Anda di halaman 1dari 83

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan nasional di Indonesia bertujuan untuk menciptakan

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar 1945. Masyarakat yang adil dan makmur tersebut diartikan tidak hanya

cukup sandang, pangan, dan papan saja tetapi justru harus diartikan sebagai cara

bersama untuk memutuskan masa depan yang dicita-citakan dan juga turut secara

bersama mewujudkan masa depan tersebut. Semangat untuk mewujudkan masa

depan tersebut merupakan amanah dari mukadimah Undang-Undang Dasar 1945

alinea ke-4 juncto Pasal 28 H ayat (1) dan Pasal 33 UUD 1945 (Arif,2009: 13).

Dalam pembukaan undang-undang bagian (a) yang bebunyi bahwa setiap

orang berhak hidup sejahtera, lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan

lingkungan hidup yang baik dan sehat (UU RI 2011). Tempat tinggal mempunyai

peran strategis dalam pembentukan watak dan kepribadian bangsa serta sebagai

salah satu upaya membangun manusia Indonesia seutuhnya, berjati diri, mandiri,

dan produktif. Oleh karena itu, negara bertanggung jawab untuk menjamin

pemenuhan hak akan tempat tinggal dalam bentuk rumah yang layak dan

terjangkau.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 1 Tahun

2011tentangperumahan dan kawasan permukimanyang diatur Pemerintah Provinsi

pada Pasal 14dan ditingkat Kabupaten/Kota juga diatur terdapat pada Pasal 15

(UU RI 2011).Dalam Pasal 19 ayat 1 disebutkan bahwa penyelenggaraan rumah

1
2

dan perumahan dilakukanuntuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu

kebutuhan dasar manusia bagi peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.

Upaya pemerintah dalam melakukan pembangunan dan perkembangan wilayah

tersebut berkaitan dengan pemanfaatanlahan. Dalam pasal 1 ayat 16 yang

berbunyi bahwa lingkungan siap bangun yang disebutLisiba adalah sebidang

tanah yang fisiknya sertaprasarana, sarana, dan utilitas umumnya

telahdipersiapkan untuk pembangunan perumahan denganbatas-batas kaveling

yang jelas dan merupakan bagiandari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana

rincitata ruang (UU RI 2011).Indonesia sebagai salah satu negara berkembang

masih menghadapi permasalahan besar dalam perkembangan kota-kotanya.

Fenomena urbanisasi yang terjadi di kota-kota besar mengakibatkan

meningkatnya kebutuhan akan ruang kota, seperti fasilitas perumahan, sebagai

salah satu kebutuhan dasar manusia. Undang-undang No. 4 Tahun 1992 tentang

Perumahan dan Permukiman, merumuskan bahwa: Perumahan adalah kelompok

rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian

yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan. Sedangkan

Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik

yang berupa kawasan perkotaan, maupun perdesaan yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang

mendukung perikehidupan dan penghidupan. Hunian merupakan kebutuhan dasar

manusia dan sebagai hak bagi semua orang untuk menempati hunian yang layak

dan terjangkau. Dalam kerangka hubungan ekologis antara manusia dan

lingkungan pemukimannya terlihat jelas bahwa kualitas sumberdaya manusia di


3

masa yang akan datang sangat dipengaruhi oleh kualitas perumahan dan

permukiman di mana masyarakat tinggal menempatinya.

Sasaran yang ingin dicapai dalam pembangunan perumahan dan

pemukiman adalah agar seluruh rakyat Indonesia dapat menghuni rumah yang

layak dalam lingkungan yang sehat dan teratur” Perumahan dan permukiman

memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Hal

inipun tidak terlepas pada masyarakat Indonesia khususnya. Bagi masyarakat

Indonesia, rumah merupakan cerminan dari pribadi manusianya, baik itu secara

perorangan maupun dalam suatu kesatuan dan kebersamaan dengan lingkungan

alamnya.

Permasalahan perumahan dan permukiman merupakan sebuah isu utama

yang selalu mendapat perhatian lebih dari pemerintah. Hal ini selalu menjadi isu

utama yang selalu menjadi primadona sejak dari jaman dahulunya hingga

sekarang ini. Permasalahan perumahan dan permukiman merupakan sebuah

permasalahan yang berlanjut dan bahkan akan terus meningkat, seirama dengan

pertumbuhan penduduk, dinamika kependudukan dan tuntutan-tuntutan sosial

ekonomi yang semakin berkembang. Indonesia adalah negara yang sedang

berkembang, salah satu ciri dari negara yang sedang berkembang itu adalah

tingginya angka pertambahan penduduk. Konsekuensi logis dari pertambahan

penduduk ini adalah semakin tingginya juga kebutuhan akan perumahan untuk

penduduk tersebut. Meningkatnya penduduk merupakan isyarat yang sama akan

pemenuhan akan sarana hunian mereka dalam pembangunan nasional yang kita

laksanakan sejak Pelita I, kita menghadapi berbagai permasalahan. Salah satu


4

faktor dinamis terpenting yang menjadi permasalahan pembangunan nasional kita

adalah kependudukan. Penduduk Indonesia yang selalu berkembang, merupakan

faktor utama yang menyebabkan permasalahan perumahan dan permukiman ini

selalu menjadi sorotan utama pihak pemerintah. Pesatnya angka pertambahan

penduduk yang tidak sebanding dengan penyediaan sarana perumahan

menyebabkan permasalahan ini semakin pelik dan serius. Permasalahan

kependudukan dewasa ini tidak hanya menjadi isu pada kota-kota dipulau jawa,

tetapi kota-kota dipulau lainpun sudah mulai memperlihatkan gejala yang hampir

serupa. Meningkatnya arus urbanisasi serta semakin lebarnya jurang pemisah

antara kota dan desa merupakan salah satu pemicu permasalahan kependudukan

ini

Pada waktu penduduk belum begitu banyak, masalah perumahan bukanlah

menjadi masalah yang merisaukan. Manusia masih dapat membangun rumahnya

dengan leluasa karena tanah masih banyak. Akan tetapi pada masa sekarang,

dimana terjadi perpindahan penduduk mengakibatkan perumahan menjadi

masalah yang cukup serius. Hal ini disebabkan karena tanah yang tersedia untuk

pemukiman semakin lama menjadi semakin sempit, kurang tersedianya tanah

yang siap dibangun dan terus meningkatnya harga tanah serta kesulitan-kesulitan

dalam proses pembebasan tanah untuk perumahan, kebijaksanaan mengenai tata

guna tanah di daerah perkotaan (Urban and policy) yang masih belum didukung

oleh peraturan perundang-undangan yang memadai. Sehingga sekarang banyak

lahan desa yang dijadikan sebagai perumahan karena minimnya lahan kosong

tersebut di daerah perkotaan. Hal inipun membawa dampak tersendiri, baik


5

terhadap lingkungan alam maupun lingkungan sosialnya termasuk pengaruh

kehadiran pembangunan perumahan ini terhadap pola pemikiran masyarakat di

sekitarnya.

Perumahan dan prasarana lingkungan merupakan kebutuhan dasar setiap

keluarga dalam masyarakat Indonesia, yang dicita-citakan dan merupakan faktor

yang sangat penting dalam peningkatan stabilitas sosial, dinamika dan

produktivitas masyarakat. Disamping itu, pembangunannya sendiri dapat

memberikan sumbangan bagi pertumbuhan ekonomi dan perluasan lapangan

kerja. Dalam struktur kelembagaan Pemerintahan Pusat dan Daerah, tugas dan

wewenang yang menyangkut berbagai aspek permasalahan pokok yang

menyangkut pembangunan perumahan, baik teknis, manajemen maupun sosial

budaya terdapat pada berbagai DepartementDirektorat JenderalInstansi, sehingga

dalam pelaksanaannya diperlukan suatu sistem kordinasi yang efektif.

Dengan berdirinya perumahan-perumahan tersebut tentu akan membawa

dampak dan perubahan bagi lingkungan sekitarnya, baik terhadap lingkungan

alam maupun lingkungan sosial.Permasalahan permukiman yang dihadapi kota

besar semakin kompleks.Tingginya tingkat kelahiran dan migrasi penduduk yang

terbentur pada kenyataan bahwa lahan di perkotaan semakin terbatas dan nilai

lahan yang semakin meningkat serta mayoritas penduduk dari tingkat ekonomi

rendah sampai tingkat ekonomi menengah atas, menimbulkan permukiman-

permukiman padat di kawasan yang dianggap strategis yaitu kawasan pusat kota,

industri dan perguruan tinggi. Perumahan dan permukiman sebagai salah satu

kebutuhan dasar manusia, memiliki fungsi strategis sebagai pusat pendidikan


6

keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitaas generasi yang akan

datang.Seperti yang kita ketahui seiring dengan perkembangan jaman di era

modernisasi ini, kebutuhan akan tempat tinggal semakin meningkat yang di ikuti

dengan meningkatnya angka kependudukan . Kebutuhan tempat tinggal tersebut

terealisasikan dengan maraknya pembangunan perumahan dan pemukiman di

daerah subur atau desa baik yang diselenggarakan oleh pihak pemerintah maupun

swasta. Namun, pembangunan perumahan dan pemukiman tersebut kini juga

menjadi permasalahan bagi masyarakat subur atau desa yang terkait dengan

Ruang Terbuka Hijau (RTH).

Pembangunan yang terus berkembang yang terjadi di wilayah subur atau

desa sangatlah berpengaruh terhadap kestabilan kondisi lingkungan. Dalam arti

disini pembangunan sangat berpengruh penting dalam menyumbang kerusakan

lingkungan, karena dengan pertambahan jumlah penduduk yang diiringi dengan

pembangungan yang tinggipesat maka otomatis akan terjadi perluasan lahan

perumahan,kebutuhan akan tempat tinggal tentu semakin meningkat. Akibatnya,

terjadi perubahan penggunaan lahan. Lahan pertanian yang tadinya luas, sedikit

demi sedikit berubah fungsi menjadi pemukiman. Dengan dibangunnya

perumahan mengakibatkan berkurangnya hutan dan lahan pertanian yang

menyebabkan perubahan kondisi lingkungan.Perlu diketahui semakin

meningkatnya upaya pembangunan akan menyebabkan semakin meningkatnya

dampak terhadap lingkungan. Keadaan ini mengidentifikasikan diperlukannya

upaya pengendalian dampak lingkungan hidupdapat ditekan sekecil mungkin.

Pihak pemerintah daerah maupun swasta yang mengelola pembangunan


7

perumahan hendaknya menyediakan sarana yang mendukung perkembangan

pembangunan perumahan penduduk dan menganalisis dampak yang diakibatkan

dari pengembangan pembangunan tersebut.

Pertambahan penduduk dan dengan tujuanuntuk memfasilitasi masyarakat

mempengaruhi keputusan pemerintah daerahbersama dengan pihak swasta untuk

membangun perumahan di Parit Aim Desa Ambawang Kuala. Dalam Pasal 38

ayat 1 Pembangunan rumah meliputi pembangunan rumahtunggal, rumah deret,

dan/atau rumah susun. Dalam pasal 2 di sebutkan bahwa pembangunan rumah

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan oleh setiap orang,

Pemerintah,dan/atau pemerintah daerah (UU RI 2011).

Dalam Pasal 43 ayat 1 Pembangunan untuk rumah tunggal, rumah

deret,dan atau rumah susun, dapat dilakukan di atas tanah: bagian (a). hak milik;

Di desa Ambawang Kuala khususnya di Parit Aim pembangunan tersebut

merupakan hak individu yang membangun ditananhnya sendiri. Dalam pasal 22

ayat 2 Bentuk rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi: b. rumah

deret. Dalam ayat 3 disebutkan luas lantai rumah tunggal dan rumah deret

memilikiukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi(UU RI 2011)

Refrensi yang disebutkann diatas dapat di implementasikan di Desa

Ambawang Kuala Kecamatan Sungai Ambawang yang sedang menjalankan

program pemerintah dalam memakmurkan masyarakatnya. Dalam

pembangunaninfrastruktur salalu menjadi pleaning bagi pemerintah Kabupaten

Kubu Raya baik itu pemerintah pusat, provinsi maupun daerah. Adapun
8

pembangunan hal lain yang diantaranya adalah pembangunan perumahan,

gedung-gedung dan perkantoran.Penulis fokus pada pembangunan perumahan

yang dapat di perjelas melalui lampiran sekaligus temuan yang terdapat dilapngan

seperti tabel 1.1 dibawah ini:

Tabel 1.1

Perumahan di Parit Aim Desa Ambawang Kuala Kecamatan Sungai


Ambawang Kabupaten Kubu Raya Tahun 2014
Perumahan Karisma Makmur
Posisi Kanan Jumlah Posisi Kiri
Lebar 50m 100 Lebar 50m
Panjang 360m 660 Panjang 300m
Rumah 70 135 Rumah 65
Tipe 36 - Tipe 36

Perumahan Gren Permai


Lebar 36m
Panjang 300m
Rumah 40
Tipe 36

Karisma Makmur L100, P660, R135, T72


Gren Permai L36, P300, R40, T36
Sumber: Observasi di lapangan diolah tahun 2019

Berdasarkan tabel 1.1 bahwa perumahan di Parit Aim desa Ambawang

Kuala terdapat 2 perumahan diantaranya; Karisma Makmur, dan Gren Permai.

Perumahan Karisma Makmur mempunyai lebar 100m, dengan kepanjangan 660,

serta jumlah rumah 135, dan rata-rata tipe rumah 36. Sedangakn Perumahan Gren

Permai mempunyai lebar 36m, panjang, 300m, jumlah rumah 40, dan tipe rumah

36.
9

Perumahan tersebut merupakan perumahan lokal yang di rekomendasikan

kepala desa sebagai perumahan masyarakat setempat tetapi perumahan tersebut

menimbulkan konflik internal antara masyarakat setempat. Saat ini banyak

pembangunan perumahan yang tidak sesuai dengan arahan rencana tata

ruang.Padahal Pemerintah Daerah telah banyak mengatur hal tersebut. Sehingga

banyak persoalan yang ditimbulkan, antara lain adalah semakin bertambahnya

tugas pemerintah untuk menertibkan kembali bangunan-bangunan tersebut. Untuk

bangunan yang masih dalam rancangan, pemerintah dapat bekerjasama dengan

pengembang tentang bangunan yang akan dibangun. Sedangkan lahan tanah yg

ada sangat terbatas tetapi penggunaan atau pemakaian lahan tanah tersbut

bermacam-macam. Seperti perumahan, perkantoran, hutan lindung, dan industiri.

Tetapi makin bertambahny manusia atau penduduk masyarakat dari angka

kelahiran. baik yang datang dari luar kalbar, maupun yang datang dari kabupaten

lain di Kalbar. Maka dari itu semakin bertambahnya manusia atau penduduk

masyarakat. Maka di perlukan rumah, dan tanah untuk bercocok tanam atau

lapangan pekerjaan.

Hal tersebut tercermin dalam misi pemerintah yaitu pembangunan

Perumahan bagi masyarakat. Perumahan dan pemukiman adalah dua hal yang

tidak dapat kita pisahkan dan berkaitan erat dengan aktivitas ekonomi,

industrialisasi dan pembangunan. Namun dari program pembangunan perumahan

tersebut tidak selalu mendapat dampak yang positif bagi masyarakat tetapi juga

dampak negatifnya.
10

Perencanaan merupakan salah satu upaya masyarakat untuk mengatur sebuah

kondisi di masayang akan datang sesuai dengan keinginannya. Perencanaan ketika

asumsi pembangunan berupa full emplayment, equal productivity, rational-

efficient dalam kenyataan tidak terpenuhi. Munculnya kegagalanpasar

menimbulkan berbagai masalah seperti pengangguran, kesenjangan dan

kemiskinan yang merupakan ruhnya pembangunan. (Iwan Nugroho Dan Rokmin

Dahuri 2012; 1).

Kondisi pembangunan perumahan di Desa Ambawang Kuala Kecamatan

Sungai Ambawangtermasuk sangat pesat cenderung untuk tidak

mempertimbangkan faktor konservasi lingkungan dengan meminimalkan ruang

terbuka hijau. Kondisi demikian menyebabkan terganggunya keseimbangan

ekosistem dengan meningkatnya suhu udara, serta pencemaran udara. Sumber

pencemaran udara di kota besar di Indonesia terutama disebabkan kegiatan

transportasi, permukiman, persampahan dan industri dan tidak dapat di pungkiri

bila kita menilai dari ke berhasilan pembangunan dari beberapa banyak atau

majunya suatu pembangunan perumahan di sesuatu tempat. Padahal mestinya

pembangunan perumahan itu hanya suatu sarana pendukung saja.

Disamping permasalahan internal yang dialami oleh masyarakat miskin

keberadaan perumahan ini juga memberikan dampak dalam berbagai segi

kehidupan, baik sosial maupun ekonomi masyarakat sekitar.Dalam bidang

ekonomi, keberadaan perumahan merupakan sebab utama peralihan mata

pencaharian penduduk dari segi agraris ke non agraris. Mata pencaharian


11

penduduk sekitar berorientasi pada pertanian, namun setelah dibangunnya

perumahan mata pencarian dari pertanian berubah ke non-pertanian.

Secara garis besar dapat dirinci mengenai berbagai permasalahan dan

dampak sosial yang terjadi pada kegiatan pembangunan perumahan

adalah .Terjadinya proses marjinalisasi, yaitu peminggiran secara sistematis

masyarakat petani karena beralih kesektor usaha non pertanian dengan semakin

terbatasnya lahan.Terjadinya kesenjangan sosial yang menonjol dalam kalangan

masyarakat perumahan dan warga sekitarnya.

Berangkat dari pilihan pendekatan pembangunan untuk mancapai hasil

yang di harapkan, apabila memerhatikan kecenderungan yang sudah di uraikan

sebelumnya, arus besar semestinya mengarah pada pendekatan yang berorientasi

proses. Pendekatan proses lebih memungkinkan pelaksanaan pembangunan yang

memanusiakan manusia, kerena yang lebih penting bukan bagaimana hasilnya

secara material, melainkan bagaimana prosesnya sehingga hasil tadi di peroleh,

apakah sudah melibatkan masyarakat dalam keseluruhan peroses yang

menggambarkan pengakuan terhadap kapasitas masyarakat yang bersangkutan.

Hal ini tidak menutup kemungkinan mempengaruhi sifat atau perilaku dari

masyarakat setempat. Seperti sifat serikat bersama yang perlahan mulai

berkurang, artinya bahwa dengan banyaknya para pendatang yang datang dengan

berbagai latar belakang masing-masing juga ikut mempengaruhi sekaligus

membawa sifat masyarakat warga asli menjadi lebih terbuka, melek ilmu

pengetahuan dan teknologi, egois, individualistik, dan lain sebagainya. Juga ikut

berkontribusi mempengaruhi lifestyles atau gaya hidup dari masyarakat sekitar


12

perumahan, seperti cara berpakaian atau berbahasa. Sedangkan gaya hidup

merupakan bagian dari kebudayaan, sementara kebudayaan merupakan fakta

sosial.Disinilah arus globalisasi dan modernisasi mulai masuk seiring dengan

pembangunan perumahan tersebut. Pembangunan perumahan itu sendiri

merupakan salah satu rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan berencana

yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat bersama pemerintah menuju

modernisasi dalam rangka pembinaan bangsa. Hal ini dilakukan dalam upaya

untuk mensejahterakan kehidupan warga negaranya.

Salah satu contohnya yaitu perumahan yang berada diKecamatan Sungai

Ambawang, perumahan karisma makmur Desa Sungai Ambawang Kualadengan

adanya pembangunan perumahan disini, ikut berkontribusi dalam memajukan

masyarakat di sekitar perumahannya, salah satu aspeknya adalah mengenai

pendidikan taman kanak-kanak, setelah adanya pembangunan perumahan ini

lembaga pendidikan dan menjadi meningkat dibandingkan dengan sebelum

adanya pembangunan perumahan di wilayah tersebut. Merujuk pada pernyataan

diatas, jika kita hubungkan dengan pembangunan perumahan maka disini arus

globalisasi dan modernisasi mulai masuk seiring dengan pembangunan

perumahan tersebut. Dengan masuknya penghuni perumahan yang datang dari

berbagai daerah membawa budaya dan latar belakangnya, melalui interaksi yang

terjadi diantara mereka, maka nilai-nilai dan sifat-sifat masyarakat ikut membaur

dengan masyarakat setempat.

Dengan keberadaan perumahan-perumahan ini dan pengaruhnya bagi

pembentukan pola pikir masyarakat setempat sendiri masih menjadi kontroversi


13

hingga saat ini. Banyak para peneliti yang mengatakan bahwa dengan adanya

pembangunan perumahan ini menjadi pemicu diskriminasi antara warga

sekitar.Namun tidak sedikit pula peneliti yang mengatakan bahwa dengan adanya

perumahan ini memberi dampak yang positif bagi pembentukan pemikiran warga

yang ikut memodernisasikan kehidupan mereka.Oleh karena itulah maka penulis

merasa terketuk hatinya dengan banyaknya fenomena seperti ini, dan merasa

tertarik untuk mengkaji dan menyusun penulisan yang berjudul”Dampak Sosial

Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Di Parit Aim Desa

Ambawang Kuala Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, terdapat

beberapa permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penulisan ini. Adapun

yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah Dampak Sosial

Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Di Parit Aim.Desa

Ambawang Kuala Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. untuk

memudahkan penelitian ini dapat penulis mengidentifikasikan beberapa

permasalahan diantaranya. Pembangunan perumahan menimbulkan dampak yang

begitu serius baik dari sektor ekonomi maupun budaya. Selain itu terjadinya

proses marjinalisasi, yaitu peminggiran secara sistematis masyarakat petani karena

beralih kesektor usaha non pertanian dengan semakin terbatasnya

lahan.Sertakesenjangan sosial yang semakin meningkat dalam kalangan

masyarakat perumahan dan warga sekitarnya.


14

1.3. Fokus Penelitian

Agar penelitian ini lebih terarah dan saling berkorelasi dengan masalah

diatas maka fokus penelitian ini terletak pada Dampak Sosial Pembangunan

Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Di Parit Aim Desa Ambawang Kuala

Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

1.4. Rumusan Masalah

Bedasarkan Pertanyaan penelitian ini lebih kepada dampaksosial

pembangunan perumahan bagi warga miskin di Parit Aim Desa Ambawang Kuala

Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya. Maka pertanyaan

penelitian adalah sebagai berikut:

1.4.1. Bagaimana proses adanya pembangunan perumahan di Parit Aim Desa

Ambawang kuala, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya?

1.4.2. Bagaimana dampak dengan adanya pembangunan perumahan di Parit

AimDesa Ambawang kuala, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten

Kubu Raya?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian memiliki peranan yang sangat penting. Sebab

tujuan berfungsi untuk menentukan arah. Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut;

1.5.1. Untuk mendeskripsikan proses adanya pembangunan perumahan di Parit

Aim Desa Ambawang kuala, Kecamatan Sungai Ambawang, Kabupaten

Kubu Raya
15

1.5.2. Untuk mendeskripsikan dampak negatif adanya pembangunan perumahan

di Parit Aim Desa Ambawang kuala, Kecamatan Sungai Ambawang,

Kabupaten Kubu Raya.

1.6. ManfaatPenelitian

1.6.1. Manfaat Teoritis

Di harapkan tulisan ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang

hendak melakukan penelitian relevan mengenai dampak sosial pembangunan

perumahan bagi warga miskin di Desa Ambawang Kuala Kecamatan sungai

Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

1.6.2. Manfaat Peraktis

Bagi Universitas Tanjungpura dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

proposal penelitian ini bertujuan untuk memenuhi syarat lulus akademis

perkuliahan pada jururusan sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Tanjungpura Pontianak.


BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Dampak Sosial

Dampak sosial adalah pengaruh yang mendatangkan akibat baik positif

maupun negatif. Pengaruh adalah daya yang ada dan timbul dari sesuatu orang

yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. Pengaruh

adalah suatu keadaan dimana ada hubungan timbal balik atau hubungan sebab

akibat antara apa yang mempengaruhi dengan apa yang dipengaruhi. Dampak

secara sederhana bisa diartikan sebagai pengaruh atau akibat.Dalam setiap

keputusan yang diambil oleh seorang atasan biasanya mempunyai dampak

tersendiri, baik itu dampak positif maupun dampak negatif.

Dampak juga bisa merupakan proses lanjutan dari sebuah pelaksanaan

pengawasan internal. Seorang pemimpin yang handal sudah selayaknya bisa

memprediksi jenis dampak yang akan terjadi atas sebuah keputusan yang akan

diambil. Dari penjabaran diatas maka kita dapat membagi dampak ke dalam dua

pengertian yaitu ;

2.1.1. Dampak Positif dan Negatif

2.1.1.1. Dampak Positif

Dampak adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi

atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka mengikuti atau

mendukung keinginannya.Sedangkan positif adalah pasti atau tegas dan nyata dari

16
17

suatu pikiran terutama memperhatikan hal-hal yang baik.positif adalah suasana

jiwa yang mengutamakan kegiatan kreatif dari pada kegiatan yang menjemukan,

kegembiraan dari pada kesedihan, optimisme dari pada pesimisme (Purwanto.

2000, 54)

Positif adalah keadaan jiwa seseorang yang dipertahankan melalui usaha-

usaha yang sadar bila sesuatu terjadi pada dirinya supaya tidak membelokkan

fokus mental seseorang pada yang negatif. Bagi orang yang berpikiran positif

mengetahui bahwa dirinya sudah berpikir buruk maka ia akan segera memulihkan

dirinya. Jadi dapat disimpulkan pengertian dampak positif adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang baik.

2.1.1.2. Dampak Negatif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah pengaruh

kuat yang mendatangkan akibat negatif.Dampak adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya.berdasarkan

beberapa penelitian ilmiah disimpulkan bahwa negatif adalah pengaruh buruk

yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya. Jadi dapat disimpulkan

pengertian dampak negatif adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,

mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka

mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat

tertentu.
18

2.1.2. Nilai Sosial

Dalam pendapat par ahli menurut Bertrand (2000; 63) nilai adalah suatu

kesadaran yang disertai emosi yang relatif lama hilangnya terhadap suatu objek,

gagasan, atau orang. Sedang sosial dalam KBBI adalah hal-hal yang berkenaan

dengan masyarakat atau sifat-sifat kemasyarakatan yang memperhatikan

kepentingan umum. Selain itu dapat disimpulkan menurut Williams (2010: 23)

bahwa nilai sosial adalah hal yang menyangkut kesejahteraan bersama melalui

konsensus yang efektif di antara mereka, sehingga nilai-nilai sosial dijunjung

tinggi oleh banyak orang.

Dalam hidup bermasyarakat manusia membutuhkan seperangkat aturan-

aturan atau norma untuk mengatur hubungan antarmanusia. Norma-norma itu

dijadikan pedoman bagi anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Berbagai kebutuhan hidup manusia melahirkan beraneka ragam lembaga guna

memenuhi kebutuhannya itu. Misalnya kebutuhan manusia akan mata pencaharian

melahirkan lembagalembaga sosial, seperti industri, perdagangan, koperasi,

pertanian, dan lain-lain (Hasibuan, 2012: 15)

Lembaga sosial pun memiliki beberapa fungsi, antara lain untuk mengatur

agar kehidupan manusia dapat terpenuhi secara memadai, untuk mengatur agar

kehidupan sosial warga masyarakat dapat berjalan dengan tertib, menjaga

keutuhan masyarakat, dan memberi petunjuk tentang pengendalian

sosial.Pedoman keberadaan yang pada hakikatnya makhluk hidup didunia

merupakan ciptaan tuhan.Pengungkapan perasaan nilai estetika manusia


19

cenderung menyukai keindahan karena keindahan merupakan bagian dari jiwa

manusia.Pedoman buat rekreasi dan hiburan. Dalam mencari kepuasan batin

melalui rekreasi dan hiburan, tidak melanggar kaidah-kaidah agama (Hans, 2006:

43).

2.1.3. Struktur Sosial

Struktur sosial berasal dari kata “structum” yang mempunyai

arti menyusun. Struktur sosial merupakan tatanan atau susunan sosial yang

membentuk kelompok-kelompok sosial di dalam kehidupan masyarakat, dimana

didalamnya terdapat hubungan timbal balik.Dari dua demensi diatas dapat

simpulkan menurut Soekanto (2012: 22) bahwa struktur sosial

merupaka keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial yang pokok, yaitu kaidah-

kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok

sosial, serta lapisan-lapisan sosial.

Struktur selalu merujuk pada unsur-unsur yang bersifat kurang lebih tetap

atau mantap. Kalau kita umpamakan dengan sebuah bangunan rumah, maka

dinding-dinding rumah itu merupakan strukturnya. Dalam pengertian ini, struktur

sosial diartikan sebagai pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu

kelompok sosial. Istilah struktur juga dapat diterapkan pada interaksi sosial. Jadi,

struktur sosial dapat diartikan sebagai jalinan unsur-unsur sosial yang pokok.

Struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam kelompok

dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.Struktur merujuk pada pola

interaksi tertentu yang kurang lebih tetap dan mantap, yang terdiri dari jaringan
20

relasi-relasi sosial hierarkis dan pembagian kerja, serta dilandasi oleh

kaidahkaidah, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai sosial budaya.

Setiap manusia terkait dengan struktur masyarakat di mana ia menjadi

anggotanya. Artinya, setiap orang termasuk ke dalam satu atau lebih kelompok,

kebudayaan, lembaga sosial, pelapisan sosial, kekuasaan, dan wewenang yang

terdapat di dalam masyarakat.Hal ini terjadi karena manusia mempunyai beragam

kebutuhan yang terdiri dari kebutuhan ekonomi, politik, hukum, sosial, dan lain-

lain, serta pemenuhan kebutuhan-kebutuhan itu pun juga beragam. Untuk

memenuhinya, manusia memerlukan interaksi sosial dengan pihak lain atau

lembaga yang menyediakannya.

2.1.4. Status Sosial

Status sosial atau kedudukan sosial adalah salah satu tempat atau posisi

seseorang dalam kelompok sosial atau masyarakat secara umum sehubungan

dengan keberadaan orang lain di sekitarnya. Menurut Soekanto (2012, 45) Status

sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat sehubungan orang

lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise dan hak-hak serta kewajiban-

kewajibannya.

Status sosial umumnya didasarkan pada berbagai unsur kepentingan

manusia dalam lingkungan masyarakat, yaitu dari status pekerjaan, status dalam

lingkungan kekerabatan, status jabatan hingga status agama. Dengan adanya status

maka orang dapat berinteraksi dengan baik terhadap sesamanya dalam pergaulan

sehari-hari. Bahkan meskipun seseorang tidak mengenal orang lain secara


21

individu, tetapi hanya mengenal statusnya saja. Status mempunyai dua aspek yaitu

pertama, aspeknya yang lebih stabil dan, lebih dinamis (Polak, 2000:13).

Mayor polak juga mengatakan bahwa status mempunyai aspek struktural

yang bersifat hirarki dimana ada perbandingan tinggi atau rendahnya secara relatif

terhadap status-status lain dan aspek fungsional sebagai peranan sosial (social

role) yang berkaitan dengan status tertentu. Status kedudukan seseorang bisa

ditinjau terlepas dari individunya. Jadi status ialah kedudukan obyektif yang

memberikan hak & kewajiban kepada individu yang berada di kedudukan

tersebut.

2.2.Miskin

Adalah suatu kondisi dimana fisik masyarakat yang tidak memiliki akses

ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas

perumahan dan pemukiman yang jauh di bawah standart kelayakan serta mata

pencarian yang tidak menentu yang mencakup seluruh multidimensi, yaitu

dimensi politik, dimensisosial,dimensi lingkungan, dimensi ekonomi dan dimensi

asset. Kemiskinan merupakan kondisi absolut dan relatif di mana seseorang atau

kelompok masyarakat dalam suatu wilayah karena sebab-sebab natural, kultural,

atau struktural, menyebabkan ia tadak mempunyai kemampuan untuk mencukupi

dasar sesuai tata nilai atau norma tertentu yang berloaku pada masyarakat.

Dengan kata lain, seseorang di katakan miskin jika dan hanya jika tingkat

pendapatannya tidak memungkinkan orang tersebut untuk mentaati tata nilai dan

norma-norma dalam masyarakatnya. Tata nilai itu sangat dinamis, semakain lama
22

mengarah ke sifat-sifat materialis. Pandangan ini memperlihatkan luasnya

cakupan tentang demensi kemiskinan.

Menurut Redatin Parwadi (2013; 121). Penggolongan kemiskinan didasarkan


pada suatu standar tertentu yaitu dapat dilihat:
2.2.1 Kemiskinan relatif adalah kemiskinan yang di lihat dari berdasarkan
perbandingan antara tingkat pendapatan suatu kelompok masyarakat
dengan kelompok yang lain.
2.2.2 Kemiskinan absolut adalah kemiskinan yang di tentukan dengan terlebih
dahulu menetapkan garis tingkat pendapatan menimum.
Sedangkan penyebab kemiskinan antara lain menyangkut demensi sosial,

ekonomi, dan budaya yang tercantum sebagai berikut.

1. Kemiskinan natural atau alami

Kemiskinan natural atau alami adalah kemiskinan yang di sebabkan karena

keterbatasan kualitas sumberdaya alam maupun sumberdaya manusia. Sebagai

akibatnya, sistem produksi beroprasi tidak optimal dengan efisiensinya rendah.

Masyarakat atau petani yang tinggal di lahan kering sulit air dan jauh dari akses

informasi umumnya menghasilkan produksi yang rendah

2. Kemiskinan struktural.

Kemiskinan struktural merupakan kemiskinan yang secara langsung atau tidak

langsung di akibatkan oleh berbagai kebijakan peraturan (main), dan keputusan-

keputusan dalam pembangunan. Kemiskinan pada umumnya di tandai

ketimpangan-ketimpangan antara lain: kepemilikan sumberdaya, kesempatan

dalam pendapatan yang tidak seimbang dan mengakibatkan struktur sosial yang

timpang.
23

3. Kemiskinan kultural

Kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang lebih banyak di sebabkan

sikap individu dalam masyarakat yang mencerminkan gaya hidup, perilaku, atau

budaya yang menjebak dirinya dalam kemiskinan. Orang tersebut kemungkinan

mempunyai “culture of poferty” yang dapat mendorong lebih jauh kedalam

lingkaran kemiskinan, dengan tanda-tanda misalnya ketidak cakapan bekerja,

tingkat tabungan rendah, dan perilaku hidup boros.

2.3.Masyarakat

Masyarakat sendiri adalah berasal dari akar kata arab saraka yang berarti

ikut serta berpartisipasi.Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling

bergaul atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi.Suatu kesatuan manusia

dapat mempunyai prasarana, yang memungkinkan para warganya dapat saling

berinteraksi.Negara modern misalnya, merupakan kesatuan manusia dengan

berbagai macam prasarana, yang memungkinkan para warganya untuk

berinteraksi secara intensif, dan dengan frekuensi yang tinggi. Suata negara

modern mempunyai suatu jaringan komunikasi berupa jaringan jalan raya,

jaringan jalan kereta api, jaringan perhubungan udara, jaringan telekomunikasi

system radio dan televise, berbagai macam surat kabar ditingkat nasional, suatu

system upacara pada hari-hari raya nasioanal dan sebagainya. “Negara dengan

wilayah geografis lebih kecil berpotensi untuk berinteraksi secara intensif

daripada negara dengan wilayah geografis yang sangat luas.Tambahan pula bila
24

negara tersebut berupa kepulauan, seperti halnya negara kita, (Koentjaraningrat

2009,116)

Masyarakat boleh juga didefinisikan sebagai kumpulan manusia yang

hidup bersama sama di sesuatu tempat dengan aturan dan cara tertentu.Oleh

karena itu, seseorang yang menghormati orang laian atau rajin bekerja dicermin

dan mencerminkan masyarakatnya. Kegigihan individu dikaitkan dengan

kegigihan masyarakatnya.Maka, kajian terhadap masyarakat itu menjadi penting

kerana melaluinya, kita dapat memahami manusia secara keseluruhan.Pemahaman

yang tepat terhadap masyarakat membolehkan individu itu bertingkahlaku dan

menyesuaikan diri mengikut kehendak masyarakat setempat.ini akan mewujudkan

keharmonian dalam masyarakat.

Secara demografis masyarakat manusia selalu tumbuh dan berkembang.

Akibatnya baik kualitatif maupun kuntitatif, kebutuhan hidupnya junga

berkembang. Akibat lanjutannya, terjadi perkembangan upaya manusia memenuhi

kebutuhan hidup tadi. Upaya-upaya itu tidak lain adalah meningkatkan

kemampuan akal atau intelektual yang kita sebut kebudayaan. Dengan demikian

pertumbuhan penduduk (demografis) mendorong terjadinya pertumbuhan

kebutuhan yang mendasar yaitu pangan-sandang-papan (ekonomi) yang

mendorong meningkatkan akal (budaya) manusia memenuhi tuntutan peningkatan

tuntutan pertumbuhan demografis dan ekonomi.Dan bahkan, hal tersebut

mendorong pula peningkatan tuntutan kebutuhan lainnya seperti ketertiba,

keamanan, kebijaka, kepemimpinan dan seterusnya. Proses tersebut merupakan

mata rantai yang kait-mengait.


25

Salah satu syarat terwujud masyarakat ialah terdapatnya perilaku

berhubungan dan bekerjasama di antara ahli dan ini akan mencetuskan interaksi.

Interaksi ini boleh berlaku secara lisan atau tidak lisan. Komunikasi berlaku

apabila masyarakat bertemu di antara satu sama lain.

Masyarakat dapat dilihat dari dua sudutpandang.

1. Memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk

dalam suatu wadah atau tempat dengan batas-batas tertentu, maka ia

menunjukkan bagiandari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat

pula disebut sebagai masyarakat setempat, misalnya kampong, dusun atau

kota-kota kecil. Masyarakat setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari

kehidupan sekelompok orang yang ditandai oleh adanya hubungan

sosial.Disamping itu, dilengkapi pula oleh adanya perasaan sosial, nilai-nilai

dan norma-norma yang timbul atas akibat dari adanya pergaulan hidup atau

hidup bersama manusia.

2. Community dipandang sebagai unsure yang dinamis, artinya menyangkut

suatu proses (nya) yang terbentuk melalui faktor psikologi dan hubungan

antar manusia, maka di dalamnya ada yang sifatnya fungsional. Dalam hal

ini dapat diambil contoh tentang masyarakat pegawai negeri sipil,

masyarakat ekonomi, masyarakat, mahasiswa dan sebagainya.

Kedua ciri khusus yang dikemukakan di atas, berarti dapat diduga bahwa

apabila suatu masyarakat tidak memenuhi cirri-ciri tersebut, maka ia dapat disebut

masyarakat society. Masyarakat dalam pengertian society terdapat interaksi sosial,


26

perhitungan-perhitungan rasional dan like interest, hubungan-hubungan menjadi

bersifat pamrih dan ekonomis.

2.4. Pembangunan Perumahan

Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan

orang lain, daerah yang satu dengan daerah yang lainnya, negara satu dengan

negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan

merupakan proses untuk melakukan perubahan(Supriady & Riyadi, 2005:51).

Sedangkan perumahan menurut Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang

perumahan bahwa perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan sarana

dan prasarana lingkungan (UU Tahun 2011)

Pembangunan perumahan merupakan sebuah tindakan seseorang dalam

meningkatkan kuliatas hidup masyarakat serta meningkatkan kemandirian, dan

kesetiakawanan. Pembangunan perumahan baik di perkotaan maupun pedesaan

pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi perkotaan dan pedesaan yang layak

huni, aman, nyaman, damai dan sejahtera serta berkelanjutan. Pembanguuna

perumahan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Pemerintah wajib

memberikan akses kepada masyarakat untuk dapat memperoleh perumahan yang

layak huni, sejahtera, berbudaya, dan berkeadilan sosial. Salah satu kebutuhan

dasar hidup manusia adalah perumahan. Pembangunan perumahan berperan

sangat strategis dalam pembentukan watak serta kepribadian bangsa, dan perlu

dibina serta dikembangkan demi keberlangsungan dan peningkatan kehidupan dan

penghidupan masyarakat. Perumahan tidak hanya dapat dilihat sebagai sarana


27

kebutuhan hidup tetapi lebih dari itu, yaitu merupakan proses bermukim manusia

dalam menciptakan tatanan hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam

menempatkan jati dirinya.lingkungan perumahan adalah sekelompok rumah-

rumah dengan prasarana dan fasilitas lingkungannya. Dengan demikian deinisi

perumahan atau tempat tinggal bukan semata-mata hanya masalah arti atau

penampilan fisik, tetapi berkaitan dengan kegunaannya yang bersifat non material

antara lain yang pokok adalah kemudahan baik sosial maupun ekonomi, jaminan

keamanan terhadap pemilik rumah atau lingkungannya.

Permukiman (Human Settlement) akan berjalan dengan baik jika terkait

dengan beberapa hal yaitu : Alam (Nature), manusia (Man), kehidupan sosial

(Society), ruang (Shell), dan hubungan (Network). Rumah adalah keperluan yang

perlu ada bertujuan untuk dijadikan sebagai tempat berlindung dan merupakan

keperluan peringkat ke dua yang mesti dicapai untuk tujuan keselamatan sebelum

keperluan-keperluan dalam peringkat yang lebih tinggi dipenuhi, rumah sebagai

keperluan diri dan keluarga.

Perumahan bukan hanya merupakan tempat lindung bagi masyarakat,

tetapi perumahan merupakan salah satu faktor penentu perkembangan masyarakat

yang menempatinya. Perumahan sebagai pemenuhan fungsi badan sosial sering

kali terbentur dengan masalah pengadaan sarana dan prasarana pendidikan,

perlengkapan fasilitas kesehatan, perbedaan kebudayaaan antar masyarakatnya,

serta penyediaan tempat rekreasi bagi para penghuninya yang ada akhirnya akan

menjadi salah satu faktor penghambat terwujudnya kesejahteraan bagi


28

masyarakat. Perumahan yang disebutkan dalam undang-undang. Permasalahan

lain yang dapat dilihat secara langsung dalam dinamika kehidupan masyarakat

perumahan adalah penyediaan rumah dan sarana dan prasarana perumahan itu

sendiri. Adapun sistem pembangunan perumahan dan pemukiman di desa

Pengembangan perumahan ini meliputi pengembangan prasarana dan

sarana dasar Desa, pengembangan perumahan yang terjangkau, khususnya bagi

masyarakat berpenghasilan rendah, proses penyelenggaraan lahan, pengembangan

ekonomi Desa, serta penciptaan sosial budaya di Desa.Perumahan sebagai salah

satu kebutuhan dasar, sampai dengan saat ini sebagian besar disediakan secara

mandiri oleh masyarakat baik membangun sendiri maupun sewa kepada pihak

lain. Kendala utama yang dihadapi masyarakat pada umumnya keterjangkauan

pembiayaan rumah. Di lain pihak, kredit pemilikan rumah dari perbankan

memerlukan berbagai persyaratan yang tidak setiap pihak dapat memperolehnya

dengan mudah serta suku bunga yang tidak murah.

2.5. Kajian Teori

2.5.1. TeoriP erubahanan Sosial

Perubahan sosial menurut Gillin dan Gillin, perubahan sosial sebagai suatu

variasi dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi

geografis, kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena

adanya difusi ataupun penemua-penemuan baru dalam masyarakat, (Soerjono

Soekanto 2012:163).Perubahan Sosial Dan Pembangunan yakni sebagai berikut:


29

A. Pengertian dan Cakupan Perubahan Sosial

Perubahan sosial merupakan gejala yang melekat disetiap masyarakat.

Perubahan-perubahan yang terjadi di dalam masyarakat akan menimbulkan

ketidaksesuaian antara unsur-unsur sosial yang ada didalam masyarakat, sehingga

menghasilkan suatu pola kehidupan yang tidak sesuai fungsinya bagi masyarakat

yang bersangkutan.

Suatu masyarakat yang telah mencapai peradaban tertentu, berarti telah

mengalami evolusi kebudayaan yang lama dan bermakna sampai tahap tertentu

yang diakui tingkat IPTEK dan unsur budaya lainnya. Dengan demikian,

masyarakat tadi telah mengalami proses perubahan sosial yang berarti, sehingga

taraf kehidupannya makin kompleks. Proses tersebut tidak terlepas dari berbagai

perkembangan, perubahan, dan pertumbuhan yang meliputi aspek-aspek

demografi, ekonomi, organsisasi, politik, IPTEK dan lainnya. Menurut Nursid

Sutmaatmadja “ perubahan segala aspek kehidupan, tidak hanya dialami, dihayati

dan dirasakan oleh anggota masyarakat. Melainkan telah diakui serta

didukungnya. Jika proses tersebut telah terjadi demikian maka dapat dikatakan

bahwa masyarakat tersebut telah mengalami “perubahan sosial”. Pada masyarakat

tersebut, struktur, organisasi, dan hubungan sosial telah mengalami perubahan.

Dapat disimpulkan bahwa perubahan sosial mencngkup tiga hal yaitu:

1). Perubahan struktur dalam sosial

2). Perubahan organisasi sosial.

3). Perubahan hubungan sosial.


30

Perubahan-perubahan sosial untuk suatu variasi cara hidup yang lebih

diterima yang disebabkan baik karena perubahan kondisi geografis, kebudayaan

materil, kompetensi penduduk, ideologi, maupun karena adanya difusi atau pun

perubahan-perubahan baru dalam masyarakat tersebut.

Perubahan sosial adalah perubahan yang terjadi pada lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial,

termasuk didalamnya nilai-nilai sikap-sikap dan pola prilaku diantara kelompok

dalam masyarakat menurutnya, antara perubahan sosial dan perubahan

kebudayaan memiliki satu aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut paut

dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan cara masyarakat

dalam memenuhi kebutuhannya.

Perubahan sosial itu bersifat umum meliputi perubahan berbagai aspek

dalam kehidupan masyarakat, sampai pada pergeseran persebaran umur, tingkat

pendidikan dan hubungan antar warga.Dari perubahan aspek-aspek tersebut terjadi

perubahan struktur masyarakat serta hubungan sosial. Perubahan sosial tidak

dapat dilepaskan dari perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan

hasil dari adanya masyarakat, sehingga tidak akan adanya kebudayaan apabila

tidak ada masyarakat yang mendukungnya dan tidak ada satupun masyarakat yang

tidak memiliki kebudayaan.

Perubahan sosial yaitu perubahan yang terjadi dalam masyarakat atau

dalam hubungan interaksi, yang meliputi berbagai aspek kehidupan.Sebagai

akibat adanya dinamika anggota masyarakat dan yang telah didukung oleh
31

sebagian besar anggota masyarakat, merupakan tuntutan kehidupan dalam

mencari kesetabilannya.Ditinjau dari tuntutan stabilitas kehidupan perubahan

sosial yang dialami masyarakat adalah hal yang wajar. Kebalikannya masyarakat

yang tidak berani melakukan perubahan-perubahan tidak akan dapat melayani

tuntutan dan dinamika anggota-anggota yang selalu berkembang kemauan dan

aspirasi.

Cara yang paling sederhana untuk dapat memahami terjadinya perubahan

sosial dan budaya adalah membuat rekapitulasi dari semua perubahan yang terjadi

dalam masyarakat sebelumnya. Perubahan yang terjadi dalam masyarakat dapat

dianalisis dari berbagai segi:

a). Kearah mana perubahan dalam masyarakat bergerak (direction of change)

bahwa perubahan tersebut meninggalkan faktor yang diubah. Akan tetapi setelah

meninggalkan faktor tersebut, mungkin perubahan itu bergerak pada sesuatu yang

baru sama sekali, akan tetapi mungkin pula bergerak kearah suatu bentuk yang

sudah ada pada waktu yang lampau.

b). Bagaimana bentuk dari perubahan-perubahan sosial dan kebudayaan yang

terjadi dalam masyarakat..

2.6. PenelitianRelevan

Dampak perkembangan perumahan di kawasan resapan air kasus

kecamatan ngaglik kabupaten sleman.


32

Penilitian ini memiliki persamaan dan perbedaan terhadap penulis yang

rencana akan melakukan penelitian ini. Penelitian ini di teliti dan di tulis oleh

Patricia PahleviNoviandri(2012).Adapun penelitian yang berjudul Dampak

perkembanganperumahan di kawasan resapan air kasus kecamatan ngaglik

kabupaten sleman ini menggunakan metode penelitian adalah metode deduktif

dengan data-data kualitatif kuantitatif. Metode pengumpulan data dengan

menggunakan metode survey untuk memperoleh data primer maupun sekunder

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah.

1. Bagaimana perkembangan perumahan di kecamatan Ngaglik, dan dampak

perkembangan perumahan terhadap kawasan resapan air.

2. bagaimana kebijakan dan efektifitasnya dalam mengendalikan perubahan,

dan mengetahui faktor-faktor dalam mitigasi dampak perkembangan

perumahan.

Penelitian ini menemukan bahwa perkembangan perumahan di kecamatan

Ngaglik pada tahun (2005) hingga (2009) tinggi dengan pembangunan perumahan

sederhana yang berskala kecil dan berada di kawasan resapan air.Pembangunan

perumahan cenderung tanpa disertai dengan pengadaan RTH. Perkembangan

perumahan tersebut menyebabkan tidak berkurangnya supply air bagi kawasan

resapan air sendiri maupun bawahannya yang menyebabkan terganggunya sistem

ekologi di kedua kawasan. Hal tersebut terjadi karena kurang efektifnya kebijakan

pengendalian perumahan yang ada di Kabupaten Sleman.


33

Dampak pembangunan perumahan dan permukiman terhadap penatagunaan tanah

di Kota Denpasar.

Penilitian ini memiliki persamaan dan perbedaan terhadap penulis yang

rencana akan melakukan penelitian ini. Penelitian ini di teliti dan di tulis

olehSugiarta (2008: 65).Adapun penelitian yang berjudul Dampak pembangunan

perumahan dan permukiman terhadap penatagunaan tanah di Kota Denpasar ini

mengunakan metode penelitian hukum normatif yang didasarkan pada hasil

penelitian kepustakaan dan didukung oleh hasil wawancara. Adapun data

sekunder dari penelitian ini berupa peraturan perundang-undangan di bidang

Hukum Pertanahan, buku-buku maupun hasil penelitian di bidang Hukum

Agraria. Data primer diperoleh dari responden dan nara sumber yang

terkait.Rumusan masalah penelitian ini adalah.

1. Bagaimana kebijakan penatagunaan tanah untuk pembangunan perumahan dan

permukiman di Kota Denpasar.

2. Bagaimana upaya Pemerintah Kota Denpasar dalam mengatasi dampak

negatif kebijakan penatagunaan tanah untuk pembangunan perumahan dan

permukiman.

Penelitian inia menemukan secara normatif kebijakan Pemerintah Kota

Denpasar dalam penatagunaan tanah untuk pembangunan perumahan dan

permukiman diwujudkan melalui pembentukan produk hukum daerah di bidang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar, Ijin Kapling, dan Ijin Mendirikan

Bangunan yang pada hakikatnya mengijinkan pembangunan perumahan dan


34

permukiman pada kawasan budidaya. Kedua, dampak kebijakan penatagunaan

tanah untuk pembangunan perumahan dan permukiman terhadap Tata Ruang

Wilayah Kota Denpasar adalah terjadinya berbagai pelanggaran ketentuan tata

ruang wilayah Kota Denpasar di bidang fungsi lahan, ijin kapling, maupun ijin

mendirikan bangunan.

2.7. Alur pikir

Berangkat dari pertumbuhan perumahan dan permukiman di Desa Sungai

Ambawang Kuala Kecamatan Sui Ambawang, sebagai akibat dari laju

pertumbuhan penduduk yang dapat dikatakan makin pesat berdampak pada gerak

perekonomian dan aktifitas masyarakat juga meningkat dengan demikian

permintaan akan suatu hunian perumahan akan meningkat pula. Bahwa

perkembangan suatu perkotaan dengan laju pertumbuhan penduduk serta dampak

yang ditimbulkannya tersebut sangat erat kaitannya dengan peningkatan

kebutuhan lahan, hal ini ditandai dengan tumbuhnya Permukiman penduduk di

perdesaan dan tumbuhnya Kawasan-kawasan Perumahan dengan penggunaan

lahan yang tidak terkendali. penelitian ini di dukung dengan teori Perubahan

sosial menurut Gillin dan Gillin dalam (Soerjono Soekanto 2012,163). Hal ini

disebabkan oleh beberapa hal antara lain pemahaman akan tata ruang yang masih

kurang serta peran dari pemerintah yang kurang maksimal, sehingga mendorong

penelitian ini dengan mencoba menemukan “Dampak sosial pembangunan

perumahan bagi masyarakat miskin di Desa Ambawang Kuala Kecamatan Sungai


35

Ambawang Kabupaten Kubu Raya”.Adapun untuk mencapai tujuan dimaksud

maka terdapat beberapa sasaran penelitian yani:

(1) Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pengembangan perumahan terhadap

kehidupan masyarakat di Desa Ambawang Kuala Kec. Sungai Ambawang

(2)Untuk mengetahui bagaimana pengaruh tersebut dapat menunjang kehidupan

masyarakat pada daerah di Desa Ambawang Kuala Kec. Sungai Ambawang.


36

Kerangka Pikir

Dampak sosial pembangunan perumahan bagi masyarakat


miskin di Desa Ambawang Kuala Kecamatan Sungai
Ambawang Kabupaten Kubu Raya

Masalah Penelitian

1.Bagaimana proses adanya pembangunan perumahan di


Parit Aim Desa Ambawang kuala, Kecamatan Sungai
Ambawang, Kabupaten Kubu Raya?
2.Bagaimana dampak dengan adanya pembangunan
perumahan di Parit Aim Desa Ambawang kuala, Kecamatan
Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya?

Teori Hasil pengamatan


Bertumbuh-kembangnya peran dan potensi
 Teori Perubahan Sosial
masyarakat di dalam mengatur dan
Gillin dan Gillin. melaksanakan sendiri kebutuhannya akan
perumahan dan permukiman, juga sangat
mendasari kebijakandan strategi
penyelenggaraan perumahan dan
permukiman.

Kesimpulan
Perubahan-perubahan akan nampak setelah tatanan sosial dan kehidupan masyarakat
yang lama dapat dibandingkan dengan tatanan dan kehidupan masyarakat yang baru.
kehidupan masyarakat dapat dibandingkan antara sebelum dan sesudah di bangun
perumahan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dampak sosial pembangunan
perumahan bagi masyarakat miskin yaitu adanya pencemaran limbah, komunitas
berpagar, hubungan individu dengan kelompok, interaksi soial, peluang usaha baru, dan
perubahan mata pencaharian.
BAB III

METODE PENELITIAN

2.5. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman

yang berdasarkan pada metodologi yang digunakan untuk menyelidiki suatu

fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini peneliti membuat

suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan

responden dan melakukan studi pada situasi yang alami. Menurut Bogdan dan

Biklen (Nasution, 2009:31) saat menentukan fokus penelitian kualitatif pada

awalnya masalah yang akan diteliti masih umum dan samar-samar dan kemudian

akan bertambah jelas dan mendapat fokus setelah penulis berada di lapangan.

Fokus itu masih mungkin mengalami perubahan selama berlangsungnya

penelitian. Dengan perumusan fokus penelitian yang baik maka penulis akan

terhindar dari pengumpulan data yang tidak relevan dan tidak terjebak pada

bidang yang terlalu umum dan luas.

Denzin dan Lincoln (Moleong, 2007:5) menjelaskan, bahwa penelitian

kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada. Di dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya

dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

37
38

3.2. Tempat Dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan diParit Aim Desa Ambawang

Kuala Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu raya. Peneliti

memfokuskan di desa Kuala Ambawang bertujuan untuk mendapatkan hasil

pengamatan dan memperoleh data dari informan guna mempertajam observasi

dalam penelitian.

3.2.2 Waktu penelitian

Tahun / Bulan

No Tahap Penelitia 2019

Jul
mei juni Agt Sep Okt
i
1. Pengajuan Outline

2. Pra penelitian dan persiapan

Konsultasi pada Dosen


3.
Pembimbing

4. Seminar Proposal

5. Penelitian Lapangan

Pengolahan Data dan


6.
Penulisan Laporan

7. Ujian Skripsi

8. Penyempurnaan Skripsi
39

3.3. Subjek Dan Objek Penelitian

3.3.1.Subjek

Menurut Sugiyono (2010, 34) subjek penelitian adalah orang-orang yang

dijadikan sumber untuk memperoleh dan informasi. Penentu ini berdasarkan

purposive samplingyaitu pengambilan sampel berdasarkan pada pilihan penelitian

tentang aspek apa dan siapa yang dijadikan fokus pada saat situasi tertentu dan ini

terus menerus sepanjang penelitian, sampling bersifat purposiveyaitu tergantung

fokus suatu saat.

Untuk mengetahui informasi yang dibutuhkan mengenai penelitian, yang

penulis lakukan yakni mencari informan yang dapat memberikan informasi

dampak sosial pembangunan perumahan bagi warga miskin di Desa Ambawang

kuala Kecamatan Sungai Ambawang. Dan untuk memperoleh data yang konkret,

penulis mewawancarai serta mengamati masyarakat secara langusng. Dan tidak

lupa melakukan komunikasi dengan masyarakat setempat. Adapun jumlah

informan yang berhasil di temui sebagai berikut:

1. Kepala desa Sungai Ambawang Kuala

2. Pemilik Pembangunan Perumahan

3. Masyarakat Lokal

4. Masyarakat Pendatang

5. Masyarakat petani
40

3.3.2.Objek Penelitian

Objek penelitian ini menurut Darwis (2014, 65) ialah masalah yang

dirumuskan didalam rumusan permasalahan. Adapun yang menjadi objek dalam

penelitian ini adalah permaasalah yang terdapat dilapangan terkait dampak soisal

pembangunan perumahan bagi warga miskin diParit Aim Desa Ambawang Kuala

Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu Raya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang di lakukann

untuk mengumpulkan data dengan istilah teknik juga mau menunjukan suatu cara

kerja penelitian, yang dapat di perlihatkan penggunaanya melalui angket,

wawancara pengamatan, tes, dokumentasi, dan sebagainya. Sedangkan alat

pengumpulan data adalah alat-alat yang di gunakan untuk mengumpulkan

data.Menurut Sugiyono (2010, 34), ada bermacam-macam teknik pengumpulan

data, antara lain: observasi, wawancara, dokumentasi dan trianggulasi/gabungan

berkaitan dengan penyusunan proposal penelitian ini, penulis menggunakan dua

cara teknik pengumpulan data, yaitu melalui wawancara dan observasi.

3.4.1.Wawancara

Sugiyono (2010, 23), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk

bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat di konstrusikan

makna dalam suatu topik tertentu. Melalui wawancara penulisakan melakukan

pengumpulan data melalui daftar-daftar yang di siapkan untuk mencatat data di


41

lapangan sebagai penuntun dalam penelitian.Kemudian wawancara seputar

perubahan social masyarakat. Dalam hala ini yang di wawancarai adalah.

1. Kepala desa Sungai Ambawang Kuala

2. Pemilik Pembangunan Perumahan

3. Tokoh Masyarakat Lokal dan Pendatang

Bentuk wawancara yang digunakan adalah “semi terstruktur”. Dalam hal

ini mula-mula interviewer menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah

terstruktur, kemudian satu-persatu diperdalam dengan peningkatan keterangan

lebih lanjut. Dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua

variabel, dengan keterangan yang lengkap dan mendalam (Hardiansayah 2013,

54).

3.4.2.Observasi

Pada penelitian ini, hasil observasi diperoleh dengan cara menjadikan

peneliti sebagai saksi yang secara langsung menyaksikan suatu gejala atau

fenomena sosial yang terjadi penelitian ini menggunakan observasi partisipatif

yang merupakan seperangkat strategi penelitian yang tujuannya adalah

mendapatkan satu keakraban yang dekat dan mendalam dengan satu kelompok

individu dan perilaku, mereka melalui satu keterlibatan yang intensif.

Penelitian ini dilakukan secara sembunyi tanpa memberi tahu masyarakat yang

diobservasi. Tujannya adalah untuk membiarkan masyarakat yang diteliti

melakukan hal sealami mungkin untuk mendapatkan hasil menyeluruh tentang

gejala sosial.
42

Dalam proses penulisan proposal penelitian ini, penulis juga melakukan

observasi. Observasi ini bertujuan untuk memperkaya pembahasan dan

menguatkan pemahaman tentangpola perubahan perilaku masyarakat serta

dampak sosial yang terjadi akibat pembangunan perumahan, di Desa Ambawang

Kuala Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu RayaHasil observasi

menjadi bahan konkret bagi penulis untuk menyusun materi proposal penelitian

ini sehingga masalah-masalah nyata yang penulis temukan di lapangan menjadi

temuan yang dapat menguatkan pendapat-pendapat penulis dalam proposal

penelitian ini.

3.4.3.Dokumentasi

Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui

peningkatan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk buku-buku tentang pendapat,

teori, dalil-dalil atau hokum dan lain-lain yang berhubungan dengan masalah

penelitian (Racman 2000, 87).

Secara jelas bahwa dokumentasi adalah sebuah alat untuk pengumpulan

data yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian. Dokumensi merupakan

catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumensi bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumental dari seseorang. Dengan dokumentasi tersebut

peneliti akan mempunyai bukti atau fakta untuk memperkuathasil.


43

3.5. Instrumen Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010, 12) dalam penelitian kualitatif yang dimaksud

aistrumen adalah penelitian sendiri maka dari itu sebelum melakukan penelitian

terlebih dahulu memahami metologi sehingga penelian ini dilakukan dengan baik

dan proses-proses penelitian dilakukan dengan benar untuk memperoleh data-data

yang diperlukan, peneliti dibantu dengan instrument pengumpulan data sebagai

berikut.

3.5.1 Pedoman Observasi

Observasi (observation) atau pengamatan merupakan suatu teknik atau

cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung. Adapun yang menjadi fokus dalam melakukan

observasi terkait dengan proses adanya pembangunan perumahan yang terdapat di

salah satu daerah Sungai Ambawang Kuala tepatnya di Parit Aim, serta

dampaknya yang dirasakan masyarakat di Sungai Ambawang Kuala tepatnya di

Parit Aim.

3.5.2 Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara ialah sebuah daftar pertanyaan yang diselidiki dalam

proses suatu wawancara, pedoman ini memberikan topik-topik atau bidang-bidang

subjek bahwa pewawancara bebas mengembangkan dan mengajukan pertanyaan

yang akan membentangkan subjek-subjek khusus (Ahmadi, 2016; 13).


44

3.6. Teknik Analisa Data

Tahap menganalisa data adalah tahap yang paling penting dan menentukan

dalam suatu penelitian. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisa dengan tujuan

menyederhanakan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan

diinterpretasikan. Selain itu data diterjunkan dan dimanfaatkan agar dapat dipakai

untuk menjawab masalah yang diajukan dalam penelitian.Dalam penelitian ini

berlandaskan pada analisa induktif. Peneliti berusaha merumuskan pernyataan

atau abstraksi teoritis lebih umum mendasarkan peristiwa.Dalam penelitian

kualitatif teknik analisis data lebih banyak dilakukan bersamaan dengan

pengumpulan data analisis ini dilakukanberdasarkan pengamatan di lapangan atau

pengalaman empiris berdasarkan data yang diperoleh dari wawancara, observasi

dan dokumentasi kemudian disusun dan ditarik kesimpulan.

Dari sisi analisis data setelah data diperoleh dari catatan lapangan

melakukan analisis itu dengan mengikuti prosedur sebagai berikut :

a. Reduksi data ( datareduction ) yaitu data yang diperoleh ditulis dalam

bentuk laporan atau daata yang terperinci. Laporan yang disusun

berdasarkan dat yangdiperoleh direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang

pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting (Satori & Komariah, 2012).

b. Penyajian data ( datadisplay ) yaitu penyajian data dapat dilakukan dalam

bentuk tabel, grafik dan sejenisnya atau dengan bagan, hubungan antar

kategori. Penyajian data paling sering digunakan adalah berupa teks

naratif.
45

c. Penarikan verifikasi atau kesimpulan bahwa dalam melakukan ini

berdasarkan temuan dilapangan yang akan di anilisa dan simpulkan

berdasarkan temuan dilapangan, sesuai dengan apa yang terjadi

dilapangan.

3.7. Teknik Keabsahan Data

Menguji keabsahan data peneliti menggunakan teknik tianggulasi, yaitu

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data

untuk keperluan pengeckan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut, dan

teknik trianggulasi yang paling banyak di gunakan adalah dengan pemeriksaan

melalui sumber lain.

Menurut Moleong (2007, 45), trianggulasi adalah teknik pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Di luar data untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.Oleh karena itu,

data harus benar-benar valid.Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji

kredibilitas atau validitas interbal untuk mengecek dan memastikan data yang di

laporkan atau diberikan oleh peneliti memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.

Hal ini dapat dicapai dengan membandingkan sebagai berikut;

a. Membandingkan data hasil pengamatan

b. Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan secara

pribadi

c. Membandingkan keadaan dan perspektif

d. Membandingkan hasil wawancara dengan isis dokumen.


BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Wilayah Desa Sungai Ambawang Kuala

Desa Sungai Ambawang Kuala merupakan bentangan wilayah datar

dengan tinggal tempat 0 – 1,5 Mdl, dan curah hujan 36 mm. Jumlah bulan hujan

1 –2 bulan sekali dan suhu rata-rata harian 27 Co. Dalam Wilayah administrasi

Ambawang Kuala terdiri dari 3Dusun, dan luas daratan masing-masing dusun

adalah : Dusun Parir Meliau (1,555.06 km2), Dusun Ambawang Kuala (1,384.21

km 2), Dusun Parit Aim (3,289.45 km2).Luas wilayah desa Ambawang

Kualaadalah ± 137,500 km2 dengan batas-batas wilayah.Adapun rincian luas

wilayah Ambawang Kuala dapat dilihat pada Gambar.4.1 dibawah ini:

Gambar: 4.1
Luas Wilayah Di Desa Sei Ambawang KualaTahun 2018

Sumber:Balai Desa Sei Ambawang Kuala Tahun 2018 diolah 04 Agustus 2019

 Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Mega Timur

 Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Durian

 Sebelah Barat berbatasan dengan : Kota Pontianak

 Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Jawa Tengah

46
47

4.2. Kependudukan

Jumlah penduduk di Desa Sungai Ambawang Kuala dilihat dari data Balai

Desa dalam kurun waktu 3 Tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Pada

tahun 2016 jumlah penduduk sejumlah 8245 jiwa terdiri atas laki-laki sebanyak

4140 jiwa dan perempuan 4105 jiwa, terdapat pada tabel.4.1 dibawah ini:

Tabel:4.1

Perkembangan Jumlah Penduduk Ambawang Kuala Tahun 2016-2018

No Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Kenaikan


Penduduk

1 2016 4140 4105 8245 95

2 2017 4233 4130 8363 118

3 2018 7.309 7.056 14.365 6320

Sumber : Balai Desa Sei Ambawang Kuala Tahun 2018 diolah tanggal 4 Agustus
2019

4.3. Perekonomian

a. Produk Domestik Desa Bruto (PDDB)

Pendapatan Domestik Desa Bruto (PDDB) adalah penjumlahan nilai

tambah pada satu periode tertentu. Nilai tambah diklasifikasikan ke dalam 1sektor

ekonomi. Perkembangan PDDB Ambawang Kuala selama satu tahun terakhir

yaitu 2017 memperlihatkan standar biasa biasa. Pada PDDB atas dasar harga

berlaku tahun 2017 tercatat sebesar 11,010,300 juta rupiah. Dan penghasilan karet

sebesar 8000 rupiah. Dapat dilihat pada Tabel 4.2 dibawah ini:
48

Tabel:4.2

Pendapatan Domestik Desa Bruto (PDDB)Ambawang Kuala Tahun 2018

Tanaman Padi Harga


Luas tanaman padi tahun ini : 200 ha
Hasil per ha : Rp . 6.000.000
Biaya pemupukan per ha : Rp . 1.500.000
Biaya bibit per ha : Rp . 110.000
Biaya obat per ha : Rp . 200.000
Penghasilan Karet Harga
Karet Rp. 5000
Sumber : Balai DesaSei Ambawang KualaTahun 2018 diolah 4 Agustus 2019

4.4. Pendidikan

Dalam peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia, pembangunan

pendidikan yang telah dilaksanakan sampai saat ini di Sungai Ambawang Kuala.

Angka Partisipasi Sekolah (APS) secara garis besar tidak mengalami peningkatan.

Belum sekolah berjumlah 800 orang. Di usia 7-45 tidak pernah sekolah berjumlah

1000 orang. Pernah Sekolah SD tetapi tidak tamat berjumlah 1517 orang. Tamat

SD sedarajat berjumlah 2031 orang. SLTP / sederajat berjumlah 600 orang. SLTA

/ sederajat berjumlah 310 orang. Serjana D.1 berjumlah 10 orang. Serjana D.2

berjumlah 7 orang. Serjana S – 1 berjumlah 48 orang. Kuala Mandor. A Tahun

2016 dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:


49

Tabel: 4.3

Angka Partisipasi Sekolah Di DesaSei Ambawang Kuala Tahun 2018

Belum sekolah : 800 orang


Usia 7-45 tidak pernah sekolah : 1000 orang
Pernah Sekolah SD tetapi tidak tamat : 1517 orang
Tamat SD sedarajat : 2031 orang
SLTP / sederajat : 600 orang
SLTA / sederajat : 310 orang
D. 1 : 10 orang
D.2 : 7 orang
D. 3 : 35 orang
S–1 : 215 orang
Sumber: Balai Desa Sei Ambawang Kuala Tahun 2018 diolah 5 Agustus 2019

Jumlah sekolah yang terdapat di Sungai Ambawang Kuala keseluruhan


pada tahun 2018. Sekolah SMP sejumlah 5 unit. Tingkat pendidikan SLTA 2
unit. Pendidikan SD13 unit. Pendidikan TK 6 unit. Pendidikan TPA 35 unit.
Jumlah lembaga pendidikan Agama 8 unit dan Jumlah perpustakaan 1 unit.
dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini:

Tabel: 4.4

Jumlah Sekolah Di Desa Ambawang KualaTahun 2018

SMP / SEDERAJAT : 5 Unit


SLTA / SEDERAJAT : 3 Unit
SD / SEDERAJAT : 13 Unit
TK : 6 Unit
TPA : 18 Unit
Jumlah lembaga pendidikan
: 8 Unit
Agama
Jumlah perpustakaan : 1 Unit
Sumber: Balai Desa Ambawang Kuala Tahun 2018 diolah 5 Agustus 2019
50

4.5. Agama

Pembangunan bidang Agama merupakan bagian integral pembangunan

nasional yang bertujuan untuk mewujudkan Sungai Ambawang Kuala yang

damai, adil, demokratis dan sejahtera. Pembangunan bidang Agama adalah

upaya untuk memenuhi salah satu hak dasar rakyat yang dijamin oleh konstitusi.

Pemerintah berkewajiban memberikan jaminan dan perlindungan atas hak semua

warganya untuk memeluk Agama dan beribadah menurut Agamanya serta

memberikan fasilitas dan pelayanan pemenuhan hak dasar warga tersebut.

Sedangkan untuk rumah ibadahnya terdapat 16 Masjid, 35 Surau, 2 Gereja

Khatolik, 2 Greja Protestan, dan 1 Vihara dan. Banyaknya rumah ibadah di Desa

Sungai Ambawang Kuala Tahun 2014 sebagaimana tabel 4. 5 dibawah ini:

Tabel: 4.5Jumlah Rumah Ibadah Di Desa Ambawang Kuala Tahun 2018

No Uraian Jumlah

1 Masjid 8

2 Surau 17

3 Gereja Katholik 1

4 Gereja Protestan 1

5 Vihara 1

6 Pura -

Sumber: Balai Desa Ambawang Kuala Tahun 2018 diolah 5 Agustus 2019
BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Identifikasi Penelitian

Di desa Sungai Ambawang Kuala merupakan daerah yang notabeni

masyarakat proletariatdengan jumlah penduduk 14.365 dengan berbagai latar

belakang kehidupan baik berstatus pekerja maupun berstatus sosial. Desa ini

berbatasna dengan desa Mega Timur (U), desa Durian (S), Kota Pontianak (B),

dan desa Jawa Tengah (T).Di desa tersebut rata-rata pekerja formal dan nonformal

meliputi: buruh lepas, buruh tani, bisnis, usaha took, pedangangkeliling, pedagang

kaki lima, karyawan swasta, guru honoren, dan PNS. Dari observasi dilapangan

rata-rata pendidikan menengah kebawah padahal dari penyediaan sarana dan

prasaran lembaga sekolahan cukup banyak dan bermacam-macam agama

didalamnya.

Di desa Ambawang Kuala khususnya Parit Aim yang terletah di

Ambawang Kuala desa tersebut masih kental dengan sifat premordialisme

sehingga meningkatnya soliditas antara satu dengan yang lainnya. Di desa tersebut

masuk katagori perkotaan karena mudahnya menggunakan internet, transaksi desa

kekota yang sangat dekat, banyaknya pasar-pasar tradisonal, dan banyak lagi hal

lainnyayang istan dalam bentuk apapun, hal tersebut menurut penulis termasuk

perkotaan. Dengan memudahnya dari segala bidang sehingga pemerintah

membuat kesepakatan bersama untuk membuka peluang bisnis berupa

pembangunan perumahan.

51
52

Dalam peraturan perundang-undangan yang diatur Pemerintah Provinsi

pada Pasal 14 mengatakan bahwa bagian (a) merumuskan dan menetapkan

kebijakan dan strategipada tingkat provinsi di bidang perumahan dan

kawasanpermukiman dengan berpedoman pada kebijakannasional. (b)

merumuskan dan menetapkan kebijakan provinsi tentang pendayagunaan dan

pemanfaatan hasil rekayasa teknologi di bidang perumahan dan kawasan

permukiman dengan berpedoman pada kebijakan nasional. (c) merumuskan dan

menetapkan kebijakan penyediaanKasiba dan Lisiba lintas kabupaten/kota (d)

mengawasi pelaksanaan kebijakan dan strategi nasional pada tingkat provinsi

di bidang perumahan dan kawasan permukiman.(e) menyelenggarakan fungsi

operasionalisasi dan koordinasipelaksanaan kebijakan provinsi penyediaan

rumah,perumahan, permukiman, lingkungan hunian, dan kawasan permukiman.

(f) menyusun rencana pembangunan dan pengembangan perumahan dan

kawasan permukiman lintas kabupaten/kota (UU RI 2011).

Ditingkat Kabupaten/Kota juga diatur terdapat pada Pasal 15 bagian (a)

menyusun dan melaksanakan kebijakan (b) menyusun dan melaksanakan

kebijakan daerah (c) menyusun rencana pembangunan dan

pengembanganperumahan dan kawasan permukiman pada tingkatkabupaten/kota;

(d) menyelenggarakan fungsi operasionalisasi dan koordinasiterhadap

pelaksanaan kebijakan kabupaten/kota dalam penyediaan rumah, perumahan,

permukiman,lingkungan hunian, dan kawasan permukiman (UU RI 2011).

Dalam Pasal 19 ayat 1 disebutkan bahwa penyelenggaraan rumah dan

perumahan dilakukanuntuk memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah


53

satukebutuhan dasar manusia bagi peningkatan danpemerataan kesejahteraan

rakyat. Upaya pemerintah dalam melakukanpembangunan dan perkembangan

wilayah tersebut berkaitan dengan pemanfaatanlahan. Dalam pasal 1 ayat 16 yang

berbunyi bahwa lingkungan siap bangun yang disebutLisiba adalah sebidang

tanah yang fisiknya sertaprasarana, sarana, dan utilitas umumnya

telahdipersiapkan untuk pembangunan perumahan denganbatas-batas kaveling

yang jelas dan merupakan bagiandari kawasan siap bangun sesuai dengan rencana

rincitata ruang (UU RI 2011).

Pertambahan penduduk dan dengan tujuan untuk memfasilitasi masyarakat

mempengaruhi keputusan pemerintah daerah bersama dengan pihak swasta untuk

membangun perumahan di Parit Aim Desa Ambawang Kuala. Dalam Pasal 38

ayat 1 Pembangunan rumah meliputi pembangunan rumahtunggal, rumah deret,

dan/atau rumah susun. Dalam pasal 2 di sebutkan bahwa pembangunan rumah

sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan oleh setiap orang,

Pemerintah, atau pemerintah daerah (UU RI 2011).

Dalam Pasal 43 ayat 1 Pembangunan untuk rumah tunggal, rumah

deret,dan/atau rumah susun, dapat dilakukan di atas tanah: bagian (a). hak milik;

Di desa Ambawang Kuala khususnya di Parit Aim pembangunan tersebut

merupakan hak individu yang membangun ditananhnya sendiri. Dalam pasal 22

ayat 2 Bentuk rumah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)meliputi:b. rumah

deret.Dalamayat 3 disebutkan Luas lantai rumah tunggal dan rumah deret

memiliki ukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam) meter persegi(UU RI Tahun

2011).
54

Dari perundang-ungan diatas merupakan sebuah referensi yang paling

tepat dalam melakukan pembangunan perumah sebagai bentuk logistik

kedepannya agar tidak menyalahgunakan aturan-atauran yang ditetapkan oleh

pemerintah baik tingkat pemerintah Pusat, Provinsi, Kabutan/Kota. Hal ini

menjadi fenomena di dunia empiris yang terkoneksi dilapangan khususnya di Parit

Aim tepatnya di desa Ambawang Kuala di salah satu Kecamatan Sungai

Ambawang Kuala Kabupaten Kubu Raya pada pembangunana perumahan yang

didirikan pada tahun 2014.

Pembangunan perumahan tersebut merupakan solusi bagi masyarakat

setempat dengan bertambahnya penduduk, meringankan beban masyarakat setepat

dalam bentuk pembangunan dan pemanfaatan infrastruktur jalan, serta

pemanfaatan masjid/surau, dan pembangunan pendidikan baik berupa

TK/SD/SMP/SMA yang ada dilingkungan setempat.Hal ini memungkinkan

berkembangnya penduduk baik dari sektor sosial maupun ekonomi, tetapi pada

kenyaataannya adanya sebuah pembangunan perumahan tersebut menimbulkan

kontradiktif antara masyarakat setempat dengan adanya pembangunan perumahan

yang mengakibatkan penduduk lokal tingkat soliditasnya menurun.

Identifikasi ini yang menjadi dasar penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan menggunakan teori perubahan sosial sebagai mana yang

disebutkan oleh Gillin dan Gillin, bahwa perubahan sosial sebagai suatu variasi

dari cara-cara hidup yang telah diterima, baik karena perubahan kondisi geografis,

kebudayaan materil, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi

ataupun penemua-penemuan baru dalam masyarakat(Soekanto 2012:163).


55

5.2. Latar Belakang Pembangunan Perumahan

5.2.1 Proses Adanya Pembangunan Perumahan

Dalam undang-undang RI no.1 tahun 2011 tentang perumahan dan

kawasan permukiman menyatakan, penyelenggaraan perumahan dan kawasan

permukiman meliputi kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan

pengendalian, termasuk didalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan

sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu (UU

2011).

Pembangunan perumahan tersebut memberikan dampak yang luas.

Kemajuan pembangunan telah menggeser inti sasaran kebutuhan dasar manusia

yang bersifat umum menjadi lebih khusus. Keterlibatan masyarakat yang bersifat

kemitraan dalam pengadaan kebutuhan perumahan sangat mendukung

keberhasilan program pembangunan, termasuk pembangunan lingkungannya.

Seringkali dikatakan bahwa peran serta masyarakat dapat mendukung

keberlanjutan suatu program pembangunan.

Dalam proses pembangunan perumahan baik di kota maupun di desa harus

mengikuti aturan atau norma yang berlaku karena setiap Provinsi dan

kabupaten/Kota sudah diatur dalam Undang-undang tahun 2011 yang terdapat

pada pasal 14, dan pasal 15 (UU 2011).Makadari itu setiap penyelenggara

pembangunan khususnya pembangunan perumah harus sudah sah atau legal.

Hal ini menggambarkan bahwa setiap komponen masyarakat harus patuh

terhadap regulasi yang di tetapkan oleh pemerintah agar tidak menggukan lahan
56

yang semena-semena yang mengakibatkan masyarakat setempat konflik internal

dan berkepanjangan, walaupun akan terjadi konflik nantinya maka lebih mudah di

realisasikan dengan referensi regulasi tersebut. Maka dari itu pentingnya

pemerintah ikut serta dan partisispasi didalam mensukseskan setiap anomi

masyarakat, baik tingkat perkotaan maupun pedesaan.

Wawancara dengan Bapak Suaidi nor selaku Kepala desa setempat sebagai

berikut:

“….Pembanguan yang didirikan Pak Haji Holil dan Pak Nawawi sudah termasuk
legal karena sudah minta persetujuan saya dalam bentuk surat rekomendasi dari
pihak desa dalam pemanfaatan lahan tersebut dan jangan khawatir didirikan
rumah tersebut elegal karena sebelum melakukan pembangunan tersebut sudah
minta solusi dan saran dengan saya terkait dengan lahan yang kosong di
manfaatkan untuk dibangun perumahan, ya saya bilang boleh-boleh saja tentu
harus ada surat-surat perizinan yang harus di lengkapi untuk diajukan ke
BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah). Selain itu harus
diperhatikan jagan sampai masyarakat setempat mengeluh dengan pengadaan
pembangunan perumahan karena dampaknya sangat luar biasa nantinya contoh
kecilnya saja penampungan limbah, baik bentuk cairan maupun limbah kering.
Hal itu akan menjadi kontradiktif terhadap masyarakat setempat, belum juga
dengan persaingan ekonomi nantinya dan datangnya pengaruh budaya baru itu
sudah sangat mempengaruhi terhadap masyakata setempat. Akan tetapi pesan saya
jaga betul-betul keharmonisan warga jagan sampai dengan adanya pembangunan
perumahan ini menimbulkan konflik internal maupun konflik eksternal
(Wawancara pada tanggal 31 Juli 2019)

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Suaidi selaku Kepala desa

setempat mengatakan bahwa dalam melakukan pemanfaatan lahan untuk

pembangunan perumahan harus memenuhi syarat-syarat tertentu uuntuk duajukan

ke BAPPEDA agar dalam melakukan proses pembangunan perumahan terasa

aman dan damai, serta disamping memenuhi ketentuan tersebut harus diperhatikan
57

dampak negatif dan positifnya, karena hal ini akan terjadi ketika penghuni

perumahanan tersebut mulai berkembang dan mampu beradaptasi.

Wawancara lanjutan dengan Bapak Suaidi sebagai berikut:

“…Prosesnya memang tidak mudah untuk tahap awal, karena banyak surat-surat
yang harus di lengkapi, tetapi semua itu bisa di selesaikan dengan keinginan si
pelaku, tatapi yang paling pentig didalam pembangunan tersebut terkait
kelestarian alam itu yang menjadi sumber utama, karena dengan kita menjaga
lingkungan akan terasa aman dan terhindar dari penyakit, karena banyak orang
bilang adanya sebuat proyek pembangunan perumahan yang paling di hawatirkan
dari dampaknya mengenai air limbah yang akan meracuni lingkungan baik
tanaman maupun binatang setempat.

Berdasarkan wawancara diatas menyebutkan bahwa didalam melakukan

pembangunan perumahan tahap awal yang menjadi kesulitan para pelaku bisnis

dari segi kelengkapan surat-surat perizinan beserta proses pengajuannya, tetapi

yang menjadi kehawatiran masyarakat terdapat pada timbulnya air limbah yang

berakibat meracuni lingkungan baik dari tumbuh-tumbuhan maupun binatang

setempat.

5.2.1. Pemilik Pembangunan Perumahan

Dalam undang-undang tahun 2011 yang terdapat pada peraturan

pemerintah daerah Pasal 22 memuat tentang bentuk rumah yang terdapat pada

bagian ayat 2 bentuk rumahmeliputi: (b) rumah deretdan ayat 3 luas lantai rumah

tunggal dan rumah deret memilikiukuran paling sedikit 36 (tiga puluh enam)

meter persegi(UU Tahun 2011).

Undang-undang tersebut menjadi acuan didalam setiap pelaku usaha

maupun pembisnis dalam konteks pembangunan perumahan. Di desa Sungai


58

Ambawang kuala tepatnya di Parit Aim pelaku usaha pembangunan perumahan

kebanyakan bentuk perumahannya yang berdet dengan mengunakan 36 meter

persegi, tipe seperti ini sangat banyak pelaku usaka yang menggunakan, karena

menggapkan tipe ini yang sangat efektif

Wawancara dengan Bapak Haji Holil selaku pemegang perumahan

Karisma Makmur setempat sebagai berikut:

“….Ya saya membangun perumahan ini memang awalnya ingin memanfaatkan


lahan yang memang penuh dengan hutan dan tumbuh-tumbuhan yang tidak
dirawat, dan liat dikota-kota yang banyak membangun perumahan disitu saya
berfikir dan saya shering dengan keluarga untuk memanfaatkan lahan yang tidak
di kelola apapun, hasil akhir dari pendapat keluarga untuk di manfaatkan dengan
membangun perumahan karena disini dekat dengan jalan raya dan nantinya pasti
banyak peminat. Dengan keputusan keluarga saya minta saran sama RT dan desa
setempat untuk mengadakan pembangunan perumahan dan tanggapannya positif.
Dan dengan respon positif saya bertanya tentang syarat-syarat untuk membangun
tersebut, karenan kata Pak desa dan Rt untuk membangun perumahan harus
memenuhi syarat-syarat tertentu agar di kemudian hari tidak ada sengketa antara
pemerintah dan masyarakat setempat(Wawancara pada tanggal 6 Agustus 2019)

Berdasarkan wawancara diatas dengan Bapak Haji Holil yang merupakan

pemegang perumahan Karisma Makmur mengatakan bahwa dalam proses

pembuatan perumahan tidak mudah banyak tantangan yang di lalui, pada awalnya

pembangunan ini dibangun atas kesepakan keluarga dengan dasar itu dan berkat

sarat dari Kepala desa dan Rt setempat yang memberikan jalan untuk melanjutkan

misi untuk membangun perumahan. Dalam melakukan malaksanakan misi

tersebut ada administratif yang harus di buat agar di akhir kemudian tidak ada

konfil internal dan eksternal. Bentuk administratif berupa syarat-syarat yang harus

di ajukan ke BAPPEDA untuk di uji dan di ACC.


59

Pembangunan perumahan merupakan sebuah tindakan seseorang dalam

meningkatkan kuliatas hidup masyarakat serta meningkatkan kemandirian baik di

perkotaan maupun pedesaan pada hakekatnya untuk mewujudkan kondisi

perkotaan dan pedesaan yang layak huni, aman, nyaman, damai dan sejahtera

serta berkelanjutan. Pembanguuna perumahan merupakan salah satu kebutuhan

dasar manusia. Pemerintah wajib memberikan akses kepada masyarakat untuk

dapat memperoleh perumahan yang layak huni, sejahtera, berbudaya, dan

berkeadilan sosial. Sikap tranparansi pemerintah harus lebih condong pada

pelestarian baik SDA maupun SDM karena itu semua demi kemaslahatan

masyarakat kedepannya.

Wawancara dengan Bapak Pak Nawawi selaku pemegang perumahan

Gren Permai setempat sebagai berikut:

“….Pada awal saya membangun perumahan ini memang dari situasi dan kondisi
disini karena saya melihat di gang sini belom ada pembangunan perumahan maka
dari itu saya inisiatif untuk membangunnya, dan saya mengajukan surat ke RT dan
Kepala desa uantuk meminta persetujuan atau saran untuk melakukan
pembangunan, ujar Pak desa katanya harus buat syarat-syarat untuk pembangunan
perumahan ini karena kalau dak ade surat izin nanti bisa-bisa pembangunan ini di
gusur oleh pihak pememrintah karena melanggar aturan, maka dari itu saya
bergegas langsung buat dan melengkapi syarat-syarat yang harus diajukan,
pengajuan ini pada walnya saya tidak tahu atas arahan Kepala desa saya disuru
langsung ke BAPPEDA setempat untuk melakukan pengecekan dan diuji kantar
tersebut (Wawancara pada tanggal 6Agustus 2019)

Berdasarkan wawancara dengan Pak Nawawi selaku pemegang perumahan

Gren Permai mengatakan bahwa dalam proses pembangunan tersebut atas dasar

kesadaran diri sendiri untuk membanguna perumahan karena analisis Pak Nawawi

kedepan di daerah ini akan lebih maju karena dekat nya dengan jalan raya tentu
60

akan banyak peminanya yang memesan perumahan tersebut. Perjalan ini pada

awalnya meminta saran kepada Kepala desan dan Rt setempat menyuruh

membuat surat izin ke pemerintah setempat untuk menghindari pembanguna yang

elegal, dengan saran-saran tersebut maka Pak Efendi bergegas dan membuat untuk

diajukan ke pemerintah setempat (BAPPEDA) agar pembanguna tersebut di

kemudian hari tidak ada penyesalan.

5.3. Dampak Adanya Pembangunan Perumahan (Masyarakat Lokal)

Jumlah penduduk yang semakin meningkat berbanding lurus dengan

kebutuhan lahan dan tempat tinggal.Pembangunan perumahan yang terjadi di

salah satu Kecamatan Ambawang Kuala desa Ambawang Kuala khususnya Parit

Aim memberikan dampak yang besar terhadap perubahan bentuk penggunaan

lahan.Perumahan tidak hanya dibangun di desa-desa yang dekat dengan kawasan

perkotaan saja, namun sudah merambah ke kampung-kampun yang merupakan

kawasan pertanian.

Pembangunan perumahan di Parit Aim yang dibangun pada tahun 2014

hingga sekarang maningkat peminatnya khususnya dari luar daerah, sementara

penduduk tersebut secara emplisit membawa budaya dan tingkah laku yang baru,

inilah yang di hawatirkan oleh masyarakat lokal akan terjadinya sebuah

mekanisme baru dalam tatanan sosial baik dari sektor ekonomi, budaya, dan

pendidikan. Buka hanya itu saja pengamanan dan ketertiban lingkungan juga

sangat mempengaruhi.
61

5.3.1. Dampak Positif Dan Negatif

5.3.1.1. Dampak Positif

Dampak positif merupakan sebuah pengaruh atau kesan-kesan yang baik

yang terkonsentrasi pada sifat optimis daripada pesimis. Dan yang luas terkiat

dampak positif adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan, mempengaruhi,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang baik

(Purwanto, 2000; 23).

Adapun dampak positif yang terdapat didalamnya meliputi” (1)

Menciptakan lapangan pekerjaan baru artinya bahwa dengan adanya bangunan

baru tentu akan membutuhkan para pekerja baik pekerja kasar maupun ringan. (2)

Terbukanya investor yang berasal dari segala bidang artinya dengan adanya

pembangunan tersebut akan mendatangkan penduduk dari luar daerah apalagi

pembangunan perumahan tersebut sangat strategis dan bagus. (3) Meningkatkan

taraf hidup masyarakat artinya bahwa dengan adanya pembangunan tersebut

selayaknya di fasilitasi infrastrukturnya dengan demikian masyarakat setempat

akan merasa bangga dengan adanya perenovasian jalan, dan meningkatkan taraf

hidup masyarakat. (4) Meningkatkan pendapatan masyarakat artinya bahwa

dengan adanya pembangunan perumahan tersebut bisa meningkatkan transportasi

dan distribusi barang agar masyarakat kreatif dan aktif didalam menggunakan

waktunya. (5) Kepadatan penduduk di perkotaan berkurang artinya bahwa

penduduk perkotaan akan berfikir dengan padatnya penduduk di perkotaan maka

akan lambat laut akan berpindah ke pedasaan yang tempatnya tidak terlalu kumuh

dan padat.
62

Wawancara dengan Bapak Hamsuli selaku RT setempat sebagai berikut:

“…Ya menurut saya memang datang penduduk kesini ada dampak positif dan
negatifnya, akan tetapi kalau berbicara positif ya memang banyak ya, karena
dengan bertambahnya penduduk juga bisa memperlancar perekonomian
masyarakat, bisa juga tingkat keamana juga bisa saling membantu atau kontribusi,
bisa juga dari segi jalan yang awalnya kumuh dan rusak dengan adanya
perumahan dibangun dan di fasilitasi, dan dengan adanya pembangunan
perumahan bisa juga menciptakan pekerja ini suatu yang lumrah karena
tercapainya proyek tergantung pekerjanya, maka dari itu hal ini sangat berpotensi
didalamnya (Wawancara pada tanggal 2 Agustus 2019)

Berdasarkan wawancara dengan Pak Hamsuli mengatakan bahwa memang

dalam pembangunan perumahan banyak manfaatnya baik positif maupun negatif,

tetapi kalau berbicara dampak positif memang menjadi yang semestinya

diharapkan oleh masyarakat karena dampak positif ini sangatla berpotensi besar

terhadap masyarakat misalnya bidang pekerjaan dengan adanya pembangunan

tersebut secara istan akan membutuhkan karyawan atau pekerja, selain itu akan

berpoten pada infrastruktur jalan dengan adanya pembangunan perumahan akan

lebih diperhatikan jalan tersebut, serta memproduksi barang untuk mencari

keuntungan.

Wawancara dengan Bapak Rifa’i selaku Guru setempat sebagai berikut:

“”Dampak dalam konteks positif memang banyak misalnya lapangan pekerjaan


tentu hal ini sangat di perlukan untuk kecepatan dalam pembangunan, selain itu
akan menimbulkan kenaikan ekonomi karena akan banyak orang yang berdagang
dan produksi barang untuk memanfaati lingkungan.

Berdasarkan wawancara diatas mengatakan bahwa dengan adanya

pembangunana perumahan menimbulkan dampak positif, hal itu sudah lumrah di

setiap tindakan akan berdampak positif dan dampak negatif. Pembangunan


63

tersebut berpotensi membutuhkan karyawan karena untuk kecepatan

pembangunan, selain itu akan berindikasi meningkatnya perekonomian di

masyarakat setempat.

5.3.1.2. Dampak Negatif

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia dampak negatif adalah pengaruh

kuat yang mendatangkan akibat negatif.Dampak adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya.berdasarkan

beberapa penelitian ilmiah disimpulkan bahwa negatif adalah pengaruh buruk

yang lebih besar dibandingkan dengan dampak positifnya. Jadi dapat disimpulkan

pengertian dampak negatif adalah keinginan untuk membujuk, meyakinkan,

mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain, dengan tujuan agar mereka

mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk dan menimbulkan akibat

tertentu. Adapun dampak negatif sebagai berikut

(1) Hilangnya daerah resapan air hujan artinya bahwa air hujan tidak lagi

teresap seperti dulunya yang teresap kedalam dangan cepat jadi terhambat

dengana danya perumahan dan tanah yang rata akan memeprlambat resapan air

kedalam pori-pori. (2) Menimbulkan bencana alam artinya kalau pepohonan

sudah tidak lagi akan mengakibatkan tiupan angin yang kencang dan air pasang

akan naik dan cepat mengakibat bencana nantinya. (3) Terjadi pencemaran

lingkungan artinya bahwa dengan adanya pembangunan perumahan akan

menimbulkan pengrusakan lingkungan dengan menimbulkan berbagai macam


64

pencemaran baik limbah, pencemaran udara maupun air. (4) Hilangnya lahan

pertanian dan perkebunan artinya bahwa dengan pembangunan tersebut akan

menimbulkan kekurangan lahan pertanian dan ini akan merugikan terhadapat

masyarakat karena akan berakibat kekurangan makanan dengan tidak adanya

lahann pertanian. Hal ini mencerminkan bahwa dampak negatif ini sangat kuat

dampaknya terhadap masyarakat baik masyarakat perkotaan maupun pedesaan

karena proses adanya pembangunan tersebut disamping berdampak positif dan

juga berdampak negatif, dan ini menjadi kolaborasi utama didalam menyeimbangi

di kehidupan masyarakat.

Wawancara dengan Bapak Hamsuli selaku RT setempat sebagai berikut:

“..Memang pembangunan ini akan bermpak negatif yang sering di keluhkan


masyarakat, mengapa demikian kerena akan menimbulkan gesekan antara
masyarakat setempat dengan mengeluhnya tidak ada lahan untuk bertani, ini akan
membuat masyarakat mengeluh karena yang biasanya berkerja di pagi hari turuh
bertani untuk menghidupi kelurga dengan adanya pembangunan menjadi
pengangguran, bukan hanya itu saja ada juga dengan pembangunan tersebut dan
menjadi pengangguran dan beralih menjadi ibu rumah tangga (Wawancara pada
tanggal 2 Agustus 2019)

Berdasarkan wawancara diatas mengatakan bahwa penduduk menjadi

resah dan tidak suka, dengan adanya pembangunan tersebut mengakibat

masyarakat menjadi kebingungan didalam bertani karena lahan yang dibangun

merupakan lahan pertanian sehingga dengan adanya pembangunanan para petani

menjadi pengangguran, selai itu ada juga yang berali menjadi ibu rumah tangga.
65

Wawancara dengan Bapak H.Sa’i selaku RW setempat sebagai berikut:

“…Pembangunan ini selain menjadi keresahan masyarakat juga menjadi


pencemaran lingkungan misalnya limbah yang berpotensi mengakibatkan
mengotori air lingkungan, dan juga menimbulkan air banjir karena turunya air
hujan tidak langsung teresapi kepori-pori karena pepohonan sudah punah atau
tidak ada.

Berdasarkan wawancara diatas menyebutkan bahwa adanya pembangunan

tersebut akan berpotensi berakibat merusak lingkungan dengan adanya air limbah

yang tidak ada pengontrolan dan di perhatikan barakibat mengotori lingkungan

baik darat paupun air, selain itu akan beridikasi kebanjiran karena turunya hujan

tidak langsung teresapi ke pori-pori tanah karena pepohonan tidak lagi banyak

dilingkungan tersebut sehingga menimbulkan peresapan sangat lambat.

Wawancara dengan Ibu Maryam selaku masyarakat setempat sebagai

berikut:

“…Ya kalau menurut saya kalau dampak negatif banyak karena saya melihat
dilapanganbanyak masyarakat yang jadi pembantu yg tidak sesuai gajinya , ada
juga yang tidak dapat pekerjaan, ada juga yang kesusahan lahan untuk bertani,

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Maryam mengatakan bahwa dampak

dari adanya pembangunan tersebut mengakibatkan masyarakat banyak yg menjadi

pembantu tapi gaji yang tidak sesuai karena susahnya mencari pekerjaan, selain

itu masyarakat petani sangat kesusahan untuk bertani karena bertani merupakan

pekerjaan pokok di masyarakat tersebut.


66

5.3.2. Nilai Sosial

Nilai sosial adalah hal yang menyangkut kesejahteraan bersama melalui

konsensus yang efektif di antara mereka, sehingga nilai-nilai sosial dijunjung

tinggi oleh banyak orang (Williams2010: 23). Dalam hidup bermasyarakat

manusia membutuhkan seperangkat aturan-aturan atau norma untuk mengatur

hubungan antara manusia. Norma-norma itu dijadikan pedoman bagi anggota

masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Nilai sosial tersebut sangatlah melekat pada tubut setiap mahluk hidup,

bukan hanya itu saja didalam kehidupan bernegara dan bersosial saja tidak

terlepas dengan norma atau aturan karena hal ini menjadi sebuah pegangan yang

paling efektif untuk keberlanjutan dan kemaslahan kehidupan, nilai sosial ini

menjadi cerminan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Wawancara dengan Bapak Rifa’i selaku Guru setempat sebagai berikut:

“…menurut saya memang sangat berpengaruh datangnya penduduk baru contoh


kecilnya saja dari segi etika atau tradisi saja itu uda berbeda, cara berpakainpun
uda berbeda apalagi cara-cara yang sifatnya lebih ekstrim misalnya acara
pernikahan. Ini yang kemudian dapat mempengaruhi lingkungan (Wawancara
pada tanggal 2 Agustus 2019).

Berdasarkan wawancara dengan Pak Rifa’i selaku Guru setempat bahwa

yang dikatan benar tetapi yang paling fundamental dalam perkataan Pak Samsul

lebih pada tatanan nilai sosial bahwa adanya sebuah pendatang baru sangat

berbeda baik tradisi maupu etika dalam kesopanan, selai itu cara berpakaianpun

juga berbeda masyarakat pendatang ini lebih pada gaya-gaya perkotaan yang

sifatnya menunjukkan dirinya orang kaya, bukan hanya itu saja dalam acara-acara
67

keluarga saja misalnya pernikahan tidak mau berpakaian sederhana malainkan

dipakai semua.

Wawancaradengan Bapak H. Sa’i selaku RW setempatsebagai berikut:

“….setiap adanya hal yang baru tentu benda di sekelingnya terpengaruh, memang
suatu hal yang wajar kelompok kecil di pengaruhi oleh kelompok besar, dan
dengan adanya penduduk baru menimbulkan konflik baik internal maupun
eksternal (Wawancara pada tanggal 3 Agustus 2019).

Berdasarkan wawancara dengan Pak RW dengan datangnya penduduk

baru kemungkinan akan terjadi desentegrasi nantinya antara penduduk lokal

dengan penduduk pendatang suatu yang lumrah hal seperti ini akan terjadi karena

ketidak samaan norma-norma yang dibawanya sehingga satu sama lain masih

melekat sifat bawaanya.

5.3.3. Struktur Sosial

Struktur sosial merupaka keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial

yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga

sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan sosial(Soekanto 2012:

22).

Struktur sosial dapat diartikan sebagai jalinan unsur-unsur sosial yang

pokok serta struktur sosial mencakup sifat-sifat hubungan antara individu dalam

kelompok dan hubungan antara individu dengan kelompoknya.Struktur merujuk

pada pola interaksi tertentu yang kurang lebih tetap dan mantap, yang terdiri dari

jaringan relasi-relasi sosial hierarkis dan pembagian kerja, serta dilandasi oleh

kaidah-kaidah, peraturan-peraturan, dan nilai-nilai sosial budaya.


68

Wawancara dengan Bapak Rifa’i selaku Guru setempat sebagai berikut:

“…Masyarakat ini kebanyakan sifanya acu tak acuh dan tidak mau bergaul
dengan lingungan atau masyarakat setempat, dan juga selain itu kebanyakan tidak
mau kerjasama dalam mengurangi beban misalnya kerjasama gotong royong
seperti pembuatan tempat sampah, memang kebanyakan penduduk pendatang ini
banyak semau maunya aja dan tidak saling kontribusi dalam pembangunan jalan
misalnya, pembangunan jalan kan sangat diperlukan untuk transportasi di setiap
harinya (Wawancara pada tanggal 2 Agustus 2019).

Berdasarkan wawancara dengan salah satu Guru yang merupakan

penduduk setempah mengatakan bahwa kebanyakan penduduk pendatang ini

sifatnya arogansi dan tidak mau saling distribusi dalang meningkatkan soliditas

antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Dan memang hubungan tersebut

menurunkan tensi semangat hidup karena masyarakat setempat melihat sifat dan

tingkahlakunya kebanyakan arogansi sehingga masyarakat setempatpun enggan

menyapanya atau silaturrahmi kerumahnya.

Wawancara dengan Ibu Maryam selaku masyarakat sebagai berikut:

“…Menurut saya memang kebanyakan masyarakat pendatang sifatnya susah


diatur, susah di ajak kompromi, susah diajak kerjasama, misalnya Pak RT buat
aturan saja tidak di patuhi contoh kecil pemuda yang bawa temannya sampai
malam-malam dan itupun terkadang bawa pasangan terkadang main musik
nyaring-nyaring dari itu masyarakat terganggu dan masyarakat resah dan tidak
senang dengan penduduk pendatang yang tidak mau ikut aturan dan tidak
menghargai masyarakat setempat (Wawancara pada tanggal 3 Agustus 2019).

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Maryam yang merupakan penduduk

asli yang menetapnya sudah puluhan tahun mengatakan bahwa kebanyakan

peraturan yang ditetapkan oleh pihak RT dilanggar dan tidak dipatuhi. Dan

peraturan ini merupakan sebuah bentuk keharmonisnya masyarakat lokal


69

membuat peraturan agar tidak semena-mena penduduk pendatang ini bersikap

aneh-aneh atau perilaku yang berpotensi merugikan orang lain.

Wawancara dengan Bapak Hamsuli selaku RT setempat sebagai berikut:

“…Ya memang penduduk pendatang tidak semua yang patuh terhadap peraturan
yang di buat akan tetapi banyak yang juga yang mematuhi akan tetapi lebih
banyak yang tidak mematuhi teruta pada pemudanya misalnya; pembuangan
sampah yang dibuang bukan ditempat sampah, selain itu diatas jam 10 tidak
diperbolehkan bawa teman demi menjaga keamanan lingkungan.

Berdasarkan wawancara diatan mejelaskan bahwa di dalam peraturan yang

dibuat oleh pihak RT dan di setujui oleh semua kalangan tetapi masih banyak

yang tidak mematuhi aturan tersebuh teruta pada kalangan pemudanya, yang

menjadi temuan misalnya terkai pembuangan sampah yang dibuang tidak dibuang

ke tempat sampah yang disediakan oleh pihak RT setempat, selain itu para

pemuda dan pemudi diajurkan tidak diperbolehkan membawa teman baik teman

kerja maupun teman pelajar di saat waktu sudah larut malam, untuk selalu

menjaga keamana dan kenyamanan masyarakat setempat.

5.3.4. Status Sosial

Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat

sehubungan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise dan hak-hak

serta kewajiban-kewajibannya(Soekanto2012, 45).

Status sosial pada umumnya didasarkan pada berbagai unsur kepentingan

manusia dalam lingkungan masyarakat, yaitu dari status pekerjaan, status dalam

lingkungan kekerabatan, status jabatan hingga status agama. Dengan adanya status
70

maka orang dapat berinteraksi dengan baik terhadap sesamanya dalam pergaulan

sehari-hari. Bahkan meskipun seseorang tidak mengenal orang lain secara

individu, tetapi hanya mengenal statusnya saja.

Wawancara dengan Bapak Safriadi selaku Tokoh Agama setempat sebagai

berikut:

“… Masyarakat yang punya perumahan sini memang rata-rata orang yang


berkelas artinya dari segi ekonomi sangat memungkinkan, tentu mereka kurang
bergaul dengan penduduk lokal karena penduduk lokal kebanyakan masyarakat
miskin dan juga berkomunikasi yang basa basi sehingga mereka enggan dengan
masyarakat lokal. Memang mereka membedakan status jika bukan selevel mereka
tidak mau bergaul. Itula yang membuat masyarakat lokal tidak senang
(Wawancara pada tanggal 4 Agustus 2019).

Berdasarkan wawancaran dengan Bapak Safriadi selaku Tokoh

Agamamengatakan bahwa rata-rata yang menempati perumahan tersebut orang

yang sangat memunkinkan ekonominya dan juga dengan status tersebut merekan

tidak mau bergaul dengan masyarakat lokal dan merekan hanya mau bergabung

atau bergaul dengan selevenya saja. Dan itu menjadi sebuah pegangan hidup

mereka dalam menyombongkan diri.

Wawancara dengan Ibu Maryam selaku masyarakat sebagai berikut:

“….Sebenar tidak semua orang yang punya perumahan itu membeda-bedakan


akan tetapi dilingkungan ini memang saya heran kok kebanyakan yang
membedakan status misalnya ada penjualan sayur yang pakai speda pancal
biasanya ibu-ibu yang jualan keliling itu mereka tidak mau beli ada yang saya
dengar-dengar tidak bersihlah, tidak bagusla barang jualannya, pokoknya banyak
isu-isu yang saya dengar dari tetangga. dan rata-rata mereka belanja ke pasarnya
langsung tetapi ada juga yang beli sama ibu-ibu yang jualan keliling. Bukan hanya
itu saja anaknya sendiri kalau di masukan sekolah tidak mau yang dekat-dekat
71

akan tetapi mencari sekolah yang berkelas dan berkualitas (Wawancara pada
tanggal 4 Agustus 2019).

Berdasarkan wawancara dengan Ibu Maryam selaku masyarakat setempat

mengatakan bahwa tidak semua orang yang menempati perumahan yang

mempunyai sifat terlalu arogan dan mebeda-bedakan status hidup seseorang,

membedakan status itu bukan tidak perlu tetapi jangan terlaluan karena orang

akan menggap bahwa orang yang mempunyai sifat seperti itu seakan-akan hidup

selamanya didunia tetapi itu anggapan yang salah, kehidupan seperti roda yang

selalu berputar terkadang diatas terkadang dibawah.

Wawancara dengan Bapak Rifa’i selaku Guru setempat sebagai berikut:

“…Memang tidak dipungkiri lagi kalau masyarakat kaya akan menindas yang
miskin artinya bahwa orang kaya tersebut akan memandang sebelah mata karena
dianggap masyarakat miskin tidak mampu bersaing, memang yang punya
perumahan rata-rata kehidupannya mapan dan perekonomiannya sesuai, sehingga
mereka bergaya seperti orang yang tidak ada saingnny dengan kemapanan hidup
yang mereka miliki. Bukan itu saja di samping pemudanya rata-rata tajir dan
ganteng-ganteng mereka memperlihatkan kesombongan dengan masyarakat
sekitar, misalnya memakai mobil dan dalam keadaan memakai mobilpun sampai-
sampai tidak menegor dan saling tegur sapa dengan masyarakat jikalau ketemu
dijalan atau pas mau berangkat kerja.

Berdasarkan wawancara dengan Bapak Rifa’i mengatakan bahwa orang

kaya akan memandang sebelah mata terhadap orang miskin karen orang miskin

tidak ada yang dibanggakan, kalau orang kaya masih bisa dibanggakan dan di

pamerkan, Penduduk perumahan ini akan lebih harmonis dengan masyarakat jika

tidak saling mengedepankan rasa egonya masing-masing. Dan rata-rata

pemudanya kebanyakan menampilakn sikap arogansinya di depanmasyarakat.


72

5.4. Dampak Pembangunan Perumahan (Masyarakat Pendatang)

5.4.1. Positif Dan Negatif

(Positif) dampak positif ini mengambarkan bahwa suatu keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi, dengan tujuan agar mereka mengikuti

atau mendukung keinginannya yang baik (Purwanto, 2000; 23).

Wawancara dengan Bapak H. Holil selaku pemegang Perumahan Karisma

Makmursebagai berikut:

“…Ya menurut saya baik baik-baik saja tetapi sebuah resiko kalau ada yang
mengatakan dengan pembangunan ini banyak masalah tetapi kalau berbicara
dampak positif bisa dilihat dengan ketanaga kerjaan, secara otomatis
pembangunana ini akan membutuhka pekerja atau karyawan karen itu modal
utama, selain itu bisa berdampak infrastruktur jalan, dengan adanya pembangunan
ini akan dibangun jalan yang bagus (Wawancara pada taggal 6 Agustus 2019)

Berdaarkan wawancara diatas mengatakan bahwa dengan pebangunan

tersebut bisa berdapak positif juga dilihat dari segi ketega kerjaan, karena dengan

adanya pembangunan akan membutuhkan para pekerja yang sangat banyak, selain

itu akan di bangun infrastrur jalan untuk lebih bagus lagi.

Wawancara dengan Bapak Nawawiselaku pemegang Perumahan Gren

Permai sebagai berikut:

“…Menyambung dari atas memang benar akan berdampak positif, selain itu akan
timbul nantinya perekonomian yang meningkat karena banyaknya masyarakat
yang berbisnis, serta tingkat keamanan akan lebih terjaga(Wawancara pada taggal
6 Agustus 2019)

Berdasarkan wawancara diatas akan berpotensi meningkatkan

perekonomian karenan masyarakat akan mulai sadar dengan banyknya penduduk


73

akan berpeluang membuka bisnis, serta bertambahnya penduduk akan lebih

terjaga keamanan dan kenyamanan lingkunagan. Dengan itu masyarakat setempat

akan lebih banyak kawan dan teman.

(Negatif) dampak positif ada yang lebih penting didalam pembangunan

perumahan tersebut yaitu dampak negatif. Dampak negatif adalah keinginan untuk

membujuk, meyakinkan, mempengaruhi atau memberi kesan kepada orang lain,

dengan tujuan agar mereka mengikuti atau mendukung keinginannya yang buruk

(Purwanto, 2000; 25).

Wawancara dengan Bapak H. Holil selaku pemegang Perumahan Karisma

Makmur sebagai berikut

“…Ya kalau bicara dampak negatif tentu ada tetapi kami masih bisa kordinirkan
karena saya masih peduli dengan lingkungan apalagi ini berdampingan dengan
masyarakat lokal yang berdampak negatif terhadap masyarakat seperti air
comberan yang terkadang dialirkan ke sungai sehingga menggangu kebersihan air
setempat karena air sungai dijadikan untuk mandi atau hal yang lain oleh
masyarakat lokal (Wawancara pada taggal 6 Agustus 2019).

Berdasarkan wawancara diatas sudah jelas bahwa pembangunan

perumahan berdampak negative dan ini tidak lagi dipungkiri oleh pelaku usaha

karena disetiap perumahan akan merasakan risiko yang sama terkain dengan air

limbah. Air limbah tersebut bisa berupa limbah kering maupun limbah basah

semua itu menjadi keresahan masyarakat kalau tidak di kondisikan di lingkungan.


74

Wawancara dengan Bapak Nawawi selaku pemegang Perumahan Gren

Permai sebagai berikut:

“…Banyak orang mempersoalkan air limbah di tepat saya saja kurang lebih sama,
tetapi saya sebagai pemegang perumahan tetntu harus berperan aktif untuk
menanganinya, karena sudah sering saya ingatkan tetapi hanya sebagian saja yang
mematuhi, ada juga hanya satu hari mematuhi besok uda dak lagi mematuhi, ya
mungkin kalau berbicara limbah di setiap perumahan sama baik dikota maupun di
desa karena ini menurut saya penyakit bagi ynag menempati perumahan, karena
sempitnya lahan yang mereka tempati sehingga kesusahan untuk membuat
trowongan air untuk mengalirkan ke tempat yang tidak berdampak ke lingkungan
lain (Wawancara pada taggal 6 Agustus 2019).

Berdasarkan wawancara diatas bahwa air limbah ini merupakan penyakit

bagi setiap lingkungan yang mempunyai perumahan karena dilihat dari segi lahan

yang di tempati juga sangat terbatas sehinga untuk membuat trowongan air tidak

bisa sehingga dibiarkan saja untuk tetap mengalir ke air sungai.

5.4.2. Nilai Sosial

Menurut Williams (2010, 23) mengatakan bahwa nilai sosial merupakan

sebuah bentuk kesejahteraan bersama melalui konsensus yang efektif di antara

mereka, sehingga nilai-nilai sosial dijunjung tinggi oleh banyak orang.

Wawancara dengan Bapak Bahirselaku warga Perumahan Karisma

Makmur sebagai berikut:

“…Kalau menurut saya memang semua orang mempunyai etika baik itu pribadi
maupun etika didalam masyarakat, karena itu sebuah tatanan setiap masyarakat
mempunyai aturan maupun norma-norma, kalau saya perhatikan dilingkungan ini
sangan kondusif ya karena disetiap hari saya selalu komunikasi dengan RT
setempat ya meskipun ada bisiskan yang tidak enak di benak saya tetapi saya
selalu ikuti arahan yang menjadi kebaikan untuk saya dan warga setempat,
bisiskan itu berisi tetang etikan anak muda yang ada di perumahan ini, saya selalu
75

tegur tetapi tidak bertahan lama. Tetapi tetap berusaha untuk selalu menjaga
lingkungann yang aman dan tetap harmonis (Wawancara pada taggal 8 Agustus
2019).

Berdasarkan wawancara diatas dijelaskan bahwa setiap lingkungan tidak

terlepas dengan tatanan nilai dan aturan karena hal tersebut sebagai pengangan

hidup bermasyarakat dan bersosial, dalam lingkungan perumhan tersebut yang

menjadi kejengkelan anak-anak pemudanya karena masih belum sadar akan

pentingnya menjaga etika dan norma yang ada dilingkungan, tetapi pihak

setempat akan selalu mengontrol dan menasehatinya agar tetap terjaga lingkungan

yang aman dan harmonis.

5.4.3. Struktur Sosial

Struktur sosial merupaka keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial

yang pokok, yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma sosial), lembaga-lembaga

sosial, kelompok-kelompok sosial, serta lapisan-lapisan sosial(Soekanto 2012:

22).

Wawancara dengan Ibu Ayulesmanaselaku masyarakat Perumahan Gren

Permai sebagai berikut:

“.. Kalau saya lihat memang interaksi atau hubungan kita dengan masyarak disini
kurang karena sangat susah untuk bergaul karena rumahnya agak berjauhan, dan
juga disamping sibuk bekerja untuk silaturrahmi saja sangat kesusahan, tetapi
kalau ketemu di jalan tetap kami sapa untuk menjaga keharmonisan di lingkungan
masyarakat, tetapi selama ini kita tidak ada masalah(Wawancara pada taggal 7
Agustus 2019).

Berdasarkan wawancara diatas dijelaskan bahwa dari segi interaksi

sangatlah susah karena melihat jarak yang begitu jauh, disamping itu di sibukkan
76

dengan pekerjaannya sehingga tidak bisa menyempatkan silaturrahmi tetapi kalau

ketemu dijalan tetap saling sapa, dan hal in tidak ada masalah denga lingkungna

setempat.

5.4.4. Status Sosial

Status sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakat

sehubungan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulan, prestise dan hak-hak

serta kewajiban-kewajibannya (Soekanto 2012, 45).

Wawancara dengan Bapak Bahirselaku masyarakat Perumahan Karisma

Makmur sebagai berikut:

“…Kalau menurut saya memang rata-rata yang menempati perumahan ini


kebanyakan pejabat, maupun pekerja mapan, mungkin itu yang membuat mereka
tidak menegor barangkali gengsi atau malu kita tidak tau juga, karena sifat seperti
itu orang mempunyai masing-masing, tetapi yang paling penting menurut saya
meskipun hidupnya sudah merasa mapan tidak mau menegur sapa meskipun
ketemu di jalan, karena masyarakat atau tetangga setempat pada awalnya mereka
masuk kadaerah sini minta bantu sama warga disini untuk bisa menetap disini,
tetapi sekarang sudah merasa betah lupa dengan tetangga dan lingkungan yang
pernah membantu.

Berdasarkan wawancara diatas bahwa penempatan perumahan rata-rata

orang yang mempunyai jabatan maupun yang pekerja mapan, dan kebanyakan

yang mempunyai pekerjaan seperti tidak mau tegur sapa jika ketemu di jalan. Hal

ini menunjukkan bahwa menunjukkan sifat arogansinya tinggi dengan pengaruh

status hidup tersebut.


BAB VI

PENUTUP

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,

maka dapat disimpulkan jumlah penduduk merupakan faktor utama yang

mempengaruhi perkembangan pemukiman. Ketika lahan-lahan di pusat kota

semakin terbatas, penduduk semakin padat, perlahan-lahan terjadi pergeseran

pengembangan permukiman ke arah desa-desa.

Berdasarkan hasil pembangunan perumahan di wilayah pedesaan

menyatakan bahwa dari pembangunan tersebut berdampak positif dan negatif.

Dampak negatif yang dihasilkan dalam pembangunan perumahan yaitu terjadinya

masalah banjir, pengelolaan sampah, dan masalah lingkungan lainnya ternyata

memerlukan perhatian khusus dan juga beberapa masalah pokok permasalah

lingkungan dalam pembangunan perumahan. Terlebih lagi berbagai faktor-faktor

permasalahan dari berbagai dampak-dampak perubahan seperti dampak terhadap

Ruang Terbuka Hijau, dampak dan alih fungsi lahan, serta dampak terhadap

lingkungan.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mewujudkan hal ini adalah dengan

melakukan pembangunan yang berwawasan lingkungan yaitu lingkungan

diperhatikan sejak mulai pembangunan itu direncanakan sampai pada operasi

pembangunan itu, sehingga dengan adanya pembangunan berwawasan lingkungan

maka pembangunan dapat berkelanjutan.

77
78

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti

bersumber dari hasil wawancara pada informan, mengenai “Dampak Sosial

Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Di Parit Aim Desa

Ambawang Kuala Kecamatan Sungai Ambawang” maka beberapa kesimpulan

dapat dikemukakan berupa dampak positif dan dampak negatif sebagai berikut:

6.1.1. Dampak Positif

1. Kegiatan pembangunan akan membuka banyak lapangan kerja, hal ini

dikarenakan banyaknya proyek-proyek yang membutuhkan sumber daya

manusia.

2. Pembangunan akan meningkatkan pendapatan masyarakat, hal ini karena

seiring dengan munculnya beragam jenis kegiatan seperti industri,

transportasi atau pertanian.

3. Membuka investasi di berbagai bidang, dengan kegiatan pembanguan

maka beberapa investor baik dalam negeri maupun luar negeri akan masuk

sehingga aliran modal semakin banyak.

4. Memunculkan kutub-kutub pertumbuhan baru, pembangunan yang

dilakukan di berbagai daerah akan menghasilkan suatu titik kutub

pertumbuhan baru. Hal ini akan mendorong pertumbuhan wilayah itu

sendiri.

5. Menaikan derajat masyarakat di daerah, pembangunan akan menambah

devisa dan menjadi tolak ukur kemajuan suatu daerah.

6.1.2. Dampak Negatif


79

1. Pembangunan tersebut menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat

setempat meskipun pada dasarnya pemanfaatan tersebut di gunakan untuk

berbisnis, dalam artian untuk kebutuhan hidup, tetapi dengan adanya

pembangunan perumahan menimbulkan rentannya hubungan antara

internal masyarakat.

2. Pembangunan perumahan yang mengakibatkan kontradiktif antara

masyarakat lokal dan masyarakat pendatang berujung pada perpecahan

baik segi fisik maupun non fisik kedepannya.

3. Adanya pembagunan tersebut membuat masyarakat resah dan tidak suka,

karena berakibat mempengaruhi lingkungan baik berupa sektor ekonomi,

budaya maupun hal lainnya.

4. Pembangunan perumahan menimbulkan pencemaran air limbah yang

awalnya bersih menjadi kotor, dan tumpukan sampah dimana-

mana.Masyarakat lokal dan pendatang minimnya interaksi sehingga

mengakibatkan longgarnya sifat keharmonisan antara satu dengan yang

lainnya.
80

6.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan peneliti di atas, maka pada kesempatan ini

penulis ingin memberikan beberapa saran antara lain sebagai beriku:

1. Dalam melakukan pembangunan harus di fikirkan secara matang dan

tranpransi agar tidak menimbulkan dampak yang mengakibatkan

merugikan masyarakat baik pendatang maupun masyarakat lokal

2. Sebelum terjadinya dampak yang merugikan orang lain ukurla secara

statistika dampak negatif maupun dampak positifnya, agar dikemudian

hari dampak tersebut saling menyeimbangi satu sama lain.

3. Pembangunan merupakan suatu hal yang tepat untuk meningkatkan

perkembangan pertumbuhan penduduk tetapi disamping itu perlu berfikir

kedepan jangan sampai lalaikan suatu permasalahan di kemudian hari yang

harus di terima oleh pihak terkait.

6.3. Keterbatasan Penelitian

Hasil penelitian diatas merupakan kemampuan penulis dan ini merupakan

sebuah kewajiban bagi setiap mahasiswa yang menyelesaikan studinya untuk

mencapai Strata 1. Dalam penulisan ini tidak sesempurna apa yang telah dialami

oleh kalangan intelektuan tetapi inilah kemampuan penulis untuk melaksanakan

suatu kewajiban mahasiswa dalam tulisan karya imiah.

Penulis ini menceritakan tentang bagaimana Dampak Sosial

Pembangunan Perumahan Bagi Masyarakat Miskin Di Parit Aim Desa

Ambawang Kuala Kecamatan Sungai Ambawang Kabupaten Kubu

Raya.Penduduk di desa SungaiAmbawang Kuala bermacam-macam etnis, mulai


81

dari Melayu, China, Madura, Bugis, Dayak, Jawa dll. Meskipun banyak macam-

macam etnis kerukunan dan keharmonisan tetap terjaga.

Dari penelitian ini masih banyak kekurangan baik dari susunan bahasa,

susunan kata, serta dari pengutipan, referensi, teori-teori, ketebatasan data-data,

maupun hal yang lain. Dari kemampuan penulis sudah dikerahkan dengan

semaksimal mungkin, jika masih banyak kesalahan timbulnya dari penulis

peribadi dan sebaliknya jika dalam penulisan ini banyak kebenaran maka

timbulnya dari Allah SWT.Bagi para pembaca baik mahasiswa maupun non

mahasiswa untuk menelaah dan memperhatikan dalam penulisan ini serta

mengkaji lebih lanjut untuk kesempurnaan karya ilmiah ini. Judul ini sangat

menarik jika dikembangkan lebih lanjut karena makin tahun judul ini menjadi

lebih popular dan makin tren.


DAFTAR PUSTAKA

Arif, M Rizal. 2009. Analisis Kepemilikan Hak Atas Tanah Satuan Rumah Susun
Dalam Kerangka Hukum Benda. Bandung: Nuansa Aulia.

Adeney, Bernard T.2000.Etika Sosial Lintas Budaya.Yogyakarta:Penerbit


Kanisius.

Alnuaimi, O. A., Robert, L. P., & Maruping, L. M. 2010. Team Size, Dispersion,
and Social Loafing in Technology-Supported Teams. A Perspective on the
Theory of Moral Disengagement, Journal of Management Information
Systems.

Bratakusumah, Deddy Supriady & Riyadi. 2005. Perencanaan Pembangunan


Daerah. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Hotman,dan M.Siahaan.2000.Pengantar ke Arah Sejarah dan Teori Sosiologi.


Jakarta: Erlannga.

Hasibuan, malayu. 2012.Manajemen Sumber Daya Manusi. Jakarta: bumi akasar.

Hans, j daeng. 2006.Manusia Kebudayaan Dan Lingkungan Jakarta:PT. pustaka


pelajar.

Koentjaraningrat.2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : PT. Rineka Cipta


Moleong, L. J. 2007.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya.

Mayor, Polak J.B.A.F. 2000. Sosiologi Suatu Buku Pengantar Ringkas. Jakarta:
PT. Ikhtiar Baru.

Nugroho, I. dan Dahuri, R. 2012. Pembangunan Wilayah Perspektif Ekonomi


Sosial dan Lingkungan .Jakarta: LP3S.

Nasution. (2009). Metode ResearchPenelitian Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara.

Nursid Sumaatmadja, 2007, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial,


Bandung.

82
83

Pawardi, R. 2013. Sosiologi Pembangunan. Pontianak : Untan Press.

Satori,D. dan Komariah,A.2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:


Alfabet.

Seokanto, Soajono S. 2012.Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja grafindo


Persada.

Soetomo. 2010.Strategi-strategi Pembangunan Masyarakat.Yogjakarta : Pustaka


Pelajar.
Sukardi.2008. Teknis Analisis Data. Bandung: Kolbu.
Sumaatmadja, N. 2005. Manusia Dalam Konteks Sosial, Budaya dan Lingkungan
Hidup. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. 2010.Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Sztompka, P. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada Media Group.
Usman,S, 2015.Perubahan Sosial: Esai-Esai Sosiologi.Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Jurnal….
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Novianti,P.2012. "Dampak Pembangunan Perumahan Kawasan Resapan Air di


Kecamatan Ngalik Kabupaten Sleman". Skripsi. Universitas Gajah Mada.

Ketut, S. 2008. "Dampak Pembagunan Perumahan Dan Pemukiman Terhadap


Penata Gunaan Tanah Di Kota Denpasar." Skripsi. Universitas Gajah Mada.

Internet
Tolhah, Bustomi. 2014. “Dampak Pembangunan Perumahan Terhadap
Lingkungan Alam Dan Sosial”http://amankeun.blogspot.com/2013/12/makalah-
pembangunan.html/.

Anda mungkin juga menyukai