Interaksi manusia dengan sesamanya maupun dengan lingkungan fisiknya. Desain arsitektur akan menghasilkan suatu bentuk fisik yang bisa dilihat, bisa dipegang, karena itu hasil desain arsitektur dapat menjadi salah satu fasilitator terjadinya prilaku, sekaligus juga bisa menjadi penghalang terjadinya prilaku.
tidaklah mungkin menentukan kebutuhan dasar mana yang telah terpenuhi, tanpa melakukan suatu analisis intensif dan personal dari orang bersangkutan, karena pembentukan perilaku seseorang adalah suatu proses yang multideterminan, ada pengaruh budaya dan ada faktor pengaruh lingkungan yang saling terkait satu
Randy Hester : perancangan umumnya lebih menekankan pentingnya activity setting penataan aktivitas sedangkan pemakai lebih mempertimbangkan siapa saja orang yang memakai fasilitas itu atau dengan siapa mereka akan bersosialisasi dalam penggunaan fasilitas itu.
Scott (1974) : arsitektur hendaknya mempunyai tujuan yang humanis. Noberg Schulz (1986) : tugas para perancang adalah menyediakan suatu pegangan eksistensial bagi pemakainya agar dapat mewujudkan citacita dan mimpinya.
Jencks (1971) : dalam masyarakat yang pluralis, arsitek dituntut untuk mengenali berbagai konflik dan mampu mengartikulasikan bidang sosial setiap manusia pada setiap situasi sosial tertentu, atau dengan kata lain membuat
studi perilaku lingkungan yang mempelajari secara lebih khusus interaksi antara perilaku manusia dengan lingkungan fisiknya, agar kita dapat menganalisis, menjelaskan, meramalkan dan jika perlu mempengaruhi atau merekayasa hubungan antara perilaku manusia dengan lingkungannya untuk kepentingan manusia dan
pada proses
transformasi perilaku manusia akibat lingkungan sekitarnya dan pada mekanisme hubungan manusia dengan lingkungan yang terlibat dalam proses transformasi tersebut.
unit yang dipelajari dalam keadaan saling terkait, tidak berdiri sendiri.
Hubungan antara lingkungan dengan manusia dan perilakunya adalah hubungan timbal
Mempelajari arsitektur berarti juga mempelajari hal-hal yang tidak kasat mata sebagai bagian dari realitas, realitas yang konkrit dan realitas yang simbolik. Dalam proses arsitektur yang kreatif, empat dimensi studi prilaku lingkungan, yaitu : manusia, perilaku, lingkungan dan waktu, merupakan hal yang mendasar. Dengan mempelajari bentuk perilaku dan pemaknaan ruang dalam kerangka waktu tertentu, memungkinkan arsitek untuk mengerti bagaimana hal tersebut bisa ditransmisikan dan bagaimana seseorang memiliki atau
Proses Desain
Robert Gutman (1972) Teori arsitektur berarti : ...seperangkat prinsip yang memandu arsitek dalam mengambil keputusan mengenai masalah yang kompleks yang muncul dalam usaha meneterjemahkan tuntutan desain menjadi bangunan.
sistem logika yang menggambarkan keterkaitan antara komponen-komponen lingkungan daripada mengenai pengalaman
manusia. Fokus tidak ditujukan pada pengertian mengenai bagaimana lingkungan tersebut diterima, apa makna simbolis atau konkrit bagi setiap orang, ataupun peluang-peluang apa yang mungkin diterima oleh setiap manusia yang berbeda-beda. Pengetahuan mengenai perilaku manusia, tata nilainya dan aspirasinya belum menjadi
Perubahan atau perkembangan teori arsitektur dan pengambilan keputusan desain harus mempertimbangkan manusia sebagai suatu entitas spiritual, bukan hanya sebagai entitas fisik saja, agar hasil desain dapat mencapai sasaran yang dituju. Orang menyadari hubungan antara bentuk dan maknanya karena
ekspresi
terkandung
dalam
Proses Intelligence
Tahap ini dimulai dengan persepsi akan sebuah kebutuhan dan diakhiri dengan suatu program mengenai kebutuhan fungsional dan psikologikal yang harus dapat dipenuhi oleh desain. Persepsi kebutuhan akan tergantung pada
Biasanya arsitek pada tahap ini mulai dengan program bangunan daripada mulai dengan suatu kebutuhan akan lingkungan yang lebih baik. Melalui pendekatan perilaku lingkungan, perencana harus menyakini bahwa lingkungan fisik harus mampu memaksimalkan kebebasan bagi penggunannya untuk memilih cara mereka hidup; dan membuka peluang perilaku dan perseptual untuk mengakomodasikan sebanyak mungkin kebutuhan pengguna.
Dengan metoda ini, arsitek juga dapat menghayati keterbatasan pengetahuan mengenai hubungan antara manusia dan lingkungan dan hal ini bisa menjadi