Anda di halaman 1dari 18

TANGGAPAN

DAN
SARAN
TERHADAP
KERANGKA ACUAN KERJA (KAK) DAN
PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG DARI PPK

D
D.1

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP KERANGKA ACUAN KERJA


Secara umum konsultan sudah membaca dan memahami Kerangka Acuan Kerja
(KAK) yang sudah diberikan pihak pemberi pekerjaan. Berikut ini beberapa
tanggapan dan saran dari konsultan terhadap Kerangka Acuan Kerja (KAK)
tersebut khususnya latar belakang, maksud dan tujuan pekerjaan, sasaran
pekerjaan, referensi hukum, lokasi pekerjaan, lingkup pekerjaan serta keluaran.

D.1.1 Tanggapan Dan Saran Terhadap Latar Belakang


Dalam kerangka acuan kerja disebutkan bahwa pekerjaan ini dilatarbelakangi
bahwa

pembangunan

nasional

meliputi

pembangunan

perumahan

dan

permukiman yang layak, sehat, aman, serasi dan teratur. Dalam rangka
memberikan arahan pembangunan nasional yang lebih baik, pemerintah perlu
memperhatikan

hasil

sebelumnya.

Hal

ini

dilaksanakan

secara

pembangunan

yang

penting,

program

agar

berkesinambungan

telah

dan

dicapai

yang
dapat

di

tahun-tahun

direncanakan
terukur

dapat

dampaknya.

Program penyediaan perumahan yang telah dilakukan selama ini melibatkan


banyak sektor dan stakeholder yang begitu luas oleh karena itu evaluasi
terhadap berbagai dukungan baik itu Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan
pihak yang terkait lainnya dalam penyediaan perumahan merupakan suatu
kebutuhan untuk mengetahui tingkat keberhasilan serta dampak dan manfaat
penyediaan perumahan yang telah terselenggara.
Latar belakang pekerjaan yang disampaikan dalam Kerangka Acuan Kerja sudah
dipahami oleh konsultan. Seperti diketahui bahwa Undang-Undang Dasar (UUD)
1945 pasal 28 telah mengamanatkan salah satu kebutuhan dasar manusia
adalah bertempat tinggal dan negara bertanggung jawab melindungi segenap
Bangsa

Indonesia

melalui

penyelenggaran

penyediaan

perumahan

agar

masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak dan
terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan
di seluruh wilayah Indonesia. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
D-1

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

Nasional 2005-2025 (Undang Undang No.17 tahun 2007) sudah ditetapkan


bahwa sasaran pokok pembangunan perumahan dan permukiman adalah
terpenuhinya kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana
pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan
perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien dan akuntabel. Sudah
sejak lama pula disadari bahwa penyediaan perumahan merupakan salah satu
instrumen

strategis

untuk

menggerakkan

roda

ekonomi,

meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan membangun karakter bangsa. Selanjutnya


negara melakukan proses penyediaan perumahan melalui berbagai kebijakan
dengan sasaran pokok penyediaan perumahan adalah untuk memenuhi
kebutuhan hunian tersebut. Beberapa kebijakan penyediaan perumahan melalui
pembangunan perumahan dan kawasan permukiman yang sudah dilakukan
antara pembangunan rusunawa, rusunami, fasilitasi perumahan komersil,
perumahan

formal,

pengembangan

kawasan

permukiman,

program

pembiayaan perumahan, program perumahan swadaya, dll.


Adapun Kebijakan jangka menengah pembangunan perumahan rakyat (20102014) yang akan dilakukan mencakup :
1.
Mengembangkan peraturan perundangan-undangan dibidang perumahan.
2.
Meningkatkan pemberdayaan komunitas perumahan pada semua
3.
4.

tingkatan.
Meningkatkan penataan dan kawasan perumahan dan permukiman.
Mengembangkan
sistem
pembiayaan
dan
pemberdayaan
pasar

5.

perumahan.
Meningkatkan penyediaan rumah, prasarana dan sarana dasar perumahan

6.

dan permukiman formal.


Meningkatkan penyediaan dan kualitas rumah, prasarana dan sarana dasar

7.

perumahan dan permukiman swadaya.


Meningkatkan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian,

8.

serta teknologi di bidang perumahan dan permukiman.


Meningkatkan kapasitas pelaku penyelenggara pembangunan perumahan
dan permukiman.

Sementara
berdasarkan

itu,

strategi

kepada

pembangunan

kebijakan

perumahan

pembangunan

rakyat

perumahan.

dijabarkan
Penjabaran

kedelapan butir kebijakan beserta masing-masing strategi jangka menengah


pembangunan perumahan rakyat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mengembangkan peraturan perundangan-undangan dibidang perumahan
Strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut meliputi :
a. Penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik.

D-2

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

b. Penyusunan,pengembangan dan sosialisasi Norma, Standar, Panduan,


Manual (NSPM) bidang perumahan.
c. Percepatan
penyusunan
peraturan

perundang-undangan

dan

kelembagaan di bidang perumahan.


d. Penciptaan kepastian dan perlindungan hukum dalam bermukim.
e. Pembentukan Badan Layanan Umum perumahan.
2. Meningkatkan pemberdayaan komunitas perumahan pada semua tingkatan
Strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut meliputi :
a. Penguatan lembaga Pemerintah dan non Pemerintah

dalam

pembangunan perumahan.
b. Pemberdayaan usaha ekonomi masyarakat miskin dalam mendorong
pemenuhan kebutuhan rumahnya.
3. Meningkatkan penataan dan kawasan perumahan dan permukiman Strategi
untuk melaksanakan kebijakan tersebut meliputi :
a. Pengembangan kawasan perumahan skala besar.
b. Peningkatan penyediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan
permukiman.
c. Pengintegrasian pengembangan kawasan perumahan dan permukiman
dengan prasarana dan sarana perkotaan dan atau perdesaan.
d. Peningkatan pola keserasian antar kawasan perumahan
permukiman serta penerapan pola hunian berimbang.
e. Peningkatan pengembangan perumahan dan Permukiman

dan
sesuai

dengan rencana tata ruang.


4. Mengembangkan sistem pembiayaan dan pemberdayaan pasar perumahan
Strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut meliputi :
a. Pengembangan pola subsidi baru yang lebih tepat sasaran.
b. Pengembangan pembiayaan mikro pembangunan rumah baru dan
perbaikan rumah.
c. Pemantapan pasar primer dan sekunder perumahan.
d. Percepatan operasionalisasi dan pengembangan SMF dan SMM.
e. Pengembangan insentif fiskal bagi swasta yang menyediakan hunian
f.

bagi MBR.
Pengintegrasian

pembiayaan

perumahan

dengan

sumber-sumber

pembiayaan jangka panjang.


g. Pengintegrasian pembiayaan perumahan dan permukiman dengan
sumber-sumber pembiayaan jangka panjang.
5. Meningkatkan penyediaan rumah, prasarana dan sarana dasar perumahan
dan permukiman formal Strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut
meliputi :
a. Peningkatan penyediaan hunian (sewa/milik) bagi MBR.
b. Penyediaan sarana dan prasarana dasar bagi kawasan rumah sederhana
sehat.
c. Pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman akibat dampak
bencana alam dan kerusuhan sosial.

D-3

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

6. Meningkatkan penyediaan dan kualitas rumah, prasarana dan sarana dasar


perumahan dan permukiman swadaya Strategi untuk melaksanakan
kebijakan tersebut meliputi :
a. Peningkatan fasilitasi dan pemberdayaan MBR dalam penyediaan
perumahan dan permukiman.
b. Pengembangan pembangunan

perumahan

dan

permukiman

yang

bertumpu pada keswadayaan masyarakat.


c. Peningkatan kualitas perumahan serta prasarana dan sarana dasar
lingkungan perumahan dan permukiman.
7. Meningkatkan koordinasi, pembinaan, pengawasan dan pengendalian, serta
teknologi

di

bidang

perumahan

dan

permukiman

Strategi

untuk

melaksanakan kebijakan tersebut meliputi :


a. Peningkatan koordinasi dan kerjasama pelaksanaan kebijakan serta
penyelenggaraan agenda global dibidang perumahan dan permukiman.
b. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian pembangunan perumahan
dan permukiman.
c. Pengembangan inovasi,

teknologi,

dan

industri

perumahan

serta

penerapannya.
8. Meningkatkan kapasitas pelaku penyelenggara pembangunan perumahan
dan permukiman Strategi untuk melaksanakan kebijakan tersebut meliputi :
a. Peningkatan kapasitas pemerintah daerah dalam pembangunan
perumahan dan permukiman.
b. Peningkatan kapasitas SDM dalam penyelenggaraan pembangunan
perumahan dan permukiman.
c. Peningkatan
kapasitas
Stakeholders

dalam

penyelenggaraan

pembangunan perumahan dan permukiman.


Pemerintah melalui Kementerian Negara Perumahan Rakyat sudah pernah
menetapkan Rencana Strategis Pembangunan Perumahan 2005-2009. Rencana
strategis tersebut antara lain :
a. Mengurangi kesenjangan penyediaan perumahan dari 5,8 juta unit pada
tahun 2004 menjadi 4,8 juta unit pada tahun 2009 dan memenuhi
kebutuhan rumah bagi keluarga baru sebesar rata-rata 800 ribu unit per
tahun;
b. Mengurangi jumlah rumah tidak layak huni dari 13 juta unit pada tahun 2004
menjadi 5,8 juta unit pada tahun 2009;
c. Mengurangi luas kawasan kumuh dari 54.00 hektar pada tahun 2004
menjadi 27.000 hektar pada tahun 2009.
Jehansyah Siregar dalam Evaluasi Pembangunan Perumahan Rakyat Tahun
2012 dan Rekomendasi untuk Tahun 2012 (2013) menyebutkan bahwa targettarget bidang perumahan rakyat juga sudah ditetapkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014. Target-target
tersebut antara lain: pembangunan rusunawa (380 TB), fasilitasi pembangunan
D-4

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

PSU Kawasan Perumahan dan Permukiman (700.000 Unit), fasilitasi dan


stimulasi penataan lingkungan permukiman kumuh (655 hektar), bantuan
subsidi perumahan/FLPP (1.350.000 Unit), fasilitasi dan stimulasi pembangunan
perumahan swadaya (50.000 unit), fasilitasi dan stimulasi peningkatan kualitas
perumahan swadaya (50.000), fasilitasi pembangunan PSU perumahan swadaya
(50.000) dan fasilitasi pra-sertifikasi dan pendampingan pasca sertifikasi
(30.000 bidang).
Dalam proses penyediaan perumahan hingga tahun 2015, fakta sepupuluh
tahun terakhir menunjukkan bahwa kebutuhan perumahan dan permukiman
semakin jauh dari terpenuhi bagi seluruh rakyat secara layak dan bermartabat.
Ternyata berbagai program pembangunan perumahan dan permukiman belum
berhasil mewujudkan sistem penyediaan perumahan yang mampu mengejar
jumlah kekurangan rumah dan laju luas permukiman kumuh yang semakin
bertambah. Banyak faktor yang menjadi penyebab masalah tersebut antara lain
: permasalahan penyediaan perumahan yang kompleks masih diselesaikan
secara sederhana melalui sistem pengaturan yang saling tidak sinkron dan
tumpang tindih, melalui proyek-proyek pengadaan barang dan jasa tahunan
maupun melalui subsidi pembiayaan secara terus menerus. Selain itu,
pemerintah daerah lebih banyak mengambil sikap pasif (pembiaran) ketika
terjadi sistem yang tidak jelas dari Pemerintah sehingga tercipta iklim yang
kondusif bagi berkembangnya praktek makelar-makelar proyek maupun ijin di
bidang penyediaan perumahan. Keadaan ini menciptakan ekonomi biaya tinggi,
anggaran pembangunan yang tidak menghasilkan keluaran yang efektif setiap
tahunnya dan masih menunjukkan adanya jurang antara pemerintah dan
berbagai komponen masyarakat termasuk Pemerintah Daerah, komunitas
permukiman, para profesional dan pihak pengusaha swasta.
Berkaca dari kondisi tersebut, konsultan sangat mengapresiasi pekerjaan ini.
Kompleksitas unsur yang terlibat di dalam penyediaan perumahan, tumpang
tindih peraturan, sistem yang belum sistematis menyebabkan penyediaan
perumahan tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Masih banyak yang
harus

diselesaikan

oleh

Pemerintah

sehingga

kebutuhan

perumahan

masyarakat dapat terpenuhi. Sebelum melakukan perencanaan ke depan perlu


dilakukan evaluasi terhadap penyediaan perumahan yang sudah dilakukan
sebelumnya khususnya mengenai manfaat yang diperoleh selama ini.Oleh
karena itu, perlu dilakukan evaluasi terhadap manfaat penyediaan perumahan
yang sudah dilakukan selama ini khususnya sampai periode tahun 2015. Untuk

D-5

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

mendapatkan evaluasi terhadap manfaat penyediaan perumahan selama ini,


dibutuhkan

data-data

yang

akurat

dan

dapat

dipertanggungjawabkan.

Konsultan menyarankan agar dilakukan sharing data, penggalian informasi


maupun kerjasama dalam proses penggalian persepsi yang baik antara pihak
pemberi pekerjaan, konsultan maupun stakeholder (pemerintah, swasta, dll)
penerima manfaat penyediaan perumahan.
D.1.2 Tanggapan Dan Saran Terhadap Maksud Dan Tujuan
Maksud dari kegiatan ini sebagaimana disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja
adalah melakukan evaluasi terhadap penyelenggaraan penyediaan perumahan
yang telah dilaksanakan sampai dengan tahun 2015 serta memberikan
masukan terhadap kemajuan pelaksanaan kegiatan. Sedangkan tujuannya
adalah mengetahui dampak dan manfaat dari penyelenggaraan penyediaan
perumahan yang diberikan oleh Pemerintah Pusat.
Konsultan sudah memahami maksud dan tujuan dari pekerjaan. Dalam rencana
strategis dan kebijakan pembangunan perumahan tahun 2005-2009 disebutkan
bahwa pembangunan perumahan dan permukiman jika dilakukan secara benar
akan memberikan kontribusi langsung terhadap peningkatan kesejahteraan dan
pengentasan kemiskinan. Hal tersebut disebabkan karena pembangunan
perumahan dapat mendorong pertumbuhan wilayah dan ekonomi daerah,
mendukung pembangunan sosial budaya dan memberikan efek multiplier
terhadap sektor lain seperti penciptaan lapangan kerja baik yang langsung
maupun yang tidak langsung.
Sementara itu, dalam upaya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat dan
menciptakan keserasian lingkungan maka pembangunan perumahan dan
permukiman harus dilakukan melalui suatu proses alih fungsi lahan yang
bertanggung

jawab

dan

sesuai

dengan

tata

ruang.

Oleh

karena

itu,

pembangunan perumahan dan permukiman harus didukung oleh suatu


kebijakan, strategi dan program yang komperhensif dan terpadu sehingga
selain mampu memenuhi hak dasar rakyat juga akan menghasilkan suatu
lingkungan perumahan dan permukiman yang sehat, serasi, harmonis, aman
dan nyaman.
Sebagaimana halnya dengan negara lain yang mengalami proses urbanisasi,
pemenuhan kebutuhan rumah di Indonesia masih menjadi masalah besar.
Tantangan yang dihadapi semakin besar dan meningkat kompleksitasnya.
Walaupun

kecenderungan

pertumbuhan

penduduk

nasional

mengalami

penurunan dari 1,98% pertahun (1980-1990) menjadi 1,4% per tahun (1990D-6

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

2000), tetapi pertumbuhan penduduk perkotaan masih cukup tinggi, 3,5% per
tahun (1990-2000). Dengan tingkat pertumbuhan tersebut, serta untuk
memenuhi kebutuhan rumah baru (800.000 unit per tahun), mengurangi
backlog (5,8 juta unit rumah), penanganan kawasan kumuh (54.000 ha), dan
mengurangi jumlah rumah tidak layak huni (13 juta unit rumah) maka sampai
dengan tahun 2020 diperkirakan rata-rata kebutuhan rumah pertahunnya
mencapai 1,2 juta unit yang perlu dipenuhi baik melalui pasar perumahan,
subsidi pemenuhan maupun oleh swadaya masyarakat.
Harga tanah yang meningkat pesat diperkotaan, sebagai akibat dari akumulasi
tingginya

urbanisasi

dan

belum

berpihaknya

pemanfaatan

tanah

dan

pengaturan tata ruang untuk masyarakat miskin, menyebabkan tumbuh


sumburnya permukiman yang tidak teratur, lingkungan permukiman kumuh
(slum) dan bertambahnya permukiman ilegal (squatters) serta tuna wisma.
Dilihat dari sisi investasi, sektor perumahan di Indonesia masih sangat
tertinggal. Pada tahun 2002, rasio kredit perumahan terhadap PDB hanya 1,4
%; rasio tertinggi dicapai pada tahun 1997, sebesar 3,2 %. Sementara itu, pada
tahun yang sama, di Malaysia mencapai 27,7 % dan bahkan di Amerika Serikat
mencapai 45 %. Rendahnya investasi sektor perumahan melalui pasar formal ini
karena sebagian masyarakat Indonesia, khususnya yang tinggal di perkotaan,
masih berpenghasilan rendah (2000: 70% atau sekitar 21,9 juta KK), kurang dari
Rp. 1,5 juta per bulan. Kelompok ini tidak mampu mengikuti mekanisme pasar
tanpa

difasilitasi

Pemerintah.

Pemenuhan

kebutuhan

melalui

industri

perumahan ini hanya menjangkau sebagian kecil dari total kebutuhan, sekitar
15%, selebihnya masyarakat memenuhi kebutuhannya secara swadaya. Arah
kebijakan dan rencana strategis pembangunan perumahan 2005-2009 disusun
berdasarkan pada keadaan dan permasalahan yang ada pada saat ini dengan
memperhatikan Visi dan Misi penyelenggaraan perumahan dan permukiman
Kementerian Perumahan Rakyat. Arah Kebijakan Pembangunan Perumahan
diarahkan untuk memenuhi kebutuhan rumah layak huni dan meningkatkan
kualitas

perumahan

dan

permukiman.

Berdasarkan kepada arah kebijakan pembangunan perumahan tersebut, maka


Rencana

Strategis

Pembangunan

Perumahan

2005-2009

adalah

sebagai

berikut :
1. Mengurangi kesenjangan penyediaan rumah dari 5,8 juta unit pada tahun
2004 menjadi 4,8 juta unit pada tahun 2009 dan memenuhi kebutuhan
rumah bagi keluarga baru sebesar rata-rata 800 ribu unit per tahun.
D-7

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

2. Mengurangi jumlah rumah tidak layak huni dari 13 juta unit pada tahun 2004
menjadi 5,8 juta unit pada tahun 2009.
3. Mengurangi luas kawasan kumuh dari 54.000 ha pada tahun 2004 menjadi
27.000 ha pada tahun 2009.
Dalam rangka melaksanakan penugasan dari RPJM Nasional, maka untuk
mewujudkan visi, misi, tujuan dan sasaran strategis Kementerian Perumahan
Rakyat maka disusun arah kebijakan dan strategi Kementerian Perumahan
Rakyat untuk periode 2010-2014 sebagai berikut:
1. Pengembangan regulasi dan kebijakan untuk menciptakan iklim yang
kondusif, serta koordinasi pelaksanaan kebijakan di tingkat Pusat dan Daerah
dalam rangka pelaksanaan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang
Perumahan dan Permukiman.
2. Peningkatan pemenuhan kebutuhan Rumah Layak Huni (RLH) yang didukung
dengan prasarana, sarana dan utilitas (PSU) serta kepastian bermukim bagi
masyarakat berpenghasilan menengah-bawah, melalui:
a. Pembangunan rumah layak huni (RLH) melalui pasar formal maupun
secara swadaya masyarakat baik untuk pembangunan baru maupun
peningkatan kualitas;
b. Pembangunan rumah susun sederhana (rusuna) baik sewa maupun milik;
c. Penyediaan PSU perumahan dan permukiman yang memadai untuk
pengembangan kawasan dan PSU perumahan swadaya;
d. Penanganan lingkungan perumahan dan permukiman kumuh;
e. Pembangunan rumah khusus, termasuk rumah sederhana sewa dan
f.

pasca bencana;
Pengembangan kawasan khusus, termasuk kawasan perbatasan, daerah

tertinggal dan pasca bencana;


g. Fasilitasi pra sertifikasi dan pendampingan pasca sertifikasi tanah bagi
MBR.
3. Pengembangan sistem pembiayaan perumahan dan permukiman bagi MBM
melalui:
a. Pengembangan pembiayaan perumahan melalui fasilitas likuiditas;
b. Pengembangan Tabungan Perumahan Nasional;
c. Peningkatan
pemanfaatan
sumber-sumber
pembiayaan
untuk
pembangunan perumahan dan permukiman.
4. Peningkatan pendayagunaan sumberdaya pembangunan perumahan dan
permukiman serta pengembangan dan pemanfaatan hasil-hasil penelitian
dan pengembangan teknologi maupun sumber daya dan kearifan lokal.
5. Peningkatan
sinergi
pusat-daerah
dan
pemberdayaan
pemangku
kepentingan lainnya dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

D-8

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

Strategi Kementerian Perumahan Rakyat untuk memastikan tercapaianya


sasaran-sasaran pembangunan perumahan dan permukiman tahun 20102014
adalah sebagai berikut:
a. Mengefektifkan kewenangan perumusan kebijakan dan regulasi untuk
menciptakan iklim yang kondusif bagi percepatan pembangunan perumahan
dan permukiman melalui pengembangan dan penyediaan produk-produk
pengaturan yang memadai;
b. Memantapkan koordinasi antar pemangku kepentingan dan kelembagaan di
bidang perumahan dan permukiman untuk mendukung penyelenggaraan
pembangunan perumahan dan permukiman yang lebih terintegrasi;
c. Mengefektifkan kewenangan operasionalisasi kebijakan untuk mendukung
penyediaan perumahan dan permukiman khususnya sebagai proyek-proyek
percontohan dan best practice di berbagai lokasi terpilih yang dapat
direplikasi dan dikembangkan secara lebih luas;
d. Mengoptimalkan peran dan kapasitas para

pemangku

kepentingan,

khususnya peran pemerintah daerah dalam pembangunan perumahan dan


permukiman

melalui

bimbingan/bantuan

teknis,

pendampingan

dan

penyebarluasan informasi dan kebijakan nasional pembangunan perumahan


dan permukiman;
e. Memanfaatkan dan

mendayagunakan

sumberdaya

perumahan

dan

permukiman, hasil penelitian dan pengembangan teknologi, serta kearifan


lokal untuk mendukung pembangunan perumahan dan permukiman yang
f.

berkelanjutan;
Mengoptimalkan

pemanfaatan

sumber

pembiayaan

perumahan

dan

permukiman yang akuntabel dan berkelanjutan;


g. Memanfaatkan peluang kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak
untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas perumahan dan permukiman.
Pendanaan dalam rangka mencapai sasaran-sasaran strategis pembangunan
perumahan dan permukiman tidak hanya mengandalkan anggaran Kementerian
Perumahan Rakyat yang bersumber dari APBN, tetapi juga membutuhkan
dukungan sharing pembiayaan dari para pemangku kepentingan lainnya, antara
lain:
1. Pemerintah Daerah yang bersumber dari APBD, antara lain untuk:
a. Melaksanakan SPM bidang Perumahan;
b. Sharing dalam penyediaan PSU;
c. Fasilitasi dan stimulasi pembangunan perumahan swadaya;
d. Dana pendamping untuk pelaksanaan Hibah Daerah.
2. Masyarakat yang melaksanakan pembangunan perumahan dan permukiman
secara swadaya.

D-9

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

3. Bank dan LKNB yang berpartisipasi dalam penyaluran subsidi perumahan,


yaitu untuk penyediaan pokok pinjaman.
4. Pengembang yang berpartisipasi dalam melaksanakan pembangunan RSH
dan Rusunami.
5. Perusahaan swasta lainnya, yaitu melalui pemanfaatan dana Corporate
Social Responsibility (CSR) dan mekanisme Kerjasama Pemerintah Swasta
(Public-Private Partnership) antara lain untuk:
a. Fasilitasi dan stimulasi (bantuan sosial) pembangunan perumahan
swadaya;
b. Penyediaan perumahan bagi pekerja.
6. Luar negeri melalui Pinjaman dan Hibah Luar Negeri/PHLN untuk membiayai
proyek-proyek pembangunan perumahan dan permukiman yang strategis.
Sehubungan dengan implementasi Otonomi Daerah dan perimbangan keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah, maka mekanisme pendanaan dalam
rangka

mendorong

sinergi

Pusat

dan

Daerah

dalam

melaksanakan

pembangunan perumahan dan permukiman akan ditingkatkan, yaitu melalui


Dana Alokasi Khusus, Dana Dekonsentrasi dan Hibah Daerah. Di samping itu,
pemerintah juga memberikan subsidi yang merupakan kewajiban pemerintah
(PSO) kepada penyedia jasa di bidang perumahan untuk mencapai standar
pelayanan minimum tertentu yang akan dicapai. Hal tersebut diharapkan dapat
meningkatkan kesinambungan pelayanan perumahan dan akan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Program dan Kegiatan Untuk menjalankan kebijakan-kebijakan pembangunan
perumahan di atas, Kementerian Perumahan Rakyat menyusun programprogram sebagai berikut:
1. Program

Dukungan

Manajemen

dan

Pelaksanaan

Tugas

Teknis

Lain

Kementerian Perumahan Rakyat;


2. Program Pengembangan Perumahan dan Permukiman;
3. Program Pengembangan Pembiayaan Perumahan dan Permukiman.
Banyaknya permasalahan dalam penyediaan perumahan perlu diantisipasi
melalui evaluasi kebijakan, penyusunan strategi dan pengembangan sistem
penyediaan yang mampu menghasilkan kapasitas terpasang untuk mendukung
penyediaan perumahan yang signifikan dan tepat sasaran. Evaluasi manfaat
penyediaan perumahan diharapkan dapat menghasilkan masukan-masukan
yang akurat dari para penyelenggara penyediaan perumahan terhadap bantuan
yang diberikan Pemerintah Pusat. Konsultan akan berusaha untuk menggali
informasi manfaat yang sudah dirasakan oleh penyelenggara penyediaan
D-10

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

perumahan baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan demikian


maka tujuan untuk mengetahui dampak dan manfaatnya yang sudah dirasakan
oleh penyelenggara penyediaan perumahan sampai dengan tahun 2015 dapat
dijadikan bahan pertimbangan penyelenggaraan penyediaan perumahan ke
depannya. Saran dari konsultan terhadap maksud dan tujuan ini adalah agar
lebih dirinci lagi target dari penerima manfaat dari penyelenggara penyedia
perumahan.
D.1.3 Tanggapan Dan Saran Terhadap Sasaran Pekerjaan
Sasaran pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1) Terselenggaranya pelaksanaan kegiatan pembangunan perumahan rakyat
yang sesuai dengan pedoman umum dan pedoman pelaksanaan serta
ketentuan dan kebijakan lainnya yang telah ditetapkan;
2) Terlaksananya pengendalian dan pengawasan pelaksanaan
pembangunan

perumahan

rakyat

mulai

tahap

kegiatan

persiapan,

tahap

perencanaan, tahap pelaksanaan hingga tahap pemanfaatan;


3) Terdokumentasikan dan terinformasikan hasil pelaksanaan kegiatan dan
paska pelaksanaan kegiatan;
4) Tersusunnya laporan hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan mulai dari tahap
persiapan, perencanaan dan pelaksanaan.
Empat sasaran pekerjaan yang diamanatkan oleh Kerangka Acuan Kerja
tersebut di atas sudah dipahami oleh konsultan. Konsultan akan mengkaji
pedoman, ketentuan maupun kebijakan-kebijakan lain yang telah ditetapkan
untuk melihat bagaimana proses penyediaan perumahan dijalankan sesuai
dengan aturan yang berlaku. Dalam proses penyediaan perumahan, ada empat
kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu tahap persiapan, tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan kegiatan dan tahap pemanfaaatan. Walaupun sejalan
dengan aturan yang berlaku, terkadang proses penyediaan perumahan
dianggap berhasil pada saat selesainya konstruksi saja. Padahal apakah
konstruksi tersebut bermanfaat bagi masyarakat maupun target sasaran
penerimanya itulah tujuan yang sebenarnya. Oleh karena itu, proses konstruksi
yang telah selesai belum bisa dikatakan sebagai suatu kinerja dan perlu
diperhatikan manfaat dari pembangunan perumahan tersebut. Saran dari
konsultan terhadap sasaran pekerjaan ini adalah agar lebih tepat sasaran maka
terhadap masyarakat sebagai penerima manfaat langsung juga dapat dikaji
bagaimana persepsi mereka.
D.1.4 Tanggapan Dan Saran Terhadap Lokasi Pekerjaan
Adapun lokasi pekerjaan yang diamanatkan dalam Kerangka Acuan Kerja adalah
provinsi-provinsi

di

Indonesia

yang

telah

mendapatkan

bantuan

untuk
D-11

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

Penyelenggaraan Penyediaan Perumahan sejak Tahun 2005 hingga tahun 2015.


Dan dalam Rencana Anggaran Biaya pekerjaan, sudah ditetapkan provinsi yang
menjadi lokasi pekerjaan tersebut, yaitu :
1) Provinsi Nangroe Aceh Darussalam;
2) Provinsi Kepulauan Riau;
3) Provinsi Sumatera Selatan;
4) Provinsi Jawa Timur;
5) Provinsi Jawa Tengah;
6) Provinsi Nusa Tenggara Barat;
7) Provinsi Kalimantan Barat;
8) Provinsi Kalimantan Utara;
9) Provinsi Maluku;
10)
Provinsi Sulawesi Utara;
11)
Provinsi Sulawesi Tengah;
12)
Provinsi Sulawesi Selatan;
13)
Provinsi Papua.
Secara umum, konsultan sudah mengetahui dan memahami lokasi pekerjaan
yang diamanatkan oleh Kerangka Acuan Kerja (KAK) ini. Mengingat banyaknya
lokasi pekerjaan maka konsultan akan mengatur waktu seefektif dan seefisien
mungkin agar keseluruhan lokasi dapat dikaji untuk mencapai tujuan pekerjaan.
Saran konsultan terhadap lokasi adalah agar ke depannya lokasi untuk wilayah
paling timur Indonesia tidak hanya satu provinsi saja, ditambah juga dengan
lokasi Papua Barat karena walaupun masih satu pulau akan tetapi masingmasing provinsi punya karakteristik penyediaan perumahan yang berbeda
khususnya antara wilayah pantai dan pegunungan.
D.1.5 Tanggapan Dan Saran Terhadap Referensi Hukum
Referensi hukum untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan yang diarahkan oleh
Kerangka Acuan Kerja antara lain sebagai berikut :
1) Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia Nomor 4287);
2) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4421);
3) Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 7,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5188).
4) Undang-undang No.20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun;
5) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja
Pemerintah;
6) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akutansi
Pemerintahan;

D-12

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

7) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan


Kinerja Instansi Pemerintah;
8) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian
dan

Evaluasi

Pelaksanaan

Rencana

Pembangunan

(Lembaran

Negara

Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara


Nomor 4663);
9) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan

antara

Pemerintah,

Pemerintah

Daerah

Provinsi

dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;


10)
Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan;
11)
Peraturan Pemerintah Nomor 90 Tahun 2010 tentang Penyusunan
Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 5178);
12)
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2015 tentang Kementerian
Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 16);
13)
Peraturan Pemerintah No.4 Tahun 1988 tentang Rumah Susun;
14)
Peraturan Pemerintah No.40 Tahun 1994 tentang Rumah Negara;
15)
Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No.06 Tahun 2013 tentang
Pedoman Pelaksanaan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya;
Secara umum konsultan sudah memahami referensi hukum yang akan
dipergunakan dalam proses penyelesaian pekerjaan. Saran konsultan terhadap
referensi hukum adalah agar konsultan dibebaskan untuk mengkaji dan
menggunakan referensi hukum lain yang dianggap dapat sesuai dan membantu
proses penyelesaian pekerjaan.
D.1.6 Tanggapan Dan Saran Terhadap Lingkup Pekerjaan
Kerangka Acuan Kerja menyebutkan bahwa lingkup kegiatan pekerjaan ini
secara umum meliputi evaluasi mulai tahap perencanaan, tahap pelaksanaan
hingga tahap pemanfaatan serta memberikan rekomendasi terhadap tindak
lanjut dari hasil evaluasi yang telah dilaksanakan. Lingkup pekerjaan tersebut
sudah dipahami dan dianggap jelas oleh konsultan. Saran dari konsultan
terhadap lingkup pekerjaan ini adalah agar lingkup pekerjaan dapat lebih dirinci
lagi supaya konsultan dapat lebih terarah dan fokus dalam penyusunan
metodologi dan program kerjanya.
D.1.7 Tanggapan Dan Saran Terhadap Keluaran
Keluaran yang akan dihasilkan dari pekerjaan ini sebagaimana disebut dalam
Kerangka Acuan Kerja adalah laporan akhir Evaluasi Manfaat Penyediaan

D-13

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

Perumahan Sampai dengan Tahun 2015. Keluaran tersebut secara umum sudah
dipahami oleh konsultan. Sama seperti lingkup pekerjaan, saran dari konsultan
adalah agar keluaran dari pekerjaan ini lebih dirinci lagi sehingga konsultan
dapat menetapkan target-target yang akan dicapai dalam penyelesaian
pekerjaan ini.
D.2

TANGGAPAN DAN SARAN TERHADAP PERSONIL/FASILITAS PENDUKUNG

DARI PPK
D.2.1.
Tanggapan Dan Saran Terhadap Jangka Waktu Penyelesaian
Pekerjaan
Jangka waktu penyelesaian pekerjaan dalam Kerangka Acuan Kerja adalah 240
(dua ratus empat puluh) hari kalender. Menurut konsultan, waktu penyelesaian
pekerjaan selama 240 hari tersebut (8 bulan) merupakan waktu yang cukup
sehingga konsultan akan berusaha untuk menyiapkan hasil pekerjaan ini
dengan sebaik-baiknya. Saran dari konsultan terhadap waktu pekerjaan ini
secara umum tidak ada karena sudah dianggap cukup untuk konsultan.
D.2.2.
Tanggapan Dan Saran Terhadap Personil
Personil yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan ini seperti yang
disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja adalah sebagai berikut :
N

Posisi

o
Tenaga Ahli :
1. Tenaga Ahli Perumahan dan
Permukiman (Team Leader)

Jumlah

Kualifikasi

Orang.Bulan

S2 Bidang Perumahan

atau

penugasan

Teknik

orang,
8

Perencanaan

Wilayah

bulan

dan

memiliki

Pengembangan

Kota,

(SKA

pengalaman di bidang

Wilayah

perumahan

Kota/Sipil/Arsitek

dan

kawasan permukiman,

dan

dekonsentrasi,
pemantauan
evaluasi,
2.

Tenaga

Ahli

Bidang

Pembangunan

minimal

Tenaga Ahli Bidang Sosial

tahun.
S2 Sipil/Arsitek dengan

pengalaman

di

penugasan

bulan

bidangnya
3.

dan

selama

tahun
S2 Sosiologi
pengalaman

dengan
di

orang,
8

orang,

penugasan

5
D-14

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

Posisi

bidangnya
4.

Tenaga

Ahli

Bidang

Kebijakan

5.

6.

Jumlah

Kualifikasi
minimal

selama 5 tahun
S2 Kebijakan

Publik

Orang.Bulan
bulan.
1

orang,

dengan pengalaman di

penugasan

bidangnya

bulan

minimal

Asisten Tenaga Ahli Bidang

selama 5 tahun
S1 Sipil/Arsitek dengan

Pembangunan

pengalaman

penugasan

di

orang,

bidangnya minimal 3

bulan

Asisten Tenaga Ahli Bidang

tahun
S1

Ekonomi Pembangunan

Pembangunan dengan

penugasan

pengalaman

bulan

Ekonomi
di

orang,
5

bidangnya minimal 3
tahun
Tenaga Pendukung :
1. Sekretaris
merangkap

S1 Sekertaris dengan pengalaman kerja 2

Administrasi
Operator Komputer maupun

(dua) tahun
S1 Komputer/IT dengan pengalaman kerja

2.

Database
2 (dua) tahun
Secara umum konsultan sudah memahami kebutuhan personil yang dibutuhkan
dalam proses pekerjaan ini dan akan menempatkan masing-masing tenaga ahli
sesuai dengan porsi tugas yang diembannya. Saran dari konsultan terhadap
kebutuhan personil ini adalah agar penugasan masing-masing personil dapat
diperpanjang, mengingat lokasi pekerjaan yang cukup banyak serta waktu
penugasan untuk beberapa tenaga ahli dan asisten tenaga ahli yang hanya 5
bulan. Walaupun tidak diperpanjang, konsultan akan berupaya agar semua
tahapan pekerjaan dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan kebutuhan
personil yang ditawarkan.
D.2.3.

Tanggapan Dan Saran Terhadap Jadual Tahapan Pelaksanaan

Pekerjaan
Tahapan pelaksanaan pekerjaan yang disebutkan dalam Kerangka Acuan Kerja
adalah sebagai berikut:
1) Rapat persiapan pelaksanaan kegiatan pada bulan ke-1;
2) Rapat pembahasan Laporan Pendahuluan pada bulan ke-2;
3) Pelaksanaan Survey Lapangan pada bulan ke-3 sampai bulan ke-5;
4) Rapat pembahasan Draft Laporan Antara pada bulan ke-6;
5) Rapat pembahasan Laporan Antara pada bulan ke-7;
6) Penyempurnaan Laporan Antara pada bulan ke-7;
7) Rapat pembahasan Laporan Akhir pada bulan ke-8.
D-15

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

Tahapan pelaksanaan pekerjaan yang disampaikan oleh Kerangka Acuan Kerja


cukup dimengerti oleh konsultan. Ada 7 kegiatan utama dari ruang lingkup
tersebut, akan tetapi dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut nantinya kegiatankegiatan tersebut akan lebih dari seperti yang disampaikan oleh Kerangka
Acuan Kerja. Konsultan akan menyelesaian pekerjaan ini nantinya sesuai
dengan ruang lingkup yang disampaikan dengan mengakomodasi langkah
langkah lain yang tidak bertentangan dengan lingkup kegiatan yang ada dalam
Kerangka Acuan Kerja.
D.2.4.
Tanggapan Dan Saran Terhadap Pelaporan
Dalam Kerangka Acuan Kerja, rencana pelaporan dalam proses pelaksanaan
pekerjaan ini adalah sebagai berikut :
1) Laporan Pendahuluan;
Laporan Pendahuluan memuat;
a) Orientasi awal kondisi dan observasi permasalahan serta penyiapan
logical frame work/alur pikir rencana pelaksanaan pekerjaan;
b) Metodologi pelaksanaan pekerjaan (research design);
c) Kuisioner Evaluasi Manfaat;
d) Rencana jadual dan tahapan pelaksanaan kegiatan termasuk nama dan
jadual penugasan tenaga ahli dan staf pendukung;
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 15 (limabelas) eksemplar.
2) Laporan Antara;
Laporan antara memuat :
a) Hasil pelaksanaan pengumpulan data dan informasi yang dibutuhkan
untuk mendukung pelaksanaan kegiatan;
b) Gambaran lokasi yang telah menerima

bantuan

penyelenggaraan

penyediaan perumahan;
c) Perumusan hasil evaluasi berdasarkan kondisi lapangan;
d) Hasil analisis terhadap data dan informasi yang diperoleh;
e) Hasil perumusan potensi dan permasalahan.
Laporan harus diserahkan selambat-lambatnya 4 (empat) bulan sejak SPMK
diterbitkan sebanyak 15 (lima belas) eksemplar.
3) Laporan Draft Akhir;
Laporan Draft Akhir

memuat

hasil

pelaksanaan

pekerjaan

secara

keseluruhan termasuk permasalahan yang dihadapi dari awal sampai saat


laporan disusun beserta konsep produk akhir. Laporan harus diserahkan
selambat-lambatnya 5 (lima) bulan sejak SPMK diterbitkan sebanyak 15
(lima belas) eksemplar;
4) Laporan Akhir
Laporan Akhir memuat antara lain :

D-16

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

a) Laporan

ini

merupakan

hasil

evaluasi

dampak,

manfaat,

indikasi

keberhasilan dan kendala serta hambatan dalam penyelenggaraan


penyediaan perumahan sebagai masukan Pemberi Tugas;
b) Laporan ini merupakan progres pelaksanaan masing-masing provinsi,
indikasi keberhasilan dan kendala serta hambatan yang ditemui di
lapangan sebagai masukan Pemberi Tugas;
c) Penyempurnaan dari Laporan Draft Akhir setelah pembahasan, baik di
pusat dan hasil pembahasan di daerah yang disetujui oleh Pemda;
d) Secara substantif bersifat kumulatif dan berisikan semua output yang
telah dihasilkan pada laporan-laporan sebelumnya.
e) Dilengkapi dengan Ringkasan Eksekutif (Executive Summary) yang berisi
ringkasan/intisari kandungan yang termuat pada produk akhir dalam
laporan akhir. Ringkasan ini dilengkapi dengan abstrak produk akhir
kegiatan dan diserahkan bersamaan dengan Laporan Akhir sebanyak 15
eksemplar;
Laporan Akhir dibuat sebanyak 15 (limabelas) eksemplar dan diserahkan
kepada Pengguna Jasa selambat-lambatnya pada akhir masa kontrak.
5) Laporan Hasil Survey
Laporan Hasil Survey memuat antara lain:
a) Kuisioner Evaluasi Manfaat;
b) Gambaran Umum Proyek;
c) Status Proyek (Progres Fisik dan Keuangan);
d) Evaluasi Permasalahan;
e) Rekomendasi.
Laporan Hasil Survey dibuat sebanyak 5 (lima) eksemplar dan diserahkan
selambat-lambatnya satu minggu setelah kegiatan survey dilaksanakan.
Konsultan sudah memahami pelaporan yang dipersyaratkan dalam Kerangka
Acuan Kerja (KAK), dan sudah kewajiban dari konsultan untuk memenuhi dan
menyerahkan laporan-laporan tersebut kepada pihak pengguna jasa. Selain
terpenuhi secara fisik, konsultan juga akan menyerahkan laporan-laporan
tersebut sesuai dengan waktu yang ditentukan. Saran dari konsultan terhadap
TOR ini adalah agar disesuaikan lagi antara tahapan pelaksanaan pekerjaan
dengan tahapan pelaporan. Penyesuaian ini dilakukan mengingat pada tahap
pelaksanaan pekerjaan disebutkan bahwa rapat pembahasan Laporan Antara
dilakukan pada bulan ke-7, sedangkan pada tahap pelaporan disebutkan juga
bahwa Laporan Draft Akhir sudah diserahkan selambat-lambatnya bulan ke-5.
Artinya ada ketidaksinkronkan sehingga konsultan mengusulkan agar rapat

D-17

Usulan Teknis
EVALUASI MANFAAT PENYEDIAAN PERUMAHAN SAMPAI DENGAN TAHUN 2015

pembahasan Laporan Antara dilakukan pada bulan ke-5 dan penyerahan


Laporan Draft Laporan Akhir diserahkan selambat-lambatnya bulan ke-7.

D-18

Anda mungkin juga menyukai