Intisari — Pembangunan perumahan dan kawasan permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang
mempunyai fungsi strategis sebagai pusat pendidikan keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan
kualitas generasi yang akan datang, serta merupakan pengejawantahan jati diri. Salah satu perwujudan
tercapainya kesejahteraan rakyat ditandai dengan meningkatnya kualitas kehidupan yang layak dan
bermartabat melalui pemenuhan kebutuhan papan sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia. Dengan
demikian pembangunan perumahan dan kawasan permukiman merupakan salah satu bidang strategis
dalam upaya pembangunan manusia Indonesia yang seutuhnya dan pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman merupakan kegiatan yang bersifat multi sektor, yang hasilnya langsung menyentuh salah satu
kebutuhan dasar masyarakat. Pemenuhan kebutuhan rumah layak dalam lingkungan sehat tentunya
menjadi kewajiban masyarakat sendiri, pemerintah dalam hal ini mempunyai tugas untuk menciptakan
iklim pembangunan yang kondusif sehingga memberikan peluang kepada dunia usaha menyediaan
perumahan dan kawasan permukiman. Dinamika perkembangan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten
Pesisir Barat membawa dampak terjadinya pola pergeseran dalam pemanfaatan ruang dari kawasan yang
bercirikan perdesaan ke kawasan yang bercirikan perkotaan, peningkatan pertumbuhan kawasan terbangun
dan penyalahgunaan peruntukan lahan untuk permukiman.
Backlog rumah dapat diukur dari dua perspektif yaitu dari sisi kepenghunian maupun dari sisi kepemilikan.
Backlog rumah dari perspektif kepenghunian dihitung dengan mengacu pada konsep perhitungan ideal: 1
keluarga menghuni 1 rumah. Rumus yang digunakan untuk menghitung backlog rumah dari perspektif
kepenghunian adalah: Backlog = ∑Keluarga – ∑Rumah. Konsep menghuni dalam perhitungan backlog
tersebut merepresentasikan bahwa setiap keluarga tidak diwajibkan untuk memiliki rumah, tetapi
Pemerintah memfasilitasi/mendorong agar setiap keluarga, terutama yang tergolong Masyarakat
Berpenghasilan Rendah (MBR) bisa menghuni rumah yang layak, baik dengan cara sewa/kontrak,
beli/menghuni rumah milik sendiri, maupun tinggal di rumah milik kerabat/keluarga selama terjamin
kepastian bermukimnya (secure tenure). Backlog Kepemilikan dihitung berdasarkan angka home ownership
rate /persentase rumah tangga (ruta) yang menempati rumah milik sendiri. Pengembangan perumahan dan
permukiman di Kabupaten Pesisir Barat disebabkan dari beberapa faktor yang akhirnya membutuhkan
ruang yang tidak sedikit dalam melakukan aktivitasnya. Dalam penentuan pengalokasian ruang bagi
pemenuhan kebutuhan rumah, terlebih dahulu ditentukan jumlah kebutuhan rumah di Kabupaten Pesisir
Barat. Penentuan kebutuhan jumlah rumah sampai dengan tahun 2037 diperhitungkan dari jumlah
penduduk tahun prediksi.
Kata kunci — Perumahan, Permukiman, Backlog.
Abstract — The development of housing and residential areas is a basic human need that has a strategic
function as a center for family education, cultural nursery, and improving the quality of future generations,
and is a manifestation of identity. One of the manifestations of the achievement of people's welfare is marked
by increasing the quality of a decent and dignified life through meeting the needs of boards as one of the basic
human needs. Thus the development of housing and settlement areas is one of the strategic fields in the
efforts of Indonesian human development as a whole and the construction of housing and settlement areas is
a multi-sector activity, the results of which directly touch one of the basic needs of the community. Meeting
the needs of decent housing in a healthy environment is certainly the duty of the community itself, the
government in this case has the task of creating a conducive development climate so as to provide
40
opportunities for businesses to provide housing and residential areas. The dynamics of the development of
spatial use in the area of Pesisir Barat Regency has an impact on the occurrence of a shift in the use of space
from areas that are characterized by rural areas to areas that are characterized by urban areas, increased
growth of built areas and misuse of land allotment for settlements
A backlog of houses can be measured from two perspectives, from the residential and ownership aspects.
Home backlog from the perspective of occupancy is calculated by referring to the ideal calculation concept: 1
family occupies 1 house. The formula used to calculate the house backlog from the perspective of occupancy
is: Backlog = ∑Family - ∑Home. The concept of inhabiting in the calculation of the backlog represents that
each family is not required to own a house, but the Government facilitates / encourages that every family,
especially those belonging to Low Income Communities (MBR), can inhabit decent homes, either by leasing /
contracting, buying / inhabiting own house, or living in a house owned by a relative / family as long as
security of residence (secure tenure) is guaranteed. Ownership backlog is calculated based on the home
ownership rate / percentage of households (households) occupying their own home. The development of
housing and settlements in Pesisir Barat Regency is caused by several factors that ultimately require a large
amount of space in carrying out their activities. In determining the allocation of space for meeting housing
needs, the number of housing needs in Pesisir Barat Regency is determined first. Determination of the needs
for the number of houses up to 2037 is calculated from the population of the predicted year.
Keywords— Housing, Settlements, Backlogs.
41
housing demand berdasarkan pada Dalam tulisan ini, pembahasan akan
kemampuan dan kemauan/keinginan difokuskan pada kebutuhan rumah (housing
seseorang membayar sejumlah uang need). Pembahasan kebutuhan rumah tidak
untuk mendapatkan rumah. Housing need akan lepas dari pembahasan backlog.
lebih diartikan pada kebutuhan rumah Backlog rumah adalah salah satu indikator
secara kuantitas dan kualitas yang perlu yang digunakan oleh Pemerintah
ditambahkan terhadap stok rumah yang sebagaimana tertuang dalam Rencana
telah tersedia (Acioly Jr. and Horwood, Strategis (Renstra) maupun Rencana
2011). Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN)
2. Menurut Liu, et al (1996), definisi yang terkait bidang perumahan untuk
housing need (kebutuhan rumah) adalah mengukur jumlah kebutuhan rumah di
jumlah rumah yang sudah tersedia atau Indonesia. Backlog rumah dapat diukur dari
rumah tangga baru yang membutuhkan dua perspektif yaitu dari sisi kepenghunian
rumah layak huni. Penghuni dikatakan maupun dari sisi kepemilikan. Backlog
tinggal di dalam rumah layak huni bila rumah dari perspektif kepenghunian dihitung
penghuni tinggal di dalam bangunan yang dengan mengacu pada konsep perhitungan
terbuat dari bahan-bahan bangunan ideal: 1 keluarga menghuni 1 rumah. Rumus
permanen. yang digunakan untuk menghitung backlog
3. Menurut Pon Vajiranivesa (2008), rumah dari perspektif kepenghunian adalah:
housing demand (permintaan rumah) Backlog = ∑Keluarga – ∑Rumah
didefinisikan sebagai jumlah rumah Konsep menghuni dalam perhitungan
tangga yang mencari tempat tinggal. Pada backlog tersebut merepresentasikan bahwa
sektor umum housing need (kebutuhan setiap keluarga tidak diwajibkan untuk
rumah) sama dengan housing demand memiliki rumah, tetapi Pemerintah
(permintaan rumah). Pada sector swasta, memfasilitasi/mendorong agar setiap
housing demand (permintaan rumah) keluarga, terutama yang tergolong
lebih ditekankan pada keterjangkauan. Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Permintaan rumah merupakan istilah bisa menghuni rumah yang layak, baik
yang digunakan untuk menyatakan dengan cara sewa/kontrak, beli/menghuni
keinginan seseorang untuk membeli rumah milik sendiri, maupun tinggal di
rumah, atau kemampuan secara finansial rumah milik kerabat/keluarga selama
seseorang untuk membeli satu rumah atau terjamin kepastian bermukimnya (secure
beberapa rumah. tenure). Backlog Kepemilikan dihitung
berdasarkan angka home ownership rate
Kebutuhan (need) diartikan bahwa setiap /persentase rumah tangga (ruta) yang
orang dianggap mempunyai tingkat menempati rumah milik sendiri.
kebutuhan yang sama berdasarkan standar Pengembangan perumahan dan permukiman
kelayakan penghunian rumah. Rumah di Kabupaten Pesisir Barat disebabkan dari
dipandang sebagai kebutuhan dasar yang beberapa faktor yang akhirnya membutuhkan
harus dipenuhi bagi keberlanjutan hidup ruang yang tidak sedikit dalam melakukan
setiap orang. Standar kelayakan rumah dapat aktivitasnya. Dalam penentuan
di tentukan oleh pemerintah. Permintaan pengalokasian ruang bagi pemenuhan
perumahan (housing demand) diartikan kebutuhan rumah, terlebih dahulu ditentukan
sebagai kebutuhan rumah sesuai dengan jumlah kebutuhan rumah di Kabupaten
keinginan dan kondisi suatu masyarakat, Pesisir Barat. Penentuan kebutuhan jumlah
dimana setiap orang mempunyai kemampuan rumah sampai dengan tahun 2037
yang berbeda-beda secara ekonomi. Dalam diperhitungkan dari jumlah penduduk tahun
pembahasan permintaan perumahan setiap prediksi.
orang dianggap mempunyai tingkat
kemampuan yang berbedabeda dalam
pengadaan rumah.
42
II. METODE PENELITIAN tangga/KK dalam 5 tahun (gunakan
data 10 tahun terakhir, bila data
Penelitian terhadap kebutuhan tersedia), dengan rumus berikut :
pengembangan perumahan dan permukiman • Bila pertumbuhan rumah tangga/ KK
Kabupaten Pesisir Barat ini berdasarkan tetap Pertumbuhan rumah tangga/ KK
analisis terhadap beberapa jenis data tetap Bila setiap tahun, pertambahan
sekunder seperti: rumah tangga/KK memiliki jumlah
1. Analisis karakteristik sosial relatif sama.
kependudukan berdasarkan data sekunder b = Pn – P0
dari BPS dan Dinas Kependudukan Dan Keterangan :
Catatan Sipil Kabupaten Pesisir Barat, b = Jumlah pertambahan rumah
meliputi: Time series 5 tahun jumlah tangga/ KK per tahun
penduduk per wilayah kecamatan pada Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada
awal tahun perencanaan, proyeksi 20 akhir tahun perhitungan
(dua puluh) tahun ke depan dan jumlah Po = Jumlah rumah tangga/ KK pada
pertumbuhan rumah tangga/ kepala akhir tahun perhitungan
keluarga.
2. Analisis karakteristik perumahan dan Catatan :
kawasan permukiman terkait jumlah − Pertumbuhan rumah tangga/ KK
kekurangan rumah (backlog) pada awal linier, bila pertambahan rumah
tahun perencanaan dan proyeksi 20 (dua tangga/KK per tahun tidak relative
puluh) tahun ke depan karena sama, tapi tidak menunjukkan
pertumbuhan penduduk. Berdasarkan lonjakan perkembangan rumah tangga;
data sekunder dari Dinas Perumahan − Pertumbuhan rumah tangga/ KK
Rakyat dan Kawasan Permukiman serta eksponensial, bila setiap tahun,
Dinas Pengendalian Penduduk dan pertambahan rumah tangga/KK
Keluarga Berencana (DPPKB) memiliki jumlah yang makin lama
Kabupaten Pesisir Barat meningkat, misal 2 kali lipat, 3 kali
3. Analisis arah penyelenggaraan PKP lipat, dst.
dalam Rencana Pola Ruang RTRW • Bila pertumbuhan rumah
Kabupaten Pesisir Barat Tahun 2016- tangga/KK linier
Pn – P0
2036 terkait luas kawasan peruntukan b =
permukiman di Kabupaten Pesisir Barat. n
b
r = xk
Prosedur yang dilakukan adalah sebagai ½ (P0 + Pn)
berikut ;
a. Proyeksi Kebutuhan berdasarkan Keterangan :
pertumbuhan rumah tangga/ KK dan b = Jumlah pertambahan rumah tangga/
Backlog KK per tahun
1. Perhitungan Laju Pertumbuhan Rumah Pn = Jumlah rumah tangga/ KK pada
Tangga / KK akhir tahun perhitungan
Gunakan data sebagai berikut : Po = Jumlah rumah tangga/ KK
a) Data jumlah rumah tangga 5 tahun padaawal tahun perhitungan
terakhir s.d tahun ke-x (tahun n = jumlah tahun, 5 atau 10 (tergantung
terakhir), pada kecamatan yang telah ketersediaan data)
ditetapkan sebagai wilayah perkotaan; k = konstanta (100)
b) Laju pertumbuhan rumah tangga/KK, r = laju pertumbuhan per tahun
bila tidak terdapat dapat gunakan laju Catatan Perhitungan Tahun Perencanaan:
pertumbuhan penduduk; Tahun Terakhir = tahun penyusunan
c) Bila laju pertumbuhan rumah analisis RP4D = th ke X
tangga/KK tidak tersedia, maka Tahun awal perencanaan = th ke X + 1
hitung laju pertumbuhan rumah Tahun akhir perencanaan = th ke X + 10
43
2. Hitung Proyeksi Jumlah Rumah a) Gunakan data jumlah rumah
Tangga/KK tangga/KK tahun ke-X, hasil
a) Gunakan hasil laju pertumbuhan perhitungan hasil proyeksi jumlah
rumah tangga/KK dari data yang rumah tangga/KK tahun ke-X s.d
tersedia atau dari perhitungan di atas; tahun ke-X+10, untuk kecamatan-
b) Hitung proyeksi jumlah rumah kecamatan di wilayah perkotaan/kota
tangga/KK dari th-x, saat ini, s.d th-x di Provinsi;
+ 10, akhir tahun perencanaan, b) Hitung jumlah kebutuhan rumah
dengan rumus berikut : sampai th ke x+10, akhir tahun
• Bila pertumbuhan rumah tangga/KK perencanaan, dengan rumus berikut.
tetap Kebutuhan Rumah th ke i =
Pti = Po + b Proyeksi Jumlah Rumah Tangga/KK
Keterangan : th ke i – Jumlah Rumah Tangga /
Pt = Jumlah Rumah Tangga pada KK tahun ke-X
tahun t 5. Perhitungan Kebutuhan Rumah Total
Po = Jumlah Rumah Tangga pada a) Gunakan hasil perhitungan kebutuhan
tahun 0 (tahun dasar = th-X) rumah akibat pertumbuhan penduduk
b = pertambahan rumah tangga / KK dan backlog, untuk kecamatan-
i = tahun ke 1, 2,....., 10 kecamatan di wilayah perkotaan/kota
• Bila pertumbuhan rumah tangga/KK di Provinsi, dari hasil perhitungan di
linier atas.
Pti = Po (1+nir) b) Hitung jumlah kebutuhan rumah total
Keterangan : (di th ke x+10), akhir tahun
Pt = Jumlah Rumah Tangga pada perencanaan, dengan rumus berikut.
tahun t Kebutuhan Rumah Total (Th ke
Po = Jumlah Rumah Tangga pada X+10) = Kebutuhan Rumah Akibat
tahun 0 (tahun dasar = th-X) Pertumbuhan Penduduk + Backlog
n = jumlah tahun proyeksi c) Hitung jumlah demand/kebutuhan
r = laju pertumbuhan rumah tangga / rumah berdasarkan proporsi rumah
KK berimbang1 : 3 : 6.
i = tahun ke 1, 2,....., 10
3. Perhitungan Backlog Kebutuhan Rumah b. Proyeksi Kebutuhan Berdasarkan
1. Gunakan data jumlah rumah tangga Segmentasi Pendapatan
tahun ke-X (tahun terakhir), dan jumlah Kegiatan yang dilakukan:
rumah tahun ke-X, untuk kecamatan- 1. Gunakan data jumlah penduduk
kecamatan di wilayah perkotaan/kota berdasarkan segmentasi pendapatan
Provinsi. (Miskin, MBR, berpendapatan
2. Hitung backlog kebutuhan rumah menengah - atas) tahun ke-x (tahun
dengan rumus berikut : terakhir), untuk kecamatan-
Backlog = Jumlah Rumah Tangga / kecamatan di wilayah perkotaan/kota
KK tahun ke-X – Jumlah Rumah di Provinsi;
tahun ke-X 2. Hitung proporsi segmentasi
Keluaran: pendapatan penduduk tersebut untuk
a) Laju pertumbuhan rumah tangga/KK; tiap kecamatan-kecamatan di wilayah
b) jumlah rumah tangga/KK sampai perkotaan/kota.
dengan 10 tahun di muka, akhir tahun 3. Hitung demand rumah di akhir tahun
perencanaan; perencanaan pada kawasan perkotaan
c) backlog kebutuhan rumah Kebutuhan dan perdesaan berdasarkan
Rumah Akibat. segmentasi pendapatan penduduk
4. Perhitungan Kebutuhan Rumah Akibat (miskin, MBR, menengah – atas,
Pertumbuhan Penduduk yang telah dihitung proporsinya),
Catatan ;
44
Penentuan Segmentasi Pendapatan perencanaan 2032 dan 2037, terlihat pada
Penduduk dapat diperoleh dengan Tabel 2.
pendekatan berikut :
• Jumlah Penduduk Miskin = Jumlah Tabel 2. Proyeksi Jumlah Kepala Keluarga
Penduduk Pra Sejahtera I
• Jumlah Penduduk MBR = Jumlah
Penduduk Pra Sejahtera II
• Jumlah Penduduk berpendapatan
menengah – atas = Jumlah Penduduk
Sejahtera
45
Tabel 4. Backlog Menghuni 1) Kebutuhan Rumah Berdasarkan
Segmentasi Pendapatan Tahun 2018
Kebutuhan rumah berdasarkan
segmentasi pendapatan dihitung pada
tahun 2018 terlihat pada Tabel 6.
46
Tabel 11. Kebutuhan Perumahan Baru
4) Kebutuhan Rumah Berdasarkan Berdasarkan Kelas Rumah Pada Tahun 2018
Segmentasi Pendapatan Tahun 2032
Kebutuhan rumah berdasarkan
segmentasi pendapatan dihitung pada
tahun 2032 terlihat pada Tabel 9.
47
4) Kebutuhan Perumahan Baru Berdasarkan Tabel 16. Kebutuhan Lahan Perumahan
Kelas Rumah Th 2032 Baru Pada Tahun 2018
Kebutuhan perumahan baru
berdasarkan kelas rumah pada tahun 2018
terlihat pada Tabel 14.
48
4) Kebutuhan Lahan Perumahan Baru Tabel 21. Kebutuhan Lahan Perumahan
Berdasarkan Kelas Rumah Th 2032 Baru Pada Tahun 2018
Kebutuhan Lahan Perumahan Baru
pada tahun 2032 terlihat pada Tabel 19.
49
4) Kebutuhan Lahan PSU Perumahan Baru Tabel 26. Kebutuhan Lahan Kawasan
Berdasarkan Kelas Rumah Th 2032 Permukiman Pada Tahun 2018
Kebutuhan Lahan PSU Perumahan
Baru pada tahun 2032 terlihat pada Tabel
24.
5) Kebutuhan Lahan PSU Perumahan Baru Tabel 27. Kebutuhan Lahan Kawasan
Berdasarkan Kelas Rumah Th 2037 Permukiman Pada Tahun 2022
Kebutuhan Lahan PSU Perumahan
Baru pada tahun 2037 terlihat pada Tabel
25.
50
yang dihitung dengan cara luas ketersediaan
4) Kebutuhan Lahan Kawasan Permukiman lahan dikrang kebutuhan lahan permukiman.
Berdasarkan Kelas Rumah Th 2032 1) Analisis Daya Tampung Wilayah di
Kebutuhan lahan kawasan permukiman Kabupaten Pesisir Barat Th 2018
pada tahun 2032 terlihat pada Tabel 29. Daya tampung wilayah di Kabupaten
Pesisir Barat pada tahun 2018, semua
Tabel 29. Kebutuhan Lahan Kawasan kecamatan masih mampu menampung
Permukiman Pada Tahun 2032 kebutuhan kawasan permukiman.
53