya
kemudian, rumah sewa tumbuh tanpa pengaturan dan pengawasan yang layak
untuk menjamin kesesuaian kondisi sik, dukungan infrastruktur, harga sewa,
persebaran lokasi dan kesesuaian dengan fungsi ruang, serta keamanan dan
kenyamanan bermukim.
Sumber: emonitoring.pu.go.id
Merujuk pada peraturan sectoral (UU No. 1 Tahun 2011, dan UU No. 20 Tahun
2011), kewenangan penyelenggaraan perumahan dibagi antara Pemerintah, dan
pemerintah daerah. Sementara merujuk pada UU kewenangan pemerintahah,
urusan penyediaan perumahan untuk MBR menjadi kewenangan Pemerintah
semata. Adapun kewenangan pemerintah daerah menjadi lebih terbatas.
Hingga akhir tahun 2018, telah terbentuk 320 Pokja PKP di tingkat kab/kota dan
33 Pokja PKP dilevel provinsi. Untuk menjaga efektivitasan Pokja, perlu secara
kontinyu dilakukan pembinaan.
Sebagian besar rumah yang dibangun pada periode tahun 2015-2018 merupakan
rumah tipe kecil yang ditujukan untuk kelompok MBR. Secara rinci, rasio untuk
masing-masing kelompok pendapatan (MBR dan Non-MBR) adalah sebagai
berikut:
CAPAIAN
2015
PROGRAM SATU
JUTA RUMAH
2016
2015
BERDASARKAN 2017
2015
KELOMPOK 2018
SASARAN (%)
Stakeholder
Penyediaan rumah dilaksanakan oleh seluruh stakeholder, terutama adalah
masyarakat, pemerintah (pusat dan daerah), pengembang, dan lembaga sosial
lainnya yang antara lain menggunakan dana CSR.
Berdasarkan rincian data capaian Program Satu Juta Rumah, diketahui kontribusi
masing-masing stakeholder sebagai berikut:
MBR
TOTAL UNIT
Pada tahun 2015, selain pembangunan rumah susun untuk MBR, Kementerian
PUPR juga mendapat tugas untuk membangun rumah susun untuk TNI/POLRI.
Dengan alokasi anggaran sebesar Rp 2,6 triliun, telah terbangun 5.015 unit rumah
susun TNI dan POLRI. Selain itu pembangunan rumah susun j uga diarahkan untuk
MBR yang telah terbangun sebanyak 5.482 unit. Dengan pembangunan 10.497
unit rumah susun sewa tersebut, maka capaian penyediaan rumah susun tahun
2015 hanya mencapai 51,20% dari target 20.500 unit. Belum optimalnya capaian
ini disebabkan oleh terbatasnya ketersediaan APBN di tahun 2015.
Pada tahun 2016, dengan anggaran sebesar Rp 4,7 triliun telah terbangun 7.740 unit
rumah susun sewa dengan kelompok target sasaran 2.666 unit rumah susun sewa
MBR, 645 rumah susun sewa Pekerja, 2.075 unit rumah susun TNI dan POLRI, 1.754
unit rumah susun sewa Mahasiswa, dan 600 unit rumah susun sewa Asrama Ponpes.
Pada tahun 2017, berhasil dibangun sebanyak 13.251 unit rumah susun sewa, yang
didominasi oleh peruntukan MBR 10.673 unit, rumah susun sewa pekerja 822 unit,
rumah susun TNI dan Polri 130 unit, rumah susun sewa Asrama Mahasiswa 936
unit, dan rumah susun sewa Asrama Ponpes 690 unit.
Pada tahun 2018, ditargetkan pembangunan rumah susun sewa sejumlah 13.405
unit. Adapun target sasaran pembangunan rumah susun diantaranya 4.267 unit
rumah susun sewa MBR, 2.867 unit rumah susun sewa ASN, 600 unit rumah susun
sewa Pekerja, 2.770 unit rumah susun sewa Asrama Mahasiswa, dan 2.901 unit
rumah susun sewa Asrama Ponpes.
KELOMPOK
NO. 2015 2016 2017 2018 TOTAL
SASARAN
ADMINSTRASI TEKNIS
Pada tahun 2015, telah dilakukan pembangunan 6.310 unit-unit rumah khusus
yang terdiri dari 2.705 unit rumah khusus TNI/POLRI, dan 4.615 unit unit rumah
khusus lainnya (daerah pasca bencana/konik, maritim/nelayan dan perbatasan
negara).
Pada tahun 2016, dengan alokasi total Rp 1,31 triliun, telah terbangun 6.048 unit
rumah khusus yang terdiri atas 32 unit rumah khusus untuk penduduk di pulau
terluar, 16 rumah khusus untuk kebutuhan riset, 25 unit rumah khusus untuk
masyarakat terkena program pemerintah, 639 unit rumah khusus untuk masyarakat
korban bencana, 674 unit rumah khusus untuk Kawasan perbatasan negara, 1.373
unit rumah khusus untuk daerah terpencil, 2.007 unit rumah khusus nelayan, dan
1.282 unit rumah khusus TNI/POLRI.
Untuk tahun 2018, penyediaan rumah khusus diharapkan mampu mancapai target
sebanyak 4.550 unit dengan kelompok sasaran target 1.855 unit rumah khusus
untuk MBR, 396 unit rumah khusus di kawasan perbatasan, 769 unit rumah khusus
untuk masyarakat terkena program pemerintah, 1.230 unit rumah khusus di daerah
tertinggal dan pulau terluar, 140 unit rumah khusus untuk korban bencana, dan
160 unit rumah khusus untuk Kodam.
REALISASI
KELOMPOK
NO.
SASARAN
2015 2016 2017 2018 TOTAL
4. Daerah tertinggal,
terpencil, pulau - 1,405 760 1,230 3.395
terluar
7. Terkena dampak
Program Pemerintah - 25 144 769 1.028
Pusat
ADMINSTRASI TEKNIS
Tahun 2015, dengan alokasi anggaran Rp 1,51 triliun telah dilakukan Peningkatan
Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) terhadap 61.489 unit RTLH dengan
besaran bantuan berkisar antara Rp 7,5 - Rp 15 juta per unit. Pada tahun yang
sama juga dilakukan kegiatan Pembangunan Baru Rumah Swadaya sebanyak
20.756 unit dengan besar bantuan Rp 30 juta per unit.
Memasuki tahun 2016, terjadi pergeseran kebijakan, yaitu prioritas kegiatan BSPS
adalah Peningkatan Kualitas, sehingga komposisi Peningkatan Kualitas Rumah
Tidak Layak Huni (RTLH) jauh lebih banyak daripada Pembangunan Baru Rumah
Swadaya. Dengan alokasi BSPS Rp 1,60 triliun, telah dilakukan Peningkatan
Kualitas Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) terhadap 96.881 unit dan Pembangunan
Baru Rumah Swadaya terhadap 1.007 unit.
Pada tahun 2017, alokasi BSPS mengalami peningkatan menjadi Rp 1,93 triliun.
Dari alokasi tersebut telah dilakukan Peningkatan Kualitas Rumah Tidak Layak
Huni (RTLH) terhadap 110.732 unit RTLH dan Pembangunan Baru Rumah Swadaya
sejumlah 2.000 unit. Pada tahun 2017, lokasi kegiatan BSPS juga diarahkan untuk
mendukung pengembangan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional.
Mulai tahun 2018, kegiatan BSPS diintegrasikan sebagai bagian dari kebijakan
Padat Karya Tunai. Dengan alokasi sebesar Rp 3,29 triliun dan tambahan NAHP
sebesar Rp 365 miliar yang diharapkan dapat menyelesaikan 203.300 unit rumah
tidak layak huni, dan tentunya masih mendukung pengembangan Kawasan
Strategis Pariwisata Nasional.
Secara rinci, realisasi kegiatan BSPS tahun 2015 - 2018 adalah sebagai berikut:
REALISASI
NO. KELOMPOK SASARAN
2015 2016 2017 2018 TOTAL
ADMINSTRASI TEKNIS
Jenis PSU yang disediakan sesuai dengan Permen PUPR No. 03 Tahun 2018 adalah
jalan lingkungan, jaringan air minum, dan fasilitas tempat pembuangan sampah.
Pada periode tahun 2015 - 2018, telah dilaksanakan pembangunan PSU yang
melayani ... unit rumah umum, dengan perincian sebagai berikut:
1. 2015 28.778
2. 2016 26.884
3. 2017 17.266
4. 2018 27.011
Total 99.939
Dengan blended nancing diharapkan tingkat suku bunga KPR dapat ditekan dan
dipertahankan sebesar 1 (satu) digit sepanjang masa tenor pinjaman.
Keuntungan yang diperoleh calon penerima dari KPR-FLPP antara lain suku bunga
maksimal 5% sudah termasuk premi asuransi kebakaran dan kredit tetap selama
tenor dengan metode perhitungan bunga anuitas serta jangka waktu KPR yang dapat
disesuaikan dengan kesepakatan antara Bank Pelaksana dengan calon penerima.
Jangka waktu maksimal KPR adalah 20 tahun sehingga cicilan menjadi ringan.
Saat ini, pengelolaan FLPP dilaksanakan oleh Badan Layanan Umum Pusat
Pengelolaan Dana Pembiayaan Perumahan (BLU-P2DPP) melalui lembaga
perbankan. Tujuannya adalah untuk mewujudkan sistem pembiayaan perumahan
nasional yang berkelanjutan dalam mendukung pemenuhan kebutuhan akan
tempat tinggal bagi MBR. Ke depan diupayakan agar sumber pembiayaan FLPP
tidak hanya sebatas dari dana APBN namun juga melibatkan dana-dana jangka
panjang lainnya seperti dana Taperum-PNS atau lainnya.
Adapun realisasi KPR FLPP pada periode tahun 2015-2018 dapat ditampilkan
pada tabel berikut:
TARGET REALISASI
TAHUN
ANGGARAN (RP.) UNIT ANGGARAN (RP.) UNIT
Bantuan Uang Muka (BUM) bertujuan untuk meningkatkan akses MBR terhadap
pembiayaan perumahan sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk
merumahkan masyarakat melalui pembiayaan pemilikan rumah bersubsidi. BUM
diberikan sebagai stimulus kepada MBR yang masih mengalami kesulitan untuk
memenuhi persyaratan uang muka pembelian rumah sejahtera tapak sehingga
dapat menjadi lebih bankable mendapatkan pembiayaan perumahan. Nilai BUM
yang diberikan sebesar Rp. 4.000.000,-.
TARGET REALISASI
TAHUN
ANGGARAN (RP.) UNIT ANGGARAN (RP.) UNIT
Pada tahun 2015, subsidi ini berbentuk Subsidi Selisih Angsuran (SSA).
TARGET REALISASI
TAHUN
ANGGARAN (RP.) UNIT ANGGARAN (RP.) UNIT
Adapun kelompok sasaran dari BP2BT adalah MBR perorangan yang berstatus
tidak kawin atau pasangan suami isteri dengan penghasilan tertentu. Penghasilan
Untuk dapat menerima BP2BT, calon penerima bantuan harus memiliki tabungan
dengan minimal saldo sebesar Rp 2 juta - Rp 5 juta. Setelah itu, calon penerima
bantuan dapat melapor pada bank yang telah bekerja sama untuk pengajuan
bantuan hanya dengan memperlihatkan buku tabungan. Lama durasi tabungan
yang bisa dijadikan acuan pendaftaran program, minimal sudah berjalan selama 6
bulan. Calon penerima bantuan juga sebelumnya belum mendapat bantuan atau
subsidi perolehan rumah atau subsidi pembangunan rumah dari pemerintah
Pada tahun 2018, sebagai pilot project terdapat 169 unit rumah yang menjadi
usulan BP2BT dengan sebaran sebagai berikut:
SEBARAN LOKASI
USULAN PB2BT
TAHUN 2018
DI 16 PROVINSI
DWITYO A. SOERANTO
Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan
Total
7.819,66 M
Target Pembangunan
Kegiatan ini mampu memberikan multiplier effect dalam bentuk kumulasi dana
keswadayaan masyarakat, pelaksanaan
pelaksanaan padat karya tunai yang mampu menyerap
tenaga kerja lokal dan meningkatkan daya beli, mampu menjangkau lebih banyak
penerima manfaat dibandingkan program bantuan perumahan lainnya, serta
mendukung penanganan Prioritas Pembangunan Nasional seperti KSPN, KPPN,
penanganan kumuh, KSP Papua dan Papua Barat, dan perbatasan negara.
Pada tahun 2018, Program ini dilaksanakan dalam kegiatan Rumah Khusus (10.275
orang tenaga kerja, komponen upah kerja senil ai Rp. 140 M) dan Rumah Swadaya
(180.300 orang tenaga kerja, komponen upah kerja sekitar Rp. 478 M).
OUTLOOK Penyediaan
Penyediaan Perumahan 2019
69
PROSPEK DITJEN
PENYEDIAAN PERUMAHAN
TAHUN 2019
Pemerintah berusaha agar ASN/TNI/Polri dapat menghuni rumah yang layak dan/
atau memiliki rumah.
Terutama ditujukan
ditujukan bagi ASN yang belum ingin membeli rumah,
rumah, atau ASN
yang sering berpindah lokasi kerja karena alasan penempatan.
Kesiapan Lokasi/Lahan
Lahan yang diusulkan sebagai lokasi pembangunan, khususnya Rumah Susun
dan Rumah Khusus, harus memiliki legalitas yang jelas. Selain itu, kondisi sik
lahan sudah harus bersih dari bangunan lain dan siap bangun (clean and clear),
tidak butuh lagi pembersihan lahan dan cut and ll. Faktor keamanan lokasi
juga harus dipastikan, sehingga tidak ada lagi hambatan atau gangguan ketika
pembangunan berlangsung.
Penetapan Lokasi
Lokasi-lokasi yang telah lolos verikasi teknis, selanjutnya ditetapkan dalam
bentuk SK Penetapan Lokasi yang dikeluarkan oleh Menteri PUPR. SK Penetapan
Lokasi ini sebaiknya dikeluarkan pada T-1
T-1 atau maksimal 3 bulan pertama T0 agar
tidak menghambat proses konstruksi.
Penyesuaian Desain
Perlu segera dilakukan penyesuaian desain sebelum pelaksanaan proses
Pengadaan Barang dan Jasa terhadap tipologi rumah yang dikeluarkan oleh
Ditjen Penyediaan Perumahan sesuai dengan lokasi pembangunan yang telah
lolos verikasi teknis sehingga tidak menghambat proses pembangunan.
OUTLOOK Penyediaan
Penyediaan Perumahan 2019
71
PROSPEK DITJEN
PENYEDIAAN PERUMAHAN
TAHUN 2019
Aspek penyediaan lahan dan nilai pengembalian investasi yang cenderung rendah
apabila hanya mengandalkan pengembalian investasi hanya melalui pengenaan
tarif layanan. Perlu inovasi untuk mengelola risiko dan meningkatkan daya tarik
investasi, antara lain melalui konsep bundling dengan kegiatan komersial atau
VGF (Viability Gap Fund) dengan nilai maksimal sebesar 49% dari nilai investasi
proyek.
Perlu kerja sama dan koordinasi secara reguler dengan pemda untuk memastikan
kebutuhan pembangunan, penyediaan lahan, kelancaran proses konstruksi,
ketepatan sasaran penerima manfaat, dan memastikan agar aset dimanfaatkan
dengan baik.
OUTLOOK Penyediaan
Penyediaan Perumahan 2019
73
PROSPEK DITJEN
PENYEDIAAN PERUMAHAN
TAHUN 2019
Penyediaan 976 ribu - 1.170 ribu unit hunian layak huni bagi MBR pada
tahun 2020-2024 dengan kebutuhan anggaran sebesar Rp. 156 Triliun -
Rp. 234 Triliun.
DWITYO A. SOERANTO
Direktur Perencanaan Penyediaan Perumahan
D
I AWAL PERTEMUAN, H.M. RIDWAN
SETIAWAN MENGUNGKAPKAN BAHWA
PEMBERIAN BANTUAN RUMAH KHUSUS OLEH
KEMENTERIAN PUPR SANGAT MEMBANTU
MASYARAKAT KABUPATEN KUNINGAN
KHUSUSNYA KORBAN BENCANA DAN WARGA
YANG TERKENA DAMPAK PEMBANGUNAN
WADUK KUNINGAN AGAR DAPAT HIDUP
NORMAL DAN BERAKTIVITAS KEMBALI DENGAN
TENANG.
S
ebagai kepala desa, Danta Hidayat “Tidak hanya saya, warga tentunya
mengaku sangat bahagia dan lebih senang dan bersyukur atas
bersyukur karena warganya, bantuan pemerintah ini. Karena itu saya
masyarakat dusun Cimeong yang terkena menyampaikan terimakasih kepada
dampak bencana tanah lonsor kini sudah pemerintah pusat dan daerah yang telah
mendapatkan hunian baru yang sangat layak. peduli pada masalah yang kami alami.
Selanjutnya saya tentu berharap agar jika
Danta layak merasa bahagia karena warganya ada program lain untuk menyempurnakan fasilitas
yang sebelumnya tinggal dirumah yang retak-retak dikawasan perumahan ini kami masih bisa dapat,
dan sewaktu-waktu bisa mengancam keselamatan seperti tembok untuk penahan tebing agar tidak
nyawanya kini bisa tidur tenang dalam bangunan longsor dan tidak menutup jalan yang sekarang sudah
bagus”, tuturnya penuh harap.
P
embangunan waduk pembangunan waduk kemudian membuat relokasi
Kuningan berdampak dilakukan lebih cepat.
pada masyarakat
yang disekitar lokasi “Alhamdulillah, kami bersyukur karena perjuangan
pembangunan waduk. Ada kami agar bisa segera direlokasi akhirnya mendapatkan
lima desa yang terdampak jawaban. 40 unit rumah tipe 36 lengkap dengan
langsung yaitu Randusari, perabotan seperti sofa, meja dan kursi sudah dapat
Kawungsari, Sintajaya, Tanjung Kerta dan Suka Rapih. dihuni warga. Listrik dan air juga sudah tersedia.
Karena itu kami sangat berterimakasih kepada
Warga yang direlokasi ke lokasi baru yang kemudian pemerintah yang telah meringankan beban, dan
dinamai perumahan Resmi Mulya adalah warga RT 05 menghilangkan kekhawatiran kami jika tiba-tiba terjadi
yang terdiri dari 287 jiwa dengan 40 rumah. Sebelum bencana”, ungkap Samsu.
RUDISNA MARYATI
Warga Warga
R
USUN SASANA TRESNA WERDHA TERLIHAT
SANGAT BERBEDA DENGAN GAMBARAN
RUSUN PADA UMUMNYA. BANGUNAN
BERLANTAI TIGA YANG DICAT PUTIH TERSEBUT
TERLIHAT SANGAT BERSIH DENGAN POHON
BESAR DAN KEBUN ASRI YANG TERTATA RAPI
DAN SANGAT TERPELIHARA. TIDAK HERAN JIKA
PARA PENGHUNI RUSUN LANSIA PERTAMA DAN
SATU-SATUNYA DI INDONESIA INI MENGAKU
SANGAT NYAMAN TINGGAL DI TEMPAT INI.
Ibnu Abas
Kepala Sasana Tresna Werdha Ria Pembangunan
S
iti Chomsah yang akrab di senang karena tempatnya bagus dan bersih.
sapa oma Alit tinggal di Perabotannya juga sudah disesuaikan dengan
Sasana Tresna Werdha RIA kondisinya, misalnya adanya railing (pegangan)
Pembangunan sejak bulan Oktober di hampir semua tempat yang dilewati termasuk
tahun 2015. Sebelum menempati di kamar mandi.
Rumah Susun Khusus (Rusus) yang
berlantai tiga, Oma Alit menempati “Rasanya jauh lebih nyaman dibandingkan tinggal
paviliun Cempaka di gedung lama. Pada di rumah saya di Banten. Rumah dengan ruangan yang
saat awal mendapatkan informasi akan dipindahkan di besar tapi kosong tidak ada orang, tidak ada teman.
Rusus dengan gedung bertingkat ia mengaku sempat Repot kalau mau mengerjakan apa-apa. Belum lagi
menolak karena tidak terbiasa. kalau malam, gelap dan sepi. Beda dengan disini.
Banyak teman, ada kegiatan bersama dan selalu
“Banyak yang saya pikirkan. Bagaimana nanti naik ada yang mengurus dan menemani. Apalagi anak-
liftnya, bagaimana kalau lifnya macet, dan bagaimana anak Oma semua tinggal di Jakarta, jadi mereka jadi
harus naik atau turun kalau pas lagi ada perlu atau ikut gampang kalau mau menenggok Oma”.
acara. Buat orang seusia saya yang sudah susah jalan,
rasanya berat. Tapi setelah diyakinkan bahwa nanti Oma Alit yang nampak segar diusia yang telah
selalu akan ada yang menemani kalau mau naik atau melewati 80 tahun rajin menggikuti berbagai kegiatan
turun, saya mulai tenang. Dan akhirnya saya tidak bisa yang diselenggarakan pengelola seperti senan ringan
menunda lagi untuk pindah, karena bangunan lama di kamar, sekedar jalan-jalan di halaman, mengaji atau
yang saya tingali tambah hancur dimakan rayap”, tutur kelas lain untuk mengasah daya ingatnya. “ Perawat
oma Alit mengingat kembali kepindahannya ke Rusus. dan dokter yang merawat oma sudah oma anggap
sebagai anak dan cucu sendiri. Kami sudah sangat
Sekarang setelah setahun tinggak di rusun, akrab, itu juga yang membuat oma betah disamping
pendapatnya berubah. Ia mengaku sangat gedungnya yang bagus dan bersih”, pungkasnya.
O
pa Asfan Lubis dan Oma Siti Rochayati adalah di paviliun Wijaya Kusuma yang terletak di belakang
pasangan pensiunan tentara dan penulis rusun saat ini. Mengetahui keberadaan tempat ini dari
yang tinggal di Sasana Tresna Werdha RIA internet, opa Asfan kemudian berinisiatif untuk datang
Pembangunan sejak 1 Juni 2013. Sebelum pindah sendiri ke kantor pengelola untuk mendapatkan
ke rusun khusus, pasangan ini juga dulunya tinggal informasi lebih detail. Selanjutnya, opa Asfan dan oma
S
EJAK TAHUN ����, RUMAH SUSUN UNIT
KABIL INI TELAH BEROPERASI DAN
DIPERUNTUKKAN BAGI ATAU PEKERJA KARENA
LETAKNYA YANG DEKAT DENGAN KAWASAN
INDUSTRI. TINGKAT HUNIANNYA SUDAH
MENCAPAI ��-��%. ADA � TOWER.
Sangkot Sihombing
Kepala Unit Rumah Susun Kabil
Sejak tahun 2012, Rumah Susun Unit Kabil ini telah beroperasi dan
diperuntukkan bagi atau pekerja karena letaknya yang dekat dengan
kawasan industri. Tingkat huniannya sudah mencapai 60-70%. Ada 4 Tower.
Yang pertama dibangun 2 queen block, blok CD dan EF. Kamarnya masing-
masing 80. Dengan tipe 2 kamar (24 dan 27) dan sudah dilengkapi dengan mebel dan
perabotan,” kata Pak Sangkot yang baru 4 bulan mengelola rusun.
Terkait biaya sewa, ia mengaku sempat menemui kendala. “Dulu, kita patok biaya sewa
per orang 85.000-115.000 per bulan. Namun, tahun Januari 2017, harga sewa kita naik
sebesar 50%. Jadi per orang dikenai harga sewa berkisar 127.500-172.500.”
SUPARNO
Nyaman Tinggal Di Sini
“Selain itu, air dan listriknya pun bisa berfungsi
“Saya sudah 26 tahun
dengan baik. Jalanan juga rapi dan bersih. Kalau
menetap di Batam. Begitu
ada kekurangan di rusun, cepat diperbaiki oleh
saya pensiun dari CV Bintang
petugas di rusun. Sangat responsif dan saya
Jaya Sejati, ada anak angkat
nyaman tinggal di sini.” tutur Pak Suparno yang
yang kasih tahu saya ada program
menyewa 2 unit, satu untuk tempat tinggal
rusun.” Kisah Pak Suparno saat pertama kali ia
dan satu untuk usaha warungnya. Untuk tarif,
tahu ada program rusun. Ia pun merasa bersyukur
Pak Suparno berharap agar tidak ada kenaikan
bisa tinggal di sini karena sewa tempatnya
dengan fasilitas sebaik dan selengkap ini.
terhitung murah, yakni 67.000 Rupiah per bulan.
S
aya menghuni rusun ini Selain fasilitas, Pak Nasir mengungkapkan agar surat-
sejak Januari 2018. surat kepemilikan rusun segera diproses dan diterima.
Sebelumnya saya “Kami mohon supaya segera diproses karena pada
tinggal di kampung awal pemberitahuan saat dipindah, memang jadi
nelayan di bawah,” rumah hunian sementara saja. Tidak boleh jual dan
kisah Dahlia. Rumahnya segala macam. Jadi, kami butuh kejelasan.”
yang ada di kampung
nelayan telah dirobohkan
karena kondisinya sudah
memprihatinkan. Ia merasa
senang dan bersyukur karena bisa dipindahkan SABARIAH�PENGHUNI
RUSUN BINTAN
ke rusun. “Dulu waktu di kampung nelayan, kayu
dan papannya sudah lapuk, sering bocor, jadi
S
abariah pernah
membahayakan juga. Di rusun lebih bagus, lebih mendaftar di tahun-
luas. Air dan listrik juga sudah tersedia,” ujar Dahlia tahun sebelumnya
antusias. agar bisa mendapat program
rusun. Namun, baru tahun
Harapan perbaikan Dahlia untuk rusun ini adalah ini, keinginannya untuk tinggal
agar dilengkapi dengan dapur. “Untuk saat ini, saya di rumah yang layak dan bagus
mensiasati dengan masak di warung,” tutup ibu anak terkabul. “Saya tahu program rusun
dua ini. karena ada orang dari PUPR, kepala desa yang
mencatat penduduk yang rumahnya tidak layak huni.
Senang sekali bisa tinggal di rumah yang lebih layak
NASRI�PENGHUNI meskipun kecil. Rumah yang waktu itu di kampung
RUSUN BINTAN nelayan tidak layak. Akhirnya saya bisa tidur dengan
S
udah hampir setahun tenang karena sudah tidak takut lagi rumahnya bocor
Nasri menempati dan roboh,” kata Sabariah sambil menangis terharu.
rusun di Desa Busung. Selain mendapatkan rumah, Sabariah juga mendapat
Sebelumnya ia menempati tempat untuk usaha warung makan.
rumah panggung yang
tidak layak huni. “Saya Terkait dengan surat yang menunjukkan bahwa Bu
tahu rusun ini dari petugas Sabariah pemiliki unit, ia mengaku hanya untuk
yang survei dan datang ke keperluan pindah saja, belum ada kepastian akan
kampung. Katanya ada tinggal hingga jangka waktu tertentu. “Dari pihak desa,
pembangunan rusun bagi penduduk dijanjikan surat kepastian kepemilikan akan keluar
yang rumahnya tidak layak huni. Hanya perlu setahun setelah 6 bulan. Sudah setahun lebih saya tinggal,
untuk menunggu rusun bisa ditempati.” belum ada suratnya. Kalau ada surat, enak lah untuk
memperbaiki yang kurang-kurang, misalnya teras ini
Dibandingkan dengan tempat tinggal yang lama, bisa ditutup kain supaya jualan tidak basah saat hujan.”
Nasri merasa puas dan lebih nyaman tinggal di rusun.
“Di sini tidak bocor. Rumahnya juga sudah permanen Terkait fasilitas rusun, Sabariah mengaku sangat puas.
dan halamannya luas. Jadi bisa lebih nyaman tinggal “Semua fasilitas ada dan cukup terjangkau. Akses
di sini,” kata Pak Nasri yang tinggal bersama sang saya pulang ke Pinang juga ada, karena di depan ada
istri. “Saran saya, disediakan lampu jalan di simpang angkutan. Dagang juga lebih enak karena di sini ramai.
sana sekaligus sarana olahraga supaya olahraga lebih Ada saja yang beli meskipun sedikit.”
J
ADI MEMANG SUDAH ADA KEBIJAKAN BAGI
PARA MAHASISWA BARU TINGKAT � UNTUK
WAJIB MENGHUNI RUSUN INI SELAMA SATU
TAHUN. DI SINI ADA �� UNIT. �� YANG BIASA, �
UNIT UNTUK DIFABEL.
Kemal Mustafa
Pengelola Student Castle Vitka
“Jadi memang sudah ada kebijakan bagi para mahasiswa baru tingkat 1 untuk wajib
menghuni rusun ini selama satu tahun. Di sini ada 37 unit. 35 yang biasa, 2 unit untuk
difabel. Satu unit dihuni 2 orang. Untuk fasilitas, diberikan masing-masing,” kata
Kemal. Fasilitas yang ada disediakan rusun pun terbilang lengkap. Fasilitas tersebut
S
elain dekat dengan kampus, Olin mengaku Untuk ke depannya, Derry
memilih tinggal di Rusun karena mempermudah berharap agar ada fasilitas
ia bersosialisasi dan mendapat teman-teman kantin yang memudahkan ia untuk
baru. Jarak kampus yang dekat dan bisa ditempuh
makan dan harganya bisa lebih murah, sesuai dengan
dengan berjalan kaki 2-3 menit, membuat Olin
memutuskan tinggal di rusun dibandingkan ngekos. harga mahasiswa.
“Selain itu, fasilitas di sini pun cukup memadai,
termasuk fasilitas untuk belajar.
Tinggal di sini pun merasa WELLY ANG�MAHASISWA BTP
aman karena ada tenaga Memilih Melanjutkan
security.” ujar Olin yang
berasal dari Padang, Sekolah di Indonesia
Sumatra Barat. Kedepannya
ia berharap, ada dapur
S
karena ia kesulitan mencari aya lama di
makan di sekitar rusun. Singapura karena
Papa orang sana,
sedangkan Mama asli
Medan. Alasan saya pilih
DERRY MARION RANESTHY� bersekolah di sini karena
MAHASISWA BTP saya mau menyumbangkan
pengetahuan dan
Bertekad Majukan keterampilan yang saya miliki
untuk Indonesia. Selain itu, Batam
Pariwisata Natuna juga dekat dengan Singapura, jadi orangtua gampang
mengunjungi saya,” terang Welly.
S
aya memilih sekolah di sini karena
memanfaatkan kesempatan beasiswa dari Tentunya ia mengakui jika bersekolah di sini memang
Pemerintah Kabupaten Natuna. Sebelum kuliah, ada kekurangan dibandingkan bersekolah di
saya memang bekerja di bidang pariwisata, jadi Singapura. Namun, ia menyatakan bahwa pola pikir
untuk berubah dan maju ke depan lah yang membuat
memilih kuliah BTP supaya bisa menggali lebih dalam
ia memutuskan sekolah di BTP. “Kalau sudah ada
mengenai ilmu pariwisata,” ujar Derry yang berasal pola pikir untuk maju, pasti akan lebih mudah bagi
dari Natuna. “Terkait pariwisata, Natuna memang saya untuk belajar. Di sini saya juga sering berbagi
sedang berkembang karena aksesnya juga susah pengalaman saya sebagai orang yang tinggal lama di
dan lambat. Selain itu, masih kurang SDM-nya. Jadi, luar negeri. Jadi semakin memotivasi teman-teman
saya ambil kesempatan untuk sekolah di sini supaya supaya bisa lebih maju,” tegas Welly yang memilih
bisa memajukan pariwisata Natuna. Kalau bisa, kelak sebagai WNI.
setelah lulus, jadi pengusaha pariwisata di Natuna.”
Sejauh ini, ia merasa nyaman dengan lingkungan Welly berharap agar ke depannya ada fasilitas
asrama. “Menurut saya, asrama di sini sudah seperti kesehatan, misalnya klinik supaya tidak repot jika sakit
luar negeri. Aman, indah, dan tertib. Awalnya saya ragu tengah malam.