Anda di halaman 1dari 10

TEORI FISIOTERAPI KESEHATAN WANITA DAN INTEGUMEN

RESUME JURNAL

OLEH:
KELOMPOK 3

LAILA NURINDAH SARI (NIM: 21121001008)


GEDE AGUS AIRLANGGA (NIM: 21121001010)
NI PUTU TATA PRADNYA DEWI (NIM: 21121001015)
NI WAYAN RESVA PISCESSA SUARI (NIM: 21121001024)
A.A. SAGUNG RATIH DWIYANTI P. (NIM: 21121001029)

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS KESEHATAN DAN SAINS
UNIVERSITAS DHYANA PURA
2023/2024
Hubungan Indeks Massa Tubuh dan Usia Menarche
Judul Artikel I dengan Kejadian Disminore pada Siswi SMPN 1
Kabupaten Bengkulu Tengah.
Nama Jurnal Jurnal Sains Kesehatan
Volume Vol. 27, No.2 Agustus 2020
Tahun 2020
Penulis Resty Dwi Sari, Sanisahhuri, Tria Nopi Herdian
Dalam jurnal ini dijelaskan bahwa disminore menjadi
suatu kondisi yang merugikan bagi banyak wanita dan
memiliki dampak besar pada kualitas hidup terkait
kesehatan serta membuat wanita tidak dapat beraktifitas
secara normal. Disminore adalah nyeri perut yang berasal
dari kram rahim yang terjadi selama haid. Disminore
Pendahuluan primer merupakan nyeri haid yang tidak didasari kondisi
patologis, sedangkan disminore sekunder merupakan nyeri
haid yang didasari kondisi patologis seperti andanya kista
ovarium atau endometriosis. Gejala disminore yang
dirasakan yakni nyeri panggul atau perut bagian bawah
yang menjalar ke punggung dan paha dan terjadi sebelum
atau selama menstruasi.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan
Tujuan Penelitian IMT dan usia menarche dengan kejadian disminore pada
siswi di SMP 1 Kabupaten Bengkulu Tengah.
Peneliti menggunakan teknik pengambilan sample dengan
Total Sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini
Metode Penelitian menggunakan data sekunder dan data primer. Teknik
analisis data menggunakan analisis univariat dan analisis
bivariat. Analisis bivariate menggunakan uji statistik Chi-
Square.
Hasil Penelitian Dari hasil penelitian menunjukkan :
- Bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan
kejadian disminore pada siswi di SMPN 1
Kabupaten Bengkulu Tengah. Kejadian disminore
berhubungan dengan status gizi wanita. Wanita
dengan IMT kurus dan kelebihan berat badan (over
weight) akan lebih mungkin untuk menderita
disminore. Pada wanita dengan IMT kurus dapat
menjadi faktor yang dapat menyebabkan kurangnya
daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri sehingga
terjadinya disminore. Selain itu, pada wanita yang
kelebihan berat badan cenderung memiliki lemak
yang berlebih yang dapat memicu timbulnya
hormon yang dapat mengganggu sistem reproduksi
pada saat haid yang akan menyebabkan nyeri.
- Terdapat hubungan antara usia menarche dengan
kejadian disminore pada siswi SMPN 1 Kabupaten
Bengkulu Tengah yaitu menarche dapat
menimbulkan masalah salah yakni keluhan nyeri
saat menstruasi atau disminore yang dihubungkan
dengan umur dibawah 30 tahun dan usia menarche
dibawah 12 tahun, siklus menstruasi yang banyak,
merokok, gangguan psikologis dan status IMT
yang kurang atau rendah.
Kesimpulan yang didapatkan yakni dari 105 siswi SMPN 1
Kabupaten Bengkulu Tengah terdapat 59 siswi yang tidak
Kesimpulan mengalami disminore, 79 siswi dengan IMT normal, 83
siswi dengan usia menarche normal usia 12 – 14 tahun.
Artikel
Adanya hubungan antara IMT dan hubungan usia
menarche dengan kejadian disminore dengan keeratan
hubungan sedang.

Hubungan Partisipasi Latihan Hatha Yoga Terhadap


Judul Artikel II Rendahnya Tingkat Kecemasan Wanita Premenopause Di
Lapangan Niti Mandala Renon.
Nama Jurnal Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia
Volume Vol. 8, No. 1
Tahun 2020
Putu Rina Indahsari, I Made Niko Winaya, I Putu Adiartha
Penulis
Griadhi, Putu Ayu Sita Saraswati.
Pendahuluan Penuaan adalah suatu proses alami yang akan dialami oleh
semua makhluk hidup. Pada wanita sebelum memasuki
masa tua nya akan memasuki masa klimakterium terlebih
dahulu. Fase klimakterium sendiri merupakan masa
peralihan antara masa reproduksi dan masa senium.
Klimakterium terbagi menjadi masa premenopause,
menopause dan pasca menopause. Premenopause biasanya
akan dimulai pada usia 40-49 tahun yang akan
menimbulkan beberapa gejala yang mengakibatkan
munculnya rasa cemas bagi wanita. Rasa cemas atau
kecemasan sendiri timbul karena adanya suatu masalah
yang menekan seseorang. Dua faktor yang mempengaruhi
kecemasan yaitu faktor internal (keadaan fisik dan tipe
kepribadian) serta faktor eksternal (tingkat pendidikan,
dukungan suami, serta status sosial ekonomi). Dengan
adanya rasa cemas tersebut seorang wanita yang
menginjak fase klimakterium dapat mengikuti Hatha yoga,
yang merupakan aktivitas fisik yang dapat meredakan
kecemasan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
Tujuan Penelitian bagaimana hubungan antara partisispasi latihan hatha yoga
dengan tingkat kecemasan wanita premenopause.
Penelitian ini menggunakan metode cross sectional
analitik dengan teknik consecutive sampling yang
dilakukan pada bulan Maret 2019 di Lapangan Niti
Mandala Renon Bali. 82 orang wanita usia 40–49 tahun
berpartisipasi dalam penelitian ini dan mengisi serangkaian
Metode Penelitian kuisioner seperti kuisioner Hamilton Rating Scale for
Anxiety (HRS-A) untuk mengukur tingkat kecemasan,
form assessment fisioterapi untuk mengetahui keadaan
fisik, kuisioner Eysenck Personality Inventory (EPI) untuk
mengukur tipe kepribadian serta kuisioner dukungan
suami. Uji analisis menggunakan uji Spearman
Correlation.
Dari responden yang sudah berpartisipasi dalam pengisian
serangkaian kuisioner pada hubungan antara partisispasi
latihan hatha yoga dengan tingkat kecemasan wanita
premenopause serta responden yang mengikuti latihan
hatha yoga, didapatkan hasil yang signifikan, dikarenakan
setiap responden yang mengikuti partisipasi hatha yoga
mengalami penurunan tingkat kecemasan serta memiliki
korelasi yang sangat kuat. Selain itu dari hasil penelitian
Hasil Penelitian pada semua metode yang dilakukan menyebutkan bahwa
latihan yoha secara teratur dapat memberikan ketenangan
pikiran, menyeimbangkan system saraf otonom sehingga
tubuh menjadi relax dan dapat mengontrol pengeluaran
hormone adrenalin dan epineprin yang berperan dalam
peningkatan tekanan darah. Latihan yoga juga disebutkan
dapat meningkatkan produksi dari hormone endorphin
yang merupakan hormone ansietas untuk menurunkan
kecemasan.
Menurut tinjauan penelitian secara cross sectional analitik
dengan teknik consecutive sampling yang dilakukan
Kesimpulan fisioterapi dan latihan hatha yoga tampaknya memiliki
efek pada tingkat kecemasan wanita premenopause,
Artikel
meskipun mereka mungkin tidak secara konsisten
mengurangi keparahan atau prevalensi tingkat kecemasan
wanita premenopause.
Gambaran Sindroma Pasca menopause Pada Wanita Lansia
Judul Artikel III
di Panti Werdha Wisma Mulia, Grogol, Jakarta.
Nama Jurnal Jurnal Kesehatan Reproduksi
Volume Vol.8, No.2
Tahun 2021
Angeline Vincentia, Andriana Kumala Dewi, dan Cipta
Penulis
Pramana.
Resume Jurnal ini membahas tentang gejala sindrom post
menopause pada wanita lanjut usia. Jumlah wanita lansia
akan terus meningkat seiring dengan tingginya angka
harapan hidup. Menurunnya estrogen dan progesterone
setelah menopause menyebabkan efek langsung berupa
gangguan fisik dan psikis. Tujuan Penelitian ini bertujuan
untuk menggambarkan gejala sindroma pasca menopause
pada lansia. Dan Metode sampel deskriptif nonprobability
telah dilakukan pada kelompok lansia wanita (N=38).
Wawancara berdasarkan kuesioner Guide to Greene
Climacteric Scale dilakukan untuk mengumpulkan data.
Secara keseluruhan sindroma pascamenopause
dialami oleh 79,4% responden. Sebanyak 26,3% responden
sangat terganggu oleh gejala ansietas. 34,2% and 39,5%
responden sedikit terganggu oleh gejala depresi dan somatik.
Hanya 5,3 % responden sangat terganggu oleh gejala
disfungsi seksual. Subyek yang berpendidikan rendah
berisiko 7.8 kali mengalami gejala sindroma pasca
menopausal dibandingkan dengan subyek yang
berpendidikan tinggi. Subyek yang nullipara berisiko 2.6
kali mengalami gejala sindroma pasca menopausal jika
dibandingkan dengan primi/multipara. Penelitian ini
menekankan pentingnya meningkatkan kesadaran tentang
gejala post menopause pada wanita lanjut usia. Karakteristik
dengan odds ratio (OR) tertinggi adalah tingkat pendidikan
rendah dan paritas. Penelitian ini juga menemukan bahwa
sebagian besar responden mengalami gejala sindrom
postmenopause, dengan gejala somatik menjadi yang paling
umum. Kecemasan dan depresi juga umum terjadi pada
responden. Penelitian ini menunjukkan bahwa masalah
kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi, umum
terjadi pada orang dewasa yang lebih tua, dan gejala somatik
sering dialami oleh wanita post menopause
Beberapa penelitian di Malaysia dan Singapura
menemukan hubungan yang signifikan antara gejala
vasomotor pada wanita menopause dengan fluktuasi
estrogen selama periode transisi menopause. Penelitian lain
menunjukkan bahwa sebagian besar wanita di Asia
mengalami gejala vasomotor dan gangguan seperti nyeri otot
sendi. Selain itu, gangguan disfungsi seksual juga umum
terjadi pada wanita menopause. Penelitian menunjukkan
bahwa kurangnya minat untuk melakukan hubungan seksual,
kesulitan mencapai orgasme, dan kurangnya lubrikasi adalah
beberapa masalah yang sering dialami oleh Wanita yang
berusia di atas 50.
Dari kesimpulan tersebut lebih dari setengah
responden mengalami sindroma pasca menopausa, baik
berupa gejala ansietas, depresi, somatik, vasomotor ataupun
disfungsi seksual. Subyek berpendidikan rendah mempunyai
risiko lebih tinggi mengalami sindroma pasca menopausa
dibanding yang berpendidikan. Peran fisioterapi dalam
kasus tersebut memberikan Edukasi dan konseling yaitu
Memberikan informasi yang akurat tentang perubahan
hormonal dan gejala yang terkait dengan postmenopause
kepada wanita lanjut usia. Memberikan dukungan emosional
dan konseling untuk membantu mengatasi kecemasan,
depresi, dan masalah seksual yang mungkin dialami. Terapi
non-hormonal seperti penggunaan obat-obatan, suplemen
herbal, dan yoga dapat membantu mengurangi gejala post
menopausa. Namun, efektivitas dan keamanan dari terapi ini
masih perlu diteliti lebih lanjut. Perubahan gaya hidup, gaya
hidup sehat seperti makan makanan bergizi, berolahraga
secara teratur, mengelola stres, dan menjaga berat badan
yang sehat dapat membantu mengurangi gejala post
menopausa.

Case Study: Program Fisioterapi pada Kasus Post Partum


Judul Artikel IV
Sectio Caesarea Et Causa IUGR Oligohidramnion.
Nama Jurnal Journal of Innovation Research and Knowledge
Volume Vol.2, No. 7
Tahun 2022
Penulis Igildafani Moutya Devi dan Agus Widodo
Resume Jurnal ini membahas mengenai Sectio Caesarea (SC)
yang merupakan suatu cara melahirkan janin dengan
membuat sayatan pada dinding rahim melalui dinding depan
abdomen dan vagina. Sectio Caesarea (SC) juga merupakan
operasi histerektomi untuk melahirkan janin dalam
kandungan. Persalinan dengan SC ditujukan untuk indikasi
medis tertentu yang mana dibagi menjadi indikasi untuk ibu
dan indikasi untuk bayi. Persalinan SC harus dipahami
sebagai salah satu alternatif persalinan ketika persalinan
normal sudah tidak dapat dilakukan lagi. Peningkatan
persentase persalinan dengan tindakan SC dapat disebabkan
oleh berbagai faktor seperti ketuban pecah dini, preeklampsia,
perdarahan, kelainan letak janin, gawat janin, ruptur uteri,
disproporsi cephalopelvic, dan distosia. Berdasarkan
American College of Obstetricians and Gynecologists
(ACOG) tentang Intrauterine Growth Restriction (IUGR) dan
ultrasonografi pada kehamilan, oligohidramnion adalah
temuan umum pada janin yang mengalami hambatan
pertumbuhan. Penurunan cairan ketuban membuat tali pusar
rentan terhadap kompresi, persalinan sesar, dan kemungkinan
terjadinya kematian janin. Oleh sebab itu dapat disimpulkan
bahwa oligohidramnion terjadi pada 77 hingga 83%
kehamilan dengan komplikasi IUGR.
Pada kasus ini terdapat beberapa intervensi yang
diberikan, diantaranya breathing exercise yang bertujuan
mengurangi nyeri yang berhubungan dengan luka incise pasca
operasi, pelvic floor exercise yang bertujuan untuk mencegah
terjadinya inkontinensia urine, ankle pumping exercise yang
bertujuan untuk mengurangi oedema pada tungkai bawah dan
membantu melancarkan aliran darah, latihan mobilisasi yang
bertujuan untuk untuk mengurangi nyeri, meningkatkan
kekuatan otot, membantu dalam penyembuhan luka, dan
aktivitas fungsional mandiri, dan breast care yang bertujuan
untuk melancarkan pengeluaran ASI, meningkatkan volume
ASI, serta mencegah bengkak pada payudara akibat
bendungan ASI. Sebelum dilakukannya intervensi,
dilakukannya juga pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
laboratorium.
Setelah dilakukannya intervensi, dilakukan evaluasi
terhadap nilai nyeri dengan menggunakan Numeric Pain
Rating Scale dan didapati penurunan intensitas rasa nyeri.
Pada penelitian yang dilakukan kepada pasien dengan
diagnosa medis Post Partum Sectio Caesarea et causa IUGR
Oligohidramnion dapat disimpulkan bahwa penggunaan deep
breathing, pelvic floor exercise, ankle pumping exercise,
latihan mobilisasi, dan breast care dapat menurunkan
intensitas nyeri, menurunkan oedema pada kaki, dan
meningkatkan kemampuan fungsional dalam melakukan
aktivitas sehari-hari sehingga dapat meningkatkan kualitas
hidup pasien.

KESIMPULAN KESELURUHAN
Keempat artikel diatas sudah membahas berbagai macam keadaan dan
kasus yang dapat terjadi pada setiap tahap perkembangan reproduksi di kehidupan
wanita. Pada masa kehidupan wanita, terdapat beberapa masa yang sangat
berpengaruh pada kehidupan Wanita, diantaranya masa pubertas yang ditandai
dengan menarche (menstruasi pertama) dan terjadinya masa menstruasi, masa
kehamilan, masa klimakterium (masa peralihan dari pra menopause dan pasca
menopause), masa menopause, hingga masa senium.
Setiap masa tersebut memiliki permasalahannya tersendiri, sehingga disini
fisioterapi memiliki peran untuk membantu menangani permasalahan yang terjadi
pada setiap fase reproduksi yang dialami wanita. Seperti halnya pada kasus yang
dimuat dalam artikel yang kelompok kami peroleh, fisioterapi dapat memberikan
edukasi, pemeriksaan fisik, dan juga beberapa latihan guna membantu menangani
permasalahan yang terjadi pada setiap fase reproduksi yang dialami wanita.
Pada masa menarche yang disebutkan artikel dengan judul Hubungan
Indeks Massa Tubuh dan Usia Menarche dengan Kejadian Disminore pada Siswi
SMPN 1 Kabupaten Bengkulu Tengah, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan usia menarche dengan terjadinya disminore atau nyeri perut yang
berasal dari kram rahim yang terjadi selama haid, pada fase ini fisioterapi dapat
memberikan edukasi mengenai cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi nyeri
tersebut, contohnya adalah dengan memberikan latihan dan mengedukasi
mengenai pentingnya olahraga rutin yang dilakukan guna mengurangi nyeri
tersebut. Pada masa premanopause yang terdapat pada artikel dengan judul
Hubungan Partisipasi Latihan Hatha Yoga Terhadap Rendahnya Tingkat
Kecemasan Wanita Premenopause Di Lapangan Niti Mandala Renon, fisioterapi
dapat berperan dalam pemberian edukasi maupun pemberian latihan hatha yoga
ini kepada banyak masyarakat guna menurunkan permasalahan yang dapat terjadi
pada masa ini, salah satunya adalah gangguan kecemasan yang seringkali
dikeluhkan oleh wanita pada masa premenopause.
Pada masa pasca menopause juga dapat terjadi gejala sindrom
postmenopause, dengan gejala somatik menjadi yang paling umum, kecemasan
dan depresi juga umum terjadi pada responden. Sehingga pada masa ini fisioterapi
diharapkan dapat memberikan edukasi mengenai cara mengelola stress,
pentingnya nilai gizi guna meningkatkan kesehatan, serta pemberian latihan
seperti halnya yoga guna menjadi salah satu metode pengelola stress yang baik
dan juga agar wanita pada masa ini tetap aktif dan mengurangi risiko terjadinya
permasalahan lainnya yang dapat terjadi apabila tubuh tidak aktif. Pada masa
kehamilan juga dapat terjadi permasalahan baik dalam masa kehamilan maupun
pasca kehamilan, seperti halnya kasus Post Partum Sectio Caesarea Et Causa
IUGR Oligohidramnion yang terdapat pada pembahasan artikel ke 4. Pada masa
ini fisioterapi dapat berperan dengan memberikan pemeriksaan, intervensi berupa
breathing exercise, pelvic floor exercise, latihan mobilisasi, dan breast care, dan
juga edukasi guna menangani permasalah ini sesuai dengan tindakan fisioterapi.

Anda mungkin juga menyukai